Semenjak kejadian malam itu, Lien Hua yang tadinya seorang istri yang menerima keadaan dan tidak pernah mengetahui bahwa bersetubuh itu sangat nikmat berubah menjadi Lien Hua yang ingin dipuaskan setiap kali bersetubuh, tetapi suaminya tidak pernah dapat memuaskan Lien Hua seperti biasanya, suaminya selalu keluar duluan pada saat Lien Hua baru mulai terangsang, setelah itu suaminya langsung tertidur tanpa memperdulikan lagi keadaan istrinya. Hal ini membuat Lien Hua ingin selalu mencari lagi laki-laki tangguh yang dapat memuaskan hasrat birahinya.
Seperti malam itu setelah melakukan hubungan suami istri, suaminya langsung terlelap, sementara Lien Hua merasa tersiksa karena birahinya tidak terlampiaskan, memeknya terasa gatal ingin merasakan sodokan-sodokan kontol.
Dengan penuh kesal Lien Hua beranjak dari tempat tidurnya lalu ia menuju kedapur untuk mengambil segelas air, sambil memegang gelas air minum Lien Hua beralih menuju keteras depan, kemudian Lien Hua duduk disofa yang ada diteras.
Saat Lien Hua sedang duduk merenung didalam kegelapan malam, Lien Hua melihat sesosok tubuh dari kejauhan sedang berjalan mendekati rumahnya, setelah dekat Lien Hua mengetahui sesosok tubuh itu adalah seorang Satpam diperumahan dimana ia tinggal, nampaknya Satpam ini sedang menjalankan tugasnya berkeliling komplek yang bersistem cluster ini.
Melihat sosok tubuh Satpam itu yang kekar Lien Hua tertarik dan birahinya yang belum terlampiaskan berkobar kembali. Tanpa banyak pikir Lien Hua melambaikan tangannya kearah satpam itu, si satpam yang mengetahui dirinya dipanggil segera menghampiri Lien Hua.
Selamat malam bu. dengan sopan satpam itu menyapa.
Lien Hua memperhatikan nama Satpam itu diseragamnya lalu membalas sapaannya, malem pak Sugito.
Sementara itu mata Sugito tak berkedip menatap tubuh putih mulus Lien Hua yang terbalut daster tipis dan disinari oleh lampu teras sehingga membuat tubuh Lien Hua yang sexy terbayang dengan jelas, membuat birahi Sugito bergolak, perlahan-lahan pentungan diselangkangannya menegang, membuat celana satpamnya menggelembung, semua ini tidak terlepas dari mata Lien Hua yang memang dari tadi sudah mulai mencuri-curi pandang kearah selangkangan Sugito.
Adaaaaapaaa..bu, tanya Sugito dengan sedikit terbata-bata karena menahan nafsu birahinya yang menggelegak.
Dimatanya terlihat kedua bukit kembar Lien Hua yang menonjol dan kedua putingnya yang berwarna merah muda tercetak dengan jelas dibalik dasternya, sementara pandangan matanya melihat diselangkangan Lien Hua bayangan hitam dari balik dasternya, dalam harinya membatin nyonya ini tidak pakai apa-apa lagi dibalik dasternya, Sugitopun menelan air liurnya, ingin rasanya ia menerkam tubuh Lien Hua ini dan menggenjotnya, tapi pikiran jernihnya masih berjalan karena statusnya yang sebagai satpam dikomplek perumahan ini, bisa-bisa kehilangan pekerjaannya kalau ia melakukan pikirannya itu.
Bapak, bisa tolongin saya? tanya Lien Hua.
Apaa..yang bisa saya bantu bu? Sugito berbalik tanya, suaranya bergetar menandakan Sugito sedang dipenuhi oleh nafsu birahinya.
Sini, pak. Ikutin saya, yach, kata Lien Hua tersenyum.
Lien Huapun melangkah menuju kedalam rumahnya diikuti oleh Sugito yang masih bingung dan semakin bernafsu, Sugito melihat bongkahan pantat Lien Hua yang tercetak karena tanpa Lien Hua sadari dasternya terjepit oleh belahan pantatnya saat ia duduk tadi, Sugito merasakan kontolnya tambah mengeras.
Setelah menutup pintu depan dan menguncinya, Lien Hua melangkah menuju kekamar tidur tamu yang tidak terlalu berjauhan dengan ruang tamu, Sugito masih mengikutinya dengan penuh tanda tanya, hatinya membatin apa yang dibutuhkan oleh nyonya muda ini dari dirinya, sesampainya didalam kamar tidur, Lien Hua langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.
Saya, butuh bantuan bapak untuk muasin saya, Lien Hua berkata sambil tangannya mulai meraih kemeja seragam satpam Sugito, dan mulai membukai kancingnya satu persatu dengan sangat cekatan.
Setelah kemeja Sugito terlepas, tangan Lien Hua beralih kecelana Sugito, celana Sugito dengan cepat telah terbuka, lalu Lien Hua menurunkan celana seragam itu kebawah, tapi Lien Hua agak kesulitan menanggalkan celana itu karena terhalang oleh sepatu Satpam Sugito.
"Pak, lepaskan sepatunya dong, kata Lien Hua.
Sugito yang masih belum lepas kagetnya karena mendengan perkataan Lien Hua tadi dan perbuatan Lien Hua yang melucuti pakaiaannya, mengikuti perintah Lien Hua dengan melepaskan sepatunya, sekarang Sugito hanya mengenakan celana dalamnya saja, tonjolan dibalik celana dalamnya membuat Lien Hua semakin bernafsu, dengan bernafsu ditariknya kebawah celana dalam Sugito sehingga kontol Sugito terangguk-angguk dengan gagahnya, Lien Hua terbelalak melihat kontol Sugito yang lebih panjang dan besar dari punya Andi, apalagi kalau dibandingkan dengan punya suaminya, sambil menurunkan celana dalam Sugito.
Lien Huapun berjongkok didepan satpam itu dan kontol Sugito yang berdiri dengan tegak itu mulai dijilatinya, dari mulai ujung kepalanya sampai kepelernya, sambil kadang-kadang ditingkahi dengan kuluman-kuluman dan hisapan hisapan lembut, membuat Sugito yang masih seperti bermimpi ini mendesah-desah keenakan, batin Sugito masih belum mempercayai apa yang terjadi ini, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya bahwa kontolnya akan dijilati dan dikulum-kulum oleh wanita secantik dan sesexy Lien Hua apalagi wanita ini termasuk dari golongan yang terhormat, yang secara tidak langsung adalah yang membayar gajinya.
Oughhaaaahhhh.sshhhhhaaaghhhhbuuu.uueennaaak ttennaaan oougghh Sugito mengerang keenakan, menikmati kontolnya yang sedang dikaraoke oleh Lien Hua.
hhhmmmssshhssssssllrrpppssssllrppphhhhmmm..kontolmu besar sekali, Lien Hua bergumam sambil tetap asyik mengulum dan menjilati pentungan Sugito, tangan kirinya asyik memegangi pentungan Sugito, sementara tangan kanannya asyik mengelus-elus memek dan kelentitnya.
Sugitopun akhirnya tidak mau diam saja, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua bukit kembar Lien Hua yang masih tertutup daster, remasan-remasan kasarnya mulai membuat Lien Hua menggelinjang kegelian, Lien Huapun merasakan lubang vaginanya semakin basah, Lien Huapun menghentikan aksinya, kemudian ia berdiri lalu mulai melepaskan dasternya sehingga sekarang Lien Hua telanjang bulat didepan Sugito, mata Sugito terbelalak melihat keindahan tubuh Lien Hua, betul-betul ia seperti bermimpi, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan melihat tubuh Lien Hua telanjang apalagi akan menikmatinya seperti saat sekarang ini.
Setelah melepaskan dasternya Lien Hua merebahkan tubuhnya diranjang, kemudian Lien Huapun mulai mengangkangkan kedua belah kakiknya, sehingga lubang kenikmatannya yang berwarna merah terpampang dihadapan Sugito.
Ayo pak, beri aku kepuasan, Lien Hua berkata sambil tangannya mengelus-elus kelentit dan lubang vaginanya.
Mendengar permintaan Lien Hua itu, Sugito tersenyum lalu menghampiri Lien Hua yang sudah terlentang menantikan sodokan pentungan satpamnya. Diusap-usapkannya kepala kontolnya dibelahan vagina dan dikelentit Lien Hua, membuat Lien Hua menggelinjang kegelian, hasrat birahinya semakin bertambah bergelora, nafasnya semakin memburu.
Oughhh.paaakk.jaaanggaannn.dielussss-elusss..sssshh..aagchhhhmmaasuukkiin. kememekkupaakkkooughhhaakuuutidak taahan lagiceepaatpaakkakuu..ingin merasakan kontolmuuuyang besaaarr itu™ Lien Hua mengerang menyuruh Sugito untuk cepat memasukkan kontolnya kedalam memeknya.
Dengan perlahan-lahan Sugito mulai menyelipkan kepala kontolnya dibelahan memek Lien Hua, setelah itu dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan kontolnya, kontol Sugito mulai melesak kedalam lubang senggama Lien Hua perlahan-lahan, Lien Hua mengejang merasakan kontol Sugito yang besar melesak kedalam lubang vaginanya, ia merasakan agak sedikit sakit karena besarnya kontol Sugito dan karena untuk pertama kalinya juga vaginanya diterobos oleh kontol besar.
kontol Sugito perlahan-lahan mulai terbenam didalam lubang senggama Lien Hua, setelah lebih dari setengah dari panjang batang kontolnya terbenam didalam memek Lien Hua, Sugito mulai mengangkat kedua belah kaki Lien Hua, kemudian kedua kaki Lien Hua ditekan kearah tubuh Lien Hua sendiri, sehingga lutut Lien Hua hampir menyentuh dada Lien Hua sendiri, dengan posisi seperti itu Sugito lalu menghentakkan kontolnya sekaligus, sehingga seluruh batang kontolnya terbenam dalam memek Lien Hua.
Oughhaaaahhhh.sshhhhhaaaghhhhbuuu.uueennaaak ttennaaan oougghh Sugito mengerang keenakan, menikmati kontolnya yang sedang dikaraoke oleh Lien Hua.
hhhmmmssshhssssssllrrpppssssllrppphhhhmmm..kontolmu besar sekali, Lien Hua bergumam sambil tetap asyik mengulum dan menjilati pentungan Sugito, tangan kirinya asyik memegangi pentungan Sugito, sementara tangan kanannya asyik mengelus-elus memek dan kelentitnya.
Sugitopun akhirnya tidak mau diam saja, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua bukit kembar Lien Hua yang masih tertutup daster, remasan-remasan kasarnya mulai membuat Lien Hua menggelinjang kegelian, Lien Huapun merasakan lubang vaginanya semakin basah, Lien Huapun menghentikan aksinya, kemudian ia berdiri lalu mulai melepaskan dasternya sehingga sekarang Lien Hua telanjang bulat didepan Sugito, mata Sugito terbelalak melihat keindahan tubuh Lien Hua, betul-betul ia seperti bermimpi, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan melihat tubuh Lien Hua telanjang apalagi akan menikmatinya seperti saat sekarang ini.
Setelah melepaskan dasternya Lien Hua merebahkan tubuhnya diranjang, kemudian Lien Huapun mulai mengangkangkan kedua belah kakiknya, sehingga lubang kenikmatannya yang berwarna merah terpampang dihadapan Sugito.
Ayo pak, beri aku kepuasan, Lien Hua berkata sambil tangannya mengelus-elus kelentit dan lubang vaginanya.
Mendengar permintaan Lien Hua itu, Sugito tersenyum lalu menghampiri Lien Hua yang sudah terlentang menantikan sodokan pentungan satpamnya. Diusap-usapkannya kepala kontolnya dibelahan vagina dan dikelentit Lien Hua, membuat Lien Hua menggelinjang kegelian, hasrat birahinya semakin bertambah bergelora, nafasnya semakin memburu.
Oughhh.paaakk.jaaanggaannn.dielussss-elusss..sssshh..aagchhhhmmaasuukkiin. kememekkupaakkkooughhhaakuuutidak taahan lagiceepaatpaakkakuu..ingin merasakan kontolmuuuyang besaaarr itu™ Lien Hua mengerang menyuruh Sugito untuk cepat memasukkan kontolnya kedalam memeknya.
Dengan perlahan-lahan Sugito mulai menyelipkan kepala kontolnya dibelahan memek Lien Hua, setelah itu dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan kontolnya, kontol Sugito mulai melesak kedalam lubang senggama Lien Hua perlahan-lahan, Lien Hua mengejang merasakan kontol Sugito yang besar melesak kedalam lubang vaginanya, ia merasakan agak sedikit sakit karena besarnya kontol Sugito dan karena untuk pertama kalinya juga vaginanya diterobos oleh kontol besar.
kontol Sugito perlahan-lahan mulai terbenam didalam lubang senggama Lien Hua, setelah lebih dari setengah dari panjang batang kontolnya terbenam didalam memek Lien Hua, Sugito mulai mengangkat kedua belah kaki Lien Hua, kemudian kedua kaki Lien Hua ditekan kearah tubuh Lien Hua sendiri, sehingga lutut Lien Hua hampir menyentuh dada Lien Hua sendiri, dengan posisi seperti itu Sugito lalu menghentakkan kontolnya sekaligus, sehingga seluruh batang kontolnya terbenam dalam memek Lien Hua.
Sentakan kasar Sugito membuat Lien Hua terhenyak dan menahan nafas, Lien Hua merasa memeknya seperti robek, tak lama berselang Sugito mulai memaju-mundurkan kontolnya dengan perlahan karena tadi saat ia menghentakkan kontolnya ia melihat Lien Hua meringis menahan sakit.
Lama-lama rasa sakit dilubang memeknya mulai hilang terganti dengan rasa nikmat yang sangat melebihi kenikmatan yang ia rasakan bersama Andi, nampaknya Sugito sangat berpengalaman dalam urusan ngentot dan memuaskan wanita. Desahan, erangan dan lenguhan kenikmatan semakin sering keluar dari mulut Lien Hua dan Sugito, keduanya betul-betul merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah dialami oleh mereka selama ini.
Lama-lama rasa sakit dilubang memeknya mulai hilang terganti dengan rasa nikmat yang sangat melebihi kenikmatan yang ia rasakan bersama Andi, nampaknya Sugito sangat berpengalaman dalam urusan ngentot dan memuaskan wanita. Desahan, erangan dan lenguhan kenikmatan semakin sering keluar dari mulut Lien Hua dan Sugito, keduanya betul-betul merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah dialami oleh mereka selama ini.
Lien Hua memang belum pernah merasakan sensasi bersetubuh seperti sekarang ini, Lien Hua merasakan lubang senggamanya penuh sesak oleh jejalan kontol Sugito, seluruh area sensitif didalam lubang senggamanya tersentuh oleh gesekan-gesekan kontol Sugito, sementara Sugito sendiri belum pernah merasakan tubuh mulus dan putih dan lubang vagina yang sempit seperti yang dimiliki oleh Lien Hua, apalagi keharuman tubuh Lien Hua yang menambah hasrat birahinya.
Ouughh..paakk..kontolmuuu besaaarr sekaaliii.. berasaaa penuuh bangeett memekkuuu..dibuatnyaa Lien Hua mengerang-erang kenikmatan menikmati sodokon-sodokan kontol Sugito.
Buuuaaaghhhmemeekkibuuujuuugaaseemppitsekaa lliiierang Sugito keenakan menikmati jepitan memek Lien Hua dibatang kontolnya.
teruussspaakk.puaasskkaan..aakhhuusshhh..aaach h.eenaakkkooughhhLien Hua mendesah-desah, sementara tubuhnya mengejang-ejang menikmati sodokan-sodokan Sugito.
Kadang-kadang Lien Hua mengangkat pinggulnya menyambut kedatangan kontol Sugito, mengakibatkan kontol Sugito terbenam lebih dalam, dan menyentuh dinding rahimnya. Gelinjangan tubuh Lien Hua menikmati persetubuhan ini semakin menjadi-jadi saat Sugito mulai menciumi leher Lien Hua yang jenjang dan jilatan-jilatan dikedua belah telinga Lien Hua, membuat sensasi persetubuhan ini semakin menjadi-jadi. Kedua bibir mereka pun kadang-kadang berpagutan dengan penuh nafsu, kedua lidah mereka saling bertautan.
Tiba-tiba tubuh Lien Hua mengejang sementara tangannya meremas-remas rambut Sugito, kedua kakinya mengait pinggul Sugito, pinggulnya terangkat menyambut sodokan Sugito, merasakan ini Sugito pun semakin mempercepat sodokan-sodokannya.
Ouuggg..paakkk.eenaakksekaaalii.ooughhhaakhhu ummauuu..keluuaaar..aaachhh.. Lien Hua mengerang, tubuhnya mengejang menyambut puncak birahinya yang akan tercapai.
Agghhhbuuuakhuuujughaaa,.mmaauukellluar.oou ghhh.Sugitopun mengerang bersamaan dengan erangan Lien Hua.
Creeetttt.sssrrrrr…creeeetssssrrrrcccreeett
Lien Hua dan Sugito berbarengan menggapai puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka ini, kedua kemaluan merekapun berbalasan memuntahkan lahar kenikmatannya, mereka berdua merasakan kedutan-kedutan kemaluan pasangan masing-masing dan semburan-semburan hangat dari lahar kenikmatan mereka.
Setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar, Sugito perlahan-lahan mulai menarik kontolnnya yang sudah mulai mengecil, dari lubang senggama Lien Hua nampak mengalir cairan putih bercampur dengan lendir bening, menetes kekain sprei.
"Terimakasih pak, bapak telah memberikan saya kepuasan, Lien Hua berkata kepada Sugito masih dengan nafas yang memburu.
"Sama-sama, Bu..kalau nanti ibu butuh bantuan saya lagi, ibu bisa panggil saya lagi, jawab Sugito sambil menawarkan bantuannya lagi.
Dibalas dengan senyuman oleh Lien Hua, kemudian kedua insan ini kembali mengenakan pakaian mereka kembali, setelah selesai Lien Hua mengantar Sugito kepintu dan memberikan kecupan dipipi Sugito sambil mengucapkan terimakasih lagi, setelah itu Lien Hua mengunci pintu dan menuju kekamar tidurnya.
Ouughh..paakk..kontolmuuu besaaarr sekaaliii.. berasaaa penuuh bangeett memekkuuu..dibuatnyaa Lien Hua mengerang-erang kenikmatan menikmati sodokon-sodokan kontol Sugito.
Buuuaaaghhhmemeekkibuuujuuugaaseemppitsekaa lliiierang Sugito keenakan menikmati jepitan memek Lien Hua dibatang kontolnya.
teruussspaakk.puaasskkaan..aakhhuusshhh..aaach h.eenaakkkooughhhLien Hua mendesah-desah, sementara tubuhnya mengejang-ejang menikmati sodokan-sodokan Sugito.
Kadang-kadang Lien Hua mengangkat pinggulnya menyambut kedatangan kontol Sugito, mengakibatkan kontol Sugito terbenam lebih dalam, dan menyentuh dinding rahimnya. Gelinjangan tubuh Lien Hua menikmati persetubuhan ini semakin menjadi-jadi saat Sugito mulai menciumi leher Lien Hua yang jenjang dan jilatan-jilatan dikedua belah telinga Lien Hua, membuat sensasi persetubuhan ini semakin menjadi-jadi. Kedua bibir mereka pun kadang-kadang berpagutan dengan penuh nafsu, kedua lidah mereka saling bertautan.
Tiba-tiba tubuh Lien Hua mengejang sementara tangannya meremas-remas rambut Sugito, kedua kakinya mengait pinggul Sugito, pinggulnya terangkat menyambut sodokan Sugito, merasakan ini Sugito pun semakin mempercepat sodokan-sodokannya.
Ouuggg..paakkk.eenaakksekaaalii.ooughhhaakhhu ummauuu..keluuaaar..aaachhh.. Lien Hua mengerang, tubuhnya mengejang menyambut puncak birahinya yang akan tercapai.
Agghhhbuuuakhuuujughaaa,.mmaauukellluar.oou ghhh.Sugitopun mengerang bersamaan dengan erangan Lien Hua.
Creeetttt.sssrrrrr…creeeetssssrrrrcccreeett
Lien Hua dan Sugito berbarengan menggapai puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka ini, kedua kemaluan merekapun berbalasan memuntahkan lahar kenikmatannya, mereka berdua merasakan kedutan-kedutan kemaluan pasangan masing-masing dan semburan-semburan hangat dari lahar kenikmatan mereka.
Setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar, Sugito perlahan-lahan mulai menarik kontolnnya yang sudah mulai mengecil, dari lubang senggama Lien Hua nampak mengalir cairan putih bercampur dengan lendir bening, menetes kekain sprei.
"Terimakasih pak, bapak telah memberikan saya kepuasan, Lien Hua berkata kepada Sugito masih dengan nafas yang memburu.
"Sama-sama, Bu..kalau nanti ibu butuh bantuan saya lagi, ibu bisa panggil saya lagi, jawab Sugito sambil menawarkan bantuannya lagi.
Dibalas dengan senyuman oleh Lien Hua, kemudian kedua insan ini kembali mengenakan pakaian mereka kembali, setelah selesai Lien Hua mengantar Sugito kepintu dan memberikan kecupan dipipi Sugito sambil mengucapkan terimakasih lagi, setelah itu Lien Hua mengunci pintu dan menuju kekamar tidurnya.
Malam itu Lien Hua sendirian menonton TV diruangan keluarga, suaminya belum kembali dari tugas luar kotanya, sementara Doni sedang pergi kerumah temannya, malam ini Lien Hua mengenakan daster tali berwarna pink dengan belahan berbentuk V dibagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak tipis itu.
Sayup-sayup Lien Hua mendengar suara ketukan dipintu rumahnya, dengan sedikit malas Lien Hua beranjak dari tempat duduknya menuju kepintu depan untuk melihat siapa yang datang, sesampainya di depan pintu Lien Hua membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito.
Ada apa, pak Sugi? Lien Hua bertanya maksud kedatangan Sugito.
Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu, Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.
"Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan, siapa tahu ibu bisa membantunya, lanjut Sugito menjelaskan kedatangannya.
Oh, untuk apa dan berapa banyak, Lien Hua bertanya kembali.
Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, Sugito kembali menjelaskan.
Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya Lien Hua berkata kepada mereka.
Sementara Lien Hua masuk kedalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan Parminpun masuk kedalam rumah Lien Hua, merekapun duduk diruang tamu menunggu Lien Hua kembali.
Tak lama berselang Lien Hua kembali dari dalam, lembaran uang terlihat digenggaman tangannya.
Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak, Lien Hua berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.
Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya, kata Parmin.
Sama-sama, Pak, kata Lien Hua.
Oh iya Bu Lien Hua, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya, Sugito berkata kepada Lien Hua.
"Apa tuch, pak Sugi, Lien Hua bertanya kepada Sugito.
Bukan menjawab pertanyaan Lien Hua tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Lien Hua menjadi bingung.
"Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum, Lien Hua mengomel melihat tingkah Sugito.
Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri Lien Hua yang sedang berdiri didekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang cepat tubuh Lien Hua dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Lien Hua yang saat itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito, sementara itu Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Lien Hua dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Lien Hua dari arah belakang.
Lien Hua betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kedua orang ini akan menyerang dia.
Hmmmhhhh.hmmhhhh. Lien Hua menggumam sambil berusaha berontak dari sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Lien Hua tidak dapat menandingi kedua orang ini, Lien Huapun tidak dapat berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.
Sssstttt.tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia, Parmin berbisik ditelinga Lien Hua.
Hmmhhhhhmmmhhh, Lien Hua tetap meronta-ronta sambil bergumam.
Sssttt.gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta dipuasin ama siGito, kembali Parmin berbisik ditelinga Lien Hua.
Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya, lanjut Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai meremas kedua belah payudara Lien Hua, sementara tangan kanannya mulai meluncur kebawah keselangkangan Lien Hua dan mulai mengelus-ngelus lembah kenikmatan Lien Hua.
Sementara Parmin asyik bergerilya ditubuh Lien Hua, Sugito asyik mencumbu Lien Hua, serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Lien Hua runtuh, rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.
Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua, Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Lien Hua, sementara kedua tangannya semakin menjadi-jadi beraksi ditubuh Lien Hua.
Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Lien Hua, diturunkannya kedua tali daster Lien Hua dari bahu Lien Hua perlahan-lahan menuruni kedua tangan Lien Hua, Kedua bukit kembar Lien Hua perlahan-lahan mulai terlihat oleh mata Sugito, aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak Lien Hua yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Lien Hua menggelinjang kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit pundaknya, Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari tangan Lien Hua sehingga membuat tubuh bagian atas Lien Hua terpampang dengan jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Lien Hua, sehingga lembah kenikmatan Lien Hua yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan jelas oleh Sugito.
Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap lubang kenikmatan Lien Hua, slrrppppsslrpppp..terdengar bunyi hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Lien Hua, ditimpali oleh desahan-desahan Lien Hua, tubuh Lien Hua semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari kedua orang ini.
Ooohhhh..sssshhhhhaaagghhhh lenguhan dan desahan keluar dari mulut Lien Hua.
Hmmmmhhhssllrrpppenaaakkk..memek bu Lien Hua nich, harum, gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap memek Lien Hua.
Tubuhnya juga harum, dan ini toketnyahhhmmmmranum betul., Parmin ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket Lien Hua, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher Lien Hua.
Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi dilubang kemaluan Lien Hua, pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito masukkan kedalam lubang kemaluan Lien Hua dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di memek Lien Hua, membuat memek Lien Hua semakin basah oleh cairan kenikmatannya, desahan dan lenguhan Lien Hua semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Lien Huapun menggila, kelihatannya Lien Hua akan segera mencapai puncak kenikmatannya.
Terlihat kedua tangan Lien Hua meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Lien Hua bergerak liar kekanan dan kekiri, pantatnya kadang-kadang ditekan kebawah menyambut sodokan-sodokan jari tangan Sugito, merasakan gerakan tubuh Lien Hua yang semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara Lien Hua, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Lien Hua sementara tangan kanannya bergantian meremas-remas payudara Lien Hua.
Ooogghhhh..aaaagghhhhhaaakhhuuugaakkk..tahan laagiiii.,,oohhhaku keluaarr sssshhhh aaaacchhh, Lien Hua melenguh dan mendesah saat mencapai puncak kenikmatannya.
Ssseerrrrssseeeerr..lahar kenikmatan Lien Hua menyembur dari lubang senggamanyaSugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Lien Hua, tanpa segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalamsemua cairan kenikmatan Lien Hua tertelan oleh Sugitotubuh Lien Hua mengejang menikmati pencapaian puncak kenikmatannya ini.
Setelah ombak kenikmatannya mereda, Lien Hua mengajak Sugito dan Parmin untuk meneruskan aksi mereka diruang tidurnya, sesampainya ditempat tidur Lien Hua berduduk dipinggir tempat tidur dan menyuruh kedua orang itu untuk membuka pakaian yang mereka kenakan, Lien Hua terperangah saat melihat tubuh telanjang Parmin, kontol Parmin ternyata lebih besar dari punya Sugito sementara panjangnya hanya lebih panjang sedikit dari punya Sugito.
Melihat kontol Parmin yang sudah ngaceng tanpa sabar lagi Lien Hua segera meraih kontol Parmin itu dan mulai menciumi, menjilati dan mengulum-ngulumnya, lenguhan dan desahan Parmin bersahutan dengan decakan mulut Lien Hua yang sedang asyik bermain dikontolnya.
Melihat Lien Hua mulai beraksi dengan kontol Parmin, Sugito tidak mau membuang waktu lagi, didorongnya tubuh Lien Hua sehingga Lien Hua terlentang diatas tempat tidur, sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang Lien Hua tidak mau melepaskan pegangan dan kulumannya di kontol Parmin, sehingga membuat Parmin sedikit kelabakan mengikuti tarikan tangan Lien Hua di kontolnya, dengan bertumpu diatas kedua lututnya Parmin bersujud disamping kepala Lien Hua, sementara tangannya mengangkat kepala Lien Hua dan menahan posisi kepala Lien Hua sehingga Lien Hua dengan leluasa bermain dikontolnya.
Sugitopun segera beraksi dengan mengangkangkan kaki Lien Hua, diselipkannya kepala kontolnya dibelahan bibir kemaluan Lien Hua, slleeeppp.dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan kontolnya, kontol Sugito mulai merangsek masuk kedalam lubang kemaluan Lien Hua. Bleeessss..ssrrrttttt.blleeesss.sssrtttt..akhi rnya kontol Sugito terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Lien Hua.
Saat lesakan kontol Sugito di dalam lubang kemaluannya Lien Hua merasakan kenikmatan yang sangat, lenguhannya terdengar ditengah-tengah suara kulumannya dikontol Parmin, sementara matanya merem-melek merasakan kenikmatan gesekan kontol Sugito dimemeknya.
ssllruppphhhmmmhhhaaaagghhhh..sssshhssssssllr rpppp.ooohhh.hhhmmmm, Lien Hua melenguh saat merasakan kontol Sugito mulai menerobos lubang kenikmatannya sambil mengulum-ngulum kontol Parmin.
Sugito mulai memaju-mundurkan kontolnya,ssssrrrttt... bleeesss.. ssrttttt... bleeesssss.. kontol Sugito mulai keluar masuk di memek Lien Hua, Sugito bergerak dengan perlahan-lahan ia ingin betul-betul merasakan geseran dinding vagina Lien Hua di batang kontolnya, lama-lama ritme gerakannya mulai meningkat, seiring dengan memuncaknya nafsu birahi Sugito.
Biarpun kali ini untuk kedua kalinya Sugito merasakan jepitan memek Lien Hua dikontolnya, tapi Sugito merasakan memek Lien Hua betul-betul sempit, sempitnya lubang kenikmatan Lien Hua membuat Sugito merem-melek, lenguhan dan dengusan terdengar dari mulutnya, bersahutan dengan lenguhan dan desahan Lien Hua dan Parmin yang juga sedang sama-sama menikmati persetubuhan ini, sementara Lien Hua betul-betul merasakan kenikmatan senggama yang baru.
Baru sekali ini Lien Hua merasakan mulut dan memeknya penuh dengan kontol secara berbarengan, tak lama berselang saat Lien Hua sedang asyik-asyiknya merasakan kedua kontol itu keluar masuk di mulut dan di memeknya, Sugito menghentikan gerakannya dan mencabut keluar kontolnya, kemudian Lien Hua melihat Sugito merangkak keatas tempat tidur lalu duduk bersandar disandaran tempat tidur lalu Sugitopun mengangkangkan kakinya.
Aku udah mau keluartapi aku ingin ibu memuaskan kontolku dengan mulut ibu, Min, giliranmu sekarang menggenjot memek ibu tuch, kata Sugito sesaat setelah ia duduk bersandar.
Mendengar itu Parmin menarik kontolnya yang sedang berada digenggaman tangan dan dikuluman mulut Lien Hua, Parmin menarik bangun Lien Hua dan menyuruh Lien Hua untuk merangkak, dan Parmin mengarahkan kepala Lien Hua tepat berhadapan dengan kontol Sugito, ditekannya kepala Lien Hua sehingga kepala kontol Sugito bersentuhan dengan mulut Lien Hua.
Lien Hua mengerti keinginan mereka, kemudian Lien Hua mulai membuka mulutnya dan mulai mengulum-ngulum kontol Sugito, Sugito mulai mengerang-ngerang merasakan hisapan dan kuluman mulut Lien Hua dikontolnya, sementara itu Parmin mulai beralih kebelakang Lien Hua dan mulai mengarahkan kontolnya kelubang memek Lien Hua, diselipkannya kepala kontolnya di bibir vagina Lien Hua, dan perlahan-lahan Parmin mulai mendorong masuk kontolnya.
Sleeepppp.bleessss. kontol Parmin yang lebih besar ukurannya dari punyanya Sugito mulai menerobos masuk kedalam lubang vagina Lien Hua.
Uuggghhhh..peelaaannn.hhmmmhhhssshhhhssssllrr rpppp.., Lien Hua melenguh saat kontol Parmin mulai melesak masuk, ia merasakan memeknya seperti robek saat kontol Parmin mulai melesak masuk itu.
Mendengar itu Parmin mendiamkan gerakannya, ia memberikan kesempatan kepada lubang vagina Lien Hua untuk beradaptasi dengan ukuran kontolnya, beberapa saat kemudian dengan sekali sentakan Parmin menekan kontolnya dalam-dalam dilubang vagina Lien Hua, perbuatannya membuat Lien Hua menjerit, tapi yang terdengar dari mulut Lien Hua hanya gumaman saja karena gerakan Parmin tadi membuat tubuhnya terdorong kedepan dan akibatnya kontol Sugito masuk hampir seluruhnya kedalam mulut Lien Hua.
Hhhhmmppphhhhsssssllrrrpppppp..Lien Hua menjerit tertahan.
Lien Hua merasa memeknya seperti sobek, tapi ia juga merasakan kenikmatan yang sangat, Lien Hua merasakan denyutan di batang kontol Parmin yang terjepit erat oleh dinding vaginanya, dan ia sendiri merasakan otot dinding vaginanya berdenyut juga.
Lien Hua mulai merasakan Parmin dengan perlahan-lahan menarik kontolnyagesekan batang kontol Parmin didinding vaginanya membuat Lien Hua merem-melek karena kenikmatan yang sangat, sementara karena gerakan menarik Parmin membuat tubuh Lien Huapun tertarik kebelakang dengan sendirinya mulutnya mulai bergerak juga, kontol Sugito yang hampir terbenam semuanya didalam mulutnya perlahan-lahan mulai keluar sedikit-demi sedikit dari kuluman mulut Lien Hua.
Kemudian Parmin mulai mendorong kembali kontolnya masuk kedalam lubang senggama Lien Hua sehingga membuat kontol Sugito mulai melesak masuk lagi kedalam mulut Lien Hua, Sugito merasakan kenikmatan yang luarbiasa saat kontolnya tergesek-gesek oleh mulut Lien Hua, lenguhan-dengusan dan desahan dari mereka bertiga kembali terdengar, keringatpun mulai mengalir keluar dari tubuh mereka.
Gerakan maju-mundur Parmin mulai tidak beraturan, sementara pantat Sugitopun semakin terangkat, kedua tangannya memegangi kepala Lien Hua, tubuhnya mengejang, Lien Huapun mulai merasakan hal yang sama dengan Sugito dan Parmin, puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka hampir mereka raih, lenguhan dan desahan Lien Hua semakin sering terdengar, kepala Lien Hua semakin cepat naik turun dan tidak seirama lagi dengan gerakan maju mundur Parmin, sementara Lien Huapun mulai menggerakkan pantatnya untuk menyambut sodokan Parmin.
Akhirnya puncak kenikmatan itu mereka raih hampir berbarengan, dimulai dengan Sugito yang melenguh panjang lalu Lien Hua dan terakhir Parmin yang melepaskan lahar kenikmatannya.
Ooohhhhh..aaaakkuuuu.keeellluaaaarrr.,™ Sugito melenguh panjang.
Creeeetttt..ccccreeeettttcccreeet.. kontol Sugito menyemprotkan cairan kenikmatannya di mulut Lien Hua, disambut dengan lenguhan Lien Hua yang juga merasakan puncak kenikmatannya.
Akkhuuuujuuuggaaa.ooohhhhhsssssllrppppp.sslll rpppp., Lien Huapun melenguh sambil menelan sperma Sugito yang keluar dalam mulutnya.
Sssseeerrr.ssseeerrr.ssseerrrr.. vagina Lien Hua menyemburkan lahar kenikmatannya, Parmin merasakan semburan hangat dibatang kontolnya.
Akkuuuu.kheeellluaaaarr.juuggaaaa.aaaaggghhhh .eeenaaakkk ssekalii, lenguhan Parmin terdengar merasakan puncak kenikmatannya.
Creeeettt.creetttcreettt..kontol Parmin menyemburkan lahar kenikmatannya didalam lubang vagina Lien Hua, Lien Hua merasakan kehangatan sperma Parmin didinding vaginanya.
Nampak tubuh mereka bertiga mengejang menikmati puncak kenikmatan dari persetubuhan ini. Setelah badai nafsu mereka mereda serta tetesan terakhir dari lahar kenikmatan mereka telah menetes, akhirnya tubuh merekapun terkapar kelelahan, nafas mereka terlihat masih memburu, mata mereka terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka raih.
Jam di dinding kamar Lien Hua menunjukkan pukul 02.00 pagi, saat itu Lien Hua terbangun dari tidurnya dan ia baru menyadari bahwa sehabis pergumulan semalam dengan Sugito dan Parmin yang cukup menguras tenaganya, ia jatuh tertidur begitu pula dengan Sugito dan Parmin yang ikutan jatuh tertidur dengan posisi keduanya memeluk tubuhnya, hawa dingin AC di kamarnya membuat Lien Hua kembali bergairah ingin disetubuhi kembali oleh kedua orang ini, nafsu birahinya kembali bangkit membayangkan kejadian semalam, perlahan-lahan kedua tangannya menggapai kebawah mencari kedua batang kemaluan Sugito dan Parmin.
Kemudian setelah kedua batang kemaluan itu berada dalam genggamannya, dengan lembut kedua kontol itu diremas-remasnya, perlahan-lahan kedua batang kemaluan itu bangun, seiring dengan semakin menegangnya kedua batang kemaluan itu, siempunya barangpun mulai melenguh menikmati remasan-remasan tangan halus Lien Hua, mata mereka masih terpejam tapi naluri lelaki mereka sudah bangun terlebih dahulu, Lien Hua yang mendengar lenguhan mereka semakin bernafsu meremas-remas kedua batang kemaluan mereka.
Kedua batang kemaluan mereka sudah betul-betul tegang dan siap untuk berperang dengan kemaluan Lien Hua yang sudah mulai basah, setelah merasakan bahwa kedua batang kemaluan mereka betul-betul tegang Lien Hua mulai bangkit dari posisi tidurnya kemudian Lien Hua mulai berjongkok diatas tubuh Parmin, perlahan-lahan batang kemaluan Parmin diarahkan kelubang kemaluannya, dioles-oleskannya kepala kontol Parmin dengan bibir vagina dan kelentitnya, Lien Hua melenguh kegelian merasakan gesekan kepala kontol Parmin dikelentit dan dibibir vaginanya, selang beberapa saat kepala kontol Parmin ia selipkan di lubang kemaluannyasleepp, kemudian perlahan-lahan Lien Hua mulai menurunkan pantatnyableessss srrtttbleesss., kontol Parmin mulai masuk perlahan-perlahan dilubang kemaluan Lien Hua.
Aaggghhhsssshhhhoouughhh terdengar Lien Hua melenguh menikmati terobosan kontol Parmin dilubang kenikmatannya.
Ouuuuggghhh.. Parminpun melenguh menikmati jepitan vagina Lien Hua di batang kemaluannya, kedua matanya mulai perlahan-lahan terbuka.
kontol Parmin akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Lien Hua, Lien Hua merasakan kembali lubang kenikmatannya penuh sesak oleh jejalan batang kemaluan Parmin yang besar, sesaat Lien Hua tidak melakukan gerakan, ia ingin merasakan denyutan-denyutan batang kemaluan Parmin didinding lubang kenikmatannya, Lien Hua merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kemaluan Parmin berdenyut-denyut sehingga membuat dinding lubang kenikmatannyapun berdenyut juga menimpali denyutan yang dibuat batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan batang kemaluannya seperti diremas-remas dengan lembut.
Aagghhhh.. dan ssshhhh.. aaaaahhh..kooontolllmmuu enak sekaliiii.. Lien Hua mengerang keenakan.
Memeeeekk.. enciii.. ssshhhhaaaahhhh.. juga enaakkk...bissaaa.. ngempoot Parmin juga merintih keenakan.
Erangan mereka berdua membuat Sugito terbangun, dan ia melihat Lien Hua sudah menduduki Parmin dan tangan Lien Hua sedang memegangi kontolnya yang sudah tegang, tidak menunggu diperintah Sugito mulai bangun dan mulai menyerbu tubuh Lien Hua, mulutnya mulai menyerang kedua payudara Lien Hua bergantian dengan tangannya, saat mulutnya menjilati dan menghisap payudara yang kiri, tangannya meremas-remas dan memilin-milin payudara yang kanan, aksi Sugito membuat rintihan dan erangan Lien Hua semakin menjadi.
Ouugghhhssshhhhaaaahhhggeeeliii.ouughhh..teru sssyaaa.hisaaappp..putingku.ooohhhniikkmmaatt Lien Hua merintih keenakan dan kegelian.
Melihat itu Parmin tidak mau diam, kedua tangannya memegang pantat Lien Hua menyangga posisi Lien Hua yang sedang berjongkok diatas tubuhnya, lalu Parminpun memulai gerakannnya, perlahan-lahan pantatnya mulai naik turun ssrrttttbleesssssssrrrtttbleesss, kontolnya keluar masuk dilubang kenikmatan Lien Hua, aksi Sugito dan gerakan Parmin membuat rintihan Lien Hua semakin menjadi-jadi, Lien Hua dibuat merem-melek oleh aksi mereka berdua, Lien Hua merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa berbeda dari yang ia rasakan semalam.
Lien Hua tidak dapat bertahan lama menghadapi serangan kedua orang ini, puncak kenikmatannya sudah hampir diraihnya, lenguhannya semakin sering terdengar, tubuhnya mulai bergetar menikmati serangan kedua orang ini, tiba-tiba tubuh Lien Hua mengejang, tangannya memeluk erat Parmin sementara pantatnya ia tekan dalam-dalam menyambut sodokan Parmin, kemudian gerakan tubuhnya terdiam.
Ouuugghhhh.aaagghhhh..nniikkmaataakuuukeeellu uaaarrsssssshhhhaagghhhhh Lien Hua mengerang menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil ia raih.
Creetsssss
Dinding vaginanya berdenyut-denyut kencang saat lubang kenikmatannya memuntahkan lahar kenikmatannnya, Parmin merasakan hangatnya cairan kenikmatan Lien Hua yang menyembur membasahi batang kontolnya, dan Parmin merasakan denyutan-denyutan yang sangat kuat meremas-remas batang kontolnya.
Sesaat Lien Hua tengkurap diatas tubuh Parmin, nafasnya memburu, matanya terpejam merasakan kenikmatan yang baru saja ia rengkuh, Parmin dan Sugito membiarkan Lien Hua menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja direngkuhnya.
Oohhnikmat sekali..hhmmmhLien Hua bergumam sambil matanya masih terpejam, sementara bongkahan pantatnya terlihat mengejut-ngejut, nampaknya lubang kenikmatan Lien Hua masih menyemburkan sisa-sisa cairan kenikmatannya.
Parmin dengan lembut mulai menciumi Lien Hua, bibir Lien Hua dipagutnya dengan lembut yang dibalas oleh Lien Hua, kedua lidah mereka bertautan, melihat kedua orang itu berpagutan Sugito perlahan-lahan memulai kembali aksinya dengan menciumi punggung Lien Hua sementara tangannya mulai meremas-remas kedua bongkahan pantat Lien Hua dengan lembut, ciuman-ciuman Sugito dan remasan-remasan tangan Sugito dikedua bongkahan pantatnya membuat Lien Hua menggelinjang kegelian, sementara Parmin tidak melepaskan lumatan-lumatan dibibir Lien Hua.
Hhhhhmmmmhhhslllllrrppp.hhhhmmmsssllrrppp Lien Hua dan Parmin bergumam dan melenguh bersamaan.
Saat itu ciuman Sugito perlahan-lahan semakin menurun kebawah kearah pantat Lien Hua, Lien Hua semakin menggelinjang kegelian, entah apa yang merasuki Sugito atau karena Sugito pernah melihat film BF yang ada Double Penetration, ciuman Sugito mulai beralih ke pantat Lien Hua, lubang pantat Lien Hua yang terpampang dimata Sugito tanpa merasa jijik mulai Sugito ciumi, aksi Sugito semakin membuat Lien Hua menggelinjang, entah kenapa Lien Hua merasakan nafsunya perlahan-lahan mulai bangkit kembali, tak lama berselang Sugito menghentikan ciuman dilubang pantat Lien Hua, Sugitopun mulai memposisikan tubuhnya dengan dibelakang tubuh Lien Hua yang masih tengkurap diatas tubuh Parmin.
Kemudian Sugito mulai mengoles-oleskan kepala kontolnya dilubang pantat Lien Hua, aksinya ini membuat Lien Hua menggelinjang karena geli dan kaget, tapi Lien Hua tidak dapat berbuat banyak karena tubuhnya sedang dipeluk dengan eratnya oleh Parmin, Lien Hua hanya bisa pasrah merasakan gesekan-gesekan kepala kontol Sugito dilubang pantatnya.
Eeehhh.Git!..aaapppaa..yang kamu lakukanooohhh..geelii.jjanggaan..dimasukkan kontolmu kesitusssshhh Lien Hua merintih kegelian dan ketakutan, Lien Hua takut kalau Sugito memasukkan kontolnya kelubang pantatnya.
Tenang bu, nanti juga enak..ibu pasti ketagihan Sugito menjawab dengan tenang.
Sleeppp.Sugito menyelipkan kepala kontolnya dilubang pantat Lien Hua, Lien Hua mengerang saat lubang pantatnya mulai disesaki kepala kontol Sugito, Lien Hua tidak dapat berbuat banyak, karena pelukan Parmin yang erat ditubuhnya dan tangan Sugito yang memegangi pinggangnya, yang hanya Lien Hua bisa lakukan hanya menggerakkan kepalanya, Lien Hua merasakan perih saat kepala kontol Sugito mulai menerobos lubang pantatnya.
Srrttttt.. bleeesss.. ssssrrrttt...bleesss. sssssrtttbl leessss.. perlahan-lahan Sugito mulai mendorong masuk kontolnya dilubang pantat Lien Hua yang masih perawan, Sugito merasakan jepitan lubang pantat Lien Hua sangat ketat sekali melingkari batang kemaluannya, dan Sugito merasakan ketatnya gesekan dinding lubang pantat Lien Hua dibatang kemaluannya, sementara Sugito merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa dengan jepitan lubang pantat wanita tionghoa itu, Lien Hua sendiri merasakan kesakitan dan perih yang luar biasa dilubang pantatnya.
Ouugghhh.sssshhhhhsssaaakkkitttt..peeriihhhuuu gghhh.amppuunn..Git..cabut kontolmu peeriihh..ssshhh.. saakiittt. Lien Hua menjerit kesakitan namun mereka sama sekali tak peduli.
Shhhaaggghhsssebeeentar cikk.. nanti lama lama perihnya juga bakalaaan hiilllaang. nnantiii.. enciii juga akan merasakan eenaaakkknya.. Sugito menjawab.
Bleessss..Dengan sekali hentakan akhirnya seluruh batang kemaluan Sugito terbenam seluruhnya di lubang pantat Lien Hua, hentakan Sugito membuat Lien Hua melenguh kesakitan, sementara Sugito sendiri dan Parmin merasakan kenikmatan yang sangat luarbiasa.
Mereka merasakan jepitan dikontol mereka sangat erat sekali, baik Sugito maupun Parmin merasakan kedutan-kedutan yang tiada taranya, selain kedutan-kedutan dari dinding kedua lubang Lien Hua mereka masing merasakan kedutan-kedutan batang kemaluan mereka, Sugito merasakan kedutan batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan kedutan batang kemaluan Sugito.
Tak lama berselang Sugito dan Parmin mulai memaju-mundurkan kontol mereka, mereka tidak memperdulikan jeritan kesakitan Lien Hua, yang mereka pikirkan saat ini adalah kenikmatan yang sangat luar biasa, nampak kontol mereka keluar masuk dengan perlahan dikedua lubang Lien Hua.
Ssrrrttt.. bleess.. ssrrtttt.. bleesss.. srttt.. bleeess
"Ouughh... aagghhh..enak..sekallii. Sugito melenguh keenakan.
"Iyaaa.. memeknya si enci jaddiii.,..ttaammbah seempitt.. mememang.,eenaakk.. Parmin pun mengerang keenakan karena jepitan dinding kemaluan Lien Hua semakin kencang saja Bahkan terasa seperti sedang memelintir kontolnya.
Ouughh.ssaakiiitsudaaaahhakkuu.tidddakk..kkua ttpperiihhhooouughhh..ampunn.. Lien Hua merintih kesakitan.
Sugito dan Parmin mendengar rintihan Lien Hua bukannya menghentikan gerakan mereka, tapi malah menambah ritme gerakan mereka gerakan kontol mereka semakin cepat keluar masuk dilubang kemaluan dan pantat Lien Hua. Gerakan keluar masuk kontol mereka semakin lancar dikarenakan lubang kemaluan Lien Hua yang semakin banyak mengeluarkan cairan pelican ini, dan kedua kontol mereka yang juga semakin banyak mengeluarkan cairan pelicinnya.
Perlahan-lahan rintihan kesakitan Lien Hua berganti menjadi erangan dan lenguhan kenikmatan, rasa perih yang tadi dirasakan oleh Lien Hua berganti menjadi rasa nikmat yang belum pernah Lien Hua alami selama ini, Lien Hua mulai bisa merasakan gesekan-gesekan kedua batang kontol Sugito dan Parmin pada dinding lubang kemaluan dan pantatnya.
Terlebih Lien Hua merasakan sensasi yang sangat luarbiasa pada dinding yang membatasi antara lubang vagina dan lubang pantatnya, karena didinding itu ia merasakan pergesekan yang sangat luar biasa. Lien Hua merasakan kontol Parmin dan Sugito menggesek-gesek dinding tersebut dengan eratnya, mata Lien Huapun dibuat merem-melek, lenguhan-lenguhan kenikmatannya semakin kuat.
Ouughhh.sssshhhaaaaghhhenaakksssshhh..terusss. .aaaagghhh... oouughhh... kontoooolll... kalian mmeemmbuuaatkkkuu.. mellaaayang.. oougghh.terusss. .jjangaan... berhenti.. Lien Hua meracau keenakan.
Akkuu.. ssudah.. bbillanng.. tadi.. pasti .. encciii... akaaaann..keeenakaann.. hhhhmmmm lubang pantat enccii gaaakk.. kkalahh..denganhhmmm.aaagggmmeemeknyaa.. enaakknya.. Sugito menjawab sambil mengerang keenakan..merasakan sempitnya lubang pantat Lien Hua.
Iyaaahhh.. akuu juggaaa.. keeenakaan.. memeknya tambah seeempiitt.. niiihhh.. aaagghhh.. ooughhh.. aakuu juga pengen nyobaaiiinnn.. anusssnya nanti erang Parmin yang juga sedang merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.
Keringat mereka semakin banyak keluar, bunyi beradu tubuh mereka yang penuh dengan keringat menambah nafsu mereka semakin memuncak, lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar, gerakan kontol Parmin dan Sugito semakin cepat keluar masuk di kedua lubang Lien Hua, tak lama berselang gerakan tubuh Sugito dan Parmin semakin tidak beraturan, nafas mereka semakin memburu.
Ouugghhh.. akuuu.. tidakk..tahhaan.. lagi.. akku.. mmaaaau. .keluuaaarr.. aarrrgghhhsshhss ..eenaaakkk. memmek... enccii.. enaaak.. bangeett.. ssshh.. Parmin mengerang keenakan saat merasakan puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh kembali.
Iyyyaaaa.. argghhhh.. akuuu jugga..tidak... taahhhaann lagii.. akuuu juuuga..mau..keluar.. oouggghh.. eenaaak kk..betul ngentooottt.sssaaama.. enciii... Sugito pun mengerang menimpali erangan Parmin, iapun merasakan puncak kenikmatannya yang berhasil direngkuhnya kembali.
Akkkuuu.. jugggaaa.. oouggghhh.. aaaaaarrghhh.. koontooooll pribumiii.. mmemang.. betulll... eenaaakkk.. aaaaahhhh.. ssshhh... pppuuaaasss.. bangett.. oohhhh.. Lien Hua melenguh keenakan menyambut penggapaian dari puncak pendakian kenikmatanya yang untuk kedua kalinya ia capai di dinihari ini.
Creeetttssrrrrr.. Ccreettttssssrr.. ccrreettt..sssr.. creettt.. lahar kenikmatan mereka menyembur berbarengan, kemaluan mereka mengejut-ngejut bersamaan menembakkan cairan kenikmatan mereka, tubuh mereka mengejang bersamaan, erangan dan lenguhan mereka terdengar bersahutan.
Akhirnya setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan para satpam keluar dari kemaluan mereka, dan badai nafsu mereka mereda, ketiganya terkapar, tubuh mereka terlentang berdampingan sementara nafas mereka masih memburu, dan mata mereka terpejam menikmati sisa-sisa dari pergulatan birahi mereka yang baru saja mereka raih sampai kepuncaknya.
Pergulatan mereka bertiga masih dilanjutkan terus sampai matahari terbit, dengan berbagai perubahan posisi, kadang Parmin yang menggarap lubang pantat Lien Hua sementara Sugito menggenjot liang kemaluan Lien Hua dari bawah, atau Sugito menggenjot anus Lien Hua dengan gaya doggie style sementara Parmin didepan memaju-mundurkan kontolnya dimulut Lien Hua, berbagai posisi mereka coba dan nafsu Lien Hua betul-betul terlampiaskan oleh aksi Parmin dan Sugito.
Thanks for the new story
BalasHapusCerita yang seru. Makasih
BalasHapus