Namun ada satu hal yang membuatku tetap betah bertahan: lingkungan kerja yang… menyegarkan. Bukan hanya karena fasilitas kantor yang modern, atau karena sistem kerja hybrid yang fleksibel, tapi karena atmosfer sosialnya yang… berbeda. Divisi marketing tempatku bekerja kebanyakan diisi oleh para perempuan muda, lulusan luar negeri, berpenampilan menawan, dan sangat profesional. Tapi ada satu ciri khas yang membuat mereka menonjol: mayoritas dari mereka adalah keturunan Tionghoa—kulit putih bersih, mata sipit yang tajam dan jernih, serta cara bicara yang lembut namun tegas. Aura mereka memancarkan profesionalisme, tapi sekaligus pesona yang sulit dijelaskan.
Setiap pagi saat memasuki kantor, aku disambut aroma parfum elegan dan denting sepatu hak tinggi di lantai marmer. Meja-meja kerja tertata rapi, sebagian dengan cermin kecil, botol air infused lemon, dan foto prewedding bergaya Korea. Tapi tetap saja, ada ruang dalam pikiranku yang tak bisa mengabaikan satu fakta sederhana: tempat ini dipenuhi wanita-wanita cantik dan cerdas, yang selalu tampil prima dalam balutan blazer pastel dan rok selutut.
Aku tentu menjaga profesionalisme. Tapi bukan berarti aku tak menikmati pemandangan itu. Sejujurnya, hal-hal seperti ini yang membuatku tetap bersemangat datang ke kantor meski semalamnya aku kurang tidur atau sedang banyak beban.
Sayangnya, belakangan ini, beban itu tak lagi mudah kulepaskan. Biasanya, aku punya cara sederhana untuk mengurai stres: mengajak istriku untuk melakukan short trip keluar kota. Kadang pergi ke Bandung dan kadang ke Puncak, kadang hanya staycation di hotel bintang lima dengan bathtub luas dan pemandangan kota. Di tempat-tempat seperti itu, kami bisa bercinta tanpa gangguan, tanpa jadwal, tanpa deadline.
Namun beberapa minggu belakangan, istriku agak berubah. Ia jadi lebih mudah tersinggung, gampang marah karena hal-hal sepele. Kadang hanya karena aku lupa menaruh handuk di tempatnya, atau lupa mengganti tisu di kamar mandi. Aku tahu dia stres juga, mungkin karena pekerjaannya sendiri. Tapi perubahan sikapnya membuat hubunganku dengannya renggang secara emosional… dan seksual.
Ketika aku mencoba mendekat, mengusap rambutnya, merayunya dengan pijatan di bahu—reaksinya dingin. Kadang malah menjauh, kadang hanya menatapku sejenak lalu melanjutkan scroll layar ponsel. Beberapa kali aku mencoba memulai malam dengan ciuman, atau memeluknya dari belakang—tapi hasilnya nihil. Suasana menjadi canggung. Bahkan di akhir pekan pun, kami nyaris tak saling menyentuh.
Aku bukan pria yang tak setia. Tapi aku manusia biasa. Ketika rumah tak lagi jadi tempat melepaskan penat, maka kantor mulai terasa seperti tempat pelarian. Senyum-senyum rekan kerja, obrolan ringan di pantry sambil menyeruput kopi, bahkan hanya sekadar melihat mereka lalu lalang dengan gaya rapi dan penuh percaya diri—semuanya memberikan semacam distraksi, pelipur stres yang anehnya terasa… menghibur.
Dan entah mengapa, aku mulai memperhatikan salah satu dari mereka lebih dari biasanya…
Dan hal itulah yang aku alami beberapa minggu belakangan. Apalagi bulan-bulan ini adalah bulan menjelang hari raya yang mana di mana semua bisnis.. baik itu besar maupun kecil meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Sedangkan di tempatku berada keadaannya terbalik.. sehingga tekanan yang aku terima semakin berat dan membuatku terkadang harus melepaskan semua beban itu dengan melakukan onani di kamar mandi.. karena istriku sendiri kelihatannya sedang bermasalah di tempat kerjanya.
Namun semua itu berakhir ketika hari itu.. hari Kamis. Di mana aku pulang kerumah seperti biasa menjelang pukul 7 malam.
Aku sampai di rumah.. setelah memarkirkan mobilku.. aku berjalan masuk dan bertemu dengan istriku yang juga baru pulang dari kerja.
Kami berciuman di pipi sebentar lalu aku masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Lalu akupun mandi untuk menyegarkan diri dari segala kepenatan yang melingkupiku.
Aku keluar dari kamar, menyeka rambut dengan handuk kecil, lalu menengok ke arah ruang tamu. Di sana kulihat seseorang tengah duduk di sofa sambil mengobrol santai dengan adik iparku. Gadis itu membalikkan badan, dan ketika mata kami bertemu, dia tersenyum manis.
“Ehh.. mas Arbi baru selesai mandi, ya?” sapanya ceria.
Angelina. Namanya saja sudah seperti nama selebriti. Dan memang, dari dulu pun ia selalu tampak mencolok. Angelina adalah teman dekat adik iparku, sekaligus tetangga satu komplek yang tinggal hanya beberapa rumah dari tempatku. Usianya masih 23 tahun, baru saja lulus kuliah jurusan komunikasi dari kampus swasta ternama. Sejak beberapa bulan terakhir, dia sering berkunjung ke rumah ini—entah untuk main dengan adik iparku, menemani Livia masak, atau sekadar numpang WiFi sambil nonton drama Korea.
Angelina adalah tipe gadis Chindo yang sangat menawan. Kulitnya putih bersih, tubuhnya langsing, dengan pinggang kecil dan kaki jenjang yang sering ia biarkan terbuka oleh rok mini atau celana pendek yang nyaris seperti hotpants. Wajahnya khas oriental, dengan mata sipit yang sedikit naik di ujungnya, hidung kecil mancung, dan bibir tipis yang selalu dihiasi lip tint warna cherry. Tapi daya tarik utamanya—selain bentuk tubuhnya yang proporsional—adalah senyumannya. Manis, jenaka, dan sering kali muncul dengan gaya manja yang membuat orang susah menolak apapun yang dia minta.
Malam itu, ia mengenakan tanktop warna krem yang melekat ketat di tubuhnya, memperlihatkan lekuk dada dan garis bra hitam tipis di baliknya. Bawahannya hanya celana pendek jeans belel dengan pinggang rendah—nyaris seperti yang sering dikenakan rekan-rekan wanitaku di kantor saat kami outing ke luar kota. Gaya pakaian seperti itu, entah kenapa, seolah sudah jadi tren di kalangan perempuan muda Tionghoa zaman sekarang—berani, seksi, tapi tetap terlihat "pantas" karena dibalut percaya diri yang tinggi.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum sopan, lalu melangkah menuju dispenser untuk menuang segelas air. Tapi dari ekor mataku, aku bisa melihat Angelina memperhatikanku. Pandangannya tidak canggung, bahkan terasa… santai. Terbuka. Mungkin karena ia sudah cukup sering datang ke rumah ini, ia tidak lagi menjaga jarak seperti pertama kali dulu.
Dan entah kenapa, dari sekian banyak wanita cantik yang kukenal di kantor, ada sesuatu yang berbeda dari Angelina. Aura mudanya. Cara dia tertawa. Cara dia duduk dengan santai sambil menyilangkan kaki, tanpa sadar memperlihatkan paha putih mulusnya yang tak tertutupi sepenuhnya oleh celana mini itu. Gadis seperti dia... seharusnya membuatku canggung. Tapi nyatanya—aku justru merasa betah.
Apalagi belakangan ini, ketika istriku semakin menjauh, sikapnya dingin, dan sentuhan malam berubah menjadi pertengkaran sunyi... kehadiran sosok ceria seperti Angelina entah kenapa terasa seperti oase kecil di rumah yang mulai terasa kering.
Tanya Angelina padaku.. karena melihatku kusut.. meskipun telah selesai membersihkan diri.
“Gitu dech, namanya kantor pasti teganglah..” Jawabku singkat.
Tak sengaja, aku mengamati Angelina yang masih menggunakan pakaian seksinya.
Namun semua itu aku kesampingkan. Aku mendekati istriku yang kala itu sedang ganti pakaian setelah selesai mandi.
Kupeluk dia dari belakang.. dan mulai menciumi lehernya yang merupakan salahsatu titik lemahnya.. namun bukan gairah yang kudapatkan.. malah dampratan yang membuatku marah.
Ia mendorongku dan mengatakan bahwa ia sedang tidak mood untuk melayaniku..
Gondok juga aku. Maka akupun pergi dan duduk di halaman rumah sambil merokok untuk menghilangkan emosi yang membara di dalam hati.
Aku duduk menyendiri sambil menikmati bir yang aku bawa dari dalam sambil merokok.
Menatap ke langit yang gelap.. mencoba membayangkan bagaimanakah kehidupanku di masa yang akan datang.
Aku yang pada dasarnya adalah lelaki yang setia.. tak sanggup berpikir bila harus berpisah dengan istriku dan hidup menyendiri. Sungguh sebuah bayangan yang selalu kutepis.
Namun bayangan akan hal itu semakin mendekati kenyataan.. semua itu didukung dengan kondisi istriku yang sedang naik daun dan pendapatan yang lebih besar daripadaku.. atau mungkin ia telah mendapatkan teman pria yang lain.
Pikiran-pikiran itulah yang selalu menghantuiku selama ini.
Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.. hingga tak menyadari kehadiran Angelina yang duduk di depanku.
Aku terkejut ketika Angelina memanggilku dengan cukup keras.
“Mas..!”
“Eh, ya.. sori ga denger..!?” kataku terkejut.
“Ih.. Mas Arbi, melamun terus tuh..?” kata Angelina lagi.
“Iya, sory ya. Emang ada apa Lin.?” tanyaku lagi padanya.
“Ga papa mas.. keliatannya Mas Arbi pusing banget.. kusut gitu..?”
“Biasalah banyak masalah..!?” jawabku lempeng.
“Emang Angelina bisa bantu apaan..?” kata Angelina antusias.
Aku sempat terkejut mendengar pernyataan Angelina.. namun aku segera menjawabnya..
“Ga usah, kok ga langsung pulang kenapa Lin..?” tanyaku balik.
“Hehehehe.. di rumah ga ada orang.. Angelina takut sendirian.. pulangnya entar nunggu mama..” kata Angelina malu-malu.
Setelah itu aku mengambil minumanku dan meminumnya.. tapi ketika aku menoleh.. ternampaklah rok span Angelina tersingkap.. memperlihatkan kehalusan batang pahanya yang putih..membuatku langsung terangsang.
Aku lantas kembali bersandar.. menyalakan kembali rokokku.. pura-puranya mencoba menghilangkan semua gairah yang muncul tiba-tiba.
Dua-tiga isapan rokok kunikmati.. terdengar istriku dan adiknya keluar dari dalam rumah berpamitan padaku untuk keluar sebentar ke mall.. belanja kebutuhan bulanan.
Aku mengangguk.. sementara adik iparku berbicara pada Angelina.. memintanya menunggu kalo mau.. kalo tidak, ikut aja.
Sementara Angelina menjawab nunggu aja.
Selesai itu istriku dan adiknya pergi meninggalkan rumah.
Aku berkata pada Angelina.. kalo membutuhkanku aku berada di dalam.
Lalu aku pergi meninggalkan Angelina yang masih duduk di luar sambil bermain dengan HPnya.
Aku masuk ke dalam.. tapi aku bersembunyi di ruang tamu dekat gorden.. untuk mengintip lebih dekat Angelina yang memang membelakangi gorden.. sehingga akan tampak lebih jelas.
Apalagi ketika Angelina melepas blasernya.. blouse kerjanya yang memiliki renda pada daerah kancing dengan warna yang tidak terlalu terang.. tapi memperlihatkan keindahan tubuh mungil Angelina.
Aku tak tahan lagi.. maka akupun segera pergi meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarku.
Penisku sudah begitu tegangnya.. tak lama kemudian terdengar suara panggian Angelina padaku..
“Mas.. Mas Arbi.. mas..?”
“Apa Angelina..?” tanyaku sambil membuka pintu kamarku.
“Mas, Angelina numpang minum ya..?”
“Ya..?” jawabku singkat.
Menatap nanar tubuh Angelina yang indah, apalagi saat itu ia tak memakai lagi blasernya, dengan blouse yang tipis.. sehingga menampakkan tubuh indah.
Bra warna biru yang tercetak jelas membuatku semakin tak dapat gairahku sendiri.. mungkin tadi tak begitu terlihat karena tertutup blasernya.. namun sekarang semua itu begitu indah dan terlalu menggoda.
Selesai minum Angelina kembali menuju ke ruang makan.. di mana aku sudah menantinya.
Kami bertemu.. dan Angelinapun tersenyum manis.
Aku berdiri di hadapannya.. Angelina lalu berjalan kembali di sampingku.
Ada kebimbangan di dalam hati mengenai semua ini.. antara gairah dan akal sehatku.
Namun gairahkulah pemenangnya.. Maka dengan cepat tangan Angelina aku cekal.. dan responnya terlihat terkejut.
Aku berbalik dan segera menarik Angelina ke dalam dekapanku.
Angelina tak melawan.. hanya menatap penuh rasa keterkejutan.
Aku peluk Angelina dan mencium bibirnya lembut.. namun penuh gairah.
Angelina tak melawan.. hanya pasrah.. hingga pada akhirnya ia ikut terbawa oleh gairahnya sendiri dan membalas lumatanku.
Tanganku tak berhenti begitu saja.. kuraba punggungnya.. turun ke bawah lalu meremas kuat bongkahan pantat yang bulat dan penuh milik Angelina.. semakin membuatku kian terangsang.
Penisku yang sangat tegang menempel keras pada perut Angelina.. denyutan kuat penisku terasa begitu kuat di perut Angelina membuat Angelinapun ikut bergairah.
Tanganku bergerak semakin liar, menuju ke bagian depan tubuh Angelina.
Membuka kancing blousenya satu per satu hingga terbuka semua, dan menyusup masuk ke dalamnya, aku remas lembut payudara Angelina yang berukuran kira-kira 34 cup B itu.
Setiap remasan yang aku lakukan Angelina mengerang di sela ciumanku, membuatku semakin bergairah. Kemudian tanpa kusadari tangan Angelina bergerak menuju selangkanganku, membuka celanaku dan meremas lembut penisku yang sudah sangat tegang.
Beberapa saat kemudian, aku teringat.. bahwa yang kulakukan sekarang ini menyalahi aturan.. dan seketika itu juga aku melepaskan ciumanku dan juga remasanku pada payudara Angelina.
Aku melangkah mundur sambil menatap penuh rasa bersalah pada Angelina yang sudah ikut terangsang oleh karenaku.
Wajahnya memerah.. dan nafasnya pun memburu seiring dengan gairah yang memuncak.
“Maaf.. maafin.. aku Angelina.. maaf..” kataku gugup.
“Maafin Mas Arbi, Fen, maaf..” kataku semakin kacau.
Namun tiba-tiba Angelina menyentuh bibirku dengan jarinya.. dan berkata lembut..
“Ga papa kok mas. Angelina tau kok..” kata Angelina mencoba menenangkanku.
“Emang Mas Arbi lagi pengen banget ya..?” tanya Angelina kembali.
“Iya, tapi ya udahlah, ga papa. Maafin mas ya Angelina..!?” kataku lagi.
“Mau ga Angelina bantuin..?” kata Angelina pelan sambil menatapku tajam.
Aku terkejut dengan jawabannya.. dan menatap Angelina seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan.
Angelina mendekatiku, lalu ia menarikku mendekat dan sambil berbisik di telingaku, ia menciumku kemudian.
Dengan lembut.. hingga akhirnya akupun membalas ciumannya.
“Di sofa aja yuk Mas..” Ajak Angelina seraya bergerak dan menarikku.
Angelina langsung duduk di sofa dan membuka kakinya.. aku tak mau langsung melakukannya.. kucium bibirnya.. lalu turun ke leher dan berhenti di kedua bukitnya..
Dengan gemas kuciumi bukit di dadanya.. kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah.
Tangan Angelina membimbing tanganku ke arah dadanya.. dan lantas menempatkannya pada payudaranya.. lalu membantu tanganku supaya meremas payudaranya sendiri.
Aku lakukan pertama dengan lembut.. lalu semakin kuat dan penuh nafsu. Kemudian.. aku memeluk tubuh Angelina dengan erat.
Ciumankupun turun pada leher jenjang Angelina. Desahan lembut keluar dari bibirnya, sementara tanganku membuka kait penahan bra Angelina.. lalu menyingkapkannya.. dan tangankupun bersentuhan langsung dengan lembutnya payudara Angelina.
Desahan Angelina berubah menjadi erangan penuh gairah.
“Aaahh.. aahh.. mas.. oohh..” erang Angelina.
Tanpa melepas blouse kerjanya, aku menikmati kelembutan dan keindahan tubuh Angelina.
Waktu berlalu.. dan ciumankupun telah berubah pada payudaranya.. erangan dan gelinjang tubuh Angelina semakin keras dan kuat.
Ciuman dan jilatanku pada payudara Angelina membuatku mengerang semakin keras..
Apalagi ketika jariku menggosok vagina Angelina yang telah basah dan hanya ditutupi oleh celana dalam model thong miliknya yang telah basah kuyup oleh cairan pelumas kenikmatannya.
“Aaah.. aahh.. mass.. aahh.. aahh..” erang Angelina.
Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya.. supaya dia berhenti melakukan dengan pacarnya untuk beberapa hari. Hehe..
Dia cemberut ketika tahu ada bekas kemerahan di dadanya.. tapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya.
Tapi itu lama.. setelah beberapa saat Angelina kembali mengerang panjang.. dan aku langsung melumat bibirnya mencoba mengurangi keluarnya suara erangan kuat Angelina.
Tubuh Angelina menggelinjang hebat sambil memelukku erat-erat. Tubuh kami berhimpitan ketat.
Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya.. terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya.. cairan cintanya.
Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari nari di bibir vaginanya.. kakinya menjepit kepalaku.. aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku.
Apalagi posisinya sekarang berbalik.. ia kini telah duduk di atas pangkuanku dengan kaki terbuka lebar dan rok span yang tersingkap sampai pinggulnya.
Setelah beberapa saat kemudian.. Angelina telah tenang.
Ia lepaskan pelukannya padaku.. ia tersenyum manis dan berkata di sela deru nafasnya..
“Hah.. enak.. banget.. mas.. hah.. hah.. enakk.. banget.. kini giliran hah.. hah.. Angelina..”
Ia berdiri dan kemudian menarik turun celana dalamku.. dan.. Tuink..!
Betapa terkejutnya dia ketika melihat penisku yang sudah sangat tegang berdiri dengan kokohnya, penisku yang berukuran sekitar 15 cm tak begitu panjang.. namun diameternya yang gemuk membuatnya terlihat besar.
Angelina memegangnya penuh rasa hati-hati dan nafsu.. setelah terpegang, Angelina mengocoknya perlahan.. membuatku yang sudah sangat terangsang menjadi lebih mudah mencapai puncak gairahku.
Aku lantas mengangkat pantatku.. menyodorkan penisku ke mulutnya.. dia menggenggam dan mengocoknya.. memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya.
Tanpa kesulitan.. segera penisku meluncur keluar-masuk mulut mungil teman wanita adik istriku yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya.
Antara jilatan.. kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi.
Eranganku mengeras seiring dengan kocokan Angelina pada penisku.
Beberapa saat berselang Angelina mengangkat tubuhnya.. lantas sambil menyingkapkan celana dalam model thong miliknya.. aku tuntun penisku tepat berdiri tegak di bawah bibir vaginanya.
Dengan bertumpu sebelah tangah di pundakku Angelina menurunkan tubuhnya perlahan..
Slebbhh.. “Nghhh..hhh..” Erangnya nikmat..
“Erghhh..hhh..” Geramku tak kalah penuh nikmat.
Peniskupun telah membelah bibir vagina Angelina..Rasa hangat dan basah serta denyutan kuat menyapa penisku..
Sungguh kenikmatan yang sudah lama aku cari dan damba.
Dengan satu gerakan penisku melesak terbenam dalam liang vagina Angelina.. Pijatan dan denyutan dinding vagina Angelina sangat nikmat..
“Aaahh.. mas.. aahh.. enakk.. bangett.. aahhh..”Rintihnya nikmat mengiringi gerusan batang penisku di liang vaginanya..
“Erghh.. Mas juga Linn.”Eranganku tak kalah nikmatnya.. menerima rasa nikmat yang kurasakan di sekujur kulit batang penisku di lepitan hangat membasah vaginanya itu.
Setelah beberapa saat berdiam diri beradaptasi.. Angelina lalu bergoyang dengan lembut maju-mundur.. memutar dan naik-turun..
Sementara itu penisku bagaikan dipelintir dan dipijat lembut oleh dinding vagina Angelina.. membuat hanya tak sampai 2 menit sudah mengerang panjang.
“Aaahh.. aahh.. Angelina.. Angelina.. aahh.. aku.. mauu.. k-keluarr.. aahh.. aahh..” erangku.
“Aaahh.. aahh.. keluarrinn.. keluariinn.. mas.. aahh.. aahh.. enakkk.. bangett..”
Angelinapun semakin memainkan tekniknya hingga akupun mengerang panjang.. sambil memeluk tubuh Angelina penisku berkedut kuat.. memuntah sperma berkali-kali dalam liang vagina Angelina.
Di atas selangkanganku Angelinapun semakin liar bergoyang di atas batang penisku.
Sementara pijatan dan remasan dinding vagina Angelina semakin liar pula memberikan rasa nikmat yang tiada tara.
Rasa nikmat yang tiada tara itu kembali menguasaiku saat.. setelah selesai mencapai puncaknya Angelina tak berhenti.. malah semakin liar bergoyang menggerus batang penisku yang terbenam di liang vaginanya.
Tiba-tiba Angelina memelukku erat disertai dengan gelinjang dan kejangan liar tubuhnya.. kamipun berciuman panas.
Sementara Angelina semakin kuat menekankan vaginanya.. hingga penisku terbenam seluruhnya.. setandasnya..
Rasa nikmat itu memang amat sangat.
Kami berpelukan beberapa saat sampai semua itu mereda.. dan Angelina yang pertama melepaskan pelukannya dan sambil memegang wajahku, ia berkata..”Mas.. hah.. hah.. enak banget. Makasih mas, enak banget rasanya.. hah.. hah..”
“Iya, aku juga enak. Makasih Angelina, enak banget. Mas puas banget..”
“Hihihihi.. Mas Arbi nakal juga ya..”
Kata Angelina yang berdiri, lalu membetulkan kembali celana dalamnya.. dan kemudian ia bersimpuh di hadapanku.
Ia pegang penisku yang masih tegang itu dan mengelusnya.. lalu menjilatinya dari buah pelirku sampai dengan kepala penisku.
“Ahh.. enak Angelina, enak.. ahh.. Maaf ya tadi aku keluar duluan..?” erangku kembali diserang nikmat.
“Emmhh.. ga papa mas, kalo mas keluar lagi juga ga papa kok..”Kata Angelina yang kemudian mengulum penisku.
Ia menjepitnya dengan bibir tipisnya dan menaik-turunkan kepalanya sementara itu lidahnya menjilati kepala penisku dan juga Angelina melakukan hisapan lembut pada penisku.
Perpaduan dari semua itu sangat memberikan kenikmatan padaku.
Angelina melepaskan kulumannya dan kembali mengocok penisku dengan lembut.. lalu mengulumnya kembali.. akupun mengerang-erang keenakan.
Angelina melakukan itu berulangkali.. sampai penisku kembali menegang dan mengeras..
Puas dengan permainan oralnya kutuntun untuk kemudian merebahkannya ke sofa.. Aku lalu jongkok di depannya.. dia menyapukan penisku ke vaginanya..
Dia menatapku dengan pandangan penuh gairah.. aku jadi agak malu memandangnya.. namun nafsu ternyata masih lebih berkuasa..
Angelina sedikit beringsut mengangkat pinggulnya.. lantas sambil menyingkapkan celana dalam model thong miliknya ia tuntun penisku yang telah kembali menegang itu tepat berdiri tegak di bawah bibir vaginanya.. lagi..!
Slebbhh.. Dengan sekali dorong melesaklah lagi penisku kembali ke vaginanya..
Dia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya.
Kakinya menjepit pinggangku.. kutarik dia dalam pelukanku.. kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi.. saling cium.. saling lumat.
Angelina mendesah liar seperti sebelumnya.. kurebahkan tubuhnya di sofa.. lalu kutindih.. satu kaki menggantung dan kaki satunya di pundakku.
Aku tak pernah bosan menikmati ekspresi wajah innocent teman adik iparku yang memerah penuh birahi.. makin menggemaskan.
Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya vaginanya.. dia memegangi dan meremasinya sendiri.
Beberapa saat kemudian kuputar tubuhnya untuk posisi doggie.. dia tersenyum..
Tanpa membuang waktu.. kulesakkan lagi penisku.. kali ini dari belakang..
Slebbh.. Jleghh.. “Oughh.. Mass..!”
Dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh.. kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan.. tak ada penolakan.
Kupegang pantatnya yang padat berisi… Angelina melawan gerakan kocokanku..
Kami saling mengocok.. dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya.
Aku bisa melihat penisku keluar-masuk vagina teman wanita adik istriku ini..
Kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya.. dia menggeliat kegelian sambil menoleh ke arahku.
Kuraih buah dadanya yang menggantung bergoyang indah dari sela blousenya yang terburai.. kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya.
Aku benar-benar menikmati tubuh indah teman wanita adik iparku ini dengan berbagai caraku sendiri..
Ada rasa nikmat tersendiri di hatiku.. yang sangat berbeda sekali.
Kuraih tangannya dan kutarik ke belakang dengan tangannya tertahan tanganku.. tubuh Angelina menggantung.. aku jadi lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin di liang nikmat vaginanya.
Desah kenikmatan Angelina makin keras memenuhi ruang.
Kudekap tubuhnya dari belakang.. kuremas kembali buah dadanya..
Batang penisku masih menancap di vaginanya.. kuciumi telinga dan tengkuknya.. Geliat nikmat Angelina makin liar.
“Aduh Masshh.. enak banget masshh.. Angelina sukaa, trus Mashh..”
Kulepaskan tubuh Angelina.. kembali kami bercinta dengan doggie style..
Entah.. mungkin lebih setengah jam kami bercinta.. belum ada tanda-tanda orgasme di antara kami.
Kami berganti posisi.. Angelina kembali sudah di pangkuanku.. tubuhnya turun-naik mengocokku.. buah dadanya berayun-ayun di mukaku.. segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam di antara kedua bukitnya.
Gerakan Angelina berubah menjadi goyangan pinggul.. berputar menari hula hop di pangkuanku..
Berulangkali dia menciumiku dengan gemas.. sungguh tak pernah terbayangkan kalau akhirnya aku bisa saling mengulum dengannya.
Tak lama kemudian tiba-tiba Angelina menghentikan gerakannya.. dia juga memintaku untuk diam.
“Sebentar Mas, Aku nggak mau keluar sekarang.. masih banyak yang kuharapkan dari mas Arbi..” katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya.. aku hampir tak bisa napas.
“Kamu turun dulu..” pintaku
“Tapi Mas.. Aku kan belum ..” protesnya
“Udahlah.. percaya Mas Arbi deh..” potongku
Kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding.. kubungkukkan sedikit.. lalu kusapukan penisku ke vaginanya dari belakang..
Angelina mengerti maksudku.. kakinya dibuka lebih lebar.. mempermudah aku melesakkan penisku.
Tubuhnya makin condong ke depan.. desah kenikmatan kembali mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya.
“Sss.. aduuh Mass, enak bangethh Masshh.. belum pernah aku.. aauuh..”
Desahnya sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok.
Kami saling bergoyang pinggul.. saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya.
Nikmat sekali goyangan Angelina.. lebih nikmat dari sebelumnya..
Berulangkali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan.. mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini.
Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah dinding.
Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya.. aku tetap masih mengocoknya dari belakang..
Dia lantas menaikkan satu kakinya di pinggiran meja.. penisku melesak makin dalam.. kocokanku makin keras.. sekeras desah kenikmatannya.
Kubalikkan tubuhnya.. dia jadi menelentang di atas meja.. kunaikkan satu kakinya di pundakku..
Lantas kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin.
“Sss.. eegghh.. udaahh Mashh.. Angelina nggaak kuaat, mau keluar niih..” desahnya
“Sama.. Mas juga..hhhh..”
“Kita sama-sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Angelina pake pil, jangan ku..aa.. sshhiit ..”
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan..
Sontak aku makin cepat mengocoknya..
Tak kuhiraukan teriakan orgasme Angelina.. makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu.
Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan..
“Erghhh.. orghh..” Crett.. crett.. crett..
“Auughh.. masshh..!”
Kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya.
Untuk keduakalinya aku membasahi vagina dan rahim teman wanita adik istriku dengan spermaku..
Dia menahanku ketika kucoba menarik keluar. “Tunggu, biarkan keluar sendiri..” cegahnya..
Maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya.. kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya.
“Makasih Mas.. permainan yang indah.. the best deh pokoknya..” bisiknya menatapku tajam.
Kuhindari tatapannya.. tak sanggup aku melawan tatapan tajam teman wanita adik iparku itu.
“Sekarang gantian Mas.. aku pengin membantu Mas Arbi sekali lagi..”
Angelina berkata sambil mendorong tubuhku.. lalu turun mengambil posisi agak berjongkok di pinggir meja.
Aku sangat mengerti apa yang akan dilakukan oleh Angelina. Akupun segera berdiri di hadapannya.
Kedua tangan mungil Angelina merengkuh pantatku dan menariknya mendekat ke wajahnya yang jelita itu.
Tanpa basa-basi dia segera menciumi batang kejantananku dengan bibirnya yang tipis itu.
Perlahan.. lidahnya yang lembut mulai menjilati seluruh permukaan kemaluanku.
Kadang diselingi pula dengan kecupan dan hisapan lembut di kantong bijiku.
Aku mulai terbuai oleh permainannya.
Angelina sudah mulai mengulum kepala penisku dengan sangat lembut.
Kemudian dengan sangat mesra dia mulai memasukkan seluruh tongkat pusakaku ke dalam mulutnya yang mungil.
Sementara di dalam kuluman hangat mulutnya.. lidahnya menggelitik leher penisku.
Bagian yang paling sensitif dari tubuhku. Aku mulai menggelinjang penuh kenikmatan.
Aku belai lembut kepala Angelina.. dia bereaksi dengan menyedot ringan kepala penisku.
Lidah dan bibir Angelina masih terus menggerayangi kemaluanku.
Nafasku semakin memburu sambil mataku lekat memandang adegan panas gadis yang tengah berjongkok dengan pakaian semrawut di depanku.
Sepertinya Angelina juga menikmati apa yang dia lakukan.. lirikannya juga tak lepas dari mataku.
“Ahhh.. ahhhh.. Linn.. nikmat.. ah.. Linn.. kamu pinter .. ahhh terus.. iya.. iya..”
Tanpa bisa aku kontrol mulutku mulai menyuarakan apa yang aku rasakan.
Angelina membalas desahanku dengan gelitikan lidahnya di batang penisku.Ini membuat aku semakin terbang ke awang-awang.
“Ahhhhh.. ahhh.. enak Angelina.. mulutmu enak sekali.. terus.. ahhhhh.. aku nggak tahan.. ahhh..”
Angelina bisa membaca gelagat bahwa puncak gunung kenikmatan sudah di depan mataku. Dia lantas agak mengubah gayanya.. bibirnya mengecup kepala penisku.
Tangan kanannya yang sedari tadi mengelus pantatku mulai mengocok batang penisku.
Mula-mula lambat.. semakin lama kocokannya semakin cepat.
Tubuhku tak bisa kutahan untuk tidak gemetar penuh kenikmatan.
Dalam kondisi seperti ini biasanya aku memejamkan mata untuk lebih menikmati perasaan ini.
Mau ga gamu aku mengerang keras.. hingga peniskupun kembali mengembang semakin besar dan tiba-tiba penisku menyemprotkan sperma di dalam mulut Angelina.
Angelina yang mengetahui gejala aku mendapatkan puncak kenikmatanku tak melepaskan kulumannya malah semakin kuat menghisapnya.
“Aaah.. aahh.. Linnnn.. ohh.. Linaa.. aahhh..!”
Croot.. croott..
“Aaahhh..”
Beberapakali semprotan di dalam rongga mulut Angelina.. tidak sebanyak yang tadi-tadi.. namun ada beberapa tetes spermaku yang keluar di sela bibir tipisnya yang sedang mengulum penisku.
Angelina melepaskan kulumannya dan sambil bersimpuh ia menelan spermaku yang memenuhi mulutnya.
Setelah itu Angelina aku bantu berdiri.. dan ia membenahi dirinya yang acak-acakan.. mulai dari blouse kerjanya sampai dengan roknya.
Beberapa saat setelah itu Angelina telah selesai berbenah dan kembali duduk di halaman depan.. bersama denganku.
“Angelina, ga ke kamar mandi..?” tanyaku padanya.
“Ga papa mas.. Angelina baik-baik aja kok. Makasih ya mas..” Ucap Angelina padaku.
“Iya sama-sama..” jawabku sambil menundukkan kepala.
Tepat beberapa saat setelah itu.. istriku dan adiknya pulang dari mall dekat rumah.
Suasana rumah jadi kembali ramai seperti biasa. Tapi.. yang berbeda adalah suasana hatiku yang telah mendapatkan kepuasan dan ‘bantuan dari Angelina..’ teman adik iparku sendiri.
Angelina terlihat agak kusut dengan keringat yang mulai bermunculan di sekujur tubuhnya.. sementara bekas spermaku yang sempat mengenai payudaranya pun tak dibersihkan. Tak ada yang berubah.. hanya berkurangnya beban hati saja.
istrinya bukin kontol tegang...mujur ada Angel
BalasHapus