Langsung ke konten utama

Kerikil Tajam Kehidupan 3


Sudah satu bulan sejak aku putus dengan steven, aku kembali mendekatkan diri kepada teman-temanku angel, lidia, dan kawan-kawan. Lalu usai ujian akhir semester mereka mengajakku bersama teman-teman yang lain menginap di sebuah villa di tretes sekaligus untuk menghibur hatiku yang sedang galau.
Sesampainya disana aku merasakan ada seseorang yang memperhatikanku dengan tatapan mata yang tajam, kemudian tak lama angel memperkenalkan
satu per satu teman-temannya yang belum saling kenal. Dari situ aku akhirnya mengenal cowok bernama herman yang sebelumnya terus memperhatikanku dengan tatapan seolah mau membuatku bertekuk lutut dan tunduk dihadapannya.

Herman benar-benar orang yang sangat tertutup dan berhati dingin hingga membuatku penasaran dan jatuh hati padanya. Lalu tak lama kemudian tanpa sepengetahuan teman-temanku diam-diam aku menyatakan cinta kepada herman, namun pada saat itu herman sama sekali tak memberiku jawaban yang pasti, ia hanya bertingkah seolah mengerti apa yang kumaksud.

Seiring dengan berjalannya waktu aku nekat mengajaknya berkencan tanpa memperdulikan status antara aku dan dia. Sudah hampir satu bulan sejak kami berkencan diam-diam, hingga pada hari sabtu usai kami berkencan herman mengundangku mampir kerumahnya. Sesampai di-rumahnya aku baru tahu bahwa herman berasal dari keluarga yang broken-home, ia hanya tinggal dengan nenek dan adik tiri perempuannya.

Lalu didalam kamarnya herman mulai menunjukkan koleksi-koleksi hentai yang ia miliki mulai dari komik hingga action-figur, aku sedikit tertawa geli melihat koleksi-koleksinya. Tak kusangka ternyata herman yang sedingin itu, ternyata menyukai figur animasi imut. Setelah melihat-lihat koleksi-koleksinya dari yang vulgar hingga ekstrem, akupun iseng-iseng mencoba menawarkan diri untuk memuaskan libidonya dengan harapan agar aku bisa menaklukan hatinya.

Lalu dengan perlahan aku memeluk herman dari belakang serta mencium lehernya, "hmm.. apa kamu ngga pengen yang asli nih ?" tanyaku sambil menggodanya. 

"Emang situ mau !?" tanya herman dengan nda agak sinis. Aku sempat sedikit terkaget namun aku tak menyerah begitu saja. 

"Ya kalo kamu mau boleh aja kok." bisikku ditelinganya. Lalu seketika itu juga “Oke” sahut herman sambil menarik tubuhku dengan keras, kemudian mulai mencumbuku dan melucuti seluruh pakaian yang kukenakan, lalu herman memintaku membungkuk menghadap ke meja dimana koleksi hentainya berada.

Herman mengeluarkan penisnya dari celana jins yang ia kenakan, kemudian mengocoknya hingga mengeras lalu dengan segera menusukkannya ke liang vaginaku, "auw... " jeritku dengan pelan saat merasakan tusukannya yang kasar. Beruntung area selangkanganku selalu dibasahi oleh cairan pelumas, sehingga tusukan kasar dari penis herman tidak sampai melukai miss-v ku. Sambil menjambak rambutku dan memaksaku melihat koleksi hentainya, herman terus menghujamkan penisnya.

Walau pada awalnya aku merasa kesakitan, namun seiring berjalannya waktu aku mulai menikmati tusukan demi tusukan penisnya membuat cairan pelumasku semakin mengalir kencang. "Ahh.. yeah... terus man.. terus... " rintih kenikmatanku, sambil mendengarkannya herman semakin keras mengayunkan pinggulnya hingga terdengar bunyi tabrakan antara pinggul dan pantatku. Wajahku semakin terseret ke meja, tak lama kemudian rambutku dijambak dan ditarik, lalu herman menghempaskan tubuhku ke ranjangnya.

Dalam posisi tengkurap ia kembali menusuk liang vaginaku, genjotan penisnya semakin kencang membuatku tak mampu lagi membendung orgasmeku, sesaat kemudian meluncurlah air kencingku membanjiri ranjang herman. Disaat masih mengejang herman mendorong tubuhku jatuh ke lantai sambil melontarkan kata-kata yang tak bisa kudengar dengan jelas. Lalu dalam kondisiku yang masih tergeletak, herman mengangkat kedua kakiku ke atas dan memompa lagi penisnya dalam liang vaginaku.

Hingga beberapa saat kemudian herman mencabut penisnya dan mengocoknya tepat di depan wajahku, lalu tiba-tiba aku dapat merasakan lahar panas mendarat diwajahku. "Ohh yeah... eat this bitch !" suara lengguhan herman sambil menyemprotkan sperma ke wajahku hingga beberapa mengenai mata dan beberapa lagi masuk ke hidungku. Usai menguras spermanya, herman meninggalkanku ke kamar mandi untuk membersihkan kemaluannya. Sedangkan aku masih tergeletak dilantai sambil merasakan sakitnya tubuhku usai dijambak dan dilempar dari ranjang.

Usai membersihkan diri dari kamar mandi, herman kembali lalu duduk di atas tubuhku, "critain pengalaman lu !" ujar herman dengan nada menyuruh, "pengalaman apa man ?" tanyaku kepada herman, "pengalaman seks lu lah.. emang apa.. " jawab herman dengan nada tak enak. Kemudian aku menceritakan semua pengalamanku, hingga "tapi sekarang aku udah ngga hamil, udah aku gugurin bayiku... sekarang aku juga udah ga pernah kontak ama dia lagi kok..." critaku sambil mengeluarkan air mata.

Tanpa belas kasih tiba-tiba telapak tangan herman mendarat ke pipiku dengan keras, "Dasar pelacur ! wanita murahan ! bejat !" ucap herman sambil terus menghina-hinaku dan menampar wajahku dengan kedua tepak tangannya hingga pipiku terasa panas dan perih. Setelah puas memberi wajahku tamparan keras, "Oke, dulu kamu pernah minta jadi pacarku kan ?" tanya herman, belum sempat kujawab "Mulai hari ini kita pacaran, dan kamu harus nurut semua yang kuperintahin." lanjutnya sambil menatap mataku seolah ingin menerkamku hidup-hidup. "mulai besok kartu kredit lu, aku yang bawa... trus kunci apartement lu serahin ke aku juga.." ujarnya.

Aku hanya mengangguk dan tak bisa berucap sepatah katapun, lalu herman mengangkat setengah tubuhku dan memindahkannya ke ranjang, "jangan lupa bersihin ini.. ganti ama yang baru..." permintaan herman yang kedua. Usai mengganti sprei ranjangnya dengan yang baru dan mengantongi sprei yang sudah ku basahi untuk kucuci di rumahku, aku kembali mengenakan pakaianku dan pulang dengan mengendarai mobil

Ke-esokan harinya aku mendapat pesan dari herman, yang isinya ajakan untuk berkencan di apartemenku siang hari ini. Melihat ajakan yang tak seperti biasanya sebenarnya aku sudah merasa tak enak, tapi aku tak punya pilihan lain selain menuruti segala kemauannya, lalu kubawa kunci apartemen dan berangkat menggunakan mobil sambil menjemput herman. Setelah memasuki apartemenku, herman langsung mengunci pintu dan mencabut kunci tersebut.

Kemudian menggiringku ke kamar tidur, lalu mendorongku jatuh ke ranjang, "buka semua !" perintah herman dengan tegas. Tanpa berani melawan perlahan kuturunkan rokku lalu setelah celana dalamku terlihat kemudian satu per satu kancing yang melekat aku lepaskan. Saat hem yang menempel di tubuhku terlepas, tiba-tiba tangan herman meraih braku dan menariknya hingga putus, "terlalu lambat !" ujarnya sambil dengan keras menyobek celana dalamku.

Aku sempat terkaget, namun perlakuan kasar seperti itu justru membuatku semakin bergairah. Tanpa menunggu lama lagi herman langsung mengangkat kakiku lalu menghujam-hujamkan penisnya ke liang vaginaku, ia terus mengayunkan tubuhnya dengan cepat maju mundur memberikan tusukan kasar pada liang vaginaku. "ohh.. ahh.. terusin... ahh.. yeah.. terusin... lagi man... lagi..." rintihku membuat tusukan penis herman semakin kasar dan liar.

Lalu ‘plak..’ bunyi tamparan telapak tangan herman mengenai sisi kanan payudaraku dan dilanjutkan lagi dengan bunyi tamparan dari sisi kiri payudaraku ‘plakk...’, selanjutnya ia menampar payudaraku dengan bertubi-tubi. Dari sudut pandangku kulihat dua buah pepaya mengayun indah terlempar kekanan dan kekiri.

Sambil terus menusuk liang vaginaku, semakin lama tamparannya semakin keras hingga mulai membuat goresan di kedua sisi payudaraku. Rasa panas dan perih dari luka gores tersebut membuat gairahku semakin memuncak. Lalu beberapa saat kemudian aku mulai merasakan ngilu di area selangkanganku seolah air kencing sudah tepat berada di ujung urethra dan membuat sekujur tubuhku terasa tegang.

Dan tak lama akhirnya sensasi birahiku memuncak, "ahh.. yess.. yess... yes, yes, yes, yeesss... oouuhhhhh... " aku melengguh mencapai orgasme, sekujur tubuhku kaku seolah tak dapat kugerakkan, suara-suara terdengar semakin menjauh, pandangan mataku semakin gelap lalu urethraku menyemburkan air kencingnya berkali-kali hingga membasahi selangkanganku.


Dan disaat tubuhku masih mengejang dan urethraku masih menyembur tiba-tiba telapak tangan herman mencengkram dengan keras pergelangan kakiku kemudian menyeret tubuhku hingga ke ruang tengah lalu menampar pipiku dengan keras dan menyuruhku untuk duduk di atas pahanya. Dengan tubuh yang masih gemetaran aku berusaha menaiki dan menusukkan penis herman ke lubang vaginaku, kemudian perlahan aku mulai mengangkat tubuhku naik lalu kuhempaskan kembali kebawah hingga menusukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Herman yang sudah tak sabar lalu menggunakan telapak tangannya untuk mencengkram dengan erat kedua payudaraku yang masih dalam kondisi terluka, "Ahhh... sakiitttt.. " rintihku sambil menahan perih. Lalu menarik payudaraku ke bawah dengan kencang sambil memintirnya, "Arrgghhh... ampun... ampuunn... sakit man.. sakiittt..." aku menjerit. Melihatku merintih kesakitan dan meminta ampun herman menjadi semakin bersemangat, ia semakin kasar menggunakan kedua payudaraku untuk mengangkat dan menghempaskan tubuhku hingga terhujam oleh penisnya.

Hingga sesaat sebelum ejakulasi, herman menggenggam erat payudaraku lalu seketika membantingnya membuat tubuhku terpelanting kesamping, lalu dengan cepat ia berdiri lalu mengocok penisnya tepat di depan tubuhku. Tak lama kemudian ia menyemburkan lahar panasnya ke tubuhku. Sebagian sperma yang mendarat mengenai luka di payudaraku membuatku menjerit perih kesakitan, disaat aku berusaha meminggirkan sperma-sperma tersebut justru teriakanku semakin kencang karena mengenai luka-luka yang lain. Kemudian aku segera berlari ke kamar mandi dan menyiram seluruh sperma di tubuhku dengan air.

Setelah tubuhku bersih aku mengenakan pakaian dan mengantar herman pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan pulangpun gesekan antara payudara dan baju yang kukenakan terus membuatku kesakitan. dan sesampainya di rumahku, aku kembali mendapatkan sms dari herman yang isinya mulai besok dan seterusnya setiap malam ia akan menungguku di-apartemen. Dimalam harinya aku terus menangis terisak-isak menahan rasa sakit yang tak kunjung hilang meski sudah kuberi obat.

Ke-esokan harinya aku kembali menuju apartemen dan sebelum membunyikan bel pintu apartemenku aku terlebih dahulu melepas bra dan celana dalamku agar tak dirobek lagi oleh herman dan ternyata dugaanku benar sesaat setelah masuk herman menyuruhku melepas seluruh pakaian yang kukenakan. Kali ini aku dengan cepat langsung melucuti pakaianku, lalu dengan rasa sakit yang masih menempel di tubuhku herman kembali menghajar tubuhku hingga ia terpuaskan.

Dihari-hari berikut nya kelakuan herman semakin parah hingga memukul sekujur tubuhku menggunakan kepalan-tangannya. Hingga pada hari jumat malam sesampainya di rumah, usai mengobati luka-luka di sekujur tubuhku aku mendapatkan pesan singkat dari herman yang isinya “besok tak usah ke apartemen.”, yang artinya aku bisa mengistirahatkan tubuhku seharian penuh.

Namun ditengah malam saat aku telah tertidur pulas tiba-tiba aku bermimpi seluruh organ tubuhku dari leher kebawah hancur dipukul habis-habisan oleh herman hingga tak bisa kugerakkan lagi. Kemudian aku kaget dan terbangun, lalu sambil menangis aku merenungkan apa yang terjadi bila aku tetap melanjutkan hubunganku dengan herman, bisa saja ia semakin liar dan sadis menghajarku, dan disaat itu apakah aku masih mampu bertahan.

Kemudian pada hari minggu sore tiba-tiba, "Datang ke apartemen sekarang juga !" isi pesan singkat dari herman. Lalu aku berangkat menggunakan mobilku dan setibanya disana aku melihat pintu masuk sudah dalam kondisi terbuka, lalu dengan perlahan aku melangkah masuk namun entah dari mana tiba-tiba seseorang menyekap mulutku menggunakan obat tidur hingga aku pingsan.

Kemudian disaat aku mulai kembali sadar mataku sudah tertutup dan mulutku tersumpal dengan mouth-gag serta tubuhku sudah dalam kondisi kedua tanganku terikat rantai ke langit-langit begitu juga dengan kakiku yang dirantai sehingga membentuk tubuhku seperti huruf X melayang di udara. Kemudian tiba-tiba ‘cetarrr..’ bunyi cambuk yang menggores punggungku, "arrgghh..." aku tak bisa menjerit keras dengan kondisi mulutku tersumpal mouth-gag. Lalu sesaat kemudian cambuk itu mendarat lagi ke punggungku, "arrgghh... " rintihku menahan rasa sakit.

Setelah sunyi untuk beberapa saat tiba-tiba ‘cetar.. cetar.. cetar..’ aku mendapatkan cambukan bertubi-tubi, "arrgghh... argghh.. " rintihku terus sambil menggigit mouth-gag dalam mulutku, setelah puluhan kali cambukan aku semakin tak tahan dan mulai meneteskan air mata. Kemudian tak lama aku mendengar langkah kaki sipelaku berhenti di depanku, aku sudah bersiap lalu "cetar... cetar.. cetar" cambuk itu menghajar kedua payudaraku dengan cepat, namun untuk yang ini disamping perih aku juga merasakan kenikmatan seksual. "ngghh.. ngghhh... " rintihku sambil menahan kenikmatan oleh rasa sakit ini.

Setelah berulang kali payudaraku menerima cambukan, rintihanku semakin cepat lalu aku merasakan sensasi orgasmeku sudah mendekat. Kemudian disaat tubuhku sudah mulai mengejang tiba-tiba cambukan tersebut berpindah ke area selangkanganku. Aku mengalami orgasme dan squirting namun semburan air kencingku tersendat-tersendat terkena cambukannya. 

Belum reda sensasi klimaks yang kurasakan tiba-tiba cambukan diselangkanganku berhenti dan berpindah ke payudaraku lagi, tak lama kemudian aku merasakan sensasi darah mengalir keluar dari kulit buah dadaku. Disaat tersebut aku benar-benar ketakutan tubuhku akan dibuat hancur seperti yang terjadi dalam mimpiku, seketika itu juga aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil aku berusaha keras melepaskan ikatan ku. Setelah beberapa saat meronta-ronta kepalaku mulai pusing lalu aku kehilangan kesadaran lagi.

Kemudian setelah aku mulai tersadar kembali dengan kondisi tangan dan kakiku terikat kesebuah meja, aku merasakan sakit di area anusku. Lalu aku berusaha berteriak dan memberontak tapi tak bisa karena mulut masih tersumpal mouth-gag dan pelaku terus menahan pinggulku dengan kedua tangannya. Bertubi-tubi pelaku menusukkan penisnya ke anusku membuatku terus meronta kesakitan hingga beberapa saat kemudian akhirnya aku bisa melepaskan ikatan di pergelangan tangan kanan dan kiriku, lalu dengan cepat kuhentakkan tubuhku kebelakang hingga menabrak tubuh dan wajah si pelaku membuatnya terpukul mundur.

Aku segera melepas penutup mataku kemudian mengambil kursi yang ada di dekatku dan memukulkannya ke belakang mengenai pelaku. Kemudian kulepaskan ikatan yang ada dikakiku, lalu aku segera berlari dan mengambil pisau dapur. Sambil membuka mouth-gagku aku menodongkan pisau ke arah pelaku, aku terkaget saat melihat herman dalam posisi terjatuh sambil memegangi kepalanya yang berdarah.

"KAMU GILA YA !" teriakku dengan keras, lalu aku berlari ke arahnya dan mencoba menghujamkan pisau yang kupegang ke wajahnya. Disaat pisau hampir menusuk wajahnya aku terhenti, nyaliku menciut. Kemudian aku mencekik lehernya, "Kamu sudah gila.. apa maumu ?!" tanyaku dengan suara agak keras. Herman tak menjawabnya dengan kata-kata namun ia langsung memukul tangan kananku yang memegang pisau lalu menghantam wajahku dengan keras hingga aku terpelanting mundur. Lalu herman berkata "Bukan aku yang gila, tapi kamu ! kamu yang mulai !" sambil menunjukku. 

Aku terdiam beberapa saat dan memikirkan kata-kata herman, lalu "Sekarang kamu keluar dari sini ! dan jangan pernah ndeketin aku lagi !" ujarku dengan nada marah. "Oke, sekali lagi kamu yang mulai.." balas herman. "Kembalikan semua kartu kredit dan kunci apartemenku !" pintaku. "Oke, dan semua peralatan ini juga milikmu.. aku beli semuanya dengan uangmu..." ujar herman dengan nada sedikit mengejek.

Kemudian herman mengenakan kembali pakaiannya lalu pergi meninggalkanku. "Aaahhh... " aku berteriak histeris, 'ada apa denganku ?' aku bertanya dalam pikiranku sendiri sambil menangis. Beberapa saat kemudian setelah aku emosiku mereda, aku membersihkan dan menata kembali apartemen milik keluargaku seperti semula serta membawa pulang semua peralatan yang sudah dibeli herman. Dan semenjak kejadian itu aku sudah tidak pernah lagi melihatnya.

Sudah satu setengah tahun lebih berjalan, walaupun luka ditubuhku sudah pulih sepenuhnya namun masih tersisa luka dihatiku. Trauma yang kualami membuatku tak lagi berani mendekati pria, aku hanya bisa membayangkannya diatas ranjang serta bermasturbasi dengan kedua jariku. Kini aku memasuki semester lima, di awal semester aku menentukan jadwalku sendiri membuatku tak lagi bisa selalu berkumpul dengan teman-teman lamaku.

Dihari senin awal semester baru, sambil menunggu ruang kelas yang belum dibuka aku duduk bersantai dan membaca novel. Kemudian tak lama sekumpulan mahasiswa duduk tak jauh dari tempatku, diantara mereka terdapat seorang cewek berkulit coklat dan bertubuh lebih kecil dariku, mereka bercanda-tawa terlihat sangat akrab. Lalu saat pintu ruang terkelas sudah terbuka, aku langsung bergegas masuk.

Aku memilih duduk dikursi bagian tengah, tak lama kemudian datang menghampiriku cewek yang tadinya bersama sekumpulan cowok tersebut, ia duduk tepat disebelahku dan mengajakku berkenalan. Namanya wina, ia terlihat sangat mudah bergaul dengan siapa saja, hanya beberapa menit saja kami berbicang-bicang aku sudah merasa akrab dengannya. Lalu beberapa saat sebelum pelajaran dimulai sekumpulan cowok yang juga teman wina tersebut masuk dan duduk tepat di belakang kami.

Wina pun satu per satu mengenalkan temannya kepadaku mulai dari franklin, vicky, timmy, edwin, dan adit. Adit adalah orang yang pintar, ceria, dan mudah bergaul dengan siapa saja, ia menjadi selalu menjadi pusat perhatian dari antara yang lain. Usai kelas perkuliahan merekapun mengajakku berkumpul bersama mereka dan bercanda-tawa sambil menunggu kelas yang berikutnya. Semakin lama kami semakin sering berkumpul dan candaan kamipun semakin vulgar.

Hampir tiga bulan kami berteman dan diantara mereka adit lah yang paling memperhatikanku. Hingga pada suatu hari adit menyatakan cintanya kepadaku dan akupun menerimanya lalu kami mulai berpacaran. Dua bulan pacaran kami berjalan layaknya pasangan-pasangan lain, akupun juga telah mengenalkan adit pada teman-teman lamaku seperti angel, lidia, dkk. Lalu pada suatu hari usai kami berkencan, adit mengajakku mampir kerumahnya disebuah perumahan elit surabaya barat.

Rumah adit tepat berada di pinggir danau dan ukuran rumahnya jauh lebih besar dari rumahku, bangunannya menyerupai kastil kerajaan inggris. Kamar adit terletak di lantai dua, sangat besar dan mewah dengan desain eropa abad pertengahan dan menghadap langsung ke danau, bahkan dari balkon kamarnya bisa melihat mobil lalu-lalang diseberang danau.

Setelah sampai dirumahnya adit mengajakku ke balkon kamarnya, disana ia menceritakan semua kisah mengenai keluarganya dimana ia lahir di jakarta dan merupakan anak tunggal dari kedua orang-tuanya namun mereka tidak pernah mengharapkan kehadiran seorang anak yang kemudian sejak sma ia dipindahkan ke surabaya dan tinggal bersama dengan dua orang pembantu yang telah merawat adit sejak bayi.

Usai mendengar ceritanya hatiku menjadi tersentuh kemudian akupun juga mulai bercerita mengenai pengalaman kehidupanku mulai bersama steven hingga aku menggugurkan bayiku dan kemudian bertemu dengan herman yang ternyata mengalami kelainan orientasi seks. Setelah mendengar semua hal itu, "Ohh..." hanya itu respon adit, "kamu gpp kan ?" tanyaku, "ya gpp sih, cuman ada satu hal lagi yang mau gua ceritain ke elu beb.. " jawab adit.

Lalu adit menceritakan bahwa ia sebenarnya juga sudah sering melakukan hubungan seks dengan hooker-hooker mulai dari yang murahan hingga yang elite, akupun menghela nafas dan memeluknya. Aku lega ternyata ia mau menerimaku apa adanya, tidak seperti yang dilakukan oleh herman.

Kemudian dengan diiringi cahaya bulan aku mulai memejamkan mataku dan mencium bibir adit lalu perlahan ciuman kami berubah menjadi cumbuan yang panas. Adit mulai menarik tanktopku dan melepaskan pengait braku namun sesaat sebelum adit menarik braku, aku tersadar kalau tubuh kami ini bisa di lihat dari mobil-mobil yang lalu-lalang di kejauhan kemudian aku mendorong adit masuk kedalam kamar, lalu kamipun melanjutkan membuka seluruh pakaian yang kami kenakan.

Perlahan adit menggiringku naik ke ranjangnya lalu mencium tubuhku dari leher hingga ke miss-vku, lalu mulai memainkan kelentitku dengan jarinya, kemudian setelah cukup dengan pemanasan adit memasukkan penisnya yang sepanjang 21 centi dan berdiameter 4 centi ke dalam lubang kemaluanku dengan posisi kupu-kupu. Tusukan demi tusukan penis adit memperlihatkan kemahirannya dalam bercinta, gesekan penisnya tepat mengenai g-spotku.

Dalam waktu singkat aku dibuatnya hanyut dalam kenikmatan hingga, "Ohh.. god.. yes, yes, yess... yess.. ouuhhh... " lengguhku saat mencapai orgasme, adit sempat terkaget saat urethraku menyemburkan air kencing mengenai tubuhnya, "wow... ekspert juga lu beb... " ujar adit sambil berbinar-binar.

Kali ini adit semakin penasaran dengan kemampuan seks-ku dan mengubah gaya bercintanya, ia membuka lebar kakiku, "ini namanya posisi teratai mekar.." ujarnya. Lalu dengan kedua tangan mengangkat pinggulku dan membenamkan penisnya jauh kedalam liang vaginaku. Aku merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa saat penisnya bertubi-tubi menggesek g-spot dan menekan cervixku.

Air kencingku terpompa dengan cepat "ohh... shit... ga tahan... ga tahan... " rintihku sambil menahan pipis. Dan dalam waktu singkat tiba-tiba urethraku menyemburkan air kencingnya lagi, aku mengalami orgasme kedua. Dalam kondisiku masih mengejang adit masih ingin mengetest kemampuanku, ia terus memacu penisnya merangsang tubuhku dan tak sampai satu menit gelombang orgasme berikutnya datang lagi.

Setelah orgasme dua-kali berturut-turut, adit terus memacu adrenalinku. Genjotan penisnya tak melambat sedikitpun dan tusukannya masih tetap mengenai sasaran g-spotku. Dengan kondisi tubuhku yang masih gemetaran ini, aku tak mampu menahan sensasi kenikmatan terlalu lama, sesaat kemudian tubuhku dibuat mengejang dan menyemburkan air kencingnya sekali lagi. Setelah tiga kali orgasme bertubi-tubi, adit menurunkan kecepatan tusukannya "luar biasa lu beb... gue ga salah pilih nih..." ujar adit dengan terengah-engah setelah membuatku orgasme tiga kali bertubi-tubi.

Kemudian adit mengambil kondom yang ada di laci sebelah kiri ranjangnya lalu dengan ahli memasangkan kondom tersebut ke penisnya. Kini adit mengubah posisi tubuhnya dengan menindih tubuhku lalu mulai menggenjot lagi penisnya ke dalam liang vaginaku. Dengan kedua tangannya adit meremas-remas payudaraku sambil menjilat-jilatnya, membuat kesadaranku yang baru pulih melayang-layang lagi.

Namun kali ini adit yang sudah terengah-engah tak mampu lagi menahan gairahnya yang terus memuncak, beberapa saat setelah mengayunkan pinggulnya adit mencabut penisnya dari dalam miss-vku.

Meski dalam keadaan setengah melayang-layang, aku berusaha membangunkan tubuhku lalu melepaskan kondom dari penis adit. Aku mendekatkan wajahku ke selangkangan adit dan menjilat bersih sperma yang masih menempel di penisnya, kemudian aku mengangkat kondom yang sudah terisi penuh dengan sperma lalu menuangkannya ke dalam mulutku hingga tetes terakhir.

Setelah kutelan habis sperma yang ada dalam mulut lalu aku membuka mulutku dan kutunjukkan pada adit. Lalu adit menarik tubuhku dan mencumbu bibirku sedangkan tangan kananku mencoba meraba penisnya dan berusaha merangsangnya lagi. Namun penis yang kupegang ternyata masih ereksi penuh, "Loh ? kok ga lemes ?" tanyaku dengan bingung. "Sekali crot mah ga cukup buat gue.. " jawab adit dengan bangganya.

Mendengar hal itu aku jadi ingin membuatnya ejakulasi hingga lemas. Lalu aku mendorongnya kebelakang dan menggenjot penisnya. Aku menaik turunkan tubuhku mengocok penisnya menggunakan vaginaku, namun adit tidak pasrah begitu saja, ia membalas seranganku dengan mendorong pinggulnya keatas agar penisnya menghujam vaginaku semakin kedalam hingga menabrak cervixku. Serangan balasan dari adit membuatku takluk, penisnya menekan cervixku makin kedalam hingga membuat sekujur tubuhku kram dan tak bisa lagi mengayun.

Sesaat kemudian tubuhku gemetaran dan jatuh telungkup diatas tubuh adit, lalu aditpun bangkit dan berbalik menggenjot tubuhku dengan posisi missionaris. Kedua tangan adit membuka lebar-lebar kakiku, lalu menghujamkan penisnya dengan keras ke liang vaginaku hingga menabrak cervixku. Sesaat kemudian aku tak kuat menahan rangsangan di cervixku lalu mengejang mencapai klimaks. Adit mencabut penisnya lalu menarik kepalaku dan memasukkan penisnya dalam mulutku.

Perlahan setelah aku pulih dari sensasi klimaks, aku mengulum penis adit hingga sekitar dua per tiga batangnya masuk kedalam mulutku dan menyentuh kerongkonganku. Namun setelah beberapa kali mengocok penisnya dalam mulutku, aku merasa mual seperti mau muntah. Aditpun segera mengeluarkan penisnya dari mulutku dan mengocoknya diatas putingku, tak lama kemudian adit menyemburkan sperma nya tepat di atas puting payudaraku. Aku bisa merasakan panasnya sperma adit di ujung putingku dan mengalir turun ke perutku.

Setelah semburan spermanya berhenti, penis adit terlihat mulai mengecil. “satu kali ngga cukup... dua kali langsung lemes.. Hihihi...” tawaku mengejek adit. “emang kalau crot sampe tiga kali gue dapet apaan ?” tanya adit, “dapet apa ? apa ya... hmm... terserah kamu deh mau apa... “ jawabku, “oke, terserah gue ya.. apapun pokoknya lu harus nurut.. “ sahut adit, “oke, siapa takut...” aku membalasnya dengan sombong, ‘paling juga ngajakin ml gaya baru’ bayangan dalam pikiranku.

Aditpun mengocok penisnya, tanpa kusangka kemaluan adit ternyata masih bisa ereksi meski sudah dua kali ejakulasi. Kemudian adit menggiring tubuhku berdiri membelakangi pintu kaca menuju balkon, lalu mengangkat kaki kananku dan mulai menghujamkan lagi penisnya ke liang vaginaku. Meski tak sekencang yang sebelumnya, tapi penis adit masih cukup keras untuk mempenetrasi miss-v ku.

Namun setelah beberapa kali ayunan adit mencabut penisnya dan menyuruhku berlutut dihadapannya, lalu aku kembali memasukkan penis adit ke dalam mulutku meski kali ini hanya sepertiganya saja yang masuk. Sambil mengocok batang penis adit, aku memainkan kepala penisnya dengan lidahku. Tak lama kemudian aku merasakan cairan hangat menyemprot ke tenggorokanku, “ahh.. ouhh.. “ lengguh adit saat menyemburkan sperma untuk yang ketiga kalinya.

Setelah menelan habis sperma yang ada di mulutku, aku menggiring adit yang sudah mulai kelelahan. “gue menang ya beb.. “ ujar adit sambil mengatur nafasnya, “iya.. iya.. “ jawabku sambil mengangguk-angguk. Setelah membersihkan tubuh dan mengenakan semua pakaian kami kembali, adit mengantarkanku pulang dengan mobil Hummer-nya. Lalu setibanya didepan rumah kami, “jangan lupa beb... inget terserah gue, lu harus nurut... “ ujar adit mengingatkanku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4