Langsung ke konten utama

Skandal Sebuah Keluarga


By : Nurdinperkasa

Di tempat baru ini, papa mulai membuka toko kelontongnya yang letaknya tidak jauh dari rumah. Suasana toko masih sepi karena belum ada pembeli. Mungkin kami masih pendatang baru, jadi orang-orang belum mau mampir ke toko kami. Di toko hanya ada aku, papa, dan mama yang masih menunggu pembeli. Kebetulan aku masih dalam masa liburan sekolah.

Hari sudah mulai sore, tiba-tiba ada tiga orang laki-laki berwajah sangar masuk ke toko. Papa segera menghampiri mereka lalu berkata, "Mau beli apa, Pak?" Tapi rupanya mereka tidak berniat ingin membeli. Ketiga lelaki ini adalah preman yang ingin minta uang sebagai tanda perkenalan, alasannya begitu.

Awalnya mereka memperkenalkan diri kepada papa. Kudengar ketuanya bernama Pak Imron. Sepertinya usianya tidak beda jauh dengan papaku. Kalau postur tubuh Pak Imron kelihatan lebih tegap, sedangkan papa itu agak gemuk. Lalu dua rekannya tampak lebih muda, tapi mereka tidak menyebut namanya. Kelihatan kalau mereka itu anak buah Pak Imron. Yang satu tampak kurus dan satu lagi gemuk seperti papa.

Pak Imron: "Sore, Ko Afuk, begini. Kami ini pemuda setempat yang menjaga keamanan kampung kita. Jadi, biar rumah dan toko Ko Afuk aman, Ko harus bayar uang keamanan."

Papa: "Berapaan yang harus dibayar?"

Pak Imron: "Karena Ko Afuk ini orang baru di kampung kita, Ko harus bayar dulu uang perkenalan satu juta, baru nanti bulanannya 300 ribu."

Jumlah yang diminta cukup besar sehingga Papa keberatan untuk membayar kepada mereka. Papa berusaha untuk minta kurang, tapi Pak Imron tidak mau. Aku paham kondisi keuangan keluarga kami memang itu angka yang cukup besar. Toko saat ini belum ada pembeli, dan Papa masih terikat banyak hutang, belum termasuk hutang kredit barang-barang toko.

Papa dengan tegas menolak permintaan Pak Imron sampai mulai terpancing amarah. Mendapat respons begitu, Pak Imron juga tidak mau kalah tegas. Dia mengancam bahwa jika tidak dibayar, maka dia tidak bisa menjamin keamanan rumah, toko, bahkan nyawa.

Mendengar ancaman Pak Imron, papa bukannya takut tapi malah menunjukkan perlawanan. Kedua anak buah Pak Imron dengan sigap mendorong papa dengan sikunya, lalu tangan satu lagi diangkat lalu dikepalkan disamping kepala siap2 ingin meninju papa.

Satu tonjokan terlontar ke wajah papa tapi papa tidak bisa melawan 2 orang sekaligus. Lalu dengan cepat mama mendekat menarik tangan papa supaya menjauh dari kedua anak buah Pak Imron.

"Sudah pakk sudah... maafin suamiku nanti kami akan usahakan bayar. Tolong beri kami waktu Pak.." begitu kata Mama. Lalu Pak Imron memerintahkan kedua anak buahnya berhenti memukul papa.

"Hahaha.. kalo begini cara ngomong nya kan lebih enak cik..." kata Pak Imron. Setelah mama datang amarah Pak Imron sedikit mulai mereda. Mata Pak Imron menatapi mama dari rambut sampai kaki sambil tersenyum.

Dengan sinis Pak Imron bilang: "Woi ko.. untung ada binik lu yang cantik ini, kalo gak elu udah kuhajar sampe mati, tau ga loo"

Lalu Pak Imron mendekati mama lalu bilang: "Jadi maksud cici kapan mau dibayar hahh...?" Matanya menyoroti tubuh mama dari atas ke bawah sambil senyum2 penuh arti.

Mama waktu itu memakai pakaian kaos oblong yang agak ketat sehingga sedikit menonjolkan buah dadanya dan celana pendek selutut. Bodi mama itu termasuk langsing untuk ukuran seorang ibu yang sudah beranak dua. Ukuran payudaranya kalau aku taksir sekitar 36 C. Dulu sebelum papa bangkrut mama rajin mengikuti aerobik di sanggar senam untuk mengencangkan tubuhnya. Namun untuk sekarang mama hanya bisa melakukan itu di rumah jika ada waktu senggang. Mama termasuk wanita yang cukup memperhatikan soal perawatan diri.

"Pokok kami akan usahakan secepatnya Pak..." jawab mama sambil tunduk karena takut berhadapan dengan Pak Imron. Dengan pelan Pak Imron bilang: "secepatnya itu berapa lama cik..?"

"Kami usahakan beberapa hari ini ya Pak.." jawab mama.

"Saya pikir malam ini cici ini mau bayar... rupanya beberapa hari lagi, kelamaan itu cikk..." kata Pak Imron.

"Jadi gimana dong Pak uangnya belom ada, nanti dalam dua Bapak balik sini lagi..." kata mama.


"Lu udah gila Ling... dua hari cari duit dari mana kita.." tiba-tiba papa bicara dengan nada suara tinggi seperti mau bertengkar. "Nanti kita bicarakan Fukk.." jawab mama.

"Ling, lu kan tahu jelas kita gak punya uang lagi.." kata papa seakan memulai pertengkaran.

"Hei..hei... saya gak suka liat sandiwara kalian di sini" Pak Imron memotong pembicaraan.

"Saya tidak mau tahu, dua hari lagi saya akan balik, biar kalian tahu ya selama belum bayar saya gak bisa jamin keamanan di sini" ancam Pak Imron lalu pergi meninggalkan toko.

Selama dua hari ini papa dan mama selalu bertengkar mengenai masalah ini. Sejak papa bangkrut amarah papa suka meledak-ledak. Mama selalu jadi korban emosi papa. Tidak jarang aku dengar mama dimaki papa dengan kasar. Gak liat tempat gak liat waktu, papa bisa bentak mama kalau lagi bertengkar. Sampai kata2 kotor pun bisa keluar dari mulut papa. Mungkin itu sebabnya kenapa istri pertama papa meninggalkan papa.

Malam itu ku dengar papa dan mama lagi berantam di ruang tamu.

Papa: Jadi lu mau cari duit dimana bayar itu orang?

Mama: Itu uang yang ada di tabungan dipakai dulu buat bayar

Papa: Gak bisa Ling!!! aku ada penting dengan uang tabungan itu, enak aja buat bayar itu preman sialan

Mama: Jadi kalo gitu uang dari mana dong???

(Mama mulai panik gak ada solusi)

Papa: Itu urusan lu sama itu preman, kan lu yang janji sama dia. Lu mau pinjam kek lu mau rampok kek lu mau jadi lonte sekalian itu urusan luu, aku kagak mau urus !!!!
Kata papa dengan penuh amarah)

Mama: Sen, lu itu bicara gak pake otak ya !!!! Kayak aku bukan istri lu ajaaa

Papa: Istri macam apa lu Ling!!! janji sama orang bukan nanya suami dulu baru bikin janji. Kalau lu mau melangkahi aku, sekarang lu urus aja sendiri !!!!

Papa lalu masuk ke kamar meninggalkan mama yang duduk sendiri di ruang tamu sambil menangis.

Malam itu aku lagi enak2 tidur tiba2 saja kedengaran ada orang melempar batu ke atas genteng. Ini terjadi beberapa kali sepanjang malam.

Keesokan harinya,

pagi-pagi aku duluan mengantar mama dengan sepeda motor untuk buka toko. Sedangkan papa masih belum bangun sepertinya amarahnya belum surut.
Letak toko kami sekitar 500 metar dari rumah kami melewat beberapa persimpangan jalanan kampung.

Toko kami ini berbentuk ruko satu tingkat, di belakang ada satu dengan sebuah ranjang kadang aku bisa pakai untuk istirahat, dan ada meja untuk aku mengerjakan PR sekolah.

Di belakang toko terdapat sebuah bangunan besar bekas gudang penyimpanan cangkang sawit. Ruko yang kami pakai untuk buka toko adalah bekas kantor administrasi gudang sawit. Semua ini milik teman papa yang dulunya pernah membuka pabrik CPO skala kecil tapi kini sudah bangkrut.

Sesampai di sana ternyata toko kami kemalingan. Maling masuk melalui pintu belakang soalnya kami lihat tidak terkunci karena sudah dirusak. Menurut mama kami kehilangan sekitar sepuluh karung beras dan beberapa kotak rokok.

Mendengar kabar itu papa segera menyusul ke toko. Sesampai di toko papa marah2 sambil memaki2 Pak Imron karena menanggap pasti dia dalang di balik semua ini.

Papa segera memanggil tukang kenalan papa untuk segera memperbaiki pintunya. Setelah engsel pintu diperbaiki, kali ini pengamanan pintu memakai gembok yang lebih besar yang kata tukangnya lebih aman.

Selama di toko suasana begitu sepi hanya ada 2 atau 3 pembeli sepanjang hari. Mama dan papa sepertinya belum berbaikan. Mereka hanya bicara seperlunya itupun dengan nada yang ketus. Malam harinya, aku masih mendengar pertengkaran orangtuaku. Aku udah capek mengikuti pertengkaran mereka, lalu aku pun pergi tidur di kamarku.

Besok adalah hari dimana Pak Imron akan datang ke toko sesuai janji mama. Mereka sedang bertengkar soal gimana menghadapi esok hari.

Intinya Papa tidak setuju membayar Pak Imron. Urusan ini papa sudah serahkan ke mama karena papa menganggap mama sok pinter janji2 ke Pak Imron.

Keesokan harinya seperti biasa aku dan mama pergi duluan ke toko. Kali ini memang tidak ada barang yang hilang. Sampai pukul 10 papa baru menyusul ke toko.

Kira2 pukul 2 siang, Pak Imron datang ke toko. Kali ini dia datang hanya berdua dengan rekannya tapi bukan yang kemaren.

"Selamat siang ko Afuk..." Pak Imron menyapa tapi tidak direspon oleh papa. Lalu dia mengalihkan pandangan ke mama. "Bagaimana cici cantik.. janjinya kemaren mau bayar hari ini.." kata Pak Imron.

"Aduhh...Gimana ya Pak.. kami masi belum ada uangnya.." kata mama.

"Loh... katanya 2 hari mau dibayar.. gimana sih janjinya cici ini..?! kata Pak Imron dengan suara yang mulai meninggi. "Betul kan ko Afuk kemaren kalian bilang hari ini mau bayar tapi rupanya ingkar.. gimana kalian bisa jadi warga sini ko..? " sambungnya.

"Siapa yang janji sama Bapak..?!!! Yang bilang 2 hari kan bukan saya... Itu urusan Bapak sama istri aku..." kata Papa.

"Jadi gimana ini cik kalo suami lu udah bilang gitu?! kata Pak Imron.

"Begini aja Pak... kami bayar yang bulanan 300 ribu itu aja dulu, nanti yang satu juta kami usahakan lagi ya Pak..." kata Mama.

Tiba-tiba Papa mendekati Mama dan berkata: "Kata siapa aku mau bayar 300 ribu itu...!!!! Gila lu keluarin 300 ribu buat orang ini...", amarah papa mulai naik.

"HEII Koo... APA MAKSUD LU BILANG2 "orang ini"...?!" Pak Imron terpancing emosi mendengar perkataan Papa.

"Maaf Pak, suami aku gak bermaksud apa2 cuma emosi saja..." kata Mama berusaha menahan amarah Pak Imron.

"Ya udah cepat dibayar biar urusannya selesai, lu pikir saya suka lama2 di toko kalian ini..." kata Pak Imron.

"Iya pak.. tapi 300rb dulu ya Pak.." kata mama lalu berjalan menuju ke laci untuk mengambil uang.

"Heii.. SIAPA SURUH LU BAYAR..!!!" kata papa dengan suara marah.

"Pokoknya aku tidak akan bayar, lu kan tahu sendiri kalo uang kita sudah menipis Ling.." kata papa.

"Iya aku tahu, tapi semua itu gara2 salah lu sendiri. GARA2 LU KALAH MAIN JUDI SEMUA JADI HANCUR.." kata mama dengan suara yang lebih keras.

Tiba-tiba Papa menampar pipi mama. PLAAAKKKK.....!!!!! LU URUS SENDIRI AJA INI TOKO....!!! Setelah berkata begitu, lalu papa pergi meninggalkan toko dengan membawa uang di laci dan hanya meninggalkan uang receh saja.

"Parah kali suami lu cik... punya istri cantik gak dihargai malah ditampar pulak..." kata Pak Imron.

Aku merasa kasian melihat mama. Pipi Mama memerah dan mama hanya terdiam sambil menahan tangisan tidak bisa berkata-kata. Aku pun mencoba memberi saran ke mama.

"Ma..gimana kalo kita minta uang dulu sama cici Wei-Na" kataku.

Setelah mama berusaha menenangkan dirinya lalu menjawabku: "Gak bisa Sen, biar kamu tahu ya.. toko ini masih belum ada hasil, biaya hidup kita selama ini masi dari gaji Wei-Na. Dia sendiri juga punya kebutuhan hidup."

"Mudah2an si Siu Lien cepat dapet kerja biar bisa bantu biaya hidup kita." Mama menambahkan.

Jadi selama ini seluruh kebutuhan hidup keluarga kami ditanggung oleh ci Elena. Sedangkan Ci Erika masih nganggur lagi berusaha mencari kerja. Mereka saat ini tinggal satu kost2 di pusat kota. Kadang weekend mereka pulang ke rumah dengan membawa mobil avanza lama yang dikasi papa.

Mama banyak curhat ke aku mengenai sikap papa terhadapnya selama ini. Lagi serius bicara dengan mama, tanpa kusadari Pak Imron sedang berdiri di luar depan toko bersama rekannya sambil merokok. Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Dalam obrolan mereka yang tidak bisa kudengar, sesekali mereka berdua melihat ke dalam. Kadang melihat ke mama kadang melihat ke aku. Aku dan mama membiarkan saja mereka duduk2 di luar toko kayak tukang parkir, lagipula kami gak bisa mengusir mereka.

Hari sudah mulai gelap,

tapi mama masih belum tutup toko padahal jalanan sudah sepi. Kutanya mama kenapa toko belum ditutup, mama bilang kalau dia males pulang ke rumah. Nyampe rumah pasti papa ajak bertengkar lagi. Tapi suka ga suka mama tetap harus pulang demi aku dan cici ku Fei-Fei. Kami pun mulai menutup toko dan Pak Imron dan rekannya itu ikut-ikutan membantu.

Setelah semua pintu belakang dan jendela tertutup aman, kami akan keluar dari toko untuk pulang melalui pintu depan. Tapi Pak Imron menghalangi kami untuk keluar.

"Hei cici cantik... elu sudah mau pulang, tapi urusan kita masih belum selesai. Jadi gimana ini?" Kata Pak Imron sambil mendesak kami untuk masuk kembali ke toko.

"Iya Pak, tapi tolong kasi kami waktu lagi biar kami usahakan..." kata mama sambil berusaha untuk keluar tapi tangan Pak Imron menghalangi pintu membuat mama tidak bisa lewat. Mama berusaha menarik lengan Pak Imron untuk melepaskan tangannya yang menghalangi pintu, tapi gak berhasil sampai mama kesal dan kembali masuk ke dalam toko lalu duduk di kursi yang ada di depan meja toko.

Pak Imron pun menyusul masuk ke dalam toko lalu duduk di kursi yang lain dekat mama lalu berkata: "Emang mau berapa lama lagi cikk..?!"

Dari luar rekannya ikut masuk ke dalam toko lalu menutup pintu toko. Kunci pintu toko yang aku pegang tiba2 direbut oleh rekan Pak Imron lalu pintunya dikunci olehnya.

"Kasi aku dua hari lagi ya Pak..." pinta mama.

"Maap cii.. saya udah gak percaya sama cici.." kata Pak Imron.

"Jadi gimana dong Pakkk..?!" tanya mama dengan wajah tampak bingung harus bagaimana.

"Jadi begini saja, suami cici kan sudah menyerahkan masalah ini ke cici, jadi bagusnya kita selesaikan sekarang saja..." kata Pak Imron dengan nada penuh maksud sambil menatap mama.

"Maksudnya gimana Pak..?!" tanya mama dalam kebingungan.

"Hahahaha....polos kali cici ini, masak gak tahu maksuk Bapak.." ledek Pak Imron.

Sebagai laki2 aku tentu tahu maksud Pak Imron dari gerak geriknya. Pak Imron pasti bermaksud ingin main dengan mama cuma mama yang terlalu fokus mikirin uang sampe ga paham maksud Pak Imron. Dari tadi mata Pak Imrom trus melirik ke tubuh mama.


Hari ini mama pakai kemeja pas badan model casual lengan pendek berwarna putih. Celana krem shortpant lebar casual sedikit di atas lutut. Tapi karena mama dalam posisi duduk, celana mama sedikit tertarik ke atas sehingga agak memperlihatkan paha mama yang putih mulus.

"Begini lo ci, sejak pertama cici masuk ke kampung ini, Bapak itu sudah tertarik dengan kecantikan cici.. terus terang bapak ini sudah menduda 5 tahun, bapak lagi mau cari istri yang bisa puaskan gairah bapak yang sudah lama gak disalurkan. Cuma cici ini kan sudah punya suami, jadi bapak gak bisa apa2.."

"Tadi suami cici kan sudah serahkan masalah ini ke cici, jadi kita sama2 saling bantu lah.. cici bantu bapak salurkan gairah Bapak, trus nanti Bapak juga pasti bantu cici untuk urusan keamanan ini.. jadi kita saling bantu begitu.."

" Gimana ciikk...?!" tangan Pak Imron yang kasar itu mulai meraba paha mama yang mulus itu.

Mendapat perlakuan begitu, mama secara refleks menepis tangan Pak Imron lalu berkata dengan nada terkejut: " Bapak ini gila ya..?! aku sudah punya suami Pakk.."

Tapi direspon Pak Imron dengan santai: "Bapak juga tahu cici sudah punya suami..tapi urasan ini sudah menjadi urusan kita berdua bukan.."

Aku bermaksud untuk mendekati mama tapi ditahan oleh rekan Pak Imron dengan kuat. "Om..lepaskan Om.." sahutku ke rekan Pak Imron. Tapi aku gak kuat menahan kekuatan rekan Pak Imron ini. Dari postur saja sudah ketahuan beda tenaganya. Badannya lebih besar dariku, postur tubuh aku ini kurus layaknya anak2 remaja umumnya yang tumbuh ke atas. Aku terus memberontak tapi leherku dirangkul secara paksa sampai sedikit tercekik. Kedua tanganku tidak mampu melepaskan rangkulan tangannya yang besar mengelilingi leherku. LEPASKAN OM....!!! kataku dengan suara yang kesulitan mengambil nafas.

Melihat perlakuan rekan Pak Imron terhadapku ini mama langsung berdiri dari kursinya lalu berkata dengan suara yang keras: "LEPASKAN ANAKKU... KALIAN MAU APA....?!!

"Tenang ci tenang..."

"Bapak tidak akan menyakit cici maupun anak lu cii..." kata Pak Imron sambil berjalan mendekati mama.

"Pokoknya cici ikuti aja perintah Bapak, semua akan baik2 saja.." tangan Pak Imron mulai merangkul mama ke dalam pelukannya.

Mama dengan cepat mendorong dada Pak Imron untuk lepas dari rangkulannya. Mama terlepas dari rangkulan Pak Imron tapi justru mama yang terpental ke belakang.

"LEPASKAN AKU PAKK... LEPASKAN ANAKKU... aku akan jerit kalo Bapak gak pergi dari sini... PERGI KALIANN!!!! ucap mama dengan keras tetapi tidak berpengaruh apa2 buat Pak Imron untuk kembali mendekati mama dengan langkah pelan.

"Jerit saja sesuka lu cii... Bapak tahu lokasi di daerah sini, tidak ada orang yang akan datang menolong cici kecuali Bapak.. kalo sampe ada orang datang ke sini, cici juga akan diperkosa sama orang itu... hahahahaha... lebih baik cici ikuti saja perintah Bapak..." jelas Pak Imron seakan dia akan mulai bertindak sesuatu.

"Leepasskan Ommm..." aku ditahan tak berdaya menolong mama yang sebentar lagi akan diperkosa oleh Pak Imron.

TOLONGGG... TOLONGGG...!!! mama menjerit sambil melangkah mundur dikala Pak Imron terus melangkah mendekatinya.

Dengan cepat tangan kanan Pak Imron menangkap lengan mama lalu di tarik mendekap ke pelukannya. Lalu tangan kirinya menjambak rambut mama lalu mulut mama dicium dengan posisi dagu terangkat.


"Eeeemmmhhhh.....mmmmmm.... aaaaaahhhhh... Jannngggann Paaakkk" suara mama saat Pak Imron terus mencium bibir mama tapi mama trus berontak memalingkan wajahnya.

Mama terus menolak sekuat-kuatnya, sampai Pak Imron kewalahan. Pak Imron berhenti mencium mama lalu menoleh ke arahku dan rekannya, "Zulll.. elu urus dulu tuh anak, awak mau sikat dulu ini amoy...."

Ternyata rekan Pak Imron bernama om Zul.

Beres bang.....!!! Sikattt sampai puassss bang tuh amoyyy...!!! bales om Zul lalu dia mendudukanku dengan paksa di kursi lalu mengambil tali plastik mengikat tanganku dengan kuat. Aku berusaha berontak dari om Zul tapi gak bisa menahan tenaganya.

Sementara Pak Imron menarik mama ke dalam kamar yang biasa kugunakan untuk istiahat. Aku tidak bisa lagi melihat Pak Imron dan mama di kamar.

"TOLONNGGG...hhhmmm.....TOOLONGGGG... aaahhhhh..." suara jeritan mama dari dalam kamar.

Aku hanya mendengar suara mama yang terus menjerit minta tolong tapi sebentar2 terputus. Sepertinya Pak Imron berusaha mencium mulut mama tapi mendapat perlawanan.

"Diaam kauuu anjinggg !! tegas Pak Imron. "GAKKK USAH SOK SUCII LU MOYY... ELU BUKAN PERAWANN LAGI... SADAR DIRI LU MOYYY...?!"

"Ammmpunnn Pakkk.....ammpunnn.....jangann perkosaa akuu pakkkk...ammpunn," pinta mama.

"Apa lu bilanggg?!! Perkosaa?!" kata Pak Imron. "Biar lu tahu moyy... Bapak bukan mau perkosa, tapi Bapak mau kasih lu enakkk... tahuu??!!!" tambahnya.

"Jannggann Pak... aku gakk mauu..." kata mama.

"Jangan munafik lu moyy..... nanti k*ntol bapak bikin lu keenakan baru tahu rasanya lu moyyy..." kata Pak Imron.

"Jannngann maasssukinnn Paakkk...."

"Tidaakkkkkk Pakkk... jangann lakuin ituuu... jaaaannnnggg..." "Jaaannnggg... hhmmmm... ggaannn."

"Jaaannggggann Pakkk.... Jaaannnggg.... ggggannn!!!!"

"Ooooohhh tolongg janngann... aaaaahhhh Saakkkittt Pakkkk!!!!

"JANGAANNNN PAAAAKKK..... SAKITTT PAKKK........ AAAKKKKKHHHHH......." jerit mama.

"Annjinngg... Diaam luu Moyy... memekk lu yang sempitt...!!!" ucap Pak Imron. "ANJINNGG... Sempitt kali nih memekkk... aahhhh..." tambahnya lagi.

"AAAAKKKKKHHHHH..... SAKITT PAAKK... Hahhhhh... haaahhh..." jerit mama kesakitan sambil mengambil nafasnya.

Aku terus mendengar suara Mama menjerit kesakitan, sepertinya memek mama sudah digenjot Pak Imron.

"HENTIKANN PAAKKK...SAKKKITTT..... AAHHHHH.....AAAHHH........"

"HENNNTTII....KAANNN....AAAHHHH....AAAAHHHH......."

"AAAHHHH.....AAAAAHHHHH...AAAHHHHHHH.."

"aaaaahhhhhhh....aaaaahhhhhh....." jerit mama semakin pelan.

"aaahhh...aaahhh...aaahhh..." suara mama berubah. Ini bukan suara jeritan tapi mama mendesah.

"hhhmmm....aaaahhh...hhhhmmm...aaahhh...." "Oooohhh....aaahhh...aaahhhh...aaaahhhh..."

Mama tidak menjerit lagi, mama mendesah. Desahan mama semakin kencang: " Ahhhh...aahhh...ahhh..aahhh.."

"Moooyy...siapa namany lu moyy..." tanya Pak Imron.

"Aaaahhh... Aaalinggg Paakkk...aaahhh...aahhh..." jawab mama sambil mendesah.

"Appa?! Alingg?? tanya Pak Imron lagi. "Iyaaaaahhh Pakkk..iyyaaa...." jawab mama.

"Enannkkk memek cina lu Linggg... istilahnya "Peret" kata orang...ahh..ahh..!!!"

"AAAHHHH.....AAAHHHH....AAAHHH...." desahan mama semakin keras.

"Aaahhh...Hmmm....Aaahhh..." desahan mama seperti wanita yang merasakan kenikmatan.

"Cuuuppp...sssrruupp...ccuuupp..." lalu terdengar suara Pak Imron sedang mengisap sesuatu. Tebakan aku Pak Imron pasti sedang mengisap tetak mama.

"Aahhh....aaahhh...hhmmm...hhhmm..." lenguhan mama sepertinya menikmati isapan Pak Imron.

Gak seberapa lama tiba-tiba,

ZUUULLL !!! Jerit Pak Imron dari dalam kamar memanggil Om Zul.

Ada apa Bangg..?! jawab Om Zul. "Bawa dulu ke sini tuh anak..." kata Pak Imron. "ok Bang..!!" kata Om Zul.

Aku heran kenapa aku disuruh masuk ke kamar sementara Pak Imron sedang ngent*t dengan mama.

Maka ikatan tali plastik pada tanganku dilepas om Zul. Lalu om Zul mendorongku melangkah menuju kamar tempat Pak Imron dan mama bersetubuh.

Shhiittt...!!! Aku gak percaya apa yang ku lihat.


Dengan kepada tertunduk pelan-pelan aku berjalan mendekati kamar dimana Mama sedang dientot Pak Imron.

Jantungku deg2degan mendekati suara desahan Mama. Dari suara yang terdengar diluar sebenarnya sudah bikin aku terangsang. Suara mama seperti artis2 bokep jepang yang kutonton lewat hp.

"Aahhh...aahhh...aahhh..." Desahan mama semakin lama semakin kencang. Semakin kudekati suara desahan Mama semakin terdengar jelas di telingaku.

Dengan tertunduk perlahan2 langkahku masuki pintu kamar.

"Shiittt..." Aku gak percaya dengan apa yang kulihat.

Pakaian kemeja dan celana hotpants mama sudah berserakan di lantai begitu pula dengan punya Pak Imron. Bra dan celana dalam mama yang berwarna merah tepat di lantai dekat ranjang.

Kulihat Mama sedang digenjot Pak Imron dengan kencang. Mereka berdua sama2 sudah terlanjang bulat.

"Aaaaahhhh.....aaaahhhh...ooohhh...aaaahhhh.." desahan mama semakin kencang diikuti irama suara pegas dari ranjang springbed. Mata mama tertutup dan mengangkat dagunya sambil mengigit bibirnya .

Melihat pemandangan ini secara langsung semakin membuat aku sange. Aku tidak melihat mama menolak perbuatan Pak Imron, justru mama menikmati genjotannya. Wajah mama terlihat sedang merasakan kenikmatan yang diberikan Pak Imron.

Sebenarnya aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Dari dulu mama jarang mau berbaur dengan orang pribumi apalagi lelaki. Mama sangat membatasi pergaulannya hanya dengan sesama etnis. Tapi malam ini kulihat justru mama sedang berbaur kelamin dengan lelaki pribumi yang adalah seorang preman kampung. Mama yang kulitnya putih mulus layaknya wanita Tionghoa sedang digenjot oleh seorang lelaki berkulit gelap dengan beberapa gambar tato seperti tengkorak di tubuhnya.

"Sini Nak.. liat mamak lu Bapak bikin keenakan... hahaha..." kata Pak Imron.

mendengar itu Mama baru sadar kalau aku ada dalam kamar sedang melihat perbuatan mereka.

"Paaakkk berhenti pakkk....berhenti sebentarr..." pinta Mama.

Pak Imron pun menghentikan goyangannya sambil mengambil nafas.

"Sudahh Pakkk cukup sampai sinii.." kata Mama.

"Gak bisa Lingg...Bapak sudah nanggung..." kata Pak Imron lalu kembali mengoyangkan pinggulnya kembali melakukan penetrasi.

"Udahh Pakkk...anakku ada disini.." ucap Mama tapi tidak ditanggapi Pak Imron yang terus mengesek k*ntolnya di memek Mama.

"aaaaahhh....aaaahhh....aaahhh...." Mama mulai mendesah lagi dalam posisi dibawah Pak Imron sambil melihat ke arahku

"Sennn aaahhh... maafin Mama aaahhh, kamu jangan di sini yahhhh.." kata Mama kepada ku sambil mendesah dan aku hanya bisa tertunduk.

"Tunggu Mama diluar.....aaahhh...aaahhh... biar Mama selesaikan dengan Pak Imron dulu ya Sennn... aaahh...aaahh..." kata Mama.

Langkahku berat untuk meninggalkan ruangan itu. Aku sudah sange melihat pemandangan itu. Mama semakin merasakan kenikmatan sampai tidak peduli lagi dengan keberadaanku.

"Ayooo Pakkk... cepetaann...aaahh ... aaahhh..." pinta Mama.


Pak Imron pun semakin cepat mengenjot mama sampai mama menjerit tapi bukan kesakitan, melainkan keenakan.

"AAAAHHHH..... AAAHHHH.... AAAHHHH... AAAHHH.... "

"PAAAKKK AKUUU MAUUU KELUAARR LAAGIII...." kata Mama. Mendengar Mama bilang begitu berarti dari tadi Mama sudah sempat klimaks beberapa kali.

"Baaapak juga sudah mau Lingg..." kata Pak Imron

"PAAAKK JANGANN DI DALAAMM..." kata Mama

"Baaapakk mau di daalaamm..." kata Pak Imron

"TOLONGGG PAKK JANNGGANN..." pinta Mama.

"Tapii jannjii samaa Bapaaak duluu..." kata Pak Imron.

"Apaa Pakkk aahhh..aaahh.. cepetaaan...." tanya Mama

"Lain kalii Bapakk masih boleh entot Alingg lagi yaaa..." kata Pak Imron

"Janjiii..?!  Pak Imron tegaskan lagi.

"Iyaaaa paaakk.. Aliinngg.. Janjiii... Aaahh.. Aaahh.. kata Mama.

"PAAAKKK AKUUU KELUAARRR....AAAAAAAAAHHHHHHHH.....HHAAAAHHHH...." Mama mencapai klimaks sampai menjerit menahan nikmat.

Tidak lama sesudah itu Pak Imron menarik k*ntolnya lalu menyemburkan spermanya ke payudara Mama.

Aku terkejut melihat k*ntol Pak Imron yang begitu besar. Punyaku tidak ada apa2nya dibanding punya dia. Pantesan tadi diawal Mama menjerit kesakitan ternyata kontol besar itu menembus memek mama yang rasanya kecil.

Ini pertama kali aku melihat memek Mamaku sendiri yang sedang basah. Bulu2 jembut mama belepotan dipenuhi dengan cairan wanita yang mama keluarkan.

"AAAAHHHH ANNJIINGG... ENAAAKKK BEEETUULL...." Pak Imron melepaskan hasratnya.

Tetak Mama belepotan dengan sperma Pak Imron. Setelah Pak Imron menyemburkan spermanya lalu duduk menyadarkan diri ke dinding yang menempel dengan ranjang. Sedangkan Mama masih berusaha mengatur nafasnya setelah mencapai klimaks.
Dengan nafas tersengal-sengal Mama melirik padaku tanpa bisa berkata apa2.

Selama aksi Mama dan Pak Imron berlangsung ternyata dibelakang ku ada Om Zul yang sedang mengosokkan k*ntolnya sendiri.

"Bang Imron...aku mau nembak Bang.." kata Om Zul sambil menegang k*ntolnya di balik celana.

"Mau nembak dimana kau..?" tanya Pak Imron.

"Di cici ini boleh ga bang...?! tanya Om Zul

"Sini kau keluarin, jangan bilang awak gak bagi2 enak pulak, tapi jangan lu sentuh... amoy ini milikku.. paham?!" kata Pak Imron.

Lalu om Zul mendekati mama terus mengocok k*ntolnya. Tapi mama berbalik tidak mau berhadapan dengan om Zul. Tidak seberapa lama, om Zul menyemburkan spermanya di punggung mama.

Aku juga pengen keluarin punyaku tapi aku tidak berani bilang, terpaksa kutahan sendiri.

Setelah Mama membersihkan diri maka kami semua berangkat bersama meninggalkan toko. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Malam2 aku membonceng mama dengan sepeda motor. Selama perjalanan mama hanya diam dan rasanya kaku. Akupun tidak berani memulai pembicaraan.

Setelah mendekati rumah, mama memintaku untuk berhenti sebentar karena dia mau bicara.

"Sen..maafin mama ya.." kata Mama.

"Tolong rahasiakan ini dari semua orang rumah terutama papamu... Mama juga tidak mau ini terjadi, mama terpaksa melakukan ini Sen...." tambah Mama.

"Bohongg... Mama bohongg..." kataku.

"Bohong gimana Senn...?" tanya Mama

"Mama tidak terpaksa...mama menikmati perbuatan Pak Imron...!!!" tegasku.

"Padahal Pak Imron itu kan lelaki pribumi, bukannya Mama bilang Mama jarang mau bergaul dengan lelaki pribumi, tapi kenapa mama rela diperkosa sampe justru menikmati..? tanyaku lagi.

Mama terdiam sambil menutup mata lalu bilang: "Iya betul Senn.. Awalnya mama terpaksa, tapi jujur lama2 Mama memang menikmati semua itu..."

"Maa.. Aku bole nanya ga?" kataku.

"Bole Sen, mo nanya apa..? lanjut Mama.

"Lebih nikmat mana? Sama Papa atau Pak Imron..jujur Maa...?" tanyaku.
"Iyaaa Mama jujur sama kamu... sama Pak Imron lebih nikmat Sen..." jawab Mama.

"Kenapa gitu Ma...? tanya ku.

"Pak Imron lebih kuat Sen.... Mama ga menyangka kalau lelaki pribumi seperti Pak Imron itu begitu perkasa..." kata Mama.

"Sudahlah.. mama sudah jujur sama kamu, tolong jaga rahasia mama ya... kamu sudah dewasa, mama harap kamu sudah bisa mengerti tentang persoalan kebutuhan wanita..." tegas Mama.

" Iya Ma.. aku akan rahasiakan.. asal Mama harus jujur dan terbuka sama aku...ok Ma?!" tegasku.

Setelah pembicaraan ini, kamipun pulang ke rumah. Sesampai di rumah suasana sudah sepi. Mama kembali ke kamarnya dan akupun bermaksud kembali ke kamarku. Sepertinya Papa belum tidur karena terjadi pembicaraan serius antara Papa dan Mama.

Komentar

  1. cerita legend...seru series nih

    BalasHapus
  2. Suwun suhu sudah bantu publish cerita ane

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft amarah para buruh 22

Selina Amoy Petualang Seks 4

Draft Amarah Para Buruh 23

Kisah Binal Dibalik Kulit Putihku

Amarah Para Buruh 18

Kisah Binal Dibalik Kulit Putihku

Jenni !! Wanita nekat akhirnya kena batunya

Suka Duka Terlilit Hutang

Lizzy Amoy Peliharaan Pembantu 4