Langsung ke konten utama

Catatan Mengerikan Ditengah Magang Sekolah

By : Kuclux67

Vina Marlina adalah seorang gadis keturunan tionghoa yang tinggal di kota kecil pinggir pantai bersama keluarganya. Ia adalah siswi kelas sebelas di sebuah SMA negeri lokal, dikenal sebagai gadis ceria, mudah bergaul, dan memiliki penampilan yang selalu rapi. Dengan rambut panjang yang selalu diikat setengah ke belakang, kulit cerah bersih, dan senyum manis yang hampir tak pernah lepas dari wajahnya, Vina sering menarik perhatian, meski ia sendiri tak pernah menggubris hal itu.

Kehidupan keluarga Vina sederhana. Mereka mengandalkan sebuah toko sembako kecil bernama Toko Sumber Rejeki yang sudah berdiri sejak zaman kakeknya. Toko itu terletak di bagian depan rumah mereka— bangunan tua bercat biru pucat, yang hampir tak pernah sepi dari ibu-ibu rumah tangga dan tukang sayur langganan.

Ayahnya bernama Kurniawan, pria Tionghoa yang keras tapi jujur, setiap pagi bangun sebelum fajar untuk membuka toko dan menata barang dagangan. Sementara ibunya, Lily, lebih banyak mengatur stok, menghitung pembukuan, dan melayani pelanggan dengan sabar. Di balik toko, terdapat dapur kecil tempat mereka memasak dan altar sembahyang sederhana untuk leluhur. Setiap Tahun Baru Imlek, suasana rumah dipenuhi aroma dupa, kue keranjang, dan warna merah dari lampion serta angpao.

Vina tumbuh dalam suasana yang kental dengan nilai kerja keras, hemat, dan hormat pada orang tua. Meskipun keluarganya tidak kaya, orang tuanya sangat menekankan pentingnya pendidikan. Mereka ingin Vina menjadi orang yang lebih berhasil dari mereka—bukan cuma berdagang, tapi bekerja di tempat yang lebih baik, dengan masa depan yang lebih luas.

Ketika sekolah mengumumkan program magang untuk siswa kelas sebelas, Vina langsung antusias. Ia tahu kesempatan ini penting. Dalam hati kecilnya, ia ingin keluar sebentar dari rutinitas membantu toko dan mencoba dunia kerja yang berbeda.

Pagi itu di ruangan kelas XI IPS 2, suasana sedikit riuh karena Bu Lestari, wali kelas mereka, membacakan daftar penempatan magang.

"Vina Marlina..." ucap Bu Lestari sambil menatap daftar. "Ditempatkan di PT Tirta Bahari, bagian budidaya ikan kerapu."

Vina langsung menoleh ke sahabatnya, Nadya, dengan mata membulat. “Itu yang di deket pelabuhan, kan?” bisiknya.

Nadya mengangguk cepat. “Iya! Tempatnya keren. Ada kolam besar, kayak penangkaran ikan laut gitu. Wah, kamu hoki banget!”

Vina hanya tersenyum, mencoba menenangkan jantungnya yang sedikit deg-degan. Ia belum pernah terjun langsung ke lingkungan kerja seperti itu, tapi bayangan akan ruang laboratorium dan kolam ikan membuatnya penasaran.

Sore harinya di rumah, ia langsung menceritakan kabar itu pada orang tuanya.

“Ma, Pa... aku magangnya di PT Tirta Bahari,” katanya saat makan malam.

Ayahnya berhenti mengunyah, menatap Vina dengan bangga. “Itu perusahaan besar, Vin. Dulu Papa pernah kirim beras ke mereka waktu masih kerja sama dengan depot pelabuhan.”

“Wah, bagus, Nak,” sambung ibunya. “Nanti jaga sikap ya, jangan gengsi, tetap rajin, dan jangan lupa makan.”

Vina mengangguk yakin. “Iya, Ma, Pa. Aku bakal serius.”

Beberapa hari kemudian, hari magang pun tiba. Vina berangkat pagi-pagi, mengenakan seragam sekolah dengan jas laboratorium putih yang dipinjamkan pihak perusahaan. Jas itu menutupi hampir seluruh tubuhnya, namun tetap tak menyembunyikan penampilan khasnya sebagai remaja Tionghoa berusia tujuh belas tahun—rok di atas lutut, kaus kaki panjang putih bersih, dan gaya berjalan yang percaya diri.

PT Tirta Bahari terletak tidak jauh dari pelabuhan, sebuah kompleks besar dengan kolam-kolam beton berisi ikan kerapu. Di sinilah Vina ditempatkan, tepatnya di bagian akuarium penangkaran, sebuah ruangan besar berpendingin udara dengan deretan akuarium air laut yang dijaga dengan teliti.

Tugas Vina tampak sederhana di atas kertas—mencatat suhu air dan kelembapan di setiap akuarium setiap jam. Tapi seiring hari berjalan, ia mulai memahami bahwa menjaga kestabilan lingkungan hidup ikan itu memerlukan ketelitian tinggi. Setiap derajat suhu yang berubah bisa memengaruhi kesehatan ikan, dan itu berarti kerugian besar bagi perusahaan.

Vina menjalani hari-harinya dengan semangat. Ia menyapa para teknisi, bertanya pada supervisor, dan mencatat setiap perubahan data dengan teliti. Beberapa staf pria memang tak bisa menahan lirikan mereka tiap kali Vina melintas dengan langkah ringan dan wajah segar, tapi gadis itu selalu menjaga sikap. Ia bersikap ramah namun menjaga jarak, seperti yang selalu diajarkan ibunya.

Meski tubuhnya sering lelah sepulang magang, Vina merasa bahagia. Ia tahu, di balik jas putih dan angka-angka suhu yang ia tulis, ada impian masa depan yang perlahan mulai ia bangun.

Sudah seminggu Vina menjalani aktivitas magangnya di PT Tirta Bahari. Setiap pagi ia datang tepat waktu, mengenakan seragam sekolah dengan jas laboratorium putih yang selalu bersih dan rapi. Penampilannya yang sederhana namun terawat membuatnya tampak mencolok di antara para pegawai. Vina adalah satu-satunya siswi magang keturunan tionghoa di tempat itu, dan tanpa ia sadari, kehadirannya telah menjadi bahan pembicaraan diam-diam di kalangan karyawan.

Kulitnya yang putih mulus, kontras dengan mayoritas pegawai lokal yang berkulit gelap karena sering terpapar matahari. Wajahnya khas oriental, dengan mata sipit yang teduh, hidung mungil, dan senyum tipis yang selalu membuat orang merasa nyaman. Bahkan saat ia hanya berjalan menyusuri barisan akuarium sambil membawa clipboard dan mencatat suhu air, banyak mata pegawai pria yang diam-diam mengamatinya dengan penuh hasrat.

Termasuk Pak Dasim, salah satu staf senior di bagian penangkaran yang selama ini dikenal ramah namun mata keranjang.

Pak Dasim adalah pria paruh baya, berusia hampir lima puluh tahun, berkulit gelap dengan tubuh kekar akibat bertahun-tahun bekerja di lapangan. Ia dikenal ramah, supel, dan sering dijadikan tempat bertanya oleh karyawan baru. Entah sejak kapan, ia merasa nyaman berada di dekat Vina. Gadis chindo itu tidak hanya sopan dan pintar, tapi juga punya kehangatan yang jarang ia temui pada generasi muda zaman sekarang.

Saat jam istirahat, mereka sering makan bersama di ruang karyawan bersama beberapa pegawai lainnya. Vina yang periang dan mudah berbaur membuat suasana kerja jadi lebih hidup. Ia tak segan menyapa siapa pun, dari petugas kebersihan hingga kepala bagian.

"Ayo pak Dasim kita makan dulu. ujar Vina sambil menyodorkan kotak makan siangnya.

Pak Dasim tertawa kecil. “Wah, kamu bawa bekal apa hari ini? Kemarin baunya sampe ke meja saya, loh.”

Vina tersenyum bangga. “Tadi Mama masak bihun goreng. Tapi nggak pedes, Pak. Mau coba?”

Sikap Vina yang hangat seperti itu membuat beberapa pegawai pria diam-diam menaruh perhatian lebih. Namun, tak sedikit pula pegawai wanita yang mulai merasa tak nyaman. Beberapa dari mereka berbisik-bisik di lorong belakang, memperhatikan cara Vina berjalan, berbicara, bahkan caranya menyisir rambut.

“Kayaknya si Vina itu sengaja deh tiap hari tampil kinclong buat cari perhatian semua lelaki yang ada disini. Celetuk seorang pegawai wanita bernama Rini kepada kawannya saat sedang mengepel lantai belakang. 

“Ya iyalah, kulitnya aja putih begitu kayak tahu. Kita udah kebakar matahari tiap hari, ya jelaslah kalah saing,” timpal kawannya, tertawa kecil tapi sinis.

Meski begitu, Vina tidak pernah bersikap berlebihan. Ia tidak memakai riasan mencolok, tidak berbicara genit, dan selalu menunjukkan rasa hormat kepada siapa pun. Namun aura dirinya—yang khas, tenang, dan rapi—memang secara alami mencuri perhatian. Terutama karena ia berbeda: satu-satunya gadis keturunan Tionghoa di antara puluhan karyawan lokal.

Pada suatu siang, seperti biasa, Vina berjalan menuju ruang supervisor untuk menyerahkan laporan suhu dan kelembapan harian. Rambutnya yang panjang diikat rapi ke belakang, dan sepasang kaus kaki putih bersih tanpa noda. Ketika ia melewati lorong akuarium, beberapa pekerja lelaki yang sedang membersihkan filter kolam menoleh sekilas, lalu saling melempar pandang.

"Ternyata ada juga yah amoy sekolahan yang mau magang kerja dimari. Biasanya amoy kan maunya kerja dikantor yang mewah. 

Tanpa menghiraukan tatapan itu, Vina melangkah pasti menuju ruang supervisor. Di dalam ruangan, Pak Dasim sedang duduk sambil memeriksa dokumen.

“Permisi, Pak. Ini laporan suhu air hari ini,” kata Vina sambil menyodorkan berkas.

Pak Dasim menatapnya sejenak, lalu tersenyum.

“Terima kasih, Vina. Seperti biasa, rapi banget laporannya. Kamu cepat belajar, ya.”

“Terima kasih, Pak. Soalnya data suhu kan penting banget buat ikan-ikan itu,” jawab Vina dengan polos.

Tatapan Pak Dasim melembut. Di balik sikap profesionalnya, ia merasa ada sisi Vina yang membuatnya selalu ingin melindungi gadis itu. Mungkin karena ia melihat anak perempuannya sendiri yang seumuran, atau mungkin—meski tak ia akui—ada simpati yang perlahan berubah menjadi rasa ingin lebih dekat.

Hari-hari Vina terus berjalan tanpa kendala berarti, namun bayangan tentang siapa kawan dan siapa yang diam-diam menaruh perhatian mulai terasa samar. Ia belum menyadari sepenuhnya bahwa dunia kerja tak hanya soal tugas dan disiplin, tapi juga tentang bagaimana ia dilihat dan dinilai dari sudut-sudut yang tak selalu terang.

Seminggu Vina beraktivitas di tempat tersebut, namun ia benar –benar tidak menyadari bahwa beberapa karyawan sering memandanginya terutama Pak Dasim selaku Supervisor. Bagaimana tidak, Vina Gadis chinese yang cantik, dengan tubuh yang ideal dan berisi, apalagi seragam sekolahnya yang ketat dan roknya yang pendek kira 15 cm diatas lutut dan juga kaos kaki panjang menutupi betisnya. Walaupun tertutupi oleh jas panjang nya namun tetap saja malah menambah kemolekan gadis usia 17 tahun tersebut. Suatu saat, ia melaporkan hasil pencatatan masing – masing kolam aquariumnya.

“Pak Dasim, semua aquarium sudah saya catat, silahkan bisa bapak periksa “ kata Vina sembari menyodorkan catatannya.
“oh, iya Terima kasih Vina” ujar Pak Dasim

Karena merasa penasaran ia pun juga duduk disamping Pak Dasim dengan menyilangkan Kakinya sehingga roknya semakin tersingkap dan tak bisa menutupi pahanya yang mulus dan hampir terlihat celana dalamnya. Pandangan Pak Dasim tidak lagi tertuju pada catatan tetapi sedikit mencuri pandang pada paha mulus Vina, dan beliau pun hanya bisa menelan ludah.

“Pak, kok bengong sih!” Sentak Vina sembari tersenyum melihat kelakukan Supervisornya
“O.. o.. o, maaf ya sebentar saya lihat dulu, emmm kayaknya sudah cukup, jadi kita tidak perlu mengubah kadar air nya” Ujar Pak Dasim
“Oke Bos, ngomong –ngomong Bapak kok gugup gitu sih, santai aja dong Pak” hibur Vina
“haha, iya maaf, ayo kita ke kantin sudah waktunya istirahat” perintah Pak Dasim
“siap Bos” jawabnya dengan berseri – seri
Pada waktu malam hari Pak Dasim hanya bisa membayangkan apa yang terjadi siang tadi. Pikirannya mulai kacau seolah – olah ia ingin mengelus paha mulus Vina, apalagi payudaranya yang cukup menawan membuat imajinasi Pak Dasim serasa ingin meremasnya. Apalagi Pak Dasim sudah lama bercerai dengan istrinya, jadi gairah kejantananya mulai bangkit gara –gara kelkuan Vina. Hingga akhirnya ia memiliki sebuah rencana untuk mempiaskan nafsu birahinya tersebut.

Keesokan harinya masih sama, Vina tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun kali ini Pak Dasim akan menambahkan tugas tambahan untuk Vina agar rencananya dapat berhasil.

“"Vin.. sapa Pak Dasim
“Iya Pak” jawab Vina lembut
“Saya mau minta bantuan, coba nanti kamu bantu saya melakukan pengecekan terhadap jenis pakan kan bisa nggak?” pinta Pak Dasim
“emm, wah nanti pulangnya agak sorean nih Pak” jawabnya secara halus
“Iya maaf soalnya ini penting banget, ntar saya kasih uang lembur deh” Rayu Pak Dasim
“Hehe, kalo gitu kan sama –sama enak” jawabnya senbari menyindir
“hah, dasar kamu” ujar Pak Dasim sambil tersenyum

Akhirnya rencananya berhasil. Pak Dasim hanya menunggu saat yang tepat yakni saat pegawai sudah pulang semua. Dan waktunya pun tiba yakni saat Sore dan ruangan tempat penangkaran pun sangat sepi tetapi Vina masih menjalankan tugas tambahan dari Pak Dasim. Saat Vina mencoba memberi pakan yang tepat pada Ikan, Pak Dasim mulai mengendap –ngendap memasuki Ruangan setalah selesai istirahat. Tak lupa ia pun mengunci Ruangan. 

Keadaan pun menjadi sangat sepi. Saat Vina sibuk melakukan tugasnya, Vina memandangi kolam dengan posisi membungkuk dan sekarang ia tidak memakai jas dan hanya memakai seragam dengan roknya yang minim itu, seolah sudah siap untuk diterkam. Pak Dasim mengendap – endap lalu dengan cepat ia memasukkan tangannya kedalam rok Vina dan mengelus elus pinggulnya. Sontak Vina pun kaget.
“Ahh, apa – apan ini!” teriak Vina dengan kaget

Sebelum sempet membalikkan badan Pak Dasim sudah merangkul tubuh gadis itu. Saat Vina menoleh ia pun kaget.
“Pak Dasim!” teriaknya kaget
“iya Manis, ini bapak, gimana laporannya” katanya sambil berbasa – basi
“ enggghhh, pak lepasin pak, saya mohon” pintanya sambil merintih
“ayo dong, cantik bantu bapak menganalisa tubuh indah kamu” ejek Pak Dasim
“tidak Pak, jangan,toloooong toloong” Vina berteriak minta tolong
“diam kamu, lagian tempat ini sudah sepi karena semua pegawai telah pulang, sebaiknya kamu turutin kata – kata bapak, atau kamu saya berhebtikan dari magang disini” ancam Pak Dasim
“enggak pak, saya tidak bisa berhenti magang” rengeknya

“Bagus, kamu hanya bisa menuruti kata – kata saya kalau begitu” kata Pak Dasim sembari masih mengkunci leher Vina dengan tangan kanan dan mengelus pinggul dengan tangan kiri.
Vina hanya bisa memberikan tatapan sayu karena dirinya akan diperkosa. Lalu Pak Dasim melepas cengkramannya.Tanpa diduga Vina langsung berbalik dan mendorong Pak Dasim hinggat terjatuh, lalu ia pun berlari menuju ke pintu, namun sayang pintu sudah terkunci.

“ Tolong – tolong” teriaknya seraya menggedor pintu
Saat itu juga Pak Dasim segera mendatanginya, lalu Vina pun hanya bisa berbalik dan mencoba menutupi tubuhnya dan memegangi roknya agar tidak di singkapkan oleh Pak Dasim lagi. Ia sudah tidak bisa menghindari pemerkosaan itu.
“hehe, mau lari kemana manis” kata Pak Dasim sembari melangkah mendekati Vina.
“ ampun pak jangaaan” rengek Vina dengan mata yang mulai menangis.
Pak Dasim mendekati Vina dan langsung menampar wajahnya
“Plakkk” tampar Pak Dasim.
"aaawwww" Vina kesakitan
Vina pun langsung menagis dan mengusap pipinya. Lalu Pak Dasim mendekatkan wajahnya kepada Vina.
“begini kalau kamu berani melawan saya, saya bisa memukul kamu lebih keras lagi“ ancam nya.
“ampuun pak, saya minta maaf, hu hu hu” kata Vina sambil menangis dan memalingkan wajahnya karena terlalu dekat dengan wajah Pak Dasim.ia tidak mengira ternyata orang yang dia kenal baik bisa sekejam itu.

“Bagus sekarang ikut saya” ajaknya seraya menarik rambut Vina yang indah. Ia menjambak dan menyeretnya
“ampun pak, tolong lepaskan saya” pinta nya dengan tangisan yang lebih keras
Ia langsing dilempar ke pojok ruangan dengan tembok dibelakang dann kanannya sedangkan dikirinya tertutup oleh aquarium.
Pak Dasim langsung membuka sabuknya dan melorotkan celananya. Pemerkosaan akan segera dimulai.
“ampun pak tolong jangan apa –apakan saya Pak” tangis VinaSebuah penis besar di hadapkan pada Vina.
“ok, sekarang kamu kulum punya Bapak, atau kamu mau saya pukul lagi” tegasnya
“ampun pak jangan” rengek Vina

“Ayo cepet emut anu saya” perintahnya
Vina pun mendekat dan memegangi penis Pak Dasim dan memasukkan nya ke mulutnya.
“sluuup, mmmhhhmmppp” Vina menghisa penis Dasim
“lebih cepet lagi donk” Pak Dasim kurang sabar dan menjambak rambutnya dan menggerakkan sendiri kepala Vina

Beberapa saat kemudian ia mulai mencabut penisnya dan mengangkat Vina dan menyandarkannya di tembok. Pak Dasim mencoba melucuti baju Vina walaupun roknya sudah tersingkap karena dalam posisi duduk seperti itu. Ia mencoba berontak namun tamparan keras kembali menghampirinya sehingga ia hanya bisa menangis dan pasrah atas apa yang dialaminya. Pakaian seragamnya sudah terbuaka dan hanya tersisa branya saja. Bra yang hanya menutupi sebagiaan itu langsung ditarik oleh Pak Dasim sehingga buah dada nya tampak jelas. Langsung saja Pak Dasim menghisap putting susu Vina.

“ampun Pak, tolong hentikan Pak Dasim” Vina merintih memelas kepada Pak Dasim namun tidak dihiraukanya
Pak Dasim terus menerus menghisap puting susu Vina secara bergantian, bahkan ia merapatkan buah dada Vina sehingga ia bisa menghisap kedua-duanya. Vina hanya bisa terengah –engah karena merasa terangsang dan tangannya hanya bisa memegangi lengan Pak Dasim untuk menahan orgasmenya.
“sekarang kamu tunggu sebentar” Kata Pak Dasim sambil berdiri dan ingin mengambil sesuatu. Ternyata ia mengambil sebuah kursi untuk Vina.

“sekarang kamu duduk dikursi ini” perintah Pak Dasim
Tanpa sepatah kata Vina langsung duduk di kursi itu. Pak Dasim langsung merogoh roknya dan menarik celana dalamnya
“ Jangan Pak, hentikan” Vina mencoba memegangi celana dalamnya yang ditarik Pak Dasim
“sudah kamu diam saja” kata Pak Dasim sambil menari dan menepis tangan Vina agar tidak menghalangi aksinya.
Setelah celana dalamnya terlepas Pak Dasim langsung memasukkan jari jemarinya ke vagina Vina. Jarinya menggelitiki vagina tersebut dan mulai memasukkannya kedalam.
“aahhhh, aaahh hentikan pak” Vina hanya bisa mengerang

Hingga beberapa saat keluarlah cairan orgasme nya. Cairan itu membuat Pak Dasim tergiur dan ia langsuung menjilatinya bahkan menghisapi vagina milik Vina.
“Aaaaaaaaahhhh, hentikaaaaaaaaaaaaan” Vina berteriak karena dahsyatnya jilatan di vaginanya itu.
Ia hanya bisa mendorong pundak Pak Dasim namun jilatan itu semakin dalam dan semakin kuat. Hingga beberapa saat semua cairan orgasme membasahi kursi itu.
“sekarang kamu mu menghadap ketembok itu” perintah Pak Dasim seraya mengagkat tubuh Vina dan mendorong nya ketembok.

“sudah pak Cukup” Vina mencoba menawar
“apanya yang cukup, bapak pengen cobain rasanya memek kamu” kata Pak Dasim sembari memasukkan Penisnya kedalam vagina Vina.

“toloooong sudah hentikaaaan Pak, aaaaaaaaaahhhhh” Vina mencoba berontak namun terlambat penis Pak Dasim sudah memasuki vaginanya sehingga keperawananya pun jebol.
Ia diperkosa dengan posisi berdiri menghadap tembok sementara Pak Dasim menghujamnya dari belakang. Pemerkosaan berlangsung walaupun ia masih mengenakan seragam yang sudah terbuka kancingnya, dan rok abu –abunya yang mini sudah tersingkap ke atas.
” aaaaakkhhhh Pak saya mohon hentikan” Gesekan demi gesekan membuat Vina mengerang kesakitan
“wah memek kamu masih perawan ternyata, pantesan rasanya mantep banget, hahaha” Ujar Pak Dasim kegirangan.

Darah keperawanan Vina mengucur ke bawah menandakan bahwa ia sudah kehilangan kesuciannya. Kini ia hanya bisa meratapi nasib nahwa ia telah diperkosa oleh pemandunya di tempat kerja yang selama ini dia kira sangat baik. Ia tak menyangka akan bisa seperti ini jadinya. Beberapa jam sudah berlalu, gesekan demi gesekan semekain dipercepat bahkan rintihan Vina kini juga makin cepat, saat itu lah Pak Dasim segera mencabut penisnya dan membalikkian tubuh Vina dan menyuruhnyya untuk duduk agar bisa berhadapan dengan penisnya. “croooooooottt” penis itu langsung mengeluarkan sperma yang tepat di wajanya. Vina yang mencoba menghindarkan wajahnya sudah tidak bisa karena rambutnya dijambak sehingga mau tak mau wajahnya yang cantik harus menampung sperma itu.
Kini Vina hanya bisa bersandar di tembok itu meratapi nasib pemerkosaan oleh pengawasnya sendiri saat sedang magang. Dia tidak akan pernah melupakan kejadian ini.


###################

Sudah satu bulan Vina menjalaini aktivitas magang di PT Tirta Bahari. Ia masih ingat tentang kejadian pemerkosaan yang menimpa dirinya. Walaupun begitu ia harus tetap menyeleseikan magangnya hingga dua bulan agar nilai sekolahnya terpenuhi. Pagi itu ia masuk lagi ke tempat usaha itu.

“pagi Vina” sapa pegawai tempat ia magang
“pagi pak” sapanya balik dengan tersenyum
Namun senyumnya berubah saat ia bertemu dengan Pak Dasim, pria yang memperkosanya kemarin malam. Ia tidakmenghiraukannya dan pergi mengambil jas putih magangnya dan segera melaksanakan tugasnya. Saat ia sedang sibuk mengamati kelembaban air, Pak Dasim menghampirinya.
“bagaimana Vina, airnya bagus?” Tanya Pak Dasim
Vina tak menjawab karena ia tahu siapa orang itu.

"Hmmmm, jangan gitu dong, nanti kita kayak kemarin lagi ya” kata Pak Dasim menggodanya

"Maaf Pak, saya disni hanya melakukan tugas sekolah” ia menolaknya

“Haha, bagaimanapun kamu harus mengikuti apa kata saya Vina, saya ini bos kamu” Kata Pak Dasim
Vina hanya diam dan terus menganalisa kelembaban air di aquarium.

“oke, setelah selesai, kamu laporkan ke saya” perintah Pak Dasim.
Vina hanya mengangguk saja. Setelah ia selesaiia menghampiri Pak Dasimyang sedang duduk di kursi. Kali ini ia mengancingkan jas putihnya agar keindahan tubuhnya tidak terlihat olehnya.
“duduk sini Vina” Pak Dasim menyuruhnya duduk di samping kursi panjang itu
Ia pun duduk tetapi sambil menjaga jarak. Ia menyerahkan laporan kerjanya.
“mmmm, ini sepertinya ada yang kurang” ujar Pak Dasim
“mana Pak?” Ia mendekat

Saat ia semakin dekat dengan Pak Dasim, tubuhnya langsung dirangkul. Pak Dasim mencoba menyusupkan tangannya ke sela – sela jas putih panjang Vina.
“aaaahhh,, jangan Pak saya mohon” pintanya
“sudah, kamu diam saja” ujar Pak Dasim sambil mengelus – elus pahanya
Vina hanya kesal karena ia tidak berani berbuat apa –apa.
“aaaahh, jangan Pak” ia meronta karena rangkulan tangan Pak Dasim mengarah ke payudarnya dan meremasnya
“ayo doing sayang, jangan teriak – teriak nanti orang – orang datang lo” rayu Pak Dasim “Pak saya mohon, jangan disini” pintanya karena malu
Tangan kanan Pak Dasim makin kencang meremas payudara Vina, sedangkan tangan kirinya mulai menjamah selangkangan gadis tujuh belas tahun itu.


“tubuh kamu semakin lama semakin aduhai cantik” ia menggoda lagi
“Pak, tolong hentikan, nanti ada orang yang melihat” Vina menasehatinya
“sudah kamu diam saja” ujarnya sembari mulai menyentuh vagina Vina
“aaaaaahhhh,, pak stop...aaaaahh” Vina menggelinjang saat clitorsnya di sentil
“wah, kalo kamu teriak –teriak nanti orang –orang pada tahu, kita lanjutkan nanti saja ya cantik” ujar Pak Dasim sembari melepaskan rangkulannya
Vina akhrinya melanjutkan tugasnya kembali. Beberapa saat kemudian Pak Dasim mendatanginya kembali.
“Vina apa kamu tidak kepanasan memakai jas itu terus” rayunya
“mmm, enggak kok” Vina tahu maksudnya
“sini bapak bantu lepas” Pak Dasim mulai membuka kancing jas Vina

“jangan Pak, saya...” ia mencoba mengelak
“sudah kamu diam saja, atau kamu mau saya kasih nilai jelek” ancam Pak Dasim
“mmm,, jangan Pak” rengeknya
“makanya, kamu harus nurut sama saya” kata Pak Dasim sambil mulai membuka Jas Vina
Kini Vina hanya memakai seragam abu –abu putih dengan rokpendeknya, sehingga
menggoda Pak Dasim. Apalagi saat Vina mencatat ia selalu dalam posisi membungkuk sehingga sedikit membuka pinggulnya.

“Paaaaaak, jangaaaaann” ia merengek karena Pinggulnya di elus saat ia masih mencatat
“sudah teruskan saja pekerjaan kamu” kata Pak Dasim
Vina pun hanya bisa pasrah merasakan pinggulnya digerayangi supervisornya tersebut.
Bahkan kini vaginanya mulai digelitiki dari belakang.
“aaaaaaaaaahhhh, jangan Pak, saya mohon” ia meronta
Pak Dasim terus menggesekkan tanganya ke vagina Vina yang masih tertutup celana dalam putih, berharap ia akan orgasme dan memperkosanya lagi di tempat. Belum sempat membuat gadis itu orgasme, beberapa suara berdatangan.
“sepertinya, semua sudah datang, nanti kita lanjutkan lagi setelah makan siang.” Kata Pak Dasim meninggalkan Vina

Saat makan siang Vina tidak lagi duduk bersama supervisornya yang bejat itu. Ia duduk di meja yang terpisah, namun tetap saja orang itu mendatanginya.
“Ayo, Vina sekarang kamu ikut saya” ajak Pak Dasim
“mau ke mana pak” tanyanya
“sudah, pokonya nanti kamu pasti senang” rayunya
Dengan berat hati ia mengikuti kata ornag itu, entah mau dibawa ke mana dirinya. Akhirnya mereka tiba di gudang penyimpanan milik perusahaan.
“Pak, mau apa kita kesini?” Vina heran
“sudah ayo masuk” paksanya


Saat di dalam mereka langsung menuju ke sudut ruangan. Pak Dasim yang dari tadi sudah tidak tahan terhadap kemulusan body Vina segera membuka celana dan mengelurakan penisnya.
“ayo sekarang kamu entot punya bapak” suruhnya
“pak tolong, saya tidak mau” rengeknya
“sudah, cepat nanti keburu ada orang datang” bentak Pak Dasim
Mau tak mau ia harus melakukan perintah bosnya itu. Ia segera mengulum penis pria tua itu, walaupun dari wajahnya tampak jijik.
“ayo terus sayang entot yang cepat” suruh Pak Dasim
Vina berusaha memperepat gerakannya, tetpi masih kurang memuaskan bosnya itu sehingga kini kepalanya digerak – gerakkan sendiri oleh Pak Dasim.
“mmmmmmmmmppppppp” ia meronta

“hmmmm,,, sungguh enak sayang” Pak Dasim kegirangan
Beberapa saat setelah itu, Pak Dasim mencabut penisnya dan mengyuruh Vina berdiri bersandar tembok.
“sekarang buka baju kamu” suruhnya
“tapi pak nanti kalo ada orang gimana” ia malu
“sudah lakukan saja cepet” bentaknya lagi

Vina akhrinya membuka kancing kemeja putihnya satu persatu. Saat sudah terbuka Pak Dasim langsung menyingkap bra Vina keatas dan mulai menghisap dan memelintir puting susu Vina.
“aaaaaaaaaaahhh, hentikan pak, aaahh” desahnya
“hmmm, toket kamu sungguh nikmat sayang” kata Pak Dasim sambil menghisapi puting susu itu
Setelah beberapa lama menikmati payudaranya, kini ia manyuruh Vina untuk menghadap ke tembok.
“Pak...tolong jangan di sini ”Vina merengek
“sudah kamu nurut aja” kata Pak Dasim sambil menarik pinggul Vina agar menungging

Pak Dasim menyingkap rok abu – abu Vina yang pendek dan mengelus vagina Vina.
“wahh, meki kamu sudah basah ternyata” katanya sambil mennyayatkan jari telunjuk ke vagina Vina
“aaaaaaahh, pak saya mohon” rengeknya
Pak Dasim semakin hasu dan melorotkan celana dalam putih milik Vina, dan mulai menjilati vagina itu.
“aaaaaaaaaaahhhh sudah paaakk hentikaan!!” ia terangsang hebat

“hmmm sluup, meki kamu juga enak sayang” kata Pak Dasim sambil terus mejilati vagina Vina setelah puas mencicipi vaginanya kini ia bersiap memasukkan penisnya ke dalam vagina itu.
“paaaaaak,jangaaaaaaaaaann hentikaaaaan” ia meronta
Penis sudah menghujam vagina Vina, Pak Dasim mulai menggesekkan batang kemaluannya itu di dalam.
“aaaaaahh aaaaaaahh ah” Vina mendesah seirama dengan hujaman penis itu.

Saat mereka berdua sedang asik melakukan hubungan intim, terdengar suara beberapa orang masuk ke dalam gudang.
“Pak hentikaaan, ada orang” Vina mencoba menghentikan
“sudah, kamu nikmatin aja”ujarPak Dasim masih menggesekkan kemaluannya
Orang – orang tersebut akhirnya memergoki mereka, namun mereka tidak kaget dengan hal itu.
“wah, jadi ini yang bapak bilang” kata mereka sudah tahu
“iya, habis ini giliran kalian” kata Pak Dasim mengobrol sambil terus bersenggama.
“pak, apa –apaan ini, tolong jangan perkosa saya, ahahaha” Vina mulai menangis karena ia akan di gang bang oleh semua karyawan

“sudah sayang, bapak cuma pengen bagi – bagi aja, sama anak buah bapak” kata Pak Dasim menghiburnya
“tidaaaaaaaaaaaakkkk, jangaaaaann” tangisannya menderu deru
Setelah puas akhirnya Pak Dasim mengeluarkan spermanya ke dalam vagina Vina.
“haaah, sekarang gilran kalian” ia mempersilahkan karyawannya
“jangaaaaaaan pak, hentikaaaaaaaan ahahaha” teriaknya saat karyawan –karyawan itu mengerubunginya
Salah satu karyawan segara merebahkannya dan menggagahinya. Mendapat gilran pertama untuk memperkosa Vina.

“ayo sayang, punya bapaklebih enak kok daripada punya Pak Dasim” rayu orang itu
“jangaaaaaaaaann, aaaaaaaaaahhh” penis sudah menembus vaginannya
Ia hanya bisa pasrah mengalami pemerkosaan di gudang oleh karyawan – karyawan
tempatnya magang. Masing – masing karyawan kebagian jatah satu – persatu, ada yang minta di entot, ada yang memperkosa anusnya dan lain sebagainya. Itu adalah kejadian pahit yang dialami Vina saat ia magang. Keesokan harinya ia masih tetap masuk magang, kali ini ia di lirik oleh karyawan –karyawan yang kemarin telah memperkosanya. Saat ia bertemu Pak Dasim,
“Vina, mulai sekarang kalau kamu kerja disni harus melepas semua pakaian kamu” ujar Pak Dasim dengan senyum licik

“Pak, saya mohon jangan permalukan saya” ia merengek
“sudah kamu nurut aja, kalo nggak nilai kamu jelek lho” salah seorang karyawan menimpalinya
Mau tidak mau ia harus menruti kata – kata mereka. Akhirnya ia harus rela menanggalkan seluruh pakaiannya termasuk pakaian dalamnya kecuali sepatu dan kaos kakinya. “haha, sekarang kamu lanjutkan tugas kamu” perintah Pak Dasim

Vina mengangguk dengan mata yang berlinang air mata serta wajah yang memerah karena ia harus telanjang di dalam perusahaan yang mana semua karyawannya laki – laki semua. Tak jarang saat ia sedang bekerja beberapa karyawan mencolek tubuhnya bahakan mencubit puting susunya. Dan di akhir pekerjaan ia juga mendapat tugas tambahan, yakni melayani nafsu birahi Pak Dasim beserta karyawan – karyawannya.

Komentar

  1. Magang yg erotis.....

    BalasHapus
  2. Ceritain dong hu pas amoynya digang bang sama pekerja kasar disana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa gangbangnya didalam kolam ikan hu. Dikontolin bergiliran sama buruhnya sambil dijambak rambut dan dicelupin kedalam kolamnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jebakan Minimarket

Pengantin Brutal

Jebakan Minimarket 2

Amoy Diatas Dongkrak

Pemulung Sadis

Tragedi Pasar Pecinan

Pengakuan Cici Pik

Chindo Seksi Jadi Rebutan 6

Chindo Seksi Jadi Rebutan

Begal payudara