Langsung ke konten utama

Kopi Susu


By : Elkintong

Sengat matahari lumayan menyiksa kulit siang ini tapi tidak bagi Ruslan karena hal
ini sudah menjadi sarapan sehari hari baginya. Dengan cepat dia bergerak mengangkat balok-balok kayu dari truk dan memindahkan ke tempat penyimpanan di gudang belakang. Dia sengaja bergegas cepat memindahkannya, karena akan ada semen satu truk lagi yang akan masuk sebentar lagi.

“Istirahat dulu Ale !! Teriak Pak Wandi sambil duduk dan menghisap rokok.

“Slow aja be !! Sahut Ruslan.

Ale merupakan panggilan akrabnya karena dia memang asli dari daerah maluku, tepatnya daerah ternate. Kulitnya memang agak hitam khas daerah orang-orang timur ditambah lagi ibunya juga berasal dari buton, maka lengkap sudah gelapnya kulit Ruslan

Tanpa memperdulikan Pak Wandi dan Kebot yang duduk sambil merokok dan minum, Ale tetap mengerjakan tugasnya hingga semua balok rapih tersusun di gudang belakang. Lalu dia berpindah ke samping lagi, mengangkat beberapa sak semen dan disusun rapih, agar jika semen baru masuk bisa dengan mudah peletakannya. Setelah semua pekerjaannya selesai kemudian Ale berjalan kedepan untuk laporan ke majikannya.

“Ci.. balok semua sudah dipindahkan trus nanti jam 1 semen mau masuk. ujarnya Ale dengan dialek timurnya yang tidak pernah lepas.

“Oke Ale, gudangnya sudah lu rapihin kan ? Tanya sang majikan.

“Sudah Ci.. beres.

Ale segera berlalu kebelakang lagi sambil membawa 2 bon dari meja etalase depan, untuk menyiapkan pesanan yang sudah masuk, nanti dimuat di mobil pickup lalu diantar ke pelanggan yang sudah memesannya.

PROLOG:

Toko bangunan Sinar Borneo ini merupakan milik toko bangunan milik Alvin Wiryadi, atau suka dipanggil Koh Alvin, usianya sudah dikepala 5 tepatnya 55 tahun. Selain toko Sinar Borneo ini, Koh Alvin juga memiliki bengkel motor dan toko sparepart yg letaknya kurang lebih 5 km dari took bangunannya yang diberi nama Bengkel Karya Borneo.

Istrinya bernama Stefany Hong, 38 tahun usianya. Memiliki tinggi 163 cm dengan badan yg masih langsing dan tidak pernah lebih dari 55 kg, membuat Ci Fany panggilan akrabnya tidak terlihat seperti wanita yang sudah mau masuk kepala 4.

Berbeda dengan suaminya yang sudah terlihat tuanya, dan suka berpakaian seadanya, maka Ci Fany selalu terlihat licin, wangi dan menarik, disamping dikarunia kulit putih mulus dan wajah cantik ala wanita oriental.


Koh Alvin sehari harinya mengelola bengkel dan took sparepart, dan Ci Fanny mengelola toko bahan bangunan atau material, dan seperti biasa jam bukanya jika toko bangunan itu mulai jam 9 hingga jam 5 sore, maka bengkelnya Koh Alvin bukanya jam 10-18 setiap harinya.

Mereka berdua sudah menikah selama 12 tahun, dan dikaruniai satu orang anak laki-laki yang berusia 11 tahun bernama Thomas, atau yg suka disapa Tommy yang kini duduk di bangku sekolah kelas 6 sekolah dasar swasta.

Sebenarnya anak Koh Alvin sendiri sudah ada 3 semuanya, ada Justin kini berusia 27 tahun yang sekarang memilih kerja dan tinggal di Singapore, sudah menikah dengan orang Malaysia, lalu ada Hendry 24 tahun yang baru lulus dari peternakan, tapi memilih tinggal dengan Akong dan a-mah nya di Pontianak, sekalian mengurus peternakan ayam potong dan budidaya telur disana.

Alvin sendiri istri pertamanya meninggal 14 tahun yang lalu, setelah dua tahun menduda, oleh keluarganya diperkenalkan dengan Stefany, yang waktu itu masih berusia 25 tahun atau beda 11 tahun dengan anak pertamanya.

Akibat repot mengurus anak dan kerjaannya, Alvin akhirnya memutuskan untuk melamar Stefany, meski mereka bisa dibilang tidak pacaran sama sekali, kecuali dicomblangin oleh pihak keluarga masing-masing.

Stefany sendiri sebenarnya lulusan Universitas juga bagian Accounting, dia ikut membantu usaha keluarganya di Pangkal Pinang. Namun sayangnya usaha restoran mereka harus gulung tikar dan nyaris bangkrut. Banyaknya saingan dan kondisi restoran mereka yang nyaris tidak banyak berubah, membuat banyak ditinggalkan oleh pelanggannya.

Stefany sendiri saat itu baru saja gagal menjalin hubungan dengan pacarnya, karena pacarnya memilih meninggalkan dia dan menikah dengan wanita lain. Disaat galau dan kondisi keungan keluarga seperti itu, maka lamaran dan uluran tangan dari Alvin rasanya sebagai pelampung penolong bagi mereka.

Adik Stefany, yaitu Stefanus sedang di bangku kuliah tingkat II Kedokteran, dan tanpa diminta pun Alvin sudah mengisyaratkan akan menolong keluarganya Fany jika pernikahan ini terjadi, sehingga pilihan buat Fany pun semakin sulit dan harus memilih Alvin, meski dia tidak pernah mencintai, bahkan kenal lebih dalam, apalagi bermimpi akan menikah dengan duda.

Setelah menikah Fany diboyong ke Jakarta dan menetap dipinggiran Jakarta, rumah mereka dekat dengan Toko Bangunan milik Alvin, dan Fany akhirnya harus beradaptasi dan ikut mendidik anak-anak Alvin, termasuk anaknya sendiri yang lahir setahun kemudian setelah menikah.

Setamat SMA Justin langsung pindah dan kuliah di Singapore hingga menikah dan menetap disana, dia juga jarang sekali pulang. Adiknya malah setamat SMP langsung pindah ikut Engkong dan A Mah nya ke Pontianak, maklum anak bungsu ini sangat dimanja oleh kakek dan neneknya.

Alvin sendiri tidak keberatan, Fany juga demikian, toh mereka bisa saling datang dan berkunjung jika rindu satu sama lain. Meski anak-anaknya kurang dekat dengan ibu tirinya, tapi Thomas adiknya sangat disayang oleh dua kakaknya. Thomas bahkan pernah ikut satu bulan lebih dengan Justin ke Singapore bersama Hendry, bahkan jalan-jalan bertiga hingga Malaysia.

Di bengkel Karya Borneo ada 4 staff Alvin, satu bagian administrasi dan kasir, dan 3 lagi tekhnisi bengkel yang mengurusi perbaikan hingga perawatan motor. Di Toko bangunan sendiri selain Fany yang bertugas menjaga toko sekaligus boss disana, ada 3 anak buahnya yang ikut membantunya.

Yang pertama Pak Wandi, sudah 60 tahun usianya merupakan pegawai lama dari jaman Koh Alvin baru buka toko bangunan ini,merangkap sopir pickup lalu ada Rivai yang suka dipanggil kebot, baru 3 bulan kerja sebagai kenek, dan terakhir ialah Ruslan atau yg suka dipanggil Ale.

Ale sudah bekerja selama 6 bulan, paling rajin dan tidak pernah diam orangnya. Bisa dibilang toko bangunan ini menjadi rapih, teratur dan juga tertata semua berkat Ale. Gudang yang berantakan semua ditata dan dirapihkan agar barang-barang dan material mudah dicari dan gampang dihitung saat opname. Pasir dan kerikil juga dibuatkan sekat dari kayu dan papan bekas agar tidak berhamburan kemana mana. Dia juga bisa menyetir dan jika Pak Wandi berhalangan, maka Ale yang mengambil alih. Sehingga sedikit banyak bisa dibilang Ale ini tangan kanannya Koh Alvin dan Ci Fany di toko bangunan ini, dan itu sangat membantu sekali kedua majikannya.​


Fany baru selesai mandi, sambil melilitkan handuk dia keluar dari kamar mandi yang jadi satu dengan kamarnya, masuk ke wardrobe room, pilihin baju dan dalaman buat dipakai hari ini, lalu masuk ke kamar tidurnya untuk pakai baju. Tak lama kemudian Dia masuk ke ruang tidur dan suaminya Alvin masih dikamar.

“Fan…..” sambil senyam senyum Alvin memandang Fany

Hmmmmm fany sudah mengerti apa mau suaminya.

“pantas belum jalan, ada maunya ternyata” sungut Fany

“hehehehe…yuk…” ujar Alvin sambil mencium tengkuk istrinya.

Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam langsung muncul. Alvin segera memeluk Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus.

“pintu sudah dikunci? ” Tanya Fany

“Sudah….” Jawab Alvin disela mulatnya sedang mengenyot puting pink milik Fany

“nyalain Ac dulu” suruh Fany lagi

Sambil melepas sedotannya, Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON.

Kembali dia melumat buah dada Fany bergantian kiri dan kanan, buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada putihnya, membuat Alvin makin rakus melumatnya.

Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, dia membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Fany, ujung kontolnya yang belum tegak sempurna diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala, lalu menggosok gosok pelan di bibir vagina Fany.

Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya, lalu tiba-tiba masuk batang berurat milik Alvin di vagina Fany yg belum begitu siap dan basah, pelan2 lelehan cairan membasahi dinding vaginanya, Alvin mulai menggoyang dan naik turun, Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, pahanya dibuka lebar.

Tidak lama kemudian.....

Belum lama Alvin mengayuh perahu birahinya, ujung penisnya sudah meminta untuk tuntas...

“oh oh oh…….” Sedikit menjerit kecil lalu memuncratkan cairan kedalam vagina Fany……

Alvin mencabutnya lalu berbaring di samping istrinya dan wanita itu hanya bisa terdiam. Alvin langsung bangun sejurus kemudian, masuk kamar mandi mencuci batang kemaluannya, pakai celananya dan bajunya. Fany juga bangun dan mengambil handuknya, masuk lagi ke kamar mandi.

“gue jalan dulu yah….” Ujar Alvin ”nanti malam ada acara mincing ama Tono” sambungnya

Fany tidak menjawab, langsung masuk kamar mandi dan mencuci gua nya yang masih gatal sebenarnya, tapi sudahlah….memang Alvin bukan seperti Alvin 5 atau 10 tahun lalu, yg ngga bisa lihat Fany lagi masak didapur langsung mendekat dan menempelkan kontolnya dipanta sambil mermas payudaranya Fany.

Alvin kini masuk ke fase2 yang sudah mulai kurang bisa menikmati seks secara bersama.
Alvin memang bukan pria pertama bagi Fany. Yudi, teman SMAnya di pangkal pinang sekaligus cinta pertamanya ialah pria pertama yang menodainya saat mereka masih kelas III SMA.

Lalu di bangku kuliah ada Marco, pria asal Italy yang kebetulan bekerja di hotel di pangkalpinang yang jadi pacarnya…. Marcolah yang mengajarkan indahnya seks baginya, semua gaya dan cara bercinta yang membuat dia benar-benar bertekuk lutut dihadapan pria seksi ini, hubungan mereka berakhir saat kontrak Marco selesai dan harus pindah ke Milan lagi, janjinya akan menelpon dan kembali menjemput Fany, ternyata hanya hitungan bulan, Marco kemudian menghilang….

Dan terakhir ada Nataniel, yang bekerja di agen perjalanan. Hubungan mereka sangat serius, bahkan keluarga sudah saling kenal. Sayangnya, saat usaha restoran keluarga Fany gagal, Nataniel juga ikut menjauh, dia seperti takut untuk diminta ikut membantu kondisi Fany dan keluarga, meskipun sudah ada pembicraan akan pernihakahan.

Saat-saat Fany galau itulah lalu Alvin muncul

Duda anak dua, usaha juga punya, dan siap untuk bantu kondisi Fanny dan keluarga. Latar belakang Ayah Fanny berteman dengan Kakanya Alvin karena keluarga besar mereka aslinya dari Medan, membuat perjodohan ini juga lebih mulus.

Meski ditentang oleh Fany awalnya, akhirnya dia luluh juga dengan bujukan keluarganya. Ditambah lagi dengan pendekatan Alvin juga baik, plus kejadian-kejadian dengan pria lajang yang membuat dia lumayan trauma, akhirnya di usia 26 tahun dia memilih menikah dengan Alvin dan jadi ibu sambung untuk Justin dan Hendry.

Kehidupan seks mereka 3 tahun terakhir ini memang menurun, Alvin juga lebih sering kumpul dengan teman-temannya, mincing hobinya dan juga main burung. Sampai-sampai Thomas sering terpinggirkan urusannya jika papahnya sudah sibuk dengan burung, untung Thomas anak yang jarang banyak maunya, dia lebih suka main game di kamar, belajar, dan kadang main ke toko jika ada PR atau ada hal yg dia mau anak-anak di toko bisa bantuin dia.

“laki gue juga udah 50 lebih tapi masih greng kok” kata Tati kawannya di sekolah Thommas, diinringi gerai tawa teman-teman lain. Maklum lah ibu-ibu jika sibuk antar anak, apalagi yang dibahas jika bukan masalah anak, suami dan bercanda canda masalah tempat tidur.

Tapi memang begitulah keadaannya, sedangkan birahi Fany masuk suka membara, usia 38 tahun termasuk usia dimana wanita sedang ganas dan butuh dibelai.

Untuk selingkuh tidak pernah terpikir dikepalanya, sama siapa?

Trus kalau ketahuan bagaimana??

Masa gue cari brondong??

Seks harus pakai suka dan nyaman, itu prinsipnya Fany!

Mencari selingkuhan paling malas dan tidak pernah terpikir, dia takut akibat dari perselingkuhan…..

Banyak bapak-bapak atau anak muda yang sering belanja di tokonya suka mencari perhatian dia sebenarnya. Maklum kadang di toko dia suka pakai baju yang ketat, atau juga model u can see dengan celana pendek atau celana selutut, sepintas memang sangat menggoda iman pria. Wajahnya yang cantik khan oriental, kulit yang putih, dada yang penuh serta perut yang masih rata, wajarlah jika banyak pria yang tergoda.

Tapi standard pria Fany tidak sembarang, harus putih, tinggi, dan ganteng. Karena bercinta harus pakai hati, dia harus suka dan menikmati. Sedangkan yang datang menggoda rata-rata bapak bapak yang standard, meski berduit, atau anak muda yg konyol. Fany ogah dengan yang demikian, ditambah dia juga tidak ada niat untuk berselingkuh.

Akhirnya, sebagai pelampiasan dia membeli alat getar di toko online, pakai dildo dia masih takut, takut rusak vaginanya juga dimasukin dildo yang besar dan kaku, meski rasanya masih hambar tanpa adanya pria yang menghisap buah dadanya, tapi getaran dari vibrate yang dibelinya cukup bisa menghantarnya ke orgasme.

Lumayan bisa O daripada selingkuh….mending jika bisa muasin….demikian kata hati Fany…..​

Meski tinggal dirumah setiap hari, tapi Fany jarang sekali naik ke lantai 2. Rumah besarnya mereka yang terdiri dari 2 lantai dan dikelilingi pagar tinggi disekeliling rumah, memiliki halaman depan yang lumayan luas, garasinya bisa menampung 4 mobil. Alvin sendiri sehari hari mengendarai Toyota Avanzanya yg dianggap lebih irit dibanding Fortuner yang hanya dipakai jika keluar dengan keluarganya.

Fany sendiri lebih banyak memakai Honda City setelah Jazz nya ditukar tambah dengan City yang baru.

Ada 3 kamar di lantai bawah, plus satu kamar pembantu di belakang dekat taman belakang. Diatas ada 4 kamar termasuk satu gudang yang diubah fungsi untuk kamarnya si Mbak Ratmi, pembantu mereka yang menginap.

Dibawah selain kamar utama milik Fany dan Alvin, ada kamar tamu lagi di dekat ruang keluarga di depan, dan setelah dapur dan ruang makan, ada pintu keluar ke halaman belakang kearah gudang, plus kamar buat pembantu yang tembus juga kesamping ke garasi.

Hari ini tiba-tiba Fany naik keatas dan melihat jemuran serta balkon diatas dibagian samping, dia kaget melihat perubahan besar diatas. Atapnya yang bolong sudah diganti dengan atap transparan buat jemuran, terus biasanya banyak barang-barang berantakan diatas, kini sudah hilang, dus-dus bekas barang elektronik juga sudah tidak ada, semua tertata rapi dan juga tali-tali jemuran sudah hilang dan diganti dengan aluminium retractable yang pernah dibeli tapi belum dipasang pasang. Tempat mesin cuci serta setrikaan juga sudah banyak berubah, dan bekas sofa yang sudah tidak dipakai, ditaruh di sudut dekat tempat setrikaan, yang sepertinya suka dipakai duduk-duduk.

“siapa yang rapihin, Mbak?” Tanya fany ke Mbak Ratmi

“Ale, Bu…”

“Ale? Rajin amat? “

Dia mengedarkan pandangannya ke balkon depan, ada pot bunga dari keramik bekas berjejer diatas dan ditanami bunga yang segar.

“ini bunga siapa yang tanam?”

“Ale juga, Bu…”

“bunga dari mana?”

“Yang dihalaman depan yang mau layu pada dipindahin ke atas Bu” jawab Ratmi lagi….

Wow……

“kaget gue lihat atas udah rapih sekarang” Kata Fany ke suaminya yang lagi duduk sarapan roti dan kopi

“iye, dia kemarin bilang mau rapihin depan juga, tapi katanya mau nanya ama lu” jawab Alvin sambil nyalain rokoknya

“ya sudah, nanti gue Tanya di pas di toko” Fany masuk ke kamar untuk bersiap siap ke toko…..

Ale sendiri berusia 28 tahun, setelah sempat lontang lantung pindah-pindah kerja, dia diajak kerja oleh Koh Alvin.

Nama aslinya Ruslan Abdul Pettu. Postur badannya lebih mirip petinju sebenarnya, kulit hitam dengan tinggi 168 cm, badannya kekar berisi, tangannya kasar seperti kebanyakan orang jalanan yang bisa bekerja keras. Mukanya pun jika orang baru kenal pasti agak seram melihatnya.

Alvi pertama kali melihatnya di tempat cucian mobil, dimana Alvin jika memancing, mobilnya suka dititip sekalian dicuci disitu, dan diantara para pekerja disana, dia kagum dengan kesigapan kerjanya Ale. Makanya saat cuci mobil tersebut mau ditutup oleh pemiliknya, Alvin lalu menawarkan Ale untuk kerja dengan dirinya, dia percaya tenaga cekatan Ale akan sangat berguna baginya.

Di saat yang bersamaan orang kerja di toko bangunan malah pada mundur, akhirnya Ale ditugaskan disana oleh Alvin. Awalnya Fany keberatan, dia takut pelanggannya kabur lihat tampang Ale yang seram mirip debt collector tersebut tapi Alvin meyakinkannya.

“Lu lihat aja dulu beberapa hari gimana kerjaannya, kalo memang ngga bagus tinggal lu pecat lah…” ujar Alvin ketika itu.

Dan kekawatiran Fany tidak terbukti.
Malah Ale yang baru kinerjanya jauh lebih cepat dan cekatan dan cepat menguasai medan, tidak hanya itu, dia juga rajin beres-beres dan membersihkan area toko dan gudang. Fany dan Alvin jadi suka lihat kinerja anak buahnya ini, dan juga tidak hitung-hitungan sama kerjaan, hidupnya dia sepertinya hanya untuk kerja.

Ada satu moment dimana kemudian Alvin memutuskan untuk meminta Ale pindah ke rumah mereka.

“Ci Boss dan Ko Boss.. sapa Ale saat menerima gaji dan kebetulan Alvin juga ada disitu di toko bangunan.

“Kenapa ale?’ Tanya Alvin

“Beta minta tolong gaji beta yang 1,5 juta boleh Ci Boss transfer saja? “ sambil tertunduk agak malu.

“transfer kemana?” Tanya Fany

“ini ke rekening beta punya ade di kampung, nanti dia kasih sama beta pu mama” Ale menyodorkan kertas agak lusuh bertuliskan no rek BRI atas nama wanita atas nama Halimah Pettu.

“ kata adik saya ada biaya transfer kalau dari bank lain 6500, jadi ini saya kasih ke Ci Boss 1,5 sama 6500” ale menyodorkan uangnya.
Fany tertegun sesaat…..”ngga usah Ale, biar gue kirim ke adik lu yah….gue ambil yang 1,5 ongkos transfernya ngga usah”

Ale kaget sesaat…”makasi Ci Boss….Ko Boss…makasih banya2” sambil nunduk dia minta diri…..

“ini gue transfer sekarang” kata Fany sambil meraih ponselnya

“sudah yah” ujar Fanny sesaat kemudian

“Makasih banyak Ci Boss” ujar Ale

Sebelum Ale pergi…..

“lu tinggal dimana disini?” Tanya Alvin

“kontrak di petakannya Haji Basri dekat gang peong, Ko Boss…’”

“peong dekat sini?”

“Iya Koh Boss…”

Alvin diam sejenak……

“berapa disitu”

“450”

“petakan”

“iya Ko Boss”

“Trus makan lu” cecar Fany

“ pagi palingan beli nasi uduk atau lontong sayur 10 ribu, trus malam paling nasi goreng dan pecel lele 15 ribu, Ci Boss.”

“cukup itu?”

"Cukup, Ci Boss….saya kan ngga ngerokok….paling ada lebih sedikit buat beli paket data” sambil senyum malu…..

Alvin manggut manggut

“ya sudah…..”

“makasih Ci Boss, Koh Boss…’ Ale lalu segera balik ke belakang

Alvin lalu bilang ke istrinya
“Ale lebih baik suruh tinggal di kamar belakang aja kali yah….’ Usul Alvin

“ terserah aja…..”

“ Tommy ngga apa2 khan kalau Ale tinggal dirumah?” Tanya Alvin

“lah, Tommy setiap ada PR prakarya emang siapa yg dia suka minta tolong?”

Alvin kaget, dia baru tahu kalau Thomas anaknya juga dekat dengan Ale

Langsung manggil Ale lagi….

“Ale, baju lu beresin…. Besok lu pindah….tinggal am ague dirumah….dikamar belakang dekat gudang ngga kepake juga…. Nanti lu bawa tuh pickup ke rumah kalau mo pulang, berangkat juga lu bawa ke toko…” perintah Koh Alvin…

Ale kaget, tapi sekaligus dia senang dan bersyukur…..Alhamdulillah Ya Allah…..berkahMu sungguh tidak hambaMu duga……

Ale kemudian pindah dari petakan sederhananya ke rumah Koh Alvin bosssnya dia. Kamar belakang itu meski buat pembantu jauh lebih bagus disbanding kamar petakannya, ada AC juga, kamar mandinya pas disamping kamarnya.

Dia menaruh tas kecil berisi sedikit bajunya dan celananya, ada lemari kecil dan kursi serta meja disamping kasurnya yg tanpa dipan, Mbak Ratmi lalu memberi 2 seprai dan sarung bantal. Ini nanti buat seprai dan gantinya….jangan jorok yah….demikian pesan wanita paruh baya yang sudah lama juga kerja sama keluarga Koh Alvin.

"Makanan ada dimeja belakang dekat kompor” ujar Mbak Ratmi lagi…..” nanti pagi, sama malam makanan kamu dipisahin ditaruh dekat kompor yah”

“makasih banyak, Mbak”

Ale tahu diri, disuruh tinggal gratis dan makan gratis, sepulang dari toko dia sibuk di rumah beres-beres, mulai dari cabut rumput, menyapu halaman depan, beresin loteng atas, sampai pasang keran atau selang yang rusak.

Mobil majikannya juga tidak luput dari kreasinya, setiap hari jika bukan malam, pagi hari langsung dia cuci…..

“Ale, lu jangan tiap hari cuci mobil gue…. 2-3 hari seklai atau kalau kotor aja” kata Koh Alvin…

"Bisa tipis nanti platnya !! sambungnya sambil bercanda.

Yang jelas Alvin dan Fany banyak terbantu oleh hadirnya Ale, karena itu saat Ale merapihkan taman depan yang selama ini dibiarin begitu saja, mereka sangat senang, bahkan mereka berdua ikut untuk hunting tanaman murah untuk ditanam didepan.

Keluarga Alvin dan Fany yang pada datang sampai kaget, biasanya depan rumah gersang, perlengkapan bengkel main ditaruh begitu saja, kita sudah jadi taman yang apik, burung-burung peliharaan Alvin juga digantung rapih berjejer, dan garasi yang jorok juga kini sudah lebih bersih dan rapih.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4