Langsung ke konten utama

Gairah Liar Tukang Odong Odong


Suatu hari didalam mobil dalam perjalanan menuju komplek suatu perumahan di sudut kota, terjadi obrolan antar suami dan istri. Pasangan suami istri tersebut bernama Risa dan Anton. Ya, Anton yang bernama lengkap Anton Hendardi merupakan pria berumur 34 tahun dan bekerja sebagai pegawai swasta dengan kedudukan yang cukup tinggi, sehingga materi bagi dia bukan lah suatu masalah.
Sang istri yang bernama Risa berumur 27 tahun, merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengurusi anak dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya, body nya bagus karena Anton sering kali memintanya perawatan, lalu ditunjang juga dengan ukuran dada 36C nya maka tidak heran banyak orang-orang yang suka meliriknya. Sedangkan anak mereka bernama Andi yang duduk di bangku sekolah dasar dan Anisa yang baru berumur 2 tahun dan sedang duduk dipangkuan Risa.

“Pah, liat deh, kasihan ya orang itu, sudah tua, masih kerja. ngayuh odong-odong” seru Risa. “Ya namanya hidup mah, kalau kita ga bertahan ya mau gimana lagi” balas Anton.

“Tapi walau udah tua, kerja keras, kayuh odong-odong, pasti itu nya besar” Risa menimpali lagi jawaban suaminya. “Hush kamu itu kalau ngomong ya, untung Andi sedang tidur di belakang, kalau sampai kedengeran kan ga enak mah” nada Anton yang agak kesal memarahi Risa.

Memang sudah diketahui Anton, istrinya ini memang sedikit bertingkah agak nakal, bahkan sebelum nikah pun begitu, dan dikeluarga Anton dan Risa, memang bukan hal tabu membicarakan hal tersebut, tetapi tidak didepan anak-anak. Anton memang sering kali menegur Risa jika keluar rumah dengan pakaian yang kurang pantas atau terlalu ketat dan memamerkan lekukan tubuhnya. Tetapi urusan ranjang Anton dan Risa dapat saling memuaskan satu sama lain, tidak ada permasalahan dan itu adalah salah satu Risa menikahi Anton dan yang membuatnya jatuh hati hingga sekarang. Anton pun memaklumi perbuatan Risa tersebut, hal itu juga yang terkadang membangkitkan gairahnya dan tentu saja, Risa bisa terpuaskan dengan Anton.




Malam pun tiba, saat seusai makan malam dan siap-siap untuk tidur. Di atas ranjang Risa yang habis bercinta dengan Anton merasa sangat puas hingga beberapa kali orgasme. Anton pun dengan santainya bertanya kepada Risa

“ Tumben, hot banget malam ini mah?” “iya ni pah, gara-gara omongan tadi siang, jd agak keinget sama tukang odong-odong tadi” jawab Risa.

“Nah kok bisa? Memang kenapa?” tanya Anton lagi.

“Cuma penasaran orang kalau sudah tua dan bekerja kasar itunya gede apa enggak?” jawab risa yang diselingi dengan tawa nya. “kan kalau kuli-kuli atau kerja kasar lah pah, pasti gede atau rata-rata lah, tapi itu yang muda ya, bukan yang tua, lagian aku ingin tau pah, orang umur segitu masih ada nafsu atau enggak, atau gimana si mereka nuntasin nafsunya”.

Pertanyaan Risa membuat Anton geleng-geleng kepala dengan muka anehnya, lalu dijawab.

“ya ilah mah, palingan juga kecil, trus ga lama, trus palingan onani itu orang, ga kaya punya papa nih, perkasa”. “Ye, kan mana tau pa, jd pengen goda orang-orang kaya gitu deh pah, boleh ga?” tanya Risa manja kepada suaminya. Suaminya yang tau betul tabiat istrinya hanya bisa tepok jidat. “Baik kalau mama mau tapi dengan syarat”, tegas Anton. “syaratnya apa pah?” , kali ini Risa bersemangat dikira suaminya bakal marah. “sebentar papa ambil kertas dan nulis dulu” Anton tegas untuk kedua kalinya. Anton pun beranjak dari kasurnya dan mengambil selembar kertas dan pulpen kemudian duduk di meja kerjanya dalam kamar kemudian menulis sesuatu yang kemudian diserahkan kepada Risa istirnya untuk ditandatangi dan diberikan materai. Setelah membaca secara seksama isi kertas tersebut, Risa pun menyetujuinya lalu menandatanginya. “jadi deal ya mah” ucap Anton. “siap bos ku, mama deal, tenang aja, mama ga akan kecewain papa” jawab Risa dengan penuh keyakinan. Sehabis itu mereka berdua kemudian lanjut untuk tidur.

Esoknya hari minggu, Anton bergegas pergi ke toko elektronik. Anton mencari beberapa CCTV untuk dipasangkan dibeberapa titik rumahnya

Esoknya di hari senin, seperti biasa pagi hari Risa sudah bangun untuk menyiapkan keperluan kantor suami dan keperluan sekolah anaknya, mulai dari sarapan dan seragam. Pagi itu Risa sudah mandi, akibat gempuran suaminya tadi malam, karena tidak enak menyiapkan keperluan anggota keluarganya dengan badan kotor sehabis persetubuhannya dengan suaminya. Pukul 6.30 Andi berangkat sekolah, karena dia masuk sekolah jam 7.00, jarak antara sekolah dan rumah hanya sekitar 15 menit, karena komplek perumahan tidak jauh ada sekolah. Sedangkan Anton, dia berangkat pukul 8.00 dan biasa pulang dari kantor sekitar jam 18.00 (karena posisi yang cukup penting sehingga wajar jika dia sedikit royal terhadap perusahaannya).

Saat akan melepas kepergian suaminya lalu Risa berkata

“bener kan pah, boleh?’.

Anton pun menjawab dengan meyakinkan Risa, “silahkan mah, kan sudah ada surat perjanjian, tapi inget harus ditepati”, tegas Anton. “Siap Pak Bos…” Risa menjawab dengan penuh senyuman. “Ya sudah papah berangkat dulu ya ma” “Hati-hati pa..” balas Risa. Dan mobil Anton pun menjauh meninggalkan rumah.
Risa pun masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya. Dia memang sengaja tidak menggunakan pembantu, karena bagi dia biar ada kerjaan bagi ibu rumah tangga dan itu tantangannya sebagai ibu rumah tangga. Pukul 11.00 semua pekerjaan rumahnya sudah diselesaikan, tinggal satu pekerjaannya, yaitu membobo siangkan anak keduanya. Usaha yang dilakukan pun percuma Anisa juga tidak kunjung tidur. Dari rasa frustasinya, tidak lama terdengar suara odong-odong dari luar pagar rumah Risa. Risa pun mempunyai ide, agar Anisa dinaikan odong-odong agar bisa tidur.

“Pak..pak..”, teriak Risa kepada bapak-bapak pengayuh odong-odong. Risa pun kaget, ternyata yang dipanggilnya adalah tukang odong-odong yang waktu itu dia lihat bersama suaminya dari mobil. “wah kebetulan ni, tepat sasaran” batin Risa. Risa pun memanggil dari balik pagar, hanya kepalanya saja yang nongol, “sini pak masuk aja, bawa odong-odongnya ke masuk ke garasi, saya mau naikin anak saya biar cape trus tidur siang”. “yah neng, kalau dibawa masuk ke garasi, nanti yang lain ga bisa naik odong-odong bapak donk” jawab kakek itu. Risa pun ga habis piker, “sudah pak bawa masuk saja, nanti saya kasih lebih deh buat bapak, yang penting anak saya mau tidur”. ‘Bener ya neng, kalau gitu bapak permisi masuk”, jawaban kakek itu, setelah mendapat penawaran akan mendapatkan lebih. “Lumayan uang nya, sebentar juga bisa keliling-keliling lagi” ujar kakek itu dalam hati.

Setelah masuk, alangkah kagetnya kakek itu, Risa hanya mengenakan tanktop dan celana pendek santai yang hanya sepaha tingginya. Kakek itu pun berkata sambil menundukan kepalanya, “maaf ya neng”. “santai aja pak, saya tiap hari memang seperti ini, toh rumah-rumah sendiri, maunya santai”, jawab Risa santai sambil berlalu mengambil Anisa dari dalam untuk dinaikan odong-odong. “Pak kalau bisa, suara nyanyiannya jangan kencang-kencang ya, ga enak sama tetangga nanti keberisikan” ujar Risa sambil menggendong Anisa keluar. “Baik Bu”, jawab kakek odong-odong.

Dengan perlahan dikayuh nya odong-odong dengan suara lagu yang pelan dan santai. Risa yang berdiri di samping Anisa hanya bersenda gurau dengan Anisa sesekali memperhatikan jika Anisa sudah mengantuk. 5 menit pun berlalu, tapi belum ada tanda-tanda Anisa akan tidur. Risa sibuk memperhatikan Anisa dan si bapak yang konsentrasi mengayuh sepeda sambil matanya jelalatan. Dari tempat bapak itu mengkayuh odong-odongnya, tampak dari samping bagaimana bentuk badan Risa, dengan membayangkannya saja, sudah membuat penis nya mengeras. “weleh-weleh, baru kali ini dapat yang seperti ini” batinnya sambil menelan ludah. “Ya ampun, itu dada besar juga, mana tali BH nya kemana mana lagi keliatan, tuh paha putih mulus, lengannya juga, mana ibu ini cantik, waduh sampai rumah coli ini”, pikirnya lagi. Selang tidak beberapa lama, terlihat Anisa yang sudah mulai mengantuk, Risa pun dengan cekatan meminta untuk menghentikan odong-odong dan mengangkat Anisa ke dalam rumah. Setelah membaringkan Anisa di kasurnya dan di tunggu sebentar, akhirnya Anisa tertidur juga, Risa yang merasa kasihan dengan bapak itu langsung ke dapur untuk membuat minuman baginya. “ini pak ada teh dingin, lumayan buat lepas haus, panas banget siang ini” seru Risa yang kedatangannya membawa segelas teh dingin menuju teras rumah. “Silahkan diminum pak” seru Risa, “terima kasih Bu” jawab bapak itu. Sehabis minum, bapak itu mohon pamit, tapi Risa menahan untuk istirahat sejenak karena hari ini terasa panas, lagian kalau jalan sekarang kebanyakan anak-anak juga sedang tidur siang.

“Bapak namanya siapa ?” tanya Risa yang tiba-tiba memulai obrolan “Yanto bu, tapi temen-temen yang lain biasanya manggilnya Yansen”, canda Pak Yanto.

“Nah kerenan dipanggil Yansen pak, apa jangan-jangan nama nakal dijalanannya ya?” cekikik Risa bertanya. “Enggak bu, ga tau itu temen-temen seneng bgt manggil seperti itu dari dulu” jawabnya kikuk.

”Ya sudah saya manggilnya Pak Yansen saja, oh iya nama saya Risa”, sembari Risa menjulurkan tanganya untuk berjabat tangan. Jabatan tangan itu pun disambut dengan tangan tua hitam dan dekil Pak Yansen.

“Ya ampun, mulus amat ni tangan, sering perawatan kali yak.” pikir Pak Yansen.

“Sepi bener bu ini rumah?” tanya Pak Yansen. “Iya Pak, saya palingan di rumah sama anak-anak saya, yang satu lagi sekolah masih SD, dan suami saya palingan pulang nanti malam, saya gak pakai pembantu, ga srek aja pak, enakan ngerjain sendiri, namanya juga ibu rumah tangga”, jawab Risa.

Sembari mengobrol tak henti-hentinya Pak Yansen bergumam dalam hati memuji wajah dan badan Risa, baginya ini kesempatan langka, kapan lagi dekat-dekat dengan wanita cantik seperti Risa. Risa yang menyadari dirinya sedang diperhatikandari ujung kaki hingga ujung kepala dan seperti ingin diterkam oleh hewan buas merasa sedikit senang, Risa pun tak sengaja melihat ke arah selangkangan Pak Yansen yang sudah membengkak dibalik celana lusuhnya. “hmmm…kena lo, sakit-sakit dah tuh dalam celana”, batin Risa. Risa pun berpura-pura merenggangkan tubuhnya seperti orang pegal, sehingga semakin menonjolkan bentuk payudaranya yang besar. Didengar Risa beberapa kali Pak Yansen sering menelan ludah.

“Ya ialah Pak Yansen, biasa aja kali lihatin saya, sampai segitunya..” seru Risa yang membuyarkan lamunan Pak Yansen. “eh..eh…maaf bu, maaf, habis ibu cantik, jadinya saya jadi terpesona seperti itu, seperti melihat bidadari” kagetnya Pak Yansen yang ditanya Risa, sehingga mau tidak mau jawaban yang keluar dari mulutnya sedikit dengan jujur.

“Aah Pak Yansen bisa saja, mana yang cantik, orang sudah tua begini, anak sudah 2, yang 1 sudah besar pula”, jawab Risa merendah.

“Bener bu, baru kali ini saya lihat di komplek ini, ibu-ibu disini gak ada yang kalah cantik dengan ibu”, lanjut Pak Yansen yang sudah kepalang tanggung karena ketahuan melihat terus ke arah Risa.

“Gombal mu Pak Yansen, bisa saja, saya gak apa-apa Pak kalau mo dilihat, tapi itu loh, celana Pak Yansen ada yang gembung gitu, pulang nanti sampai rumah, langsung gempur istri donk ni” genit Risa dengan suara yang dibuat kaget, padahal sudah dilihatnya dari tadi celana Pak Yansen. “Maaf sekali lagi bu, ibu pakai liat saja” panik Pak Yansen dengan muka menunduk menahan malunya.

“ Istri saya dikampung bu, waktu itu ikut saya, sekarang ikut anak di kampung, sekalian ada yang jaga, kalau disini saya kan pergi ngayuh seharian, kasihan jadinya istri”, cerita Pak Yansen tentang istrinya yang dikampung. “Nah terus kalau lagi pengen gimana pak?” goda Risa yang membuat Pak Yansen makin belingsatan.

“Yah palingan ke kamar mandi bu, mandiri” tawa Pak Yansen yang sudah kepalang tanggung, “sekalian saja lah” katanya dalam hati. “duh ga kuat ini seperti ini terus, mana tuh ibu mantap bener lagi tuh toketnya, paha mulus, dah mana ini omongan ngejerumus mulu lagi, jadi pengen cepet-cepet pulang dulu”, batin Pak Yansen, yang saat itu juga berdiri untuk pamitan pulang, karena baginya urusannya sudah selesai.

“Bu, saya pamit, mau keliling-keliling lagi, terima kasih untuk teh dinginnya”, katanya sembari menundukan kepalanya. Dari posisinya yang sekarang dia dapat dengan jelas melihat permukaan payudara Risa yang putih, mulus, besar dan terdapat urat-urat biru tipis, yang buat Pak Yansen makin melotot. “Ya ampun pak, yakin mau pulang itu keadaan seperti itu, tuh pak, didalam ada kamar mandi, pakai dulu aja, kasihan tegang terus itu, daripada nanti keliling-keliling malah gak konsen, tapi inget siram yang bersih yak” goda Risa dengan genitnya, sembari memberi tahu letak kamar mandi tamu yang memang jarang dipakai. “ah ibu bisa saja, nanti kotor bu kamar mandinya, saya lepas di rumah saja wkwkwk”, cengegesan Pak Yansen, yang makin pede akan kegenitan Risa, yang membuatnya makin berani untuk becanda-bencanda tabu seperti itu. Risa pun makin berani godain Pak Yansen, yang akhirnya membuat Pak Yansen luluh juga. “Tuh pak kamar mandinya”, kata Risa sembari menunjukan kamar mandi tamunya. “kalau gitu saya tinggal ke teras ya pak, inget disiram yang bersih” kata Risa dengan nada genitnya. “Baik bu..baik” Pak Yansen pun masuk ke kamar mandi sambil cengengesan ditinggal Risa.

Kurang lebih 10 menitan Risa menunggu di teras, tidak lama Pak Yansen nongol dari dalam rumah. “Gimana pak, sudah lega?” goda Risa. “Iya bu, sudah, sudah gak berat, entengan, lega”, jawab Pak Yansen dengan muka puasnya. “Yo wes kalau gitu saya pamit izin keliling-keliling lagi bu” Pak Yansen pun pamit izin pergi, “Oh iya sampai lupa ini pak, ongkos naik odong-odongnya”, Risa pun sembari mengeluarkan uang seratus ribu. “waduh bu, besar banget, saya gak ada kembaliannya, lagian anggap saja ongkosnya sudah dibayar di kamar mandi bu” jawab Pak Yansen mesum. “Sudah kalau gitu buat bapak saja semua, gak apa-apa kok pak, sudah ambil saja, anggap saja rejeki”, Risa memaksa agar Pak Yansen menerima uangnya.

“waduh jadi gak enak saya bu, tapi terima kasih ya bu, kalau butuh odong-odong lg bisa cari saya” ujar Pak Yansen sambil cengegesan. “Beres kalau itu pak, toh dah terbukti anak saya yang kecil cepet tidurnya naik odong-odong bapak” tawa Risa sehingga tidak ada kekikukan diantara mereka.

Klontang-klontang, bunyi pagar berbunyi, setelah dilirik dilihat Risa yang datang adalah Andi yang baru pulang sekolah. “selamat siang mah”, sapa Andi. Andi yang datang langsung salim dengan Ibu nya. “kalau gitu saya pamit dulu ya bu, terima kasih” kata Pak Yansen. “oh iya pak, hati-hati, sama-sama, sya juga terima kasih” jawab Risa.

Setelah Pak Yansen meninggalkan rumah, Risa pun masuk ke dalam, dilihat anaknya Andi sedang sibuk dikamarmengganti bajunya. Risa pun berkata,” sehabis beberes, jangan lupa makan siang ya nak”. Sembari bilang seperti itu kepada anaknya, Risa menuju kamar mandi yang digunakan Pak Yansen untuk memastikan bahwa keadaan bersih, dia kaget ternyata, BH nya yang berada didalam ember kotor dekat pintu kamar mandi (memang dekat tempat mesin cuci) basah, padahal dia ingat, tadi pagi masih belum tersentuh, dan dia memang belum nyuci dan Risa pun penasaran kemudian mengambilnya dan tercium aroma sperma..

“Sial, Pak Yansen, colinya pake BH aku lagi, bau sperma banget, pasti dah lama gak pernah dikeluarin, pantesan tadi tatapan matanya nafsu banget, mana tatapannya ngeliatin dada aku melulu lagi” cekikian Risa dalam hati.

Malam harinya di kamar tidur Anton dan Risa…

"Gimana mah, hari ini? Tanya Anton

"Hahaha, tau gak pah, tadi mama godain tukang odong-odong yang kemarin lusa kita lihat itu loh. Sahut Risa

"Kok bisa mah, gimana ceritanya? Tanya Anton keheranan.

"Tadi si Anisa susah tidur, dah mama coba temenin gimana pun susah tidurnya, eh gak sengaja ada bunyi tuh tukang di depan rumah, ya udah mama panggil masuk aja, siapa tau Anisa dinaikin jadi ngantuk, eh beneran, gak lama ngantuk juga Anisa. Jawab Risa

"hahaha, coba ah mah, papa cek CCTV mo lihat gimana. Kata Anton sambil tertawa senang.

Anton dan Risa pun menonton rekaman CCTV, dimana mereka melihat bagaimana kikuknya tukang odong-odong itu dihadapan Risa, mulai dari Risa menemani Anisa naik odong-odong hingga ketika Risa dan Pak Yansen ngobrol di teras, dan pamit ke kamar mandi.

Anton : hahaha, namanya nya siapa mah?

Anton bertanya sambil tertawa kepada Risa

Risa : Yanto pah, tapi dipanggilnya Yansen, hahaha, mama aja sampai geli, dia dipanggil Yansen.

Anton : Bisa, bisaan aja tuh orang tua, genit banget namanya pake Yansen segala. Dah yuk mah tidur, papa besok ada meeting pagi, bangunin pagi yak..habis papa kira godain nya hot lagi, hahaha..

Risa : ya pelan-pelan pah, masa mau langsung, sabar, dah yuk tidur.

Pagi pun datang, seperti kegiatan biasanya Risa bangun untuk menyiapkan keperluan suami dan anaknya. Setelah kepergiaan suaminya bekerja, Risa pun juga melakukan pekerjaan hariannya sebagai ibu rumah tangga.

Siang pun berlalu, terdengan kembali suara odong-odong di depan rumah Risa. Risa yang menyadari langsung beranjak keluar untuk memanggil tukang odong-odong tersebut.

“hmmmm…siapa tau Pak Yansen lagi” batin Risa.

Dan benar saja, ternyata saat Risa melongo saat membuka pagar Pak Yansen sudah cengar cengir didepan, seperti orang yang sedang berharap.

Pak Yansen : Eh Ibu Risa, anaknya mau naik odong-odong bu?

Risa : iya donk pak, siapa tau cepet lagi tidur siangnya, jadi saya bisa agak santai, yuk pak, dibawa masukin aja odong odong nya kaya kemarin.

Pak Yansen : Baik bu, hehehe, permisi ya bu..

Risa pun bergegas ke dalam mengambil Anisa untuk dinaikin odong odong. Siang itu Risa menggunakan kaos berwarna putih dengan bahan yang tipis dan ketat sehingga dapat terlihat BH berwarna hitamnya yang kontras dengan kaosnya serta dipadukan dengan celana hotpants. Laki laki yang melihatnya mungkin akan sering menelan ludah, karena begitu sexy nya Risa siang itu.

Risa : Hush mata nya biasa aja Pak, kaya mo nerkam aja, atau Risa yang keliatan gendut ya?

Risa sengaja menggoda Pak Yansen, untuk melihat bagaiman reaksinya.

Pak Yansen yang sambil mengayuh : Ya ampun bu ada yang begini didepan saya masa gak saya liatin bu, rejeki bu, kapan lagi, ibu mah ga gendut, sexy bu, walau dah anak 2 juga, seneng saya litany, wonk rata gitu perutnya bu, ya walaupun yang diatas nya kaya mau tumpah gitu bu

Gara-gara kejadian kemarin, Pak Yansen sudah tidak malu-malu lagi, malah semakin kurang ajar saja. Toh pikirnya yang dia goda saja tidak marah, malah seperti menyetujui aksinya bahkan memepersilahkan dia untuk menuntaskan di kamar mandinya, bagi Pak Yansen, ini seperti rejekinya apalagi dibandingkan dengan istrinya yang sudah tua, Risa adalah bidadari baginya.

Risa : “Ah bapak bisa saja, wonk gendutan gini” sembari tangannya memegang perutnya, “kalau yang atas si, semenjak anak ke dua pak, jadinya makin-makin naik ukurannya, hahaha” Risa tertawa sembari merespon candaan mesum Pak Yansen.

Pak Yansen pun terus membercandai Risa, disamping memang pikirannya sudah mesum dan dilihatnya Risa tidak marah dan malah menanggapi selain itu agarkayuh odong-odongnya jadi tidak berasa. Selang 10 menit tidak berasa Anisa sudah menunjukan tanda-tanda mengantuk, Risa pun dengan sigapnya segera menggendongnya dan dibawanya ke dalam rumah, tetapi Anisa mendadak rewel, Risa yang paham segera membuatkan Anisa susu formula dan segelas minuman dingin untuk Pak Yansen, karena mumpung sekalian di dapur pikirnya. Risa keluar ke teras sembari menggendong Anisa yang sedang memegang botol dot nya dan minuman dingin di tangan satunya lagi.

Pak Yansen : Waduh bu, ga usah repot repot..

Risa : “Gak apa apa pak, silahkan diminum pak” sembari Risa memangku Anisa duduk di bangku dekat Pak Yansen

Pak Yansen : “Si kecil sudah ga minum ASI lagi bu hehehe?” dia bertanya setelah meneguk minuman dinginnya, mukanya cengengesan, mupeng melihat Risa yang makin menggoda.

Risa : “Enggak Pak, sudah 2 tahun mah, udah berhenti, ASI eklusif mah hanya sampai 6 bulan, lagian mau nya Bapak aja mo lihat saya netein Anisa” tawa Risa, yang nada bicaranya ditekankan pada kata netein.

Pak Yansen : “hahaha, ibu mah, nah kan siapa tau jadi rejeki saya bu…” sembari Pak Yansen bicara seperti itu, dia membetulkan posisinya selangkangan nya yang terasa sesak di bawah sana.

Risa : “ye..ini mah rejeki suami sama anak-anak saya pak hahaha, lagian itu tangannya ngapain…sesak ya? Hahaha” Risa berbicara sambil menujuk selangkangan Pak Yansen

Risa : “Dah sana ke kamar mandi dalam aja Pak, kalau ga kuat, inget siram yang bersih ya..” goda Risa, genit cara bicaranya

Perkataan Risa makin membuat Pak Yansen pusing, melihat Risa yang begitu menggoda saja sudah pusing, ditambah Risa yang berkata seperti itu, membuatnya makin gemas..

Pak Yansen : “ka..ka..ka..kalau begitu, saya izin numpang ya bu” suaranya terbata bata menahan nafsu

Risa : “hahaha, silahkan pak, masih inget kan letak kamar mandinya” tawa Risa

Sembari berdiri dan melangkah ke dalam Pak Yansen berkata, “ masih kok bu….”

Setelah Pak Yansen masuk ke dalam, Risa melihat Anisa yang ternyata sudah tertidur digendongannya dan segera beranjak ke dalam untuk meletakan Anisa di tempat tidurnya. Saat melangkah ke dalam, Risa melihat Pak Yansen celingak celinguk didepan kamar mandi, Risa pun yang tau tujuanya segera bertanya.

“lagi Nyari apa sih pak? Hahaha goda Risa

“Ga..ga..gak bu, ga cari apa apa kok, kalau gitu saya masuk dulu ya bu” kaget Pak Yansen yang merasa aksinya ketauan.

“Hahahaha, dasar, untung aja belum ku turunin itu BH dan CD kotorku yang masih di kamar, kalau enggak pasti buat coli lagi itu dikamar mandi” batin Risa.

Setelah menaruh Anisa di tempat tidur, Risa pun beranjak pergi ke teras sembari menunggu Pak Yansen membuang nafsunya di kamar mandi.

Tidak lama Pak Yansen pun balik dari kamar mandi menuju teras, Risa yang menyadari kehadiran Pak Yansen pun bertanya :

"kok cepet pak? Tanya Risa

"hehehe..iya bu, dah diujung banget tadi. Sahut pak yansen sekenanya.

"mantap ni sepertinya, kocokannya mantap ya pak” sembari tangannya memperaktekan gaya ngocok. Ledek Risa

"Terus tadi ngapain di depan kamar mandi? Nyari BH Risa ya? Hayo ngaku kemarin bapak pakai itu kan di kamar mandi?” Risa bertanya menginterogasi Pak Yansen

"iya bu maaf ya bu, habis ngeliatnya aja dah nambah nafsu saya bu. Sahut Pak Yansen sambil menahan malu.

“ish dasar, pantesan BH Risa basah, trus ada lengket nya” kesal Risa, “ dah sana keliling keliling lagi pak, ini ongkos naik odong odong nya” suruh Risa ke Pak Yansen

"hehehe iya bu, maaf ya bu, habis gede si punya bu, saya jadi bayangin kan hehehe, kalau gitu saya pamit dulu ya bu. Ujar Pak Yansen

Kejadian seperti itu terus berlanjut jika Pak Yansen datang ke rumah Risa, dan Risa dengan sengaja menaruh BH nya di ember pakaian kotor dekat kamar mandi. Setiap kejadian dengan Pak Yansen disiang harinya, malam harinya, Risa selalu menceritakan ke Anton suaminya sembari menonton CCTV untuk melihat bagaimana gerak gerik Pak Yansen, yang mengundang tawa dari kedua pasangan tersebut.

Di siang hari, seperti biasa, Risa menggunakan jasa odong odong Pak Yansen, setelah Anisa tidur terlelap seperti biasa, dia menyempatkan diri menemani Pak Yansen di ruang tamu rumahnya, kerena sudah cukup akrab sehingga Risa berani mengajak Pak Yansen masuk ke ruang tamu. Pak Yansen yang seperti biasa disuguhkan pemandangan yang menggugah nafsu pun sering kali merayu dan menggombal kepada Risa. Pikir Pak Yansen, bosan jika harus menuntaskan hajatnya selalu di kamar mandi Risa, dia pun memutar otak, bagaimana caranya. Pak Yansen pun terus menerus merayu dan menggombal kepada Risa yang hingga ujung pembicarannya dengan sengaja diarahkan oleh Pak Yansen adalah ukuran penis. Risa yang sebenarnya menggoda Pak Yansen, seakan tau arah pembicarannya dan dia pun mengikuti saja arah pembicaraanya itu karena memang Risa yang dari awal menggoda Pak Yansen.

Pak Yansen : “nih bu ukuran penis saya mah walau dah tua juga besar”, Pak Yansen sombong untuk ukuran penisnya

Risa yang pura-pura pun menanggapi : “ hahaha ya ampun pak palingan juga kecil, kalau saya tebak mah 12 cm an lah..” Risa berbicara sembari tertawa mengejek

Pak Yansen yang terbawa suasana dan sedikit kesal karena diejek pun, langsung berdiri dan membuka celananya, dia ingin menunjukan kepada Risa kebanggaan punya nya. Setelah membuka celananya dia pun duduk kembali ke sofa dan terlihat lah penis hitam keriput yang sudah tegang maksimal dengan bulu-bulu kemaluan yang lebat.

"gimana bu? Bagus kan punya saya. Tanya Pak Yansen

Risa : ish bapak apa-apa an si, main buka buka aja, dah kaya bagus aja bentuknya..

"ini biar ibu percaya, kalau saya ga bohong bu, bener kan yang saya bilang? Sahut Pak Yansen

Risa : “tunggu pak” tegas Risa..

“eh tunggu bu.. Emang ibu mau kemana?” panik Pak Yansen yang ditinggal Risa

Risa pun beranjak pergi dari ruang tamunya dan menuju dalam rumah. Tidak lama Risa pun kembali membawa penggaris milik Andi anaknya.

Pak Yansen : “bu, bu buat apa penggarisnya bu? Saya jangan dipukul bu?” heran Pak Yansen karena sembari tadi dia mengocok ngocok penisnya sambil menunggu Risa.

"saya ga mau mukul bapak saya mau ngukur panjangnya, biar lebih tau panjangnya lagian itu ngapain pakai dikocok kocok si pak. Jawab Risa

Risa yang dalam hati tertawa melihat penis tua Pak Yansen sedikit merasa geli, karena walaupun dia waktu muda sering menggoda pria tapi dia belum pernah melihat penis selain penis Anton suaminya. Risa pun jongkok diantara paha Pak Yansen, dari posisinya Pak Yansen dapat menyaksikan putih dan besarnya dada Risa. Risa yang jongkok merasa nanar karena didepannya ada penis dan terlebih lagi si pemilik penis dengan sengaja mengocok ngocok penisnya tepat di hadapan Risa.

Risa : udah pak diem dulu, saya mau ngukur panjangnya

Pak Yansen : hehehe, silahkan neng

Dengan gugup, Risa meletakan ujung penggaris pada ujung pangkal paha Pak Yansen dan dia membiarkan Pak Yansen yang memegang penisnya, sehingga otomatis Risa sama sekali tidak memegang penis Pak Yansen. Lalu Risa mengeluarkan HP nya dan memfoto ukuran penis Pak Yansen.

Risa : “Dah Pak, ni ya, lumayan lah, ukurannya 15 cm, gak gede dan gak kecil kok, ya standard nasional Indonesia lah pak” canda Risa kepada Pak Yansen sembari memperlihatkan foto kejantanan yang sudah diukurnya kepada Pak Yansen.

“hahaha, ya walaupun sudah tua, masih standard lah bu” sombong Pak Yansen

Risa yang merasa sudah selesai mengukur penis Pak Yansen, segera ingin beranjak pergi dari posisinya, tetapi dengan sigap Pak Yansen menahannya dengan alasan sudah sampai ujung sebentar lagi keluar, dia mohon agar Risa mau tetap diposisinya sembari Pak Yansen mengocok penisnya. Risa yang paham akan keinginan Pak Yansen pun dengan nakal menuruti permintaannya. Toh Risa pikir cuma nemenin gak ngocokin. Tapi dasar otak Risa juga nakal, dia menarik sedikit tangtop yang dikenakannya kebawah sehingga semakin memperlihatkan gundukan payudara indahnya yang dapat dipelototi dari atas oleh Pak Yansen.

Pak Yansen : ohhh…ibu..bu Risa, itu dada putih banget bu, pasti kenyal ya bu, gede lagi bu” racau Pak Yansen yang makin tidak karuan




Risa pun menanggapi omongan Pak Yansen dengan genit dan manjanya, sembari agak memajukan badannya sehingga makin dekat dengan Pak Yansen : iyaaaa pakk..gedeee ya pak, ayok pak cepetttt kocok pak..kocok” desah Risa menyemangati Pak Yansen. Risa yang makin panas juga melihat penis Pak Yansen yang terus dikocok didepannya, dengan sengaja meremas payudaranya yang sembari dari tadi pandangan Pak Yansen tidak lepas dari payudara indahnya.

Pak Yansen : “ya ampun bu, pake diremes remes lagi, terus buuuu….terus, bu tolong ndesah lagi donk yang hot, dah mau keluaar bu..bu…pengen banget ikut meganngg bu, dijepit pake toket ibu, ingin bu..ingin bu….” Pak Yansen meracau nafsunya sudah diubun ubun

Risa yang kasihan mengikuti arahan Pak Yansen, tapi dia belum mau tubuhnya disentuh oleh pria lain pun berkata, “ gak pakkk…gak…bapak gak boleh megang, begini aja ya pak…ahhh…ahhh…pak..kocok terus..kocok yang kenceng, enak pak..enak…enak pak dada Risa, dijepit dada Risa yang gede, bapak ingin, bayangin pak..bayangin…” sembari bilang seperti itu Risa meremas payudaranya menggoda Pak Yansen.




Pak Yansen yang melihat Risa berbuat seperti itu hanya bisa berfantasi dalam pikirannya, seakan akan dia memegang, meremas remas dada besar, putih, dan mulus Risa, seakan akan dia juga menyelipkan penisnya di tengah tengah payudara Risa, Pak Yansen yang sembari melihat Risa meremas-remas payudaranya sendiri, suaranya yang mendesah desah membuat fantasi nya seakan nyata yang membuat pertahannya goyah.

"Buuuu…bu…Rissssaaaaaa, sayaaa keluaarrrrr bu… ceracau Pak Yansen dengan nafas terengah engah.

Crot..crot..crot..tembakan sperma Pak Yansen keluar mengenai dada dan sedikit mengenai dagu Risa serta tangtop yang dikenakan Risa.

“ish bapak, kagetin, kenapa ga bilang si pak, jadi belepotan gini ni saya” kesal Risa karena Pak Yansen tidak memberitahunya lebih dulu. Sahut Risa

"ma..ma..maaf buuu, dah enak banget bu, gak sengaja, langsung crot tadi bu, kelepasan…” cengengesan muka Pak Yansen, dengan nafas yang memburu, karena sehabis mengeluarkan spermanya. Ujar Pak Yansen

“ya udah kalau gitu sana ke kamar mandi, bersihin tuh, habis itu pulang pak dah siang, keburu anak saya yang sekolah pulang” tegas Risa

“ba..ik…baik bu. Sahut Pak Yansen

Pak Yansen pun kemudian menuju kamar mandi untuk bersih bersih, begitu pun juga dengan Risa, dia pergi ke kamar mandi yang berada di lantai 2 untuk membersihkan ceceran sperma yang mengenai dada dan dagunya kemudian mengganti bajunya juga yang terkena sperma. Setelah bersih, lalu Pak Yansen pamit untuk berkeling lagi. Risa yang setelah mengantar kepergian Pak Yansen, hanya bisa tertawa tawa mengingat hal gila yang sudah dia lakukan.

Malamnya, Risa pun menceritakan semua kejadian tersebut dengan Anton. Anton yang kaget akan aksi gila istrinya, kemudian membuka rekaman CCTV kejadian hari ini di rumahnya. Dia menyaksikan bagaimana kejadian di ruang tamu dimana Pak Yansen mengocok penisnya sedangkan istrinya berada di depannya jongkok dengan pakaian yang minim sampai dimana Pak Yansen akhirnya memuntahkan spermanya.

“serius banget pah nontonnya, pah…” lirih manja Risa ditelinga suaminya.

"pengen pah. Sahut Risa

Anton yang mendengar ajakan Risa langsung memeluknya, memang Anton yang sembari tadi menonton CCTV dan mendengar Risa bercerita tentang kejadian tadi siang, mulai bernafsu.

Risa dibopongnya menuju tempat tidur, Anton yang bernafsu langsung memagut bibir Risa, diciumnya penuh nafsu, Risa yang juga menahan nafsu dari siang pun membalas ciuman Anton. Lidah Anton meyeruak masuk ke dalam mulut Risa, lidah mereka saling membelit, bertukar liur. Risa yang tak tahan, langsung meremas remas penis Anton yang sudah menegang dari balik celana. Anton pun mengerti dan langsung melepaskan baju dan celana kolornya beserta celana dalamnya. Risa pun tak membuang waktu langsung mengulum penis Anton. Anton yang keenakan penisnya dikulum hanya bisa mendesah keenakan, memang harus diakuinya bahwa kuluman mulut istrinya sangatlah enak. Risa sembari mengulum dengan sigapnya juga melepas kan baju tidurnya, melepaskan BH beserta celananya dalamnya, alhasil mereka berdua sudah telanjang bulat.

Anton pun menghentikan aksi istrinya dan dengan cepat kembali mencium bibir istrinya. Ciuman pun turun dari bibir menuju leher, turun lagi menuju dada besar istrinya, dikulum kulum dada istrinya dihisap hisap kanan kiri pentilnya yang makin mengeras, membuat Risa mendesah desah. Ciuman turun menuju perut rata istrinya turun lagi menuju vagina istirnya yang ditumbuhi bulu bulu lebat. Di buka vagina istrinya dan dijilat jilatinya, Risa terus mendesah, kepalanya geleng geleng ke kanan dan kekiri, tubuhnya naik turun nafasnya menderu. Permainan lidah Anton membuat Risa mencapai orgasme pertamanya.

Anton yang juga sudah nafsu, langsung mengarahkan penisnya ke arah vagina istrinya. Dengan lancer penis Anton masuk ke dalam vagian Risa yang sudah licin karena orgasme yang sudah didapatnya. Anton dengan tempo yang dimainkan terkadang cepat terkadang lambat membuat Risa mendesah. Puas dengan gaya misionaris, Anton pun membalikan tubuh Risa dan memintanya menungging, ternyata Anton menginginkan gaya dogy. Dimasukannya kembali penis Anton, plak..plak…bunyi paha Anton dan pantat Risa saling bertabrakan, Anton terus menghujamkan penisnya, jepitan vagina Risa semakin terasa dengan posisi seperti ini.

Dogy merupakan gaya kesukaan Anton, dimana dengan gaya ini, Anton dapat melihat seksinya Risa, dengan pantat nunggingnya yang membulat dan terkadang Anton dapat leluasa meremas remas payudara Risa yang besar dari belakang sembari berciuman, itu benar benar gaya yang membuat Anton tidak akan berlama lama, apa lagi jika sudah sangat nafsu. Anton yang juga sudah merasa di ujung semakin mempercepat tusukan penisnya didalam vagina Risa.

Anton : “mah…….papah…papah….mau keluar…enak mah…enak..jepitan vagina mama” racau Anton ditelinga Risa, yang tangannya tidak tinggal diam meremas remas payudara Risa

Risa : terus pahhh…terusss…Aku juga ingin sampai, dikit lagi..dikit lagi…genjot teruss…

“Ahhhh…….sampaiiiiii pahhhhh…..” desah Risa yang diiringi bergetarnya tubuhnya. Anton yang juga ingin sampai, terus menghujam kejantanannya ke dalam kemaluan Risa. Makin cepat tusukan kejantanan Anton hingga ditariknya penisnya kemudian dikocok kocoknya di atas pantat Risa hingga beberapa kali tembakan spermanya mengenai pantat dan punggung Risa.

“Ah..ah..enak mah, enak..” ngos ngosan Anton sembari mengambil nafas menikmati percintaan nya dengan Risa istrinya. Risa kemudian berbalik arah lalu menghisap kejantanan suaminya membersihkan dari sisa-sisa sperma, setelah penisnya bersih mereka pun berciuman dengan mesranya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4