Langsung ke konten utama

Kanna, The slutty amoy next door


By : endrasu

Namaku Aras, saat ini usiaku beranjak 27 tahun dan tinggal di salah satu komplek perumahan yang cukup oke. Walaupun sudah bekerja tapi aku masih tinggal dengan orang tuaku. Tapi ini bukan cerita soal aku tapi tentang seseorang yang ada disamping rumahku.
Tetangga di sebelah kiri rumahku bernama Kanna. Rumahnya sangat besar dan mewah tetapi herannya dia tinggal sendirian di sana. Sesekali memang ada temannya yang menginap. Kalau tidak salah, yang paling sering menginap justru sepupunya yang masih SMA dan kebetulan punya nama yang sama denganku. Berdasarkan pengamatanku selama ini, dia paling sering menginap disaat masa-masa liburan sekolah.

Sebenarnya Aku sih tidak heran melihat sepupunya sering menginap di sana. Kanna itu cantik… pakai banget. Kulitnya kuning cerah, rambutnya hitam legam dan panjang, Mirip seperti perpaduan artis jepang dan taiwan. Kalau tidak salah, dia memang ada keturunan jepang juga.

Kita memang saling kenal, tapi entah kenapa aku selalu gugup kalau bicara dengan Kanna mungkin gara-gara kecantikannya itu. Padahal Kanna itu orangnya ramah dan manis banget. Dia juga kayaknya lebih muda dariku. mungkin usianya sekitar 23-25 tahun.

Selain cantik, hal yang bikin selalu menelan ludah adalah lekuk tubuh Kanna. Walau dia sebenarnya lebih sering pakai pakaian yang sopan dan tertutup saat di luar rumah namun tetap saja membuatku merasa penasaran.

Dia enggak kurus, tapi enggak gemuk juga. Menurutku masih kategori langsing dengan dada cukup besar dan pingul yang seksi. Aku bukan yang paling jago soal ukuran tubuh perempuan, tapi kayaknya bagian dadanya itu sepertinya ukuran 34C. Intinya tubuhnya seksi banget seperti model-model lingerie.

Alasan kenapa aku tahu lekuk tubuhnya adalah alasan yang sama kenapa aku sering gugup kalau ngobrol dengan Kanna, juga alasan kenapa aku bilang dia lebih sering pakai pakaian sopan di luar rumah karena posisi kamarku.

Rumah orang tuaku tidak besar, tetapi bertingkat. Aku tinggal di lantai dua, kamar yang jendela dan sedikit balkonnya menghadap rumah Kanna. Entah sejak kapan aku menyadari, rumah Kanna ternyata relatif terbuka jika dilhat dari sisi kamarku. Dari sini aku bisa melihat aktivitas amoy cantik nan seksi itu jika dia berada di rumah. Pakaian-pakaian seksi, macam lingerie, yang dia pakai. Terutama juga jika dia sedang mandi.

Iya, aku tahu ngintip itu salah, tapi posisi kamar mandi samping di rumah Kanna itu juga jadi pemicu utama. Kamar mandi itu relatif baru, baru dibuat beberapa bulan belakangan ini. Di kamar mandi itu ada bath tub, shower dan juga wastafel. semuanya terbuat dari keramik berwarna kecoklatan. 

Di seberang dari pintu masuk kamar mandi terdapat jendela dan pintu dari kaca dan sebuah shower di bagian luar yang tanpa atap. Walau di dalam, posisi bath tub juga mudah terlihat dari kamarku karena posisinya yang rendah dan dinding kaca.

Jadi kalau setiap Kanna mandi, mau di shower ataupun bathtub, pasti kelihatan. Dan aku enggak akan bisa lupa kejadian pertama kali aku lihat Kanna mandi. Waktu itu sedang hujan dan udah agak malam juga, sekitar jam 10 malam. Awalnya aku mau tidur setelah capek main game, tapi waktu itu aku ternyata cuma nutup tirai tanpa nutup jendela. Jendela di kamarku tipe yang geser, jadi kalau pun lupa nutup pas hujan, air cuma bisa masuk separuh aja.


Waktu buka tirai untuk nutup jendela, aku sadar kalau lampu di kamar mandi samping rumahnya Kanna lagi nyala. “Ah paling lagi sikat gigi,” pikirku. Tapi waktu aku lirik sekali lagi, kelihatan Kanna lagi berendam di bath tub.

Sumpah, untuk beberapa saat aku cuma bisa terpana dan melongo. Kanna yang merupakan salah satu cewek paling cantik yang pernah kulihat, sekarang telanjang bulat di seberang sana. Lekuk badannya seksi banget, dadanya cukup gede, kulitnya mulus, dan samar-samar keliatan jembutnya yang bikin horni banget. Ini pertama kali aku ngeliat cewek bugil selain dari gambar dan video porno. Karuan saha jantungku langsung berdebar kencang.


Aku tersadar dari keterpanaan waktu Kanna mendadak bergerak kayak mau bangun dari bath tub. Aku langung nutup jendela dan tirai. Lampu kamar juga langsung aku matiin. Kepalaku panas banget mengigat body aduhai Kanna, awalnya aku mau cuci muka dan tidur aja. Tapi, mendadak kepikir, “Kapan lagi lihat cewek secantik Kanna mandi?”

Lagipula otongku juga masih memberontak di balik celana. Aku coba buka tirai sedikit, tapi titik-titik air di jendela malah menghalangi pandangan. Enggak kelihatan jelas Kanna lagi ngapain di bawah. Masih mandi atau udah pakai handuk. Awalnya aku ragu lagi dan ingin batalin ngintip. Bagaimanapun juga dia tetanggaku, tapi karena penasaran kubuka lagi jendela pelan-pelan dan otongku berontak makin hebat.

Ternyata Kanna lagi nungging di bath tub. Pantatnya yang bahenol terus bergoyang menggoda kayak ingin dimasukin. Jarinya sibuk mainin memeknya dan dia kayaknya lagi mendesah keenakan. Pertama kali liat cewek bugil lagi mandi dan dia malah colmek. Ini sih jackpot namanya.

Aku udah enggak bisa mikir apa-apa lagi. Terbawa aksi menawan di seberang, aku langsung mengocok otong sampai keluar dua kali.

Awalnya kupikir mengintip Kanna cuma bakal kejadian sekali, karena besoknya aku enggak sempat melihat Kanna mandi. Tapi 2 hari setelahnya, dapat jackpot lagi buat ngintip. Kali ini dia mandi di shower yang luar. Aku enggak tahu kalau cewek mandi memang kayak gitu atau enggak, tapi cara Kanna mandi di shower itu benar2 bikin otong berontak dalam celana.

Cara dia menyeka rambut hitam panjangnya waktu basah, cara dia gosok2 badan terutama dada dan pantat, apalagi cara dia pakai sabun. Kanna melenggak-lenggok di bawah shower seperti sedang mempertontonkan tubuhnya. Tidak jarang dia memainkan dan meremas-remas dadanya dengan erotis. Tangannya sesekali menjamah ke selangkangan dan memainkan memeknya. Setiap goyangan pinggul Kanna terlihat sangat menggoda. Efek air dari pancuran dan sabun justru membuat tubuhnya terlihat makin menggairahkan.

Kanna juga suka sekali mendesah saat melakukan itu, kadang bahkan nyaris menjerit. Untungnya setiap hal itu terjadi, tidak ada orang lain di rumahku. Jadi yang menikmati itu hanya aku seorang.

Andai aku ada di samping Kanna saat dia mandi seperti itu, pasti sudah kudorong ke posisi doggy dan kusodok kasar sampai dia mengerang keenakan. Tapi apa boleh buat, aku cuma tetangga yang hanya bisa menikmati tontonan erotis ini dari jauh.

Begitu terus kejadiannya selama berminggu-minggu. Memainkan otongku sambil menonton Kanna nyaris jadi rutinitas harian. Kalau sedang beruntung aku bisa dua kali nonton dalam sehari. Dan enggak sekalipun aku pernah bosan menonton shower erotis ini. Yang ada malah makin nafsu tiap hari.


Suatu sabtu, waktu sedang asik-asiknya menikmati pemandangan tubuh Kanna di sore hari, mendadak ada panggilan dari ibuku.

“Sial,” keluhku sambil merapikan pakaian dan celana. Aku bergegas cuci muka dan membasuh kepala agar dingin sebelum turun ke lantai bawah, ke arah dapur tempat ibuku berada. “Kenapa, Bu?”

“Ini Ibu bikin pudding kelebihan, bawain sana untuk Kanna.”

“H-ha sekarang?” tanyaku gugup. Setahuku tadi Kanna masih mandi. Ya kali aku dating begitu aja ke rumahnya. Bisa-bisa aku kering nunggu dia selesai mandi erotis, belum lagi kena blue balls gara-gara batal keluar.

“Ya iya dong sekarang, ngapain besok-besok? Kemarin Ibu udah ngomong ke dia, katanya hari in dia di rumah aja. Sana jalan,” omel ibuku sambil memberikan sekotak pudding yang baru dikeluarkan dari kulkas.

“Ya, bentaran dikit kali bu?”

“Enggak ada bentar-bentar, sana jalan. Nanti kamu lupa lagi.”

“Enggak, lah, Aras enggak bakal lupa.”

“Sana jalan, jangan main game melulu. Sekali-sekali ngomong sama orang di luar kantor. Tuh ada yang cantic-cantik di sebelah, bukannya dideketin, malah dijauhin.”

“T-tapi…”

“Enggak ada tapi, tapi, jalan!”

Aku hanya mampu menghela napas dan menciup tangan ibuku sebelum berjalan keluar rumah membawa kotak makanan berisi pudding. Kalau tidak takut dipanggil durhaka dan dikutuk jadi batu, kayaknya aku juga sangat tergodan menghabiskan pudding yang seharusnya dikasi ke Kanna.

Sebenarnya aku enggak tahu gimana caranya, tapi Kanna dan ibuku itu entah kenapa malah relatif akrab. Kayaknya sekitar setahun lalu aku ketemu mereka yang sedang balik dari minimarket bareng dan dari situ mereka mulai sesekali bertegur sapa. Sejak saat itu juga Kanna mulai senyum-senyum dan nyapa kalau kita ketemu. Malah lebih banyak dia yang nyapa. Enggak tahu gara-gara apa. Kalau mau ge-er sih, mungkin aja ada harapan dia naksir aku. Kalau melihat aksinya di kamar mandi selama ini, aku sih enggak bakal nolak andai dia naksir aku.

Otongku mengeras lagi mengingat-ingat soal Kanna masih sedang mandi.

Halaman depan rumah Kanna enggak terlalu besar, setidaknya cukup untuk parkir satu mobil SUV besar berwarna putih mutiara dan sebuah motor kelas sport 250cc. bagian garasinya berada di halaman depan dan hanya ditutupin kanopi. Sisa bagian depan halamannya berupa rerumputan dan beberapa pot bunga. Ada tempat duduk yang memanjang dari bahan kayu di bagian taman dan bagian terasnya.

Tajir juga ini cewek, keren pula. Pikirku setiap melihat garasinya. Aku lebih sering lihat Kanna naik motor dibandingkan mobilnya. Sering banget dia pakai semacam body suit ketat gitu kalau lagi naik motor. Dulu aku merasa dia seksi dan keren tiap naik motor. Tapi setelah mulai ngintip Kanna mandi, aku jadi kebayang kalau sebenarnya Kanna mungkin telanjang bulat di balik bodysuitnya.

Pernah sekali waktu aku mau balik dari kantor, Kanna kebetulan lewat dan nawarin untuk ngeboncengin. Tapi gara2 otak mesumku dan juga otongku yang udah keburu tegang liat dia, mau enggak mau kutolak. Kurang lucu apa kalau pas aku dibonceng eh otongku malah tegang dan kegosok ke pantatnya? Nanti dia ngamuk dan ngasi tau ibuku, kelar udah hidupku.

Sambil melamun, aku berdiri dengan bingung di depan pagar rumahnya. Lain otong, lain otak. Otakku malah bingung sekarang harus bagaimana. Enggak enak rasanya kalau aku pencet bell seenak udel padhaal orangnya lagi mandi. Tapi, setelah beberap lama berpikir, ide bejat malah tersisip di benakku.

Kalau aku panggil sekarang, mungkin Kanna bakal harus buru-buru siap2 dan bisa dapat pemandanga bagus.

Terpicu itu, kupencet aja bell yang terhubung intercom.

Tidak berapa lama terdengar jawaban dari suara manis dan dewasa dari Kanna, kalau di anime seperti tipe suara onee-san yang ara-ara gitu, “Siapa ya?”

“Oh, Aras, Mbak.”

“Ih pakai acara bilang mbak, aku kan lbh muda daripada kamu. Udah dibilang, panggil Kanna aja.”

“Y-yaa intinya sih ibu tadi nitip pudding, aku taro di mana ya?”

“Oooh iya lupa. Aras masuk aja, itu pagar emang lagi enggak dikunci. Kamu menggapai aja ke dalam, ada yang bisa digeser untuk buka. Tapi bentar ya aku baru selesai mandi.”

“eh i-iya, gapapa, aku nunggu di teras aja nanti.”

“Enggak usah, aku cepet kok.”

Sambil membuka pagar, aku jadi kepikiran kenapa Kanna harus nyebut2 soal dia baru mandi. Hatiku sedikit mencelos dan tegang juga. Mencelos karena batal keluar waktu ngintip tadi. Tegang karena pikiran bejatku malah mungkin berbuah bagus.

Baru aku sampai di teras, mendadak terdengar pintu depan rumah Kanna dibuka. Deg. Seketika itu jantungku berdebar.

“Makasi banyak, ya, udah repot-repot bawain puddingnya,” sapa Kanna ramah sambil membuka pintu.

Aku cuma bisa terpaku sementara otongku mengeras kayak batu. Kanna menyambutku di teras hanya berbalutkan bathrobe tipis berwarna pink yang kependekan. Rambutnya masih basah dan aku bisa liat badannya juga basah sisa-sisa air mandi. Bathrobenya jadi menepel dan makin transparan, memberi pernampakan jarak dekat lekuk tubuh Kanna. Dada dan putingnya kelihatan jelas menyeplak ke bathrobenya. Jembutnya juga terlihat relatef jelas karena Kanna tidak menggunakan celana dalam ataupun bh. Kanna nyaris bugil di teras ini.

“Kenapa, Aras?” Kanna tersenyum simpul, membuyarkan keterpanaanku.

“Eh-enggak itu, maaf mbak,” Aku memalingkan tatapan dan menyodorkan pudding.

“Ih, kamu, dibilang aku lebih muda, masih aja manggil mbak.”

“h-haha kebiasaan.”

“Dasar !!

Aku mungkin berkhayal, tapi nada suara Kanna terdengar seperti berusaha menggodaku.

“Kamu liatin apa di lantai?” Tanya Kanna lagi.

Aku tersentat, lirikan mataku kembali ke depan memandang tubuh seksi Kanna berbalutkan kain yang gagal menutupi keindahannya. Mau enggak mau, otongku makin keras memberontak. “O-ooh, enggak, gapapa.”

Kanna memandangku sebentar. Aku pasti halu lagi, karena sepertinya dia melirik cepat ke bawah sebelum tersenyum nakal, “Kamu mau ‘masuk’ dulu?”

“Eh, apa?”

‘Masuk’? Aku enggak salah dengar tadi? Kanna kayaknya membuat penekanan yang agak aneh dengan kata-katanya tadi. Atau aku hanya berkhayal?

“Iya, mau ‘masukk’ dulu?” tanyanya lagi dengan senyum manis bersiratkan kenakalan. Kanna mengambil kotak pudding dari tanganku, hal itu mebuat bathrobenya bergeser sedikit dan membuka dada kirinya untuk bebas kupandangi. Seperti tidak sadar dengan kondisi pakaiannya, Kanna berjalan masuk ke dalam rumahnya, membiarkan pintu depan terbuka. Cewek seksi itu meletakkan kotak pudding di meja ruang tamu yang rendah.

Kanna tidak terlalu tinggi, sehingga dia seharusnya tidak perlu repot saat meletakkan kotak pudding itu. Namun, cewek itu malah menungging dengan sangat menggoda saat dia meletakkan kotak itu. Aku yakin benar dia sengaja menggoyangkan pinggulnya sedemikian rupa sampai kain bathrobenya yang kependekan tersingkap agak ke atas, menunjukkan bongkahan pantatnya yang mulus dan memeknya dengan jelas.

Dalam posisi masih menungging, Kanna tiba tiba menoleh padaku dan bertanya, “Lho kok diem aja di teras?”

Separuh hatiku meronta mengikuti otongku. Kanna pasti mau ‘main’. Kalau enggak, mana mungkin gayanya seperti itu? Tapi separuh pikiranku teringat akan video klip lagu Nakal dari band Gigi. Semua ini bisa saja imajinasi otakku yang terlalu mesum. Kalau aku ngapa2in nanti aku dibilang memperkosa kan bisa gawat.

“Enggak apa-apa,” aku menggeleng gugup. “Aku balik dulu ya, ditungguin temen buat mabar,” kilahku.

Dengan cepat kuraih gagang pintu dan kututup pelan sambil berkata, “Permisi.” Sebelum pintu benar-benar menutup, kulirik sekali lagi tubuh seksi Kanna dan berandai jika aku berbuat bodoh.

Aku buru-buru pulang dan naik ke kamar. Jantungku berdegub tidak keruan. Otongku meronta minta dikocok karena tubuh indah Kanna masih terbayang di pikiran. Aku tidak tahu apa yang aku harapkan saat mengintip dari jendela ke arah rumah Kanna karena tidak ada orang di kamar mandinya.

Aku cuma bisa memandang ke arah kamar mandinya sambil membayangkan lenggak lenggok tubuh Kanna sambil terus mengocok otongku yang sudah sangat keras. Di saat itu mataku menangkap sebuah pergerakan dari bagian belakang rumah Kanna. Halaman belakang rumahnya sangat luas dengan taman, gazebo, dan bahkan kursi yang biasa dipakai orang di pantai untuk berjemur. Pagar di belakangnya tidak setinggi pagar ke samping, tapi setahuku di belakang sana ada kos2an untuk laki-laki. Kalau mereka ada di lantai tiga atau atap tempat menjemur baju, mereka bisa leluasa melihat ke bagian belakang rumah Kanna.

Ternyata Kanna ada di sana, masih berpakaian sama seperti tadi. Bahkan mungkin bajunya lebih basah karena kain bathrobenya makin terlihat transparan. Dengan lenggak-lenggok seksi, Kana menjemur pakaian. Lalu, setelah menjemur pakaian terakhir, Kanna mendadak menanggalkan bathrobnya untuk dijemur.

Gila! Dia telanjang bulat di belakang sana sambil meliuk-liuk bernafsu, memainkan dada dan memeknya. Kalau ada yang kebetulan juga menjemur baju di kos2an belakang, mereka pasti juga dapat liat pemandangan mendebarkan itu dengan gratis.

Aku tidak sadar berapa lama Kanna berlenggak-lenggok memuaskan dirinya. Karena aku terlalu sibuk menikmati itu semua sambil terus coli. Sampai pejuhku keluar lagi. Tak kusangka satu orang cewek sudah membuatku coli lebih banyak daripada bintang JAV manapun.

Keesokan harinya aku mulai sesekali mengintip ke bagian lain di rumah Kanna, selain tetap melanjutkan aktifitas biasanya untuk menikmati kemolekan tubuh Kanna saat dia mandi. Kadang terpikir kalau pejuhku bisa habis juga lama-lama kalau keseringan menonton Kanna.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mustahil juga sampai begitu. Aku juga paling sering melihat Kanna mandi pada akhir pekan. Di pagi hari kerja biasanya aku sudah berangkat pagi-pagi. Selain itu sepertinya Kanna lebih cenderung mandi di sore hari. Tapi belakangan ini, bahkan sebeum kejadian pengantaran pudding kemarin, aku jadi makin sering melihat dia mandi di malam hari terutama pada hari kerja. Ah sudahlah, rejeki tidak boleh disia-siakan.

Sepertinya Kanna memang hobi hanya mengenakan pakaian dalam saja jika di rumahnya, sepertinya rata-rata model lingerie. Memang banyak yang sangat menggoda dan seksi seperti bagian pantat yang terbuka atau ya transparan. Kadang dia memakai baju olahraga yang sangat minim dan tipis ketika berlari di treadmill yang diletakkan di balkon lantai dua yang menghadap belakang. Sepertinya Kanna bertingkah acuh tak acuh jika ada yang memergokinya seksi seperti itu.

Di senin subuh aku memergokinya kembali bertelanjang ria di teras halaman belakang rumahnya, melakukan gerakan yoga atu semacamnya. Aku tidak tahu, yang jelas itu semua sangat menggairahkan. Untung saja aku tidak terlambat masuk kantor hari ini karena terlebih dahulu ‘sibuk’ akibat aktifitas Kanna. Sialnya, beberapa hari ini Kanna selalu mandi di malam hari dan bahkan tidak jarang menggunakan vibrator dan dildo untuk memuaskan diri saat mandi. Otongku makin pening saja melihat dia sampai bisa ‘muntah’ berkali-kali.

Oh iya, pakaian Kanna di dalam rumah tidak selalu yang seksi, kadang-kadang malah terlihat manis. Kalau dia berpakaian seperti itu, malah jantungku yang berdebar-debar karena dia tampak begitu menggemaskan.

Ada satu hal yang lupa kudeskripsikan mengenai halaman belakang Kanna yang luas. Ada patok-patok pembatas di sana. Kalau tidak salah sekitar 2 minggu lalu ada orang-orang yang datang ke sana membawa alat ukur dan semacamnya. Dan juga orang yang tampak seperti arsitek. Kalau ada tamu macam itu, sama seperti kalau berjalan ke luar, Kanna selalu menggunakan pakaian yang sopan. Biasanya kaos dengan jaket dan celana jins panjang.

Di hari rabu, empat hari setelah kejadian pengantaran pudding, aku sepertinya sudah bisa menerka apa yang dibangun di halaman belakang rumah Kanna. Dia sedang membangun kolam renang. Kontan otakku langsung membayangkan bagaimana seksinya Kanna saat berenang. Apalagi berenang telanjang. Tanpa perlu melihat Kanna mandi pun aku sudah mulai mengocok otongku gara2 pikiranku kembali terbayang tubuh Kanna sabtu sore kemarin.

Keesokannya aku hampir tidak melihat Kanna. Kecuali saat dia mandi. Itupun aku hampir terlambat karena tumben sekali Kanna mandi seawal ini di hari kerja.

Di hari Jumat aku pulang agak cepat karena baru pulang meeting. Sekitar jam lima-an aku sudah hampir mencapai rumah. Di saat itu kulihat empat orang tukang sedang keluar dari pagar rumah Kanna badan mereka kurus-kurus tapi kekar. Mereka tampak lelah tapi juga sumringah. Selain itu badan mereka juga kelihatan bersih, cuma bajunya saja yang kelihatan kotor.

“Heheheh, makasi banyak ya, non,” kata salah satu dari mereka sambil melambaikan tangan ke rumah Kanna.

“Pudingnya enak,” sambung yang lain.

“Apalagi pake susu.”

“Ahn <3,” terdengar Kanna menjawab dengan mendesah nakal. “Pudingnya juga enak setelah dikasi ‘vla’.”

Para tukang hanya tertawa sambil permisi.

Deg. Jantungku berdetak kencang ketika menyadari penekanan nada Kanna pada kata vla. Ini benar makan pudding setelah capek kerja atau apa? Lucunya, otongku mengeras saat membayangkan hal tidak-tidak yang mungkin saja mereka isyaratkan melalui percakapan itu.

Aku cepat-cepat masuk ke rumah dan naik ke kamar. Kubuka sedikit tirai untuk mengintip ke sebelah. Tidak ada tanda-tanda Kanna, tapi perhatianku segera tertarik ke halaman belakang rumahnya. Cuma ada galian, itu artinya seharusnya para tukang tadi tidak sebersih itu.

Tidak lama kemudian aku melihat Kanna. Cewek itu berlenggak-lenggok santai di teras belakang menggunakan semacam lingerie dengan model cheongsam berwarna ungu yang sangat minim. Karena senja, aku enggak melihat jelas tapi pakaiannya itu agak basah dan terkesan kotor seperti kena cipratan2 air. Mungkin dia basah karena habis mencuci piring? Atau…

Seperti biasa, Kanna mulai menjemur baju dan bahkan menanggalkan pakaian yang dia gunakan. Setelah itu dia berlenggak-lenggok masuk ke rumah dan ke kamar mandi. Perempuan cantik itu pun mandi di shower luar untuk sebentar sebelum berendam di dalam. Mungkin aku berkhayal, tapi sepertinya ada bercak-bercak putih di sekitar rambut Kanna. Mungkin bekas sabun cuci piring. Mungkin….

Walau begitu, dugaan dan khayalanku yang kemana-mana membuatku semakin semangat mengocok otong.

Entah kenapa, Kanna mandi lebih siang di hari sabtu. Padahal biasanya cukup pagi setelah cewek itu pulang berbelanja. Aku melihat Kanna mengambil pakaiannya kembali tanpa busana, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu karena aku dipanggil untuk sarapan.

Yha, begitulah kalau tinggal dengan orang tua, waktu makan pun harus ikut maunya mereka.

Aku kembali ke kamar selepas jam 9. Awalnya aku main game saja, tapi tawa para tukang di halaman belakang rumah Kanna menarik perhatianku. Rajin juga mereka sabtu minggu begini terus kerja. Lebihnya lagi, mereka kelihatan semangat banget kerjanya bahkan tanpa diawasi. Tidak berapa lama kemudian aku menyadari mereka mendadak ketawa-ketawa cengengesan. Sambil siul-siul ke arah dalam rumah Kanna. Mereka macam menonton pertunjukkan yang sangat menggoda.

Aku tidak sempat menerka mereka sebenarnya ngapain, tapi tidak lama kemudian kulihat Kanna sudah telajang bulat di kamar mandi samping dan mulai showeran. Tontonan yang diberikan Kanna kali ini terlihat lebih menggairahkan. Cewek itu melenggak lenggok semakin liar seperti sangat bernafsu. 

Dia sibuk meremas remas dada dan pinggulnya bergerak seperti sedang menggoyang kontol saja. Gerakannya seperti sedang mengundang orang yang menonton untuk mengentotinya saat itu juga. Seolah dia tahu ada banyak mata yang memandanginya penuh nafsu dan itu membuatnya semakin terangsang juga membuatku makin tidak tahan saat mengocok otongku.

Hal itu membuatku tidak menyadari bahwa dua orang tukang sejak tadi menghilang ke dalam rumah Kanna. Sementara yang lain hanya ketawa2 genit saja. Bahkan setelah Kanna selesai mandi, dua tukang yang menghilang itu tidak kembali. Penasaran, kupantengi saja kejadian di sebelah itu sambil main game HP. Kugeser kursiku agar bisa duduk di samping jendela.

Kira-kira ada jeda sekitar tiga puluh menit lebih sampai dua tukang itu kembali menemani dua teman mereka bekerja. Mukanya kelihatan sumringah.

Tidak lama kemudian, Kanna muncul membawa minuman dah snack untuk para tukang. Dia meletakkannya di gazebo kecil di sisi halaman belakang. Para tukang itu bersiul-siul menggoda Kanna.

Bagaimana mungkin tidak, cewek itu sedang memakai lingerie model maid saat membawa snack. Kanna yang selama ini selalu sopan2 saja di depan orang lain, memamerkan tubuhnya di hadapan tukang-tukang?

sayup-sayup terdengar percakapan mereka.

“Bapak-bapak, ini snack-nya ya, ‘dinikmati’ aja sampai puas.”

“Pasti, non, tapi kayaknya lebih nikmat lagi kalau pakai susu yang kenyal2.”

“ahn, nakal, Tapi buat saya lebih enak kalo ada sossisnya apalagi vlanya banyak.”

Para tukang hanya cengengesan melihat Kanna masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian mereka membasuh diri di keran yang ada di dekat gazeebo. Anehnya, mereka membasuh diri dengan melucuti pakaian mereka sepenuhnya sebelum mengguyur diri dengan air dari selang. Sebelum akhirnya memakai sempat saja dan duduk2 di gazeebo untuk menyantap snack yang dibawakan Kanna tadi.

Gila… aku cuma lihat sekilas, tapi kontol2 mereka saat bertelanjang di saat itu malah tegang dan gede2, berwarna hitam pula.

Di benakku terbesit pengandaian jika sebenarnya Kanna pernah melihat kontol2 mereka dan itu membuat cewek itu nafsu. Makanya waktu mandi tadi dia goyang2 nafsu gitu, mungkin membayangkan kontol para tukang? Makanya juga dia sengaja pakai pakaian seksi buat ‘mancing’ tukang-tukang ini?

Lamunan itu membuatku tidak terlalu bisa focus main game dan sering kalah. Daripada pusign aku akhirnya tidur saja di pagi yang menegangkan ini.

Aku bangun ewat jam 1 siang, tidak terdengar bunyi berisik. Pekerjaan di belakang rumah Kanna. Aku turun dan menyantap makan siang sendirian karena orang tuaku sudah makan lebih dulu. Setelah itu aku kembali ke kamar dan mengintip ke luar. Sudah hampir jam 2, para tukang itu tidak kelihatan batang hidungnya. Mereka sedang beristirahat atau sudah pulang?

Masih tidak ada suara bising sampai mendekati jam tiga, saat aku disuruh ibuku berbelanja ke minimarket di dekat kompleks. Cuaca hari itu tidak terlalu panas, jadi aku jalan kaki saja, hitung2 olahraga. Saat berangkat itu aku menyadari bahwa para tukang seharusnya belum pulang. Ada sendal2 mereka di teras rumah Kanna. Saat aku kembali pun sama saja, masih ada sendal2 mereka di sana. Waktu aku kembali ke kamar, kulihat para tukang sudah bekerja lagi. Istirahat di mana mereka tadi? Lagipula, biasanya orang yang habis istirahat harusnya terlihat lebih segar tapi malas. Mereka malah kebalikannya, terlihat lebih letih tapi justru sumringah.

Sore harinya seperti biasa. Kanna mandi setelah para tukang pulang. Di hari minggu aku tidak sempat mengintip karena teman-temanku mengajak bermain bola. Aku kelayapan makan siang dengan mereka sebelum akhirnya pulang menjelang sore. Aku melihat perkakas dan sandal para tukang masih ada di teras Kanna, tapi aku tidak melihat mereka bekerja. Awalnya aku mau coli lagi sambil menonton Kanna, tapi hari in kuurungkan niat itu. Aku terlelap setelah mandi dan makan.

Minggu depannya tidak banyak hal terjadi. Rutinitasku masih sama walau sudah berkurang jauh. Aku hanya berhasil mengintip Kanna mandi sebanyak dua kali, itupun dua-duanya nyaris telat. Anehnya, walau masih berlenggak-lenggok, Kana mandi relative lebih cepat dari biasanya walaupun terlihat lebih bernafsu.

Di hari jumat, aku mampir ke minimarket sebelum pulang untuk membeli teh. Tiba-tiba ada suara yang begitu familiar menyapaku, “Aras sendiri aja?”

Aku terkejut dengan sapaan dari Kanna itu. “eh m-mbak,” sapaku gugup. Kali ini Kanna menggunakan longcoat kecoklatan yang ditutup rapat tapi panjangnya cuma sepaha atas cewek itu. Rambutnya diikat kuncir kuda. Kali in dia kelihatan imut dan menawan, bukan seksi dan penggoda seperti biasanya.

“Ih kamu, dibilangin panggil Kanna aja, harusnya malah aku yang manggil kamu, Mas.”

“M-maaf kebiasaan, hehe.”

“Aras beli apa?”

“Beli teh aja, haus tadi di jalan.”

“Oooh, cowok bukannya senang susu ya? <3” katanya bercanda.

“kalo putih mulus kali,” kataku asal-asalan. Namun sedetik kemudian aku tersentak karena menyadari kata-kataku yang mungkin tidak senonoh, “M-maaf mbak, c-cuma becanda.”

Kanna cekikikan, “Kirain kamu orangnya terlalu serius untuk bisa becanda2 macam gini.”

“B-biasanya enggak, kok, mungkin capek kerja. A-aku duluan ya?”

“Eh bareng aja.”

Kami berdua membayar belanjaan masing-masing. Kanna tampak membeli cukup banyak barang dari eskrim, minuman, sampai snack. Mungkin dia mau membagikannya untuk para tukang. Ternyata gadis itu memang manis dan baik hati.

Karena itu, kusodorkan tangan, “sini Mbak, kubawain.”

“Enggak usah, gapapa.”

“Eh, jangan gitu, kayaknya keberatan tuh mbak banyak gitu kan isinya, emangnya nggak berat?” tawarku sekali lagi.

“Hmm,” Kanna tampak berpikir. “Harus banget kamu yang bawa?”

“B-baiknya begitu kan?”

Kanna mengangguk. “Kalau gitu panggil Kanna dulu,” katanya tersenyum jenaka.

Aku menunduk walau masih menyodorkan tangan, “I-iya mb… Kanna, sini aku bawain belanjaannya.”

“Gitu, dong.”

Kami berjalan pulang bersama dan mulai bisa berdiskusi cukup banyak.

“Aku masih ambil S2, sih,” kata Kanna santai. “Tapi lagi ambil cuti dulu karena banyak urusan juga. Sekalian ngumpulin bahan penelitian. Nyebar2 questionnaire online.”

“Urusan apaan?”

“Urusan duit, hahaha. Investasi lah, urusan kosan, lah.”

“Kosan?”

“Itu yang dibelakang?” jawab Kanna enteng. “Ada kosan lain yang lagi dibangun sih, khusus buat cewek tapi agak jauh. Karena baru dibangun itu makanya lagi agak sulit juga kalau enggak terus dipantau.”

“Berarti K-kanna ngambil MBA dong ya?”

“Married by accident?”

“B-bukan! Maksudku master bisnis!”

“hihihi, iyaaa becanda, Aras, kamu serius amat.”

“Yhaa, m-maaf.”

Kami terus berbincang sepanjang perjalanan. Rata-rata Kanna yang memulainya. Jujur saja, di momen ini cewek itu kelihatan begitu cantik dan manis. Aku sampai tidak sempat membayangkan tubuh telanjangnya dan gerakannya yang penuh nafsu…

… sampai kami tiba di rumah masing-masing.

Para tukang tampak sedang menunggu Kanna di teras rumahnya, mereka menyapa, “Non, kita pulang dulu ya?”

“Lho, bapak-bapak enggak mau makan snack dulu? Aku ada beli eskrim nih buat kalian.”

“ada susunya nggak, non?”

“Eskrim pasti ada susunya dong, Pak. Emang maunya tambahan?”

“Mau dong tambahan susu yang kenyal-kenyal.”

Para tukang tertawa cengengesan sementara Kanna hanya mendesah pelan. Cewek itu melirik padaku dan tersenyum menggoda, “Aras mau ikut sini makan2 snack dulu?”

“Oh, e-enggak, nanti aku dicariin,” tolakku sambil menyerahkan belanjaan Kanna.

“Ah sebelah ini, kan?” jawab Kanna sambil mengambil belanjaannya. Dia lalu mendekatkan bibirnya ke kupingku dan menggoda, “enggak mau susu juga? <3”

Aku tersentak, “e eh?”

Sebelum Kanna sempat menjawab, salah satu tukang berkata, “Bisik-bisik apa nih, non? Kalau kelamaan, kita mau pulang aja, nih, hehehe.”

“Eeh, jangan dulu bapak-bapak,” cegah Kanna sambil membuka pagar. Dia mengerling sedikit padaku dan menggoda lagi, “Mau ikut ‘nongkrong’ dulu?”

Entah mengapa, aku menggeleng, “nanti aja, deh, kalo terlalu rame nanti kita dimarahin lagi karena berisik.”

“Oh…,” Kanna mengangguk kecil. Namun aku tidak mengerti ekpresi di wajahnya, apakah itu kekecewaan. Namun secepat itu juga ekspresinya berubah menggoda lagi, “Kamu sukanya teh, sih, bukan ‘susu’.”

Aku hanya bisa cengengesan sambil berjalan ke rumahku. Tetapi aku mendadak tertarik untuk melirik sejenak ke rumah Kanna. Di sana para tukang ketawa-ketawa genit sambil masuk rumah. Kanna sendiri menunduk meletakkan belanjaannya sambil melepas sandal. Di saat itu aku benar-benar terkejut. Seluruh bayanganku akan kemanisan Kanna tadi mengilang begitu saja saat melihat bongkahan pantatnya dan memeknya yang terpampang karena longcoatnya yang tersingkap krena dia menungging.

Takut ketahuan mengintip, aku segera kabur dan masuk ke kamar. Dadaku berdebar kencang dan otongku langsung mengeras seketika. Aku mengintip ke luar. Kanna tidak ada di kamar mandi, cewek itu justru berlenggak-lenggok mengecek hasil pekerjaan para tukang sebelum ke sisi tempat menjemur dan melepaskan longcoatnya. Di saat itu aku baru benar-benar menyadari bahwa selama tadi Kanna tidak menggunakan apa-apa di balik longcoatnya.

Segera kulepas celanaku dan menggosok otongku, tetapi Kanna tidak berada di teras belakang untuk lama. Dia mendesah sambil menghadap ke dalam rumah dan meremas dadanya. “Sosis-sosis gedenya udah siap aja, mau dong dimandiin pake mayonnaise di dalemnya,” katanya penuh nafsu sambil masuk ke rumah.

Walau sayup-sayup terdengar jeritan keenakan dan desahan dari Kanna, seperti dia sedang menikmati kenikmatan tiada tara. Ini bahkan lebih hot dibandingkan desahan para pemain JAV yang sering kutonton. Aku sampai coli berkali-kali membayangkan apa yang sebenarnya terjadi berdasarkan desahan Kanna.

Aku bahkan tidak sadar kapan ‘pesta’ di rumah Kanna itu selesai atau kapan para tukang pulang. Aku tersadar saat melihat gadis pujaanku berjalan berlenggak-lenggok ke shower di kamar mandi samping. Dia tampak terengah-tengah tapi begitu puas. Tubuhnya basah dan belepotan corak-corak putih. Mirip seperti corak putih yang mengotori tubuh Kanna saat mandi di jumat minggu lalu. Bedanya, kali ini seluruh tubuhnya seperti bermandikan ‘cairan’ itu.
Kuraih otongku dan kali ini aku semakin semangat coli.

Komentar

  1. Mantap suhu..mau tau jiga apa yg terjadi antara Kanna & tukang. Atau Aras

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4