Langsung ke konten utama

Penderitaan Veirin Si Amoy Menyedihkan 5


Safira membuka bagasi dan menarikku keluar dari bagasi dengan kasar.

"Oh kalian sudah pulang ?" ujar Sierra ketika Vei menarik putingku memasuki ruang tengah. Sierra menggunakan gaun malam cantik berwarna hitam. Ia duduk sambil membaca sesuatu di iPadnya.Berbeda sekali denganku yang memakai pakaian sabrina yang kini tak menutupi dadaku sama sekali karena diangkat oleh Safira guna meanrik puting kananku. Tanganku kusilangkan dibelakang, dan sebuah kresek belanjaan bergantung di pergelangan tanganku. Isinya ? tentu saja si raket penyetrum.

"Iya Kak," ujar Safira santai. "Vei tunjukan apa yang sudah kita beli !" ujarnya antusias dengan suara sok imutnya. Ia segera melilitkan puting kananku sebelum melepasnya membuatku berteriak kesakitan.

"Hamba mengerti, nona" ujarku sambil mengaduh, tapi aku tidak berani membelai putingku yang malang walau aku sangat ingin membelainya karena terasa begitu perih. Aku menarik nafas dan menghelanya merasakan kepedihan yang sebentar lagi akan menyiksa dadaku. Aku mengeluarkan raket listrik itu.

"tunjukan untuk apa raket itu !" ujar Safira. Jess dan Zia tersenyum-senyum sendiri melihatku.

Aku menyalakan raket itu lalu setelah menguatkan mentalku aku menempelkannya ke dadaku. Aku hanya bisa menahan rasa sakitnya untuk 2 atau 3 detik lalu segera melepaskannya dan terengah-engah.
Air mataku mengalir sendiri karena rasa sakit dan rasa terhina. Aku berada di rumahku menyiksa diriku dengan raket listrik yang kutempelkan pada dadaku sendiri. rasanya nasibku sangat amat menyedihkan.

"Menarik...." ujar Sierra datar. "Safira, kita harus berangkat setelah makan malam, jika temanmu mau ikut juga boleh. "

"Kemana kak ?" tanya Jess

"Pelelangan si murahan," ujar Sierra tertawa. "Kami akan mandi dan berdandan serta menyiapkan apa yang menarik."

Ketiga setan muda itu segera menghilang dari ruang tengah, menaiki tangga melingkar dalam suasana yang ceria. Sementara aku harus tahu diri kembali berlutut lalu berjalan ke salah satu nampanku berada. Aku menyimpan si raket listrik di sebelah nampanku kemudian aku menyiksa kedua lututku dengan biji beras pada nampan.

"Kau tidak telanjang ? Kau akan mendapat hukuman !" ujar Sierra santai.

"T-tapi aku tidak diminta membuka pakaianku," ujarku memprotes.

Sebuah tamparan keras mendarat dipipiku. "Berani ngomong balik ?" tanya Sierra dingin. Aku segera terdiam dan menundukan kepala. apapun yang aku katakan hanya akan menambah hukumanku.

Ia menarik sebuah kantung belanjaan yang ada di samping sofanya. Mengeluarkan sebungkus pencabit baju berwarna hitam. Ia menyuruhku tetap berlutut dan tidak bergerak. Ia melipat rok bagian depanku ke atas agar memperlihatkan kedua vaginaku. Ujung rok tersebut dicapit oleh pencapit jemuran baju berwarna hitam tersebut ke bagian perutku agar tidak turun kembali. Ia memasang 8 capitan untuk rokku. 

Setelah itu kedua dadaku yang terkespose karena sabrinaku dgulung diatas dadaku juga terkena hukuman. Ia memasang 8 lepitan untuk masing-masing dada. Tapi kali ini ia membuatnya di sekeliling dadaku dan sama sekali tidak menjepit putingku. Jepitan itu mengelilingi dadaku seperti ia membuat cahaya matahari. Tidak sesakit di puting tapi tetap saja menyiksa.

Ia mengeluarkan sebuah pemukul yang berbentuk single crop lalu menyuruhku mengigitnya. "Jika sampai single crop ini terjatuh, kau akan menerima 5 pukulan," ujarnya.

Aku mengigitnya, menyilangkan kedua tanganku di punggung dan diam berlutut di atas penderitaanku. Mulai dari lututku yang seperti ditusuk ribuan beras, payudaraku yang dijepit, dan rasa hina yang menggerogoti sisa-sisa kemanusiaanku.

Sierra mengambil raket listrikku dan ia duduk di sofa sebelah aku berlutut. Ia kembali sibuk membaca iPadnya. Aku hanya terdiam menikmati rasa sakit dan sunyi yang terjadi. Waktu berjalan seolah begitu lamban. Aku menutup mataku karena capek dan kesakitan. Tiba-tiba saja sengatan listrik menyiksa kedua putingku. Raket listrik yang dipegang kak Sierra digunakannya ke putingku. 

Rasa sakit yang tidak kusangka itu menyiksaku, dan kak Sierra sepertinya terus menempelkannya ke dadaku walau aku sudah menjerit dan terjatuh. Pantas saja ia membuat semua capitan itu menyapit posisi ke samping. Tentunya aku menjatuhkan sang single crop dalam momen itu.

"Kembali ke posisimu !" bentak Sierra. "Punguti capitan yang lepas dan kembalikan ke posisinya !"

Aku mendapati 4 capitan terlepas dari dadaku karena aku sampai terjatuh karena sengatan yang terakhir. Aku dengan air mata mengambil dan menyapitkannya kembali ke tempat sebelumnya dan menyerahkan single crop ke tangan Sierra.

"Silahkan nyonya menghukum hamba," ujarku pasrah. Sierra memainkan single cropnya untuk mengelus dagu dan dadaku sebelum ia memberi 5 pukulan di putingku. 2 Pukulan di puting kanan dan 3 pukulan di puting kiri. Rasa sakit setiap pukulan itu terasa begitu mengilukan. Aku tidak diijinkan bergerak ataupun berani untuk membelai mengasihani buah dadaku. Aku terlalu takut untuk itu sampai biar saja kunikmati setiap rasa sakit yang tak tertahankan itu. Kemudian kak Sierra menyuruhku mengigit kembali singe crop.

Satu setengah jam ke depan diisi oleh kegiatan seperti itu, ia menyetrumku sekehendak hatinya jelang waktu tertentu dan aku berusaha untuk menahan sakitnya. 3 setruman pertama gagal kutahan sehingga aku terkena hukuman, tapi tiga setruman berikutnya aku berhasil bertahan. Berikutnya ada lagi 2 setruman yang tidak dapat kutahan karena ia menyetrum terus hingga aku menjatuhkan single crop dari mulutku.

Setelah siksaan panjang itu akhirnya Bi Ani 'menyelamatkanku' untuk memperbudakku di dapur dengan persiapan makan malam. Di dapur aku hanya perlu mencuci semua cucian piring, katel kotor dan peralatan lain sementara Bi Ani sibuk memasak bersama Santi.

Saat makan malam seperti biasa aku hanya duduk bersimpuh di tempatku dalam keadaan telanjang dengan lutut diatas nampan beras. Setelah mereka selesai makan malam aku didigiring ke halaman belakang. Aku hanya makan sisa makanan dari para pembantu yang ditumpahkan dilantai halaman belakang. Bi Ani memastikan aku memakannya seperti seekor anjing, tidak menggunakan kedua tanganku yang diborgol di punggungku. Jess dan Zia tidak melewatkan kesempatan ini dengan merekam dan mengejekku sepanjang aku makan malam.

Setelah aku selesai makan, aku harus memunguti semua sisa makanan di lantai hingga bersih dengan mulutku sebelum kemudian aku harus kembali ke dapur untuk membereskan sisa-sisa makan malam sementara para pembantuku beristirahat.

Aku segera membereskan dapur secepatnya lalu berjalan menuju kamar lamaku seperti yang diminta oleh kak Sierra.

Ketika aku masuk ke kamar lamaku, baik Zia, Safira, Jess, dan kak Sierra sedang asyik berbincang-bincang mereka melirikku sejenak dan tidak memperdulikan kehadiranku. Aku tahu bahwa aku harus diam dan berlutut sampai mereka selesai.

Mereka membicarakan tentang penyiksaanku di mall tadi siang lalu merencanakan rencana kejam lainnya seperti meninggalkanku telanjang di tengah tol jakarta ke Bandung, atau mengirimku ke peternakan di kampung untuk tinggal bersama babi, ataupun merencanakan untuk menghibur para tunawisma. Mereka membicarakan hal-hal kejam seolah aku tidak ada di sana. aku hanya berharap mereka hanya bercanda dan tidak benar-benar melakukannya.

"Sudah-sudah, yang terpenting malam ini," ujar kak Sierra menenangkan ketiga gadis lainnya.

Aku yang sekarang dalam keadaan telanjang melihat keempat gadis yang ada di hadapanku berpakaian lengkap. kak Sierra menggunakan pakaian bergaya musim gugur. dengan coat abu yang hangat dan berbahan mewah. Dengan sepatu bootsnya dan dandanan elegannya. 

Sementara Safira memakai sekdress seksi berwarna kuning muda dengan pink yang agak seksi. Terdapat lubang di dadanya yang memperlihatkan belahan dadanya sedikit. Zia yang agak gemuk menggunakan tubedress hitam dengan tambahan bolero pink. Jess yang cantik dan putih menggunakan gaun yang dulu milikku. Gaun itu berwarna merah sensual. Gaun indah berwarna merah itu memiliki belahan dada rendah dan rok belakang yang panjang. Memperlihatkan keseksian, sensual, dan elegan dalam waktu bersama.

Keempatnya seperti gadis muda yang menikmati kemudaan dan kecantikan mereka, sedangkan aku hanya menggunakan kalung anjing merah tanpa sehelai benang di tubuhku.

"Hari ini kau boleh mandi di kamar mandi, sana mandi. Tapi tidak ada air hangat untukmu. Gunakan air yang ada di bathtub." ujar Sierra. "Biarkan pintunya terbuka, kami mau mengawasimu," ujarnya lagi.

Aku memasuki kamar mandi dan mendapati bathtub dipenuhi air dan es batu. Aku menyelupkan tanganku dan merasakan dinginnya air. Belum lagi AC kamarku disetel dengan suhu rendah.

"Sana cepat mandi, berendam sana ! Kalau kau tidak masuk, aku akan meminta Somat dan Ikhsan memandikanmu di halaman depan. Mungkin sperma mereka bisa jadi sabun untukmu !" ujar Sierra setengah meledek.

Aku segera masuk ke dalam bathub menahan rasa dinginnya air. lebih baik aku mandi di bathtub es dengan sabun daripada aku harus mandi di halaman terbuka dengan sperma sebagai sabunnya. Aku segera mandi secepat mungkin karena kedinginan.

Selama aku mandi keempat gadis muda itu asyik berbincang-bincang. Aku hanya mandi sektiar 3 menit karena tidak kuat akan dinginnya air. Putingku mengeras karena tidak tahan oleh suhu dingin yang menyiksaku. Aku keluar dari kamar mandi dengan menggigil. Mereka melempar keset di depan kamar mandiku untuk kujadikan handuk. Aku merasa terhina tapi aku tak punya pilihan, dan rasa dingin yang menderaku membuatku tidak lagi peduli. Aku segera mengelap tubuh basahku dengan keset itu.

"Sini," ujar Safira memanggilku.

Segera aku berjalan lalu berlutut di depan Safira. "Anjing pintar, malam ini kamu mau kami kawinkan ya," ujarnya dengan suara yang dibuat semanis mungkin. Aku tahu bahwa malam ini aku akan kehilangan keperawananku pada orang asing.

"Sini pakai ini !" Sierra memasangkan semacam gelang kaki berbahan leather yang menyerupai kalung anjingku. Warnanya merah. Di kedua sisi gelang tersebut terdapat lingkaran besi untuk mencantelkan sesuatu. Sierra menghubungkan gelang di kaki kanan dan kaki kiriku dengan rentai kecil sehingga aku hanya dapat melebarkan kakiku sebesar 30 cm. Kemudian Sierra memasangkan sebuah bola pada telapak kakiku, bola tersebut memiliki rantai pendek yang dikaitkannya ke masing-masing kuping di gelang kakiku. Dengan adanya bola merah keras yang sepertinya terbuat dari bahan tembaga yang dicat itu membuatku tidak bisa berdiri diatas telapak kakiku.

"Ya, hari ini kau akan bergerak seperti anjing" ujar Safira senang. Ia kemudian mengaitkan tali untuk membawa anjing ke kalung anjing di leherku. "Vei, loe akan berjalan merangkak sampai malam ini berakhir !" ujar Jess menambahkan.

Kemudian Sierra menarik tali penarikku dan aku merangkak mengikutinya keluar kamar dan menuruni tangga melingkar menuju ruang bawah. Bi Ani tidak ada karena sedang nonton sinetron di belakang rumah tempat para pembantu tapi Santi dan yanti yang sedang membereskan ruang tengah melihatku dan langsung menertawakanku dalam bisikan.

"Non, anjingnya bagus ya non," ujar Yanti

"Oh ini cuma anjing murahan koq" ujar Sierra enteng. Aku hanya terdiam menelan semua penghinaan mereka.

Mereka menarikku dan memaksaku masuk ke bagasi Camry sebelum mobil itu berangkat. Aku tak tahu berapa lama aku dalam bagasi tapi akhirnya setelah seluruh badanku pegal, tiba-tiba mobil terhenti dan mereka membuka bagasi lalu menarikku keluar. Aku melihat bahwa aku berada di basement sebuah gedung yang tidak terlalu ramai. 

Mereka menarikku merangkak menyusuri basement gedung. Aku takut dan malu sekali jika sampai ada orang yang melewati kami tapi keempat gadis muda yang menarikku tampak santai dan tidak peduli. Jess kali ini yang menarikku sementara kak Sierra memimpin rombongan dan mendekati sebuah lift yang lobbynya tertutup. Ia membukanya dengan meletakan sebuah kartu ID lalu menunggu lift untuk turun.

Ketika lift itu terbuka aku melihat ada seorang gadis di dalamnya. Gadis itu memakai seragam yang aneh. Aku terkejut ketika payudara gadis itu terekspose sepenuhnya. Seragam gadis itu berbentuk seperti coat hitam panjang yang menutupi bagian tubuh gadis itu kecuali buah dadanya yang dibiarkan menggelantung bebas. Desain bajunya seperti pada pelayan di hotel-hotel. rapi dan terkesan profesional kecuali buah dadanya yang diekspose. Di pundak kanannya terdapat nama gadis itu yang terukir pada semacam pelat yang menempel pada coatnya. Luna.

"Welcome," ujarnya manis sambil membungkuk memberi hormat. Aku melihat bahwa kakinya menggunakan gelang seperti milikku tapi saja warnanya hitam dan ada gembok yang mengunci rantai dari lantai lift ke kakinya. Sepertinya gadis ini bertugas menyambut tamu.

"Thank you, Luna," ujar Sierra.

Zia, Jess, dan Safira ikut masuk ke lift juga mengikuti Sierra. Jess menarik tali kendaliku agar aku segera merangkak memasuki lift itu juga.

"I rarely to see you in this condition, Luna," ujar Sierra

"I have made Mistress angry so she punish me to be a junior whore for three months. This is my second month." ujarnya.

"Do you want to touch her boobs ?" tanya Sierra pada Jess yang tertangkap memperhatikan dada Luna.

"Please touch anywhere you want miss," ujar Luna. "Im just a lower slave. You can touch or take picture or hurt me if you like."

"Can They rape you in this elevator ?" tanya Safira penasaran

"They Can't" ujar Sierra menjelaskan "Every slut with free boobs mean they are in period."

"Oh lagi dapet toh," ujar Zia berkomentar.

"We are never giving free stuff here," ujar Sierra.

Jess mencoba memainkan puting Luna. Luna hanya diam menikmati rasa geli yang diberikan oleh Jess.

"Kau juga nanti akan sesekali di sini," ujar Sierra melihatku.

Aku ngeri membayangkan akan ada banyak orang asing yang memainkan dadaku nanti saat aku di lift ini suatu hari nanti jika Sierra benar-benar melakukannya.

"Apakah anda ingin berkeliling pub dulu atau ke ruang privat ?" tanya Luna.

"Pub dulu," ujar Sierra

Ketika pintu Lift terbuka kami memasuki ruangan besar seperti diskotik yang tentunya masih tidak terlalu ramai. Tapi semua mata langsung memandang ke arahku ketika Jess menarikku masuk ke dalam ruang diskotik yang remang dan dipenuhi cahaya biru. Beberapa orang yang sedang duduk menikmati hentakan musik melihat seorang gadis telanjang yang merangkak dengan tali kekang sebagai anjing. Mungkin ini bukan pertama kali mereka melihatnya, tapi jelas kecantikan dan kemudaanku menarik perhatian mereka.

Aku sangat malu dan berusaha untuk tidak melihat ke arah mereka kecuali ke lantai tempat aku merangkak.

"Ikuti aku," kata Sierra menuntuk rombongan segera melewati pusat diskotik itu. Sierra sengaja menarikku menyebrangi lantai dansa yang masih setengah kosong. Beberapa melihatku dengan gemas ataupun jijik. Sierra tetap tenang, Jess dan Zia tampak menikmatinya. Safira tampak sudah terbiasa dan hanya berjalan dengan wajah polosnya.

Kami memasuki sebuah lorong dan sampai di salah satu ruangan. Di dalam ruangan itu ada banyak gadis-gadis berpakaian mini dress yang sedang berlutut, satu kesamaan adalah mereka semua menurunkan sekdress mereka sehingga hanya menutupi dari pinggang ke bawah. Semua mengangkat tangannya dan meletakannya di belakang kepala dan memperhatikan ke satu orang, seorang gadis muda yang tampak berusia 20an. Ia menggunakan gaun pendek yang tidak diperosotkan sampai ke pinggangnya. Dari wajahnya terlihat ia sangat tegas dan galak dengan rambut hitam dicat pirang yang agak keriting.

"Mami Nike," ujar kak Sierra menyapanya.

"Ah, Sierra manis, kau membawakan aku anjing baru ?"

"Ya Mami," ujar Sierra akrab.

sang Mami Nike melirik dan melihat kepadaku, aku merasa ia menatapku dengan tajam sehingga aku segera memalingkan wajahku.

"Biar kubereskan ini dulu," ujar Mami Nike menunjuk para gadis yang berlutut di hadapannya. Aku menghitung setidaknya ada 40 orang gadis di sana.

"Margareth, kau sebagai senior aku nobatkan menjadi koordinator untuk membagi post para junior yang sedang PMS dan bagi yang sedang bisa digunakan tolong kau atur posisi mereka. Celana dalam bergembok bisa kau minta pada Adam untuk mereka yang sedang PMS. Senior lainnya sesuai poin dan wewenang yang tadi sudah kuberitakan silahkan menghukum para junior yang boleh dihukum sebelum Margareth menggiring mereka ke post mereka. Dan tak lupa kalian juga berbaurlah dengan para pengunjung jam 10 nanti."

"Siap Mistress" ujar para gadis berbarengan. Kemudian para gadis itu bubar, mereka berdiri dan beberapa mengambil bra yang ada di hadapan mereka dan menggenakannya sebelum menaikan kembali dress mereka yang sudah dipelorotkan sampai pinggang, beberapa gadis tidak memakai bra dan langsung menaikan dress mereka. Beberapa dari mereka diseret oleh gadis lain secara kasar dan ada juga yang sibuk kembali merapikan dandanan mereka.

"Kemarilah..." ujarnya padaku. Aku merangkak mendekati ke arahnya. Nike berjongkok di hadapanku dan memegang daguku. Ia memaksa agar mataku memandang wajahnya yang terkesan galak." siapa namamu ?" tanya mami Nike dengan suara dingin.

"nama saya Vei," ujarku malu-malu.

"Kau sudah baca note yang kuserahkan padamu kan ?" tanya Sierra.

"Ya, sudah aku buatkan juga perjanjiannya. Sudah lama gak dapet gadis cina." ujarnya tenang. Vei dapat melihat bahwa mami Nike juga seorang keturunan cina. Beberapa dari gadis yang tadi ada juga orang keturunan cina.

"Di sini orang cina biasanya asli dari cina, kebanyakan mereka tidak bisa bahasa indonesia waktu pertama kali kerja," ujar Sierra. "Lu pasti akan laku karena cina indo banyak yang nanyain,"

"Biar kuperjelas dulu kontrakmu Vei," ujar Nike.

"Biar aku memberikan sedikit gambaran agar pelacur bodoh ini sedikit paham," ujar Sierra.

"Jadi mulai hari ini kau akan bekerja di sini. Setiap hari Senin dan Jumat pulang sekolah kamu akan langsung ke sini untuk bekerja. Selama Siang sampai klub buka kamu akan menjadi pembersih dan cleaning service. Setelah klub buka kamu akan menjadi budak dari budak-budak yang penjualannya tidak bagus di sini. Kamu akan dapat gaji bulanan dan hanya gaji bulanan." Ujar Sierra.

"Intinya kamu bahkan bukan pelacur di sini," ujar Nike. "Kamu adalah budaknya pelacur yang ada di sini, kamu cuma barang properti klub yang dipinjamkan agar pelacur-pelacur yang kurang laku akan mendapat bonus kamu. jadi semua tips akan masuk ke pelacur yang hari itu kebagian menjadi mistressmu," ujar Nike.

Nike menyerahkan sebuah surat kepadaku dan menyuruhku membacanya serta menandatanganinya.

Suratnya seperti ini :

Saya yang bernama Vei Halim dengan ini menyatakan bahwa saya mengisi ini tanpa paksaan dan perjanjian ini sah di atas hukum dan merupakan kesepakatan bersama.

Saya Vei Halim sesuai kesepakatan dengan PT. Gempita Malam Abadi telah mengikat kontrak kerja untuk masa 3 tahun kerja.

Posisi
Assisten Bergilir untuk Pelacur Junior

Hari dan Jam Kerja
Senin & Jumat | 14:00 - 04:00

Pendapatan Bulanan
IDR, 5,000,000

Kewajiban
1. Menjadi petugas kebersihan di hari kerja
2. Menjadi asisten pribadi bagi semua pelacur yang ada
3. Mengikuti semua perintah dari misstress yang ditunjuk.

Cara Kerja
Sebelum Klub dibuka maka urusan kebersihan dan kerapihan akan menjadi tanggung jawab Vei.

Pukul 19:00 Vei akan diundi dan siapapun yang mendapatkan vei akan ditunjuk menjadi Mistress Vei hari itu. Vei akan menuruti semua dan kehendak dari Mistress termasuk cara berpakaian / atau tidak berpakaian dan apa saja yang dilakukan.

Segala kesalahan yang dilakukan oleh Mistress yang mengakibatkan hukuman korporal akan ditanggung oleh Vei.

Saat PMS
Saat PMS Vei akan melayani klub dengan menjadi apapun yang dibutuhkan oleh Klub. Saat PMS Vei hanya akan menggunakan pembalut dan chasity belt hitam yang digembok. Kegiatan saat PMS antara lain :

1. Diikat di tiang X pada tengah klub untuk hiasan dan barang siksaaan pengunjung.
2. Menjadi penerima tamu di lift
3. Menjadi petugas blowjob, handjob, boobjob gratis di toilet umum pria
4. Bartender


tertanda.

Vei

###

Aku tidak punya pilihan lain selain menandatanganinya dan resmilah sekarang aku telah menjadi pelacur. Bahkan lebih rendah dari pelacur karena aku hanyalah budaknya dari pelacur.

Komentar

  1. Sadis tapi mantap pembudakannya suhu

    BalasHapus
  2. Nilai ➕ dalam cerita ini yang sangat says suka warna pentil n jembutnya diperinci 😋😋😋 sedangkan nilai ➖nya ada beberapa scene yang terlihat hanya benar② fiksi semata hahhahhahhah....

    SCORE buat suhu : ❽

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4