Riko duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya dengan mata yang setengah tertutup. Jarinya bergerak gesit di atas layar, membuka folder rahasia yang ia sembunyikan dengan rapi. Di dalamnya, tersimpan puluhan foto Alena, ibu tirinya, yang ia ambil diam-diam. Foto-foto itu menampilkan Alena dalam berbagai pose: saat ia mengenakan gaun ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya, saat ia berbaring di sofa dengan rambut panjangnya yang hitam legam terurai, bahkan saat ia tertawa sambil memegang gelas anggur di pesta tetangga. Riko merasakan detak jantungnya meningkat setiap kali ia melihat foto-foto itu. Alena begitu cantik, begitu sempurna, dan Riko tidak bisa berhenti membayangkannya.
Alena, wanita Chinese berusia 27 tahun itu, memang selalu menjadi pusat perhatian di mana pun ia berada. Tubuhnya yang tinggi dan langsing, kulitnya yang putih mulus, dan wajahnya yang cantik dengan fitur-fitur yang sempurna membuatnya terlihat seperti model. Rambut panjangnya yang hitam berkilau selalu terurai bebas, menambah kesan seksi yang ia pancarkan. Namun, di balik kecantikannya, Alena dikenal sebagai wanita yang judes dan materialistis. Ia sering bergosip dengan tetangga, membicarakan hal-hal yang menurut Riko tidak penting. Tapi, bagi Riko, Alena adalah wanita paling menggiurkan yang pernah ia temui.
Alena, wanita Chinese berusia 27 tahun itu, memang selalu menjadi pusat perhatian di mana pun ia berada. Tubuhnya yang tinggi dan langsing, kulitnya yang putih mulus, dan wajahnya yang cantik dengan fitur-fitur yang sempurna membuatnya terlihat seperti model. Rambut panjangnya yang hitam berkilau selalu terurai bebas, menambah kesan seksi yang ia pancarkan. Namun, di balik kecantikannya, Alena dikenal sebagai wanita yang judes dan materialistis. Ia sering bergosip dengan tetangga, membicarakan hal-hal yang menurut Riko tidak penting. Tapi, bagi Riko, Alena adalah wanita paling menggiurkan yang pernah ia temui.
Riko, remaja berusia 17 tahun itu, adalah anak yang pendiam. Tubuhnya tinggi dan kurus, dengan kulit sawo matang yang dipenuhi jerawat di wajahnya. Ia sering merasa tidak percaya diri di depan Alena, tapi di balik kesunyiannya, ia menyimpan birahi yang tinggi. Setiap kali Alena lewat di depannya dengan pakaian yang minim, Riko tidak bisa menahan diri untuk tidak meliriknya. Baju tidur tipis yang sering dikenakan Alena di rumah membuat imajinasi Riko liar. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya menyentuh kulit Alena yang halus, atau mencium aroma wangi tubuhnya yang selalu memabukkan.
Malam itu, Riko tidak bisa tidur. Ia berbaring di tempat tidurnya, mencoba untuk memejamkan mata, tapi pikirannya terus melayang ke Alena. Ia ingat bagaimana Alena tadi sore keluar rumah dengan gaun pendek yang menonjolkan pahanya yang jenjang. Riko telah mengintipnya dari jendela kamarnya, melihat bagaimana Alena tersenyum manis kepada tetangga yang mengantarannya. Rasanya, Riko ingin berlari ke luar dan menarik Alena kembali ke dalam rumah, jauh dari pandangan pria lain.
Tanpa sadar, tangan Riko bergerak ke bawah selangkanya. Ia mulai membayangkan Alena di depannya, dengan gaun yang sama, tersenyum menggoda. Riko menutup matanya, membiarkan imajinasinya mengalir. Ia membayangkan dirinya mendekati Alena, menyentuh bahu mulusnya, dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam bayangannya, Alena tidak menolak. Sebaliknya, ia tersenyum nakal dan membiarkan Riko melakukan apa yang ia inginkan.
Riko menggeram pelan, merasakan panas yang menyebarkan di tubuhnya. Ia mulai menggosok-gosok kemaluannya dengan pelan, membiarkan sensasi itu semakin intens. Dalam pikirannya, Alena ada di depannya, dengan gaun yang sudah terbuka, menampilkan tubuhnya yang sempurna. Riko membayangkan dirinya mencium leher jenjang Alena, merasakan aroma wangi tubuhnya yang memabukkan. Tangannya bergerak semakin cepat, mengikuti irama napasnya yang semakin memburu.
Tiba-tiba, Riko mendengar suara dari lantai bawah. Ia membuka matanya dengan cepat, mendengarkan dengan saksama. Suara itu datang dari kamar tidur utama, tempat ayahnya dan Alena tidur. Riko merasa jantungnya berdebar kencang. Apakah mereka masih bangun? Apakah mereka sedang...?
Tanpa berpikir panjang, Riko bangkit dari tempat tidurnya. Ia bergerak dengan hati-hati, mencoba untuk tidak membuat suara. Ia mendekati pintu kamarnya, lalu merangkak ke arah tangga. Suaranya semakin jelas. Riko bisa mendengar desahan pelan, dan suara ranjang yang berderit. Dadanya terasa sesak. Ia tahu apa yang sedang terjadi di lantai bawah.
Dengan hati-hati, Riko merangkak ke arah kamar tidur utama. Ia berhenti di depan pintu, mendengarkan dengan saksama. Suara desahan Alena semakin jelas, diiringi dengan suara napas ayahnya yang berat. Riko merasa panas di tubuhnya, tapi bukan karena birahi. Ini adalah campuran antara rasa penasaran, kecemburuan, dan sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan.
Riko mengintip melalui celah pintu. Matanya langsung tertuju pada Alena yang berbaring di tempat tidur, dengan tubuhnya yang setengah telanjang. Gaun tidurnya sudah terangkat ke atas pinggang, menampilkan kulit putih mulusnya. Ayahnya ada di atasnya, bergerak dengan cepat. Alena mendesah pelan, matanya terpejam, wajahnya terlihat menikmati setiap sentuhan.
Riko merasa dadanya sesak. Ia ingin berteriak, ingin menghentikan apa yang sedang terjadi. Tapi ia tidak bisa. Ia hanya bisa berdiri di sana, menatap adegan di depannya dengan mata yang membelalak. Tangannya bergerak ke bawah selangkanya lagi, tanpa sadar. Ia merasakan panas yang menyebarkan di tubuhnya, tapi kali ini, itu bukan karena imajinasinya. Ini adalah sesuatu yang lebih nyata, lebih gelap.
Alena membuka matanya, seolah merasakan tatapan Riko. Untuk sesaat, mata mereka bertemu. Riko merasa jantungnya berhenti berdetak. Alena tersenyum kecil, seolah mengerti apa yang sedang terjadi. Ia tidak mencoba untuk menghentikan ayahnya, malah sebaliknya, ia mendesah lebih keras, seolah mengundang Riko untuk terus menonton.
Riko merasa kepalanya berputar. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Apakah ia harus marah? Apakah ia harus pergi? Tapi ia tidak bisa bergerak. Ia hanya bisa berdiri di sana, menatap Alena yang sedang digauli oleh ayahnya, sambil merasakan panas yang semakin intens di tubuhnya.
Tiba-tiba, Riko merasakan sesuatu yang hangat mengalir di tangannya. Ia menatap ke bawah, melihat cairannya sendiri yang menodai celana dalamnya. Ia merasa malu, tapi juga terangsang. Alena masih menatapnya, senyumannya semakin lebar. Riko merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang indah.
Akhirnya, Riko memutuskan untuk pergi. Ia berbalik dengan cepat, mencoba untuk tidak membuat suara. Ia kembali ke kamarnya, dengan hati yang berdebar kencang. Ia berbaring di tempat tidurnya, mencoba untuk menenangkan diri. Tapi pikirannya terus melayang ke Alena, dan apa yang baru saja ia lihat.
Riko tahu, ini baru awal. Ia tidak bisa berhenti membayangkan Alena, dan apa yang ia lihat malam itu. Ia merasa seperti terjebak dalam permainan yang berbahaya, tapi ia tidak bisa menolak godaan itu. Alena adalah buah terlarang, dan Riko tahu, ia tidak akan bisa berhenti sampai ia mencicipinya.
Petualangan di Pantai
Riko dan Alena, ibu tirinya, berpetualangan di sebuah pantai yang sepi. Suasana indah dengan langit biru cerah dan deburan ombak lembut menjadi latar belakang untuk hasrat mereka yang mulai memuncak. Riko, dengan tubuh tinggi kurus dan kulit sawo matang, terpesona oleh keindahan Alena yang cantik dan menggoda.
--
Pantai yang sepi itu menjadi saksi bisu akan hasrat yang mulai memuncak antara Riko dan Alena. Langit biru yang cerah dan deburan ombak yang lembut menciptakan suasana yang sempurna untuk petualangan mereka. Riko, dengan tubuhnya yang tinggi kurus dan kulit sawo matang, merasa grogi saat Alena, ibu tirinya yang cantik dan seksi, berdiri di depannya dengan senyum menggoda.
"Ayo, Riko," bisik Alena, matanya berbinar-binar dengan godaan. "Kita berenang telanjang, seperti yang kamu inginkan."
Riko menelan ludah, merasa jantungnya berdetak kencang. Ia tidak percaya Alena benar-benar menyetujui ide gila ini. Tapi di dalam hatinya, ia merasa senang dan penasaran sekaligus.
Mereka berdua mulai melepas pakaian mereka dengan perlahan, seperti dalam tarian erotis yang lambat. Alena, dengan tubuhnya yang tinggi dan putih, terlihat seperti dewi yang turun dari langit. Rambut panjangnya yang hitam berkilau di bawah sinar matahari, dan payudaranya yang montok dan kencang membuat Riko terpesona.
"Kamu sudah siap sayang ?" tanya Alena, suaranya lembut tapi penuh dengan janji.
Riko mengangguk, merasa mulutnya kering. Ia tidak bisa berbicara, tapi matanya berbicara untuknya. Alena tersenyum, dan dengan gerakan yang anggun, ia melangkah ke dalam air, diikuti oleh Riko yang masih grogi.
Air laut yang segar dan asin membelai kulit mereka, menciptakan sensasi yang menggairahkan. Alena berenang dengan percaya diri, tubuhnya yang indah bergerak dengan indah. Riko, meskipun merasa canggung, mencoba untuk mengikuti, matanya tidak lepas dari Alena.
Mereka berenang semakin jauh dari pantai, di mana tidak ada orang yang bisa melihat mereka. Alena berhenti, dan dengan gerakan yang tiba-tiba, ia menarik Riko mendekat.
"Kamu tahu, Riko," bisik Alena, napasnya hangat di telinga Riko. "Saya selalu tahu kamu memandang saya dengan cara tertentu."
Riko merasa wajahnya memerah, tapi ia tidak bisa menyangkal. Alena tersenyum, dan dengan gerakan yang cepat, ia mencium Riko. Ciuman itu panas dan basah, penuh dengan gairah yang selama ini mereka pendam.
Tangan Alena mulai menjelajahi tubuh Riko, meraba otot-ototnya yang kencang. Riko merasa listrik mengalir di tubuhnya, dan ia tidak bisa menahan desahan yang keluar dari mulutnya. Alena tersenyum, merasa puas dengan reaksi Riko.
"Kamu suka?" tanya Alena, suaranya penuh dengan godaan.
Riko mengangguk, merasa tidak mampu berbicara. Alena tersenyum lagi, dan dengan gerakan yang lambat, ia mulai menurunkan celana renang Riko. Air laut membelai kulit mereka, menciptakan sensasi yang menggairahkan saat Alena mengambil alih.
"Sekarang giliranmu," bisik Alena, matanya penuh dengan keinginan.
Riko, dengan tangan yang gemetar, mulai melepas bikini Alena. Payudaranya yang montok dan kencang terbebas dari kain, dan Riko merasa napasnya terengah-engah. Alena tersenyum, merasa puas dengan reaksi Riko.
Mereka berdua sekarang telanjang, tubuh mereka yang basah berkilau di bawah sinar matahari. Alena menarik Riko mendekat, dan dengan gerakan yang cepat, ia duduk di atasnya. Air laut membelai kulit mereka, menciptakan sensasi yang menggairahkan saat Alena mulai bergerak.
Riko merasa seperti di surga, tubuh Alena yang indah bergerak melonjak lonjak di atasnya dengan ritme yang lambat tapi pasti. Desahan mereka bercampur dengan suara ombak, menciptakan simfoni yang erotis.
"Kamu tahu, Riko," bisik Alena, napasnya terengah-engah. "Saya selalu ingin melakukan ini."
Riko tidak bisa berbicara, tapi ia mengangguk, merasa seperti mimpinya menjadi kenyataan. Alena tersenyum, dan dengan gerakan yang lebih cepat, ia meningkatkan ritme.
Tubuh mereka bergerak selaras, menciptakan harmoni yang sempurna. Air laut membelai kulit mereka, dan sinar matahari yang hangat membuat suasana semakin menggairahkan. Riko merasa seperti akan meledak, dan ia tidak bisa menahan diri lagi.
"Alena," desis Riko, suaranya penuh dengan gairah.
Alena tersenyum, merasa puas dengan reaksi Riko. Dengan gerakan terakhir yang kuat, mereka mencapai klimaks bersama, tubuh mereka bergetar dalam kepuasan yang intens.
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati sisa-sisa kepuasan mereka. Air laut membelai kulit mereka, dan sinar matahari yang hangat membuat suasana semakin romantis.
"Kita harus kembali," bisik Alena, suaranya lembut.
Riko mengangguk, merasa tidak ingin meninggalkan momen ini. Tapi ia tahu Alena benar, mereka tidak bisa tinggal di sini selamanya.
Mereka berenang kembali ke pantai, tubuh mereka yang basah berkilau di bawah sinar matahari. Alena tersenyum, dan dengan gerakan yang anggun, ia mengambil tangan Riko.
"Kita harus melakukan ini lagi," bisik Alena, matanya penuh dengan janji.
Riko tersenyum, merasa seperti mimpinya menjadi kenyataan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia tahu satu hal: ia tidak akan pernah melupakan momen ini.
Mereka berjalan kembali ke pantai, tangan mereka bersentuhan, menciptakan ikatan yang tidak bisa diucapkan. Langit biru yang cerah dan deburan ombak yang lembut menjadi saksi bisu akan rahasia mereka, sebuah rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu.
Dan saat mereka berjalan menjauh dari pantai, Riko merasa seperti ada sesuatu yang baru saja dimulai, sebuah petualangan yang akan membawa mereka ke tempat-tempat yang tidak pernah mereka bayangkan. Tapi untuk saat ini, mereka hanya menikmati sisa-sisa kepuasan mereka, dan berjanji untuk bertemu lagi di bawah sinar matahari yang hangat.
Akhirnya web ini diupdate
BalasHapusTeruskan pertualangan Riko
Mantap suhu
Akhir-akhir ini banyak cerita vanila ya hu, kaya cerita romansa + sex scene
BalasHapuspadahal genre macem APB lebih seru buat ane
Setuju gan, ane jg lebih suka genre seperti seri APB
HapusMungkin admin dan penulisnya merasa jenuh setelah bertahun2 menulis APB hingga lebih dari 20 chapter, jadi perlu selingan cerita vanilla dan genre lainnya sebelum melanjutkan APB lg