"Karnia Prameswari... !" Panggil
Clara lantang sekeluarnya dari pintu kelasnya ,"Kita ntar jadi pulang
bareng nggak...?"
"Hei Clara Amelia.... " Jawab
Karnia tak kalah lantangnya, "Pengennya sih begitu Say... Cuman....."
"Cuman apa...?"
"Nggg... Cuman... Hari ini si Theo
ngajak aku ketemuan sepulang sekolah..."
"Theo...?" Tanya Clara heran,
"Theo si tukang kebut-kebutan itu...?"
"Iya..." Angguk Karnia pelan.
"Ciiieeeeeee... Jadian nih
yeeeeee...?!" Teriak Clara tiba-tiba girang.
"Sssstttt.... Aaaahhh apaan sih...
?" Jawab Karnia dengan wajah bersemu merah, "Kagak laaah.... Orang
ini cuman mau ngebahas kerja kelompok dari Bu Ratna yang kemaren kok.... Khan
akhir minggu ini sudah harus dikumpulin..."
"Enggak lah Say... Cintaku, sayangku,
dan Hatiku... Hanya buatmu seorang kok...." Goda Karnia sambil mengusap
pipi lembut Clara, "Jadi... Cowok sejenis Theo aja mah ga bakalan bisa
Say... Ngegantiin dirimu dihatiku...."
"Hihihihi..... Iyadah.... "
Jawab Clara cuek, "Jadi hari ini.. Aku harus pulang sendirian
nih...?"
"Iyaa.... Maaf ya Saaay..."
"Its Okey deh.... Santai aja..."
KRRRIIIIINNNGGGG.... KRRRIIIIINNNGGGG....
KRRRIIIIINNNGGGG....
Suara bel sekolah berdering tiga kali,
menandakan jam belajar disekolah telah usai. Itu artinya, para siswa
dipersilakan untuk pulang.
Karena Karnia tak bisa pulang bareng,
akhirnya Clara memutuskan untuk pulang sendiri.
"Hai Clara... " Sapa Oky, pemuda
ganteng pemain inti team basketball sekolah memanggil gadis semok itu dari tepi
jalan. Dengan menggunakan mobil mewah keluaran terbaru ia ingin mengajak Clara
pulang bersamanya, "Tumben kamu pulang sendiri...? Karnia mana...?"
"Eh.. Dia sedang bareng temennya
Mas..."
"Oooowww.... Kalo gitu... Gw anter
pulang yuk... " Ucap Oky sambil menghentikan mobil dan membukakan pintu
untuk Clara.
"Eeehh.... Mas Oky... Nggak usah
Mas.... Clara udah biasa kok pulang sendiri..." Jawab Clara sopan.
"Ahhh... Ayolah.... Gw anter aja
ya... " Pinta Oky lagi sambil menghalangin langkah Clara, "Masa cewe
secantik lo dibiarin pulang sendirian sih.....? Ntar ada yang nggangguin
loh..."
"Nggak usah Mas... Beneran kok...
Clara bisa pulang sendiri... " Tolak Clara halus sambil kembali
melangkahkan kakinya.
"Loohh... Tunggu Clara... "
Panggil Oky, "Gw anterin yaa..."
"Nggak perlu Mas... Beneran deh...
Clara bisa pulang sendiri... Clara duluan ya... Bye..."
Melihat penolakan halus Clara, Okypun
akhirnya menyerah. Ia kemudian masuk kedalam mobilnya dan langsung memacunya
kencang.
Clara |
Setelah kepergian Oky, munculah Dion yang
juga melakukan hal serupa. Berusaha menawarkan Clara tumpangan pulang. Dengan
motor sport paling baru, ia mencoba menawarkan jasa tumpangan pulang kepada
Clara. Namun lagi-lagi, Clara menolak tawaran Dion dengan sopan sambil terus
melangkah pergi.
Sepeninggalan Dion, Clara kembali
mendapatkan tawaran dan perlakuan yang serupa dari beberapa teman prianya.
Perlakuan special yang membuat siswa-siswa perempuan lainnya merasa iri
dengannya..
Mulai dari Senna, Ziko, Praja, Barry,
Yudi, Anwar, Gema, hingga Ma'il si pelawak sekolah, berusaha menawarkan bantuan
untuk mengantar Clara pulang, namun tetap saja, mereka tak berhasil seorangpun.
Clara benar-benar tak ingin merepotkan siapa-siapa. Gadis molek itu lebih
memilih untuk pulang sendiri dengan menggunakan angkutan umum ketimbang pulang
bersama teman prianya..
Tak beberapa lama, Clara tiba di halte
dekat sekolah. Halte sekolah Clara berupa sebuah rambu yang dipasang dibawah
pohon rindang dengan bangku-bangku yang disusun rapi disekitarnya. Disitu
banyak teman sekolah Clara yang juga menunggu jemputan pulang. Baik dengan
menggunakan angkutan umum ataupun dengan jemputan.
"Ihhhss... Claraa.... Enak banget ya
kalo jadi kamu...." Celetuk Nina, teman satu sekolah Clara yang juga
menunggu mobil angkutannya. " Ditawarin banyak cowo buat dianterin
pulang...."
"Hiya nih... Kenapa kamu nggak mau
nerima aja sih...?" Sahut Maria yang tadi sempat melihat penolakan Clara
ketika ditawari pulang, Khan enak... Kamu nggak perlu naik angkot buat
pulang..."
"Ahhh... Nggak enak... Ntar jadi
utang budi..."
"Eh iya... Karnia kemana...? "
Tanya Anita, teman Clara yang juga menunggu jemputan, "Biasanya khan kamu
pulang bareng dia...?".
"Nggg... Karnia masih ada
perlu..." Jawab Clara singkat sebelum tiba-tiba handphonenya berdering.
TTIIITTTTTT.... TTIIITTTTTT....
TTIIITTTTTT....
Tiba-tiba, dering suara handphone Clara
berdering keras.
"Kakak Mesum..." Nama yang
terpampang di hanphone Clara.
"Haallooo...?" Sapa Clara
memulai pembicaraan.
"Ya... Hallloo....?" Jawab
Ciello dari ujung telephone," Heeh toket... Kamu udah pulang
belom...?"
"Udah..." Jawab Clara ketus.
"Tadi kata Karnia... Dia nggak bisa
nemenin kamu pulang ya...? " Jelas Ciello, " Kamu mau dijemput
nggak...? Mumpung Kakak lagi maen di deket sekolahmu...?"
"Nggak usah...!" Jawab Clara
sewot karena ia masih sedikit sebel dengan kelakuan kakak kandungnya itu
beberapa waktu lalu.
"Beneran...? Mau ujan loh... Ntar
malah nggak bisa pulang..."
"Bodo..."
"Cieeee.. Masih marah nih
yeee...."
"Udah ah... Clara mau pulang
sendiri... " Sewot Clara, "Kakak jangan nelpon-nelpon Clara lagi
deh... Suara kakak tuh ngeganggu banget taaauukkk..."
Bukan tanpa sebab Clara menjadi sewot
kepada Ciello. Karena beberapa waktu lalu kakak kandungnya itu dengan sengaja
menyemburkan benih spermanya ke seragam Clara. Walau hal itu bukanlah karena
sebuah kesengajaan, tapi tetap saja Ciello sudah 'ngasih pejuh' keseragam
sekolah Clara.
"Belom lagi... Kak Ciello juga
memeperkan tangan basahnya karena pejuh ke pundakku... Iiiihhhsss... Jadi geli
kalo ngingetinnya..." Pikir Clara dengan wajah yang masih sewot.
"Hihihihih... Ya maap deeehh.... Khan
kakak nggak pengen adeknya yang paling cantik semok dan seksi sedunia ini
kenapa-napa...." Canda Ciello berusaha mencairkan ketegangan diantara
mereka, "Kakak jemput yaaa....?"
"Gausah...! Clara mau pulang sendiri
ajah..." Jawab Clara masih ketus.
"Looohh.. Mau naek apaan...?"
"Bus..."
"Beneran nih...? Ntar malah
digangguin cowok-cowok di bus loh... "
"Bodo..."
"Heeeeeeh.... Tokeett.... " Seru
Ciello memperingatkan, "Sekarang lagi banyak berita pencabulan diangkutan
umum loh... Ntar malah kamu digrepe-grepe mereka..."
"Trus kenapa...?"
"Tetekmu yang gedhe itu bisa
disenggol senggol ama mereka loh... Belom lagi pantat semokmu juga bisa
diremet-remet mereka...."
"Iihhsss.... Sumpah deh... Kakak tuh
mesum banget yaaa....."
"Bukannya mesum Adekku Sayaaang...
Kakak cuman nggak tega aja tubuh montok Adikku tercinta dipegang-pegang ama
mereka....."
"Biarin... Biarin aja clara
dipegang-pegang mereka.... " Sungut Clara dengan nada emosi,
"Daripada pulang bareng monyet mesum kaya kakak....
"Heeeehhhhh.... Claraaaa....
Hati-hati ahhh ngomongnyaa..." Seru Ciello memperingatkan lagi.
"Udah udah udah... Udah ya Kakak
mesuuummm... Jangan nelpon-nelpon Clara lagi... Clara.... Mau... Pulang...
Sendiri.... Titik....!"
"Looh...? Deeek...?"
KLIK
Dengan sengaja, Clara buru-buru mematikan
handphonenya dan langsung memasukkan kedalam saku baju seragamnya.
"Kakak kamu perhatian banget
ya...?" Ucap Nina.
"Iya Clara.... Kakak kamu perhatian
banget..." Sahut Anita
"Harusnya kamu bersyukur Clara...
Punya kakak yang perhatian seperti itu..." Tambah Maria.
"Iiidihhss.. Kakak mesum gitu
disyukuri... Huh....Nggak perlu lah..." Balas Clara sambil menyedakepkan
tangannya. Membuat payudara Clara langsung membusung besar.
"Hihihi... Iyadeh yang lagi
sebel..." Ucap Nina memaklumi.
TIIINNN TIINNNN....
Tiba-tiba, sebuah bus besar berwarna
orange tiba di halte.
"Eeh... Aku duluan ya... " Seru
Anita, "Bus aku udah dateng tuh... "
"Eh iya... itu bus aku juga yaa..."
Sahut Maria, Aku juga duluan yaa... "
Satu persatu, para penunggu angkutan umum
yang berdiri di halte dekat sekolah Clara pulang. Hingga menyisakan beberapa
penunggu saja.
"Akhirnya... Bus kita datang
juga...." Seru Nina.
"Ehh iya... Clara... Kamu hati-hati
ya... Kami pulang duluan yaaa... " Sahut Mirna, teman terakhir Clara yang
juga menunggu kedatangan bus di halte bawah pohon.
"Eh... Iya... Kalian juga hati-hati
ya...."
"Ah siiaaallll... Tinggal aku sendiri
nih..." Gerutu Clara begitu mendapati jika ternyata hanya tinggal dirinya
yang belum mendapatkan angkutan pulang. Celingukan kekiri dan kekanan mencari
tahu, apakah ada alternatif angkutan yang bisa membawanya pulang. Namun
percuma, jalanan di depan sekolah Clara sudah semakin sepi. Hanya ada beberapa
tukang becak yang berusaha menawarkan diri untuk mengantar Clara. Sebenernya
jika jarak rumah Clara tak terlalu jauh, Clara mau saja pulang naik becak,
namun, karena kasihan, Clara menolak tawaran mereka secara halus.
GLUDUK GLUDUK.... CTAR... GLEGAAARRRR.....
Mendadak, suasana terang langit berubah
menjadi gelap dengan cepat. Suara geluduk juga mulai bersahut-sahutan.
Bergemuruh keras diatas awan.
"Aduuuh... Mana sih busnya...? Lama
amat.... " Gerutu Clara yang tak juga mendapati bus langganannya.
Memang, bus yang kerumah Clara adalah bus
yang lumayan jarang. Dan jikapun sekalinya ada, bus itu selalu penuh dengan
penumpang yang berdesak-desakan.
TES... TES... TES...
Tetesan hujan mulai turun. Membuat
sekitaran halte dan jalanan membasah. Dan karena halte itu berada dibawah pohon
rindang, tetesan air hujan membuat siapa saja yang ada dibawahnya mulai
kebasahan.
"Aaahhh... Siaall.... Pake acara
hujan segala... " Gerutu Clara yang merasa tetesan hujan mulai membasahi
dirinya, "Kenapa tadi aku nggak terima aja tawaran pulang dari Oky, Dion,
atau teman yang lain ya...? Sok mandiri sih... Jadinya sekarang malah belum
bisa pulang....." " Kesal Clara dalam hati sambil berusaha berteduh
sebisa mungkin dibawah pohon.
TIN TIIINN....
"Terminal terminal terminal... "
Seru kenek bus kearah Clara.
"Apa ikut bus ini aja ya...? Daripada
nungguin tapi malah makin basah kehujanan... " Pikir Clara berusaha
mencari solusi, "Daripada ntar malah jadi sakit....?" Pikirnya lagi
sembari mengacungkan tangannya. Mencegat laju bus.
"Kiri.. Kiri... Kiri...." Seru
kenek bus memberi aba-aba kepada supir bus.
Begitu bus berhenti, buru-buru Clara
melompat naik ketangga bus. Namun karena terkena hujan, tangga bus itu menjadi
licin. Walhasil, kaki Clara terpeleset, dan lututnya terbentur besi tangga bus.
SREEETT... JDUUGGHH....
"Aduuhhh... " Seru Clara sambil
berusaha bangun dari posisi jatuhnya.
"Hati-hati Neng... Lantainya licin...
" Celetuk beberapa pria yang ada diatas bus yang berusaha menolong Clara.
"Eeh... Iya Pak... " Jawab Clara
menerima pertolongan penumpang bus," Makasih...."
Diatas bus, Clara langsung menghempaskan
pantat bulatnya ke kursi belakang. "Fiiuuuhh.... Akhirnya... Aku bisa
pulang juga...." Ucap Clara sambil mengibas-kipbaskan rambutnya yang
sedikit basah, berusaha mengeringkan rambut panjangnyaa,
Ketika sudah sedikit tenang, Clara melirik
ke arah kaca depan bus. Disitu Clara membaca tulisan semua trayek perjalanan
bus. Dan, betapa terkejutnya Clara ketika mendapati jika bus itu tak melewati
daerah tempat tinggalnya.
"Mau turun dimana Neng...? "
Sapa kenek bus sambil menengadahkan tangannya, meminta bayaran kearah Clara.
"Eh... Di jalan Margaguna
Bang...." Jawab Clara sambil berusaha mengeluarkan uang dari saku
seragamnya.
"Bus ini nggak lewat sana deh Neng...
" Jawab kenek bus itu singkat.
"Waduh...."
"Iya... Ini bus kearah kota
sebelah... Kearah terminal..." Jawab kenek bus lagi sambil melirik kearah
payudara Clara.
"Yaaah.. Terus gimana nih Bang...?
Clara turun lagi aja deh..."
"Tenang aja Neng... Neng nggak usah
turun disini...." Ucap seorang bapak tua yang duduk disamping Clara secara
tiba-tiba sambil berusaha menenangkan, "Neng tenang saja... Nanti pas di
terminal... Neng oper aja pake bus hijau.. Nomor 509... Bus itu bakal ngelewati
jalan rumah Neng kok..."
"Ooow.. Gitu ya pak...?" Jawab
Clara sedikit lega.
"Ongkosnya... Neng.... Lima
ribu..." Celetuk si kenek bus sambil menggoyang-goyangkan tangannya,
meminta ongkos bus didepan wajah Clara.
"NIH...." Sahut Clara sambil
menyerahkan ongkos busnya dengan nada sewot.
Tanpa berkata apa-apa, kenek bus itu
segera berbalik arah, dan berjalan menuju kursi disamping supir bus.
"Dia orangnya emang seperti itu
Neng..." Ucap bapak tua itu sambil tersenyum, "Eh iya...Saya Kori
Neng... " Sapa bapak tua itu ramah sambil menjulurkan tangannya dan
menggeser duduknya, mendekat kearah Clara duduk.
"Nggg.. Clara Pak... " Sahut
Clara berusaha sopan.
"Wow.... Clara.... Nama yang
cantik... Secantik orangnya.... " Sahut Pak Kori sambil mulai mengelusi
tangan Clara yang ada digenggamannya.
"Eh... Makasih pak... " Jawab
Clara risih, sambil menarik tangannya lepas.
"Hehehe... Neng cantik sekali...
" Jawab Pak Kori yang kemudian melepas genggaman tangannya dan
merentangkan tangannya ke pundak Clara, seolah berusaha memeluk tubuh mungil
Clara dari belakang.
"Wah... Sepertinya....Bapak-bapak ini
nggak bener nih...?" Batin Clara dalam hati ketika melihat Pak Kori mulai
menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
"Rambutnya basah Neng..." Ucap
Pak Kori sembari mengelus belakang kepala Clara.
"Eh iya Pak..." Tolak Clara
sopan.
"Ini saya ada tissu... Saya lap aja
ya Neng rambutnya... Biar cepet kering..."
"Eh nggak usah Pak...
Makasih..." Dengan buru-buru, Clara kemudian bangkit dari kursinya dan
berdiri.
Sejenak, ia berpikir untuk pindah ke kursi
lain. Namun, apa daya. Semua kursi bus itu penuh, yang tersisa hanya kursi
paling belakang yang didudukinya bersama pria mesum itu.
"Sepertinya... Aku harus cepat-cepat
turun disini..." Ide Clara dalam hati.
GLEGAAARR.....
SSSUUUUUOOOOSSSSSHHHHH... GLEGAAARRR....
Mendadak, hujan turun yang semakin deras.
Disertai petir dan kilat yang menggelegar bersahut-sahutan.
"Aaah... Kampret... Pake hujan
segala... " Batin Clara sambil mengurungkan niatnya turun dari bus.
"Jangan turun dulu Neng... Hujannya
deras... Sini... Duduk lagi deket bapak... " Tawar Pak Kori sembari
menepuk-nepuk bangku tempat duduk Clara sebelumnya.
"Ehh... Iya Pak... Makasih... Saya
berdiri saja... " Tolak Clara.
Tiba-tiba bapak tua itu berdiri dan
mendekat kearah Clara. Clara yang sudah terlanjur curiga, buru-buru menghindar,
menjauhi Pak Kori.
"Kaki si Neng luka tuh... "
Celetuk Pak Kori sambil menunjuk kearah kaki Clara, "Sini... Bapak
obatin... " Ucap Pak Kori singkat.
"Luka..? "Heran Clara yang
kemudian melihat kearah jari Pak Kori menunjuk. Ternyata benar, kulit dibawah
lutut kiri Clara, sedikit tergores, dan membuat luka lebam berwarna merah.
Segera saja, lelaki tua itu menggiring
Clara untuk kembali duduk di kursinya lalu mengeluarkan plester penutup luka
dari tas besar yang ia bawa. Dan tanpa meminta ijin, Pak Kori membungkukkan
badannya, tepat didepan Clara duduk. Dengan cekatan, Pak Kori menempelkan
plester luka itu pada kaki kiri Clara.
"Ini.... Biar nggak infeksi Neng...
" Ucap Pak Kori.
"Eh iya Pak... Makasih..."
Namun, anehnya, ketika selesai menempelkan
plester ke kaki Clara, Pak Kori malah mulai merabai betis kirinya. Ia bahkan
mulai meraba, mengusap, dan memijat betis Clara pelan.
"Eh.. Sudah Pak... Makasih...."
Ucap Clara sambil sedikit menolak pijatan tangan Pak Kori pada betisnya. Clara
merasa sedikit janggal terhadap pria tua itu.
"Ini biar kaki Neng nggak makin ngilu
Neng...." Alesan Pak Kori yang kemudian malah memijat betis kanan Clara,
"Biasanya... Orang kalo udah jatuh itu badannya bakal berasa ngilu..."
"Ehhh Nggak usah Pak... Saya nggak
kenapa-napa... Makasih Pak" Jawab Clara yang bersikeras meminta Pak Kori
segera bangung dari posisi jongkoknya.
"Hehehe... Iya deh... Sama sama
Neng..." Jawab Pak Kori singkat sambil melepaskan usapannya pada betis mulus
Clara.
Karena tak ingin digangguin Pak Kori,
Clara kembali berdiri didepan kursi paling belakang bus. Gadis manis itu
berharap jika dengan ia berdiri, ia tak mendapat gangguan dari Pak Kori.
Namun ternyata, rupanya Clara salah.
Melihat Clara berdiri, Pak Kori juga ikut-ikutan berdiri. Terlebih, Pak Kori
memilih berdiri tepat dibelakang Clara.
Untuk beberapa lama, Pak Kori hanya
berdiam diri dibelakang. Namun, lama kelamaan, posisi lelaki tua itu semakin
maju dan mendekat kearah Clara. Hingga akhirnya posisi berdiri Pak Kori tepat
berada di belakang Clara.
BRUUGH...
Tiba-tiba, bus mengerem mendadak. Membuat
tubuh tua Pak Kori menubruk tubuh Clara yang ada didepannya.
"Eh.. Maaf Neng... Maaf..." Ucap
Pak Kori pelan, "Saya nggak sengaja..."
"I..iya Pak... Nggak apa-apa...
" Balas Clara berusaha memaklumi.
Melihat kepolosan Clara, membuat Pak Kori
merasa jika gadis manis yang ada didepannya itu bagai santapan yang lezat.
Karena setelah tubrukan pertamanya, lelaki tua itu mulia berkali-kali
menubrukkan tubuhnya kearah Clara.
Walau ia selalu meminta maaf, Clara yakin
jika lelaki tua itu sengaja menubrukkan tubuhnya kearah dirinya.
BRUUGH...
"Maaf ya Neng... Bapak nggak bisa
menjaga keseimbangan... Bapak ngantuk Neng..." Ucap Pak Kori.
"Kalo ngantuk... Duduk saja
Pak..."
"Ngggg... Kursinya basah Neng...
Nggak bisa didudukin..."
Sekilas, Clara melirik kearah kursi bus
paling belakang. Memang, karena hujan yang begitu lebat, kursi bus itu terkena
hembusan angin plus air dari pintu belakang bus yang tak tertutup. Sehingga
mengakibatkan kursi deretan kursi-kursi itu basah kuyup.
BRUUGH...
"Aduuhh... Maaf ya Neeng..."
Merasa berkali-kali ditabrak dari
belakang, membuat Clara mulai menyueki orang tua itu. Alih-alih melarang, Clara
malah memasang headset ke kedua telinganya.
Dan disinilah kesalahan Clara terjadi.
Melihat gadis belia yang ada didepannya mulai tak mempedulikan perbuatan bapak
tua itu, membuat si bapak merasa jika perlakuan cabulnya tak akan dihiraukan
oleh Clara. Oleh karenanya, bapak itu semakin berbuat hal yang kurang sopan
terhadap Clara.
Perlahan, bapak itu mulai memajukan
tubuhnya hingga menempel pada tubuh Clara, lalu menyenggolkan pinggulnya maju.
PLEK
Sedetik, dua detik, tiga detik, hingga
detik kelima Clara tak menghiraukan. Gadis cantik itu hanya berusaha sedikit
menghindar ketika bapak tua itu menempelkan pinggulnya ke sela-sela pantatnya.
PLEK
Lagi-lagi, bapak tua itu menempelkan
pinggulnya maju. Sedetik, dua detik, tiga detik, hingga detik kesepuluh Clara
masih tetap tak menghiraukannya. Hingga pada akhirnya, Clara merasakan tonjolan
benda tumpul mulai berasa menempel di belakang pantatnya. Namun, perlahan
hilang.
PLEK..
Kembali benda tumpul itu muncul dan
berdiam diri di sela pantat Clara.
Sedetik, dua detik, hingga akhirnya, melihat
kecuekan Clara, bapak itu mulai menggerakkan badannya lebih dekat lagi.
"Permisi Pak... Saya kesempitan...
" Ucap Clara berusaha menjauhkan diri dari himpitan bapak tua itu.
"Eh iya... Maaf Neng...."
Komentar
Posting Komentar