Langsung ke konten utama

Lembaran Hitam


Halo, Namaku Alena. Mahasiswi semester 5 sekaligus sekretaris BEM di salah satu PTS ternama yang ada di kota Medan. Kata orang parasku tergolong cantik dan penampilanku pun cukup modis. Dengan tinggi 167cm dan bb 55kg membuat tubuhku cukup proposional. Namun ada yang menarik di tubuhku bagi kaum lelaki, kulitku yang putih mulus dan wajahku yang terkesan oriental yang membuat satu satunya mantanku, William selalu kembali kepadaku.

Awalnya aku merupakan anak rumahan yang polos, dan aku mengenal seks sejak bersama dengan William. William bukan anak baik-baik tentunya, kita berpisah karena dia berselingkuh dengan teman sekampusnya setelah sejak SMA aku memberikan segalanya untuknya. Aku sangat mencintai William, hingga nasibku kini hanya menjadi pacar keduanya. Entah yang aku rasakan cinta atau ketergantungan, Wiliam datang kepadaku tidak hanya untuk meminta jatah, dia begitu mempertahankanku tetapi tidak ingin meninggalkan wanita itu.

Aku dan William berkuliah di kota yang sama namun berbeda kampus. Dia sering mengunjungiku atau mengajakku pergi jalan-jalan tanpa diketahui pacarnya. Tentunya dalam satu minggu pasti dia meminta jatah kepadaku.

Siang itu aku selesai kelas dan William menjemputku untuk makan siang bersama. Aku melihat mobilnya terparkir di depan gedung fakultasku, langsung aku memasuki mobil.

“Hai sayang”, ucap William mengecup bibirku.

“Hai.. udah lama ?

“belum sih, katanya mau rapat BEM?”

“aku kabur aja deh kan mau ketemu sama pacar aku yang ganteng ini.. hihi..”, ucapku gemas melihatnya.

“kangen ya? Aku juga kangen, apalagi yang bawah nih.”, jawab William sambil meraih tanganku utuk menggenggam penisnya.

“nakal deh ya ini..”

“ngga kuat sayang, kamu menggoda banget sih pake jilbab tapi bajunya ketat gitu. Kamu niat ya pengen bikin aku horny?”

“kamunya aja yang pengen terus sama aku kan”

“habisnya kamu enak sih”, tangan William meremas payudaraku dengan tangan kananya yang tetap mengemudi, tidak akan ada yang melihatnnya karena kaca mobilnya sangat gelap.

Aku menikmati setiap remasannya, tangannya mulai menaikkan kaos ketatku dan bergeriliya dibalik BHku yang menutupi seluruh payudara. Tangannya mulai turun ke celanaku menggesek-gesekkan jarinya di vaginaku, aku mulai mendesah pelan.

“ahhh.. sayang nakal deh”,

“ini baru permulaan, nanti kita lakuin di tempat yang belum pernah kita coba”

Aku mulai penasaran kemana dia akan membawaku, sepanjang perjalanan William terus mengerjaiku membuatku telanjang di dalam mobil dan mengeluarkan cairan vagina 2 kali. Kita menuju ssalah satu mall untuk makan siang, sesampainya di basement William langsung memarkirkan mobilnya di posisi paling ujung.

“buruan pindah ke belakang”, ucap William menyuruhku

William membuka pintunya untuk berpindah ke kursi belakang, aku melompat untuk berpindah sambil menduga-duga bahwa dia akan menyetubuhiku disini.

“kamu mau ngapain?”, tanyaku

“udah ngga tahan dedek aku gara-gara kamu nih”

William menciumku bibirku dengan lembut, memegang kedua payudarayu dan diremasnya penuh nafsu.

“enak banget sih boba aku, ahh… gimana ngga nagih coba Alena sayang…”, William mengemut payudaraku dengan gemas, aku mulai mmbuka retsleting celananya.

“emang princess kamu ngga ngasih jatah ya”, ucapku menggodanya sambil meremas penisnya yang sudah menegang.

“apa sih sayang, enak sama kamu tau. Punya dia kan kecil teteknya, digenggam aja ngga bisa”.

Ada sedikit kebanggan bagiku karena aku memiliki tubuh yang lebih indah dari pada sainganku sendiri.

William menyuruhku duduk di pangkuannya, agar pergerakannya jauh lebih mudah. Penisnya besar bagiku, cukup membuat vaginaku sakit ketika pertama kali masuk.

“Alena, ambil kondom di situ”,

Aku mengambil kondom di tampat yang dia tunjuk, dan memakaikannya ke penis.

Dia menggesek-gesekkannya di vaginaku lalu memasukkannya perlahan, aku mulai menggerakkan tubuhku baik turun perlahan, sambil memegang lehernya. William ikut menggoyangkan tubuhnya sambil mengemut payudaraku tentunya.

“Ahh… terus sayangg…”, ucapku penuh gairah

“Ahhh…. Ahhh.. ahhh…”,

Desahanku semakin kuat, di menit ke 7, begitu juga dengan goyangan tubuh William.

“sayang aku hampir keluar ahh…”, ucap William mempercepat gerakannya

“ufhhhhhh…. Ahhhh… jangan dulu dong, aku belum nih…”,

“udah ngga kuat sayang ahhhhh…”

William mempercepat gerakannya hingga…

Crottt… Crottt…

Dia mencabut penisnya dan mengangkatku berpindah duduk ke samping. Ini yang kurang dari hubunganku dengannya. Ketika sedang bersetubuh dia sangat egois, tidak meperdulikanku yang masih menginginkan orgasme itu. belum ada 10 menit pasti dia sudah keluar, aku hanya boneka pemuasnya saja.

“sayang maaf ya aku keluar duluan hehe..”, ucapnya tanpa dosa

“iya kaya ngga biasanya aja”

“jangan ketus gitu dong, kamu kan udah keluar dua kali tadi emang kurang?”


Benar katanya, dia membuatku orgasme dua kali, namun bukan dengan penisnya. William memakai kembali pakaiannya, begitu juga denganku. Dia mengecup keningku, mungkin tanda terima kasih telah menjadi bonekanya.

“sayang, besok aku berangkat KKN ya. jangan kangen.. nanti aku telfon deh”,

“lama banget sih 40 hari… makin kesepian kan aku”, wajahku cemberut karena masih satu kota dengan dia saja aku jarang bisa bertemu, apalagi dia keluar kota.

“janji deh nanti pas pulang, kamu yang aku temuin pertama kali”,

“beneran ya? Awas kalau bohong”,

“iyaa Alena sayangg, jangan cemberut gitu dong ah. Jelek tau, sini cium dulu”, William menciumku gemas.

Kita memasuki mall untuk makan, aku juga membeli beberapa buku untuk kuliahku lalu setelah itu dia mengantarku pulang ke kost.

Ya, hanya seperti itu hubunganku dengan William, aku jarang merasakan kepuasan ketika bercinta kecuali dengan cara mastrubasi. Aku sadar posisiku hanya sebagai orang kedua di hidupnya.

Keesokan harinya William sudah berangkat bersama teman-temannya. Padahal saat itu aku sedang merasa kesepian..

Mulailah aku scroll sosial media hingga muncul lah satu konten yang menjadi obat kesepianku. Aku baru teringat ada sebuah bot di aplikasi tlrgm yang bernama anonymous chat. Dimana kalian bisa saling melakukan interaksi lewat chat tanpa saling mengetahui.

Aku mulai memainkannya, mendapat beberapa mutual Instagram. Dan beberapa kali berbincang namun belum ada yang cocok denganku. Hingga aku menemukan sosok misterius yang akan merubah hidupku.

Anonymous : Hallo

Alena : Hai

Anonymous : gue cari cewe

Alena : gue cewe

Anonymous : cari cewe buat gue wkwk

Alena : yahh bisa ngga yaa wkwk

Anonymous : kalau punya cowo ngga usah sih

Alena : ngga tau sih gue, ngga jelas. Nasib orang ketiga hahahha..

Anonymous : ngga masalah kali ada peluang juga kan buat lo

Alena : entah

Anonymous : umur berapa lo?

Alena : 20

Anonymous : gue 25, punya peluang buat dapetin lo

Alena : lo kan ngga tau gue siapa

Anonymous : gue bakal tau, ketika kita ketemu nanti. Gue bakal ke kota lo.

Aku tak habis pikir, apakah dia serius mengucpkan itu? bahkan kita belum berkenalan.

Alena : lo nantangin gue? hahaha

Anonymous : lo merasa tertantang? Dimana kota lo?

Alena : dateng ke medan

Anonymous : kebetulan gue juga di medan

Damn! Apa yang aku katakana barusan? Aku bisa saja skip percakapan ituu, tetapi aku merasa tertantang dengannya. Namun bagaimana jika aku bertemu orang yang zonk? Aku berharap dia seorang yang tampan yang bisa mengisi haiku lebih jauh lagi… ahh pikiranku mulai kemana-mana.

Alena : serius lo?

Anonymous : besok kita ketemu, di caffe **** jam 4 sore.

Alena : itu mah deket kampus gue.

Anonymous : oke berarti ngga sulit buat lo kan? Kalau boleh tau siapa nama lo?

Alena : Alena

Anonymous memberhentikan percakapan

“Anjing kok di stop sih gue belum tau nama dia. Gumamku dalam hati.

Aku masih berfikir apakah aku akan menemuinya disana jam 4 sore atau aku abaikan saja. Rasanya aku sangat tertantang untuk menemuinya besok, namun bagaimana aku menemukannya?


Tidak ada kelas di hari itu, sedari pagi aku mengikuti rapat pengurus organisasi. Karena kita akan megadakan kunjungan di kampus tetangga kita seminggu lagi. Tidak banyak orang diruangan ini, hanya ada 5 orang termasuk aku. Hari itu aku memakai rok span dan manset putih dibalut kemeja biru muda bergaris. Aku suka memakai baju yang memperlihatkan keindahan tubuhku seperti yang selalu William doktrinkan kepadaku, “badan sexy gini kok ditutupin sih, biarin aja mereka liat tubuh kamu yang bagus”

Kurang lebih itu yang biasa disampaikannya, namun dibalik semua itu aku sangat menjaga tubuhku dari sentuhan orang lain, hanya William yang boleh memegang bagian-bagian tertentu ini. Pernah ada moment ketika ketua salah satu organisasi mahasiswa dijampusku yang bernama Rangga, ingin melakukan sesuatu yang tidak baik padaku, aku agak membencinya karena dia berani melakukan hal itu. namun aku tidak sepenuhnya menyalahkannya, hari itu kita hanya berdua di ruang organisasi, tentu juga karena aku terbiasa memakai pakaian yang meunjukan keindahan tubuhku. Dia memlukku dari belakang, wajahnya berada tepat di sampingku. Dia menciumi leherku.

“Apaan lo!”, ucapku kesal sambil berusaha menyingkirkannya.

“Cuma pengen main-main aja sama lo”

“Rangga! Minggir nggak!”, aku mulai membentaknya, dia memegang daguku. Tenaganya cukup kuat, aku tidak bisa melawannya.

“ngga mau.. sebelum gue dapetin apa yang gue mau”, rangga memegang erat tanganku kebelakang, dan tangan satunya meremas payudaraku bergantian.

“rangga lepasin gue! Jangan kurangajar lo ya!”, aku masih berusaha memberontak walaupun aku tau itu sia-sia

“salah siapa pernah nolak gue, lo malah lebih milih jadi selingkuhan mantan lo daripada jadi pacar gue. Ucapnya masih sambil menciumi leherku, aku tau rangga gila wanita, hampir semua wanita pernah jalan dengnnya. Namun, aku tidak tau apakah rangga juga menodai semua wanita itu. karena rangga yang pada hari itu berani bersikap seperti itu kepadaku saja aku tidak menyangka.

“gue ngga suka sama lo.”, ucapku tegas

“terus apa yang bikin lo suka sama mantan lo yang jadiin lo selingkuhan itu? kontolnya? Hah?!”

Belum sempat aku menjawab, ingin aku menamparnnya keras-keras namun rangga sudah terburu menciumku dengan ganas, aku tidak bisa melawannya, dia memojokkanku di dinding. Aku tidak membelas ciumannya sama sekali, aku selalu memberontak.

Pertolonganku datang saat rangga akan membuka bajuku, ruara langkah kaki dan bayangan dari jendela beserta suara beberapa anak organisasi mendekat. Rangga langsung melepaskan ciumannya dan aku merapihkan pakaianku secepat mungkin. Pintu itu akhirnya terbuka

Aku mengambil tasku dan langsung keluar dari ruangan itu

“Alena lo kenapa?”, tanya salah seorang.

Aku tak lagi menghiraukkannya, dan kembali pulang ke kost. Aku tidak menceritkan kejadian itu kepada siapapun. Aku tidak ingin kabar ini tersebar. Rangga memang cukup tampan, berapa kali dia coba mendekatiku, namun aku tau dia merupakan lelaki yang berganti-ganti wanita. Tidak jauh lebih baik dari William, namun aku tidak menaruh hati kepadanya.

Rapat selesai menjelang sore, aku sudah memutuskan untuk datang ke caffe itu menemuinya, mungkin tak mudah menemukan seseorang yang tidak aku ketahui apapun darinya. Aku membereskan semua kertas-kertas didepanku, dibantu oleh rangga dan yang lainnya. Lalu alu pamit pulang terlebih dahulu dan meninggalkan ruangan, ternyata rangga menyusulku.

“Alena! mau balik bareng ngga? Gue mau pergi searah sama kost lo nih”

“gue ada acara sama temen gue ngga, thankyou ya tawarannya”

“temen apa cowo lo nih”, tanya rangga dengan seikit menggodaku.

“apaan sih, temen gue. Gue duluan ya”, terkadang aku masih heran dengan rangga yang terlihat seperti tidak mempunyai salah terhadapku. Aku juga takut dia akan melakukan hal itu lagi kepadaku, namun aku juga menanggapinya dengan profesional karena dia ketuaku dan aku sekretarisnya.

Tidak seperti biasanya, caffe itu cukup sepi, hanya ada 3 mmeja yang terisi. Tidak ada tanda-tanda orang itu datang kemari, aku melihat jam memang belum jam 4, masih 10 menit lagi. Aku memesan Caramel macchiato kesukaanku, dan mencari tempat duduk yang nyaman, ada space yang ckup tertutup disana, mungkin aku akan lebih nyaman duduk disana. Tak lama pesananku datang, namun dia belum juga datang. Terlambat 2 menit, aku berfikir apakah aku bodoh menunggu orang yang tidak kukenal. Lalu apa yang akan aku lakukan ketika orang itu tidak seperti yang aku harapkan? Mungkin aku akan kabur dengan alasan ada acara lain.

“Hai Alena, gue yakin lo bakal dateng”, ucap seorang lelaki yang menepuk pundakku.

Dia menyalurkan tangannnya kepadaku, akupun menjabat tangannya.

“lo?”

“gue David, panggil aja dave salam kenal”,

Dia duduk didepanku dengan tersenyum, aku sangat bersyukur ternyata orang yang kutemui di anonymous chat tidak zonk. David lumayan tampan walaupun warna kulitnya agak gelap, badanya sangat atletis, penampilannya juga rapi dan wangi tentunya. Tidak seperti yang aku takutkan, aku sempat membayangkan bahwa lelaki yang kutemui berbadan gendut dan menyeramkan. Namun berada didekatnya dia memiliki vibes redflag, atau badboy. Walaupun dari penampilan dan cara bicaranya lembut.

“sorry ya telat, lo udah nunggu lama?”,

“belum kok, eh lo udah pesen?”,

“udah, gue udah pesen tadi”

Cara bicaranya sangat menarik bagiku, aku mulai tertantang untuk lebih mengenalnya lagi.

“btw lo asli sini?”, tanyaku membuka pembicaraan.

“iya gue asli sini, bahkan rumah gue deket sini. Tapi gue kuliah di ***”,

“ooh, jauh dong, kenapa ngga disini aja?”

“biar deket sama lo?”

“hahaha… bisa aja lo”

Percakapanku dengan david berjalan hingga satu jam, kita bertukar cerita dan saling mengetahui satu sama lain. Dia sangat menarik perhatianku, apalagi senyumnya yang seperti cowok redflag. Aku tertarik dengan lelaki badboy, William contohnya. Seakan lebih menantang setiap kehidupanku.

“mau jalan-jalan dulu ngga habis ini?”,

“boleh.. tapi gue ke kamar mandi dulu bentar ya dave”,

“oke,”

Aku ke kamar mandi bukan karena kebelet atau apa, tapi aku ingin merapihkan rambut dan pakaianku, memakai lagi parfumku agar dia nyaman jalan bersamaku. Aku kembali menemuinya, dia sedang memainkan ponselnya.

“udah yuk”, ajakku

“Lo ngga mau habisin dulu minumannya? Sayang lo. kata dave

“oh iya..”,

Aku menghabiskan minumanku, dave berdiri dan berjalan kearah kasir untuk membayar. Aku segera menyusulnya dan berjalan menuju mobilnya, dia membukakanku pintu sebelum memasuki mobil.

“kita mau kemana?”, tanyaku

"Ke tempat dimana kita bakal bersenang-senang”, jawab dave

Apa maksud dari kalimat dave barusan? Aku hanya menangkap bahwa dia akan membawaku ke tempat yang indah atau hanya sebatas berkeliling kota karena indahnya kota jogja di sore hari.

“jauh ngga sih?”,

Dave hanya terdiam, entah kenapa mataku sangat berat. Tidak biasanya aku mengantuk di jam-jam ini, karena tidurku diatas jam 12.

“kok aku ngantuk banget ya?”,

Dave tetap masih terdiam sambil membawa kemudi. Tak terasa aku sudah tertidur lelap di mobilnya.

Aku mulai membuka mataku, namun tidak lagi aku berada di mobil. Aku berada disebuah kamar yang sangat luas dengan nuansa yang sangat mewah, namun menyeramkan. Mungkin karena lukisan harimau besar yang ada di depanku atau mungkin karena keadaanku yang terikat oleh rantai yang memakai borgol di keempat tiang ranjang yang membuat tubuhku seperti huruf X. aku semakin kaget melihat pakaianku berubah menjadi dress pendek berwarna hitam yang berbahan seperti jaring-jaring besar.

Aku mulai memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku, dimana William?

Aku curiga dia memberikan obat tidur di minumanku saat aku pergi ke kamar mandi.

“Arghhhhh….. sial!”

Aku menggerutu kesal karena aku tidak dapat melakukan apapun, seharusnya aku tidak pergi kekamar mandi dan memberikan dia celah untuk berbuat seperti itu.

Aku berusaha melepaskan diriku, namun apa yang aku lakukan tidak akan berhasil, kedua kaki dan tanganku terikat dengan borgol itu. ternyata rantai itu panjang di keempat sisinya, hanya saja terikat dua kali agar lebih pendek, dan setelah aku memberontak akhirnya rantai itu bisa menjadi panjang.

Aku menuju sebuah jendela besar yang ada di kamar itu. langit sudah sangat gelap, dan ternyata aku berada di lantai dua rumah yang sangat besar bernuansa eropa, dari jendela itu terlihat kolam renang yang sangat luas. Aku memikirkan bagaimana caraku kabur, dan jika aku kabur, bagaimana dengan pakaianku. Ponselku juga tidak ada disini, hanya ada jam yang menunjukkan pukul 20:45. Cukup lama aku tertidur.

Pintu kamar ini terbuka, terlihat dave memakai kemejanya, bukan kemeja yang tadi. dave tersenyum sinis.

Aku berusaha mendekatinya dan ingin menamparnya

“Anjing lo! Mau lo apa?! Lepasin gue sekarang!”

Dave berjalan kearahku perlahan

“ketika gue bilang punya peluang buat dapetin lo, berarti gue mau dapetin semua yang ada di diri lo, gue bakal dapetin tubuh, hati, dan harga diri lo”, ucap dave di telingaku.

Plakkkkkk!!!!!!

Satu tamparanku mendarat di pipinya,

“anjing lo!! Bangsat!!!”

“lo kira gue bakal lepasin lo setelah lo nampar gue hah?!! Lo bakal nyesel karena lo pernah nampar gue! Lo bakal jadi budak seks gue selamanya hahahhaa…”

“nggak bakal!!! Gue bakal lepas dari semua ini!”

“coba aja.. cewek bego kaya lo yang percaya sama orang di chat anonymous, ngga akan bertahan lama sama pendirian kaya gini. Paling bentar lagi lo mohon-mohon ke gue buat puasin lo”

Air mataku mulai menetes, menyesali tindakanku yang berakhir seperti ini. Aku tidak tau bagaimana caraku bisa lepas dari sini selain membuat kesepakatan dengan dave.

“plis lepasin gue dave, gue bakal lakuin apapun yang lo mau. tapi lepasin gue”,

Dave duduk di sofa hitam di ruangan itu,

‘’gue bakal lepasin lo kalau lo mau nurutin apa yang gue mau”

“jangan apa-apain gue… hiksss…”, air mataku tak taham membendung, aku takut membayangkan apa yang akan dilakkukannya.

“terserah, intinya kalau lo nurut, gue bakal lepasin lo. Kalau engga ya tadi gue sempet foto-fotoin lo kaya gitu, bisa bikin harga diri lo hancur”, ucapnya mengancamku

“oke. Gue bakal lakuin apa yang lo mau”, aku pikir dengan apa yang aku lakukan akan memudahkanku keluar dari sini, yang terpenting aku bisa keluar dari tempat ini terlebih dahulu.

Dave menepuk tangannya dua kali, seperti memanggil seseorang. Dan benar ada seorang laki-laki yang ku taksir berumur 26 tahunan lebih tua dari dave memasuki ruangan itu, lelaki itu memakai pakaian rapi dengan celana abu-abu panjang, kemeja putih yang dibalut rompi dan membawa sebuah tas. Aku sempat berfikir sepertinya dave bukan seorang mahasiswa biasa, dengan rumah yang seperti ini dan laki-laki yang terlihat seperti pelayannya yang cukup elit.

“ambilkan kamera dan kertas itu”, ucapnya kepada lelaki itu

Lelaki itu memberikannya kepada dave dan langsung keluar ruangan.

Dave berdiri memeluk tubuhku dan menciumi leherku, dia menyingkirkan rambutku kebelakang, dan mencium bibirku. Aku menolaknya, aku menyingkir darinya. Dia kembali memegangk dengan erat dan mnciumku dengan ganas.. tangannya memelukku dan tidak membiarkanku kabur dari ciuman itu. dave mendorong tubuhku ke Kasur, kembali mengikat pendek rantaiku.

“dave, plis jangan apa-apain gue.. gue ngga mau”, ucapku ketakutan.

“ngga usah belaga sok perawan, lo aja mau dijadiin selingkuhan. Dasar lonte murahan”,

Ucapannya membuatku sakit hati, karena yang aku pikirkan tentangnya saat sejak tadi bertemu tak terbesit sedikitpun dia akan seperti ini. Walaupun memang benar aku adalah wanita yang mau dijadikan selingkuhan.

Dave membuka satu persatu kancing kemejanya, didada sebelah kirinya terdapat tato bertuliskan latin yang aku tidak bisa membacanya, aku akui badannya sangat bagus, dengan ototnya yang kekar, tidak terlalu besar, sangat ideal.

Dave menuju kearahku dan kembali menciumku, dia merobek pakaianku dengan kasar, hingga terpampang jelas kedua payudara besarku aku masih tetap memberontak.

“gue selalu cari akses buat kenal sama lo Alena, gue udah ngikutin lo dari awal sejak lo pindah ke kota ini. Gue tertarik sama kecantikan lo, popularitas lo di kampus dan tentunya ini”, ucap dave sambil meremas payudaraku keras.

“ahhh…..”, aku mendesah karena remasan dave yang cukup kuat itu, bagaimana mungkin dia sudah mengetahuiku sedangkan aku tidak mengetahuinya?

“Dan ternyata ngga sengaja gue ketemu lo di chat itu dan dapetin lo dengan begitu mudahnya. Alena, cewe yang merantau ke kota ini Cuma biar bisa deket sama mantan lo yang sekarang jadiin lo selingkuhan dan boneka seksnya? Gue tau hampir semua tentang lo. Lo ngga perlu tau gimana gue bisa tau tentang lo. Yang perlu lo tau sekarang Cuma, lo milik gue”,

Aku masih tertegun dengan kata-kata dave, aku benar-benar tidak menyangka bahwa dave selama ini menginginkanku. Aku masih memberontak ketika dave melumat payudaraku… dia melepas celananya. Sontak aku kaget dengan ukurannya yang membuatku melongo, penisnya sangat besar, dua kali kipat milik William, bahkan mungkin ketika disamakan, penis William sangat kecil. Aku tidak tau berapa ukurannya, yang jelas dia panjang dan besar, terlihat sangat tegang. Dave mulai menggesek-gesekkan ke vaginaku yang sudah tidak tertutup apapun.

“lepass davee…. Ahhh….”

“yakin mau dilepas? Orang basah gini”, ucapnya mencolek vaginaku.

"Lo belum pernah nyobain kontol pribumi kan !! Kalau udah nyobain gua jamin Lo pasti bakal ketagihan. 

Seketika aku merinding, membayangkan penis raksasa itu masuk ke dalam vaginaku. Dave masih sambil menjilati payudaraku penuh nafsu. Dan tanpa aba-aba

Blesssss…….

“Aaaaahhhh… sakittt! Nggak kuat dave, jangann!!”,

Dave langsung memasukkan penisnya ke vaginaku yang sudah sangat basah dan menggenjotnya dengan cepat.

“seret juga ya memek lo, jarang dipake sama cowok lo? Apa punya cowok lo kecil? Hahahha”,

“ahhh… saa.. kittt….”, ucapku terbata-bata karena genjotan dave yang sangat cepat

“nanti juga lo terbiasa sama kontol gue, bakal gue kontolin lo setiap hari”,

Penis yang sangat besar itu mengcukan pikiranku, dengan omongan-omongan dave yang merendahkanku namun membuatku semakin nafsu.

“ahhh… davee… uuuu.. daaaahhhhh… jangannn.. lagiii…”,

“udah gimana? Orang memek lo yang nyedot-nyeot kontol gue”,

“aaahhhh….”

Aku mulai menikmati permainan ini, hingga aku sadar dave tidak memakai kondom. Kenikmatanku akan berada di ujung karena penis dave yang mengobok” liang vaginaku.

“aahh… aaaa..kuuu.. maaauuu keluaarrr…. Ahhhh… ahhh…”,

Dave mempercepat gerakannya setelah mendengar ituu…

“aaaaaahhhhhhh….”

Aku mendesah sangat keras.. karena sebuah kenikmatan yang tidak pernah aku bayangka sebelumnya, namun saat ku hampir keluar, dave menarik penisnya secara cepat dan membuatku kecewa.

“kok dilepasin”, tanyaku dengan wajah masih sangat mengharapkan penisny memasuki vginaku lagi.

“terserah gue lah, emang lo mau lagi?”,

Siall!! Dia mempermainkanku. Namun aku sudah tidak tahan lagi…

“jawab lonte!”,

“mm.. maaauuu….”,

“mau apa?”,

“masukin..”

“masukin apa?”,

"penis”,

“penis? Maksudnya kontol?”,

Agrhhhhhhh… aku tidak biasa mengucapkannya. Itu sangat liar bagiku. namun kenapa ketika dia bertanya seperti ini aku menjadi sangat bergairah.

“iyaa…”

“iya apa?”

“masukin kontol lo”,

“kontol gue masukin kemana?”,

“ke vagina”

“memek? Bilang yang bener dong. Mulai sekarang Cuma ada kontok, memek sama tetek. Gue ngga mau denger kata-kata lain selain itu, ngerti?”

“iyaa…”

“jadi lo mau apa cantik?”

“kontol lo masukin memek gue”,

Dave tersenyum jahat, dan langsung memasukan penisnya ke vaginaku. Salah, tidak ada lagi penis dan vagina. Itu yang diajarkannya kepadaku. Kontolnya membobol kenikmatan memekku yang sudah hampir berada dipuncaknya, dia mempercepat sodokkannya sampai ujung, membuat otakku tidak bisa berpikir lagi selain memikirkan kenikmatan ini.

“aaahhhh ahhhh…… terusss…..”

“Dasar lonte cina !! tadi bilangnya ngga mau sekarang malah ketagihan juga gue entotin !!

“aaahhhh… ahhhhhh….”

Akku sudah hampir mencapai orgasmeku lagi, memeluk dave dengan erat. Namun sangat disayangkan, dave mencabut lagi kontol besarnya yang hitam berurat itu.

“ahhh… kenapa dicabut lagi”,

Dave mengambil kamera tadi dan kertasnya

“lo harus baca ini sambil gue rekamin kalau mau lanjut”,

“hahhh?!! Apa ini.. gue ngga mau!”

Aku kaget membaca sekilas tulisannya

“terserah kalau lo mau disini terus”,

Aku tidak punya pilihan lain selain menuruti perintahnya, aku tidak mau jika dia melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan lagi. Aku mengambil kertas itu.

“nah gitu dong, sadar kan lo kalau lo ngga punya pilihan lain”

Dave mulai memasukkan kontolnya lagi, dan menggenjotnya perlahan, untuk memberikanku celah untuk membaca agar suaraku jelas ketika di video.

Dia mengaktifkan kameranya dan mengarahkannya kepadaku.

“aaahhhhh….”

“mulai”

“Saya Alena Mahasiswi Managemet bisnis universitas *** Mulai hari ini akan menjadi budak seks David Adhinata, dan tidak berhak melarangnya untuk melakukan apapun terhadap saya. Saya tidak akan menolak satupun permintaanya dan akan selalu melayaninya.

Dave pun mempercepat gerakannya, dia menyodok” sampai batas rahimku. Aku berharap dia tidak melepas lagi dan membuatku memohon untuk orgasme.

“aaaahhhhhhh…. Akuuu mauu keluaaaarrrr”,

Crottt.. crottt…

badanku kelojotan karena kenikmatan yang belum pernah aku rasakan ini. Dave mematikan kameranya, dan memandangku dengan santai.

“gimana sayang? Enak?”

“aaahhh.. enakkk”

“enak mana sama kontol cowok lo?”

“enak kontol kamu..”

“hahahhaha… tapi sayangnya gue belum keluar, jadi lo harus sepong kontol gue yang udah kena memek lo”,

Shitt.. gue ngga pernah kaya gitu, bagi gue itu hal yang jorok. Apalagi udah kena cairan tadi.

“gue ngga mauu”,

“budak ngga boleh nolak!”, bentaknya keras dan dia juga menamparku.

“jangan kasarin gue dave hikss.. hikss..”

“gue nggak akan kasar kalau lo nurut sama gue!”,

Dia mengarahkan kepalaku ke penisnya, aku sangat jijik.

“ah! Sakit ******! Jangan kena gigi! Cowok lo ngga pernah minta sepongin apa?”,

“aku selalu nolak”,

“bagus, gue perawanin mulut lo. Emutin yang bener, sampe gue keluar”

Aku menjilati kontolnya, dan sesekali memasukkannya kedalam mulutku.

“jangan kaku gitu dong, gimana gue mau keluar. Sambil desahh, yang menggoda. Lo kan sekaranng lonte gue”

Caranya merendahkanku tidak lagi membuatku sakit hari, malah membuatku semakin bergairah. aku menuruti apa yang dia mau, aku mengulumnya hingg penuh di mulutku, memang tidak semuanya bisa masuk. Kontolnya terlalu besar dimulutku, aku memainkannya dengan lidahku. Lama-lama aku terbiasa dengan hal ini, beberapa menit terlewati, kontol dave mulai menegang. Aku ingin mencabut kontoll besar itu dari mulutku, namun dave mendorong kepalaku lebih dalam lagi.

“aaggggghhhhh…. Aghhhhh”

Crotttt… Crottttt….

“Jangan sekali-kali lo muntahin! Biarin dulu gue mau liat sperma gue di mulut lo”,

dia mengambil kameranya dan memfoto mulutku yang menganga penuh dengan spermanya yang sangat banyak. Air mataku mengalir, merasakan penyesalan yang aku lakukan dan juga merasa jijik dengan sperma ini.

“baguss… sekarang lo boleh telen. Jangan sampai ada yang tersisa.”

Aku menelannya dengan perasaan ingin muntah. Dave menutip mulutku hingga aku menghabiskan semua spermanya. Dia menyuruhku mmbersihkan sperma yang masih tersisa di penisnya. Aku menjilatinya hingga habis.

“cepet juga lo belajar jadi budak. Malem ini lo tidur sama gue, setelah lo bersihin badan lo”,

Dave keluar ruangan setelah memakai kembali pakaiannya, aku masih tertidur di Kasur karena cukup lelah.

Tak lama ada satu wanita muda yang sepertinya pelayan rumah ini masuk ke dalam kamar.

“Nona Alena, saya diminta tuan untuk membantu nona membersihkan badan”,

Perempuan itu memakai pakaian pelayan dengan bawahan rok. pakaiannya berwarna hitam putih, dia melepaskan borgol yang ada di tangan dan kakiku. aku bangun dan menuju kamar mandi. Sedari tadi aku belum melihat kamar mandi yang berada dikamar itu. sangat mewah tentunya, aku masuk kedalam bathup diikuti pelayan itu.

“kamu kerja disini?”

Wanita itu hanya diam saja, namun dia duduk disamping bathup membantuku membersihkan badan.

“aku bisa melakukannya sendiri”,

“ini perintah tuan”, jawabnya

“aku dimana sekarang?”,

Aku kembali melontarkan pertanyaanku namun dia masih tetap diam.

“kenapa kamu diam?”,

“tuan tidak mengizinkanku mengobrol dengan nona”,

Sebenarnya siapa dave ini, aku sangat penasaran. Aku sudah selesai mandi, wanita itu menyiapkan bajuku lagi, ya.. tentunya bukan baju yang biasa kupakai. Aku pikir dia akan memberiku pakaian seperti tadi, ternayta itu sebuah baju tidur kimono yang sangat pendek dan sexy berwarna merah. Aku tidak diberinya pakaian dalam. Dia membantuku berias dan menata rambut, aku tidak tau kenapa dia mendandaniku, sedangkan ini sudah hampir pukul 12 malam.

“mari nona ikut saya ke kamar tuan. Tapi sebelumya nona makan dulu”,

Sudah ada makan malam yang cukup banyak di meja itu, aku lapar sekali karena tenagaku terkuras habis tadi. untuk ukuran anak kost makanan ini cukup mewah, walaupun aku memiliki uang saki cukup banyk perbulannya. Tapi tetap saja tidak bisa setiap hari makan seperti ini.

Setelah selesai makan aku mengikutinya, keluar dari kamar itu. ternyata seperti yang kuduga. Rumah ini seperti istana yang megah. Bangunannya tinggi dan cukup elegant. Namun menyeramkan bagiku seperti sarang mafia. Ada beberapa pelayan berkeliaran disana. Aku menaiki sebuah tangga yang terletak diruang tengah. Rumah ini memiliki 3 lantai. Dan lantai ketiga adalah tempat yang akan aku datangi.

“lantai 3 ini ruang pribadi tuan. Tuan tinggal sendiri di rumah ini.”

“lalu orang tuanya?”

“maaf saya tidak punya hak untuk menjawab”

Rumah sebesar ini hanya ditinggali oleh satu orang yang masih berkuliah, aku tidak menyangka dia seorang konglomerat. Tapi tunggu, saat tadi aku membaca teks itu dia memiliki nama Adhinata. Ah apa benar dia keluarga adhinata yang sangat terkenal di negri ini? Tapi untuk appa seorang keluarga adhinata main chat anonymous? Aneh memang gabutnya orang kaya.

Tok.. tokk.. tokk…

“maaf tuan saya membawa nona Alena”,

“masuk”, ucap dave dari dalam.

Aku dmemasuki ruangannya, jauh lebih luas dari ruangan tadi. wanita itu tidak ikut masuk, aku melihat dave dengan kimono berwarna sama denganku.

Dia mendekatiku, hendak mengecup bibirku, namun aku mengalihkannya.

Dia menatapku, dan hanya tersenyum, mencium leherku.

“kamu tidur disini malam ini”

Tutur katanya mulai lembut kembali, dan dia menyebutku ‘kamu’.

Dia menuju Kasur itu dan berbaring,

“sini Alena”, ajaknya.

Aku mengikutinnya, dia memelukku, dengan sangat nyaman. Bagaimana bisa aku nyaman dipeluk oleh seseorang yang telah menculikku dan menjadikanku budak seksnya? Dia menciumku kembali.

“aku cari tau tentang kamu selama ini karena aku menaruh hati sama kamu, aku tau kamu kecewa aku udah bikin kamu jadi budak seks aku. Tapi aku pastiin kamu bakal bahagia ditangan aku, aku bakal jamin kehidupan kamu.”,

Aku hanya diam ketika dave bicara seperti itu, dia memeluk tubuhku hingga aku tertidur.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4

Lust in Broken Home 3