Langsung ke konten utama

Barang Jarahan 2


⚠️ DISCLAIMER / ATTENTION ⚠️

Cerita ini murni fiksi dan hanya untuk tujuan hiburan semata. Semua tokoh, peristiwa, nama tempat, atau dialog di dalamnya adalah hasil rekaan penulis dan tidak dimaksudkan untuk menghina, menghasut kebencian, atau menjelekkan kelompok etnis, ras, agama, atau golongan tertentu.

Segala kesamaan nama atau kejadian dengan peristiwa nyata hanyalah kebetulan belaka. Pembaca diharapkan bijak dalam menyikapi konten ini dan tidak membawa materi cerita ini ke ranah nyata.


Malam semakin larut. Hujan masih turun di luar, menampar genting rumah tua dikawasan pecinan seperti dentuman tambur yang tak kunjung reda. Lien akhirnya memutuskan menutup laptopnya dengan satu hentakan cepat, seolah berharap semua kata-kata kotor dan ancaman brutal di layar tadi ikut terkubur bersama bunyi tutup laptop yang menutup rapat.


Ia bergegas naik ke atas ranjang besi tua berkelambu. Kasurnya berdecit pelan saat ia merebahkan tubuh. Lien menatap kelambu yang tipis, samar-samar tembus cahaya lampu neon di luar jendela. Ia memejamkan mata, berusaha memaksa tidur tapi tak bisa.

Kalimat-kalimat penuh kebencian, hinaan, dan ancaman brutal terus bergema di kepalanya. Muka-muka liar yang tak pernah ia lihat seolah muncul di balik kelopak matanya. Ia mendengar lagi suara mereka, menjerit kasar, memanggilnya dengan nama-nama keji.

Namun di balik rasa takut yang melilit dadanya, ada gairah aneh yang merambat naik dari arah perut. Lien berguling ke sisi lain. Napasnya mulai memburu. Jemarinya meremas kain sprei. Ia mencoba melawan bayangan-bayangan itu, tapi justru makin larut. Dalam pikirannya, ia melihat massa merangsek masuk ke ruko tua tempat tinggalnya. Meneriakkan kata “Cina!” sambil memecahkan kaca, membalik rak sembako, dan menjarah dagangan.

Dan di tengah kerusuhan imajiner itu, ia melihat dirinya sendiri. Rambutnya yang hitam panjang terasa seperti dijambak kasar dan tubuhnya diseret. Mulutnya berteriak, tapi suaranya hilang di tengah gemuruh massa yang sedang mengamuk. Entah kenapa, meski menakutkan, kilasan itu menyalakan percikan gairah aneh di di dalam dadanya, terasa panas, berdenyut dan tak tertahankan.

Lien menghela napas panjang. Perlahan, jemarinya yang semula meremas sprei, mulai bergerak ke tubuhnya sendiri.
Awalnya hanya menyentuh pelan bagian lengannya saja, lalu bergerak ke bahu, seolah ingin memastikan dirinya masih di dunia nyata. Tapi semakin lama, sentuhannya semakin turun, lebih dalam dan lebih berani mengarah pada bagian paha dan selangkangannya.

Tubuhnya menggeliat sambil mendesah pelan. Lien memejamkan mata, menggigit bibir bawah. Bayangan kerusuhan terus berdengung di kepalanya—suara kaca pecah, teriakan “bakar!”, tawa laki-laki. Dan wajah-wajah liar yang berteriak bahwa dia hanyalah sekedar barang jarahan.
Ada rasa malu. Ada rasa jijik. Namun sekaligus ada arus gairah panas yang mengalir deras di nadinya.

"Kenapa… aku malah begini.. ?!!

Suara Lien nyaris tak terdengar. Dadanya naik turun dengan cepat. Jemarinya kini menelusuri dan meremasi payudaranya, bergerak dengan ritme yang semakin sulit dikendalikan.

Air mata mengalir di sudut matanya. Antara rasa takut, benci, dan sesuatu yang membakar dirinya dari dalam. Ia benci kerusuhan itu. Benci ancaman mereka. Benci hinaan yang menyerukan bahwa gadis amoy hanyalah sekedar barang jarahan.

Namun di tempat paling gelap dalam dirinya, Lien tak bisa membohongi diri sendiri. Setiap kali membayangkan kerusuhan itu, massa yang menyerbu ruko tempat tinggalnya, bayangan dirinya dijarah, ada percikan gairah yang menolak padam.

Lien menahan isak, sementara tubuhnya terus bergerak pelan, seirama tarikan napas yang makin berat. Dan di saat-saat terakhir sebelum kepalanya limbung, yang terlintas hanyalah wajah-wajah buas para pria di forum, serta suara dalam kepalanya berbisik:

"Aku Amoy. Aku barang jarahan.

Pagi itu, Lien terbangun dengan mata sembab. Sisa hujan semalam masih menetes pelan di talang air ruko. Ia duduk lama di tepi ranjang, menatap kelambu tipis yang masih bergoyang ringan. Tubuhnya terasa berat, kepalanya penuh bayangan semalam. Tapi ia harus beranjak. Hari ini ia tetap harus ke sekolah seperti biasa.

Di sekolah, Lien berjalan di lorong kelas dengan langkah lambat. Suara riuh teman-teman seolah terdengar jauh. Pandangannya kerap kosong. Saat guru menjelaskan pelajaran di depan, Lien hanya menatap papan tulis tanpa benar-benar melihat.

"…Kenapa bayangan itu nggak mau hilang.

Setiap suara keras di kelas membuatnya tersentak. Setiap tawa lelaki di belakang bangku membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Wajah-wajah buas di forum terus membayangi pikirannya, seakan mengintip dari setiap sudut tembok.

Sepulang sekolah, Lien naik angkot seperti biasa. Ia duduk dekat jendela, berusaha memalingkan wajah ke luar. Udara panas, bau knalpot bercampur keringat para penumpang, dan suara musik dangdut kecil dari radio sopir membuat kepalanya makin pening. Angkot penuh, tapi rasanya sepi. Lien melamun, menatap deretan toko di sepanjang jalan Pecinan.

Di kursi bagian belakang, tiga pria muda tengah mengobrol dengan suara cukup keras. Awalnya hanya tawa-tawa biasa. Lien tak terlalu memperhatikan hingga ia mendengar kata "amoy disebut.

"Ehhh.. liat tuh !! Ada amoy lagi jalan di trotoar. Buset.. Seksi banget badannya. Mana pake roknya pendek banget lagi. Kata pria pertama.

"Iya.. udah badannya putih kayak susu. Mukanya oriental banget lagi. Kalau jaman rusuh '98 mah pasti udah kena digulung massa tuh. Kata pria kedua. 

Lien semakin kaku duduk di bangkunya. Suara mereka terasa menghujam langsung ke dadanya. Keringat dingin mulai merembes di tengkuknya. Tiba-tiba seorang kakek tua yang duduk di dekat pintu sopir menoleh sambil terkekeh. Suaranya parau dan giginya tinggal beberapa biji sementara mata keriputnya menyipit ke arah Lien.

"Cina seksi kayak gitu emang mesti dipake rame-rame kalau lagi rusuh. Lagian salah sendiri kenapa suka pake baju seronok ditempat umum. Wajar dong kalau pribumi jadi pengen nyicipin badannya yang putih itu. Haha.. Kata kakek tua sambil tertawa mesum.

Tawa keras meledak di dalam angkot yang terus melaju pelan. Suara derai tawa mereka seperti cakar mencabik-cabik kuping Lien yang hanya satu satunya penumpang wanita di angkot tsb.

Seorang pria berjaket hitam melirik Lien dari ujung kaki sampai kepala. Wajahnya nampak dipenuhi ketertarikan akan pesona gadis chinese itu.

"Ngapain sih lu pada jauh jauh nyariin amoy. Emang gak sadar apa kalau disini ada amoy juga. Badannya juga gak kalau putih sama yang tadi !! Katanya sambil tertawa.

Iyee tapi yang ini mah keliatannya belum mateng bro. Soalnya masih pake baju seragam sekolah. Tapi Lumayan cakep juga sih mukanya. Haha.

Lien merasa risih dan merapat ke kaca jendela. Jemarinya mencengkeram tali tas sampai sakit. Dadanya terasa sesak dan napasnya memburu.

Salah satu pria lain yang berambut cepak dan bertubuh besar terlihat mendekat. Napasnya bau rokok dan keringat. Tangannya terulur, nyaris menyentuh lengan Lien lalu urung. Matanya liar menatap dada Lien di balik seragam.

"Ehh.. neng… rok seragamnya kok pendek banget.. Lu itu mau sekolah apa mau ngelonte sih !? Kata pria berambut cepak.

Lien menunduk makin dalam. Tubuhnya gemetar hebat. Air mata menetes tanpa ia sadari, jatuh membasahi rok seragam. Ada rasa mual menghantam perutnya, seolah hendak memuntahkan isi lambung. Namun di balik rasa mual itu, ada sesuatu yang lebih gelap, yang membuatnya sendiri ketakutan: tubuhnya berdenyut. Seolah setiap kata kotor mereka malah menyulut bara yang tak bisa ia padamkan.

“Bener tuh! Amoy amoy yang putih kayak gini paling enak kalo dibuka bajunya. Gua penasaran dalemannya semulus apa ?!! Pasti putih kayak susu sapi. Kata pria berambut gondrong sambil tertawa terbahak dan mengangguk ke pria cepak.

"Amoy sekolahan kayak gini emang mesti dididik dan diajarin tentang sejarah. Biar tau gimana rasanya dijajah sama pribumi seperti jaman rusuh dulu. Disorakin dan dijadiin maenan rame rame !! Kata kakek yang duduk dekat sopir.

Lien membenci kata-kata kotor mereka. Membenci tawa mereka yang melecehkan kehormatannya. Membenci bagaimana wajah wanita cina seperti dirinya dianggap sebagai objek pelecehan seksual. Namun ia tak bisa membohongi sensasi aneh yang kini menjalari tubuhnya. Dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Napasnya terputus-putus. Roknya diremas begitu erat sampai jari-jarinya terasa sakit.

Lien ingin berteriak dan melawan juga ingin memaki mereka semua. Namun yang keluar hanyalah suara napasnya yang cepat dan gemetar. Dan anehnya di kepalanya kembali terngiang kalimat semalam:

"Aku Amoy. Aku barang jarahan !!

Tawa di dalam angkot makin membesar. Ruangan sempit itu kini terasa seperti kandang binatang buas. Terasa panas dipenuhi tatapan mesum dan aroma kebencian rasial. Lien semakin tak bisa bergerak. Tubuhnya kaku dan gemetar. Suara-suara mereka menyayat pikirannya tapi yang paling membuatnya terguncang justru datang dari depan.

Sopir — seorang pria berkumis tipis, usia empat puluhan, yang sejak tadi diam dan hanya melirik dari kaca spion. Tiba tiba mengecilkan suara radio mobil angkotnya.
Dia tertawa pelan lalu berkata dengan nada santai seolah ikut bercanda:

"Udah bang jangan digodain terus. Nanti yang ada amoynya bisa tambah basah loh. Kalian tau sendiri kan amoy tuh paling gak tahan kalau udah diceritain tentang kerusuhan kayak gitu. Yang ada nanti bisa meledak sendiri. Haha.. Kata sopir sambil tertawa.

Tawa dari kursi belakang langsung menyambut candaan sopir angkot tsb. Bersamaan dengan itu terdengar suara kaki yang bergeser sepertinya ada seseorang yang mendekat lebih dekat lagi ke arah Lien.

"Bang udah bawa aja nih cinanya ke tempat sepi! Kapan lagi dapet penumpang amoy sekolahan yang bening kayak gini?! Nggak tiap hari bisa nemu yang beginian loh !! Pria berkaos hitam setengah berteriak ke sopir.

"Udah duduk diem yang manis aja neng. Kita cuma mau tunjukin gimana caranya pribumi ngasih pelajaran kok !! Itung itung neng dapat pelajaran sejarah gratis tentang '98. Tawa pria berkaos merah.

Lien mencengkeram tali tasnya erat-erat. Seluruh tubuhnya berkeringat, tapi ia menggigil. Kakinya seperti membatu, ingin berdiri tapi tak kuat. Otaknya menjerit tapi mulutnya terkunci. Di dadanya, rasa takut bercampur dengan sesuatu yang lebih asing. Suatu sensasi panas, perih, dan membingungkan. Gairah yang bukan ia minta tapi seperti meledak dari dalam.

"Kenapa… tubuhku jadi begini…

"Kenapa aku… malah…

Air matanya menetes tapi tangisnya tak berbunyi. Gadis chinese itu hanya ingin keluar sekarang juga dari dalam angkotnya. Dengan sisa kekuatan yang ada kemudian Lien memberanikan diri untuk bersuara:

"Pak… saya… saya turun di sini aja. Kata Lien dengan suara kecil dan nyaris tak terdengar. Mendengar hal itu sopir menengok sebentar dengan ekspresi wajah yang datar.

"Turun ? Yaudah… tuh depan gang.
Angkot melambat. Tapi suara-suara tak ikut mereda.

"Sayang banget neng. Padahal kita semua baru aja mau ngajarin kamu buat jadi gadis dewasa loh. Kata pria berkaos hitam.
 
"Neng jangan buru-buru pulang. Kalo pengen mending bilang aja. Ujar pria yang satunya sambil tertawa pendek.

Saat Lien bangkit dari tempat duduk angkot, tangannya sedikit gemetar membuka pintu samping. Tubuhnya melewati bangku sempit yang masih dipenuhi sorot mata haus. Dan saat ia menuruni anak tangga angkot, ia bisa merasakan dengan jelas salah satu penumpang mencondongkan tubuh kearahnya, sengaja mengintip dari belakang roknya. Napas pria itu terdengar dekat dan menjijikan.

"Duh… liat tuh !! Putih banget pahanya. Yang model beginian mah nggak mungkin selamat kalo jaman rusuh dulu. Kata pria bertopi merah.

Lien segera turun dengan cepat. Kakinya bahkan hampir tersandung aspal. Ia berlari kecil, tidak menoleh dan tidak peduli lagi dengan omongan mereka. Dari balik punggungnya, masih terdengar siulan dan suara tawa kasar yang terpantul dari bodi besi angkot yang melaju pergi. Tapi di dadanya, bara itu belum padam. Ia sendiri takut dengan apa yang ia rasakan.

"Aku benci mereka… tapi aku benci juga diriku…

Lilian

Lien berjalan pulang ke rumahnya dengan langkah pelan. Matahari sudah condong, langit mulai memerah. Suara angkot yang melaju di jalan Pecinan masih terasa menggema di telinganya, bercampur bayangan wajah-wajah buas para pria yang mengepungnya di angkot tadi.

Setibanya di rumah, Lien menutup pintu kamarnya pelan. Seolah takut suara kuncinya terdengar orang lain. Ia berdiri mematung sejenak di depan ranjang. Hening. Hanya suara hujan sisa semalam yang menetes pelan di talang air luar jendela.

Dengan gerakan lelah, ia menjatuhkan diri ke atas ranjang. Punggungnya menempel pada sprei dingin. Napasnya masih tak teratur, seolah dadanya menolak tenang. Ia menatap langit-langit, matanya buram oleh sisa air mata yang belum kering.

Namun semakin ia berusaha mengusir ingatan, semakin jelas suara-suara itu datang: tawa keras para lelaki, kata-kata kotor yang menusuk telinganya, ancaman-ancaman vulgar yang merobek harga dirinya.

Bayangan pria berambut cepak mencondongkan badan ke arahnya… bau rokok, deru nafas pria yang memburu dan tatapan yang menelanjangi. Lien memejamkan mata, tetapi dunia malah makin gelap, makin penuh kilasan-kilasan tangan-tangan asing yang menggapai tubuhnya. Ia merasakan seluruh darahnya berdesir dengan cepat.

Tubuhnya yang berbaring diatas ranjang besi tua mulai gelisah. Tanpa sadar jemarinya yang lentik bergerak ke leher, menelusuri permukaan kulit remajanya yang halus dan lembut. Sentuhan ringan itu membuat tubuhnya bergidik, seolah kulitnya lebih peka dari biasanya dan dadanya juga ikut naik turun lebih cepat.

Perlahan lahan tangan kanannya bergerak ke kancing seragam. Ia membuka satu… dua… hingga terasa udara sore menembus ke kulitnya. Terasa begitu dingin tetapi anehnya malah semakin menyalakan gairah liar di dalam dirinya. Di benaknya tiba tiba muncul lagi suara pria-pria kurang ajar itu:

“Ehh.. moy… jangan pura-pura polos. Dulu waktu jaman kerusuhan. Cewek kayak kamu mah udah ditelanjangin tengah jalan..

“Lo pasti suka kan. Badan lo yang putih itu dijamah rame-rame sama pribumi…

Lien menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya kini turun menyentuh pinggang, meremas ujung rok seragamnya yang masih menutupi paha. Napasnya semakin berat. Roknya ia singkap sedikit, hanya beberapa senti, seolah takut pada dirinya sendiri.

Bayangan tangan-tangan kasar itu seakan benar-benar menyentuh pahanya—kulit mereka hitam kasar, meremas paha mulusnya, menelusuri selangkangan
yang membuat tubuhnya berkedut.

"Cina cina seksi tuh emang enak buat dijadiin mainan rame rame..

Lien membenci kata-kata itu. Membenci bagaimana dirinya dijadikan objek nafsu. Tapi tubuhnya tak mau diam. Di balik rasa takut dan muak, ada sesuatu yang membara. Sensasi hangat menyebar dari perutnya, turun ke pangkal pahanya hingga membuat kakinya gemetar halus.

Air mata mulai menetes lagi di sudut matanya. Ia tak mengerti kenapa rasa jijik dan malu justru menyalakan gairah liar dalam tubuhnya. Seolah setiap penghinaan para pria itu malah memantik hasrat yang tak pernah ia inginkan. Ia menutupi wajahnya dengan lengan. Tubuhnya bergetar pelan seperti menahan tangis sekaligus menahan sesuatu yang lain.

"Kenapa… aku malah begini…

Di balik kelopak matanya, ia melihat bayangan para pria pribumi mencumbu kulitnya yang putih. Mulut-mulut pria bertubuh gelap mengecup lehernya, tangan-tangan liar mengoyak kancing bajunya dengan kasar hingga membuat tubuhnya menegang. Lien membayangkan mereka mendesah parau di telinganya lalu memaksa tubuhnya untuk menyerah.

Namun pada saat yang sama, rasa jijik juga menohok ulu hatinya. Ia ingin berteriak agar semuanya pergi. Tapi yang terjadi nafasnya malah terputus-putus, dadanya bergelombang dan kulitnya meremang. Lien meremas sprei ranjang sekuat tenaga. Rasa panas mengalir deras di nadinya. Pikirannya berkecamuk antara ingin melawan dan ingin tenggelam.

"Aku benci mereka… benci… taapi… kenapa aku… malah…

Lien memeluk dirinya sendiri seperti ingin melindungi tubuhnya dari ingatan-ingatan itu. Tapi tubuhnya tetap bergetar sementara air matanya jatuh makin deras. Dan di dasar pikirannya terngiang lagi bisikan yang semalam membuatnya hancur:

"Aku Amoy. Aku barang jarahan..

Setelah mandi Lien keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, meneteskan air ke pundaknya. Wajahnya tampak lebih segar dari sebelumnya. Kulitnya remajanya semakin putih berkilau, lembap oleh embun air sementara aroma sabun yang lembut tercium dari tubuhnya.

Lien berdiri di depan cermin tinggi yang menempel di pintu lemari. Pandangannya terhenti pada bayangan dirinya sendiri. Mata sipitnya memantulkan sinar lampu kamar. Bibirnya yang ranum tampak sedikit kemerahan meski terlihat masih menggigil pelan karena hawa dingin.

Perlahan ia merapikan rambut panjangnya ke belakang telinga. Jemarinya menelusuri garis wajahnya sendiri, mengamati setiap lekuk seperti sedang memeriksa seseorang yang asing.

"Kata Mama.. wajahku mirip Lilian… apakah nasibku juga akan sama seperti dia..

Kalimat itu berputar di benaknya. Lilian. Nama yang terus menghantui rumah ini sejak malam tragedi itu terungkap. Lien menunduk, menatap dadanya yang terbungkus handuk. Ada rasa aneh campuran malu dan sedih saat Lien menyadari betapa miripnya ia dengan kakaknya yang sudah tiada. Bentuk wajah, mata sipit, hidung kecil, bahkan cara rambutnya jatuh di bahu. Semuanya seolah salinan yang hidup.

Lien memandang lagi ke cermin. Bayangan dirinya perlahan terasa bukan lagi miliknya. Seakan-akan Lilian yang berdiri di sana, menatapnya balik dengan mata yang penuh luka. Pelan-pelan Lien memalingkan pandangan ke ranjang yang ada di belakangnya. Seprai putih tampak rapi, bantal-bantal tersusun. Namun di matanya, ranjang itu berubah menjadi medan ingatan.

"Aku tidur di kamar yang sama… di ranjang yang sama… dengan Lilian..

Dada Lien berdegup keras. Ia teringat setiap kata yang pernah ia baca di buku harian Lilian. Kalimat-kalimat yang gemetar, penuh tinta yang luntur oleh air mata. Bayangan itu datang tanpa ampun. Lilian terbaring di atas ranjang — orang orang tak dikenal secara bergantian menindih tubuhnya, tangan-tangan kasar membekap mulutnya. Ada suara tangis, erangan tertahan, bunyi ranjang berderit. Wajah Lilian basah oleh air mata. Tubuhnya yang putih tampak bergetar hebat, kulitnya memar, rambut panjangnya berserakan di atas sprei.

Lien mengerjap cepat, seolah hendak mengusir gambaran itu. Tapi semakin ia mencoba melawan, semakin jelas setiap detail muncul di benaknya. Tangannya terangkat, menyentuh permukaan ranjang. Rasa dingin sprei membuat tubuhnya merinding.

"Di sini… di tempat ini…

Lien seolah bisa mendengar suara erangan Lilian — napasnya tercekat, bisikan lirih yang memohon pertolongan. Lien menarik napas panjang, dadanya langsung terasa sesak. Perlahan matanya berkaca-kaca. Ia membayangkan bagaimana kulit halus Lilian disentuh dengan kasar. Bagaimana tubuhnya dipaksa tunduk. Bagaimana deru napas laki-laki asing memenuhi kamar ini.

Lien memeluk dirinya sendiri. Tubuhnya sedikit gemetar. Ada rasa takut. Ada rasa marah. Dan di balik itu semua, lagi-lagi muncul rasa hangat yang memalukan — sesuatu yang membuatnya benci pada dirinya sendiri.

"Kenapa… aku malah membayangkan semua ini…

Air mata mengalir di pipinya. Lien berdiri terpaku di depan cermin, menatap wajahnya yang basah, wajah yang mirip dengan Lilian. Dan untuk sekejap, ia merasa seolah bukan hanya berdiri di kamar itu — tapi juga terjebak di dalam kenangan paling kelam yang pernah terjadi di rumah mereka.

Keesokan paginya kebetulan sekolah sedang libur. Matahari sudah tinggi saat Lien keluar rumah untuk mencari sesuatu dipasar. Udara pagi pecinan membawa bau campuran dupa dari toko-toko, asap knalpot, dan wangi kue yang dijajakan di pinggir jalan. Namun bagi Lien semuanya terasa hambar.

Lien berjalan tanpa tujuan, menyusuri deretan ruko para pedagang. Sampai akhirnya, langkahnya terhenti di sebuah lapak kecil di tikungan. Kain terpal biru meneduhkan tumpukan DVD bajakan yang digelar diatas meja kayu. Di sana berdiri pria berkaos hitam lusuh, senyumnya lebar tapi matanya licik.

"Ehh.. neng… balik lagi ya ?!! Mau cari DVD kerusuhan yang kemarin itu ?!!

Lien terdiam. Hatinya berdegup kencang. Si pedagang cepat-cepat mengambil beberapa keping DVD dan menepuknya diatas meja. Kali ini suaranya penuh dengan rayuan.

“Ini nih yang paling laku! Asli rekaman jaman rusuh. Ada Amoy cantik-cantik, putih, oriental banget. Mukanya keliatan jelas. Kayak kamu neng.
 
Lien menelan ludah. Pandangannya tertancap pada sampul DVD. Foto-foto buram terpampang di plastik bening: gadis-gadis muda, wajahnya oriental, sebagian menangis, sebagian terpejam seolah menahan sakit. Ada satu foto lebih dekat — seorang gadis dengan rambut panjang tergerai, mata bengkak, mulutnya setengah terbuka, kulitnya basah oleh keringat. Wajahnya tampak jelas tapi sorot matanya kosong.

"Itu amoy yang didalam gudang neng. Ketangkep pas keadaan lagi rusuh waktu tahun 98 dulu. Mereka disekap sama gerombolan orang tak dikenal. Diputer rame-rame. Tiap hari digarap banyak orang. Yang beli DVD ini banyak loh… Bukan cuma laki-laki aja cewek juga banyak yang nonton. Tadi aja udah ada dua amoy amoy seperti neng yang beli.

Tiba-tiba dua pria yang sedang mengobrol tak jauh dari lapak ikut mendekat. Salah satunya mengenakan topi hitam, satunya lagi bertubuh gempal dengan kumis tebal.
Pria Bertopi menepuk pundak pedagang.

“Beneran tuh bang ?!! Amoy kayak gitu banyak yang nonton ? Mukanya keliatan jelas gak ?!!

Pedagang mengangguk bersemangat.

"Meski direkam pakai kamera jadul tapi muka amoynya keliatan jelas banget kok pak. Tangannya lagi pada diikat kebelakang sambil nangis nangis. Rambutnya panjang, putih, sipit. Pokoknya mirip banget kayak neng ini. Sumpah kayak liat aslinya.

Pria berkumis menatap Lien dari ujung kepala sampai kaki. Senyumnya sinis namun dipenuhi gairah ketertarikan yang mendalam.

“Kirain cuma lelaki doang yang doyan nonton beginian. Ehh.. gak taunya cewek kayak lo juga neng ?!! Apa lo pengen tau rasanya kayak di video ?!!

Lien tertegun. Matanya membelalak. Ia hendak melangkah mundur, tapi pria bertopi malah mendekat lebih dekat. Bau rokok langsung menusuk hidungnya.

"Ehh.. Neng… kalau kamu beneran masuk 
video kayak gitu, gua pasti bakalan beli deh DVD-nya. Pasti laris manis. Mukamu oriental banget, putih, sipit. Sama kayak amoy amoy yang disekap didalam gudang tua itu.

Si kumis ikut menimpali sambil tertawa pendek.

“Bener bang.. mukanya si neng keliatan masih polos banget. Kalau pasang ekspresi wajah memelas pasti banyak lelaki yang klepek klepek dan bikin tambah laku. Bener bener cocok buat jadi amoy di film rusuh.

Pedagang pun ikut tertawa. Suaranya pelan, seolah membisikkan rahasia.

“Banyak yang suka nonton. Soalnya nyata. Liat Amoy diseret massa, dibawa ke gudang. Badannya yang putih kayak susu sapi diiket, dipaksa nurut. Ada yang pingsan ketakutan, ada yang jerit-jerit. Satu demi satu dibantai diatas kasur butut. Pokoknya brutal banget tuh film.

Lien menelan ludah, merasa mual. Tapi di dalam dadanya, ada sesuatu yang berdenyut pelan. Gambar-gambar samar berkelebat di kepalanya: ruangan gelap, lampu remang, suara napas berat para lelaki. Wajah-wajah Amoy yang menangis, terisak, terjebak dalam deretan pria yang menatap mereka seperti hewan buruan.

Dan entah kenapa, tubuh Lien malah bereaksi. Kulitnya meremang. Jantungnya berdebar kencang. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan mata mereka. Namun si pria bertopi justru merendahkan suaranya, mendekat ke telinga Lien.

"Gimana neng ? Jadi mau beli gak ? Atau… kamu mau coba rasain sendiri kayak di video ?!! Kalau seandainya mau nanti bapak bisa bantu atur kok.

Lien mundur selangkah. Tangannya mencengkeram tali tas. Nafasnya cepat. Namun matanya tetap melirik ke tumpukan DVD di meja. Seolah tak bisa berhenti menatap gambar-gambar perempuan tionghoa di sana.

“Kenapa aku… malah begini…” pikirnya, malu dan takut sekaligus.

Pedagang tersenyum lebar. Tangannya mengelus plastik pembungkus DVD.

“Buat kamu murah aja neng. Kamu harus nonton biar ngerti sejarah. Biar nanti bisa waspada kalau tiba tiba terjadi kerusuhan seperti dulu lagi. Pokoknya kalau beli gak bakalan nyesel deh. Banyak banget adegan di dalam gudang. Mukanya juga jelas semua. Amoynya pada nangis sambil jerit minta tolong. Dijamin kamu pasti suka.

Lien merapatkan bibir, menahan getar suaranya. Dadanya terasa sesak. Air mata menetes diam-diam, namun ia tak sanggup berpaling dari lapak DVD itu.

Dan di dalam kepalanya, terngiang lagi suara lelaki-lelaki di angkot kemarin — suara yang kini bercampur dengan suara para pria di lapak ini. Semuanya menjeritkan hal yang sama:

“Amoy. Barang Jarahan !!

Tiba-tiba dari samping Lien muncul seorang gadis muda tionghoa. Usianya mungkin awal dua puluhan, sedikit lebih tua dari Lien. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, kulitnya putih mulus, pipinya bersemu merah, dan tubuhnya tampak padat berisi, lekuknya jelas di balik kaus ketat warna krem. Aroma parfum mahal samar tercium setiap kali ia bergerak.

Tanpa rasa sungkan gadis itu meraih beberapa DVD yang ada diatas meja. Jemarinya yang lentik membolak-balik sampulnya dengan cepat, matanya berbinar antusias menatap layar kecil yang menayangkan potongan adegan. Gambar-gambar perempuan Tionghoa yang diseret sambil digerayangi. baju mereka ditarik paksa, teriakan minta tolong menggema dari speaker kecil.

"Bang, ada yang baru nggak filmnya ? Tanya gadis itu ceria yang nadanya seperti gadis sekolahan yang sedang berburu drama romantis. 

"Yang kemarin tuh ending-nya gantung banget. Aku kira si amoy-nya bakal dibawa kabur… Katanya lagi.

Lien tercekat dan tubuhnya terasa kaku. Dadanya naik-turun dengan cepat. Ia tak sanggup berpaling menatap gadis muda tsb. Bagaimana mungkin gadis secantik itu… gadis yang sama sepertinya… bisa menonton film kerusuhan dengan ekspresi begitu ringan ?

"Wah… cocok banget neng dateng hari ini. Ada yang baru nih. Gak pernah keluar di lapak lain. Mukanya keliatan jelas banget lagi, ada yang diseret ke gudang. Ada yang masih pake seragam sekolah. Lihat nih !! Kata pedagang yang langsung tersenyum lebar.

Tak lama kemudian pedagang menyodorkan DVD dengan sampul mencolok: gambar seorang gadis oriental berseragam putih abu yang rambutnya dijambak lelaki bertubuh kekar. Matanya membelalak ketakutan sementara baju seragam sekolahnya terkoyak di bagian dada.

"Ikkh… serem banget. Tapi… penasaran juga sih. Dulu keluarga aku ngalamin soalnya, lapak toko dibakar. Papa mama sampai ngumpet di loteng. Jadi pengen tau gimana kejadian aslinya. Kata gadis muda itu sambil terkikih kecil.

Lien terhenyak dan matanya membelalak menatap gadis itu seolah tak percaya pada apa yang didengarnya.

"K-kamu… suka nonton kayak gini…? tanyanya nyaris berbisik. Gadis itu menoleh ke Lien dan menatapnya dengan mata besar berkilat. Senyum manis tersungging di bibir merah mudanya.

"Sebenarnya bukan suka sih. Cuma… pengen tau aja. Biar siap kalau someday ada kejadian lagi kayak gitu. Lagian… serem tapi kayak bikin deg-degan. Apalagi kita orang tionghoa. Kita bakalan dijadiin target nomor satu kalau lagi rusuh. 

Gadis itu mendekat ke Lien lalu berbisik
“Eh… kamu belum pernah nonton ya ? Seru lho !! Asal kuat aja liatnya. 

Lien hanya menggeleng pelan dan lidahnya kelu. Ia ingin berkata tidak dan ingin lari. Tapi rasa penasaran yang menggerogoti dadanya justru bertambah besar. Tubuhnya tiba tiba meremang antara perasaan jijik dan tertarik.

"Tuh neng. Temen kamu aja berani nonton. Kalau kamu mau nanti bapak kasih harga spesial. Biar nanti kalian bisa nonton bareng. Kata Pedagang.

"Bang.. Aku ambil yang ini sama yang satu lagi ya. Yang ada kerusuhan di pasar. Biar lengkap koleksinya. Kata gadis muda itu sambil mendesah pelan.

Pedagang cepat-cepat memasukkan DVD ke kantong plastik hitam lalu uang pun berpindah tangan. Lien hanya berdiri terpaku menatap si gadis yang tersenyum puas sambil menggenggam plastik berisi DVD. Sisa parfum gadis itu tercium samar saat ia beranjak pergi seolah menampar Lien dengan kenyataan.

Gadis itu sepertinya tak merasa malu… tak merasa berdosa. Kenapa aku malah merasa kotor ? Kenapa… aku juga penasaran?

Hatinya berdegup keras terjerat rasa takut dan rasa ingin tahu yang sama gelapnya.
Setelah pembeli itu pergi tiba tiba pedagang DVD merendahkan suaranya sambil mendekat ke arah Lien. Bau napasnya asam, namun kata-katanya terdengar seperti bisikan setan.

"Eh.. Neng… kamu mau tau gak di dalam DVD ini isinya apa aja ? Goda pedagang itu agar Lien penasaran.

Lien tak menjawab sementara matanya masih terpaku pada sampul DVD. Pedagang itu mulai membuka plastik pembungkus salah satu keping seolah ingin memamerkan isinya.

"Bapak kasih tau dikit ya. Di awal filmnya ada rusuh di jalanan. Orang-orang pada teriak beringas sambil bawa bambu runcing, batu dan bensin. Gedung-gedung kebakar. Tapi yang paling bikin orang beli DVD ini… itu ada bagian di gudangnya.

Lien menelan ludah. Suara pedagang makin pelan seolah hanya ingin Lien yang mendengarnya.

"Disitu banyak amoy yang digulung massa. Diseret paksa dan dijambak rambutnya kemudian digiring ke gudang tua dekat pelabuhan. Mereka semua diikat tangannya. Ada yang teriak-teriak. Ada yang diem aja kayak udah pasrah gitu. Mukanya oriental semua, putih, sipit. Pokoknya kayak kamu gitu.

Pedagang melirik Lien dari atas ke bawah, lalu melanjutkan dengan nada lebih antusias : Ada satu amoy di video, rambutnya panjang banget, sepinggang. Nangis terus. Katanya dia dicari orang karena anak pengusaha. Mukanya jelas kelihatan. Dilecehin, ditampar, dijambak. Tapi ada juga yang cuma pasrah diem. Badannya gemeteran, mata kosong. Kayak udah gak punya jiwa.

"Gua lebih suka bagian pas ormas-ormas itu masuk ke gudang. Bawa bendera. Teriak-teriak. Gua sampe ngeri, sumpah. Tapi seru banget. Kayak asli kejadian !! Kata calon pembeli lainnya yang berdiri dekat situ.

Pedagang menambahkan sambil mendekat ke Lien.

“Ada juga neng yang amoynya masih pake seragam sekolah. Kayak seumuran kamu gini. Bapak sampe mikir… kalo kamu sampe masuk video itu pasti bapak bakal borong semua dvdnya. Kata pedagangnya yang disambut tawa kotor pengunjung lain.

Pedagang mengibas-ngibaskan DVD di depan wajah Lien seperti orang menawarkan emas batangan.

"Pokoknya nggak cuma yang didalam gudang aja neng. Ada juga adegan rumah dibakar. Orang-orang pada lari keluar. Cewek-cewek amoy banyak yang ketangkep. Ada yang pingsan, ada yang lari sambil nangis. Kamera ngikutin mereka ke gang-gang. Ada yang dipukul,  yang diseret keatas truk juga ada.

Lien merasa kepalanya berputar. Bayangan-bayangan kelam muncul jelas di matanya: suara gedebuk bambu runcing menghantam pintu, jerit perempuan, tangan-tangan kasar yang menyeret rambut panjang seorang gadis. Semua wajah-wajah itu berbaur menjadi satu dan di antaranya, ia seolah melihat wajah Lilian.

Tubuh Lien bergetar. Namun ada sesuatu yang lain membara di dadanya. Dadanya naik-turun cepat, seolah napas tak cukup memenuhi paru-parunya. Pedagang mencondongkan badan, suaranya makin pelan, hampir seperti racun.

“Yang beli DVD ini banyak banget neng. Ada yang buat koleksi. Ada yang buat… ya, kamu ngerti lah. Biar tau gimana rasanya. Soalnya berasa nyata banget. Kamu sendiri pasti penasaran kan ? Kayak apa rasanya kalo kamu yang ada didalam gudang itu ?

Lien menutup mata sesaat. Ia benci dirinya sendiri karena detak jantungnya justru makin kencang. Dalam pikirannya muncul adegan para gadis oriental menangis, memohon, terperangkap. Dan entah kenapa, rasa takut yang mencekam itu justru membuat kulitnya terasa panas seolah dialiri listrik. Pedagang kembali menyela dan kali ini nadanya terasa melecehkan.

"Udah kagak usah malu malu lagi. Abang yakin pasti kamu pengen liat juga kan kayak amoy yang tadi beli disini. Itung itung biar kamu tau kayak apa rasanya cina digulung massa.

Lien tak tahan lagi kemudian tangannya terjulur gemetar ke arah pedagang. Suaranya nyaris hanya berupa bisikan.

"Berapa… semuanya…? Pedagang langsung sumringah lalu menghitung cepat beberapa keping DVD dan membungkusnya ke dalam kantong plastik hitam.

"Buat kamu bapak kasih diskon spesial deh. Soalnya kamu mirip banget sama amoy yang ada didalam video ini. Nih bawa pulang.. Nonton aja pelan-pelan di rumah.

Dalam waktu singkat uang sudah berpindah tangan. Lien menggenggam erat kantong plastik berisi DVD seolah itu benda paling panas di dunia. Matanya basah dan pipinya memerah entah oleh rasa malu, takut, atau sesuatu yang lain.

"Sering sering mampir kesini ya neng. Nanti kalau ada yang baru bapak kasih tau deh.

Lien pun berjalan cepat meninggalkan tempat itu dan di dalam kepalanya tiba tiba muncul satu kalimat.

"Aku benci mereka… tapi aku benci juga diriku… Kenapa aku beli ini…?

Malam itu setelah toko tutup Lien duduk di lantai kamarnya. Cahaya layar TV berkedip-kedip melemparkan bayangan aneh ke dinding. Dengan tangan gemetar gadis itu memasukkan kepingan DVD ke pemutarnya. Bunyi dengung mesin membuat hatinya semakin berdebar.

Layar perlahan menayangkan gambar. Awalnya hanya kerumunan massa, suara gaduh, teriakan marah. Kemudian suasana berubah lebih gelap. Kamera bergerak memasuki sebuah ruangan luas, temaram, berbau lembab. Gudang kosong dengan dinding kusam.

Tiba-tiba sosok-sosok perempuan muncul. Mereka oriental, rambut panjang, sebagian berwajah sangat muda. Mata mereka bengkak, pipi basah oleh air mata. Sebagian tampak terikat dan sebagian lagi terduduk lemas di sudut ruangan.

Lien menahan napas. Sekilas kamera menangkap meja kayu panjang di tengah gudang. Ada sosok perempuan muda, wajahnya oriental, terbaring di atas meja. Tangannya terikat erat ke samping. Kedua kakinya dibiarkan menjuntai. Ekspresinya penuh ketakutan. Sorot matanya berkaca-kaca dan sesekali menjerit tertahan.

Tak jauh darinya ada beberapa pria urakan berdiri mengelilingi meja. Wajah-wajah mereka keras, sorot matanya buas. Terdengar suara-suara kasar, umpatan, dan sorak sorai.

Lien memeluk lututnya. Kamera lalu bergerak ke sisi lain gudang. Terlihat seorang gadis berseragam sekolah. Roknya kusut, rambutnya awut-awutan. Ia terjatuh ke lantai, berusaha merangkak menjauh. Namun beberapa tangan menariknya kembali. Suaranya parau memohon-mohon. Wajahnya menunduk, bahunya berguncang hebat.

Dalam rekaman itu, Lien bisa melihat kilatan rantai logam yang dikaitkan ke leher seorang perempuan lain. Tubuh perempuan itu bergerak perlahan ke sekeliling gudang, seolah diseret oleh rantai. Tatapannya kosong, mulutnya setengah terbuka.

Semua bergerak cepat. Suara tawa dan ejekan para pria saling bertabrakan. Ada suara tangisan, teriakan kecil, kemudian hening sejenak, lalu sorak sorai kembali pecah. Lien menutup mulut, menahan isak namun matanya tetap menatap layar.

"Kenapa aku nggak bisa berhenti menonton…? Kenapa penderitaan mereka malah membuat gairahku tak karuan ?!!

Saat itu Lien merasakan dadanya penuh sesak. Perutnya mual tapi ada bara panas aneh yang berkobar di dasar tubuhnya.

"Aku benci ini… tapi… kenapa… kenapa aku malah begini…

Lien mendadak mematikan TV membuat layarnya menjadi gelap. Suara berdesing masih berdengung di telinganya. Ia jatuh terduduk di lantai dan terisak pelan. Hari sudah lewat tengah malam dan hujan turun perlahan diluar membuat suasana semakin sunyi. Udara didalam kamar Lien terasa makin lembap dan bau aroma kopi dari dapur masih tersisa samar-samar.

Lien

Lien mencoba duduk di depan laptop. Cahaya layar biru langsung memantul di pipinya. Forum dewasa tempat ia biasa membaca kisah-kisah ekstrem kembali terbuka. Matanya lincah menyusuri judul-judul diskusi membuat dadanya naik-turun dengan cepat."Aku… kenapa aku malah makin ingin mencoba…?!!

Beberapa anggota forum yang aktif mulai mengenali akunnya. Mereka terus mengirimi pesan pribadi secara vulgar membuat perasaan Lien semakin tak karuan.

[Anggota Forum]: Lo serius pengen ngerasain dibantai kayak amoy yang ada didalam video ?!! Banyak kok member disini yang mau bantu wujudin keinginan lo itu !! Asal elonya berani aja..

[Anggota Forum 2]: Bukan cuma fantasi doang kan ? Kalau elu mau itu dibikin real tinggal bilang aja sama kita kita.

Lien menggigit bibir dan tangannya terasa gemetar. Gadis belia itu teringat malam-malam sebelumnya, saat ia hanya membaca kisah-kisah gelap tanpa benar-benar berani melangkah lebih jauh. Tapi kini ada rasa penasaran yang semakin sulit ditepis.

"Apa salah… kalau aku ingin merasakannya sendiri ?!! Tapi… kenapa harus hal sekejam itu…?!!

Lien membaca ulang beberapa pesan, merasa takut sekaligus tertarik. Ada sisi dalam dirinya yang mendambakan rasa ditaklukkan. Namun di saat sama, ia juga muak pada kelakuan kotor dirinya sendiri.
Lien memejamkan mata karena konflik dalam batinnya. Tanpa pikir panjang gadis chindo itu mengetik balasan singkat ke salah satu anggota forum.

[GadisPecinan_98]: Kalau aku mau mencoba… seaman apa kalian bisa jamin ?!!

Pesan langsung dibalas dalam waktu singkat.

[Anggota Forum]: Ngapain nanya-nanya soal aman segala ?!! Kalo merasa nggak sanggup mending lu diem aja.

Lien bisa merasa muak membaca ulang chatnya sendiri lalu ingin menghapusnya.
Ia hampir menekan tombol ‘hapus pesan’. Tapi jarinya tak bergerak. Lien membaca kalimat itu lama sekali. Perlahan ia merasa napasnya sedikit lebih ringan.

[GadisPecinan_98]: Kalau semuanya disepakati… apa itu salah ?!!

Lien menatap layar. Di lubuk hatinya, ketakutan masih mencengkeram erat. Namun di sana juga berkobar rasa ingin tahu yang semakin sulit dipadamkan.Ia menarik napas panjang, seolah berusaha menenggelamkan semua keraguan. Jemarinya masih bergetar tapi akhirnya ia mulai mengetik.

[GadisPecinan_98]: Kalau aku mau, aku mau ekstrim. Tapi aku nggak mau dipaksa lebih dari batas. Kita buat kesepakatan. Aku mau safe word. Aku mau tau siapa aja yang ikut. Dan… aku mau tempatnya aman. Bukan di jalanan atau tempat aneh.

Ia kirim pesan itu, lalu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. Jantungnya berdebar begitu keras seakan mau meledak.
Dan pesan balasan pun muncul cepat sekali.

Anggota Forum:
"Sip. Kita bisa atur. Lo sebut aja apa yang boleh dan nggak. Kita maunya lo jujur sama diri lo sendiri. Lo mau se-ekstrim apa ?!!

Lien membaca kalimat itu sambil menggigit bibir. Tenggorokannya terasa kering. Ada sesuatu yang panas mengalir di nadinya, campuran takut dan gairah yang membuatnya hampir mual.
Ia mengetik lagi, semakin berani, seolah ada dirinya yang lain yang mengambil alih.

[GadisPecinan_98]: Aku mau diikat. Aku mau dibentak. Tapi nggak mau dilukai pakai benda tajam. Aku nggak mau video disebarin. Aku mau bisa berhenti kapan aja kalau aku bilang stop.
Butuh waktu sebelum balasan datang. Dan ketika muncul, Lien menatap layar dengan mata melebar.

"Oke. Kita semua dewasa dan paham resiko. Sekarang tinggal lo tentuin aja waktu sama tempatnya. Dan ingat: kalau lo udah bilang stop, kita stop. Tapi kalau lo lanjut, lo harus siap. Karena kita nggak akan setengah-setengah. Balas anggota forum.

Lien menelan ludah. Ada rasa takut yang semakin menghantui dihatinya tapi di sudut pikirannya, suara kecil lain berbisik: “Ini yang kamu mau kan ? Akhirnya bukan sekedar fantasi liar semata. Gadis itu mengetik dengan sangat perlahan seakan setiap huruf yang ditulisnya adalah dosa.

[GadisPecinan_98]: Sabtu malam. Aku bakal kasih tau lokasinya nanti. Tapi janji nggak boleh ada yang main kasar di luar kesepakatan. Komentar Lien.
Dan pesan terakhir dari forum hanya satu kata. 

"Deal !! Balas anggota forum.

Lien menatap layar. Ia hampir saja menutup laptop ketika notifikasi chat baru muncul.

"Lien… gimana kalau kita maen di rumah lo aja ? Lo pernah bilang rumah lo pernah dijarah waktu kerusuhan kan? Kenapa nggak kita bawa skenarionya ke situ? Kita roleplay seolah-olah lagi kerusuhan kayak ’98. Rumah lo dijarah lagi. Lo pasti berasa gak berdaya banget. Bujuk anggota forum.

Seketika darah Lien serasa berhenti mengalir. Tangannya membeku di atas keyboard. Pikirannya meluncur jauh ke masa lalu kepada malam-malam yang dipenuhi teriakan kebencian, suara massa mengamuk di jalan, bau asap menyengat, kaca kaca di lempari batu dan dipecahkan, orang-orang asing dengan seenaknya mendobrak masuk ke rumahnya. Ia mendengar suara ibunya menjerit histeris dan ayahnya berteriak menyuruh mereka bersembunyi.

Sampai hari ini, Lien masih sering terbangun di malam hari hanya karena mimpi suara teriakan: “Bakar! Bakar!”
Dan kini ketakutan masa lalunya… terasa aneh seperti magnet yang gelap.

[GadisPecinan_98]: Itu terlalu ekstrem. Itu rumah gue. Gue bisa beneran trauma. Tapi jari-jarinya tak berhenti menggulir ulang pesan anggota forum itu. Tidak berdaya !! Kata itu mengguncangnya. Ia menutup mata. Rasanya seperti berdiri di tepi jurang.

[GadisPecinan_98]: "....tapi kebetulan ortu gue pergi keluar kota selama beberapa hari. Gue bakalan sendirian dirumah. Kalau seandainya semua sesuai kesepakatan… gue mau coba. Kata Lien mengetik lagi.

Balasan datang begitu cepat seolah mereka sudah menunggu kalimat itu.

"Gila. Ini bakal paling real. Kita bisa bawa spanduk, teriak-teriak, pura-pura jadi massa. Kita dobrak pintu rumah rame rame, jungkir balikin semua barang-barang yang ada dirumah lu. Lo bisa pura-pura ketakutan. Lo bisa teriak, bisa nangis, terserah lo. Asal inget safe wordnya. Kata anggota forum dengan penuh semangat.

Lien membaca ulang pesan itu. Tangan dan lututnya sama-sama gemetar dan chat lain muncul lebih agresif lagi.

"Pasti elo belum tau rasanya kan ?!! Gimana rumah lo kena jarah pas kerusuhan. Gue pengen lo ngerasain itu !! Kita semua bakalan teriak teriak : bakar !! Jarah !! Perkosa semua amoy amoynya !! Dan saat itu lo akan merasa tidak berdaya sama sekali. Balas anggota forum lainnya.

"Dan gue juga akan semakin napsu buat ngejarah badan mulus lu waktu lu meronta ronta sambil menjerit jerit ketakutan. Apalagi pas teman teman gue kasih semangat den berteriak : ganyang cina !! Didalam kamar tidur lu sendiri. Balas anggota forum itu lagi.

"Inget Lien. Perusuh itu bukan cuma tertarik dengan harta benda yang ada di dalam rumah tapi mereka juga sudah pasti ingin menjarah tubuh putih amoy amoy seperti lu yang selama ini gak pernah bisa mereka jamah. Didalam kerusuhan amoy seperti lu itu gak lebih dari sekedar hewan buruan. Kata anggota forum lainnya.

Komentar komentar kasar itu membuat Lien semakin ngeri dan bergidik ketakutan tapi dibalik rasa takutnya ada rasa ingin tahu yang membakar begitu keras. Kemudian Lien mengetik dengan kondisi tangan yang masih gemetar.


[GadisPecinan_98]: "…oke gue paham akan itu semua. Tapi gue nggak mau ada kekerasan fisik yang bikin luka. Nggak mau rekaman video. Gue mau bisa stop kapan aja. Safe word: ‘Merah. Balas Lien.

[Anggota Forum 3]: Siap. Tapi kalau lo nggak bilang ‘Merah’… kita bakal terusin skenarionya. Kita bakal main total sampai lu bener bener gak berdaya lagi. Lo siap kan ??!!

Lien terdiam lama sekali. Jemarinya akhirnya mengetik perlahan:

[GadisPecinan_98]: Siap..

Ia terhenyak di kursinya. Jantungnya berdebar liar. Dalam pikirannya berkecamuk satu pertanyaan yang menyesakkan dada:

“Apa aku benar-benar sanggup melihat rumahku sendiri berubah jadi medan kerusuhan lagi… hanya demi fantasi gelapku ?!!

Lien tak langsung bangkit dari kursi. Ia duduk lama menatap layar yang kini kosong, hanya menyisakan pantulan wajahnya sendiri di layar laptop yang sedikit buram.
Ia merasakan dadanya sesak. Rasanya tak bisa membedakan lagi mana yang lebih kuat: ketakutannya… atau rasa penasarannya.

“Kalau gue berhenti sekarang… apa gue bakal nyesel selamanya ?!! Akhirnya ia mengetik lagi ke forum karena rasa penasarannya yang begitu kuat.

[GadisPecinan_98]: Gue akan siapin rumah. Gue kasih tau plan gue sama kalian.

Pesan balasan muncul cepat:

[Anggota Forum]: Kita tunggu detailnya. Lo bisa atur semuanya biar lo merasa ‘safe’.

Lien menutup laptop sementara. Ia berdiri, berjalan perlahan menelusuri lorong rumahnya. Langkahnya menggema. Rumah itu mendadak terasa begitu besar dan kosong.

Ia berhenti di ruang tamu. Menatap sekeliling. Tirai jendela tipis warna krem bergoyang pelan terkena hembusan kipas angin. Foto keluarga masih berjejer di dinding, sebagian sudah agak miring. Meja kayu panjang penuh hiasan keramik yang mudah pecah.

Di pojok, lemari kaca berisi piala-piala sekolahnya dulu. Lien mengusap piala itu, teringat masa kecilnya. Saat rumah ini masih jadi tempat aman, sebelum malam kerusuhan merenggut rasa damai mereka.
Matanya terasa panas. Tapi ia menggeleng, mencoba tegar. Ia meraih ponsel dan mengetik ke grup forum:

[GadisPecinan_98]: Ini plan dari gue. Kita main di rumah gue. Yang boleh masuk cuma kalian yang udah deal sama gue.

Detail Setting dari Lien:

✅ Lokasi: Rumah gue daerah Pecinan.. bangunan ruko tua dua lantai.
✅ Akses masuk: Pagar akan gue buka sedikit biar kalian bisa pura-pura dobrak.
✅ Properti: Boleh bawa spanduk, tongkat kayu buat gedor meja atau pintu (asal nggak mukul gue).
✅ Dekorasi: Gue bakal taruh barang-barang kayak kotak kardus, meja kecil buat dijungkirin.
✅ Sound: Boleh bawa speaker portable, puter suara massa demo, teriakan, suara kaca pecah. Bisa puter musik dangdut murahan agak kenceng buat menggelabui tetangga rumah.
✅ Pakaian: gue akan pake seragam sekolah. Karena gue mau ngerasain sensasi yang sama seperti saat kakak gue diperkosa rame rame sama perusuhnya ketika terjadi kerusuhan '98.
✅ Area aksi:
Ruang tamu → titik pertama. Boleh teriak-teriak di sini.
Koridor → tempat gue pura-pura lari ketakutan.
Kamar tidur → terakhir. Di sinilah gue mau diikat kalau gue belum stop. Cari tali jemuran warna merah yang ada dilemari kayu. Gue mau kalian pake tali yang sama ketika para penjarah mengikat kakak gue dulu. 

Seret paksa gue keluar dari kolong ranjang besinya. Paksa gue untuk berlutut didepan kalian. Kalau gue melawan langsung ikat aja tangan gue kebelakang. Ingat ikat yang kencang  !! karena gue mau main ekstrim gak perlu pake kasian kasian segala. Gue mau bener bener dalam kondisi gak berdaya waktu disuruh nyepongin kontol lu semua.

Sambil disepongin kalian boleh gerayangin badan gue, tarik paksa kancing baju seragam sekolah gue sampe berantakan semua. Remesin yang kasar tetek gue pakai tangan kalian yang kekar itu.. bikin gue menjerit ketakutan.. setelah itu kalian boleh perkosa gue sesuka hati kalian. Perlakukan gue seperti amoy yang kejebak kerusuhan 98 itu.

✅ Aturan:
Nggak boleh bawa benda tajam. Kalau seandainya bawa cuma buat mengancam saja.
Nggak boleh rekam video.
Nggak boleh ada tetangga yang sadar.

Safe word: “Merah.”
✅ Jumlah orang: Max 4 orang aja.
✅ Pakaian kalian: Boleh kayak preman, pakai masker, topi, biar nggak keliatan wajah.

Setelah mengirim itu Lien memeluk dirinya sendiri. Keringat dingin mengalir di pelipis.
dan dalam waktu singkat pesan balasan langsung muncul:

"Gila. Detail banget rencananya. Kayaknya ini bakal jadi real banget. Lo udah siap mental kan ?!! Kata salah satu anggota forum yang tertarik dengan rencana itu.

Lien membaca balasan komentarnya sambil menggigit bibir. Ia mengetik lambat:

[GadisPecinan_98]: ...Gue nggak tahu tapi gue beneran mau nyoba. 

Ia menatap ke ruang tamu sekali lagi, membayangkan orang-orang menerobos masuk secara paksa kedalam rumahnya, menjarah barang dan menjungkir balikan meja sambil berteriak "Bakar !! Bakar rumah cina !! Lien menutup mata dan setitik air mata jatuh dipipinya.

"Apa gue benar-benar tega bikin rumah ini berubah jadi mimpi buruk lagi… cuma buat ngebuktiin gue berani ?!!

Malam itu Lien kembali duduk di depan laptopnya. Lampu meja menyala remang. Kamar dalam keadaan sunyi, hanya bunyi detak jam dinding yang terdengar. Ia membuka grup forum lagi, membaca ulang semua rencana yang sudah disetujui. Tapi hatinya belum tenang. Masih ada sesuatu yang ingin ia sampaikan—sesuatu yang belum berani ia tulis sebelumnya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mulai mengetik dengan perlahan.

[GadisPecinan_98]: Gue mau tambahin sesuatu. Komentar Lien dalam forumnya dan balasan langsung muncul dengan cepat.

"Lo mau apalagi ?!! Balas anggota forum

Lien lama menatap layar sebelum akhirnya jari-jarinya mulai bergerak untuk menulis sesuatu.

[GadisPecinan_98]: Gue mau… adegannya diperluas. Bukan cuma ruang tamu dan lorong. Tapi kalian juga harus naik ke lantai dua, gedor kamar gue seolah-olah kalian lagi cari target. Lalu kalian dobrak pintu, masuk rame-rame. Komentar Lien

Hening. Tak ada balasan langsung. Tapi ia lanjut menulis, suaranya mulai tak stabil, namun tetap terus mengetik seolah melepaskan beban yang lama terkunci dalam benaknya.

[GadisPecinan_98]: Kalian harus cari gue… sampai ke bawah kolong ranjang. Gue bakal sembunyi di situ. Gue mau ngerasain apa yang dulu dialami Lilian. Gue mau lo seret gue keluar sambil teriak-teriak kayak orang gila. Gue mau itu semua terjadi.”

Pesan berikutnya muncul lambat:

"Lo yakin bakalan kuat ?!! Ini berat. Ini bukan lagi sekadar fantasi ringan. Komentar anggota forum.

Lien menutup mata. Air mata menetes, tapi bukan karena penyesalan. Rasanya seperti tubuhnya tak mampu lagi menyimpan ketegangan ini. Ia sudah terlalu lama hidup dalam bayang-bayang Lilian. Terlalu lama bertanya-tanya… bagaimana rasanya? Apa rasanya benar-benar tak berdaya, seperti boneka yang dijadikan tumbal oleh sejarah yang kejam?

Dan kini, untuk pertama kalinya, ia sadar: bagian dari dirinya justru ingin menjawab pertanyaan itu bukan dengan teori—tapi dengan tubuhnya sendiri.

[GadisPecinan_98]: Iya, gue yakin. Gue pengen rasain sendiri. Penderitaan Lilian, ketakutan Lilian. Tapi juga… gue tahu ini bukan cuma soal dia. Ini juga soal gue. Gue udah terlalu lama nyimpen fantasi ini.

Balasan datang lebih lama kali ini. Tapi saat muncul, isinya tegas.

[Anggota Forum]: Kalau lo beneran mau kayak gitu, kita ikutin. Tapi jangan nyalahin siapa-siapa kalau akhirnya lo nangis beneran, atau nyesel.”

[GadisPecinan_98]: Kalau gue nyesel, berarti gue manusia. Tapi kalau gue nggak pernah coba, gue bakal mati penasaran.

Kemudian ia menambahkan satu pesan terakhir, penuh keyakinan.

[GadisPecinan_98]: Pastiin semua properti dan aksi kalian total. Gue pengen semuanya semirip mungkin kayak rumah Lilian waktu malam itu. Gedoran pintu, lemparan barang, sampai suara massa dari luar jendela. Jangan setengah-setengah. Kalau kalian setengah hati, gue bakal tahu.

Anggota forum membalas satu kata:

“Terima.”

Lien menghela napas panjang. Ia melihat sekeliling kamar—lantai kayu tua, ranjang besi dengan kolong sempit, lemari besar yang menghadap jendela. Ia tahu tempat ini akan berubah malam itu. Bukan lagi tempat tidur, tapi panggung penderitaan yang ia ciptakan sendiri.

Di dalam dirinya, rasa takut dan kegilaan berjalan beriringan. Tapi untuk pertama kali juga, ia merasa memegang kendali atas trauma itu. Ia memilihnya.

Dan di lubuk hatinya, hanya ada satu bisikan:

“Lilian… aku akan menjemput rasa sakitmu. Tapi kali ini, dengan mata terbuka.”

Lien menutup laptopnya perlahan. Suara klik penutup laptop terdengar begitu keras di tengah sunyi kamarnya. Ia meremas jemarinya yang berkeringat. Di dadanya, detak jantung tak kunjung tenang.

Sementara itu, di sisi lain, layar chat forum yang Lien tinggalkan masih hidup. Para anggota forum mulai berpindah ke grup chat rahasia. Namanya: “Operasi 98.”

[Anggota Forum 3]: Bro… lo liat kan dia bener-bener mau main roleplay kayak ’98? Gila juga tuh amoy. Tapi gua rasa kita bisa bikin lebih asik.”

[Anggota Forum 2]: Gua juga mikir sama. Dia pikir dia yang ngatur skenario. Nggak lah. Sekali kita di dalem rumah dia, dia nggak bisa kabur. Gua pengen tau juga rasanya ngerusuh di rumah Cina. Asli gua dendam dari dulu.”

[Anggota Forum 1]: Bener. Cina kayak dia emang pantas ngalamin apa yang kakek-nenek kita lakuin dulu. Lo liat cara dia minta diikat? Dia pikir dia kuat. Gua pengen liat mukanya pas kita keroyok beneran.”

[Anggota Forum 3]: Iya. Jangan cuma bentak-bentak doang. Gua bilang kita perkosa rame-rame. Biar dia bener-bener ngerti rasanya kayak amoy-amoy ’98. Biar dia nggak cuma sekadar fantasi doang. Kita yang tentuin kapan dia boleh stop.”

[Anggota Forum 2]: Cina kayak gitu pantas dibikin trauma lagi. Biar kapok ngerasa diri spesial. Gua pengen lo semua pura-pura massa Pribumi. Teriak-teriak ‘Bakar Cina!’, ‘Perkosa amoynya!’ Gua pengen liat dia nangis sejadi-jadinya.”

[Anggota Forum 1]: Jangan kasih dia beneran safe word. Biarin aja dia bilang ‘Merah’ kek, ‘Hijau’ kek. Gua bodo amat. Sekali di kamar, kita sikat sampe puas.”

[Anggota Forum 3]: Gua udah benci banget ngeliat muka-muka cina kayak dia yang sok rapih, sok suci, padahal otaknya mesum. Kalo dia pengen kerusuhan, kita kasih kerusuhan beneran.”

[Anggota Forum 2]: Bener. Cina kayak dia layak ngulang sejarah kelam. Biar dia tau apa rasanya diobrak-abrik Pribumi. Biar dia tau tempatnya di negeri ini.”

[Anggota Forum 3]: Deal. Kita bikin seolah-olah semua sesuai plan dia. Begitu udah di rumah, kita yang ambil alih. Kalo dia nangis, makin asik. Gua pengen liat dia merangkak, minta ampun.”

[Anggota Forum 1]: Pokoknya nggak ada yang mundur. Kita sikat rame-rame. Biar sejarah keulang lagi. Cina harus tau rasa.”

[Anggota Forum 2]: Setuju. Gua sampe beli balaclava sama spanduk biar lebih real. Lo siapin yang lain. Besok kita bikin sejarah baru di rumah si amoy.”

Grup chat itu sunyi beberapa detik. Lalu muncul balasan terakhir:

[Anggota Forum 3]: Gua udah nggak sabar liat mukanya pas sadar ini bukan cuma roleplay.”

Inilah kesepakatan gelap yang Lien tak tahu sedikit pun. Di luar sepengetahuannya, fantasi yang ia kira masih dalam kendali kini berubah menjadi ancaman nyata — sebuah pengulangan sejarah kelam, namun kali ini menarget dirinya sendiri.


Grup Chat Rahasia: “Operasi 98”

[Anggota Forum 3]: Bro… gua pikirin lagi. Kalo cuma berempat, kurang rame. Gua mau bikin Lien ngerasa bener-bener kayak ’98. Gua udah ngajak temen-temen lain. Total kita bakal 20 orang.”

[Anggota Forum 2]: Gila lu. Dua puluh orang? Lo mau bunuh tuh amoy apa gimana?”

[Anggota Forum 3]:
Nggak mati lah. Cuma biar dia bener-bener trauma. Biar dia tau rasanya digilir kayak amoy-amoy dulu. Dia mau kerusuhan, kita kasih kerusuhan beneran. Kita bikin dia nggak bisa bedain ini real apa acting.”

[Anggota Forum 1]:
Asli. Gua setuju. Cina kayak dia sok suci tapi ternyata napsu banget. Pantes dibikin ancur. Gua mau liat dia nangis darah.”

[Anggota Forum 2]: Jangan kasih dia safe word. Gua bilang beneran. Kalo dia bilang ‘Merah’, bodo amat. Dia pikir dia siapa bisa ngatur-ngatur Pribumi? Sekali kita udah di kamar, dia milik kita.”

[Anggota Forum 3]: Gua mau kita pura-pura bawa bambu, kayu, spanduk ‘Ganyang Cina’. Kita teriak ‘Perkosa amoynya!’ sambil dobrak pintu. Biar dia kejang-kejang ketakutan. Gua pengen liat dia kabur ke kolong ranjang, trus kita seret keluar rame-rame.”

[Anggota Forum 4]: (baru bergabung): Gua ikut. Gua dendam banget sama Cina. Dulu bokap gua dipecat seenaknya sama bos cina sampe kehidupan keluarga gue berantakan. Sekarang gua pengen balas. Biar amoy kayak dia ngerasain dijadiin barang jarahan.

[Anggota Forum 1]: Gua nggak mau setengah-setengah. Kita harus sikat dia di ruang tamu, lorong, tangga, kamar. Biar setiap sudut rumah dia jadi trauma. Biar dia kalo masuk rumah sendiri langsung nangis keinget kejadian.

[Anggota Forum 2]: Bener. Kalo cuma di kamar doang, kebangetan terlalu lembek. Dia harus dijungkir balik di ruang tamu, dibanting ke meja, diteriakin. Biar dia berasa kayak amoy-amoy 98 yang dijadiin barang publik.”

[Anggota Forum 3]: Inget, kita bikin seolah-olah ini massa kerusuhan. Teriak ‘Bakar Cina!’, ‘Ganyang Cina!’, ‘Perkosa amoynya!’ Biar dia ngerasa bener-bener balik ke 98. Kalo dia nangis, makin puas gua.”

[Anggota Forum 4]: Jangan kasih dia bisa kabur. Begitu dia ke kolong ranjang, kita dobrak. Kita sikat dia di situ. Gua pengen dia ngerasain rasa takut paling dalem kayak Lilian. Biar dia trauma seumur hidup.”

[Anggota Forum 1]: Pokoknya kita bikin ini bener-bener kayak malam kerusuhan. Bawa asap rokok banyak, biar rumahnya penuh asap. Biar sesak. Kita lempar-lempar barang, biar suasana chaos.”

[Anggota Forum 2]: Dan jangan lupa, kalau udah kelar, kita cabut cepet. Jangan sampe tetangga tau. Gua nggak mau masuk penjara. Tapi sebelum itu, gua mau puas-puasin dulu. Cina kayak dia layak digilir ampe nggak sadar.”

[Anggota Forum 3]: Siap. Sabtu malem kita hajar. Gua udah list siapa aja yang datang. Semua udah setuju. Kita tinggal pura-pura sesuai skenario dia. Pas udah di dalem… kita yang atur.

Chat sejenak sunyi. Lalu muncul satu kalimat, dingin, yang seolah merangkum kebencian mereka:

[Anggota Forum 1]: Cina kayak dia emang harus ngalamin sejarah kelam. Biar tau rasanya diinjak sama pribumi.

Dan bersamaan dengan itu di layar, nama-nama anggota forum terus muncul, satu demi satu, menuliskan kata: Setuju.

Malam makin larut, namun Lien masih terjaga. Ia menyalakan lampu-lampu rumah satu per satu, menatap setiap sudut dengan sorot mata yang campur aduk: tegang, takut, sekaligus bersemangat.

Di ruang tamu, ia memindahkan vas bunga dari atas meja, menyisakan permukaan kosong. Ia mengelap meja kayu itu, seolah akan menyambut tamu terhormat padahal ia tahu yang datang adalah massa kerusuhan.

Di pojok ruangan Lien menumpuk beberapa kotak kardus kosong. Sepertinya sengaja dibuat berserakan agar bisa dijungkirbalikkan dengan mudah. Tak lama kemudian Lien berbicara pelan pada dirinya sendiri.

“Nanti di sini… mereka bakal dobrak pintu. Gedor-gedor kayak orang kesetanan. Lempar barang sampe rumah berantakan dan gue bakal pura-pura ketakutan. Lien berbisik pelan. Beberapa saat kemudian Lien berjalan kearah koridor. Menyentuh dindingnya sambil membayangkan teriakan rasis orang orang dari luar.

“Di sini gue bakalan lari ketakutan… terus naik ke tangga secepatnya… terus ke atas. Katanya setengah berbisik.

Lien menaiki anak tangga rumahnya pelan-pelan, kakinya hampir tak bersuara di lantai kayu. Sesampainya di lantai dua kemudian menatap pintu kamarnya lama sekali. Tiba-tiba, tubuhnya gemetar. Ingatan rekaman video kerusuhan datang lagi, bayangan pria-pria kasar memecah kaca jendela, teriakan “Bakar Cina!” langsung menghantui telinganya.

Lien berdiri di ambang pintu kamarnya lalu membuka pintu secara perlahan. Kamarnya masih tampak seperti kamar gadis biasa. Seprai berwarna merah muda. Boneka kelinci di sudut ranjang. Lemari besar berderit sedikit saat didorong. Tapi malam ini, semuanya terasa berbeda. Kamar ini bukan lagi ruang pribadi, melainkan panggung mimpi buruk yang ia ciptakan sendiri.

Lien berusaha merangkak ke kolong ranjang yang sempit. Debu langsung terasa menempel di siku dan lututnya.

"Dulu Lilian juga sembunyi di kolong ranjang waktu rumah tua ini dijarah. Gue mau tau rasanya. Mau ngerasain gimana rasanya waktu dia denger pintu didobrak… kaki-kaki orang yang gak dikenal masuk kedalam kamarnya… dan suara orang teriak nyuruh dia untuk keluar. Kata Lien dalam hati.

Lien merangkak keluar lagi sambil menghela napas panjang. Menatap pantulan dirinya di kaca lemari. Wajahnya terlihat pucat dengan rambut sedikit awut-awutan. Terlihat dengan jelas ada kilau air mata di sudut matanya.

"Apa gue beneran siap…? Atau gue udah gila ?!! Lien berbisik pada bayangan dicermin dan tiba-tiba ponselnya berbunyi notifikasi grup forum.

[Anggota Forum]:  Semuanya udah oke Lien ?!! Lu beneran udah siap kan ?!! Kita bakalan tunggu lokasi detail lo.

Lien menatap layar lama sekali dan tangannya masih gemetar saat membalas

"Siap. Gue bakal kirim lokasi jam 11 malam besok. Jangan telat. Gue mau semuanya sesuai rencana. Balas Lien.

[Anggota Forum]: 
Tenang aja. Gua jamin semuanya bakal sesuai dengan skenario lo !! Balas anggota forum.

Lien menghela napas lega. Seolah kata-kata mereka benar-benar menenangkan. Padahal ia tak tahu apa yang sudah direncanakan di balik punggungnya. Ia menatap sekeliling kamar sekali lagi. Hatinya masih diliputi rasa takut tapi juga rasa penasaran yang menyesakkan.

"Lilian… tunggu aku. Aku mau ngerti rasa sakitmu. Aku mau rasain semua, biar aku nggak lagi cuma jadi penonton ceritamu.

Sabtu, pukul 16.42.

Matahari sudah miring, menyinari rumah Lien dengan warna keemasan. Udara terasa pengap, seolah menahan napas bersama Lien yang mondar-mandir di dalam rumah.

Di ruang tamu, ia kembali merapikan kardus-kardus yang sengaja ia tebarkan. Ia menatap jendela lama sekali, membayangkan bayang-bayang orang banyak berkumpul di luar pagar. Tak lama kemudian Ia menggenggam ponsel dan mengetik ke forum.

“Gue makin deg-degan. Beneran nggak sabar tapi juga takut. Nanti jam 12 malam gue share lokasinya. Balas Lien dan seperti biasanya balasan cepat muncul

"Tenang aja Lien. Malam ini lo bakal dapet pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Balas anggota forum.

Kalimat itu membuat Lien menggigit bibir. Ada rasa panas menjalari tengkuknya.

Pukul 22.15.

Lien berdiri di dapur sambil menatap segelas air putih di tangannya. Saat itu tangannya terasa gemetar dan air tumpah sedikit. Ia tak sanggup meminumnya.

"Ini bakal beneran terjadi. Gue bukan cuma mau baca cerita orang lagi. Malam ini gue yang akan jadi tokoh utamanya. Kata Lien dalam hati.

Sementara itu di sisi lain kota… Di parkiran sebuah minimarket yang ada didaerah pecinan nampak belasan pria sedang berkumpul. Sebagian mengenakan masker, sebagian hanya mengenakan topi hitam. Mereka saling berbisik, menunduk, agar orang-orang tak memperhatikan.

"Semua udah siap? Inget, bukan cuma 4 orang kayak maunya dia. Kita bawa 20 orang. Gua nggak mau ada yang mundur. Kata an forum 3.

"Tenang. Gua udah kontak semua anak-anak yang mau ikutan. Nanti kita bakal split jadi dua grup. Satu grup pura-pura massa di depan rumah, grup satu lagi langsung serbu ke dalem. Kata anggota forum 2.

"Nanti kalian pasang speaker portabel dan puter lagu dangdut depan rumah buat mengecoh pendengaran warga. Biar mereka mikir kalau itu cuma suara speaker aja. Biar mereka gak curiga. Yang penting semuanya bisa cepat selesai. Kata anggota forum 4.

"Gua udah bawa kain merah. Kita bakar dikit biar berasap. Biar dia makin histeris. Kata anggota forum 1.

"Dan yang perlu kalian inget. Nggak ada safe word seperti yang dia mau !! Kalo dia bilang ‘Merah’ diemin aja. Hajar terus rame rame. Malam ini kita buat rumahnya mengulang sejarah '98. Kata anggota forum 1 dengan wajah yang dipenuhi kebencian.

"Setuju !! Daridulu gua pengen liat secara langsung amoy kayak dia nangis, merangkak, ngejerit jerit minta ampun. Biar dia tau rasanya digilir kayak amoy-amoy 98. Cina kayak dia emang pantas ngulang sejarah kelam !! Kata anggota forum 2 yang wajahnya terlihat sadis.

Semua terdiam sejenak. Angin malam meniup kencang plastik-plastik kresek di depan parkiran minimarket. Wajah-wajah mereka dipenuhi napsu tak tertahankan. Ada yang tersenyum kecil seakan ingin mendapatkan sesuatu yang berharga tapi ada juga yang mengepalkan tangan seperti tanda kebencian.

"Ayo bersiap. Kita gerak jam 23.00. Begitu dia kirim share location langsung jalan. Kata anggota forum 3.

Pukul 23.27.

Lien duduk di tangga depan rumah. Tangannya mencengkram pagar kayu. Suasana disekitar sudah sangat sepi. Cahaya lampu temaram jatuh di wajahnya. Rambut panjangnya terurai berantakan. Nafasnya tak teratur.

Ia menatap jam di ponsel, jarum digital berdetak seolah menghitung mundur menuju malam yang akan mengubah hidupnya selamanya.

"Tinggal setengah jam lagi… Lo harus kuat, Lien. Lo harus siap menjalani semuanya !! Ini pilihan lo sendiri. Ini sudah takdir lo biar jadi barang jarahan !! Gumam Lien dalam hati.

Tak lama kemudian ponselnya pun bergetar dan sebuah pesan baru masuk dengan cepat yang membuatnya terkejut setengah mati.

"Lo nggak mundur kan ? Kita semua udah di jalan. Kata salah satu anggota forum. Lien langsung membalas dan mengetik.  jemarinya masih gemetar

"Nggak. Gue bakalan tunggu kalian. Balasnya singkat.

Lien berusaha menarik napas panjang. Di bagian dada, detak jantungnya terasa seperti sedang dipalu. Tak pernah ia merasa sedekat ini dengan masa lalu… dan dengan neraka yang tak ia duga sedang disiapkan untuknya.

"Bagus sekali. Kita teruskan !! 

Pukul 23.45.

Hening merambat di rumah Lien, seolah waktu menahan napas. Hanya suara kipas angin yang berputar malas dan sesekali bunyi kendaraan di kejauhan.

Lien duduk bersila di lantai kamarnya. Ponsel tergeletak di depannya. Layarnya terang, menampilkan jendela chat forum. Bersamaan dengan itu keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia mengetik, menghapus, mengetik lagi. Jarinya seakan kehilangan tenaga.

“Sekali kirim, nggak ada jalan balik. Gue yang minta ini. Gue yang mau.. Kata Lien dalam hati. Akhirnya ia menuliskan pesan pendek:

"Ini lokasi gue. Kata Lien sambil menekan tombol kirim.

Beberapa saat kemudian tautan peta digital meluncur ke grup forum. Pin merah tepat menunjuk rumah kecil bercat hijau pucat, di sebuah jalan yang ada di kawasan pecinan tua. Dan balasan langsung muncul secepat kilat.

[Anggota Forum 3]: Oke. Kita 15 menit lagi nyampe. Siapin aja diri lo !! Malem ini sejarah kelam bakalan keulang lagi dirumah lo. Balas anggota forum 3.

[Anggota Forum 2]:  Jangan ngibrit lo !! Sekali kita dateng, lo bakalan jadi milik kita sepenuhnya.

"Gue nggak akan kabur karena gua mau merasakan semua penderitaan ini. Gue masih di rumah dan semua sesuai dengan plan yang udah disepakati. Gue tunggu kalian disini. Balas Lien mengetik cepat.

Pukul 24.02.

Di sisi lain kota, di dalam dua mobil bak terbuka yang melaju pelan di jalan sempit, nyaris 20 pria menatap layar ponsel mereka. Sebagian mengenakan masker hitam, sebagian memakai topi, hoodie, atau menutup wajah dengan kain merah.

[Anggota Forum 3]: Anjir !! Ternyata dia beneran kirim lokasi. Gue nggak nyangka dia sepolos ini. Malam ini tuh amoy bakalan tamat ditangan pribumi !!

[Anggota Forum 4]: Gua pengen denger dia teriak-teriak. Gua pengen dia nangis minta tolong waktu rumahnya kena jarah !! Cina kayak dia emang  pantas buat jadi mainan Pribumi.

"Kalian semua harus inget !! Begitu pintu rumah kebuka, langsung kita tabrak habis habisan. Biar dia ngerasa kayak malam kerusuhan dulu. Gue mau dia bener-bener gemetar ketakutan pas liat penjarah ngobrak abrik isi rumahnya. Kata anggota forum 2.

[Anggota Forum 1]: Pokoknya nggak ada ampun. Biar dia tau rasanya sejarah kelam.”

[Anggota Forum 3]: Beres. Malam ini Lilian kedua akan segera lahir.

Pukul 24.06.

Lien menutup ponsel, memeluk dirinya sendiri yang masih mengenakan seragam sekolah. Tubuhnya gemetar begitu keras hingga gigi-giginya beradu. Ia berjalan ke jendela, mengintip kedepan jalan. Semuanya sudah sunyi dan tak ada satupun orang yang lewat disana. Sebagian ruko tua disekitar tempat tinggal Lien memang tak berpenghuni dan hanya dipakai untuk berjualan oleh pemiliknya dipagi hari saja sehingga suasana dijalanan itu sangat mendukung acaranya. Bahkan seandainya Lien menjerit keras didalam rumah pun mungkin tak akan ada warga yang mendengarnya.

"Lilian… kamu dulu nggak punya pilihan. Tapi aku.. aku yang milih sendiri. Jadi harus kuat !! Kata Lien sambil membisikkan kata kata yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Lien mengambil napas panjang untuk menenangkan dirinya lalu turun ke lantai bawah. Rumahnya seolah siap untuk menanti badai. Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil pickup dari kejauhan dan semakin lama semakin mendekat.

Pukul 24.13.

Lien berdiri di balik tirai jendela, menahan napas. Dari balik celah kain, ia melihat dua mobil bak terbuka berhenti perlahan di depan gang rumahnya. Mesin dimatikan. Lampu dimatikan. Tapi bayangan sosok-sosok gelap mulai turun dari kendaraan.

Satu… dua… lima… lebih… Jantung Lien nyaris berhenti.

"Kenapa banyak banget? Bukannya cuma empat ?!! Kata Lien dalam hati.

Lien menelan ludah. Mungkin mereka hanya membawa tambahan figuran biar lebih nyata pikirnya tapi kegelisahan sudah menyesak dadanya. Dari kejauhan terdengar suara sandal diseret di aspal lalu suara laki-laki tertawa pelan. Kemudian…

BRAK! BRAK! BRAK!

Tiba tiba pintu pagar rumahnya digedor keras dan Lien tersentak hampir menjatuhkan gelas yang ia pegang.

"Keluar lu cina !! Buka pintunya  !! Jarah semua yang ada didalam !! Teriak suara pria dari luar.

Lien membeku di tempat. Tubuhnya mematung. Ia tahu itu bagian dari skenario... tapi kenapa suara mereka terlalu nyata? Kenapa jumlah langkah di luar terlalu banyak?

"Gedor terus pintunya! Jangan kasih ampun! Dulu ini rumah mereka tapi sekarang udah jadi milik pribumi !!

BRAKK!! Terdengar pintu pagar dibuka paksa oleh sejumlah orang tak dikenal. Dengan cepat mereka masuk ke halaman. Tiba tiba terdengar suara benda logam dilempar dengan sangat keras, kursi plastik ditendang, suara kayu dipukul ke dinding rumah.

Lien menutup mulutnya sendiri dan napasnya tak terkendali. Ini bukan lagi permainan. Ini sudah menyerupai mimpi buruk masa kecilnya. Suara massa yang mengamuk dipenuhi kebencian, suara benda pecah dan berantakan, teriakan yang menyebut "Cina" dengan penuh kebencian.

BRAK BRAK BRAK !! Jebolin pintunya !! Jangan sampe ada yang lolos !! Terdengar pintu depan digedor dengan sangat keras diiringi suara teriakan massa yang makin beringas selain itu terdengar juga suara sepatu yang menghentak lantai dengan keras.

"Jebolin aja pintu tokonya rame rame !! Ambil semua yang ada didalam !! Kapan lagi bisa bebas ngejarah kayak gini !!

Lien perlahan berjalan mundur, napasnya langsung memburu dan matanya yang sipit terlihat membelalak. Di dalam pikirannya, kenangan Lilian melintas. Ini suara yang sama, langkah yang sama, teriakan yang sama seperti saat rumah dijarah massa pada tahun '98 dulu.

Tapi kali ini bukan dalam buku harian. Ini nyata. Ini bener bener hidup. Ini terjadi sekarang. Tiba-tiba...

DUARR !! Pintu depan nyaris copot dari engselnya saat dihantam. Udara langsung penuh teriakan dan suara benda pecah.

Mereka masuk serentak dalam jumlah banyak. Lebih dari sepuluh orang. Lima belas mungkin. Tak ada yang bicara pelan.
Wajah mereka tersembunyi; sebagian tertutup masker kain dekil, sebagian hanya dibayang-bayangi jaket lusuh yang menutupi kepala. Tapi mata-mata mereka menyalatajam, haus, seperti anjing kelaparan mencium darah.

"Ini adalah pesta rakyat !! Ambil apapun yang kalian mau !!

Suara pria serak dan penuh amarah memantul di seluruh ruangan. Benda-benda mulai berhamburan. Sebuah meja kayu ditendang hingga nyaris patah, bangku plastik dijungkir balikan, kardus beterbangan, isinya berserakan di lantai seperti isi perut rumah yang dimuntahkan paksa. Lampu gantung di ruang tengah berayun liar bercahaya redup seperti ingin padam.

Lien menjerit dalam diam. Tubuhnya bergerak sendiri dan langsung lari naik ke tangga, hampir jatuh karena lututnya terlalu lemas untuk menyangga rasa takut yang melumpuhkan. Tangannya meraba dinding untuk bertahan. Setiap langkah terasa berat dan tak teratur, seperti berlari dalam mimpi buruk.

Lien segera masuk kedalam kamarnya yang ada dilantai dua rumah tua tsb. Mengunci pintunya dari dalam. Tapi tak yakin kunci itu akan bertahan. Tanpa pikir panjang, ia menjatuhkan tubuh dan menyelinap ke kolong ranjang besi dengan napas terengah, pipinya menempel dingin pada ubin berdebu.
 
Di luar kamar suara sepatu mulai terdengar menghantam lantai. Lantai kayu berderak dengan keras. Suara orang tertawa bukan tawa senang tapi tawa yang penuh hasrat merusak. Lien menggigit lidahnya sendiri berusaha menahan suara. Ia bisa mendengar segalanya dan mereka semakin dekat. Tangga kayu berderak makin keras . Suara dari bawah:

"Buruan cari amoynya !! Kita gilir rame rame malam ini !!

“Terlalu nyata… terlalu banyak orang… ini seperti kerusuhan beneran.. Kata Lien dalam hati sementara dirinya semakin ketakutan.
Beberapa saat kemudian pintu kamarnya mulai digedor.

“BUKA !! SERET AMOYNYA !!

Air mata Lien jatuh tanpa suara. Ia memejamkan mata dan tubuhnya menyusut di bawah ranjang tapi langkah kaki sudah ada di luar pintunya. Dan ketika gagang pintu bergetar keras... Lien menyadari satu hal mengerikan.

“Gue udah nggak bisa kendaliin ini lagi..

"Heh !! Amoy !! Lo pikir bisa ngumpet di balik pintu dan dinding rumah tua ini ?!! Suara salah satu dari mereka terdengar berat dan serak.

BRAKK !! Pintu kamar Lien terbuka paksa dan menghantam dinding dengan suara keras. Kayu pintu yang sudah lapuk langsung terayun membuat gagangnya hampir patah.

Sepuluh… lima belas… hampir dua puluh pria berjejal di ambang pintu. Wajah-wajah mereka tertutup masker, kain, atau balaclava. Mata mereka menyala tajam, liar, penuh amarah yang entah asli atau pura-pura.

"MANA AMOYNYA ?! CARI !! JANGAN SAMPE LEPASS !! Teriak pria bertopi hitam dengan nada yang sangat keras.

Pria lain yang memakai kaos merah lusuh menendang kasur dengan sangat kasar, mendorongnya keras hingga ranjang bergeser beberapa senti, menyingkap sedikit ruang di kolong membuat debu beterbangan.

Lien menahan napas. Tubuhnya meringkuk di pojok kolong ranjang, wajah orientalnya penuh keringat, mata merah basah air mata. Jantungnya berdegup sangat keras seolah hendak meledak.

"BAKAR CINA !! GANYANG CINA !! SERET KELUAR AMOYNYA !! Suara pria lain yang tak kalah garangnya.

Tangan-tangan kasar meraih ke kolong ranjang. Ada yang menarik sprei, ada yang menunduk sambil menyinari senter ke bawah.

"Ini bener bener menakutkan !! Mereka sangat bengis dan kejam. Aku bener bener bisa merasakan ketakutan Lilian dimalam kejadian itu. Kata Lien dalam hati dan terlihat sangat panik.

Seorang pria berhasil meraih pergelangan kaki kanan Lien dan jari-jarinya yang kokoh mencengkram dengan kuat.

"Dasar cina lonte !! Keluar !! Hari ini tubuh putih lu sudah jadi milik rakyat !! Bentak pria itu sambil menarik paksa kaki kanan Lien sementara gadis itu berusaha untuk bertahan ditempat persembunyiannya.

"Akkhh.. Jangann !!! Ampun.. Lien berteriak lirih, suara tercekat. Ia mencengkeram kaki ranjang, berusaha tetap di tempatnya.

Melihat perlawanan sengit itu kemudian pria lain ikut menarik kakinya. Kasur di atas bergeser makin jauh. Barang-barang di meja jatuh berdebam keatas lantai.

"Inilah nasib cina kalau kerusuhan !! Kita bakalan gilir badan lo sampe puas !! Kata pria lain dengan suara yang keras dan rasis.

Akhirnya dengan satu tarikan kuat, Lien berhasil diseret keluar dari kolong ranjang. Rambut panjangnya kusut, pipinya basah oleh air mata sementara tubuhnya gemetaran.

"Lepasin guee.. !! Aaakkh..  Tolonggg... !!!!!

Lien terengah-engah dan ketakutan menatap orang-orang bengis yang kini mengepungnya. Di mata mereka tidak ada rasa iba yang ada hanyalah nafsu, kebencian, dan rasa berkuasa.

Lien tak menjawab. Matanya liar mencari celah, tapi semua pintu sudah jebol, semua jendela menganga seperti luka. Tidak ada tempat lagi untuk lari.

Setelah keluar dari kolong ranjang Lien berusaha untuk melawan. Dia menjerit histeris sambil memukul dan menendang semua orang yang berusaha menjamah tubuhnya. Tapi mereka terlalu banyak !! Mereka terlalu kuat dan beringas bagi gadis lemah seperti dirinya.

Kali ini Lien bener bener bisa merasakan yang namanya tak berdaya secara penuh. Ketika dengan seenaknya para pria kasar itu menjamah tubuh putihnya, meremas kedua payudaranya yang masih terbalut seragam sekolah, menyingkap roknya dari bawah dan meraba raba paha serta selangkangan. Persis seperti yang Lilian rasakan dimalam kerusuhan '98 tsb.

Seseorang menekan tubuhnya hingga menelungkup diatas lantai kamar, lutut berat menekan punggungnya. Kedua tangan Lien ditarik paksa kearah belakang, tubuhnya menegang dan berusaha menolak, tapi sia-sia.

“Cepat ambil tali !! Ikat tangannya yang kencang!” teriak salah satu pria, suaranya penuh amarah dan kemenangan

Lien merintih, bukan karena sakit fisik semata, tapi karena perasaan kehilangan seluruh kuasa atas dirinya sendiri. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ruangan itu, yang dulu adalah kamarnya—tempat aman dengan poster-poster, tumpukan buku, dan aroma harum di bantal yang kini berubah jadi ruang penyiksaan.

Dan saat seutas tali plastik mengikat pergelangan tangannya di belakang punggung, dia merasa seperti sebuah boneka rusak di tengah reruntuhan.

Setelah mengikat kedua tangannya kebelakang kemudian Lien disuruh berlutut sambil dilantai kamar sementara para perusuh mulai membuka pakaiannya masing.

"Ehhh.. cina !! Cepat buka mulut lu !! Puasin semua kontol yang ada disini !! Bentak pria kasar tsb namun Lien terus meronta dan menolak sampai akhirnya pria itu kesal dan menampar wajahnya. Plaakk !! Turuti perintah gue kalau nggak lu dan keluarga lu bakalan gue bakar hidup hidup !! Ancamnya.

Paksaan dan ancaman mengerikan itu membuat Lien menyerah dan terpaksa membuka mulutnya. Sambil meneteskan air matanya gadis chinese itu mulai mengulum penis seorang pria yang berdiri angkuh dihadapannya.

Sleebb.. Slebb.. penis yang baunya tak sedap itu bergerak keluar masuk didalam mulutnya, kepala dan rambut Lien seperti terkoyak ketika kedua tangan pria itu mencengkeram dengan kuat dan menggerakan kepalanya maju mundur kearah selangkangannya.

"Aakhh.. aagghh..uuukkh.. Cina kayak lu emang harus berlutut didepan pribumi !! Katanya sambil merem melek keenakan ketika kontolnya disepongin oleh seorang gadis cina secantik Lien.

Kebejadan mereka tak berhenti sampai disitu karena ketika Lien sedang dipaksa melayani penis pria tsb tiba tiba gadis itu merasakan tubuhnya kembali dilecehkan, dijarah dan digerayangi seenaknya oleh beberapa orang perusuh lainnya yang bergerombol disekitarnya bagaikan serigala liar.

"Gue kan udah bilang dari awal !! Amoy seperti lu pasti bakalan dijadiin target kalau ada kerusuhan seperti ini !! Massa bukan cuma pengen jarah harta yang ada didalam rumah lu tapi mereka juga bakalan ngejarah badan lu yang putih ini !! Kata perusuh yang berdiri didepan Lien lalu menghentak hentakan kontolnya lebih kencang.

Hmpm... Mmpmm.. Lien menggumam dan menggeliat ketika dua orang pria yang mengambil posisi disebelah kanan dan kirinya berupaya meremasi buah dadanya dengan kasar, mpmm.. Lien menggeliat lebih kuat tapi kedua tangannya yang terikat kebelakang membuatnya tak berdaya. Kedua tangan kekar perusuh itu terus meremasi buah dadanya dan salah satunya mulai memelintir puting susunya yang berwarna coklat muda. Mmmpmm... Rasa nyeri menusuk begitu dalam ketika pria itu semakin kuat memelintir putingnya membuat badan Lien yang dalam posisi berlutut dilantai jadi menggeliat geliat kesakitan.

"Buruan lepasin bhnya !! Gue penasaran nih mau liat teteknya amoy sekolahan !! Kata perusuh lain yang menonton kejadian itu.

Pria yang ada disebelah kanan itu membungkuk perlahan, seperti binatang buas yang mengendus mangsanya. Napasnya berat, kasar, mengembus di udara penuh asap dan keringat. Lien menahan napas. Tubuhnya kaku, seperti ditancap paku-paku dingin yang tak kasatmata ketika perusuh itu melumat buah dadanya yang menggantung bebas. Lien semakin gemetar, tapi tak bisa bergerak. Tak tahu mana yang lebih menusuk—rasa takut, rasa malu, atau perasaan bahwa dunia tak lagi berpihak padanya. Uukh.. mata perusuh itu merem melek keenakan ketika lidahnya menyentil nyetil puting Lien dan menjilati payudaranya.

"Gue napsu liat tetek lu moy !! Yang model kayak gini biasanya masih perawan dan belum pernah dijamah sama lelaki !! Katanya menggoda.

"Iyee emang cocok banget nih tetek buat dijadiin barang jarahan. Biar dikenyotin sama semua perusuh yang ngejarah rumah lu !? Sahut temannya.

Sroot.. Tiba tiba Lien merasakan buah dadanya yang sebelah kiri dikenyot paksa oleh perusuh lainnya. Lien kembali menggeliat tapi semua percuma karena pria yang jongkok dibelakangnya malah menahan tubuhnya agar tak bisa menghindar.

Melihat Lien dikeroyok seperti itu membuat pria yang sedang menggenjot mulutnya jadi semakin terangsang. Pria itu makin cepat menghujam hujamkan batang kejantanannya sehingga menimbulkan suara kecipak yang sangat keras ketika buah pelirnya berbenturan dan menghantam dagu Lien.

"Ssahhhh... Ouhhh... Oouhh... Sedot terus moy.. gueee mau liaatt mulut loo dijejelin semua kontol pribumi !! Biar looo megap megap kehabisan napasss.. biar loo mampuss sekaliaann.. !! 

Semakin lama perusuh itu makin kesetanan dan memompa lebih cepat dari sebelumnya sementara kedua tangannya yang menjambak rambut Lien ikut memaju mundurkan kepala gadis chinese itu kearah selangkangannya.

"Aaaakhh.. aakhhh... Emang bangsaaat lu cinaaa !! Gaaaakk tahanan gueee disepongiinn samaaa luuu.... Sshhh... Gue mauuu keluariinn semuaaaanyaaa.. dimuluuttt luu... Anjinggg... !! Erangnya sambil menghentakkan penisnya kuat kuat hingga mentok kepangkal kerongkongan gadis itu. Crert.. Croott.. uukhh.. teleen tuh pejuuu.. !!

"Sekarang giliran gue !! Cepat buka mulut luuu !! Bentaknya sambil melotot dan berdiri tepat dihadapan Lien yang masih berlutut dilantai dengan bagian depan baju seragam yang sudah terbuka lebar karena semua kancingnya terlepas.

Belum sempat beristirahat Lien kembali dipaksa melayani penis perusuh lainnya. Berbeda dari yang sebelumnya penis ini nampak lebih besar dan panjang sehingga Lien merasa kewalahan ketika batang itu dihujam hujamkan dengan ganas didalam mulutnya.

Mmpmmm.. Lien berusaha memajukan mundurkan kepalanya dengan cepat meskipun dia merasa mual dengan aroma penis perusuh tsb. Perlahan gairah dalam dirinya mulai terpantik membuat dadanya semakin sesak.

Lien hanya bisa pasrah ketika penis demi penis bergantian menjejali rongga mulutnya, dan yang mengerikannya lagi mereka melakukan semua itu sambil tertawa tawa dan menghujat dirinya yang dianggap pantas menerima semua ini.

"Sekarang udah saatnya kita jebolin memek cina lu.. seperti waktu kita jebolin pintu rumah lu tadi !! Bentak seorang perusuh yang wajah terlihat beringas.

"Jangan… Jangan.. kalian boleh lakukan apa aja tapi tolong lepasin aku... suara Lien akhirnya keluar. Terdengar begitu lirih, serak dan penuh serpihan ketakutan. "Tolong… jangan… 

"Braaakk !! Gak usah banyak bacot lu cina !! 
Lu itu bukan manusia lagi.. lu itu udah jadi barang jarahan rakyat yang kelaparan. Biar lo tau betapa rendahnya diri lo !!

Kini tubuh Lien yang masih mengenakan seragam sekolahnya namun tanpa bh dan sudah terbuka dibagian depan, diposisikan berbaring telentang di atas lantai kamarnya sendiri, lantai keramik tua yang biasa ia injak setiap pagi saat bersiap ke sekolah. Kini lantai itu terasa dingin, keras, dan asing, seperti tempat eksekusi yang tidak pernah ia bayangkan akan jadi bagian dari hidupnya.

"Please.. jangan lakukan !! Jangaannn.. aku masih perawan.. Bibir Lien bergetar dan wajahnya terlihat ketakutan.

Lantai dingin menyerap panas dari tubuh Lien. Ia terbaring telentang, rambutnya mengembang seperti benang kusut, pipinya menempel pada ubin yang dingin dan berdebu. Suara dari luar makin menjauh, tapi di dalam ruangan ini, waktu seperti macet. Sempit. Gelap. Dan menekan.

Tubuhnya gemetar. Napasnya tersendat-sendat. Ia tak tahu lagi harus bicara apa selain satu hal: minta dilepaskan.

“Tolong... Lepasin aku.. Aku nggak salah apa-apa... 

"Apa lu bilang gak salah ?!! Jadi lu mau tau apa kesalahan lu.. Hah !! Salahnya lu tuh cina jadi perlu diganyang massa kayak gini !!

Dalam keadaan kedua tangannya teriak kebelakang Lien merasa bener bener tak berdaya, matanya berderai air mata dan air liurnya bercucuran dari sela-sela bibirnya.
Tapi pria yang ada disekelilingnya nampak tak peduli, mereka terus menatap tubuh putihnya dengan penuh gairah dan kebencian, menggerayangi badan telanjang nya yang hanya tinggal mengenakan rok seragam sekolah seperti barang hasil jarahan.

"Gile putih banget nih badan.. bikin gue tambah napsu aja.. Kata seorang perusuh yang terkagum kagum dengan kemulusan tubuh Lien.

Tubuh putih Lien yang licin seperti porcelen kemudian didorong kasar hingga telentang dilantai, dinginnya ubin tak bisa menyaingi beku yang menjalari jiwanya. Cahaya dari jendela memantul redup, menyoroti debu yang beterbangan di udara. Langkah-langkah keras berpindah-pindah mengelilinginya. Ia tak tahu lagi siapa yang datang dan siapa yang pergi.

Seorang pria memposisikan diri diantara kedua paha Lien yang sudah terbuka lebar. Dia menurunkan badannya condong kearah depan seakan ingin menindih gadis itu, hidungnya mengendus-endus kedua toket Lien yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya disana. Pentil toket kanan Lien langsung dilahap oleh mulutnya dan gadis itu hanya bisa tersentak ketika pentil itu digencet kasar dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya. Ooughhhh...  Lien merintih keras. 

"Udah bang.. brenti.. please lepasin aku.. Kata Lien sambil memasang ekspresi wajah memelas.

"Diem lu !! Malam ini tubuh lu udah jadi milik kita semua !! Jangan harap lu bisa keluar dari sini idup idup !! Bentaknya keras yang membuat Lien semakin ketakutan.

Rupanya tindakan perusuh itu berhasil memantik birahinya, tak seperti tadi kali ini Lien terlihat lebih pasrah, mungkin karena rangsangan yang bertubi tubi pada tubuhnya sehingga gadis itu mulai ingin merasakan kenikmatan dientot.

Selama beberapa saat Lien diam saja seolah membiarkan perusuh itu menjelajahi tubuh putihnya. Bagaikan orang yang kesetanan perusuh itu menyedot nyedot kasar pentil tokednya, semakin lama semakin kasar dan brutal dan semakin lama semakin besar daerah lahapan bibirnya.

Sambil terus menggumuli toket Lien dengan mulut, lidah, dan wajahnya, perusuh itu terus menggesek-gesekkan penisnya di kulit paha Lien yang halus dan licin. Bajingan itu juga membenamkan wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada Lien yang bulat seperti bakpao.

Pria kasar itu sepertinya sudah tak sabar menikmati tubuh putih gadis cina seperti Lien. Kemudian dengan tatapan yang bengis dan kejam, lelaki itu mengkonsentrasikan seluruh tenaga pada pinggulnya. Dan… satu… dua… tiga! batang penisnya dia tusukan sedalam-dalamnya ke dalam kemaluan Lien dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal paha Lien yang sedang dalam posisi membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang batang penis pria itu bagaikan diplirid oleh bibir kemaluan Lien yang sudah basah sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Lien. Perusuh itu diam sesaat membiarkan batang penisnya tertanam seluruhnya di dalam kemaluan Lien tanpa bergerak sedikit pun.

"Aduhh sakitttt.. Jerit Lien yang kedua tangannya masih dalam posisi terikat kebelakang.

"Ini belum seberapa !! Sebentar lagi gue akan buat lu lebih menderita !! Bentaknya.

Beberapa saat kemudian perusuh itu menggerakan penisnya keluar masuk didalam kemaluan Lien. Pria itu tak tahu, apakah batangnya yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang kemaluan Lien yang berukuran kecil. Yang perusuh itu tahu, seluruh bagian batangnya yang masuk kemaluan Lien serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan sangat kuat.

"Haha.. Ternyata beneran.. lu masih perawan ya moy !! Bener bener beruntung gue malam ini. Katanya ketika melihat bercak darah perawan dibatang kejantanannya.

Tak mau membuang waktu lagi kemudian perusuh yang mengobrak abrik rumah Lien itu mulai memompa kasar kemaluan Lien dengan batangnya yang sangat besar. 

"Aakkhh.. udaahh.. cukup.. bajingan kalian semua !! Jerit Lien sambil menggeliat diatas lantai kamar sementara beberapa perusuh yang lain malah tertawa sambil meledeknya.

Karena dalam posisi ditindih dibawah maka toked Lien yang menempel di dadanya jadi ikut terpilin-pilin oleh dada berbulu perusuh itu akibat gerakan memompa tadi.
Kedua pentil Lien yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya, dan
batangnya juga serasa seperti diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot kemaluan Lien sejalan dengan genjotannya tersebut. Terasa hangat dan enak sekali

Sementara setiap kali menusuk masuk, kepala penisnya menyentuh suatu daging hangat di dalam kemaluan Lien.
Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala penis sehingga perusuh itu merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Perusuh itu mencengkeram kasar kedua kaki Lien dan mengangkatnya sambil menjaga agar batangnya tidak tercabut dari lobang kemaluan gadis chindo itu, dengan mengambil posisi agak jongkok lalu betis kanan Lien dia tumpangkan di atas bahunya sementara betis kirinya didekatkan ke wajahnya.

Pria itu mengocok cepat kemaluan Lien dengan kontol hitamnya yang berurat urat dan bersamaan dengan itu dia juga menciumi dan mengecupi betis kiri Lien yang amat indah itu dengan penuh napsu.

"Ini yang paling gue suka dari amoy. Badannya putih mulus licin kayak porcelen !!  Tapi mengundang untuk dipecahin. Katanya sambil trus menciumi betis Lien hingga kebagian ujung jemari kakinya.

Setelah puas melakukan hal menjijikan itu kemudian perusuh yang badannya kekar itu
meletakkan kedua betis Lien di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua toket Lien yang sudah dalam posisi terbuka menantang.

Sambil memompa batang penisnya di kemaluan gadis itu, pria kasar tsb kembali meremas-remas payudara Lien.
Kedua gumpalan daging kenyal itu diremasnya kuat-kuat secara berirama. Terkadang, kedua putingnya juga dipencet dan dipelintir secara kasar membuat 
puting itu semakin mengeras, dan payudara Lien semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Uughh... Lien pun langsung merintih keenakan.

"Anjirr.. tambah peret nih memek !! Keenakan lu yeee digarap sama pribumi.. Ledeknya sambil mengamati ekspresi wajah Lien yang sedang merintih rintih ketika sedang digenjot olehnya.

Tenaga perusuh itu menjadi berlipat ganda. Dia tingkatkan kecepatan keluar-masuk batangnya di kemaluan Lien. Terus dan terus. Seluruh bagian batangnya serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh memek Lien. Mata sipit gadis cina itu menjadi merem-melek.
Begitu juga dirinya, matanya pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa

Sssh… sssh… amoy… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu..

"Aduhhh !! udaaah baaang.. ampuun.. !! Perusuh meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk batangnya pada kemaluan Lien.

Aaargh.. sakittt.. oough.. ouhgh.. udaaahh hentikaaan.. Lien menjerit dan mengerang diatas lantai dan hal ini membuat perusuh itu makin bernapsu saja.

Keluar-masuknya batang perusuh itu ke dalam vagina Lien sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali kontolnya masuk, maka batang itu akan dia hunjamkan keras-keras agar menusuk memek Lien sedalam-dalamnya.

"Ukhh.. gak usah mimpi lu.. kita gak akan pernah berhenti sebelum memek jarahan ini luber sama peju..

Batangnya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding kemaluan Lien. Sampai di langkah terdalam, mata Lien membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Akhh!” Sementara daging pangkal paha perusuh itu bagaikan menampar daging pangkal paha Lien sampai berbunyi: plak! plak !!

Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding kemaluan Lien mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, perusuh tsb tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminnya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala batang perusuh tsb terasa disemprot cairan kemaluan Lien. bersamaan dengan pekikan gadis itu.. Ouuhhh…!” Tubuh Lien mengejang dengan mata membeliak-beliak. 
Aakkhh… gue hamilin lu cina !!! Perusuh itu melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Lien sekuat-kuatnya.

Pria berbadan kekar itu membenamkan kuat kuat wajahnya dileher Lien yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Lien yang terdalam. Selain itu batangnya yang terbenam semua di dalam kemaluan Lien pun jadi terasa berdenyut-denyut.

Melihat temannya selesai melampiaskan napsu kemu perusuh lain membalikan tubuh Lien hingga menelungkup diatas lantai kamarnya. Pria itu menyingkap rok seragam sekolah Lien keatas lalu dengan cepat mengambil posisi menduduki kedua paha gadis itu. Dengan dibimbing oleh tangan kanannya Kemudian dia menusukan penisnya kedalam kemaluan Lien dari arah belakang. Jlebb.. Ukkhh.. nikmaaat banget nih memek.. katanya sambil menusuk lebih dalam sehingga hampir separuh batang penis itu melesak didalam kemaluan Lien.

Akkh... Lien meringis menahan nikmat ketika perusuh yang rambutnya gondrong itu mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat, berupaya memompa vagina Lien dengan kejantanannya yang sangat besar. Sambil terus menggenjot tanpa ampun, kedua tangan kekar pria itu mencengkeram pinggang Lien dari belakang. Dia menusuk dengan sangat keras dan menghujam hujam dengan sekuat tenaganya membuat Lien mengerang dan merintih menahan sakit dan nikmat yang datang secara bersamaan.

"Biar yang laen gak kelamaan nunggu gimana kalau lu layani dua orang sekaligus aja !! Kata pria itu sambil menjambak rambut Lien dengan tangan kanannya.

"Buruan !! ispein lagi tuh kontol !! Bentaknya sambil menjambak rambut Lien lebih keras sehingga kepalanya mendongak keatas.

Lien tak punya pilihan lain kecuali membuka mulutnya dan hal ini langsung dimanfaatkan oleh perusuh lain yang berlutut didepan wajahnya. Jleebb !! Mampus lu cina !! Isepin nih kontol gue sampe muncrat !! Bentaknya sambil melotot.

Dengan posisi badan menelungkup diatas lantai kamar dan digenjoot dari belakang kini Lien juga harus melayani penis lain yang sedang memompa kasar mulutnya dari arah depan.

Jlebb.. Jlebb.. ukhh.. gimana enak kagak digilir sama pribumi ?!! Hari ini lu bener bener akan ngerasain apa yang dialami sama kakak lu yang pernah kejebak kerusuhan itu !! Katanya sambil memompa lebih kencang membuat tubuh Lien yang dalam posisi menelungkup jadi tersentak sentak diatas lantai kamarnya.

Setelah kedua pria itu selesai melampiaskan napsu birahinya kemudian perusuh lain datang mendekat dan menjambak kasar rambut Lien yang sudah tergerai acak acakan.

"Ayo bangun !! Masih banyak kontol yang harus lu layani !! Bentaknya sambil memposisikan Lien menelungkup dipinggiran ranjang besi tuanya.

"Sialan !! Tambah napsu gue liat amoy nungging kayak begini. Katanya sambil menyingkap rok seragam Lien dari belakang kemudian Plak.. Plak !! Dia menampar pantat Lien hingga berkali kali sampai memerah dan membuat Lien tercekat kaget.

"Lo itu lebih rendah dari lonte !! Karena lo itu cuma barang jarahan rakyat !! Katanya sambil terus menampar keras pantat Lien.

"Aduhh.. sakittt.. bang.. akkhh... Akkkhh Jagan ditampar.. lagi... jerit Lien sambil menoleh kebelakang namun posisi kedua tangannya yang masih terikat kebelakang membuatnya tak berdaya.

"Gak usah pura pura lagi looo.. ini kan yang lu mau..?!! Digilir perusuh didalam rumah lu sendiri dan dalam keadaan gak berdaya seperti ini !! Bentaknya sambil menjambak rambut Lien dari belakang.

Perusuh itu segera mengambil posisi berdiri dibelakang Lien yang menelungkup dipinggiran ranjang dengan kedua kaki menapak dilantai kamar. Jleebb.. Dengan beberapa kali tusukan keras akhirnya penis yang ukurannya sangat panjang itu menerobos masuk dengan paksa kedalam vaginanya.

Aakkhh.. !! Lien kembali menjerit dan tubuhnya tersentak kaget namun perusuh itu tak peduli dan mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan kasar, penisnya terlihat keluar masuk dikemaluan Lien dengan sangat cepat, menghujam tanpa ampun ke segala arah.
 
"Oouhh.. oough.. gueee perkooosa luuu.. cinaaa !! Guuue jaaarah rumah lu saaaampe.. ludesss !! Erang perusuh itu sambil terus memompa dan menjambak rambut Lien dari belakang.

Rasanya tentu sangat lezat sekali bisa menyetubuhi paksa seorang gadis chinese yang masih belia seperti Lien, kulitnya yang putih dan halus seperti sutra serta wajah orientalnya yang menggoda birahi membuat siapapun yang ada disana jadi ingin ikut bergabung menikmati tubuh putihnya.

Bagi mereka Lien hanyalah salah satu barang jarahan dan tumbal kerusuhan yang layak dirampas dari rumah dan keluarganya sebagai imbalan atas rasa kebencian, iri hati dan ketidak adilan yang mereka rasakan saat ini.

"Cepat naikin amoynya !! Kita bantai tuh cina diatas ranjang biar nanti dia trauma setiap kali liat ranjangnya sendiri !! Perintah seorang pesuruh yang wajahnya sangat bengis.

Seorang perusuh yang sudah lebih dulu naik keatas tempat tidur kemudian menjambak rambut Lien yang posisinya masih menelungkup lemah dipinggiran ranjang besinya. Dengan kasar diapun menyeret dan membanting gadis itu hingga terhempas dalam posisi menelungkup pasrah.

Perusuh yang badannya gempal itu segera mengambil posisi berlutut dibelakang Lien. Kedua tangannya memegang pinggang gadis itu lalu sedikit mengangkatnya keatas.
Setelah melucuti rok seragam sekolahnya dengan kasar kemudian perusuh itu membimbing penisnya menuju liang kenikmatan gadis tsb.

Jleebb.. dengan satu tusukan kuat penisnya langsung amblas masuk kedalam membuat Lien kembali tersentak dan menggeliat lemah. Plakk.. Plak.. Plaakk.. pria itu mulai memompa penisnya dengan keras dan penuh tenaga, rasa nikmat pun langsung menjalar disekujur tubuh kekarnya yang dipenuhi tattoo. Rasa bangga dan penuh kemenangan pun memenuhi wajah bengisnya karena bisa menunggangi seorang gadis keturunan cina secantik Lien.

"Heeuuu… jebol beneran bro! Tadi masih ngelawan !! Sekarang udah klepek-klepek amoynya !!

Asap tipis masih menempel di langit-langit kamar, menggantung seperti uap dari tubuh yang belum reda. Di luar kamar suara pecahan kaca dan jeritan masih beradu dengan tawa-tawa liar. Tapi di dalam sini, suasana lebih tegang. Tegang karena bau, lengket, dan bising oleh napas-napas berat. Lien sudah terbaring lemas diatas ranjang besinya, tubuh putihnya yang sudah polos tanpa busana digedor depan belakang dan dibolak balik seenaknya oleh para penjarah.

"Toko berantakan, suara pintu digedor, terus amoy putihnya ngejerit jerit. Jadi berasa nonton bokep live versi kerusuhan. Haha.. Kata anggota forum yang menonton dari pinggiran ranjang.

Tatapan gadis itu sudah terlihat pasrah, kakinya melejang bekali kali, pahanya goyah dan tangannya gemetar saat mencoba meraih sesuatu yang ada didekatnya. Tubuh mulus Lien dijepit dari dua sisi, depan dan belakang, mulut dan kemaluannya dihantam sangat keras oleh batang batang penis perusuh yang bengis dan kejam sementara teriakan liar terus dilontarkan dari balik tirai kain kelambu yang tipis.

"Anjir!! Nih amoy udah kaya boneka rusak... tapi enaknya kebangetan !! Kata perusuh yang baru selesai melampiaskan napsu bejadnya dan cairan kental berwarna putih meleleh keluar dari kemaluan gadis itu.

Setelah digilir oleh beberapa orang perusuh diatas ranjang besinya hingga lemas kemudian rambut Lien kembali dijambak dan dipaksa turun dari atas ranjang besinya yang berkelambu tipis.

"Please udaahh... Gue udah gaak.. kuatt.. stopl.. !! Meraahh !! Jeritnya ketika sedang diposisikan berdiri menghadap kearah meja rias yang ada didalam kamarnya sementara secara bergantian para perusuh menggenjot dalam posisi berdiri dibelakangnya.

Bukannya berhenti tapi mereka malah semakin beringas kali ini seorang perusuh yang menyetubuhi Lien mencoba mengangkat salah satu pahanya keatas sehingga gadis itu hanya bertumpu dengan sebelah kakinya saja dilantai.

Slebb.. Slebb !! Lien meringis menahan nikmat yang tak tertahankan sambil memandangi pantulan bayangan tubuh telanjangnya didepan cermin meja rias.

Badan Lien yang putih mulus basah kuyup oleh keringat dan tenaganya semakin terkuras habis akibat persetubuhan brutal tanpa henti yang mengeksploitasi seluruh tubuhnya. Tawa dan hinaan para perusuh rasis terus menghujam batinnya membuat gadis itu semakin tak berdaya dan larut dalam gairah terlarang.

"Minggir lu semua !! Sekarang giliran gua yang nikmatin badan nih amoy !! Kata salah satu perusuh yang badan kerempeng namun memiliki hasrat birahi yang sangat tinggi.

Meski badannya kurus tapi lelaki itu dapat den mudah mengangkat kedua paha Lien sehingga bagian badan gadis itu jadi melayang keudara sementara kedua tangannya yang sudah lemas masih bertumpu pada meja riasnya.

Aaakkh... Aaaakhh.. udaaah.. please.. brentii... toloonngg.. gue udah gak kuatt.. ketika perusuh yang hampir mendapatkan giliran terakhir itu menghujam hujamkan kontolnya dengan sangat kencang menusuk kedalam vaginanya yang sudah memar akibat digilir tanpa henti.

"Sialan !! tambah becek aja nih memek lu !! Asal lu tau aja !! Kita semua gak bakalan berenti ngentotin badan lu sampai lu gak bisa berdiri lagi.

Untuk kedua kalinya meja rias kuno yang terbuat dari kayu jati itu menjadi saksi bisu atas penderitaan para amoy yang ada didalam rumah tua dikawasan pecinan tsb, dimana para perusuh yang menyerbu masuk kedalam dengan bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan, merusak, menjarah dan memperkosa anak gadis tionghoa yang terjebak didalamnya

Dalam posisi seperti itu Lien bisa melihat dengan jelas bayangan dirinya didepan cermin meja rias yang sedang digilir tanpa ampun oleh sejumlah perusuh bengis yang langsung mengingatkan dirinya pada penderitaan Lilian saat rumahnya diserbu massa.

Bayang bayang pikiran itu berhasil memantik kembali gairah liar dalam diri Lien. Dengan kedua tangan mencengkeram pinggiran meja rias diapun berusaha memberikan rangsangan pada para perusuhnya. Lien menjerit dan mengerang sekeras kerasnya sambil mendengarkan kepalanya keatas, kepalanya dia banting kekanan dan kekiri hingga rambutnya yang tergerai semakin kusut dan acak acakan berharap mereka bisa memperkosanya lebih brutal lagi.. Keringat Lien yang tersorot lampu kamar semakin membasahi tubuh putihnya membuat badannya yang sudah basah jadi mengkilap dan menggairahkan.

Disaat semua perusuh sudah kebagian jatahnya dan terlihat kelelahan tiba tiba masuk seorang pria paruh baya.

"Bapak nggak nyangka kamu bisa punya fantasi seliar ini Lien !! Rupanya kamu beneran mau ngerasain apa yang dirasakam sama Lilian ya !!? Kata Pak Tono.

Lien yang sudah ambruk diatas lantai kamar pun terhenyak kaget karena perusuh itu adalah pria yang sangat dikenal olehnya. Pak Tono seorang pria ramah dan pedagang kaki lima yang kerap berjualan didepan tokonya sendiri ternyata ikut bergabung dalam penyerbuan massal tsb.

Selama ini pak Tono terlihat begitu simpatik pada penderitaan warga Pecinan yang dulu pernah terdampak kerusuhan bahkan konon katanya dia juga pernah bergabung dalam kelompok relawan kemanusiaan yang mencoba mengusut tuntas kejadian mengerikan tsb namun akhirnya Lien mengetahui kalau pak Tono ternyata tak sebaik perkiraannya.

"Karena kamu penasaran dan pengen nyari-nyari tau soal kejadian itu… ya udah bapak bakal cerita sedikit. Suara Pak Tono berat, nadanya dingin, seperti menahan sesuatu yang lama terkubur.

"Waktu rumah kamu dijarah habis-habisan sama massa, bapak langsung datang… bukan buat nonton tapi buat nyelametin keluarga kamu. Matanya menatap tajam seperti menggali reaksi.

"Rumah kamu itu… udah hampir dibakar. Api udah nyala, bensin udah disiram. Tapi bapak yang berdiri di depan massa itu… bapak yang teriak dan dorong mereka mundur. Suaranya meninggi sejenak lalu merendah, getir.

"Sebenarnya bapak lakuin semua hal nekat itu bukan buat jadi pahlawan... suara Pak Tono lirih tapi tegas.

"Bapak cuma pengin nolong keluarga kamu. karena selama ini mereka gak pernah nyakitin bapak, malah sebaliknya mereka sudah banyak membantu bapak.
Pak Tono menunduk sejenak menahan napas. "Di tengah semua kekacauan itu, bapak cuma bisa mikir satu hal: orang baik gak pantas dibakar hidup-hidup.

Pak Tono mengatakan kalau setelah para perusuh pergi dia berusaha melihat kondisi keluarga Lien didalam rumah tua tsb  yang tokonya sudah habis dijarah massa namun ketika naik kelantai atas dan masuk kedalam kamar. Pria paruh baya itu melihat tubuh Lilian sudah tergolek lemas diatas ranjangnya dalam posisi kedua tangannya yang disatukan dan terikat keatas besi ranjang.

Karena melihat pemandangan yang begitu erotis dimana ada seorang gadis amoy cantik tergeletak dalam posisi telanjang diatas ranjang maka naluri untuk menolongnya pun langsung sirna dan tergantikan oleh napsu birahi tak tertahankan.

Suasana rumah yang habis dijarah dan kamar yang berantakan itulah yang menyebabkan pak Tono lupa diri apalagi saat itu dia hanya sendirian didalam rumah sehingga pria itu pun berupaya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Pak Tono membuka seluruh pakaiannya dan langsung menyetubuhi Lien diatas ranjang besinya hingga berkali-kali. Setelah puas barulah dia memanggil warga sekitar untuk menyelamatkan keluarga Lien dari amuk massa yang lebih brutal.

Semenjak kejadian itu pak Tono merasa kuatir dan sempat pulang kekampungnya selama beberapa bulan dan setelah kondisi keamanan membaik barulah dia kembali berdagang dipasar pecinan tsb. Meskipun dari luar terlihat simpatik pada penderitaan warga tionghoa yang ada disana namun diam diam pak Tono masih mengharapkan peristiwa itu terulang lagi dan demi memuaskan hasratnya maka pak Tono pun bergabung dalam sebuah forum gelap di internet yang selalu rajin membahas kejadian tsb.

Selesai menceritakan kejadian itu kemudian pak Tono memapah tubuh telanjang Lien keatas ranjang besi berkelambunya. Karena sudah lemas maka Lien pun hanya bisa pasrah ketika tubuhnya dilemparkan dengan keras diatas kasur. Brukk..

"Pak.. kenapa bapak tega melakukan itu sama Lilian. Tanya Lien.

"Kamu jangan salahin bapak dong neng. Biar bagaimanapun bapak kan lelaki normal juga yang gak bakal tahan kalau udah ngeliat perempuan amoy telanjang diatas ranjang. Apalagi Lilian itu kan cakep banget mana badannya semok lagi. Gimana bapak kagak napsu coba !! 

Bukannya menyesal tapi pak Tono seperti merasa bangga dengan prilaku jahatnya dimasa lalu seakan mengatakan kalau Lilian memang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Pak Tono tak mau membuang waktu lagi kemudian dia mengambil seutas tali tambang berwarna merah lalu menyatukan kedua tangan Lien dan mengikatnya pada besi ranjang yang ada diatas kepala gadis itu.

"Biar kamu gak penasaran lagi. Sekarang bapak mau tunjukin gimana kondisi Lilian saat kerusuhan itu !! Katanya sambil membuka kedua paha Lien hingga mengangkang lebar lalu menusukan penisnya dengan kasar.

"Uukhh.. kayak gini nih kondisi Lilian waktu bapak ewe diatas ranjang. Slebb.. Slebb.. ujarnya sambil memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat.

Karena kondisi tubuhnya yang sudah sangat lemah maka Lien pun hanya bisa pasrah ketika pak Tono menghujam hujamkan kontolnya dengan kasar, menusuk kesegala arah seolah ingin memberikan siksaan kenikmatan pada dirinya.

"Kamu pengin tahu kan, gimana rasanya jadi Lilian waktu itu ?! Bentak Pak Tono. Matanya membelalak penuh amarah yang membara. 

"Baik !! Bapak bakal tunjukin ke kamu… sedikit aja… biar lu ngerasain gimana nerakanya dia waktu itu !! Suaranya bergetar dan wajahnya berubah… bukan lagi Pak Tono yang biasa tapi sosok buas yang siap meledak.

Dengan kasar Pak Tono memiringkan tubuh Lien kesamping, tangan kanannya mengangkat sebelah kaki gadis itu hingga hampir lurus keatas. Lalu dengan seenaknya diapun menghujamkan penisnya yang sudah menegang hebat. Jlebbb !! Ukhh.. Mampus lu.. Erangnya yang kemudian melanjutkan perbuatan itu dengan memompa kemaluan Lien tanpa ampun.

"Aaaarghhhh !!! Aku mau tahu pak... aku mau tahu semuanya !! teriaknya dengan mata liar dan napas tersengal seperti dirasuki sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

"Gilir aku... seperti Lilian waktu itu... biar aku bisa ngerasain !! Suaranya bergetar antara histeris dan putus asa.

"Aku mau tahu... penderitaan itu… rasa takutnya… rasa hancurnya… biar aku bisa ngerasain apa yang dia rasain !! Wajah Lien memucat sesaat tapi matanya menyala seperti terbakar obsesi.

"Biar aku gak cuma jadi pendengar cerita... biar luka itu hidup di tubuhku !! Lien tertawa kecil, getir, seperti kehilangan pegangan pada kenyataan.

"Aku pengin luka itu... nempel di kulitku... di ingatanku... di napasku.

Pak Tono hanya menatapnya diam, sorot matanya tajam namun dipenuhi napsu binatang.

Pak Tono terus memompa dengan menggebu gebu, pikirannya melayang layang teringat akan kejadian dimasa lalu diaman dirinya menunggangi tubuh Lilian yang sudah jatuh pingsan diatas ranjangnya karena tak kuat digilir oleh para peru yang menyerbu kekediamannya.

Cepprepp… cepprep… uuhhh… suara sodokan penis itu terdengar sangat keras, sangat liar beriringan dengan suara desahan yang keluar dari mulut Lien.

"Sumpaaahh !! Perettt banget puunnya kaaamu Lieenn.... katanya dengan napas memburu sementara penisnya dihujam hujamkan lebih kencang lagi didalam vagina gadis chinese itu.

Rasa nikmat yang dirasakan Pak Tono kali ini tentu lebih besar karena saat itu dia menyetubuhi Lilian dalam keadaan tak sadarkan diri sehingga tak bisa melihat ekspresi wajah Lilian ketika sedang digenjot olehnya dan juga tidak bisa mendengar suara desahannya seperti saat ini.

"Ssshh.... Enaaaknyaa.. uuuhh.. bener bener mirip kayak punya Lilian dulu. Tapii punya kamuu.. punyaaa kamuu berasaaa lebih ngegiigiittt..

Gairah Lien semakin terpacu ketika membayangkan Lilian digilir oleh para perusuh diatas ranjang yang sama seperti dirinya saat ini. Tangannya yang terikat keatas meremas kuat pilar pilar besi dekorasi ranjang besinya ketika pak Tono mengeluarkan seluruh kemampuannya  hingga menimbulkan suara menderita derit dari guncangan ranjang besinya yang membuat suasana semakin mencekam.

Sodokan sodokan kasar penis pak Tono yang dilakukan dalam posisi miring kesamping sungguh memberikan sensasi kenikmatan yang terbayangkan olehnya. Penis itu terasa menusuk hingga mentok dibagian pangkal rahimnya, memberikan kenikmatan luar biasa dan membuat kedua matanya membeliak.

Ranjang besi itu berguncang hebat dan berderit semakin kencang ketika pak Tono menambah kekuatan pompaannya. Slebb.. Slebb.. ekspresi wajah Lien yang keenakan membuatnya makin bernapsu dan akhirnya pria itu mengerang panjang diatas ranjang. Eengghh.. Crott.. Cret..

Setelah keberingasan massa itu berakhir Lien merasa semua terasa seperti satu mimpi buruk yang kabur namun menyakitkan. Ia mencoba menarik lututnya, mencoba menutup tubuhnya sendiri, tapi tak ada tempat aman di ruangan itu. Matanya menatap langit-langit yang penuh retakan—seolah ikut merekam segalanya. Segalanya yang tidak seharusnya terjadi.

“Kenapa...? suaranya nyaris tak terdengar. “Apa salahku... sampai kalian begitu benci sama aku...?

Tak ada jawaban yang menjelaskan. Yang ada hanya suara napas berat dan gerakan kasar di sekelilingnya, langkah sepatu menghantam kayu, teriakan samar dari luar yang terdengar seperti dunia lain.

Setelah puas menggilir Lien kemudian para perusuh itu pun memakai kembali pakaian masing masing sementara Lien hanya bisa tergolek lemas dalam keadaan telanjang tanpa busana diatas ranjangnya besi berkelambunya yang sudah berantakan.

"Haha.. udah puas lu sekarang. Liat tuh muka cina Lo udah blepotan peju pribumi. Bagi kita Lo itu gak lebih dari sekedar sampah yang gak ada harga dirinya lagi.

Beberapa jam setelah kejadian itu.
Lien duduk terpaku di kursi kayu, masih dalam keadaan telanjang tanpa busana. Rambutnya basah keringat, sebagian menempel di pipi. Di layar laptop di depannya, tab forum masih terbuka. Matanya bengkak dan merah, tapi jarinya gemetar menggerakkan touchpad, penasaran… atau mungkin terpaksa.

Satu per satu komentar terus muncul, bergulir cepat.

[RedJack_98]: Hahaha. Gue bilang juga apa. Amoy kayak Lo emang pantas diulangin nasibnya kayak tahun '98. Sekarang udah kerasa belum ?

Lien menahan napas, membaca sambil memeluk kedua lututnya. Dadanya sakit seolah ada batu menghimpit. Tapi tak bisa berhenti membaca.

[BlackTiger]: Amoy yang dulu kejebak kerusuhan aja awalnya pada nangis-nangis dulu, tapi abis itu malah kecanduan nikmatnya kontol pribumi. Gue yakin lo juga bakal sama kayak gitu. Amoy tetap Amoy.

[JakartaHeat]: Bagus nih. Bisa bikin video lagi. Lo pakai baju pesta seksi kayak amoy yang ada divideo kerus waktu itu. Gua mau liat Lo nangis kejer waktu digilir rame rame diatas truk.

[User567]: Dasar cina. Lo nggak bisa hilangin aroma lonte dari diri Lo. Ini emang udah takdir Lo buat jadi tumbal kerusuhan.

Lien mengusap wajahnya, menahan isak. Telapak tangannya dingin. Di layar, angka notifikasi pesan pribadi terus bertambah. Puluhan, mungkin ratusan pesan masuk. Semuanya bernada sama: kebencian, ancaman, hasutan.

[RiotReaper]: Gue seneng Lo ngalamin itu. Lo harus ngerti rasa takutnya jadi korban. Bangsa lo emang gitu kok. Bikin orang benci. Nikmatin aja sekarang.

[MeiKelabu]: Kalau nggak mau, kenapa ikut forum ini dari awal? Sekarang nanggung. Sekali masuk, Lo nggak bakalan bisa keluar. Kita semua akan memburu Lo seperti jaman kerusuhan dulu.

[NoMercy]: Gue tunggu bikin video lagi. Jangan kecewain kami.

Lien memejamkan mata. Suara komentar-komentar itu seolah menembus layar, bergaung di kepalanya. Ia teringat teriakan para pria tadi malam, sorotan senter, tangan-tangan kasar yang menarik paksa tubuhnya keluar dari persembunyian.

Semua terlalu nyata. Bukan lagi sekadar fantasi ekstrem seperti yang dulu ia kira.
Tangannya perlahan menutup laptop. Tapi bunyi notifikasi masih berdenting, menusuk telinganya.

Dalam benaknya Lien masih mendengar suara pria bertopi hitam: Sekarang lo milik kita. Ini malam lo ngulang sejarah kelam. Sama kayak Lilian.

Lien menangis sesenggukan sambil memeluk dirinya lebih erat, menunduk seolah ingin menghilang kedalam gelapnya kamar. Namun di sudut pikirannya yang paling sunyi, muncul satu pikiran yang membuatnya makin ngeri:

"Apa mereka benar…? Apa ini emang takdir gue.. ?!!

Dan di layar yang kini menghitam, pantulan wajah Lien tampak begitu pucat, mata yang sipit terlihat kosong. Sementara di forum, komentar para anggota yang terlibat terus mengalir tak berhenti seakan merayakan kemenangannya.

[RiotReaper]: Amoy harus tetap diulangin nasibnya. Biar sejarah gak pernah hilang !!

[BlackTiger]: Sekali amoy tetap amoy. Pantas diburu kalau ada kerusuhan !!

[RedJack_98]: Lilian sekarang udah nggak ada. Sekarang giliran Lo Lien !!

Lien hanya bisa menatap layar yang terus menyala, air matanya mengalir dan tak mampu membalas satu kata pun.
Malam itu Lien terkulai lemas di atas ranjangnya. Kain seprainya kusut, basah dan kotor. Bantal terlempar ke lantai, foto keluarga tergeletak miring. Di sekelilingnya, kamar tampak porak-poranda seolah habis diterjang badai.

Tubuh Lien gemetar hebat. Kulitnya penuh lebam ungu di lengan, paha, dan sisi pinggang. Rambut panjangnya berantakan, menutupi sebagian wajah yang basah air mata. Matanya terbuka menatap langit-langit, kosong.

Masih tampak noda-noda putih kental di pahanya, perut, wajah bahkan sebagian mengotori rambut hitamnya yang terjuntai. Bau amis sperma bercampur keringat begitu menyengat di udara. Kasur di bawahnya pun bercak-bercak basah juga  membekas di kain seprai.

Tangannya yang gemetar menyentuh perutnya sendiri, seperti baru benar-benar menyadari betapa banyak noda asing menempel di kulitnya. Ia mengerjap sambil menahan isak.

"Terlalu banyak… astaga… terlalu banyak..

Lien mencoba bangun tapi tubuhnya sepertipatah dan setiap gerakan memicu rasa sakit disekujur tubuhnya. Suara-suara pria yang berteriak tadi masih berdengung di telinganya:

“BAKAR CINA!”
“SERET KELUAR AMOYNYA!”
“INILAH NASIB CINA KALO KERUSUHAN!”

Lien menutup telinga dengan kedua tangannya seolah ingin membungkam suara mengerikan itu tapi tetap saja suaranya tak mau hilang.

“Kenapa… kenapa gue malah kayak gini…?

Air mata lagi-lagi membanjir. Namun dalam deru tangis ada denyut lain yaitu gairah liar  yang sulit diusir dari dadanya. Sebuah kepuasan terlarang tak mau diakuinya.

“Setidaknya… sekarang gue tahu… apa rasanya…”

Dia mengingat wajah kakaknya, Lilian, di hari-hari setelah kerusuhan dulu — mata kosong, senyum yang tak pernah lagi tulus.

Lien mengerang pelan. Ia meraih tisu di meja, mencoba mengelap noda di kulitnya, tapi tangannya terlalu lemah. Setiap sentuhan membuat tubuhnya kembali bergetar, bukan hanya karena sakit, melainkan juga karena kilasan sensasi yang seolah masih tertinggal.

“…ternyata gue juga… nikmatin… Lien menangis keras. Tubuhnya melipat, menunduk, memeluk diri sendiri.

Hujan rintik turun di luar jendela, menambah dingin malam. Di samping ranjang, ponselnya berkedip dan notifikasi forum masih masuk, satu demi satu, mengganggu sunyi. Tapi Lien sudah lemas dan tak sanggup lagi meraih ponselnya. Matanya yang sipit perlahan terpejam, sementara tetesan sperma di kulitnya mulai mengering, meninggalkan rasa lengket yang membuatnya semakin muak pada dirinya sendiri. Dan sebelum benar-benar terlelap Lien berbisik lirih.

"…apa gue udah jadi kayak Lilian…? Atau malah lebih parah.. ?!!

Malam pun menelannya bersama sisa noda di tubuh dan ranjangnya yang merupakan saksi bisu betapa brutalnya fantasi yang kini berubah jadi kenyataan yang tak termaafkan.

Seminggu kemudian.

Langit Jakarta malam itu mendung. Hujan rintik membasahi kaca jendela kamar Lien. Suara gemericik air seperti denting yang mengundang rasa cemas sekaligus gairah aneh dalam dadanya.

Lien duduk bersila di depan laptop. Rambut panjangnya tergerai, wajahnya masih pucat, tapi matanya… kini menyala dengan sorot yang berbeda. Ada semacam kilau liar yang tak ada seminggu lalu.

Seprai ranjang sudah ia ganti. Noda-noda malam brutal itu telah hilang. Tapi di dalam kepalanya, ingatan tentang teriakan, sentuhan kasar, dan tubuh-tubuh asing yang merangsek masih sangat nyata — terlalu nyata.

Dan semakin ia mengingatnya, semakin tubuhnya bergetar. Bukan hanya karena trauma… tapi juga karena rasa rindu.

“Gue pikir gue bakal muak. Gue pikir gue gak akan pernah mau disentuh lagi…”

Tangannya perlahan mengetik di keyboard.

“…ternyata gue kangen.

Lien membuka tab forum yang selama ini menjadi dunianya. Tangannya sedikit gemetar saat login. Begitu ia masuk, puluhan notifikasi langsung membanjir:

[RedJack_98]:
KEMANA AJA LO, AMOY? KITA KIRA LO UDAH MAMPUS BUNUH DIRI !!

[BlackTiger]:
GUA MASIH NUNGGU CERITA LANJUTAN LO NIH. JANGAN BIKIN KECEWA FORUM YA.

[JarahPasar]: Gue kangen sama nikmatnya badan lo. Gue pengen tamparin lagi tetek Lo sampe merah merah. Kapan bisa diulang lagi kayak Minggu kemaren ?

Lien menarik napas panjang. Keringat dingin menetes di pelipisnya. Lalu ia mulai mengetik, perlahan, seperti sedang mengaku dosa paling rahasia.

[GadisPecinan_98] (menulis): Gue beneran gak bisa bohong. Gue pikir kejadian minggu lalu bakal bikin gue trauma. Tapi justru bikin gue… ketagihan.

[GadisPecinan_98]: Gue gak malu lagi ngaku. Gue memang Cina. Gue memang pantas ngalamin semua itu. Gue mau ngerasain lagi, bahkan lebih brutal. Gue mau rasain bener-bener kayak kerusuhan 98.

[GadisPecinan_98]: Gue mau dikejar rame-rame. Gue mau diseret. Gue mau orang-orang teriak benci sama gue. Gue mau dijadiin tumbal. Gue mau kalian obrak-abrik rumah gue lagi, dan obrak-abrik badan gue… biar gue ngerti rasanya jadi Lilian sampai habis.”

Dia berhenti sejenak, jari-jarinya kaku di atas keyboard. Lalu menambahkan:

[GadisPecinan_98]: Kali ini… gue pengen difilm-in. Biar makin nyata. Gue mau kalian rekam. Gue mau semua orang liat. Biar sejarah gak pernah mati.

Dalam hitungan detik, balasan mulai berdatangan.

[RedJack_98]: Gila lu moy. Gua semakin napsu sama lo. Kita bisa atur lagi nih. Sekalian pakai api kecil biar berasa kerusuhan.

[BlackTiger]:
INI YANG GUA TUNGGU! LU EMANG PANTAS DIULANGIN NASIBNYA. KITA BIKIN LEBIH RAMAI.

[JakartaHeat]:
VIDEO ITU HARUS JADI. GUA MAU LO NANGIS, MAU LIAT LU PASRAH, MAU LIAT LU TERIAK “AMPUN” SAMA PRIBUMI.

[PremanTerminal]: Sekali cina tetap cina. Tumbal sejarah. Gue bakalan turun kalau jadi.

Lien menatap layar, matanya berkaca-kaca. Tapi di sudut bibirnya, perlahan muncul senyum tipis. Senyum yang ngeri — sebab di dalam senyum itu, ada luka sekaligus rasa lega.

"Mungkin ini emang jalan gue…

Malam semakin larut. Notifikasi terus berkedip. Dan Lien, masih duduk di depan laptop, merasakan jantungnya berdebar lebih kencang — antara takut, ngeri, sekaligus… bersemangat.

Malam itu. Lien menatap layar laptop, detak jantungnya berdentam di dada. Setelah ia mengirim pengakuannya ke forum, komentar terus bergulir — makin cepat, makin kejam.

[RedJack_98]: Gila lu moy. Wajah oriental lu itu bikin gua napsu abis. Kayaknya lu mesti kena jarah lebih brutal.

[BlackTiger]: Gue pengen liat muka lu belepotan peju kami. Kayak amoy cina yang pas kerusuhan dijejerin dipinggir jalan buat dipake rame rame.

[JakartaHeat]: Lu tetep cina. Nggak akan bisa hilang. Muka cina lu itu minta ditampar, dilihat semua orang. Kita remas toked lo abis abisan. Biar keinget terus sama kejadian '98.

[MeiKelabu98]: TETEP AJA, AMOY. PAYUDARA LU ITU MILIK PRIBUMI. LU PANTAS DICENGKERAM, DITINDIH, BIAR LU NANGIS. ITU KAYAK HAK KITA BUAT BALAS DENDAM.

[NoMercy]:
GUA PENGEN LU BILANG SENDIRI, “GUE CINA BUAT DIPERKOSA PRIBUMI.” BIKIN VIDEO PENGAKUAN BUAT JAMINAN KITA SEMUA BIAR GAK DISALAHIN

[RedJack_98]: GUE SARANIN, MINGGU DEPAN KITA BUAT ACARA LAGI. KITA KUMPUL DI LOKASI YANG LEBIH RAMAI. SEKALIAN KITA REKAM. BIKIN KAYAK PENGADILAN RAKYAT.

[BlackTiger]: BENER. KITA KUMPULIN ORANG LEBIH BANYAK. KITA BAWA SPANDUK “GANYANG CINA”. BIKIN SUASANA KERUSUHAN. LU KITA TARUH DI TENGAH LAPANGAN BUAT JOGET TELANJANG. BIKIN KITA SEMUA SANGE BERAR ABIS ITU BARU LO KITA PERKOSA RAME RAME.

[JakartaHeat]: GUE MAU ORANG-ORANG LIAT LU NYERAH. LU PASTI BAKALAN NANGIS TAPI NIKMAT JUGA KAYAK KEMAREN.

[PemburuLonteCina]: INI BUAT NGENANGIN SEJARAH. JANGAN SAMPE CINA LUPA TEMPATNYA. LU HARUS JADI SIMBOL ITU, AMOY !!

[NoMercy]: KALO LU SETUJU, AMOY, KITA ATUR. GUE YANG HANDLE TEMPAT. TINGGAL LU BILANG “YA.”

Lien membaca satu per satu komentar itu. Setiap kata seperti cambuk. Sakit. Menyesakkan. Tapi di balik rasa sakit itu, ada percikan panas yang tak bisa ia matikan.

“…apa gue bener-bener cuma layak jadi tumbal…?

Tangannya bergerak di atas keyboard. Ia membalas, pelan:

[GadisPecinan_98]: Gue… mau. Tapi kali ini lebih ramai. Gue mau kerasa banget kayak kerusuhan. Gue mau orang-orang nonton. Biar semua tau gue memang Cina yang pantas jadi tumbal sejarah.”

Hening sejenak. Lalu balasan muncul cepat:

[RedJack_98]: Lien gue tambah napsu banget sama lu. Gua yakin ini bakal jadi kerusuhan yang paling kejam.

[BlackTiger]: Siap gass.. Gue siapin massa, spanduk dan tongkat. Biar bener bener berasa kayak '98. Amoy kayak lu tugasnya cuma ngangkang buat digilir rame rame.

[JakartaHeat]: Jangan lupa kamera. Kita mau muka cina lu keliatan jelas. Biar nanti jadi barang dagangannya tukang penjual DVD dipinggir jalan.

[KotaMembara]: Lu emang pantas buat acara kayak gini. Lu harus bisa niru kelakuan kakak lu yang udah berhasil muasin rakyat pribumi waktu jamannya kerusuhan dulu !!

Lien menatap layar. Ada sisa air mata di sudut matanya. Tapi senyumnya perlahan muncul, tipis, getir.

“…mungkin ini emang satu-satunya cara gue ngerti apa yang Lilian rasain…

Dan di malam yang makin sunyi, notifikasi forum terus berdentang — janji akan sebuah malam baru, yang mungkin lebih gelap dari yang sudah lewat.

Layar forum masih menyala. Setelah Lien mengetik kesediaannya, balasan para anggota forum makin deras. Suara-suara di sana semakin liar, semakin gelap, semakin sadis — seolah peristiwa seminggu lalu hanyalah pemanasan.

[RedJack_98]:
GUE PIKIR BAKAL LEBIH MANTAP KALO DI DALAM BUS YANG LAGI JALAN. BIAR SEMUA PENUMPANG BISA LIAT. ORANG-ORANG BISA REKAM. AMOY DIPAKSA TELANJANG DI KURSI PALING BELAKANG TERUS DIJEBOLIN SEMUA LOBANG DIBADANNYA.

[BlackTiger]:
JANGAN CUMA DI BUS. GUE MAU LIAT LU DIPERKOSA DI JALANAN SEPI TENGAH MALAM. BIAR LAMPU JALAN NYOROT MUKA LU YANG LAGI NANGIS. ORANG-ORANG YANG LEWAT BISA BERHENTI NONTON SEKALIAN NGONTOLIN MEMEK CINA LO SAMPE LOWER !!

[JarahPasar]:
LU AKAN KITA SERET KE BELAKANG PASAR. DI SANA BECEK, BAU SAMPAH, BANYAK TUKANG BECAK. GUE MAU LIAT TUKANG PASAR IKUTAN NGERUBUNGIN LU. KAYAK KERUSUHAN BENERAN.

[AngkotRusuh]: Gue mau coba di terminal. Banyak orang nggak peduli disana. Lu kita bawa kedalam angkot. Tutup pakai terpal. Gue mau lu ngejerit jerit dalam gelap.

[NoMercy]:
GUE JUGA MAU KONDISI RAME. TAPI BUKAN DI TEMPAT SEPI AJA. CAFE JUGA BISA. KITA RAMAI-RAMAI DATANG KAYAK PREMAN. TERIAK “GANYANG CINA!” LANGSUNG SERET LU KE BELAKANG.

[RedJack_98]:
INTINYA GUE MAU BANYAK PRIBUMI LIAT LU, AMOY. BIAR MUKA ORIENTAL LU ITU JADI BUKTI SEJARAH NGGAK PERNAH HILANG.

Lien menatap komentar-komentar itu. Tangannya gemetar di atas keyboard. Setiap ide mereka bagai cambuk yang memukul dua sisi dirinya: satu sisi ingin kabur, sisi lain makin membara dengan rasa ingin lebih jauh lagi.

[GadisPecinan_98]: Gue… mau coba di tempat ramai. Bus, pasar, terminal… semua. Gue mau orang-orang benci sama gue. Gue mau rasain apa yang Lilian rasain… di mana pun.

Balasan meledak makin deras:

[BlackTiger]: Keren lu amoy. Lu emang lahir buat jadi korban kayak gini.

[JakartaHeat]:
BAKAL GOKIL NIH KALO DI TERMINAL. SUARA KERAMAIAN CAMPUR TANGISAN LU.

[PestaRakyat]:
AMOY, GUE MAU TUKANG OJEK, TUKANG PASAR, SEMUA IKUT. KAYAK TAHUN 98.

[NoMercy]:
LU PANTAS JADI TUMBAL. JANGAN MUNDUR, AMOY. SEKALI MASUK KE SEJARAH, NGGAK ADA KELUAR.

Lien menatap layar lama sekali. Matanya memerah, tapi ada seberkas api kecil di sana — api gelap, yang kini makin sulit ia padamkan.

“…mungkin gue emang dilahirkan buat ngulangin sejarah itu…

Hujan di luar semakin deras. Notifikasi forum terus berdentang, menggema di kamarnya yang sunyi.

Dan di sudut pikirannya, Lien tahu — ia sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur.

Forum terus meledak dengan komentar.

Setiap baris teks baru yang muncul di layar Lien semakin gelap, semakin liar. Seolah semua orang di forum itu berlomba jadi paling kejam, paling menghina, paling haus balas dendam atas sejarah.

[RedJack_98]:
GUE MAU ULANG KAYAK KERUSUHAN 98. BUKAN CUMA DI JALAN. KITA DATANGI RUMAH-RUMAH CINA. SERET AMOY-AMOYNYA KELUAR. BAKAR TOKO. BIAR BERASA BENER-BENER 98.

[BlackTiger]:
WAKTU KECIL GUA LIAT SENDIRI. AMOY DIPERKOSA BELASAN ANAK SMP DI GANG SEMPIT. GUE MAU ADEGAN KAYAK GITU LAGI. GUE MAU AJAK ADIK GUE YANG MASIH SMP. BIAR DIA NGERTI APA ITU TUMBAL SEJARAH.

[JakartaHeat]:
GUE MAU LIAT LU DIPERKOSA SAMA ANAK-ANAK KECIL. BIAR BERASA HINA BANGET. KAYAK WAKTU KERUSUHAN. ORANG SEMUA IKUTAN. NGGAK PEDULI UMUR.

[Panen_Dadakan]: Kerusuhan itu bukan cuma ngerusak toko. Itu ajang buat ngejarah amoy didepan umum. Gue mau lu jadi bagian dari sejarah kelamnya.

[NoMercy]:
LU MAU NGERASAIN SEJARAH KAN, AMOY? JANGAN TANGGUNG. GUE MAU ADEGAN DI TENGAH KERUMUNAN. ORANG-ORANG JERIT, BAKAR BAN, KITA SERET LU KE TENGAH.

[RedJack_98]:
BENER. KITA BAWA SPANDUK “GANYANG CINA.” KITA BUAT NYANYIAN RAKYAT. GUE MAU ORANG-ORANG NERIAKIN LU “CINA LONTE.”

[BlackTiger]:
DAN ANAK SMP ITU JUGA HARUS IKUT. GUE MAU MUKA MEREKA DI VIDEO. BIAR NANTI KALO DEWASA, MEREKA BILANG MEREKA JUGA UDAH PERNAH “NGECAP RASA” AMOY.

[JakartaHeat]:
KITA BIKIN KERUSUHAN KECIL DI DALAM ANGKOT. ANAK SMP, ORANG DEWASA, SIAPA AJA. GUE MAU MUKA LU NGGAK BISA BEDAIN SIAPA YANG PEGANGIN LU.

[PenjarahLiar]:
LU BILANG MAU JADI TUMBAL, KAN? INI JALANNYA. KALO NGERASA CINA, LU PANTAS JADI TONTONAN KAYAK TAHUN 98.

[NoMercy]:
GUE MAU LIAT LU DI PASAR, DIKERUBUNGI ORANG-ORANG, LU NANGIS MINTA AMPUN. ORANG-ORANG NYORAKIN “CINA GANYANG!” TAPI LU JUGA SENYUM. KAYAK ORANG GILA.

Setiap komentar menusuk dada Lien. Namun, di dalam dadanya, rasa takut dan rasa ingin justru terus bertarung.

Dia menatap layar. Jemarinya ragu di atas keyboard. Lalu, ia membalas:

[GadisPecinan_98]:  Kalo kalian mau… gue mau. Gue mau rasain bener-bener. Mau di bus, pasar, terminal, angkot. Mau rame. Mau semua orang liat. Gue mau ngerti kenapa Lilian dulu sampe nggak bisa senyum lagi.

Balasan muncul makin cepat, makin liar:

[RedJack_98]:
LU BENER-BENER AMOY SEJATI. INI BAKAL JADI SEJARAH BARU.

[BlackTiger]:
ANAK SMP GUE AJA BILANG MAU IKUT. KATANYA MAU RASA “AMOY ASLI.”

[JakartaHeat]: Nanti kita bakar ban dijalan. Biar kaya '98. Lu kita taro ditengah. Semua orang nonton sambil sorakin lo rame rame.

[BakarRuko]: Lu emang pantas jadi korban sejarah. Gue mau elu dikenang sepanjang masa sebagai korban kerusuhan yang gak berdaya.

[NoMercy]: Nanti gue kabarin detailnya. Lu jangan coba coba menghilang amoy. Kita semua bakal bikin kerusuhan yang lebih brutal buat lo !!

Lien membaca itu semua. Matanya berlinang, senyum getir terbit di wajahnya. Ia menatap bayangan dirinya sendiri di layar laptop, bertanya-tanya:

“…apa ini bener-bener takdir gue ?!!

Di luar, hujan makin deras. Kilat menyambar langit Jakarta — seolah menyulut lampu sorot di panggung sejarah kelam yang kini, perlahan, sedang Lien bangun sendiri.

Forum terus bergemuruh.

Setelah Lien mengetik kesediaannya, muncul satu komentar panjang yang segera membuat suasana forum semakin panas.

[PenjarahKejam]: Waktu kerusuhan dulu. Gue liat sendiri ada amoy sekolahan. Masih pake rok pendek sekolah. Diculik pakai angkot. Dibawa muter muter keliling kota. Didalam mobil itu. Siapa aja boleh masuk buat nikmatin dia. Nggak peduli itu tukang ojek, abang bakso, anak sma, bapak bapak. Pokoknya siapa yang mau bisa ikutan.

[DobrakPecinan]: Gue mau adegan kayak gitu diulang. Lu pake baju sekolahan. Amoy seragam putih-abu. Seragam SMP, seragam SD pun kalo perlu. Biar berasa kayak amoy sekolahan yang lemah. Biar lu kelihatan kayak tumbal beneran.

[BiangRusuh]: Gue mau liat muka cina lu ketakutan waktu ditarik masuk kedalam angkot. Gue mau liat lu diperkosa dalam angk yang jalan keliling kota. Orang orang liat dari balik jendela. Meskipun lu udah ngejerit jerit tapi gak ada yang nolong. Kayak tahun '98  

Beberapa anggota forum langsung menyambut komentar itu.

[RedJack_98]: Setuju! Gue juga pengen lihat lo pakai seragam SMA, rok pendek abu-abu, baju putih ketat. Biar berasa kayak amoy sekolahan. Amoy seumuran gitu pasti jadi target favorit para perusuh.

[BlackTiger]: Gue juga setuju, di dalam angkot nanti kita berhenti di sembarang tempat. Bisa di pom bensin, di warung. Intinya, siapa saja boleh masuk buat cobain memek cina lu. Lu kita jadiin kaya posko kerusuhan berjalan.

[JakartaHeat]: Gue mau muka lu ditempel ke jendela angkot waktu lu digilir sama penumpangnya. Biar orang-orang di jalan bisa lihat muka cina lu yang lagi nangis ngejerit-jerit.

[NoMercy]: Lu harus bilang sendiri, "Gue amoy sekolahan, pantas jadi tumbal." Bikin semua orang yang ada di jalan makin nafsu buat naik angkot buat ngegilir badan lu yang putih itu !!
 
Lien membaca setiap kata, jantungnya berdegup kencang. Ada rasa takut yang begitu tebal, tapi bersamaan juga… rasa panas yang merambat cepat ke dalam tubuhnya.

Tangannya mengetik perlahan, napasnya berat dan gairahnya meledak ledak.

[GadisPecinan_98]: Gue… mau. Gue mau coba di dalam angkot. Gue mau pake seragam SMA… atau SMP… biar bener-bener kayak amoy yang diculik. Gue mau muter-muter kota. Gue mau orang-orang masuk keluar angkot buat ngelakuin apa aja ke gue. Gue mau rasain yang Lilian nggak pernah ceritain ke gue. Biar gue ngerti rasa sakitnya… dan rasanya dinikmatin banyak orang…”

Balasan langsung mengalir deras:

[RedJack_98]: ANJING, LU GILA BANGET, AMOY. GUE SEMAKIN NAPSU BUAT JEBOLIN SEMUA LOBANG DIBADAN LO. NANTI KITA SEWA ANGKOT BUTUT YANG RANGKANYA UDAH PADA KARATAN, BIKIN RUTE MUTER JAKARTA. SIAPA AJA YANG MAU PERKOSA LU TINGGAL MASUK. GAK PEDULI PENGEMIS ATAU PENGAMEN JALANAN.

[BlackTiger]: BENER. BERHENTI TIAP 10 MENIT. ORANG GANTI-GANTIAN MASUK. BIKIN KAYA KERUSUHAN BENERAN. SAMPE MEMEK CINA LU GAK BISA NAMPUNG PEJU LAGI DAN LU CUMA BISA PASRAH SAMBIL MEREM MELEK KEENAKAN.

[JakartaHeat]: JANGAN LUPA VIDEO. GUE MAU ORANG-ORANG DILUAR SANA LIAT LU DI PERKOSA DALAM ANGKOT. MEREKA BELI VIDEO REKAMAN DI LAPAK DVD MURAHAN PINGGIRAN JALAN. SAMBIL MAKAN GORENGAN NONTONIN BADAN AMOY YANG PUTIH MULUS.

ChinaWhoreHunter:
SEKALI CINA, TETEP CINA. LU EMANG LAHIR BUAT JADI TUMBAL SEJARAH. LU PANTAS DIPERKOSA DI JALANAN. DIPOSISIIN NUNGGING DIATAS ASPAL SAMBIL DIGILIR RAME RAME.

NoMercy:
KITA BIKIN RENCANA SERIUS NIH. GUE YANG URUS MOBIL. NANTI KITA PILIH HARI. LU TINGGAL DANDAN YANG CANTIK. KALAU BISA PAKE BAJU SEKSI BIAR PRIBUMI MAKIN NAPSU BUAT PERKOSA LU !! 

Lien terdiam. Tangannya lemas di atas keyboard. Tapi di wajahnya terbit senyum tipis — getir, ngeri, tapi penuh hasrat.

“…gue beneran mau ini…

Hujan makin deras di luar jendela. Kilat sesekali membelah langit, menerangi wajah Lien yang kini tenggelam dalam rencana paling gelap yang pernah ia bayangkan.

Forum masih bergemuruh.

Setelah Lien menyatakan keinginannya diperkosa di dalam angkot, anggota forum semakin terpicu. Kini mereka mulai berlomba-lomba menambahkan ide lain, semuanya terinspirasi langsung dari bayangan kerusuhan 1998.

[RedJack_98]: Waktu '98, Gue liat amoy diperkosa didalam toko yang lagi dijarah. Barang barang pada berceceran. Semua orang nonton. Gue mau adegan kayak gitu. Lu kita tarik kedalam toko, jarahan dimana mana, kita gilir diatas karung beras.

[BlackTiger]:
JANGAN LUPA PASAR. DI PASAR BANYAK KOLONG MEJA. WAKTU KERUSUHAN, AMOY BANYAK DIBAWA KE SANA. DIPERKOSA DI BAWAH LAPAK SAYUR. GUE MAU LU DITARIK MASUK KE KOLONG PASAR, ORANG-ORANG IKUT NONTON.

[PenjarahMassal]:
DI 98, ADA YANG DIPERKOSA DI GUDANG SEMBAKO. LANTAI PENUH KOTORAN DAN MINYAK. GUE MAU ADEGAN KAYA GITU. LU DIBARINGIN DI TUMPUKAN KARUNG GULA, ORANG-ORANG NGERUBUNGIN SAMBIL BEREBUTAN REMESIN TOKED LU

[Rusuh98]:
DI 98 ADA YANG DIPERKOSA DI TENGAH JALAN. MOTOR-MOTOR BERHENTI, SEMUA NONTON. GUE MAU LU DITELANJANGIN DI JALANAN RAME. ORANG-ORANG NERIYAK “GANYANG CINA!”

[NoMercy]: ADA JUGA YANG DIPERKOSA DI DEPAN SEKOLAHNYA SENDIRI. BENER-BENER DIPERMALUKAN. GUE MAU ADEGAN KAYAK GITU. LU PAKE SERAGAM SEKOLAH YANG KETAT. KITA BAWA LU KE DEPAN SEKOLAH, RAMAI-RAMAI NONTON LU DIGANGBANG SAMA ANAK STM YANG BARU PULANG TAWURAN 

[RedJack_98]: ADA JUGA YANG DIPERKOSA DI DEPAN KELUARGANYA SENDIRI. GUE MAU LU DITARIK KE TENGAH KERUMUNAN, KELUARGA LU NONTON. BAPAK LU KAKEK LU PAMAN LU JUGA PADA IKUTAN. BIAR RASA MALU LU MATI SEKALIGUS.

[Sumbu_Kerusuhan]: Dari 98, banyak yang dibawa ke tempat sampah atau bak truk sampah. Gue mau adegan di dalam bak sampah. Bau, jorok, orang-orang pada nonton. Lu diperkosa di atas tumpukan sampah sampe badan lu yang putih itu jadi belepotan bau sampah.

[BakarPasar]:
BENER. DAN GUE MAU SEMUA ORANG IKUT NGEREKAM WAKTU LU DIGULUNG MASSA. BIAR SEJARAH NGGAK PERNAH HILANG.

[AmukanMassa]:
GUE MAU LIAT ORANG-ORANG YANG TADI SELAMA INI BELUM PERNAH NYOBA, JADI IKUTAN. KAYAK DI 98, DIMANA ORANG YANG TADINYA CUMA NONTON JUGA IKUT GABUNG KARENA GAK TAHAN LIAT AMOY SIPIT DIKONTOLIN RAME RAME.

[NoMercy]: Lu harus ngomong "gue cina yang pantas diperkosa dimana aja" biar lebih kerasa sejarahnya.

Lien menelan ludah. Suara hujan di luar terdengar makin keras, seolah memaksa semua suara forum menenggelamkan pikirannya.

Tangannya mengetik balasan, jari-jarinya gemetar:

[GadisPecinan_98]: Gue… mau. Gue mau di mana aja. Di toko dijarah, di pasar, di jalan, di depan sekolah. Gue mau rasain semua. Biar gue ngerti rasanya. Biar gue nggak cuma jadi penonton sejarah… tapi jadi bagiannya.”
Balasan pun langsung meledak:

[RedJack_98]: Gila lu moy. Ini baru tumbal sejati. Gue penasaran pengen liat lu ditelanjangi ditengah pasar sama kuli panggul dan semua pedagang yang ada disana.

[BlackTiger]: Lu emang lahir buat ini. Kita bakal siapain semuanya. Lu jangan coba coba untuk mundur. Karena nanti kita tetap bakalan paksa lo buat ngelakuin semua ini !!

[JakartaHeat]: Gue mau bener bener kerus kecil. Kita bisa jarah toko palsu buat narik lu ke dalam.

[AsapKerusuhan]: Sekali cina tetap cina. Lu pantas jadi bagian sejarah yang nggak akan dihapus.

[NoMercy]: Kita bikin tim. Gue yang koordinasi. Lu siapin diri. Amoy !!

Lien membacanya. Air matanya jatuh. Tapi bibirnya membentuk senyum samar — senyum yang penuh luka sekaligus keinginan.

"…gue beneran mau semua ini…

Hujan masih turun dengan deras. Di balik suara hujan tiba tiba notifikasi forum berdentang satu per satu seakan sedang merancang sebuah “kerusuhan kecil” yang mungkin akan menelan Lien lebih dalam lagi ke sejarah yang begitu kelam.

Forum masih panas.

Setelah Lien mengiyakan semua ide, satu ide mulai mencuat dan memancing antusiasme luar biasa: adegan pemerkosaan di dalam pasar, di bawah lapak sayur, diseret ke kolong.

[BlackTiger]: Gue paling sange sama ide dipasar. Banyak kolong lapak sayur. Lantai licin, bau lumpur, bau sampah. Lu kita seret kebawah meja. Rame suara orang jualan diatas, tapi orang dibawah bebas ngelakuin apa aja ke lu. Kaya di '98.

[RedJack_98]: Gue juga setuju. Gue mau liat lu diseret kuli panggul yang badan gede gede. Kuli panggul itu kasar, keringetan, berotot. Cocok buat ngerusak amoy kayak lu.

[JakartaHeat]: Pasar itu tempat paling brutal. Orang orang pada nggak peduli. Ada yang ngangkat keranjang, ada yang nonton doang. Gue mau lu ngejerit jerit dibawah lapak sambil digilir sama mereka, badan lu kotor kena lumpur pasar.

[PemburuKenikmatan]: Kuli pasar itu udah paling bener. Badan mereka kekar, muka garang. Lu harus diperkosa sama mereka. Biar muka oriental lu kayak cina cina di '98 yang gak ada harganya.

[NoMercy]: Gue saranin lu pake baju seksi. Kalo perlu baju lingerie merah ketat. Biar orang pasar ngeliat dada lu gede. Langsung kita seret ke lorong yang sepi buat digilir rame rame.

[Bara_Dendam98]: Bener. Gue mau kuli panggul nangkap lu. Lu ngelawan ditengah tumpukan sayuran. Orang orang nyorakin "ganyang cina"

[RedJack_98]: Dan pas lu didalam kolong, semua orang gantian masuk. Suara pasar rame tapi nggak ada yang nolong. Kayak di '98.

Lien membaca semua itu. Tubuhnya gemetar. Pipinya memanas. Nafasnya memburu cepat. Gambar-gambar liar melintas di kepalanya — kolong pasar gelap, bau amis lumpur, teriakan orang-orang, tangan-tangan besar yang menariknya masuk ke kegelapan.

Dia mengetik balasan, suaranya terengah-engah hanya membaca kata-katanya sendiri:

[GadisPecinan_98]: Gue… mau di pasar. Gue mau pake baju seksi. Biar orang pasar liat. Gue mau diseret kuli panggul. Gue mau rasain gimana rasanya diperkosa di kolong lapak sayur. Gue mau rasain bau lumpur, bau sampah… dan rasain orang-orang nyorakin gue kayak 98. Biar gue bener-bener ngerti apa yang kakak gue rasain.

Balasan pun langsung meledak:

[May_Riot]: Lu emang tumbal sejati
Kuli pasar yang badannya kekar kekar itu bakal habisin lu. Memek dan bo'ol lu yang masih sempit itu bakalan kena dijarah sama mereka.
  
[RedJack_98]: Lu emang cina yang pantas diperlakukan kayak gitu. Gue gak sabar pengen liat badan lu yang putih itu digilir rame rame dibawah lapak pedagang sayur.

[JakartaHeat]: Kita harus bikin suara pasar rame. Supaya lu nggak kedengeran nanti. Kayak bener bener kejadian di '98

[PasukanJarah]: Gua mau lu nanti bilang "gue amoy pasar. Gue cuma pantas buat kuli kuli panggul.

[NoMercy]: Lu siapin mental moy !! Kita semua beneran bakal atur ini. 

Lien tak berkedip membaca semua itu. Tangannya menutup mulut. Ada isak yang hampir lolos  bukan semata karena ketakutan tapi karena sebuah hasrat gelap yang makin tak terbantah.

"…gue beneran mau semua ini…

Hujan kian deras diluar sana. Di layar laptop notifikasi forum terus berdentang — mencipta simfoni kegelapan yang menjerat Lien semakin dalam ke jurang sejarah yang kini ia cari-cari sendiri.

Komentar

  1. gas terus hu mumpung hot

    BalasHapus
  2. lien bakal digangbang kayak rusuhan 98

    BalasHapus
  3. adegannya juga di tambahin hu, jgn dialog doang

    BalasHapus
  4. Mantap updatenya suhu

    BalasHapus
  5. tamat apa ada lanjutannya hu?

    BalasHapus
  6. Kok gk ad lanjutan nya?

    BalasHapus
  7. lanjut dong yang ini

    BalasHapus
  8. payah gk ad lanjutan nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jebakan Minimarket

Pengantin Brutal

Jebakan Minimarket 2

Amoy Diatas Dongkrak

Pemulung Sadis

Tragedi Pasar Pecinan

Pengakuan Cici Pik

Chindo Seksi Jadi Rebutan 6

Begal payudara

Chindo Seksi Jadi Rebutan