Langsung ke konten utama

Buronan Mencari Mangsa

Veni adalah wanita keturunan Tionghoa, demikian pula suaminya. Kebetulan malam itu Veni sedang sendiri di rumahnya. Suaminya yang bekerja di perusahaan pertambangan asing, sedang ditugaskan keluar kota sejak dua minggu yang lalu dan belum akan pulang untuk beberapa hari mendatang. Sedangkan pembantunya, Bi Inah sedang ijin pulang ke kampungnya karena anaknya sedang sakit. Jadi tampaknya Veni akan menghabiskan weekend sendirian di rumahnya dan harus melakukan segala sesuatunya sendiri.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19:30. Setelah pulang kerja, seperti biasanya, Veni langsung mandi kemudian dilanjutkan dengan makan malam. Lalu, untuk mengisi waktunya, Veni menonton acara TV dan membaca koran yang baru dibelinya. Veni membaca koran terbaru edisi sore. Ketika selesai membaca sebuah beVeni, matanya tertuju pada sebuah beVeni mengenai 2 narapidana yang kabur dari LP Cipinang. Dalam beVeni tersebut, disertai pula foto dan keterangan singkat mengenai kedua narapidana tersebut. Disebutkan seorang bernama Titus alias Black, umur 53 tahun, terpidana kasus pembunuhan.

Dan seorang lagi bernama Farid alias Obenk, umur 31 tahun, terpidana kasus perampokan dan pemerkosaan. Lalu Veni melanjutkan membaca beVeni-beVeni yang lain yang terdapat dalam koran itu. Ketika sedang asyik membaca, telinganya menangkap suara-suara yang mencurigakan dari arah dapur rumahnya. Sesaat timbul rasa takut dalam dirinya, karena dia berpikir dia wanita dan sedang seorang diri di rumahnya. Kemudian Veni berusaha untuk tidak menghiraukannya, karena dia berpikir suara-suara itu hanya perasaannya saja.


Sesaat kemudian, muncul suara lain, tetapi kali ini seperti barang pecah belah yang terjatuh. Merasa penasaran, Veni memberanikan diri untuk memeriksa ke dapurnya. Dengan hati-hati dan perlahan-lahan Veni berjalan menuju dapurnya. Sesampai di dapurnya yang masih dalam keadaan gelap, tangan Veni meraba-raba dinding mencari saklar untuk menyalakan lampu untuk memeriksa dapurnya. Di tengah kegelapan dapurnya, tiba-tiba Veni merasakan sebuah logam pipih yang dingin menempel di lehernya dan sebuah tangan kekar membekap mulutnya dari belakang. Panikpun menyerang Veni, tapi suara dibelakangnya berbisik mengancam,
Veni

“Jangan teriak, kalo lu masih pengen hidup!”
Veni dengan gemetar mengangguk.
“Bagus! Kalo lu nggak macem-macem, gue dan temen gue nggak bakal ngebunuh lu, ok.”

Veni kembali mengangguk. Dia semakin takut, karena ternyata orang di belakangnya tidak sendiri. Kemudian orang di belakangnya mulai melepaskan bekapan di mulut dan menurunkan pisau dari leher Veni secara perlahan. Lalu lampu dapur menyala, Veni dengan jelas dapat melihat orang yang tadi membekapnya dari belakang dan juga temannya. Veni mengamati ‘tamu yang tak diundang’ itu satu persatu. Seorang yang di belakang tadi tampak seperti orang timur, mungkin dari suku Papua jika melihat dari fisiknya.

Tubuhnya gempal, berkulit hitam, umur sekitar 50 tahun-an, Veni mengira-ngira dalam hati, karena rambut dan brewoknya yang keriting dan agak beruban. Seorang lagi, Veni tidak begitu jelas dari suku mana, tapi lebih muda, sekitar 30 tahun-an, tubuhnya agak kurus dan berkulit hitam walaupun tidak sehitam temannya yang lebih tua, rambutnya lurus, dan yang membuat Veni bergidik, kedua lengan dan tubuhnya dipenuhi dengan tatoo.

“Kita berdua lapar! Lu ada makanan ngak?” tanya yang tua.
Veni menggelengkan kepala,”Cuma tinggal mie instant.”

“Lu buatin buat kita berdua! Gue dua bungkus, lu berapa, Benk?” tanya yang tua kepada yang muda.
“Gue tiga bungkus.”jawab yang muda.

Tanpa banyak bicara, Veni kemudian memasak mie instant untuk kedua orang tersebut. Tetapi ada yang mengganggu pikiran Veni, ia merasa pernah melihat wajah kedua orang tersebut. Sambil memasak mie instant, otaknya terus berpikir dimana dia pernah melihat wajah kedua orang ini. Sampai suatu saat Veni teringat beVeni dan foto yang dia baca di koran barusan, bahwa kedua orang ini adalah narapidana yang seingat Veni mempunyai panggilan ‘Obenk’ dan yang tua mempunyai panggilan ‘Black’ telah melarikan diri dari LP Cipinang. Terasa lemas tubuh Veni mengingat hal itu, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.

“Kenapa?” Black bertanya kepada Veni.
“G-ga, ngak apa-apa.” Jawab Veni dengan gugup dan lansung membalikkan badan meneruskan memasak.

Tanpa Veni sadari,gaun tidur putihnya yang tipis tidak dapat menutupi lekukan tubuhnya yang aduhai serta menampakkan secara samar BH dan celana dalam yang dikenakan Veni, sehingga membuat Obenk bergairah.

“Bos, badan ini cewek satu montok juga. Boleh ya bos gue garap dulu,” bisik Obenk kepada Black.

“Itu bagian gue, jangan lu berani-berani masukin lu punya barang, gue dulu yang merawanin dia!” tegas Black yang kemudian dijawab dengan raut muka kecewa oleh Obenk.

Mie instant yang dimasak Veni akhirnya sudah jadi. Kemudian Veni menyajikan mie instant tersebut kepada kedua orang itu seperti menyajikan makanan kepada tamu.

Ketika menyajikan mie instant kepada Black dan Obenk, Veni tidak menyadari, ketika dia agak membungkuk untuk meletakkan mangkuk mie, belahan payudaranya yang masih terbungkus BH berwarna biru muda tampak dari sela-sela gaun tidurnya. Pemandangan ini membuat Obenk tidak dapat menahan diri, lalu dia berdiri lalu mencekal lengan Veni.

“Inget, Benk, awas!” gertak Black sambil menikmati mie instantnya, tampak terlihat oleh Veni, Obenk takut dan patuh kepada Black.

Kemudian Veni ditarik Obenk menuju ruang tamu. Di situ Obenk membuka dan memelorotkan celananya, lalu ia tanpa malu-malu memamerkan penisnya kepada Veni. Baru kali ini ia melihat penis yang bukan milik suaminya. Penisnya berwarna kehitaman, berurat dan panjang bahkan lebih panjang dari milik suaminya, kira-kira 20-an cm, dengan diameter yang juga lebih besar dari milik suaminya. Lalu Obenk menyuruh Veni berlutut di depannya dan meletakkan penisnya di depan muka Veni.

“A-apa maksudnya ini? Tanya Veni.
“Jangan berlagak bego dah lu, jilat dan isep kontol gue!”

Sebenarnya Veni juga pernah melakukan oral seks dengan suaminya. Yang membuat Veni ragu-ragu adalah penis Obenk mengeluarkan aroma yang tidak sedap dan membuat Veni menjadi mual, mungkin disebabkan Obenk jarang mandi selama di penjara. Keragu-raguan Veni membuat Obenk naik darah.

“Sini, buruan!” bentak Obenk sambil menjambak rambut Veni.

Karena takut, perlahan dan ragu ragu Veni mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Veni mulai mengocok-ngocok penis itu. Veni lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Veni menahan nafas dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya dan mulai dapat menyesuaikan diri. 

Susah payah Veni mulai menggerakkan lidahnya mengitari penis itu, mulutnya terasa sesak sekali. Entah mengapa, lama kelamaan Veni sepertinya sudah terbiasa dengan tugas oral seksnya, ia makin terbiasa dengan bau penis Obenk yang tidak sedap, memang karena faktor ancaman namun sebenarnya dirinya pun mulai menikmatinya. Veni juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Veni sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Veni mulai menikmati penis Obenk.

“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Obenk mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Veni lalu menekan wajah Veni ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Obenk mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Veni, sehingga membuatnya sampai tersedak dan kehabisan nafas, tapi Obenk tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar.

Setelah beberapa saat, Veni mulai merasakan penis di dalam mulutnya makin berdenyut-denyut dan pemiliknya makin mengerang nikmat. Obenk lalu membenamkan penisnya sambil menahan kepala wanita itu. Mata Veni membelalak merasakan cairan hangat dan kental memenuhi mulut dan kerongkongannya. Cairan itu berbau tajam dan rasanya aneh, ingin rasanya memuntahkan cairan menjijikkan itu tapi kepalanya dipegangi dengan kuat sehingga mau tidak mau cairan itu harus ditelannya.

“Aaaaah…uuuhhh…uuhh!” desah Obenk.

Sperma yang disemburkan Obenk banyak sekali sehingga Veni tidak sanggup menelan semuanya, sebagian meleleh keluar dari pinggir mulutnya. Veni langsung terbatuk-batuk dan mengambil udara segar begitu dilepaskan. Dia lansung berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, ia mengambil air dari keran dan lansung berkumur-kumur. Aroma cairan menjijikkan itu masih terasa di mulutnya dan membuatnya mual. Ketika keluar dari kamar mandi, Veni mendapatkan Black sudah berada dalam kamar tidurnya.Black dengan santai sedang melepaskan bajunya satu persatu.Veni berusaha keluar dari kamar tidurnya tetapi pintu telah terkunci, dan anak kuncinya tidak berada pada tempatnya.

“Mau lari ke mana,Ha?” tanya Black dengan santai sambil terus melepaskan pakaiannya sendiri. Setelah melepaskan seluruh pakaiannya dan dalam keadaan telanjang bulat, Black dengan santai duduk di sisi ranjang yang biasa di pakai Veni dan suaminya tidur. Wajah Veni tidak dapat menyembunyikan kengeriannya melihat Black yang sudah telanjang bulat sambil secara perlahan-lahan dan gemetar bergeser menjauhi pintu. Veni memperhatikan tubuh telanjang Black, wajah yang dihiasi brewok yang lebat dapat dikatakan jauh dari tampan, tubuhnya yang gempal, berperut agak gendut dan berkulit hitam seperti orang Papua pada umumnya, bulu lebat tumbuh hampir di sekujur tubuhnya.

“BUKA BAJUNYA!” perintah Black memecah suasana membuat Veni kaget. Veni yang dalam keadaan kengerian luar biasa hanya terdiam gemetar.

Di tengah kengeriannya itu, Black menghampiri Veni. Tanpa banyak bicara, ia mencekal daster Veni kemudian dengan sekali hentak daster Veni robek menjadi beberapa bagian, sehingga kini Veni hanya mengenakan BH dan celana dalam saja.

“Jangan sampai gue ngomong tiga kali, BUKA BAJUNYA!” bentak Black tidak sabar, kemudian dia kembali duduk di ranjang.

Veni tidak punya pilihan lain, dengan gemetar kedua tangannya bergerak perlahan ke belakang punggungnya berusaha untuk meraih kait BH yang terdapat di belakang punggungnya. Kemudian kedua tanganya mulai meloloskan tali BH dari kedua pundaknya yang mulus, lalu perlahan BH biru muda yang berukuran 34C itu merosot dari tempatnya. Seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna coklat muda segar.

Veni membungkuk dan tangannya gemetaran melepas lembaran terakhir yang melekat di tubuhnya,lalu kedua jari-jarinya bergerak secara perlahan ke samping kiri dan kanan pinggulnya, jari-jarinya diselipkan disamping Cd yang berwarna senada dengan BHnya. Kemudian secara perlahan memelorotkan ke bawah. Pemandangan erotik itu membuat birahi Black yang selama ini tertahan mulai bangkit kembali. Kini Veni sudah bediri telanjang bulat tanpa sehelai benangpun kecuali cincin perkawinan yang melingkar di jarinya. Dengan kedua belah tangannya Veni berusaha untuk menutupi bagian-bagian vital dari tubuhnya. Dia berusaha menutupi ketelanjangannya di hadapan penjahat itu.

Black yang sudah telanjang bulat bangkit dari ranjang tempat duduknya dan bergerak mendekat ke arah Veni yang berdiri telanjang. Veni menggeser mundur tubuhnya sambil terus menutupi tubuhnya, sampai akhirnya ia terdesak diujung kamar. Veni memandang ngeri pada penis Black yang sudah berdiri tegang ke atas, panjang dan diameternya melebihi milik Obenk, bewarna hitam pekat dan dipenuhi dengan urat-urat yang menonjol. Veni tahu dia akan diperkosa oleh penjahat ini, Veni tidak dapat membayangkan benda sebesar dan sepanjang itu masuk ke dalam liang kewanitaannya. Black kini sudah di hadapan Veni, kedua tangannya yang kekar menyingkirkan tangan Veni yang digunakan untuk menutup ketelanjangannya. Sesaat Black menikmati kemolekan tubuh telanjang Veni yang ada di hadapannya. Wajah oriental yang cantik dihiasi dengan rambut panjang sebahu, payudara yang kencang dan montok, perut yang rata tanpa lipatan, pinggang yang lansing. Kemudian perhatian Black tertuju ke bagian kewanitaan Veni yang dihiasi bulu kemaluan yang lebat. Setelah puas memandangi tubuh Veni, Black mendekat lebih rapat.

“Jangan .. Jangan Bang..” Veni merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan perkosa saya..”

Permohonan Veni agar Black menghentikan niatnya agaknya tidak membuatnya tergerak, malah membuatnya semakin bernafsu.

“Sekarang gue lagi ga butuh duit! Gue cuma minta elu ngelayani gue. Gue sudah lama ga ngerasain cewek.”

“Jangan bang.......jangan..........jagan sakiti saya.......,”Veni memohon dan mulai menangis ketakutan.

“Jangan nangis!Gue ga bakalan nyakitin elu,” kata Black.”Asal elu menurut apa yang gue suruh, gue bakalan muasin elu,”sambungnya.”Malah mungkin elu yang ntar ketagihan,” kata Black setengah berbisik kepada Veni.

Tangan kekar Black mulai meremasi payudara Veni, sementara tangannya yang lainnya mulai mengelus-elus paha Veni yang putih mulus. Black kemudian berjalan memutari tubuh Veni dan memeluknya dari belakang. Black menyibakkan rambut Veni sehingga bagian punggung sampai ke tengkuknya bebas tanpa penghalang. Lalu bibirnya yang tebal menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Veni. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana.

Kedua tangannya yang kekar dan berbulu mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudara Veni yang montok dengan gemas. Kemudian tangannya yang lain mulai merayap ke bagian selangkangannya. Jari-jari besar itu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluan Veni. Perasaan tidak berdaya begitu menyelubungi Veni, karena hampir semua daerah sensitifnya diserang oleh Black. Dengan sapuan lidahnya pada tengkuk, remasan tangannya pada payudara, dan permainan jarinya pada vagina, serangan-serangan itu sungguh membuat Veni terbuai. Tetapi Veni berusaha dengan keras untuk tidak menikmatinya, dan memilih bersikap diam.

Black rupanya tidak begitu suka Veni bersikap pasif, Black bergerak kembali ke hadapan Veni. Black lalu mencium pipi Veni, antara geli dan jijik Veni memajamkan mata. Lalu Black mulai menelusuri bibir Veni yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Black terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Veni, lidahnya mencoba menerobos masuk ke mulut Veni, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Veni.

Veni menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Veni, tangan Black juga memelintir-melintir puting payudara Veni dengan gerakan kasar. Veni meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Black justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Veni menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Veni mulai mendesah. Black kembali menggerayangi vaginanya. Black menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Veni, sementara mulutnya sibuk menciumi dan menjilati payudara Veni dan tangannya yang lain membelai-belai perut Veni yang rata.

“Ohh........,” Veni menjerit kecil saat Black mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Veni..
”Jangan Bang...,”Veni merintih,

tapi rintihan Veni ibarat perangsang bagi Black, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Veni bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Veni. Veni merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.
Merasa sudah menguasai diri Veni, Black kemudian menarik tangan Veni dan membaringkannya telentang di atas ranjang. Black perlahan-lahan mendekati Veni yang tergolek lemas ditempat tidurnya. Black kembali memainkan payudara Veni.

“Ahh…”, Veni mendesis merasakan perasaan aneh karena belaian pada payudaranya, jari-jari pria itu juga memencet putingnya sehingga seperti bulu kuduknya berdiri semua.

“Eengghh..!”, desisnya lebih keras ketika tangan Black meremas payudaranya.

Ditekan-tekannya sepasang payudara mulus itu sambil sesekali membetot payudara itu dengan lembut. Veni merasakan sentuhan tangan itu seperti membangkitkan monster birahi yang tidur di dalam tubuhnya.. Black kemudian kembali menjilati puting payudara Veni dengan lidahnya. Ujung lidahnya kadang menyentil-nyentil ujung puting payudara itu, sesekali Black mengulum dan mengenyot payudara Veni.. Seketika Veni merasa tubuhnya seperti meremang, dia bergerak dengan gelisah dan megelinjang tak terkendali. Sesekali kakinya menggeliat kecil seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam tubuhnya.

“Ahhhh… Ohhhhh…”, Veni mulai mengeluarkan desahan-desahan tertahan, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya, tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap simpul syarafnya membuatnya terlena.

Black tahu Veni sudah mulai terangsang karena itu dia makin gencar melakukan serangan di setiap jengkal kemulusan tubuh Veni. Kemudian lidah Black menyusuri perut Veni yang rata, terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan, Black lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Veni merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik.

“Ssssshhhh........”, sebuah desisan keluar dari mulut Veni ketika jari Black menyentuh bagian vaginanya.

“Tidak....jangan.... bang, jangan!” ucap Veni memelas sambil merapatkan kedua belah paha ketika Black mau menjilati vaginanya. Black hanya menyeringai lalu membuka paha Veni dengan setengah paksa lalu membenamkan wajahnya pada vagina wanita itu. Tubuh Veni menggelinjang begitu lidah Black yang panas dan kasar itu menyapu bibir kemaluannya, tubuhnya menggelinjang dan darahnya berdesir merasakan sensasinya. Black berlutut di ranjang dan menaikkan kedua paha Veni ke bahu kanan dan kirinya sehingga badan gadis itu setengah terangkat dari ranjang, dengan begitu dia melumat vaginanya.

“Aahhh… aahhh… jangan!”, Veni mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Black menelusuri gundukan bukit kemaluannya.

Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Black untuk menjilatinya. Tubuh Veni seperti kesetrum ketika lidah Black yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Veni semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, tubuhnya bergerak tak karuan sehingga Black harus memegangi tubuhnya.

“Aahhh...aaahh...oohh,”desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Black memainkan klitorisnya.

“Sudahhh baaanggh!” desah Veni memelas saat lidah Black masuk mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.

Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa menolak rangsangan yang datangnya bertubi-tubi itu. Harga diri dan perasaan ngerinya bercampur baur dengan birahi dan naluri seksual. Sekitar seperempat jam Black menikmati vagina Veni sedemikian rupa, dengan lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris wanita itu menghanyutkannya dalam permainan liar ini.

“Eenngghhaaahh!” Veni pun akhirnya mendesah panjang dengan tubuh mengejang.

Black terus menyedoti bibir vagina Veni sehingga tubuhnya makin menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat baginya sehingga membuatnya takluk pada pria itu.

“Hehehehehe...ternyata suka juga lu, dasar lonte, tadi nolak-nolak, tadi berlagak gak mau, nyatanya keenakan juga...”, ejek Black.

Veni hanya terdiam malu mendengar ejekan Black. Wajahnya memerah.

“Nah.. kalau begitu lu sudah siap ya..,” kata Black. Veni tahu maksud siap yang dilontarkan Black. Dirinya memang terangsang hebat oleh perlakuan Black, meskipun pikirannya menolak, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Veni yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya hanya terdiam. Perlahan Black mulai menarik kedua belah kaki jenjang Veni ke arah luar sehingga terpentang lebar membuat vaginanya terkuak. Lalu perlahan Black mulai menindih tubuh mulus Veni yang telanjang bulat. Black merasakan kenyalnya payudara Veni menekan dadanya dengan lembut.

Perlahan-lahan, Black lalu menaikkan kedua kaki Veni yang masih mengangkang sehingga melingkari pinggulnya yang kekar. kedua pahanya kini melingkari bagian perut Black. Kemudian Black menempelkan ujung kepala penisnya ke vagina Veni. Veni hanya memejamkan matanya sambil kedua tangannya meremas-remas sprei ranjangnya. Setelah penis Black mengeras sepenuhnya dan siap dipakai, dia lalu mengarahkan penisnya yang panjang dan hitam legam itu ke arah bibir vagina Veni, siap untuk dibenamkan ke dalamnya. Merasa batang penisnya telah siap lalu Black mendorong pinggangnya maju mendesak pinggul Veni, membuat penisnya masuk ke dalam vagina Veni. Saat penis Black melesak ke dalam kemaluan Veni, spontan Venipun mengejang. JeVenin tertahan di tenggorokannya. Sebentar kemudian, ia pun meringis…. kedua matanya terpejam menahan nyeri dan sakit pada rahimnya. Tak terasa air matanya pun menetes…

“Aduuuh…….. Bang…!! Ampuuun…” jeritnya halus mengiba.

Black masih mendorong penisnya untuk masuk terus hingga dasar vagina Veni. Tubuhnya pun terguncang-guncang di bawah tubuh kekar Black. Melihat Veni kesakitan saat menerima penisnya masuk, Black lalu memeluk Veni dengan ketat dengan posisi tetap di atas tubuh putih Veni. Ia peluk Veni dan diciuminya bibir Veni seakan tidak ingin terpisahkan. Black ingin bibir mereka juga menyatu sama seperti tubuh mereka yang telah menyatu saat itu. Veni meronta mencoba mendorong tubuh Black yang menindihnya tapi dirinya terlalu lemah, rontaan Veni bukannya membuat Black bergeser, justru membuatnya semakin bernafsu, sensasi yang didapatnya saat vagina Veni mencengkeram penisnya benar-benar membuatnya merasa nikmat. Black tetap mendiamkan penisnya yang panjang dan besar itu di dalam kemaluan Veni. Ia ingin mereguk kehangatan tubuh wanita cantik itu dengan sempurna. Khususnya kehangatan yang berasal dari cengkeraman vaginanya. Apalagi dinding-dinding kemaluan Veni terasa berdenyut-denyut. meremas penis Black yang keras. Ia pun menikmati semua itu sambil terus mengulum bibir Veni dan menjilati bagian belakang telinganya yang basah oleh keringat. Dari tengkuk Veni jilatannya terus berpindah kearah bahu yang putih bersih.

Nafsu Black terus terpacu karena aroma tubuh Veni yang wangi dan telah bercampur dengan keringatnya saat itu. Setelah puas di bahu, lalu ia turun ke arah payudara Veni yang bernomor 34C itu. Mulut Black terus bermain-main dengan puting dan belahan Payudara Veni. Jejak cupangan merah mulai banyak menghiasi kedua payudara yang putih dan mulus itu. Diperlakukan sebegitu rupa, pelan-pelan pertahanan Veni jebol, tubuhnya sudah tidak mematuhi perintah otaknya yang menolak cumbuan Black, desakan luar biasa sebagai akibat pengaruh ransangan yang diberikan Black benar-benar bagaikan kuda binal yang menghentak-hentak di setiap ujung syaraf kenikmatan seksual Veni. Cengkeraman Veni pada bahu Black makin mengeras dan tubuh Veni akhirnya mengejang keras seperti dialiri listrik yang membuatnya terhentak.

Black kemudian mulai mengerakkan pantatnya maju mundur untuk menggenjot kemaluannya ke dalam liang vagina Veni. Sedang kedua tangannya memegangi pinggang Veni agar tetap di tempatnya. Veni perlahan-lahan menikmati genjotan Black yang kasar itu. sementara kedua tangannya tergeletak ke samping sambil meremas-remas seprei. Sementara Veni semakin lama makin menikmati persetubuhan itu. Tanpa sadar dia mulai mengimbangi gerakan Black, bahkan saat Black berhenti menggenjot vaginanya, Veni spontan menggerakkan pantatnya sendiri maju mundur. Respon yang diberikan Veni membuat Black makin bersemangat.

Kemudian Black membuat gerakan memutar-mutarkan pantatnya sehingga penisnya seperti mengaduk vagina Veni. Veni merasakan batang penisnya menyentuh seluruh rongga vaginanya, terasa berputar putar, terasa sangat penuh, sampai akhirnya Veni merasakan penis Black berdenyut denyut di dalam rongga vaginanya dan Veni sendiri sudah akan mencapai orgasme. Selama 10 menit lamanya Black menyetubuhi Veni, sungguh sebuah ketahanan yang luar biasa membuat Veni secara diam-diam takjub.Tubuh Veni kembali mengejang, tanpa sadar Veni memeluk badan Black dan mencakari punggungnya dengan garukan keras.

Wajah Veni merah padam seperti menahan sesuatu yang ingin dilepaskan. Kemudian Black menyuruh Veni menungging di atas ranjang, lalu kembali diserangnya vagina Veni dari belakang dengan gaya doggy style. Kedua tangan kekarnya memegang pinggul Veni dan menariknya hingga posisi pantat Veni kini merapat dengan pinggul Black membuat penisnya terbenam seluruhnya di dalam vaginanya. Veni menjerit lirih, matanya terpejam sambil menggigit bibirnya sendiri dan badannya kembali menegang keras. Lalu mulailah Black menggenjot kembali vagina Veni dengan kedua tangan memegangi pinggul Veni. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Veni tersodok-sodok dengan kencangnya. Agar tidak cepat ejakulasi, Black mengkombinasikan irama gerakan pelan dan cepat, kadang ia menghentikan gerakannya jika merasa akan ejakulasi.

“Aahh.. aahh.. aahhh.. oohh….. oohh..”, Veni kembali mendesah saat Black menggenjotnya lagi. Tubuhnya sekarang basah oleh keringat. Payudaranya yang kenyal menggantung indah bergoyang-goyang seirama genjotan Black. Perlahan Black mulai menjamah payudara Veni dari belakang, sambil terus menggenjot vaginanya, Black juga meremas-remas payudara Veni. Erangan-erangan Veni semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan mencari titik-titik nikmat di dalam vaginanya. Veni menjerit-jerit merasakan penis Black menggenjot vaginanya dengan kasar, kepalanya bergoyang keras ke kiri dan ke kanan, matanya terpejam sambil menggigit bibirnya menahan nikmat yang luar biasa. Tak tahan mendapat rangsangan sedemikian hebat, tubuh Veni kembali mengejang.

“Aaaaagghhh.........”, teriak Veni saat mengalami orgasme untuk kedua kalinya.

Tapi Black belum mau selesai, kali ini dia memaksa Veni berdiri, dia menggiring Veni ke arah meja rias, kemudian menyuruh Veni berbalik dan tangannya bertumpu pada sisi meja rias. Sekarang Veni dapat melihat dirinya sendiri melalui cermin di hadapannya dan dari belakang terlihat Black sedang mengagumi tubuh Veni dan mengelus-ngelusnya.
Black meremas bongkahan pantat Veni dengan gemas dan menepuknya. Black melebarkan kedua paha Veni membuat ruangan yang lebar di selangkangannya. Veni sekarang dalam keadaan menungging 90 derajat dengan kaki terbuka lebar, kemudian Black memegang kedua bongkahan pantat Veni dan menguakkannya lebar-lebar, semantaranya jari-jari Black menggesek-gesek dan mengocok liang vagina Veni.

“Aaaahhhhhhhhhhhhh…”,tiba-tiba terdengar rintihan lirih Veni. Rupanya Black mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam liang vagina Veni.

“Aahhkk.…”, teriak Veni ketika secara perlahan tapi pasti penis Black masuk ke dalam

vagina Veni. Black menarik secara perlahan penisnya dari vagina Veni dan kemudian kembali memasukan penisnya dengan cepat,. Black kemudian memegang pinggul Veni dari belakang dan mulai mempercepat pompaan penisnya pada vagina Veni.

”Aahh… uuuhhh… aaaggghhh… uuuggghhhh…..”, terdengar jeVenin tertahan Veni disertai deru nafasnya yang terengah-engah. Badan Veni terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya terjinjit,tangannya dengan keras memegang pinggir meja, kedua payudaranya yang padat bergoyang cepat, kepala terdongak ke atas dan bibirnya terkatup rapat antara menahan sakit dan sensasi yang Veni rasakan dalam vaginanya. Kembali Veni melihat adegan dirinya melalui cermin rias dimana tubuhnya yang telah mandi keringat tergoncang-goncang. Nampak pula kedua payudaranya terayun kesana-kemari. Kemudian Black kembali merebahkan Veni di atas ranjang. Black langsung menindih tubuh Veni sambil memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Veni. Veni hanya bisa mengerang-erang merasakan kenikmatan pada vaginanya.

”Aaaaahhhh……. oohhhh…. aahhkkhhhh… ooohhhhh…..”,desah Veni sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas seprei kasur. Gerakan liar Veni membuat Black makin bernafsu, ia semakin cepat memompa vagina Veni. Kaki Veni terangkat ke atas memberikan kesempatan kepada Black untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.

“Aaahh…… oohhh…”,Veni mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas seprei.

“AHHKKHHH… ,” Veni mengerang kuat, seluruh energinya tumpah keluar saat orgasme untuk kesekian kalinya, pada saat itulah Black mencapai puncaknya.

“AARRRGGHHH ..,” Black juga mengerang sambil menjambak rambut Veni, badannya melengkung ke atas sambil wajahnya menunjukkan ekspresi puas luar biasa dan kemudian spermanya menyembur bagitu banyak di dalam rongga rahim Veni. Akhirnya tubuh kedua insan yang baru saja melakukan persenggamaan itu melemas kembali. Black selama beberapa menit membiarkan tubuhnya menindih tubuh putih mulus Veni tanpa melepaskan penisnya dari vagina Veni, mencoba merasakan sebanyak mungkin kenikmatan dari tubuh wanita cantik itu sepuas-puasnya. Setelah rasa lelah dan kantuk menyerang Black, ia menggulingkan tubuhnya di samping Veni dan kemudian tertidur. Pengalaman barusan membuat tubuh Veni juga lelah sehingga akhirnya Veni ikut tertidur juga.

Veni terbangun, wajahnya tampak lelah, sesaat matanya melirik jam weker yang ada di samping tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11:30. Veni berusaha bangkit dari tempat tidurnya, tenaganya terkuras akibat persetubuhan tadi. Kemudian Veni menarik bed cover yang sudah acak-acakan dari ranjang untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Badannya terasa penat dan letih mambuat Veni berusaha mencari kamar mandi. Dengan tertatih-tatih Veni berjalan menuju kamar mandi. Setelah di kamar mandi Veni segera membuka kain yang melilit tubuhnya, membiarkan dirinya telanjang di bawah pancuran shower, lalu menyalakan shower dan mengatur suhunya.

Siraman air hangat dari gagang shower menerpa tubuhnya memberi rasa segar serta menghilangkan kepenatan dan lengket-lengket pada tubuhnya. Disaat air hangat menyirami tubuhnya, Veni teringat segala kejadian yang baru saja dialaminya. Perlahan air matanya kembali menetes. Ia mengingat telah mengkhianati suaminya. Veni merasa dirinya sangat kotor karena ia telah menikmati persetubuhan dengan Black. Veni terdiam sesaat, dia tidak dapat memungkiri kalau dirinya baru saja menerima pengalaman seksual yang luar biasa. Veni menangis tersedu menyadari keadaan dirinya. Setelah puas menumpahkan kesedihannya, Veni merasakan tubuhnya segar kembali.

Air hangat yang turun dari shower terus menghujani tubuh telanjang Veni cukup membuat tubuhnya menjadi lebih rileks dan tenang kembali. Ketika mengambil sabun dari tempatnya tiba-tiba sebuah tangan hitam memegang tangannya dan tangan lainnya yang mendekap tubuhnya dari belakang meraih payudaranya. Tangan hitam dan bertato itu menyusup dari sela-sela ketiaknya meremas kedua payudaranya. Veni kaget bukan kepalang. Veni kemudian memperhatikan tangan yang meremas payudaranya, dari tato yang terdapat di sepasang tangan tersebut, Veni bisa menebak orang di belakangnya adalah Obenk.

“Bagaimana kamu masuk! Bukannya pintunya terkunci?” bentak Veni kepada Obenk. Karena seingatnya Black mengunci pintu kamar tidurnya, dan Black tadi masih tertidur di ranjangnya.

“Jangan galak-galak donk nanyanya,mau gue bunuh lu!!!”bentak Obenk sambil meremas dengan kasar payudara Veni.
“Aaddduuuuh...,’ Veni merintih menahan sakit.

“Bagaimana kamu masuk?Kan pintunya terkunci?” tanya Veni sambil mengubah nada suaranya menjadi lembut.

“Gitu donk...dibukain sama bos....... laper katanya,” jawab Obenk cengengesan sambil kedua tangannya terus meremas dan memainkan payudara Veni.

Veni berpikir untuk melawan, tapi dia menghadapi dua penjahat yang berbahaya, sehingga Veni terpaksa membuang jauh-jauh pikirannya itu dan berusaha untuk menikmati perlakuan penjahat ini demi keselamatan hidupnya. Veni hanya pasrah. Melihat kepasrahan Veni, Obenk makin berani, tangannya terus bergerak memainkan payudara Veni yang sedari tadi membuatnya terpesona. Dengan dua tangan dari kiri dan kanan menangkup buah dada Veni yang besar dan kencang. Veni medesah lirih ketika Obenk meremas buah dadanya. Pria itu makin mendekat dan memeluk tubuh Veni dari belakang. Dengan sengaja ia mengeraskan aliran shower agar memancar lebih keras, lalu Veni berbalik menatap Obenk yang sudah telanjang bulat. Berhadap-hadapan dengan Veni membuat penis Obenk makin menegang, ia memeluk Veni itu erat-erat.

Obenk mengoles-oles buah dada Veni, ia menggerakkan payudara Veni naik turun di dadanya sendiri. Veni melenguh menahan nafsu, ia akhirnya bergerak naik turun tanpa diminta, menjadikan buah dadanya sebagai penggosok dada Obenk. Pria itu sendiri tak berhenti, ia meremas pantat bulat Veni dan mulai berani menciumi tubuhnya. Bibir Obenk bergerak dari wajah, dimulai dari bibir Veni, dicium sesaat bibir yang ranum tersebut, kemudian Obenk menciumi setiap jengkal kulit mulus Veni yang basah oleh siraman air dari shower, mulai dari lehernya yang jenjang, lalu turun ke dada. Sambil meremas-remas payudara Veni dengan tangan, ia juga menciumi kedua payudaranya yang kenyal itu dengan penuh nafsu, lalu mulut dan lidahnya bermain dikedua puting payudara Veni.Obenk mempermainkan lidahnya di puting Veni, lalu mengisapnya kadang memberikan gigitan kecil yang semakin membuat Veni mengelinjang.

“Aaaaahh......aauuuhh...”, rintih Veni.Ciuman Obenk berlanjut ke daerah perut, terus turun sampai akhirnya ke bibir kemaluan Veni.

Dengan kepasrahan penuh birahi, Veni menahan dirinya dengan menyandarkan tangan ke tembok kamar mandi. Obenk berjongkok hingga kepalanya tepat berada di depan kemaluan Veni. Sementara air terus mengalir membasahi tubuh mereka berdua, Obenk mengelus-elus paha mulus Veni lalu menciuminya bergantian, kiri ke kanan, kanan ke kiri, terus menerus. Ciuman itu tak berhenti dan makin lama makin masuk ke arah selangkangan.

“Ohhhhmmm… esssstttt…” desah Veni tak berdaya saat bibir vaginanya mulai tersentuh lidah nakal Obenk.

Dengan menggunakan jemarinya, Obenk membuka bibir vagina Veni yang berwarna merah muda dan menjejalkan lidahnya masuk ke dalam liangnya. Sodokan lidah Obenk yang hangat ditambah guyuran air shower membuat sensasi erotis yang lain daripada yang lain, Veni makin tak mampu menguasai dirinya sendiri, ia merem melek diperlakukan sedemikian rupa.

Selang beberapa saat kemudian, giliran bibir Obenk yang asyik mempermainkan seputaran selangkangan Veni.

“Mmmmhhhh! Sssttthhh… oooohhh…” desahan Veni terus menguat.

Melihat Veni sudah tak kuat lagi, Obenk malah melanjutkan serangannya dengan mempermainkan tonjolan klitoris Veni. Dijilatinya tonjolan itu dengan lidahnya. Tubuh Veni bergetar tak berdaya, ia tak tahan lagi, tubuhnya menggelinjang tanpa mampu ia hentikan.

“Yaaaaaaaaaaaaaahhhh…” Veni menjerit lirih ketika ia akhirnya mencapai kenikmatan.

Tubuhnya bergelinjang hebat dan menegang lalu ambruk ke depan. Dengan sigap Obenk segera menangkap tubuh Veni. Dengan membelakangi shower yang tetap menyala, Obenk kemudian membaringkan tubuh Veni di lantai kamar mandi yang basah. Obenk kemudian membuka kaki Veni lebar-lebar, sehingga posisinya telentang dengan kaki mengangkang lebar. Obenk kemudian langsung menindih tubuh Veni sambil mengarahkan penisnya yang besar itu ke vagina Veni.

“Aagghh…”, erang Veni ketika penis besar Obenk mulai memasuki vaginanya.

Obenk dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam vagina Veni yang sudah basah itu. Obenk mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Veni. Dipompa oleh penis Obenk sedemikian rupa, Veni hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka.

“Aaahhhh… ooohhhh… aaahhh… oohhhh…”, Veni mendesah-desah setiap kali Obenk menggenjot vaginanya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-

remas punggung Obenk. Obenk semakin cepat memompa vagina Veni dengan penisnya. Veni tanpa sadar mengangkat kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang Obenk memberikan kesempatan kepada Obenk untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.

“Aaahh…… oohhh…”, Veni mulai meracau dengan mata tertutup.

Kedua tubuh manusia yang berbeda suku itu mengkilap akibat basah tampak kontras. Tiba-tiba Obenk melepaskan penisnya dari vagina Veni, lalu membimbing Veni berdiri menuju closet duduk untuk melakukan gaya lain. Dia duduk di atas closet yang telah ditutup penutupnya. Lalu dipaksanya Veni duduk di pangkuannya dengan paha mengangkang dengan posisi memunggungi Obenk. Obenk memposisikan penisnya agar masuk kembali ke vagina Veni.
“Sekarang lu yang goyang ya..,” kata Obenk. Veni hanya bisa mengangguk, lalu mulai menggerakkan pantatnya naik turun, membiarkan penis Obenk keluar masuk vaginanya kembali.

Selama beberapa menit berikutnya yang terdengar hanyalah gesekan penis Obenk di dalam vagina Veni diiringi dengan desahan erotis dari bibir Veni yang mungil, sementara Obenk tanpa henti terus mengaduk-aduk vagina Veni, sesekali ia meremas payudara Veni dari belakang lewat sela-sela kedua ketiaknya dan memainkan putingnya, membuatnya makin merasa nikmat. Pelan-pelan birahi Veni kembali meninggi dan akhirnya mengimbangi setiap gerakan Obenk, membuat mereka bisa berpadu dengan serasi dalam mencapai puncak kenikmatan seksual. Tetapi Obenk belum mau cepat-cepat menyelesaikan kesenangannya, ia melepaskan penisnya dari vagina Veni, lalu membimbing Veni duduk di pangkuannya dengan posisi berhadapan, lalu dia kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Veni.

Veni hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak Veni benar-benar tidak berdaya, dia hanya mengikuti naluri seksualnya tanpa mempedulikan apapun lagi. Dengan posisi berhadapan, payudara Veni tampak tergantung indah, padat berisi dan sangat menggairahkan. Dengan posisi demikian, Obenk dapat mengenyot payudara Veni sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian.Veni lalu mulai menggerakkan pantatnya maju mundur sambil melingkarkan kaki mulusnya ke pinggang Obenk. Obenk mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Veni dan mendorong pantatnya naik turun. Ketika Obenk berhenti memompa Veni, secara refleks ia melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh penis Obenk yang terasa sesak di vaginanya. Di ambang klimaks, tanpa sadar Veni memeluki Obenk dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Veni mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh Obenk.

“Oooohh….!!”, lenguhan panjang pun terdengar lirih.

Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari suaminya melainkan dari seorang pria mesum yang memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan Obenk.

Obenk belum merasa terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Veni yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menuju ke westafel yang ada di kamar mandi. Mungkin karena terlalu terangsangnya, Veni menurut saja apa yang dimintanya. Obenk mengatur posisi Veni berdiri dengan pantat agak ditunggingkan, tangan Veni bertumpu pada pinggiran westafel yang ada di depannya. Kemudian penis Obenk kembali memasuki vaginanya dari belakang.

“Uugghh…oohh !” desah Veni dengan mencengkeram westafel dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.

Dalam posisi demikian, Obenk memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Veni. Veni dapat melihat dirinya melalui cermin yang ada di depannya, payudara berbergerak naik turun mengikuti gerakan Obenk yang menyenggamainya dari belakang. Mulut Obenk sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Veni serasa melayang. Ditariknya wajah Veni hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Veni pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir. Tangan Obenk memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Veni menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Veni membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Veni dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.

Lima belas menit lamanya Obenk menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Veni tidak ada yang lepas dari jamahannya. Seiring dengan gerakan penis Obenk yang semakin cepat menghujam vaginanya, kedua tangan Veni semakin erat mencengkeram westafel. Akhirnya, Obenk menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam vagina Veni, serangannya juga makin gencar sehingga Veni dibuatnya kelojotan dan merintih. Veni merasa genjotannya makin kencang dan disusul cairan hangat memenuhi rahimnya. Obenk melenguh panjang, penisnya masih menghujam-hujam namun frekuensi goyangannya menurun, sperma yang ditumpahkannya sebagian meleleh membasahi selangkangan Veni. Veni kembali mengalami orgasme yang ia sendiri lupa untuk keberapa kalinya. Nafasnya terengah-engah. Setelah beberapa saat, Obenk melepaskan penisnya.

Sebelum meninggalkan Veni yang masih berdiri lemas akibat klimaks tadi, Obenk berbisik di telinga Veni,”Hebat juga goyanganlu, nanti kita terusin lagi ya” sambil lewat tangannya menepok pantat Veni yg putih mulus itu. Veni merasa harga dirinya hancur, dadanya terasa begitu sesak akibat tidak kuat menahan hinaan yang merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita.tapi ia tak dapat memungkiri bahwa ia juga menikmati persetubuhan tadi

Setelah nafasnya kembali normal, Veni kembali ke pancuran shower dan kembali membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk, lalu melilitkan handuk tersebut untuk menutupi ketelanjangannya. Kemudian Veni kembali ke kamarnya, ternyata Black sudah kembali menunggunya di ranjang menggunakan kimono yang biasa dipakai suaminya.

“Ayo kita lanjutin yang tadi!”

Veni sudah mengerti apa yang dimaksud Black saat itu. Veni secara ragu-ragu mulai bergerak mendekat ke arah Black. Mereka pun kembali berciuman. Veni memejamkan matanya dan ekspresi wajahnya memancarkan kenikmatan dan kepasrahan yang luar biasa. Mau tidak mau, suka tidak suka.

“Ooohh… oohh…”, tangan Black terus membelai sekujur tubuh wanita cantik tersebut. Sambil berciuman tangan Black mulai bergerilya melepasi handuk yang dikenakan Veni. Veni membiarkan Black melakukan aksinya sampai akhirnya lilitan handuk yan terbuka dan jatuh melorot ke bawah. Tangan Black pun kini dapat menggenggam kembali payudara padat wanita cantik tersebut.

“Aaaoo…!”, Veni mendesah lirih ketika Black memilin puting kanannya. Black lalu mengulum dan menjilati payudara kiri Veni

“Aaah… aaahhh…”, Veni semakin terbuai oleh permainan lidah dan mulut Black di kedua payudaranya secara bergantian.

Puas bermain dengan kedua payudara wanita cantik tersebut, Black kembali mengincar bibir lembut Veni. Kini kembali keduanya saling pagut dan saling mengadu lidah.Sambil tetap berpagutan bibir, laki-laki itu dengan leluasa dapat memainkan jari-jari tangannya di permukaan vagina Veni. Black bisa merasakan bulu-bulu di permukaan vagina tersebut terasa basah dan lembab. Black mengangkat tubuh Veni dan menelentangkannya di tengah tempat tidur. Black kemudian melepaskan kimononya yang ternyata di balik kimono tersebut Black tidak mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Black dan Veni berdua telanjang bulat di kasur. Penis hitam Black sangat besar, panjang, tebal dan berurat.

“Elu sudah nyepong punyanya Obenk, sekarang giliran gue elu sepong!”

Kemudian Black mendekati kepala Veni, dia berlutut di hadapan Veni. Veni tanpa diperintah membalik posisi tubuhnya dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga wajahnya berhadapan dengan penis Black. Black kemudian mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Veni, dan Venipun dengan sukarela membuka mulutnya lebar-lebar, dan Black kemudian mulai memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Veni yang mungil.

Tampak mulut Veni kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun Black dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut Veni sehingga terlihat mulut Veni penuh oleh penis Black. Veni kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti kemauan Black. Batang penis Black pun kini sudah terlihat terkocok di dalam mulut Veni. Dengan cekatan wanita cantik itu memberikan pelayanan oral kepada tuannya malam itu. Sesekali tangan Veni mengocok-ngocok batang penis tersebut ketika ia memainkan lidahnya pada zakar Black. Tentu akan terasa nikmat jika penis ini kembali mengaduk-aduk vaginanya, pikir sisi liar Veni. Veni terlihat begitu “semangat” mengulum dan menjilati batang penis di genggamannya. Kini Black terlihat aktif mengocok-ngocokkan batang penisnya ke dalam mulut Veni. Wanita cantik itu pun berusaha bertahan agar tidak tersedak karena beberapa kali ujung penis Black terasa menyentuh kerongkongannya.

“Hhm… hhmm… hhmm…”, desahan Veni terdengar tertahan kocokan penis Black di mulutnya.

Apalagi kini laki-laki mesum itu memegang kepalanya sehingga Veni sama sekali tidak bisa menggerakkan kepalanya. Akibatnya wanita cantik itu pun dibuat megap-megap sewaktu menarik nafasnya. Beberapa menit kemudian penis Black sudah terlihat sangat tegang, kemudian Black menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Veni. Mengetahui apa yang akan dilakukan Black, Veni membuka makin lebar kedua kakinya. Pria tua itu kemudian memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Veni secara perlahan. Veni terlihat masih menahan sakit ketika penis Black yang besar mulai memasuki vaginanya. Setelah penis Black masuk seluruhnya, ia mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya, kemudian memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan ke dalam vagina Veni dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat.

Veni terlihat menikmati permainan Black, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya menyertai gerakan pinggulnya mengikuti irama permainan Black. Tempo permainan dan genjotan penis Black semakin cepat, racauan Veni semakin kencang, matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Black di vaginanya. Ia juga menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting kedua payudara wanita itu secara bergantian.

“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Veni.

Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua tangannya merangkul leher Black dengan kencang.

“Oooohhhhh……” lolong Veni ketika dia dipuncak orgasmenya, tapi Black belum terlihat tanda-tanda akan orgasme.

Black kemudian memindahkan posisi Veni sehingga sekarang tiduran sambil menyamping. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Veni, Black memindahkan tubuhnya ke belakang Veni sehingga sekarang mereka berdua tidur menyamping dengan Black berada di belakangnya. Black kemudian kembali melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina Veni. Tangan kiri Black, melalui sela-sela ketiak Veni dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara dan klitoris Veni. Veni kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Veni mengangkat kaki kirinya ke atas. Gerakan-gerakan Black semakin ganas. Veni tergoncang-goncang dengan hebatnya, racauan-racauan Veni sudah berubah menjadi terikan-teriakan kenikmatan. Black kembali mengubah posisi Veni lagi.

Kali ini wanita itu dimintanya tengkurap menungging lalu Black menyetubuhi Veni dengan gaya doggy style. Black menggenjot penisnya dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Veni semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan Veni kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya. Kepala Veni terdongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya tergoncang-goncang keras karena sodokan-sodokan penis Black ke dalam vaginanya. Black menghentikan gerakannya untuk beberapa saat, kemudian setelah beberapa saat Black kembali menggenjot penisnya dengan kencang.

“Wah, kayaknya lagi asik nih…..,” kata Obenk yang secara tiba-tiba masuk ke kamar ketika Black sedang asik menyenggamai Veni. Black memandang sebal Obenk karena dianggap mengganggunya.

“Gue boleh ikutan ga, boss ???” tanyanya cengengesan sambil matanya menatap nanar tubuh telanjang Veni yang sedang digauli Black.

Dengan wajah sebal,Black menghentikan hujaman penisnya ke vagina Veni. Lalu dengan berat hati akhirnya Black memberikan isyarat memberi ijin kepada Obenk untuk turut serta. Obenk yang sudah telanjang kini ikut naik ke ranjang, berlutut di hadapan wajah Veni yang sedang melakukan doggy style. Tangannya mulai menjamahi setiap lekuk tubuh Veni yang indah. Tangan-tangan kasar mereka mulai bergerilya di sekujur tubuh telanjang Veni. Ia meraih tangan Veni dan meletakkannya pada penisnya, segera dia mendesah nikmat karena penisnya dikocok perlahan oleh jari-jari lentik itu.

“Sekarang emut punya gue!”perintah Obenk kepada Veni.

Entah setan apa yang sedang merasuki Veni sehingga dia begitu pasrahnya menuruti mereka. Mula-mula dia mulai dengan menyapukan lidahnya pada permukaan batang penis Obenk hingga ke kepala penisnya lau dia mengulum penis itu dalam mulutnya, lidahnya bergerak liar menyapu batang dan kepala penisnya yang mirip jamur dan agak bau itu. Obenk merasa keenakan dengan kuluman dan jilatan wanita itu.

“Uuhh…enak…asyik Non terus !” desah Obenk sambil menggoyang pinggulnya seolah sedang menyetubuhi mulutnya.

Veni membenamkan penis itu dalam mulutnya, di dalamnya lidahnya bergerak mengitari penis itu dan ujungnya, diameter penis Obenk tidak sebesar Black jadi kali ini tugasnya agak ringan. Kepala Veni kini mulai maju-mundur sambil menyedoti penis itu, terasa asin dan aromanya tidak sedap, tapi Veni sudah tidak peduli lagi. Ketika sedang larut melayani penis Obenk, dia merasakan ada sepasang tangan mendekapnya dari belakang. Sebuah telapak tangannya meraih payudara kirinya, dan telapak tangan lain menggerayangi kemaluannya.

“Eemmm…mmm…!” demikian suara yang keluar dari mulut Veni.

Lalu Black meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Black kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Veni dari belakang. Black menghentak pinggulnya pelan sehingga penis itu makin terdorong masuk diiringi erangan Veni. Kemudian sekali lagi dihentakkan dengan lebih bertenaga sehingga Veni pun mendesah lebih panjang dengan tubuh mengejang. Penis itu kini telah menancap pada vaginanya. Tubuh keduanya telah bersatu kembali dalam posisi doggy style. Sebentar saja Black sudah kembali menggenjot tubuh Veni. Black memulainya dengan gerakan lambat,lama-lama Veni yang lebih aktif menggerakkan tubuhnya.

Hal ini membuat Black semakin bernafsu, frekuensi genjotannya makin meningkat beradu dengan goyangan tubuh wanita itu. Veni merasakan vaginanya penuh sesak, sedangkan Black merasa penisnya diremas-remas oleh dinding vagina Veni. Tubuh Veni semakin basah oleh keringat, ia semakin tak sanggup menahan sensasi nikmat yang melanda tubuhnya sedemikian hebat hingga membuat wajahnya memerah. Veni saat ini merasakan kenikmatan genjotan penis Black di vaginanya. Penis besar itu terasa begitu sesak membuka dinding vaginanya. Gesekan demi gesekan penis itu pun semakin membawa wanita itu terbang terbuai ke dalam gelora nafsu birahi.

“Aaakkh… oohh…”, desah Veni sambil melepas penis Obenk dari mulutnya. Kini Veni dapat dengan bebas berteriak dan mengekpresikan kenikmatan yang ia peroleh dari Black. Black pun kian mengencangkan genjotan penisnya, sambil menahan gelombang dasyat yang kini menggantung di ujung penisnya.

“Aaaakkhh….!”, Veni pun berteriak kencang. Ia mencapai klimaks!

Beberapa detik kemudian giliran Black yang berteriak, “Ooohhh…!” iapun mengalami klimaks dengan menumpahkan spermanya ke dalam vagina Veni tanpa melepaskan penisnya.

Beberapa saat setelah orgasme tadi, Black melepaskan penisnya dari vagina Veni, lalu merubah posisinya sehingga Veni kembali dalam posisi terlentang.

“Dari pertama dateng tadi gua udah horny banget sama cewek ini, ga nyangka juga bisa dapet kesempatan kaya gini” kata Obenk sambil memegang payudara Veni.

Payudara yang hangat, kenyal dan berkulit halus, lalu ia menunduk dan melumat payudara wanita itu dengan mulutnya. Mata Veni terpejam merasakan jilatan dan emutan pada kedua payudaranya dan tangan-tangan kasar yang menggerayangi tubuhnya. Baru kali ini Veni merasakan buaian pada banyak titik sensitif di tubuhnya dalam waktu bersamaan sehingga desahan nikmat pun keluar dari mulutnya dan tubuhnya menggeliat-geliat nikmat. Walau ada perasaan risih, dirinya tak kuasa untuk menolaknya. Lalu Obenk menopang punggung Veni dengan satu tangannya sehingga posisi wanita itu terduduk di ranjang dan tangan satunya terus menggerayangi tubuhnya sambil berciuman. Veni mendesah tertahan di sela percumbuannya karena jari-jari Black makin liar keluar masuk di vaginanya. Pada payudara kanannya ia merasakan hisapan dan jilatan sedangkan yang kiri ia merasakan putingnya dipilin-pilin, kedua bagian sensitif itu pun makin menegang karenanya. Libido yang semakin tinggi menyebabkan Veni semakin bergairah bercumbu dengan Obenk. Kemudian Obenk kembali membaringkan tubuh Veni dan bertukar tempat dengan Black. Black berlutut di samping kepala Veni menginginkan penisnya kembali dioral.

Lalu ia mengarahkan penisnya ke wajah Veni, kemudian dia menempelkan kepala penisnya yang masih tampak basah akibat pergumulan tadi ke bibir wanita itu. Veni dapat melihat dengan jelas penis hitam pria itu mendekati wajahnya, tanpa sadar Veni menggerakkan tangan meraih penis besar berurat itu, tubuhnya bekerja secara otomatis mengikuti naluri seksnya. Veni menjulurkan lidah menjilati lubang kencing Black disertai gerakan mengocok perlahan. Veni pun patuh membuka mulutnya untuk dimasuki penis penjahat itu. Black sangat menikmati saat penisnya menyentuh lidah dan gigi Veni lalu dihangatkan oleh ludahnya. Naluri seksnya membimbingnya menjilati dan mengisap penis itu tanpa menghiraukan rasa jijik, lidahnya bergerak memutari kepala penis yang seperti cendawan itu. Buah zakar itu sesekali menumbuk hidungnya karena pria itu memaju-mundurkan pinggulnya perlahan seperti gerakan bersetubuh. Saat itu Obenk sedang menjilati tubuhnya mulus telanjang.

Semakin dikulum penis itu semakin mengeras dan bangkit kembali sehingga mulutnya terasa makin sesak apalagi ketika pemiliknya menekan hingga menyentuh tenggorokannya.

“Kalau gua suka memeknya…gondrong banget, demen gua yang kaya gini!” kata Obenk sambil merabai vagina Veni yang ditumbuhi bulu-bulu lebat.

Jari-jari pria itu mengeseki bibir vaginanya sehingga nafasnya semakin memburu dan tak sanggup lagi menahan desahannya. Lalu Obenk memposisikan wajahnya diantara kedua paha Veni, lalu pria bertato itu membenamkan wajahnya pada selangkangan Veni dan mulai menjilatinya. Dengan rakus Obenk menjilati vagina yang berbulu lebat itu. Kedua jarinya merenggangkan bibir vaginanya sehingga terkuaklah bagian dalamnya yang merah dan berlendir itu. Tubuh Veni makin bergetar merasakan lidah pria itu mengais-ngais vaginanya terlebih ketika lidah itu menyentuh klitorisnya. Obenk membuka paha wanita itu lebih lebar sehingga ia makin leluasa menjilat dan menghisap wilayah sensitif itu. Veni semakin larut dalam birahi akibat perlakuan Obenk, tanpa disadari ia semakin asyik menikmati tugasnya mengoral penis Black. Obenk bukan saja memainkan lidahnya di liang kenikmatan itu, jari-jarinya pun ikut bermain disana. Ia menyentil-nyentilkan lidahnya pada daging kecil sensitif itu menyebabkan pemiliknya menggelinjang nikmat. Beberapa saat kemudian, Veni merasakan desakan pada vaginanya. Dia menggerakkan bola matanya untuk melihat ke sana, ternyata si Obenk sudah tidak menjilati vaginanya, dia tengah mendorong-dorongkan penisnya untuk memasuki vagina itu.

“Sakit bang…aahh…ahh…jangan keras-keras !” rintih Veni meminta Obenk mengurangi kebrutalannya menyodok vaginanya dan remasannya yang kasar pada payudaranya.

Kali ini Obenk cukup pengertian, dia mengurangi kekasarannya, dengan menancapkan penisnya secara perlahan pada vagina Veni.Setelah merasakan nikmatnya jepitannya mulailah Obenk memompa wanita itu.

“Aahh…oohh…mmmm…mmm !” Veni kembali memasukkan penis Black ke dalam mulutnya dan meneruskan hisapan-hisapannya.

Obenk menggenjot Veni dengan kecepatan makin naik, kedua kaki wanita itu dinaikkan ke kedua bahunya. Veni juga ikut menggerakkan pinggulnya mengimbangi permainan pria itu.

Kuluman dan jilatan Veni yang sensasional membuat Black tidak bisa menahan ejakulasinya.

“Oohhh !” Black mendesah dan menjambak rambut panjang Veni dengan gemas.

Veni merasakan cairan kental hangat mengisi mulutnya yang langsung ditelannya. Kali ini spermanya tidak terlalu banyak akibat ejakulasi sebelumnya. Setelah itu Black terkapar di sebelah Veni yang masih bergumul dengan Obenk yang semakin bernafsu menggenjoti Veni setelah melihat pemandangan yang sangat sensual barusan ketika wanita itu sedang menyedoti penis Black yang sedang orgasme, belum lagi buah dadanya yang berguncang-guncang.

“Yes…yes…aaahhh…uuhh…oh…..!” desah Veni menggelinjang nikmat, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Veni kembali merasakan sudah di ambang orgasme, ia memutar-mutar pinggulnya menambah sensasi nikmat, hingga akhirnya ia tak sanggup lagi menahannya, tubuhnya mengejang dan menekuk ke atas dan mulutnya mengerang panjang. Obenk menyusul semenit kemudian dengan menekan dalam-dalam penisnya dan menyemburkan spermanya di dalam sana, wajahnya mengekspresikan kenikmatan yang luar biasa dari. Lalu pria bertato itu ambruk di atas tubuh Veni, sesekali bibirnya menciumi pipi dan bibir wanita itu. Dia ingin merasakan sebanyak mungkin kehangatan tubuh wanita ini yang belum tentu bisa dirasakannya kemudian hari.

“Ayo, non, sekarang sama gue lagi !” Black seolah bisa membaca pikirannya, dia membantunya berdiri dan mendudukkannya di pinggir meja rias yang ada di kamarnya.

Black lansung menusukkan penisnya ke vagina Veni. Black mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Veni.

“Aahh…oohhh…ahhh !” desah Veni dengan tubuh menggelinjang, kedua pahanya melingkari pinggang Black dan tangannya memeluk erat tubuh gempal pria itu.

Tiba-tiba Veni merasa tubuhnya terangkat dari meja, ternyata Black memang telah menjauhkannya dari meja, hanya pahanya saja ditopang oleh kedua tangan kokoh Black. Secara refleks Veni makin mempererat pelukannya kepada Black yang kini tusukan-tusukan penisnya makin terasa, bahkan secara naluriah dia pun turut menggoyangkan pinggulnya. Black sangat gemas melihat payudara Veni yang terguncang-guncang dan wajahnya yang makin bersemu merah karena terangsang berat sehingga tempo genjotannya makin bertambah.

“Enak kan, non ? Hehehe…sama suamilu belum pernah seasyik gini kan ?” ejek Black.

“Iyah bang…enak…ahhh…enak banget !” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Veni yang tengah dilanda birahi tingkat tinggi.

Sekitar lima menit lamanya Black menggenjot Veni dalam posisi demikian. Veni takjub akan keperkasaannya, dengan suaminya dia pernah mencoba posisi ini namun tidak bertahan lama karena gaya ini memang memakan banyak tenaga untuk menggenjot dan menopang berat badan sang wanita. Vagina Veni makin becek sehingga terdengar bunyi berdecak setiap selangkangan mereka bertumbukan. Lalu sambil berpelukan dan tanpa melepaskan penisnya dari vagina Veni, Black memapah tubuh Veni kembali ke ranjang dan membaringkannya. Kemudian Black kembali mengenjot penisnya ke vagina Veni. Ketika di ambang orgasme, dia menghentikan tusukannya, ia ingin menikmati tubuh wanita itu sepenuhnya sehingga tidak mau cepat-cepat keluar. Kini diperintahkannya Veni menaiki penisnya. Tidak terlalu sulit penisnya memasuki vagina itu karena sudah basah dan licin. Erangan Veni turut mengiringi proses penetrasi itu hingga akhirnya penis itu tertancap seluruhnya.

“Mmhhh…enak , memek non masih legit aja!” gumam Black merasakan himpitan dinding vagina Veni terhadap penisnya.

Tanpa menghiraukan ocehan Black, Veni mulai menggoyangkan tubuhnya naik-turun. Secara refleks tangannya yang saling genggam dengan tangan pria itu membimbingnya ke salah satu payudaranya seolah meminta pria itu meremasinya. Black mulai memainkan payudaranya dan tangan satunya menelusuri tubuh yang molek itu, merasakan kulitnya yang halus dan lekuk tubuhnya yang indah. Veni sudah semakin hanyut dalam persetubuhan itu walaupun pada awalnya dilakukannya dengan terpaksa.

Ketika masih menikmati posisi woman on top, Obenk mendekati Veni dan membisikkan sesuatu di telinganya.

“Saya cobain disini yah Non, pasti lebih seret !” pintanya.
“Jangaann….saya…saya belum pernah” ucap Veni dengan nafas terengah, “sepertinya sakit”

“Nggak juga kok Non, awalnya aja sakit, nanti juga enak apalagi kalo dua kontol sekaligus gini” kata Obenk meyakinkannya.
“Tapi jangan kasar-kasar Bang” pinta Veni memberi persetujuan ajakan Obenk main belakang.

Obenk segera mengambil posisi di belakangnya, pantat gadis itu diangkatnya sedikit, ia meludahi penisnya, lalu memulai proses penetrasinya secara perlahan-lahan.

“Tahan dikit yah Non” kata Obenk.

Veni merintih-rintih merasakan perih pada daerah itu karena baru pertama kali melakukannya lewat situ, tangannya mencengkram erat lengan Black dan sprei di bawahnya. Black yang di bawah asyik saja menggerayangi payudara Veni yang menggelantung di dekat wajahnya sambil menunggu proses penetrasi, dia menciumi kedua daging kenyal itu dan mempermainkan putingnya.

“Aaakkhh…..adddduuhhh, sakit…oohh…pelan-pelan bang !” Veni merintih sampai air matanya keluar, tubuhnya serasa dikoyak-koyak.

“Dikit lagi nih Non, sabar yah…ahh…ahhhh !” Obenk juga mengerang sambil mendorong penis itu lebih dalam lagi. Lalu Black mendiamkan dulu penisnya di dalam dubur Veni sambil mengurut-urut pantatnya memberi rasa nyaman sekaligus membiarkannya beradaptasi.

Setelah beberapa saat Black mulai menghujamkan penisnya perlahan, Veni merintih karena sakit yang juga bercampur nikmat. Dalam waktu bersamaan, Black juga menggoyangkan pinggulnya dari bawah. Genjotan tubuh mereka semakin lancar, Veni mulai merasakan nikmatnya disetubuhi dari belakang terlebih dengan penetrasi ganda seperti ini yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kenikmatan luar biasa melingkupi tubuh wanita itu, ia memasrahkan tubuhnya diperlakukan semaunya oleh kedua pria itu, kontras sekali tubuhnya yang putih mulus itu diantara tubuh-tubuh hitam kasar.

“Semmmpiiiit…..baaannngggettt,” oceh Obenk
“Kaayyyaannya…guuee….mau…nngecret nih!” gumam Obenk sambil teus menghujamkan penisnya ke dubur Veni.

Obenk tidak bisa bertahan lama dengan lubang belakang Veni yang baru saja diperawaninya itu. Pria itu menggeram nikmat sambil membenamkan penisnya dalam-dalam. Veni merasakan cairan hangat memenuhi lubang belakangnya. Lalu Obenk terkulai lemas di sebelahnya. Ketika penis Obenk tercabut, ia merasa sedikit lega dari kesesakan akibat dua lubangnya dijejali penis, masih terasa sperma pria itu meleleh di pantatnya. Dia atas tubuh Black, Veni memacu tubuhnya dengan liar, keduanya mendesah-desah kenikmatan. Tangan Black terus menggerayangi payudara Veni yang bergoyang-goyang naik turun seirama badannya yang menggemaskan itu.

Tiga menit kemudian mereka berganti posisi. Black mengangkat tubuhnya sehingga terduduk di ranjang, kemudian barulah melanjutkan genjotannya sambil berpelukan dengan wanita itu. Dengan gaya duduk berpelukan begitu Black dapat membenamkan wajahnya di dada Veni, merasakan empuknya payudara montok itu, mulutnya pun berpindah-pindah, kadang mengenyoti payudara gadis itu, kadang melumat bibirnya.

“Ooh……aaaaaaaaahhh !!” jerit Veni tak lama kemudian.

Dengan mata membeliak-beliak, tangan dan kakinya makin erat memeluk tubuh penjahat itu. Gerak tubuhnya yang naik turun itu pun semakin liar, dada mereka saling bergesekan, begitu pula dengan Black yang masih terus menekan-nekan tubuhnya. Black membalikkan tubuh Veni, sehingga kini wanita cantik itu terbaring di atas ranjang. Black kembali menghujamkan penisnya, lalu menggoyangkan pinggulnya dengan cepat.

“Aaahh… gue mau ngecret nih!” gumam Black tanpa menghentikan goyangannya.

Veni pun merasakan adanya sesuatu yang akan meledak di dalam dirinya. Tubuh sintalnya mulai nampak menegang, kepalanya mendongak ke atas, sementara kedua matanya terpejam dan mulutnya membuka lebar. Black pun kian mengencangkan genjotan penisnya, sambil menahan gelombang dasyat yang kini menggantung di ujung penisnya.

“Aaaakkhh….!”, Veni pun berteriak kencang. Ia mencapai klimaks!

Beberapa detik kemudian giliran Black yang berteriak, “Ooohhh…!”.
Semburan sperma sempat masuk ke dalam vagina Veni sebelum Black sempat menarik batang penisnya. Semprotan sisa pun mendarat di perut dan payudara serta sedikit mengenai wajah cantik Veni. Black terduduk lemas di samping Veni, sedangkan wanita cantik itu terlihat masih terbaring di ranjang dengan nafas ngos-ngosan. Veni terlihat menikmati betul sensasi klimaks yang baru saja ia rasakan. Black lalu mengelus-elus rambut Veni yang telah basah oleh keringat. Sebersit senyum mesum tersungging di wajah seramnya. Terlihat masih ada sperma mengalir keluar dari dalam lubang kewanitaannya. Veni tidak dapat memungkiri, bahwa ia juga menikmati persenggamaan liar dengan kedua orang asing ini.

 Dalam dirinya berkecamuk antara perasaan bersalah dan menikmati seks yang dirasakan. Menjelang subuh, akhirnya mereka bertiga tertidur. Veni membiarkan dirinya tidur diantara Obenk dan Black yang memeluk tubuh telanjangnya dari belakang. Keesokan harinya, sekitar jam 1 siang, Veni baru terbangun dari tidurnya. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa pegal-pegal, terutama di daerah selangkangannya yang ia rasakan agak nyeri akibat permainan seks liar tadi malam. Tidak beberapa lama kemudian, Veni baru menyadari bahwa dirinya tinggal seorang diri di dalam kamarnya. Kedua penjahat yang kemarin tidur di kedua sisinya itu, kini sudah tidak tampak di dalam kamarnya lagi.

Veni lalu bangkit dari tempat tidurnya, menarik sprei tempat tidurnya untuk menutupi ketelanjangan tubuhnya. Kemudian ia berjalan memeriksa ke seluruh ruangan rumahnya tetapi tidak menemukan batang hidung kedua penjahat tersebut. Ketika kembali ke kamarnya, matanya tertuju ke sebuah dompet miliknya yang telah terbuka di atas meja rias di kamarnya. Di bawahnya terdapat sebuah kertas yang berisi tulisan tangan salah satu penjahat tersebut. Tulisannya sangat jelek dan agak sulit dibaca.

“Maaf, non, duitnya kita ambil. Kami butuh uang untuk ongkos di jalan. Terima kasih buat yang semalam. Terima kasih juga untuk tidak melaporkan kami kepada yang berwajib. Black-Obenk”

Setelah membaca tulisan itu, Veni memeriksa dompetnya, ia menemukan seluruh uang di dalam dompet telah diambil semua oleh kedua penjahat itu, tapi kartu debit dan kartu kredit masih berada di tempatnya. Demikian pula dengan kartu identitas dan lain-lain. Veni jadi tersenyum-senyum sendiri. Ia kembali teringat pergumulan dengan kedua penjahat itu semalam, membuatnya tidak akan pernah melupakan seks terliar yang pernah dilakukan malam itu sepanjang hidupnya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4