Langsung ke konten utama

Demi Sebuah Jawaban Ujian


“Neng Luisa......” sebuah suara memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kelas di salah satu sekolah swasta terkenal di ibukota. Saat itu kegiatan belajar mengajar di sekolah baru saja selesai, dan semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang. Gadis yang dipanggil itu berhenti sejenak lalu memutar tubuhnya ke belakang sambil menatap seorang lelaki setengah baya yang tergopoh-gopoh lari ke arahnya.

Melihat siapa yang datang, gadis itu langsung memisahkan diri dengan teman-temannya, lalu mengajak lelaki tadi masuk kembali ke dalam sebuah kelas kosong untuk berbicara 4 mata saja. Nampaknya ada hal yang sangat serius yang mereka obrolin. Sekitar 10 menit mereka mengobrol, kemudian gadis itu keluar dari kelas itu dengan tersenyum penuh arti.

Demikian juga lelaki setengah baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Akhirnya gadis itu kembali menyusul teman-temannya, bersiap-bersiap untuk pulang. Nama gadis itu adalah Luisa. Usianya baru 17 tahun. Ia sekolah di kelas 2 sebuah SMU swasta terkenal di ibukota ini. Luisa merupakan salah satu cewek terpopuler di sekolahnya. Gadis belia itu sangat cantik, dengan hidung mungil yang lucu. Dia memiliki kulit putih bersih yang mulus, mata bulat dengan bulu mata yang lentik dan panjang hitam lurus sepunggung.

Gadis manis itu memiliki tubuh mungil khas remaja, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang serta dihiasi seragam SMU yang ketat, rok yang beberapa centi di atas lutut, dan kaus kaki putih panjang yang menutupi keindahan betisnya. Ya, kecantikan wajah dan tubuhnya, nyaris sempurna, sangat sesuai dengan selera om-om hidung belang. 

Ditunjang bibirnya tipis menggoda, dan selalu dihiasi senyum nakal remaja, membuatnya sebagai magnet bagi kaum lelaki, termasuk lelaki yang baru saja diajaknya ngobrol di kelas tadi. Lelaki setengah baya yang baru saja berbicara dengan Luisa adalah Mang Deden. Dia adalah pesuruh sekolah ini yang bertugas antara lain sebagai tukang sapu sekaligus tukang kebun sekolah. 


Umurnya sudah 52 tahun. Dia bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Rambutnya yang putih tipis nyaris botak sedangkan kumis dan janggutnya tumbuh liar tak teratur. Tetapi yang paling tidak mengenakan untuk di lihat adalah tampanganya sangat jelek. Tahun ini dia sudah bekerja selama 12 tahun dan dia dipertahankan kepala sekolah karena sangat baik dan rajin. Murid-murid sekolah itupun sangat senang bergaul dengannya yang sangat ramah.

Di sebuah kompleks perumahan
Pukul 16.00
Dengan sepeda bututnya, Mang Deden menyusuri jalan di sebuah perumahan menengah atas. Sepeda itu berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan taman garasi mobil di sampingnya. Mang Deden menjulurkan tangannya ke dalam pagar untuk mencari knop bel. Tak lama kemudian dari dalam sana keluar seorang gadis belia dengan senyuman khasnya yang nakal. Gadis itu adalah Luisa. Tubuhnya yang indah itu terbungkus hotpants ketat berwarna putih dan baju berkancing tanpa lengan yang berwarna sama dengan bawahannya. Penampilan sangat seksi dan menggoda sore itu.

“Sore mang, yuk masuk!” ajak gadis itu.

Maka Deden pun akhirnya memasukkan juga sepedanya ke dalam setelah Luisa membukakan pagar untuknya. Mang Deden mengikutinya dari belakang, sesekali matanya menatap pantat gadis itu yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Begitu bulat dan padat sempurna bokong itu sampai Mang Deden gemas ingin meremasnya. Luisa menyuruh Mang Deden memasukkan sepedanya ke garasi yang kebetulan hari itu kosong, yang menandakan ada yang memakai mobil keluarganya. Kemudian dia mengikuti si empunya rumah memasuki rumah itu setelah melepas alas kaki dan menaruhnya di depan pintu.

“Mang Deden bawa kan barangnya?” tanya Luisa dengan wajah penuh harap.
“Bawa neng. Tapi harus cepat-cepat dikembalikan. Takut kepala sekolah tahu”
“Tenang aja, cuman bentar kok” jawab Luisa dengan tersenyum puas.
“Tapi duit perjanjiannya sudah ada kan neng?”

“Santai saja mang. Tapi saya lihat dulu dong apa yang Mang Deden bawa apa”
“Boleh” jawab Mang Deden seraya mengeluarkan sesuatu dari balik punggunya.
“Eh mang, kita lihat di kamar Luisa aja. Ga ada orang kok” kata Luisa lalu mengajak Mang Deden ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, gadis itu lalu duduk di atas ranjangnya yang diikuti Mang Deden.
“Mana mang?”
“Ini neng, seperti yang neng minta” kata Mang Deden tersenyum sambil menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas.

Luisa melihat semua isi map itu dan ikut juga tersenyum bahagia.

“Benar kan ini yang neng Luisa mau?”
“Benar mang. Pintar juga nih si mamang” puji gadis itu
“Siapa dulu dong. kelakar pesuruh sekolah tua itu sambil membusungkan dadanya.
“Tapi ga ada yang tahu kan?”
“Sumpah ga ada neng. Tenang aja. Sekarang mana duit yang neng janjikan”

Luisa terdiam sejenak. Dia memang menjanjkan sejumlah uang kepada pesuruh sekolahnya ini untuk “jasa’ yang telah dilakukan Mang Deden. Tapi terus terang dia tidak menyangka Mang Deden akan berhasil. Luisa sebenarnya orang yang berada. Uang jajannya terbilang banyak. Orangtuanya selalu memberikan uang jajan setiap bulan (bukan perhari seperti siswa lain), dengan jumlah yang cukup banyak untuk ukuran anak SMA. 

Hal itu dimaksud agar Luisa jadi disiplin dan bisa me-manage duit sendiri. Tapi sayang, gaya hidup Luisa sangat glamor, suka hura-hura. Dia memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnya pun cantik. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan semua itu, maka maka tak heran baru pertengahan bulan seperti ini dia sudah kehabisan uang. Kalau sudah begitu maka jangan harap ortunya yang disiplin dalam hal keuangan itu akan memberikan uang jajan tambahan.

“Mana duitnya neng? Mau mabok-mabokan dulu nih. Hehehe...” pinta Mang Deden.
“eh..gini mang...anu.....” kata Luisa terbata-bata.

“Apa? Jangan bilang ga ada duit?”
“Bukan begitu. Jadi gini. Duit Luisa lagi ga ada sekarang. Habis kepake. Gimana kalo saya bayar bulan depan?”
“Ya elah neng. Tahu gitu ga mau deh mamang ambil resiko kayak gini”
“Maaf deh mang...Bulan depan ya...beneran ini uang jajan saya sudah habis nih” kata Luisa memelas.

“Masa utang. Kalo gitu ga jadi deh. Cape-cape saya nyolong ini” kata Mang Deden sambil berdiri dan siap-siap keluar dari kamar.

Luisa lalu memutar otak dengan cepat. Dia ga boleh membiarkan Mang Deden pergi membawa “barang” itu. Karena itu sangat penting baginya. Menyangkut masa depannya. Maka dia bertekad akan melakukan apapun asal dia mendapatkannya. Agaknya terpaksa ia harus memakai cara terakhir, maka dia lalu berdiri dan memanggil Mang Deden yang sudah di pintu kamarnya.

“Mang.....” panggil Luisa pelan, suaranya dibuat sesexy mungkin.
Mang Deden menoleh ke belakang.
“Apa lagi? Pokoknya ada uang ada barang.” katanya.
"Jangan gitu dong mang. Lagi ga ada uang. Gimana kalo barang diganti barang?”

“emang pasar loak bisa barang diganti barang”
“Aku yakin barang yang ini mamang suka deh” kata Luisa menggoda.
“Barang apaan?”
“Mamang duduk dulu deh di ranjang ini” kata Luisa, dia lalu berjalan ke pintu kamar.
"Hei.. neng mau kemana?"

Luisa diam saja, pintu kamarnya itu dikuncinya lalu kembali ke arah Mang Deden yang duduk bengong tak mengerti. Luisa sekarang berhadapan dengan Deden. Perlahan-lahan dibukanya kaos tanpa lengennya di hadapan pria tua itu sehingga sehingga BH-nya yang warna pink dan perutnya yang mulus dan putih telah terlihat oleh Mang Deden. Kontan Mang Deden melotot dan kaget dengan perlakuan gadis itu. Matanya makin melotot saat Luisa juga melepaskan BH-nya, sehingga kini kedua payudaranyas terbuka lebar-lebar dan pria itu bisa melihatnya dengan bebasnya.

“Barang yang ini loh yang saya maksud” kata Luisa dengan genit memamerkan dadanya.

Memang payudara Luisa betul-betul indah menggoda. Keduanya begitu menantang untuk diraba-raba dan diremas-remas. Sementara kedua putingnya berwarna kemerahan nampak segar menantang untuk dikulum. Mang Deden masih bengong tak tahu berbuat apa atas perlakukan nekat Luisa.

"Mang, bagaimana kalo duit yang saya janjikan diganti dengan tubuh saya? Mang Deden boleh menikmati tubuh saya sampai mamang puas. Tapi mamang serahkan barang itu” bujuk Luisa.

Lalu tangannya menggapai tangan Mang Deden yang berotot. Tangan Mang Deden yang masih terbengong lalu ditempelkannya di payudaranya. Tangan kekar dan kasar itu tepat memenuhi payudara Luisa. Tangan Mang Deden agak basah berkeringat. Tapi tiba-tiba tangan itu meremas payudara Luisa dengan lembut.

"Aaahh...gitu…terus... Mang.." desah Luisa manja.
"Luisa... tetek kamu indah sekali.. bening banget... kenyal lagi...".
“Asal mamang mau kasih barang itu, mamang boleh kok menikmtinya sampai puas”
“Benar nih??” tanya penjaga sekolah itu seolah-olah tak percaya.

“Benar Mang” kata Luisa dengan mengarahkan kepala Mang Deden ke payudaranya. 

Mang Deden yang sudah terangsang mulai mencium payudara Luisa, dicium, dijilat, dikenyot, dihisap dan digigit putingnya yang berwarna kemerahan.

"Mang.. aaahhh.. aahhh en... enak.. Mang.."
"Iya... neng... pentilnya... manis nih"
“Ayo mang nikmatin sepuasmu...ahhhh......” desah Luisa.

Sementara payudara Luisa sedang dilahap oleh mulut Mang Deden, tangannya mulai merambah ke paha gadis itu, dirabanya sebentar paha mulus itu lalu diturunkannya hotpants Luisa ke lantai. Kini Luisa berdiri di kamar itu dengan setengah telanjang di hadapan penjaga sekolah itu dengan hanya memakai celana dalam saja. Sungguh pemandangan yang menggairahkan. Dibantu oleh Luisa, Mang Deden kemudian meraih celana dalam Luisa dan ditarik ke bawah hingga kaki, otomatis vaginanya yang ranum terpampang jelas dan menyerbakan aroma harum di kamar itu.

"Neng Luisa...bau apa ini…wangi sekali..."
"Bau ini Mang…kan Luisa baru mandi." jawab Luisa menunjuk ke kelaminnya
"Waaaww... pasti rasanya.. enak.. juga.. ya.."

"Kalau Mang Deden mau... mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja sama kont-l Mang Deden.. yang mulai gede..." Luisa melihat batang kemaluan Mang Deden sudah mulai mendesak dari balik celana yang dikenakannya.

Tubuh Luisa lalu dibaringkan di tempat tidur. Mang Hamad melotot melihat tubuhnya yang sudah telanjang bulat, matanya terus menatap ke arah vagina Luisa. Nafasnya berubah menjadi semakin liar. Saat itu benar-benar Luisa tambah begitu sexy dan merangsang mata laki-laki ygmemandangnya. Tubuhnya yang mulus, putih dan kencang itu terpampang di atas ranjang hingga membuat darah menggelegak.

"Neng Luisa, ka.. kamu... hgeehh... mem-k....bagus....sekali.... ka.. kamu... mau.. ya..."
"Iya... Mang. selesaikan aja sekarang. Habis itu berikan barangnya ya".

Benar-benar Luisa telah menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Deden demi barang yang belum tahu apa. Lalu Mang Deden berlutut di depan gadis itu, kepalanya diarahkan ke vaginaanya. Luisa menahan nafas menantikan perlakuan penjaga sekolahnya.

“Ooooh. OOHHHHH. Aduuhh. Enaak!!!”

Mang Deden menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya. Lidahnya semakin liar saja, kini lidah itu memasuki liang vaginanya dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Luisa bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek. Gadis yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Mang Deden seraya membuka pahanya lebih lebar, kepalanya menengadah menatap langit-langit kamar. 

Mang Deden nampaknya sudah pengalaman menaklukan wanita, dengan jarinya dia buka vagina Luisa sehingga lidahnya dapat menelusuri lebih ke dalam. Selain dengan lidah, Deden juga mengerjai liang vagina gadis itu dengan jari-jarinya, jadi sambil menjilat jarinya juga aktif mengorek-ngorek liang itu sehingga area itu semakin berlendir.

“Oohhh…enak banget. Hebat banget sih jilat-jilatnya....ohhh...ohhhh....” desah Luisa.

Luisa, anak kelas 2 SMU yang cakep dan populer itu, yang jadi idaman seluruh cowok di sekolah itu, kini dibuat jadi tak berkutik dan mendesah-desah makin tak keruan oleh pesuruh sekolahan itu. Apalagi sekarang kedua tangan Mang Deden meraih ke atas menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Luisa.

“Oooh. AAAHHHHHH. AAAAHHHHHHHH. AAAAAHHHHHHHHH.”

Jilatan Mang Deden itu benar-benar ampuh. Sampai-sampai membuat Luisa, cewek bermata indah itu, sekarang jadi basah kuyup vaginanya dibuatnya. Wajah Mang Deden pun jadi ikutan basah pula kena tetesan cairan dari vaginanya. Namun dengan liar ia terus menjilati vagina basah Luisa sehingga jadi makin kuyup aja. 

Mang Deden semakin memegang kendali permainan sampai akhirnya kini Luisa benar-benar pasrah dan mengikuti saja seluruh permainan Mang Deden. Hal ini menunjukkan bahwa Mang Deden jauh lebih berpengalaman dibanding Luisa. Kini Mang Deden mengeluarkan kepalanya dari himpitan paha Luisa. Hal itu membuat Luisa merasa tanggung dan mau marah. Tapi dia sadar jutru dia harus bisa memuaskan lawan mainnya ini demi “perjanjian” tadi.

“Ayuk, sekarang neng duduk ya,” kata Mang Deden sambil menyuruh Luisa duduk setengah tiduran di ranjang. Sementara ia melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Nampaknya Mang Deden ingin Luisa melihat penisnya yang akan dikeluarkan.

“Neng Luisa pasti belum pernah lihat kont-l orang kampung kayak punya mamang. Sekarang mamang kasih lihat. Gratis. Hehehe..”

Kemudian Mang Deden membuka resulting celananya dan menurunkan celana dalamnya sekaligus sehingga menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Luisa. Penis itu besar dan panjang dengan batang yang hitam dan ujungnya yang bersunat berbentuk helm tentara, membuat Luisa terkesiap karena panjangnya. 

Ini merupakan penis terbesar yang pernah dilihat langusng olehnya. Beda dengan punya pacarnya. Walau merasa ngeri saat membayangkan penis itu bakal mengoyak vaginanya, tapi Luisa tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Maka tanpa diminta diapun mulai mendekati penis itu lalu mengelusnya. Tubuh Mang Deden bergetar saat Luisa mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan.

“Tangannya halus..enak...” desah Mang Deden.

Pelan-pelan, Luisa memajukan wajahnya, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu, sehingga Mang Deden mendesah merasakan belaian lidah Luisa pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya.

Setelah belasan tahun yang lalu lamanya menduda Mang Deden kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Wanita muda dan cantik lagi. Dia sungguh sangat terangsang. Luisa sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.

“enaknya!!!” lenguh Mang Deden 

Luisa terus memaju-mundurkan kepalanya sambil mengulum penis itu, tangannya juga ikut bekerja mengocok batangnya atau memijat buah pelirnya. Pria setengah baya itu merasa semakin keenakan sehingga tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya menyodoki mulut Luisa seolah menyetubuhinya. Kini Luisa berhenti memaju-mundurkan kepalanya dan hanya pasrah membiarkan mulutnya disenggamai penjaga sekolah itu itu, kepalanya dipegangi sehingga tidak bisa melepaskan diri.

“Uuhhh…gitu , enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Luisa dan memaju-mundurkan pinggulnya.

Luisa merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Mang Deden yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya.

“Ohhh…Neng Luisa, terus...terus!” desahnya sambil membelai rambut gadis itu.

Saking enaknya, pertahanan Mang Deden langsung jebol dalam waktu kurang dari 5 menit. Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak gadis itu makin mengeras. Luisa yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin cepat dan cret…cret…sperma Mang Deden menyemprot dalam mulutnya. Dengan lihainya Luisa menelan dan menyedot cairan kental itu tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang dialami Mang Deden sehingga membuatnya melenguh tak karuan.

“Uoohh…sedot terus neng…ajibb…jibb…jibbh!!”

Luisa melakukan cleaning servicenya dengan sempurna, seluruh batang itu dia bersihkan dari sisa-sisa sperma. Setelah mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari mulutnya. Sungguh teknik yang sempurna, demikian pikir Mang Deden.

Luisa kemudia tersenyum genit kearah Penjaga sekolahnya itu.

“Neng memang gadis nakal ya, Luisa”. katanya
“Asal Mamang mau bantu Luisa, apapaun saya lakukan buat Mang Deden”. Sahut Luisa dengan masih terseyum menggoda.

Mang Deden lalu memanggil Luisa untuk duduk di pangkuannnya. Posisi mereka sekarang saling menghadap dimana Mang Deden masih duduk di ranjang dan Luisa diatasnya. Tanpa malu-malu Luisa menuruti keinginan penjaga sekolahnya itu. Bahkan tanpa sungkan dia mencium bibir Mang Deden. Sambil berciuman tangan Mang Deden kembali meremas bagian-bagian sensitif tubuh gadis mungil itu. Sekarang penjaga sekolah bejat itu menyusu dari payudaranya. 

Pipi pria itu sampai kempot menyedot puting Luisa, sepertinya dia sangat gemas dengan payudara Luisa yang putih montok dengan puting kemerahan itu. Luisa senang-senang saja payudaranya dikenyot. Dia sendiri nampak mendesah nikmat dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Dengan nakal dia ikut meremas-remas batang Mang Deden yang masih lemas. Perlahan-lahan nafsu gadis itu mulai naik lagi. Begitu juga dengan Mang Deden. Dalam tempo singkat penisnya sudah kembali bangun.

“Masukin ya pak. Luisa sudah ga tahan nih’. kata Luisa yang diiyakan Mang Deden. Luisa lalu mengakat pantatnya dan mengarahkan vaginanya ke penis yang sudah menegang maksimal itu. inilah kali pertama Luisa akan merasakan penis terbesar yang akan memasuki lubang vaginanya yang sempit. Walau sedikit ngeri, tapi nafsunya mengalahkan semuanya. Beberapa kali kepala penis itu terpeleset dan gagal masuk ke celah vagina luisa.

“Susah banget sih mang. Punya mamang gede sih”
“Sini mamang bantu”

Mang Deden lalu membantu dengan mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Luisa mengigit bibirnya merasakan sedikit perih saat ujung kepala penis Penjaga sekolahnya itu masuk. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam miliknya.

“Pelan-pelan mang. Sakit....”
“Iya neng. Memeknya kesempitan sih”

Luisa merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak perlahan ke dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Mang Deden meringis menahan nikmat merasakan penisnya tergesek dinding vagina gadis itu. Dengan beberapa kali gerakan tarik dorong yang keras maupun lembut, penis itu akhirnya terbenam setengahnya ke dalam vagina Luisa. Itupun Luisa sudah merasa penuh sekali. 

Penis itu terasa sangat sesak di liang vaginanya, ini memang bukan pertama kalinya bagi Luisa, namun penis mantan pacarnya Johan tidaklah sebesar milik Mang Deden. Dan ketika dengan kasar Mang Deden tiba-tiba menekankan batangnya seluruhnya hingga amblas. Luisa tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur pedih menguasai dirinya, hingga badannya mengejang beberapa detik.

“ahh……….mang......ohhhhhhh.......sakit........” Luisa melolong dengan panjang.

“Oohh…enak banget Neng, sempit, legit, padahal udah gak perawan…!” katanya sambil menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat. Luisa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap dia menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang vaginanya sungguh membuatnya seperti terbang tinggi. Mereka bersetubuh dengan gaya woman on top.

“Oh, Luisa...... memekmu…bener-bener masih seret, ohh..ohhh !” puji Mang Deden ditengah genjotannya. Luisa hanya hanya memejamkan mata sambil mendesah. Dia sudah mulai bisa menikmati penis Mang Deden di liangnya. Bahkan dia sekarang mulai ikut menggoyang-goyangkan pantatnya di atas penis hitam itu.

“Oh, mang....ohhhh...ohhhhhh.....e..nak......” desah Luisa.

Dia memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan Mang Deden dengan penuh semangat. Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah orang tua itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kenikmatan karena telah berhasil menikmati gadis terpopuler di sekolah ini.

“Kamu benar-benar cantik neng. teteknya juga bagus”. ujarnya.

Dengan posisi demikian, Mang Deden dapat mengenyot payudara Luisa sambil menikmati goyangan pinggulnya.

Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian. Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Luisa makin melayang, dia makin lama makin cepat mengoyangkan pinggulnya diatas tubuh Mang Deden. Di ambang klimaks, tanpa sadar Luisa memeluk Mang Deden dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Luisa mendesis panjang dengan tubuh mengejang.

‘Oh..mang....Luisa ....mau ke....lu....ar....rrrrr” Jerit Luisa.

Sekitar 2 menit kemudian, tubuh Luisa meliung keras, menjerit menahan desah, saat berhasil mencapai orgasme, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan. Mang Deden masih erus mengenjot hingga orgasmena makin panjang. Vagina Luisa berdenyut kencang seolah menghisap penis Mang Deden dan mencengkeram penis itu keras sekali. Meski begitu, entah apa yang menjadi doping Mang Deden, penis penjaga sekolah itu tetap saja berdiri tegak seperti tongkat baja yang tidak bisa lemas. Penis itu terus menyodok vagina Luisa meski gadis cantik itu sudah kepayahan. Mang Deden lalu mendekap tubuh telanjang Luisa, lalu masih dengan kemaluan yang menyatu, mereka lalu berlutut di lantai. 

Mang Deden kemudian menunggingkan pantat Luisa, memaksa gadis cantik itu berposisi merangkak dengan bertumpu pada lutut dan siku. Dengan posisi pantat Luisa yang menungging lebih tinggi dari kepala, Mang Deden makin leluasa menggagahi wanita cantik itu. Dia melebarkan kedua kaki Luisa, membuat vagina wanita itu kembali membuka. Segera saja penis Mang Deden kembali menggenjot vagina gadis seksi itu secara brutal.

“Ahhkh… aahh… oohh…” Luisa merintih-rintih lirih merasakan vaginanya kembali digenjot oleh penis Mang Deden.

Tubuhnya kian lemas mengalami percintaan yang begitu lama. Lenguhan dan erangan Luisa akhirnya lenyap sama sekali dan hanya menyisakan rintihan-rintihan tak berdaya. Tubuh mulusnya yang telanjang bulat tersentak maju mundur dengan pasrah mengikuti sodokan penis Mang Deden pada vaginanya. Tubuhnya benar-benar terasa letih dan lemas. Meski begitu gelombang orgasme terus-menerus menghajar tubuhnya, membuat Luisa hanya bisa menggeliat lemah dan menggigit bibir merasakan kenikmatan yang sekaligus sangat menyakitkan.

“enak sekali mem-k neng Luisa...beruntung sekali mamang…ha...ha....” Jerit Mang Deden bagai kesetanan.

Penis Mang Deden dengan kasar menyodok-nyodok vaginanya berulang-ulang. Cairan vagina Luisa yang membludak seolah berbuih melicinkan gesekan penis Mang Deden pada dinding vaginanya. Sebagian cairan vagina itu mengalir membasahi paha Luisa sebelah dalam.

Mang Deden kian ganas mengenjot Luisa. dengan tangan terus-menerus meremas-remas pantat Luisa, penis Mang Deden menyodok vagina anak 17 tahun yang cantik itu dengan gerakan tidak teratur, kadang cepat kadang pelan, membuat Luisa kian tersiksa oleh kenikmatan yang kembali mendera tubuhnya. Kadang-kadang saking terangsangnya, Luisa menggoyangkan pantatnya sendiri maju mundur untuk mempercepat sodokan penis Mang Deden pada vaginanya. Mang Deden tertawa senang di tengah dengus kenikmatannya menyaksikan Luisa yang menggoyangkan pantatnya sendiri.

“He he he.. Oke juga nih neng..” Mang Hamad tertawa. “Ayo, goyang terus… Ayo.. terus…” Mang Deden menyemangati.

Dia lalu menghentikan sodokan penisnya sama sekali, untuk mengetahui reaksi Luisa. Secara reflek Luisa langsung menggerakkan pantatnya lebih kuat dan lebih cepat. Orgasme berkali-kali telah membuat Luisa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. yang dia inginkan sekarang hanyalah bagaimana meraih kenikmatan seksual sebanyak mungkin. Karena itulah Luisa terus menerus menggoyangkan pantatnya membuat vaginanya tetap terpompa oleh penis Mang Deden. Sementara itu Mang Deden juga mengimbangi gerakan pantat Luisa yang kian liar. Mang Deden memegangi pinggul Luisa lalu menarik pinggul yang bulat itu maju mundur mempercepat goyangan pantat Luisa.

“Ayo.. terus.. goyang terus..” Mang Deden menyemangati Luisa yang makin liar, sementara tangannya terus meremasi pantat Luisa yang montok dengan penuh kegemasan. Luisa kian tak tahan menerima sodokan penis Mang Deden. Perlakuan Mang Hamad yang brutal ternyata justru membuat orgasme Luisa lebih cepat meninggi. Luisa merasakan gelombang orgasme kembali meregangkan syaraf seksualnya mencoba menembus pertahanannya.

“Udah dulu mang, cape...”

“Tapi Mamang belum cape neng...kalau mau udahan silakan tapi perjanjian kita batal” ancamnya.

“Ok..ok lanjutin ajah mang” Kat Luisa tak punya pilihan,

Merasa belum terpuaskan dengan posisi doggy style yang dipraktekkannya, Mang Deden memaksa Luisa kembali menelentang di lantai, lalu direntangkannya kedua tangan Luisa ke samping dan dipeganginya pergelangan tangan wanita itu erat-erat. Kemudian kembali penis Mang Hamad menyodok-nyodok vagina Luisa. Luisa tidak bisa bergerak dengan posisi seperti itu. 

Tubuh Mang Deden yang besar menindih tubuh putih mulus Luisa dengan ketat. Sodokan penis Mang Hamad menggenjot vagina Luisa dengan begitu kasar membuat pantat Luisa sampai terbanting-banting keras di lantai marmer yang dingin. Luisa yang sudah tidak punya tenaga lagi hanya bisa pasrah dan berharap ini cepat berakhir. Meski begitu Luisa harus menunggu cukup lama untuk itu. Selang sepuluh menitan Mang Deden menggenjotkan penisnya, tubuh Luisa kembali menggeliat dan mengejang, hanya kali ini terlalu lemah.

“Ohh… aahh…” Luisa mengerang lirih dengan tubuh mengejang dan gemetar. Dari vaginanya yang kembali berdenyut keras, Mang Deden segera tahu kalau gadis cantik yang sedang digagahinya itu kembali mengalami orgasme. Vagina Luisa mencengkeram penis Mang Hamad dengan kuat seolah hendak membetot penis itu sampai lepas.

“Udah dulu mang....aduh capek...istirahat dulu....” Desah Luisa.

Kali inin Mang Hamad menurut saja. Dia juga mau mengistirahtkan penisnya yang dari tadi `bekerja keras`. Dia lalu membopong Luisa. Direbahkannya gadis itu di atas ranjang. Luisa telentang dengan lemasnya. Entah sudah berapa kali dia orgame. Tapi dia tahu ini belum selesai. Luisa menerima minuman yang diberikan Mang Hamad. Kerongkongannya yang tadinya kering kembali terisi. Mang Deden juga membantu Luisa mengurangi lemasnya dengan memijat-mijat gadis itu.

Pukul 17.40

“Terima kasih neng. Ini baru bayaran yang sepadan”
“Ya udah. Sekarang mana “barang” nya. Saya butuh banget” sahut Luisa
“Tuh ambil!” Mang Deden mengeluarkan lembaran itu dari saku celananya pada Luisa.

Luisa tersenyum lalu ia buru-buru menyalin semua yang dalam kertas pada sebuah catatan kecil.
Lima belas menit kemudian Mang Deden pun meninggalkan rumah Luisa dengan penuh kepuasan

Keesokan harinya

Pukul 13.40

Sekolah sudah lenggang setelah bubaran jam 13.15 tadi, tidak ada kegiatan ekskul karena ini adalah minggu ujian. Di sebuah toilet di tingkat 3 yang jarang dilewati orang terdengar sayup-sayup suara desahan dari dalam.

“Aaah…iyahhh Mang, lebih keras dikit…ahhh….aahhhh!!!” erang Luisa yang bersandar pada tembok dan menerima hujaman penis Mang Deden pada vaginanya.

Seluruh kancing seragam gadis itu telah terbuka dan cup bra nya telah terangkat ke atas, demikian juga celana dalamnya telah tergeletak di lantai dan roknya terangkat hingga pinggang. Crettt….crettt…beberapa kali semprotan sperma Bang Deden mendarat di buah pantatnya yang sekal. Kedua insan itu baru saja mencapai puncak kenikmatan bersama di toilet itu.

“hihihi…untung ada Mang Deden jadi tadi ujiannya lancar!” kata Luisa agak lemas sambil mulai mengancingkan kembali kemejanya.

“Pokoknya kalau Neng butuh bantuan sih cari aja Deden, dijamin tokcer…asal imbalannya juga asyik punya dong hehhee!” kelakarnya genit sambil membelai pantat Luisa.

Ya…lembaran yang sejak kemarin sangat diinginkan Luisa itu tak lain adalah kunci jawaban pilihan ganda untuk ujian hari ini. Luisa memang terbilang agak kurang dalam bidang studi satu ini, terutama kimia yang membuatnya sangat frustasi. Dengan kunci jawaban hasil curian Bang Deden kemarin ia dapat mengerjakan ujian tadi dengan lancar, tentunya tidak semuanya dijawab sama persis seperti di kunci demi menghindari kecurigaan para guru. Sebagai harganya ia harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh si penjaga sekolah tua itu.

“Udah ya Mang, saya pulang dulu…inget di luar jangan macem-macem loh, gak enak kalau diliat orang!” Luisa mewanti-wanti pria itu setelah membenahi diri dan hendak keluar dari toilet itu.

“Tenang neng…tenang, Mamang juga bisa dipecat atuh kalau ketahuan gitu hehehe” jawab Mang Hamad terkekeh-kekeh.

Sampai di tempat parkir, Luisa tampak bingung mencari-cari sesuatu di saku bajunya hingga tasnya.

“Ininya ketinggalan Neng?” tanya sebuah suara dari belakang yang mengejutkannya.

“Duh Mang, ngagetin aja, makasih ya, kayanya jatuh di atas tadi” Luisa pun menerima kunci mobilnya dari tangan Mang Hamad lalu menekan remotenya hingga pintu tidak terkunci. Luisa masuk ke jok kemudi, tapi sebelum ia sempat menutup pintu mobil, tiba-tiba Mang Deden menahannya dan merangsek ke dalam menindih tubuh gadis itu.

“Mang…apa-apaan ini…aahhh…jangan! Aahhh!!” erang Luisa terkejut.

Selanjutnya pintu mobil tertutup dan mobil itu sedikit bergoyang-goyang, Mang Deden nampaknya tidak puas-puasnya menikmati kehangatan tubuh si bunga sekolah itu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4