Langsung ke konten utama

Kepolosan Siswi PKL


By : Shinobi505

Namaku Niko, seorang PNS Pemda di sebuah kota kecil yang tak begitu terkenal. Usiaku 28 tahun, masih single. Kantor Instansi tempatku bekerja tidaklah terlalu besar, dengan jumlah pegawai hanya 6 orang termasuk kepala kantor, 4 pegawai laki-laki dan 2 orang perempuan.

Sepanjang tahun hampir selalu ada anak-anak sekolah yang PKL di tempatku, jangka waktunya bervariasi antara 3-4 bulan. Setiap kali ada permohonan izin PKL dari sekolah, kesepakatan tidak tertulis dari kami semua adalah kami hanya menerima peserta PKL perempuan. Pertimbangannya adalah karena pekerjaan yg bisa dipegang oleh peserta PKL adalah administratif, dan diharapkan siswi perempuan cenderung lebih mudah diatur.

Hari ini ada peserta PKL baru dari sebuah SMK swasta di kota sebelah. Jam 9 pagi mereka sudah datang ke kantor dengan diantar oleh guru pembimbing nya bListiama Pak Rahmat. Kedua siswi cantik itu bernama Listia dan Rara. Mereka berdua memiliki tinggi badan yang hampir sama, sekitar 165 cm. Penampilan Rara biasa aja, baju lengan panjang dan celana panjang nya tidak berhasil menampakkan lekuk tubuhnya. Tapi Listia berbeda, pakaiannya yg agak ketat membuat badannya terlihat lebih berisi, payudaranya terlihat membusung dan cukup besar. Yang istimewa adalah pinggulnya yang lebar dan pantatnya yang bulat dan semok, Rok span ketat yg Listia kenakan sukses membuat pantat bulatnya makin menggoda untuk diremas.

Minggu pertama Listia dan Rara masih malu-malu dan belum terlalu berbaur dengan pegawai lain. Namun mulai minggu kedua, mereka berdua mulai menjadi diri mereka sendiri dan bertingkah layaknya anak sekolah lainnya. Dari obrolan dengan mereka berdua, aku jadi tahu kalau mereka sudah kenal dan jadi bestie sejak di SMP. Dan sejak itu pula mereka selalu bersama sampai sekarang kelas 2 SMK. Rara cenderung lebih cool dan agak tomboi, sedangkan Listia sangat manja dan clingy. Oh iya, Listia juga sangat “ringan tangan”, maksudnya apabila sedang berbicara atau bersenda gurau, maka tangannya ga akan bisa diam, kadang ngelus-ngelus, mencubit atau memukul siapapun yg ada di sebelahnya.

“eh, Bella udah putus sama Bagas… “ kata Listia yg sedang membuka-buka instagram di hapenya sambil melahap sesendok bubur kacang hijau menu sarapan mereka pagi ini. Diruangan belakang ini hanya ada kami bertiga, 2 orang temanku sedang jaga di front office dan 2 temanku yang lain sedang ngopi-ngopi di kantin.

“ah entahlah, nyari cowo yg gimana sih si Bella? Padahal Bagas kurang apa coba, ganteng udah jelas, body atletis, lumayan tajir jg” kata Rara sambil mengaduk-aduk bubur kacang hijaunya.

“Burungnya gede juga… “ ucapan Listia santai

“Haah….!” Teriak aku dan Rara hampir bersamaan. Posisi mejaku yg tepat dibelakang mereka dengan posisi kursi saling memunggungi membuat aku mau ga mau selalu mendengar setiap obrolan mereka berdua.

Secepat kilat aku memutar kursiku menghadap mereka berdua dan bergerak mendekat ke Listia

“Tahu dari mana? Kamu mantannya ?”

“Bukan..” jawab Rara sambil mendekatkan kepalanya ke Listia

“Tapi jujur deh, kamu tau dari mana? Ngintip?”

“enggak…!” kata Listia sambil cekikikan dan menutup mulutnya

“pListiah ga sengaja liat pas dia ganti baju abis main bola… hihihi…”

“di kelas dia?” selidik Rara

“Loh kalian sama si Bagas ga sekelas?” selaku sebelum Listia sempat menjawab pertanyaan Rara

“Engga Pak, kelas kami itu cewe semua” jawab Listia

“Jadi waktu itu kan aku abis dari kantin loh Ra, nah pas lewat belakang kelas dia itu aku ga sengaja liatnya” lanjut Listia

“Emang ga ditutup jendelanya ? Tanya Rara

“Ditutup sih, tapi ga dikunci Ra, ditarik dikit aja bisa kebuka…”

“Ya itu namanya ngintip Listiaaa…!” ucap Rara sambil menyentil jidat Listia yang tergelak

“Mungkin Listia ‘haus’ karena dikelas cuman ada cewek, jadi pas tau ada cowok sedang ganti baju di ruangan sebelah, tangannya langsung gerak sendiri nyari celah….” Timpalku yang langsung disambut tawa Rara

“Iiiih…. Pak Niko…. “ ucap Listia dengan gaya manjanya dan disertai cubitan di pahaku.

Mulai dia…

“Bener tuh pak, kalo kita lagi ganti baju di kelas jg tangannya kelayapan ngeremesin pantat ato payudara yg lain…” ucap Rara

“enggaaak…. “ teriak Listia sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya serta menggerakan tangannya. Listia lalu bangkit dari kursinya dan melompat ke arah Rara sambil mencoba menutup mulut Rara dengan tangannya.

Posisi kami bertiga waktu itu saling berhadapan membentuk segitiga dengan Listia di kiri dan Rara di kanan. Karena ruangan tidak terlalu luas jadi saat Listia sedang sibuk memukul-mukul Rara, posisi Listia memunggungi ku dengan jarak cukup dekat. Pantatnya yg bulat dibungkus rok ketatnya terus bergerak-gerak di depanku. Garis celana dalamnya yg terlihat jelas, semakin membuat imajinasiku liar. Ingin sekali aku menjamah pantat semok itu. Kontolku pun mulai bangun didalam celana yg kukenakan.

Ah.. mungkin aku bisa memakai alasan memisahkan mereka, pikirku. Aku bisa memegang kedua bongkah pantat semok itu dengan berpura-pura memisahkan mereka. Baru saja tanganku kuarahkan kedepan menuju pantat Listia yang masih bergerak-gerak liar di depan mataku, rupanya keberuntungan berada di pihak ku.

Listia terdorong ke belakang oleh Rara, rok span ketat yg dikenakannya membuat dia hilang keseimbangan sehingga dia terjatuh terduduk ke pelukanku. Pantatnya langsung menindih kontolku yang sudah mulai tegak berdiri tepat di belahan pantatnya. Kenikmatan langsung menjalar pada kontolku. 

Kedua tanganku reflek memegang pinggulnya, seolah-olah aku ingin menjauhkan dia dariku, namun nyatanya aku berusaha sekuat tenaga menahannya tetap di pangkuanku. Sepertinya Listia masih tidak menyadari situasi yg menimpanya, dia masih sibuk berantem dengan Rara sambil ketawa-ketawa. Keadaan semakin mengkhawatirkan ketika Listia mulai menendang-nendang Rara dengan kedua kakinya. 

Ini menyebabkan semua berat tubuhnya hanya bertumpu pada pantatnya yg kini makin menindih kontolku yang sudah tegak sempurna. Untuk ukuran orang asia, kontolku tergolong besar, tidak terlalu panjang tapi gemuk. Apabila ada yg melihat ke arah celanaku yang sudah sangat menggembung ini, pasti langsung sadar kalau kontolku sedang ngaceng parah. Namun sepertinya Listia tidak terpengaruh sama sekali. 

Setiap kali Listia berusaha menendang Rara, maka pinggul dan pantatnya akan bergerak, ini membuat dia seakan-akan sedang menggoyangkan pantatnya ke kontolku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku seiring kontolku yang ditekan-tekan oleh pantatnya yang kenyal karena meronta-ronta. Hampir saja aku mendesah, untung bisa ku tahan.

Sayangnya ini tidak berlangsung lama. Ketika Listia mulai menendang-nendangkan kakinya, Rara tidak bisa menangkis sehingga dia berdiri dari kursinya dan mulai berlari ke arah front office. Listia yg masih belum puas berusaha berdiri dari pangkuanku untuk mengejar Rara. Untuk menghindari kecurigaan, terpaksa aku tidak menahan Listia untuk tetap di pangkuanku, aku seakan membantu dia berdiri. 

Namun aku masih nekat ambil kesempatan saat membantunya berdiri dengan menggeser tanganku dari pinggulnya ke pantatnya sambil sedikit mendorong namun sekaligus meremas pelan kedua bongkahan pantatnya. Empuk sekali rasanya. Ingin sekali tetap kuremas pantat itu lebih lama namun Listia yg berlari mengejar Rara membuat pantatnya lepas dari remasanku.

#####​

Setelah kejadian itu, tidak ada perubahan apapun pada sikap Listia, dia masih tetap polos dan ga bisa diam, selalu kesana-kemari kalau sedang tidak ada kerjaan. Ini sangat menguntungkanku karena berarti ada banyak kesempatan untuk bisa menikmati tubuh montoknya, entah dengan pura-pura tidak sengaja menyenggol atau nekat sedikit menggodanya dengan mencolek atau mengelus badannya.

“Paket Pak Niko….!” Teriak Listia dengan gaya manja khasnya sambil berlari kecil dari front office ke ruangan belakang.

“Iphone ya pak..?” tanyanya setibanya di mejaku sambil memeriksa paketku yang masih dipegangnya.

“Unboxing ya pak…”

“Ya..” jawabku singkat tanpa mengalihkan perhatianku dari laptopku. Ada laporan yang harus selesai hari ini juga. Kubiarkan Listia membuka paketku dan mencoba-coba smartphone yg baru kubeli itu. Setelah setting-setting awal selesai, Listia langsung mencoba kamera dengan mengambil beberapa foto termasuk selfie.

“Yg seksi ya selfienya” ucapku sambil melirik Listia yg masih sibuk pose-pose alay selayaknya anak sekolah.

“Yeey… maunya” ucap Listia sambil menyibakkan rambutnya ke pundak lalu berpose sambil meremas payudara kanannya

“Nih…” sambil menunjukkan layar iphone yg sedang menampilkan hasil selfienya barusan ke arahku.

Aku mengambil smartphone itu dari tangannya dan mulai melihat-lihat galery foto-foto yang baru diambil Listia.

“Emang mau buat apa sih pak..? “ tanya Listia sambil mendekatkan kursinya ke arahku.

“Ya kali aja dibutuhkan kl aku lagi kesepian di rumah…” godaku.

“Tuh kan…” ucap Listia sambil mencubit pinggangku. Sebenarnya cubitan Listia cukup sakit, namun ternyata bisa menaikkan gairahku saat itu. Anak ini gampang sekali membuat aku terangsang.

“Pasti buat aneh-aneh, makanya cari pacar pak biar ga kesepian di rumah…”

“Lho aku punya pacar kok, cuman lagi diklat di Jakarta selama 3 bulan”

Bohong.

Sebenarnya saat ini aku sudah 2 bulan menjomblo setelah putus dengan pacarku yg harus ikut orangtuanya pindah tugas ke luar kota.

“Ga percaya !! ucap Listia meledek sambil tertawa.

“No pic is hoax… hihihi”

“Lah ga percaya… ada foto sama videonya kok..”

Aku seketika tersadar dan ada ide kotor terlintas.

Aku memang sudah 2 bulan putus sama pacarku, namun foto video kami masih tersimpan di hape lamaku, termasuk foto video mesra kami yg pastinya beberapa diantaranya sangat vulgar.

Tanpa menunggu lama langsung kuserahkan hape lamaku ke Listia

“Cek aja di galery”

Listia menerima hape dariku dan langsung membuka galery dan melihat-lihat foto-foto yg ada.

Aku kemudian berpura-pura sibuk memainkan hape baruku sambil sesekali melirik ke arah Listia untuk melihat reaksinya saat melihat foto atau video mesra aku dan -mantan- pacarku.

“Cantik ya pak.., namanya siapa?” tanya Listia tanpa memalingkan pandangannya dari layar hape yg dipegangnya

“Gita..” jawabku pendek. Ini jujur, mantanku memang bernama Gita.

Listia kembali membuka-buka galery foto dan video, lalu dia memiringkan hape yg dipegangnya. Sepertinya dia memutar video.

“ihh….” Pekik Listia tertahan.

Kena dia.

Aku yg duduk didepannya pura-pura tidak mendengar dan tetap sibuk dengah iPhone baru ku. Namun sebenarnya, aku sedang merekamnya, jadi meski mataku tetap menatap layar smartphone, sebenarnya aku sedang mengamati reaksinya saat dia membuka video vulgarku dengan mantanku.

Dia melirik ku sebentar, namun langsung kembali menatap layar hape yg dipegangnya. Beberapa waktu kemudian ada perubahan pada wajahnya, dia mulai sedikit menggigit bibir bawahnya, duduknya juga mulai tidak tenang, kadang miring ke kanan, lalu miring ke kiri. Tangannya mulai mengelus-elus perut bawahnya. Sepertinya karena rok panjang yg dikenakannya cukup ketat sehingga dia kesulitan menjamah langsung selangkangannya.

Dia melirikku kembali, setelah memastikan aku tidak menatapnya langsung (padahal aku mengamati dengan jelas segala gerak-geriknya lewat layar iPhone baru ku) dia mulai melirik ke bawah.

Ah, dia pasti menatap kontol ku. Darahku berdesir, kontolku yang baru setengah bangun langsung membesar dengan cepat. Kutatap reaksi Listia, terlihat jelas dia agak kaget. Berkali-kali dia melirik ke arah wajahku lalu kembali melirik ke arah kontolku yang sudah cukup besar menggembung dibalik celanaku meski kurasakan belum maksimal. 

Listia makin terlihat ga tenang, matanya bolak balik menatap wajahku dan selangkanganku, tangannya makin digosokkan ke selangkangannya, namun rok ketatnya masih menghalangi usahanya, dia harus mengangkat rok nya sedikit ke atas agar cukup longgar bagi dia untuk menggosok langsung selangkangannya.

Tiba-tiba Listia berdiri, kupikir karna dia akan menarik roknya sedikit ke atas dan duduk lagi, namun ternyata dia malah meremas selangkangannya di depanku. Dan untungnya, kejadian itu terekam jelas di layar smartphoneku. 

"Edan juga nih anak. Pikirku.

Karena posisi dia sekarang berdiri aku jadi tidak bisa mengamati wajahnya, layar iPhoneku sekarang fokus merekam ke arah perut dan selangkangannya.

“Nih pak, udah….”

Aku terkejut, ternyata Listia menyerahkan hape lamaku.

“eh..oh iya..” aku sedikit gugup takut ketahuan kalau aku merekamnya.

Setelah kuterima hape lamaku, Listia langsung berjalan cepat ke arah belakang. Mungkin dia mau ke toilet luar di belakang kantor.

#####​

Besok kantorku akan mengadakan suatu kegiatan bersama gubernur dan para kepala desa dan lurah di suatu kecamatan yg agak terpencil. Karena acara akan berlangsung sejak pagi, maka aku dan rekan kerjaku bernama mba Hani ditugaskan berangkat sejak sore hari ini untuk mempersiapkan segala yg diperlukan. Ketika aku mendapat tugas ini kemarin, iseng-iseng aku ajak Listia dan Rara untuk ikut membantuku dan mba Hani. Mereka bersedia dan kepala kantor juga mengizinkan asal dapat izin dari orangtua masing-masing.

Hari ini Listia dan Rara sudah siap-siap dengan membawa ransel berisi pakaian mereka dan tak lupa menunjukkan hape chat pesan izin dari orangtua masing-masing.

Perjalanan ke lokasi memakan waktu hampir 3 jam. Rombongan kami sampai pukul 7 malam. Lokasi kegiatan merupakan lapangan desa yang terletak tidak begitu jauh dari kantor kepala desa. Saat itu lokasi sudah cukup ramai dengan persiapan acara besok pagi. Setelah makan malam, rombongan kami mulai meninjau lokasi yg akan kami pakai besok.

Sekitar pukul 10 malam, mba Hani disusul oleh suaminya yg mengabarkan kalau anaknya agak sakit dan mencari ibunya. Akhirnya mba Hani tidak jadi menginap dan pulang bersama suaminya ke rumah mereka.

Mengingat sudah malam dan persiapan sudah hampir selesai juga, akhirnya aku, Listia dan Rara memutuskan untuk istirahat saja. Tempat istirahat rombongan kami adalah sebuah ruangan di belakang kantor kepala desa yang baru direnovasi dan direncanakan menjadi kafe dan kantin. Ruangannya hanya 2 ruang dan kamar mandi kecil dengan perabotan seadanya yg sepertinya belum merupakan perabotan untuk kafe maupun kantin. Di ruang belakang sudah tersedia kasur lantai yg cukup besar untuk menampung 4 orang. Di ruang itulah kami akan tidur.

Karena sudah cukup lelah, Listia dan Rara memutuskan langsung tidur. Mereka berdua berganti pakaian di kamar mandi.
Saat mereka berdua keluar, mereka sudah memakai pakaian santai. Baru kali ini aku melihat mereka tanpa makeup. Rambut Rara hitam sebahu, agak bergelombang. Pakaian yg dikenakannya hanya tshirt agak ketat dan celana pendek.

Rambut Listia lurus agak lebih panjang dari rambut Rara. Listia mengenakan daster tipis berwarna pink.

"Wow... Listia seksi banget.. Ucapku sambil menjelajahi bayang samar tubuhnya dibalik daster tipis yg dia kenakan.

“Jelas dong pak…” jawab Listia centil sambil beberapa kali berpose seakan-akan model sedang sesi pemotretan. Daster berbahan kaos tipis itu hanya sepanjang setengah paha, cukup pendek mengingat itu adalah baju terusan, yg artinya kalau Listia mengangkat tangannya ke atas, maka dasternya jg akan tertarik keatas. Tidak perlu lama untuk membuat teoriku itu terbukti. Saat Listia merapikan kasur lantai dan spreinya itu, terutama pada saat dia nungging, berkali-kali dasternya terangkat ke atas, cukup untuk menampakkan paha mulusnya dan kadang-kadang celana dalam ungunya juga terlihat.

Sambil menikmati pemandangan ini, otak mesumku langsung mengambil alih, berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa menikmati tubuh Listia malam ini.

Untuk bisa tidur di samping Listia, maka aku harus tidur di pinggir kanan atau kiri, tergantung Listia di sebelah mana. Masalahnya mereka mepetin kasur lantai ini ke tembok sisi kiri, dan kalo Listia memilih tidur mepet tembok tentu saja rencanaku berantakan, karena di sebelahnya lagi pasti ada Rara. Aku lalu memandang tembok sisi kiri dan akhirnya aku mempunyai ide setelah melihat sesuatu di tembok.

Colokan listrik....

Tanpa memberitahu Listia dan Rara, aku diam-diam mengumpulkan tas kami bertiga berjejer di tembok dan meletakkan laptopku di atas tasku lalu menancapkan charger ke colokan di tembok.

Sip.

Dengan begini kalaupun Listia tidur di sisi tembok, maka aku tinggal memindahkan tas-tas kami sehingga akan ada ruang untuk aku tidur, meski aku yakin ga bakalan tidur malam ini......

" Kalian tidur aja dulu, aku mau beresin dekor dulu..." Kataku sambil berjalan keluar rumah.

"Ga usah begadang... besok sibuk. " lanjutku

" Siaap booss, kalo soal tidur kami paling rajin pak...." Jawab Listia

"Apalagi Listia pak, kalo tidur dah kayak pingsan.." sambung Rara yg disambut tawa Listia....

Menarik sekali ini, pikirku

"Hahahha..." Aku jg jd ikut tertawa.

Mungkinkah mereka sadar kalo tawaku agak berbeda saat itu ..? Entahlah...

Aku baru kembali ke kamar pukul setengah 12 malam. Selain karena memang harus memastikan dekor sudah selesai sepenuhnya, aku jg ingin saat aku kembali, Listia dan Rara sudah tidur lelap. Barulah agendaku malam ini bisa kumulai.

Lampu ruang tengah tempat kami tidur ternyata telah di matikan. Setelah dipikir-pikir lampu dimatikan malah lebih aman, mengurangi resiko mereka menyadari aksiku apabila mereka terbangun. Meski lampu dimatikan, masih ada cahaya dari ruang depan dan dari luar rumah sehingga hanya perlu penyesuaian mata sebentar, dan aku bisa melihat cukup jelas.

Tas dan laptopku masih di tempat semula, sesuai perkiraanku, Listia ada di samping tas-tas kami. Dan Rara disebelah kanan Listia.

Sempurna.

Antisipasiku ternyata membuahkan hasil.

Rara tidur terlentang, setengah badannya ditutupi selimut. Sedangkan Listia tidur menyamping ke arah Rara dengan selimut menutupi badannya sampai ke leher.

Segera kupindahkan laptop dan tas-tas kami ke tempat lain. Segera ku posisikan badanku berbaring mepet ke tembok di sebelah Listia. Tidak terlalu luas, namun cukup untuk menjaga jarak tidurku dengan Listia apabila ada yg terbangun. 

Untuk amannya kupastikan dulu apakah Listia sudah lelap tertidur. Kugoyang-goyangkan pundaknya sampil kupanggil namanya pelan. Setelah yakin tidak ada reaksi dari Listia dan Rara, tanganku mulai bergerak menarik selimutnya ke bawah. Ternyata Listia tidak memegang selimutnya sehingga bisa dengan mudah aku tarik ke bawah hingga terlepas semua.

Terpampanglah tubuh Listia berbalut daster seksi itu yang sudah terangkat hampir sampai pinggang. Pantat semok itu terpampang di depanku, sungguh bulat dan kulitnya mulus sekali.

Hah... kulitnya mulus sekali..?

Pencahayaan yg kurang membuatku telat menyadari kalau pantat Listia ternyata sudah tidak tertutupi celana dalam lagi...! Sampai sekarang aku masih tidak tahu kenapa dan kemana celana dalamnya. Apakah dia memang sengaja melepasnya? Ataukah dia punya kebiasaan melepas pakaian saat tidur? Entahlah, saat itu aku tak sempat berpikir terlalu jauh, dan dikemudian haripun aku lupa menanyakannya.

Kontolku sudah mulai menegang, segera kubuka celana ku termasuk celana dalamku dan meletakkannya ke atas tas ku. Kuraba dan kuelus-elus pantat Listia pelan. Mulus, kenyal dan hangat sekali...!

Dengan pencahayaan yg minim, sepertinya aku harus puas dengan merabanya saja tanpa bisa melihat kemulusan tubuh Listia dengan jelas. Kuraba pinggul dan pahanya, kuelus paha depannya dan pelan-pelan kuarahkan tanganku ke pangkal pahanya..

Sreek …sreeekk… suara selimut bergeser.

Deegh... Jantungku seraya berhenti berdetak. Segera kutarik tanganku dari paha Listia dan kubaringkan tubuhku dengan cepat. Tanpa sadar kutahan napasku sambil mencoba mengerti apa yg baru saja terjadi. Sreeek…. Ternyata itu suara Rara yg menarik selimutnya. Kuangkat kepalaku sedikit, lewat atas kepala Listia yg sedang berbaring, aku bisa melihat bahwa posisi Rara sekarang berbaring menghadapku dan Listia.

Bahaya…., kalo Rara terbangun maka dia akan langsung melihat ke arahku dan Listia. Aku harus lebih hati-hati lagi.

Setelah beberapa lama memastikan tidak ada lagi gerakan Rara, tanganku mulai bergerak lagi, kali ini aku hanya berani beraksi sambil berbaring miring menghadap Listia. Kuletakkan tanganku ke payudara Listia. Aah... Ternyata dia juga sudah tidak memakai bra. Kuremas pelan kedua payudaranya bergantian. Padat namun cukup kenyal. Sayang piyamanya membuatku mustahil bisa menyentuh payudaranya secara langsung. Tanpa sadar kontolku yang makin tegang mulai menyodok pantat Listia.

"Hmph.... " Desahku tertahan saat kepala kontolku menyentuh pantat telanjang Listia. Ku geser-geser pinggulku sampai kontolku menemukan posisi yang pas, diantara dua bongkah pantatnya.

Kudiamkan kontolku di posisi ini beberapa saat. Meskipun aku dan Listia tidak bergerak, namun tetap saja kontolku berkedut- kedut terangsang kehangatan dan kelembutan pantat Listia.

“Ough….” Aku mengerang tertahan.

Ku gesekkan kontolku pelan keatas- bawah sambil makin kutekan.

"Eeenggh....

Deeggh lagi... Listia mengerang

Lagi-lagi kutarik tanganku dari tubuh Listia dan reflek aku menggeser tubuhku dari posisi miring menjadi telentang. Aku tidak sempat menutupi tubuh telanjangku, kontolku mengacung tegak ke atas. Entah alasan apa yang bakal kuberikan kalau Listia terbangun dan melihatku dalam kondisi seperti ini.

Tangan Listia bergerak.

Gawat, Apakah Listia terbangun?

Tangan Listia lalu bergerak ke bawah dan menggaruk-garuk pantatnya sambil sedikit menggeliat. Apakah Listia terbangun karena rangsangan kontolku?

Listia lalu menggerakkan posisi tidurnya menjadi terlentang. Tangannya kembali menggaruk pangkal pahanya dan lalu melemparkan tangan kanannya kesamping. Tangan Itu mendarat diatas paha telanjangku, dekat dengan kontolku yg menjulang ke atas. Kontolku makin berdenyut- denyut terangsang situasi yg mengkhawatirkan tapi juga menggugah birahi ini.

Kutunggu beberapa saat sampai aku yakin Listia sudah kembali terlelap, lalu aku nekat memegang tangannya dan menggesernya pelan keatas. Setelah yakin tak ada reaksi, kuposisikan jari-jari Listia menggenggam kontolku.

Aaah….

Sentuhan awal jari-jari mungil Listia membuat kontolku kembali berkedut-kedut. Dengan bantuan tanganku, kugerakkan tangan Listia naik turun mengocok kontolku. Kulakukan kocokan dengan perlahan sambil memantau reaksi dari Listia.

Tak ada reaksi.

Merasa aman, tangan kiriku mulai bergerilya ke paha Listia, kuelus dari bawah sampai ke pangkal paha. Pelan-pelan kuraba juga perut bawah Listia, lalu turun ke memeknya, kurasakan rambut kemaluannya yg baru tumbuh masih tipis-tipis. Birahiku naik membayangkan tubuh telanjang Listia. Kuusap memeknya yg terasa empuk dan membukit. Kucari belahan memeknya, masih sangat rapat. Tiba-tiba kurasakan gerakan pelan pada pinggulnya. Setiap kali memeknya kuraba, pinggulnya sedikit terangkat seakan menyambut jari tanganku.

" Emmhh...."

Deggh... Aku menahan napas, semua aktifitas aku hentikan. Pelan-pelan kulepaskan tanganku yg menggenggam tangannya untuk mengocok kontolku. Namun kubiarkan tangannya masih menggenggam kontol tegangku. Tiba- tiba tangannya kembali bergerak pelan mengocok kontolku lagi.

"Gila..., nih anak tidur atau sadar sih....

Aku tetap diam tidak berani bergerak, kunikmati saja kocokan pelan tangan Listia ke kontolku.

Oughh.. nikmat sekali…

Tak berapa lama tangannya melepaskan kontolku dan menggaruk perut bawahnya, di sekitar rambut kemaluannya berada. Lalu tubuhnya bergerak lagi, posisinya kembali miring membelakangiku. Kuberanikan tangan kiriku untuk meraba pantatnya lagi. Kurasakan sedikit gerakan dipinggulnya. Cukup pelan namun selalu ada reaksi atas rangsanganku ke pantatnya.

Aku yakin tubuhnya selalu bereaksi atas sentuhanku, namun tak ada penolakan....

Tak ada lampu merah.

Gas terus…

Kuberanikan diri untuk memutar tubuhku kembali sehingga miring tepat di belakang Listia. Kontolku kuarahkan ke celah di pangkal pahanya. Pelan pelan kudorong kontolku masuk ke celah sempit itu. Gesekan pangkal paha dan bibir memek Listia kekontolku sungguh nikmat, terasa licin, empuk dan hangat.

Licin? Ternyata memek Listia sudah basah....

"Mmmphhh .. " Listia kembali mengerang pelan, pinggulnya jg bergerak seiring gesekan kontolku.

Sekarang aku sudah tidak kaget lagi dengan reaksi Listia, selama lampu merah tidak menyala, gas terus… akan kumanfaatkann kesempatan langka ini semaksimal mungkin.

Kugesek terus kontolku dengan kecepatan yg meningkat. Tangan kananku kembali meremas pelan payudaranya. Kadang Listia masih bereaksi dengan mengerang atau menggerakkan pinggulnya.

Sambil terus mendesah pelan, tangan kanan Listia tiba-tiba meraba selangkangannya. Jari-jari tangannya bersentuhan dengan kepala kontolku yang masih maju mundur menggesek memeknya.

“ough…” refleks aku mengerang.

Kontolku makin kudorong ke depan sehingga tangan Listia bisa lebih mudah meraba-raba kepala kontolku dari depan.

“enggghhhhh……..” Listia kembali mengerang

Kupeluk tubuhnya di bagian pinggang sekaligus menahan tubuhnya saat pinggulku menyodok-nyodok pantatnya. Memeknya terasa lebih licin dan mulai membuka. Ini membuat kontolku sedikit bisa masuk ke belahan memeknya. Kepala kontolku sudah bisa menyentuh klitorisnya.

“eeengggghh…. aakkhhh” tiba-tiba Listia mengerang cukup keras, badannya menegang, pinggulnya tersentak ke depan dan belakang berkali-kali. Aku yang sudah ga tahan langsung mempercepat sodokan kontolku ke pangkal pahanya. Kugesek dan kutekan kontolku ke belahan memek dan klitoris Listia yang sudah sangat basah. Kontolku makin berdenyut-denyut, dan dengan satu sentakan kubenamkan kontolku ke belahan memek Listia

Crooot…. Croooot….

Dua kali spermaku menyembur ke bibir kemaluan Listia, diikuti beberapa semburan kecil. Kudiamkan beberapa saat kontolku tetap di selangkangan Listia. Beberapa waktu lagi pasti bisa kugenjot lagi Listia, namun aku takut dia terbangun atau aku yg ketiduran, bisa runyam urusannya. Sekali orgasme cukuplah untuk malam ini.

Kutarik lagi selimut untuk menutupi tubuh Listia. Kupakai pakaianku dan aku keluar ke ruang depan. Di ruang depan ada sofa yang sebenarnya kurang nyaman buat tidur, tapi aku yg sudah kecapean sepertinya tidak akan kesulitan tidur di manapun. Sengaja aku memilih tidak tidur bersama Listia dan Rara di ruang tengah untuk menghindari kecurigaan ketika mereka bangun pagi besok.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan acara dengan normal, tidak ada perubahan sikap Listia yg berarti kepada ku. Dia masih tetap bisa bercanda-canda di sela-sela acara. Entah ini hanya rasa bersalahku padanya atau kadang aku memergoki Listia dan Rara mencuri pandang kearahku sambil berbisik-bisik dan tertawa kecil. Hal itu sedikit membuatku khawatir.

Namun selama tidak ada reaksi negatif atau penolakan dari Listia, lanjut aja.

Ga ada lampu merah, gas teruus….

Setelah Masa PKL

Bulan April sampai Juli setiap tahunnya adalah masa-masa ujian, test dan liburan buat anak-anak sekolah. Karena hal ini lah, bulan April sampai Juli tidak ada anak PKL di kantorku. Tidak adanya jiwa-jiwa muda berlalu-lalang dengan segala keramaian khas abege membuat kantorku terasa sepi, paling tidak buatku, pecinta abege yg polos namun selalu diliputi rasa penasaran tinggi akan hal baru…. dan tabu.

Nama ini kembali muncul dalam ingatanku. Sejak selesainya masa PKL Listia dan Rara di akhir Maret kemarin, belum pListiah lagi aku bertemu mereka, hanya saling tegur di medsos atau WA. Itupun hanya di awal-awal saja, setelah itu kami sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tidak adanya ikatan emosional diantara aku dan Listia membuat kami bisa cepat saling melupakan satu sama lain. Kami berdua hanya dua insan yang saling membantu mencapai kenikmatan tanpa ikatan. Keputusanku untuk tidak memaksa merenggut keperawanan Listia juga karena ini, tidak pantas rasanya aku yg bukan siapa-siapa tega mengambil sesuatu miliknya yg berharga. Meskipun begitu, kadang aku sedih jg atas perpisahan ini.

No emotional damage, no physical damage, I left nothing on her

Ku scroll-scroll layar hapeku, melihat-lihat postingan instagram dari orang-orang yg aku follow. Tidak ada yg benar-benar menarik perhatianku, sampai pada satu post bergambar karakter anime dengan pose duduk bersimpuh dan kepala tertunduk dengan caption “It’s finally over”

Tidak biasanya Listia memasang gambar melow kayak gini, biasanya postingan IGnya penuh foto selvie dia dan teman-temannya, khas anak sekolah. Ku buka WA dan kucari chat history ku dengan dia, namun kuurungkan. Lebih baik tanya Rara dulu aja untuk mencari tahu garis besarnya. Kuketik pesan ke Rara melalui WA

Aku : Si Listia kenapa Ra..? Postingan IG nya kok gitu?

Beberapa saat kemudian notifikasi pesan pesan terdengar di hape ku

Rara : Baru putus pak dari Bagas

Aku : Lah …. Sejak kapan mereka jadian…?

Rara : Mulai deket kayaknya abis PKL deh… ga lama abis itu jadian.

Tak kusangka Listia yg dulu polos sekarang udah punya cowok, Si Bagas yg burungnya gede pula…

Aku : Baru jalan beberapa bulan dong, kok dah putus aja… kenapa emang?

Rara : Ehmm ….

Rara : Kalo detilnya tanya Listia aja deh pak, ga berani cerita saya

Aku : Oh.. oke deh Ra, tengkyu ya infonya….

Rara : Oke pak…

Rasa penasaranku meningkat, penolakan Rara untuk menjelaskan penyebab Listia dan Bagas putus menyiratkan sesuatu yang serius. Kembali kubuka WA dan kuketik pesan, kali ini ke Listia

Aku : Eeerrnaaaa….

Tak ada jawaban.

Satu menit, tiga menit, lima menit, masih belum ada jawaban dari Listia.

Jawaban Listia baru masuk sekitar pukul setengah enam sore, sesaat setelah aku sampai di rumah sepulang kantor.

Listia : Paak Nikooo…. lagi bete nih pak….

Aku : Lho kenapa….? Main-main sini kalo suntuk di sekolah terus….

Listia : ini kan lagi liburan paaak…. Masih minggu depan masuknya

Aku : Nah bagus dong, ke sini aja, main sehari dua hari, nginep dirumahku aja. Ranjangku luas kok….

Ah… aku sampe lupa tujuan awalku, malah larinya ke obrolan mesum lagi. Emang nih Listia , bikin lupa segalanya.

Listia : Iiih… Pak Niko kumat mesumnya, ketahuan kak Gita bisa ribet loh paak...

Waduuh… aku lupa kl dulu bohong soal Gita mantanku, kasih alasan apa ya yg masuk akal….

Aku : Udah putus Na….

Listia : Loh kenapa pak….?

Aku : Dia kecantol cowo lain yg lebih kaya n burungnya lebih gede…

Agak bersalah jg aku sama Gita, kita pisah baik-baik karena kendala jarak aja sebenernya. Dan kami berdua bukan tipe yg bisa LDR. Bukan berarti kami ga bisa setia, hanya saja, buat kami, kontak fisik itu penting untuk merawat hubungan.

Listia : Yaaah….. burung Pak Niko kalah gede ya….. hihihihi

Sialan nih anak, malah ngeledekin

Listia : Ya udah, burung Pak Niko buat Listia ajah….

Aku : #tersenyumlebar boleeeh….

Listia : wakakakakakaka....

Aku : Fix weekend besok kamu ke sini Na, aku jemput ke Kota xxx jg gpp

Listia : Hayooo… dah kebelet yaa….

Listia : ga usah dijemput pak, nanti ketahuan temen-temen Listia. Nanti Listia yg ke sana aja. Tapi Ern belum tahu rumah Pak Niko….

Aku : Gampang Na, nanti motormu titipin aja di penitipan motor deket komplek kantor, masi inget kan? Nanti dari situ aku jemput

Listia : Oh iya pak, Listia masih inget.

Aku : Oke fix ya…

Listia : siaaap boss, Listia makan dulu ya… byeeee… muuaaachhhh

Kubuka-buka gallery iphone ku, kucari-cari foto Listia yang ternyata cuman sedikit dan itupun foto rame-rame pas perpisahan PKL.

Dan satu video.

Video yg kurekam secara rahasia saat Listia memeriksa galery di hape lamaku.

Kurasakan sesuatu saat menonton video itu…

Hari Sabtu sekitar pukul 9.30 Listia sampai di penitipan motor. Setelah menitipkan motor dan menyelesaikan administrasinya, Listia bergegas menuju mobilku yg sudah kuparkir di sebelah penitipan motor itu. 

Listia memakai kaos ketat lengan pendek warna merah maroon dipadu dengan celana panjang warna hitam. Sebuat tas ransel bergantung di punggung nya. Sepertinya Listia sudah siap untuk menginap.

“Listiaaa…..” sapaku gembira saat Listia memasuki mobilku

“Masih cantik aja niih…”

“Halah Pak Niko masih aja ngegombal sama Listia….”

“hehehehe” aku hanya bisa tertawa kecil.

Langsung kupacu mobilku ke arah rumahku di pinggiran kota.

Sudah tak sabar aku ingin segera “reuni” dengan Listia. Kucuri-curi pandang ke arah Listia, tidak terasa ada perbedaan setelah beberapa bulan kami tidak saling bertemu. Tidak banyak yg bisa kusaksikan dari samping. Payudaranya terlihat membusung dibungkus kaosnya yang ketat, namun kedua lengannya yg disilangkan ke depan menutupi sebagian besar payudaranya. 

Wajahnya terlihat manis sekali. Apakah wajah Listia semanis ini sejak dulu? Iya, Listia memang anak yg manis, sampai dia mulai berbicara dan bertingkah, munculah kelakuan aslinya yg masih bocah polos. Bocah polos yg sangat menggemaskan dan selalu membuat kontolku tegang dengan tingkahnya.

Seperti saat ini.

Aku terpaksa pelan-pelan menyesuaikan posisi kontolku yg sudah mulai membesar di balik celanaku dan mulai terasa tidak nyaman.

“Aaaanggg…… Pak Nikooo …… kok malah dimainin sih itunya……” ternyata Listia menyadari gerak-gerik ku. Namun reaksinya yg manja malah membuatku makin gemes.

“Bukan dimainin Listiaa… ini ketekuk jd ga nyaman kalo mau berdiri…”

“Bantuin dong Na, aku lg nyetir nih, bahaya kalo ga fokus…”

“Aaah… pak Niko niiih… ada-ada aja…..” ucap Listia sambil menjulurkan tangan kirinya dan mulai menjamah kontolku. Diremasnya kontolku, lalu diurut-urut dan di geser-geser berkali-kali. Kuangkat pantatku sedikit untuk mempermudah Listia mencari posisi yg pas untuk kontolku.

“Ahhh.. udah mulai enak Na posisinya” kataku sambil menikmati rangsangan jari-jari mungil Listia di kontolku.

“Ayo berdiri yg benerr….” Ucap Listia gemas sambil memperkuat remasannya pada kontolku.

Aaah enak sekali remasan Listia, hampir saja kuminta dia membuka celanaku dan mengocok kontolku kalo saja aku tidak melihat gerbang rumahku yg sudah terlihat di kejauhan.

“Selamat datang di istanaku….” Sambutku saat Listia turun dari mobilku yg sudah kuparkir di samping rumah.

Rumahku kudesain sendiri dengan titik fokus pada pekarangan sekitar rumah yg kubuat ala-ala taman bergaya Jepang. Hal ini kupilih karna di bagian belakang tanahku ada sungai kecil namun bersih airnya dan sepanjang tahun selalu mengalir air meski terasa penurunan debit air pada saat musim kemarau. 

Air sungai itu lalu aku sodet melalui pipa yang aku alirkan ke kolam buatan di area belakang rumahku. Kolam buatan itu kubuat senatural mungkin dan cukup untuk sekedar berendam saat cuaca panas maupun berenang-renang kecil di bagian yg kubuat agak dalam. Pepohonan dan rumpun bambu Jepang yg kutanam di sekitar kolam membuat sejuk suasana dan menambahkan privasi meski sebenarnya sebagian besar tanahku sudah kupagar tembok tinggi.

“waah.. luas juga ya pak rumahnya” Kata Listia sambil celingukan ke setiap sudut rumahku.

“Nanti aja liat-liatnya, sekarang aku tunjukin kamar mu" Tak sabar aku ingin segera menyergap Listia ke ranjang dan melanjutkan kenikmatan yg tertunda di mobil tadi.

Listia masih aja ke sana kemari memeriksa setiap sudut rumahku sampai ke ruang belakang.

“Waaahhhh…. Ada kolam renangnya…..” teriak Listia sambil berlari keluar menuju kolam buatan dibelakang rumahku.

“Lah.. Na, nanti aja main-mainnya, kita ke kamar dulu aja….!” Teriak ku sekenanya. Nih kontol dah digodain dari tadi kok ditinggal. Kentang ini…

“Gaaaaak…. “ Listia sudah sibuk mengitari kolam mencari lokasi yg nyaman untuk bermain air.

Duh dasar bocah….

Kuhampiri Listia yang sudah asyik bermain air.

“Bagus banget pak taman sama kolamnya…” ucapnya sambil pandangannya mengitari sekelilingnya

“Pengen renaaang…..”

“Bawa baju renang..? “ tanyaku sambil duduk di sampingnya

“Enggaaak.. pak Niko sih ga bilang kalo ada kolam renangnya…”

“Lah….” Jawabku pendek

Aku ga inget apa-apa Listia, cuman inget nikmatnya tubuh kamu… ucapku dalam hati

“Ya udah pake pakaian dalam aja ga pa pa…. dilepas semua juga ga masalah…”

“Malu lah paak… kalo ada yg liat gimana….?” Ucap Listia sambil pandangannya kembali mengitari sekeliling kolam.

“Amaaan… liat aja sekeliling, siapa yg bisa ngeliat sini coba… “ kataku meyakinkan.

“Ayo buruan….” Ucapku sambil berdiri dan mulai melepaskan semua pakaianku. Kontolku yang sudah kehilangan rangsangan dari tadi kini sudah setengah lunglai. Posisiku yg berdiri dan Listia yg masih duduk membuat posisi kontolku sejajar dengan wajah Listia…

“Hahahahahha…. Kok jadi lucu gini sih pak…. Kayak belalai gajah….. hahahaha..” tawa Listia sambil mempermainkan kontolku dengan jari telunjuknya.

“Udah buruaaan…” kataku sambil mulai memasuki kolam. Air kolam di bagian ini dalamnya hanya sekitar pangkal paha.

Listia lalu berdiri dan mulai membuka pakaiannya, dimulai dari jilbabnya lalu kaosnya dan terakhir celana panjangnya. Listia mengenakan setelan bra dan celana dalam warna hijau muda. Celana dalam kecilnya terlihat kesulitan menyembunyikan pantat bulat dan memek tembemnya.

“Yakin aman kan pak..? Ga ada yg bakal ngintip..” kata Listia sambil kedua tangannya mengikat rambutnya dan kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri.

Aku tak mendengarkan ucapan Listia. Posisi Listia yg berdiri di tepi kolam dan aku yg sudah masuk ke kolam membuatku mau tak mau menatap selangkangannya yg berada di depan mataku. Tanpa pikir panjang kupegang pinggul Listia dengan kedua tanganku dan kuciumi memeknya dengan sedikit kasar karena saking gemesnya.

“Awwww….” Teriak Listia kaget

“Ga mauuuuu…. Listia mau renang duluuu….” Lanjut Listia sambil menggeliat mencoba melepaskan dekapanku pada pinggulnya…..

Akhirnya kulepas dekapanku.

“Udah ga tahan aku Na… gemes banget kl liat memek mu…”

“Ga boleehh…… “ kata Listia sambil kedua tangannya menutupi selangkangannya. Listia lalu bergerak turun ke kolam sambil tangan kirinya tetap menutupi selangkangannya…

Akhirnya aku mengalah, ga asik jg kalo terlalu dipaksain…

“Ya udah renang dulu deh…”

“yeeey…”

####​

“Kamu kenapa putus sama Bagas Na?” Tanyaku saat melihat Listia sepertinya sudah puas berenang. Pertanyaan ini tiba-tiba saja terlintas kembali di kepalaku.

“Udah ga cocok aja..” jawab Listia singkat. Ada perubahan pada raut wajahnya. Kutangkap kesan sedih di sana.

“Trus maksud ‘It’s finally over’ IG mu itu apa?” lanjutku

“Kesannya kayak kamu bersyukur kalian putus, tp di sisi lain aku ngerasa kamu cukup sedih..”

Listia tidak langsung menjawab, dia masih tetap bermain air di bagian kolam yang dangkal.

Kutunggu sampai dia mau menjawab pertanyaanku. Beberapa saat kemudian Listia duduk berendam di tepi kolam di sampingku.

“Sebenernya Bagas tuh baik pak, dia perhatian jg ke Listia. Cuma… Dia mainnya kasar…”

“Haah… kasar gimana? KDRT gitu..?” tanyaku cepat

“Bukan paak… pas lagi gituan mainnya kasar…..” jawab Listia agak malu-malu

Ohh… aku baru mengerti sekarang kenapa Listia sedih sudah putus dari Bagas namun di sisi lain dia juga bersyukur hubungan itu akhirnya berakhir.

“Terus kan awalnya udah janji kalo ga bakal dimasukin, tp tetep aja Listia dipaksa…” Listia tidak melanjutkan kata-katanya

“Jadi….. perawan kamu udah hilang Na…” tanyaku pelan

Listia hanya mengangguk, kepalanya tetap tertunduk.

“Udah mainnya kasar, suka maksa, cepet keluarnya pula…. belum apa-apa udah keluar, trus Listia ditinggal …”

“Bilangnya besok ga lagi… besok pasti bisa muasin aku… gombal…” kali ini nada sebal yang muncul.

Ucapan Listia ini membuatku tertawa kecil… Sepertinya Listia tidak terlalu mempermasalahkan hilangnya keperawanan dia, tp sebel karena ternyata itu semua ga worth it , dia tetap tidak bisa mendapatkan kenikmatan yang dia harapkan dari Bagas.

“Iiihhh… kok ketawa sih pak.. Listia seriuss…” protes Listia sambil memukul-mukul lenganku.

“Jadi kalian putus sebenernya karena Bagas ga bisa muasin kamu? iya kan..?” godaku

“Enggaaaak….”

Dengan masih duduk berendam, Listia mulai menendang-nendang pahaku dengan kakinya. Aku yang awalnya pura-pura kesakitan tiba-tiba punya ide. Kutangkap dan kutahan kedua kaki Listia lalu kugeser duduk ku hingga mepet Listia lalu kutarik pinggangnya ke dalam pelukanku.

“Awwww… pak Nikoo…” teriak Listia sambil meronta-ronta.

Kini posisi Listia memunggungiku sambil kupangku dan kudekap erat pinggangnya. Pantatnya menindih kontolku yg masih lemas karena kurangnya rangsangan dan efek berendam di air kolam. Rambutnya yg diikat ke atas membuatku bisa mengakses leher jenjangnya dengan bebas. Kucium dan kujilat tengkuk dan lehernya.

“Aaaahhh…. geli paak…” Kepala Listia bergerak-gerak seiring ciuman dan jilatanku. Tangan kiriku tetap mendekap pinggangnya dan tangan kananku bergerilya di perut dan payudaranya. Kuraba pelan-pelan setiap jengkal kulit mulusnya, tanganku menyusup ke balik bra payudara kanannya. Kuremas pelan dan kupilin-pilin putingnya yg mulai terasa keras.

“Mmmhh…. Pak Niko nakaaal…” Listia menggelinjang seiring rangsangan bertubi-tubi pada tubuhnya. Kepalanya menengadah bersandar pada pundakku. Matanya memejam, nafasnya mulai memburu.

“Tapi kamu suka kan Na….” bisikku pelan ke telinga Listia

“Eeengggghhh….” Kepalanya kembali bergerak kegelian atas rangsanganku ke telinganya.

Kulepaskan pelukanku pada pinggangnya, aku merasa Listia tidak akan menghindar lagi dari pangkuanku. Kedua tangan Listia malah berpegang pada pahaku, menjaga agar tubuhnya tidak merosot ke bawah dari pangkuanku. Kadang aku juga merasa pinggulnya mulai bergoyang-goyang dipangkuanku.

Kini kuremas-remas kedua payudara Listia yg sudah terbuka setelah ku angkat bra yg dia pakai ke atas tanpa melepasnya. Tanpa diperintah, Listia malah melanjutkan melepas bra nya.

Kuremas-remas kembali kedua payudaranya. Listia terus mendesah dan menggeliat-geliat, dadanya dibusungkan, punggungnya melengkung ke atas.

“Aaaaahh… mmmmfffff….” Desah Listia.

Seiring naiknya birahi Listia, aku memutuskan untuk pindah dari kolam dan melanjutkan pergumulan ini di tempat lain.

“Na, pindah sana aja yuk, lama-lama dingin berendam terus..” ajakku sambil menunjuk gazebo bergaya Jepang di salah satu sudut kolam yg dekat dengan rumpun bambu.

“Yuk..” jawab Listia singkat. Segera saja tubuh Listia kubopong keluar kolan dan menuju gazebo. Di dalam gazebo ini ada matras tebal dan bantal yg biasa kugunakan untuk tidur siang apabila cuacanya pas. Kebaringkan tubuh Listia di matras. Tanpa menunggu langsung kukecup putting kirinya.

“Uhhh…” Listia menggelinjang.

Kuremas payudara yang kanan sambil kumainkan putingnya dengan jariku. Kuhisap dan kutarik putting kiri Listia lalu kugigit gemas.

“Aaawww…!! sakit pak….” Teriakan Listia cukup keras, namun aku sangat yakin tidak akan ada orang disekitar rumahku. Rupanya gigitanku terlalu keras saking gemesnya.

“Sorry….. “ kuciumi dan kujilat-jilat putting yg habis kugigit tadi. Tangan kananku kini bergeser ke bawah, kuraba perut, pinggang, lalu pinggulnya dan kuraba pelan memeknya dari luar celana dalamnya. Ternyata celana dalam Listia sudah sangat basah. (Ya kan abis renang… :hammer)

Kuhentikan permainan lidahku di payudara Listia lalu kutatap memeknya yg masih tertutup celana dalam tipis. Entah kenapa memek Listia yg membukit dan ditutupi celana dalam kecil tipis dan basah terlihat sangaaaat indah. Celana dalamnya yg basah membuat bayangan rambut tipisnya terlihat samar-samar dan belahan bibir memeknya tercetak jelas.

“iihhh…… bapak… kok diliatin aja sih….” kata Listia malu-malu sambil kedua tangannya menutupi celana dalamnya.

“Hehehehe… cantik banget Na…” Kutarik celana dalam itu ke bawah, Listia tidak menolak bahkan dia sedikit mengangkat pantatnya yg memudahkan ku dalam melepas celana dalamnya. Kusingkirkan kedua tangan Listia yg masih menutupi memeknya, lalu ku jilati bibir memek Listia dengan rakusnya, kucoba menyelipkan lidahku ke belahan memeknya yg sudah mulai membuka. Kubuka bibir memek dengan tanganku, lalu kujilat-jilat klitorisnya dengan ujung lidahku.

“Aakhh… iya pak di situ….. sssshshh…. aaaahhh…. “ tangan Listia mulai menjambak rambutku sambil menarik dan makin membenamkan kepala ku ke selangkangannya. Pinggulnya bergerak liar kesana-kemari. Secara tiba-tiba kuhentikan permainan lidahku di memeknya

“Paaakkk…..” protes Listia

“Terusiiinnn…..”

Aku lalu mengarahkan kontolku yg sudah menegang sempurna ke memeknya dan mulai menggesek-gesekkan kepala kontolku ke bibir memek dan klitorisnya.

“Listia…. masukin ya…?” ucapku pelan sambil terus menggesek-gesekkan kontolku ke memeknya.

“Nanti sakit paak…” Listia menolak dengan menahan perutku dengan kedua tangannya.

“Pelan-pelan aja… nanti kalo sakit bilang ya…”

Tak ada penolakan dari Listia, kedua tangannya yg tadinya menahan perutku mulai mengendur.

Kontolku mulai kusodokkan ke belahan memek Listia, masih agak rapat. Lalu kuarahkan kepala kontolku ke klitorisnya dan kugesek-gesek di sana.

“Mmmphhh…. “ Listia mengerang tertahan, sepertinya dia masih tegang.

“Rileks aja Na, pokoknya kalo sakit ga aku lanjutin deh…” Rayuku. Sepertinya kelakuan si Bagas sialan itu membuat Listia cukup defensif. Kembali kuulangi gesekanku pada bibir memek dan klitoris beberapa kali, kemudian kucoba menekan kepala kontolku lebih dalam ke lobang memeknya. Terasa masih sempit. Kutarik kepala kontolku lalu kudorong masuk lagi lebih dalam, kutarik lagi, dan kudorong lagi lebih dalam, begitu berulang-ulang sampai akhirnya kontolku sudah masuk sepenuhnya. Tangan Listia sedikit mencengkeram pinggulku, kepalanya sedikit menengadah.

“Sakit…? Tanyaku

“Dikiit… kontol pak Niko gedhe banget…. Mmpffh…”

Kudiamkan sebentar di posisi itu, memberi waktu vagina Listia supaya terbiasa. Setelah memastikan tak ada penolakan dari Listia, pelan-pelan kugerakkan kontolku meluar masuk memek sempit Listia.

Oohhh… nikmat sekali rasanya. Memek sempit Listia terasa menjepit batang kontolku dan menimbulkan sensasi diremas dan diurut.

“Arrgghh….uuugghhh…. “ Listia mendesah seiring gerakan kontolku keluar masuk memeknya. Setelah beberapa waktu, ekspresi wajah Listia sudah mulai tenang, tidak terlihat lagi ketegangan di wajahnya. Pinggulnya bergerak pelan ke atas ke bawah seakan menyambut kontolku untuk masuk lebih dalam lagi. Pelan-pelan kunaikkan intensitas penetrasi kontolku ke memeknya.

“Enak ga Na…?” tanyaku di sela-sela genjotanku

“Ennaaak paak… akkhhh… mmmffff…. mmmmppphh…..”

Tubuh Listia terus menggelinjang, kepalanya bergoyang ke kanan ke kiri seirama dengan genjotanku.

“Aaakkh…, terus paaak… nggghhh… ougghhh… nggghh….” Listia tidak lagi berusaha menahan erangannya. Kadang dia sampai teriak kencang tanpa perduli lagi dengan keadaan sekitar.

Tanpa mengurangi intensitas genjotanku, kuelus dan kupermainkan klitoris Listia dengan jempolku.

Efeknya luar biasa

“Aaaaaaaakkh…!! Paaaaaak….!! “ Listia menjerit keras, tubuhnya sempat tersentak dan pinggulnya bergerak makin liar. Kedua tangannya meremas kuat bantal di bawah kepalanya. Dan saat itu kusaksikan pemandangan yg tak pListiah kubayangkan bisa kusaksikan secara langsung.

Tubuh Listia melengkung, dadanya membusung ke atas, kepalanya menengadah dengan mulut terbuka, dan matanya… bola matanya mendelik keatas hingga warna hitamnya hampir tak terlihat.

Tanpa sadar aku berhenti menggenjot. Ekspresi wajah Listia sungguh menghipnotisku. Kontolku terasa dipijat oleh denyutan demi denyutan dinding memeknya.

Aku yakin Listia orgasme.

Tubuhnya terhempas kembali ke matras, matanya kini terpejam, pinggulnya masih bergerak pelan. Dengan kontol masih berada di dalam memeknya, kucium bibirnya lembut. Matanya terbuka dan Listia tersenyum..

“Enak banget pak…. Belum pListiah Listia ngerasa seenak ini…..”

“Lanjut yuk….” Ajakku sambil mulai menggenjot lagi memeknya

“Listia pengen di atas pak…”

“Okeyyy…”

Kutarik tubuh Listia bangun dan kupeluk, lalu kuputar tubuhku hingga sekarang aku yg berada di bawah. Meski sudah berusaha, namun dalam pergerakan itu kontolku lepas juga dari memek Listia.

“Awww… lepas deeh….” Ucap Listia genit

Aku berbaring dengan posisi Listia sudah duduk di pahaku. Diraihnya kontolku yg tegak lalu digenggam dan diremas-remas.

“Gede banget pak…. Listia ga bisa lupa sama kontol pak Niko….”

“Muuuaaachhh…..”

Tiba-tiba kecupan bibirnya mendarat di kepala kontolku. Aku terkejut, mengingat terakhir kali kami berhubungan, Listia tegas menolak untuk ngemut kontolku. Sialan nih si Bagas, diajarin apa aja si Listia ini.

“Waahh… Listia udah berani nyium kontol sekarang…. Diajarin Bagas ya…?”

“Gaaak… Listia belum pListiah nyium punya Bagas..” jawab Listia cepat.

“Gemes aja pak…. Muuuacchhh…” Listia kembali mencium kepala kontolku. Entah kenapa aku merasa bangga. Aku sengaja tidak meminta apa-apa, kubiarkan saja Listia bertindak senyaman dia.

Dijilat-jilatnya kontolku dari bawah ke atas sampai kepala kontol. Lalu diusapkannya wajah, pipi dan leher nya ke kontolku. Semua itu Listia lakukan dengan diselingi jilatan dan kecupan ke kepala kontolku. Aku agak tergelitik mengingat kelakuan Listia ini mirip kucing yg kadang mengusap-usapkan kepala dan wajahnya ke kaki kita.

“Mmphh…. Masih keras aja pak kontolnya….” Kata Listia sambil terus menggesek-gesekkan kontolku ke pipinya.

“Masih dong… siap buat ronde berikutnya…” kataku bangga. Listia lalu berdiri dan mulai mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku tetap diam menikmati. Setelah kepala kontolku masuk, Listia mulai menurunkan pantatnya pelan-pelan.

“Ah..!” Listia berteriak pelan lalu memperbaiki posisi kontolku sebelum kembali membenamkan kontolku ke memeknya. Setelah terbenam seluruhnya Listia diam tak bergerak beberapa saat.

“Digoyang Na, kedepan belakang kayak dulu…”

“Dulu kan kontolnya di luar pak…., ini rasanya beda…”

Namun begitu, pinggul Listia mulai bergoyang pelan ke depan dan ke belakang. Tekanan dari berat badan Listia dan himpitan dinding memeknya ke kontolku memang memberi sensasi yg berbeda ketimbang saat posisiku di atas.

“Oughhhh… enak banget Na memekmu…. “

Kuraih dan kuremas payudara Listia yg membusung kencang.

“Akh…..!” Listia menggelinjang. Tubuhnya seperti bergetar.

“Kenapa Na..?”

“Terusin pak….! remas-remas tete Listia pak….! puting paaak…..!” Listia mulai meracau.

Aku merasa Listia sekarang sudah mulai bebas mengekspresikan hasratnya. Termasuk menyuarakan keinginannya untuk diperlakukan seperti apa. Dan dia lebih banyak berbicara dan bersuara.

Goyangan pinggul Listia mulai meningkat, lebih cepat dan lebih bertenaga.

“Mmmhhff… Akhh..!” pekik Listia. Beberapa kali Listia tiba-tiba menggelinjang dan berteriak, mungkin kontolku menyentuh area super sensitif di dalam memeknya. Dan tiap kali itu terjadi intensitas goyangannya kembali meningkat.

“Ahhh…! mmmpfff… kontol Pak Niko gede… enak banget paak….!”

“Mmmhhh… aaahhhh….! Listia sukaa…. Aahhhh..! kontol….!”

“Aku juga suka banget memek mu Na… aaahhh…”

Kuremas kedua bongkahan pantat Listia yg masih bergerak liar menggoyang kontolku.

“Ouugghh… aaaghhh..! paak…! Listia… keluar……! oughh….!” Teriakan Listia dibarengi dengan tubuhnya yg mengejang dan pinggulnya tersentak. Sesaat kemudian tubuh Listia ambruk ke depan ke pelukanku. Aku yg sudah ga tahan langsung membaringkan Listia dan mulai menggenjot memek Listia lagi. Karena Listia sudah orgasme, kini gerakanku fokus untuk mencapai orgasmeku sendiri. Setelah beberapa menit kurasakan kontolku makin tegang… Ingin kukeluarkan di dalam saja tapi akal sehatku masih sedikit tersisa.

“Na, kamu lagi masa subur ga…?” Tanyaku sambil terus menggenjot.

“Ga tau pak…*** ngerti” jawab Listia.

Waduh…. Disekolah ngapain aja sih Na…. ucapku dalam hati.

Tak mau ambil resiko yg tidak perlu, saat kurasakan kontolku sudah tak dapat kutahan lagi, segera kucabut dari memeknya dan

Crooot… crooottt… croot…. Crooottt

“Aaakh…..! oouggghh….! oouugh…! “

Belum sempat kuarahkan, kontolku sudah menyemburkan spermanya ke segala arah. Dari perut sampai ada yg ke bibir Listia.

“Iiiihhh… pak Niko….!” Teriak Listia

“Aah.. enak banget Na… Listia luar biasa…”

“Pak Niko muncratnya sampe bibir Listiaa…”

“Ga pa pa Na, bergizi kok itu… hehehehe”

“iiihhh….” Listia mengerang manja.

Kami berdua berbaring berpelukan masih telanjang bulat selama beberapa saat untuk sedikit melepas lelah.

Wuuushhh…. Tiba-tiba angin bertiup cukup keras.

Brrrrrr refleks tubuh kami berdua menggigil. Kami saling tatap mata lalu tertawa bersamaan.

“Dingiinn…” kata Listia

“Masuk aja yuk, berendam air hangat….” Ucapku sambil berdiri.

“Eh.. siapa tuh…” ucapku sambil mengarahkan pandanganku ke pagar belakang. Padahal tidak ada siapa-siapa di sana. Aku hanya berniat ngerjain Listia saja.

“Hah…” Listia panik dan langsung berdiri mencari sesuatu untuk menutupi tubuh telanjangnya. Hanya ada bantal dan celana dalamnya. Diambilah celana dalamnya.

“Cepetan Na, keburu orangnya dateng…” kataku sambil pura-pura buru-buru meninggalkan gazebo dan masuk ke dalam rumah.

“Pak Nikooooo…..!” Teriak Listia sambil melompat dari gazebo dan mulai berlari…

“hahahahhaha…” lucu rasanya melihat Listia berlari telanjang bulat dengan celana dalam berkibar-kibar dalam genggaman tangannya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4