"Karnia Prameswari..... Kemana aja
kamu tadiii....? Janjian ketemuan pagi... Nggak dateng-dateng... Ditelepon ga
dijawab-jawab...? Sekalinya ngejawab.... Eh cowo... Mana jawabnya pake
suara-suara aneh lagi... Kamu tadi sedang apa heeeh....?" Cerocos Clara
tak henti-hentinya ketika
karnia tiba di gerbang sekolah. "Eh
mana buku PR-ku..? Kamu nggak lupa bawa khan..? Jangan sampe bilang kamu lupa
ya... Pelajaran pertama aku pelajaran Pak Surip nih... Guru killer paling
nyebelin..." Tambah Clara sembari menyodorkan tangannya. Meminta buku PR
yang dipinjam Karnia.
"Iya iya... Ini aku udah bawain...
Tenang aja... Aku nggak lupa kok... " Jawab karnia yang buru-buru
menghentikan langkahnya lalu membongkar tas sekolahnya. Kemudian ia menyerahkan
selembar buku berwarna merah muda pada Clara.
"Heeeeh... Panjul... Kamu belom jawab
pertanyaanku tadi... " Gerutu Clara lagi.
"Heeee...? Pertanyaan apa..?"
Jawab Karnia bingung sambil kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Waaah. Pake pura-pura pikun...
Tadi... Pas aku lagi nelpon kamu.... Kamu lagi apa heee....?"
"Ooohh.. Ituu.....Hehehe.. Maaf ya
Say... Tadi masih nanggung... " Jawab Karnia sambil nyengir.
"Nanggung mesum....?"
"Mesum... Hihihi....Emang tadi
kedengeran ya....?"
"Gimana nggak kedengeran...? Orang
tadi suara kalian tuh kenceng amat...."
"Hehehe... Ya maaf deeeh.... Abisan
tadi bener-bener lagi nanggung...."
"Iiiihsss..... Emang ya... Dasar
wanita murahan... Ama cowo mana lagi nih...?"
"Cowo..? Idiiihhh..... Bukan
keleeeuus... Itu tadi pria beristri..."
"Haaa? Serius...?" Tanya Clara
kaget, "Siapa siapa...? Tadi kamu ama siapa....? Aku kenal nggak...?"
Berondong Clara ingin tahu.
"Ihhss... Gitu yaaa...." Sewot
Clara "Sekarang... Pake rahasia-rahasiaan.... Oke... Cukup tahu
aja...."
"Ceileee.... Beneran Say... Aku
sekarang belom bisa kasih tahu... Ntar deh... Kalo waktunya udah tepat....
Bakalan aku beberin semuanya...."
Sejenak, Clara menatap tajam kearah
sepupunya itu. Kemudian Clara menjulurkan tangannya kearah mulut Karnia.
"Itu... Dibibir kamu ada bekas
apaan...?" Tanya Clara sambil mengusap sudut bibir Karnia dengan ibu
jarinya, "Lendir bening ini bukan bekas pejuh khan...?"
"Eh mana...?" Tanya Karnia
sambil memegang ibu jari Clara dan mendekatkan ke wajahnya.
Clara |
"NYAM....." Jawab Karnia sambil
melahap ibu jari Clara," Nyap... Nyap.... Sepertinyaaa.... Ini memang
bekas pejuh.... Hehehehe..." Jawab Karnia spontan sambil berlari
meninggalkan Clara.
TENG TENG TENG
Suara lonceng sekolah terdengar nyaring,
tanda jam pelajaran akan segera dimulai.
"Iiihhss... Karniaaaaa.... Kamu tadi
habis ngapain sih....? Ayo cerita doooong...." Kejar Clara sembari
menyusul Karnia kedalam kelas.
***
"Bang.. Sotonya satu ya... Pake
ceker..." Pinta Clara yang menjelaskan pesanannya kepada Bang Ramos, si
penjual Soto di kantin sekolah, "Jangan lupa... Krupuk...Sambalnya dua
sendok... Telor bulatnya dua... Ama nggak pake toge ama kubis....Trus....
"
"Di...Pi... Sah.... " Sahut Bang
Ramos, seolah tahu kelanjutan kalimat Clara. "Siap Neng Ayu.... Soto
special buat kembang sekolahan ini bakal segera dikirim ke meja.... Neng Karnia
juga...?"
"Enggak Bang... Bosen... Hari ini aku
mau pesen siomay...."
"Hai Clara...." Sapa Nano, cowo
idaman cewe-cewe seangkatan Clara yang tiba-tiba muncul sambil membawa
semangkok soto Bang Ramos pesanan Clara. "Ini soto pesanan kamu...."
"Looohh.. Ehh... Kak Nano.... "
Jawab Clara malu-malu, "Kok malah kakak yang nganter soto aku...?"
"Hehehe... Nggak apa-apa kok....
Itung-itung sembari aku ngunggu pesenan soto aku juga..." Jawab Nano
sambil tersenyum manis.
"Waah... Kak Eno juga sampe
repot-repot bawain minum segala..."
"Eh iya dong...
Sekali-sekali..." Jawab Eno.
"Ngg... Clara... Boleh khan aku ama
Eno duduk disini sekalian...?"
"Hmmm... Boleh sih.... Cuman nanti
kalo cewe Kakak-kakak sekalian ngelihat gimana...?"
"Cewe aku...? Cewe yang
mana...?" Tanya Nano dan Eno hampir bersamaan, sambil celingukan mencari
tahu kondisi sekitar,
"Ya nggak tau... Kali aja ada yang
lagi PDKT..."
"Ahh... Biarin aja.... Toh aku khan
belom punya cewe..." Jawab Nano.
"Jadi gimana nih...? Boleh ya duduk
disini...?" Sahut Eno.
"Iyaaa... Nggak apa-apa kok Kak....
" Jawab Karnia yang nyeletuk sembari membawa sepiring siomay, " Clara
mah ngijinin aja....".
Tak lama, meja tempat Clara dan Karnia
segera saja dipenuhi oleh canda dan gelak tawa. Sifat mudah bergaul yang
dimiliki kedua sepupu itu memang membuat siapa saja selalu betah jika
berbincang dengan mereka.
Clara yang memiliki tubuh mungil dengan
ditunjang oleh kecantikan dan keseksiannya, selalu menjadi magnet bagi teman
pria yang ada disekitarnya. Begitu pula dengan Karnia, yang tak kalah cantik
dengan Clara, juga selalu menjadi idola oleh kaum adam dimanapun ia berada. Dan
karena ketenaran keduanya, banyak teman wanita Clara dan Karnia yang iri bahkan
syirik pada mereka.
BRRRAAAAAKKKKKK....
"HEEH... TOGE PASAR MURAHAN....
" Bentak Rini Asmarani, kakak kelas Clara dikelas 3 yang tiba-tiba datang
bersama Susi, Yani dan Mirza, teman-teman gengnya. "Nggak ada
kapok-kapoknya ya kamu ngegodain cowo orang...."
Bukan rahasia lagi, jika Clara yang
menjadi idola para pria di sekolahan itu, selalu dibuat risih oleh banyak teman
wanitanya. Tak terkecuali oleh Rini, yang entah mengapa selalu merasa tersaingi
oleh Clara dalam segala hal. Semenjak Clara menginjakkan kaki di sekolahan ini,
Rini selalu mengganggu ketenangannya. Dan sudah tak terhitung lagi, berapa kali
mereka berdua selalu saling hina, beradu argumen, bahkan beradu jotos karena
perselisihannya.
"Ngegodain...?" Bingung Clara.
"Udaaah... Nggak usah mungkir....
Kalo lo nggak ngegodain... Mana mau si Nano ama Eno bakal sudi duduk mojok
disitu ama lo...?"
"Loooh...? Kak Nano ama Kak Eno duduk
disini juga bukan aku yang ngajak kok...." Jawab Clara santai sembari
meneruskan menyantap makanannya, "Mereka mau duduk disini karena
kepengenan mereka sendiri kok..."
"Wuidiiihhh.... Berani ngeles juga
rupanya ini Toge..." Sinis Rini tak terima
"Rini.... Kamu apa-apaan
sih....?" Sergah Nano yang kemudian berusaha melerai pertikaian kedua
gadis belia ini, "Udah ah... Malu tuh diliatin orang-orang...."
"Bodo.... Jadi gara-gara ini cewe
Toge... Lo udah nggak mau lagi makan siang ama gw...?" Tanya Rini dengan
nada sewot.
"Apaan sih Rin....?"
"Karnia... Kita pindah aja
yuk..." Ajak Clara yang buru-buru bangun dari duduknya.
"HEEEH.... LONTE... Mau kemana lo...?
Jangan pura-pura kabur lo ya..." Geram Rini.
"Yuk Say.... Aku juga udah mau muntah
nih... Tiap hari kok ada yang ngajakin berantem mulu... Kaya nggak
bosen-bosen...." Sahut Karnia.
"Waahh... Ngelunjak ini DUO LONTE....
Jadi bikin gw makin eneg aja nih... Berulang-ulang kali dibilangin... Masih aja
si Lonte-Lonte ini ngedeketin..."
"Sssttt. Udah-udah... " Lerai
Eno yang juga berusaha meredakan emosi gadis-gadis ini.
"Heeeehh... JAGA ya bacot lo..."
Bentak Karnia yang tak terima mereka berdua dihina Rini seperti itu.
"Yeeee.... Saudara Se-Lontenya
marah..." Ejek Rini, "Kenapa....? Lo nggak terima sodara Toge lo itu
gw hina...? Baru punya tetek palsu aja udah sombong... Huh..."
"Emang... Kalo tetek sodara gw gedhe
kenapa...? Lo iri khan....?" Celetuk Karnia,
"Ngapain juga iri....? Tetek sumpelan
gitu aja iri...?"
"Idihh... Sumpelan....? Sorry ya...
Tetek Clara mah asli...." Bela Karnia lagi, "Emang kaya tetek lo...
Udah abis banyak obat perangsang... Tapi nggak bisa segedhe tetek
Clara....?"
"Ehhh... ANJING LO ya... Maksud lo
apaan....?" Bentak Rini yang kemudian mendorong tubuh Karnia mundur.
Karena dibelakang Karnia masih ada bangku kantin, otomatis gadis cantik itu
terjerembab ke belakang. Terjatuh dalam posisi terlentang. Dan karena Karnia
tak mampu menjaga kedua kakinya untuk selalu tertutup, paha putih mulus dan selangkangan
Karnia yang tak bercelana dalam dapat terlihat dengan jelas oleh orang-orang
yang berkerumun disekitarnya.
"Woooowww... Gundul
Booo....Hahaha...." Tawa Rini dan gengnya sambil menunjuk-nunjuk kearah
selangkangan Karnia, "Tuuh... Kebukti khaan.... LONTE... Kalo kemana-mana
nggak pernah pake celana dalem... Hahaha.... "
"Astaga... Karnia...." Pekik
Clara yang buru-buru menolong saudara sepupunya itu, "Rini... Apa-apaan
sih Lo...? Sumpah... Lo keterlaluan banget...." Bentak Clara yang gantian
mendorong tubuh Rini hingga terdorong menabrak pagar kantin dengan kencang
sebelum buru-buru menolong Karnia.
Dengan sigap Clara membetulkan rok Karnia
yang masih tersingkap lalu membantu sepupunya itu berdiri kembali..
"Wuih... ANJING...! Si LONTE nggak
terima...?" Tantang Rini yang kemudian meraih mangkuk soto yang ada
didepannya dan melemparkannya kearah Clara.
BLUGH.... PRAK... KLONTANG.... PRANG....
Mangkuk soto itu mendarat tepat di badan
Clara, menumpahkan kuah panas kedepan payudara besarnya sebelum jatuh dan pecah
berkeping-keping ketika mendarat ke ubin kantin.
"Aduh... Panas... Panas...."
Teriak Clara histeris, sambil mengibas-kibaskan tangannya ke arah payudaranya,
"Aduh... Panas... PANAASSS...."
Karnia yang melihat sepupunya itu
kesakitan, tanpa berpikir panjang segera saja menyiram bagian payudara Clara
dengan dua gelas es teh yang ada didekatnya. Namun, sepertinya sia-sia. Karena
Clara masih tetap saja mengibaskan tangannya karena kepanasan. Kuah panas soto
itu tak dapat dengan mudah luruh dari tubuh Clara.
Akhirnya, tanpa berpikir panjang. Karnia
segera membuka paksa baju seragam Clara dengan cara membredel kancing-kancing
depannya.
BREET... BREEET... BREEEETTTT....
"Buka bajumu Clara...." Perintah
Karnia yang segera saja diturutin Clara..."Buruan... Buka sebelum kulitmu
melepuh..."
Entah karena merasakan panas yang amat
sangat, Clara dan Karnia sama sekali tak memikirkan dengan apa yang sedang
mereka lakukan. Yang jelas, Clara ingin panas yang ada di badannya dapat segera
mereda.
Dan setelah Clara membuka bajunya,
tiba-tiba, suasana di kantin terasa begitu sunyi.
Karena semua mata, tertuju ke tubuh molek
Clara sudah tak berseragam sama sekali.
"Woooowww.... Suuiiitt...
Suiiitttt..."
"Toge Pasar... Toket Gedhe Pantat
Besaar..."
"Anjiiirrrr.... Seksi sekali kamu
Clara...."
"Busyeeeett dah itu teeeteeeekkk....
Kaya mau loncat gitu...."
"Itu asli nggak sih...? Badan sekurus
itu kok punya toket yang gedheee beeeneeerrr...."
"Waaahh... Tetek Clara bisa dijadiin
bahan coli tuuuhh.... Sekel abiiiisss...."
"Bener coiy... Toket gedhe Clara bisa
dipake nyelipin kontol tuhh..."
"Waah... Ngocok-kocok kontol pake
belahan toket Clara seru juga kali ya...?"
"Kebanyakan diremes om-om kali
tuuuhh... Jadi teteknya bisa gedhe gitu...?"
Puluhan komentar kagum dan juga mesum,
terlontar tanpa henti ketika melihat kemolekan tubuh Clara yang hanya
mengenakan bra berwarna kuning itu. Dengan tubuh ramping, kulit yang putih
mulus, dan payudaranya yang ekstra besar, membuat Clara seketika menjadi obyek
pelampiasan mata-mata mesum para lelaki. Bahkan, tak sedikit diantara mereka
yang malah mengambil photo Clara dari berbagai sudut.
"CLARA... KARNIA... ADA APA INI....?" Suara berat Pak
Darmanto, guru olahraga yang tiba-tiba terdengar lantang, meredam keriuhan
celoteh siswa-siswanya.
"Nggak ada kapok-kappoknya ya kalian
ini berantem mulu.... " Sahut bu Mirna, guru BP menimpali.
"Ituh Bu... Si Lonte Clara dan Karnia
ngajak ribut...." Ucap Rini spontan sembari menunjuk kearah kedua saudara
itu. "Mereka kegatelan Bu... Ngegodain cowo orang...."
"Lonte lonte.... Lo yang
Lonte...." Balas Karnia tak terima.
"Sssshhh.... RINI... CLARA...
KARNIA.... Udah-udah... Ayo kalian ikut kekantor...."
"Nano Eno....Kalian juga..."
Tambah Bu Mirna
"Loooh... Bu...? Kok saya juga ikut
dibawa-bawa...?" Celetuk Rini tak terima.
"Udaaah.... Jangan protes... Nanti
kalian semua jelasin di kantor.
"Huuuuuuuu..... " Sorak sorai
siswa pun segera bergemuruh, seolah tak setuju dengan keputusan guru BP itu,
"Wah Pak Manto ngeganggu pertunjukan ajaaa.... Ga seruuuuu....."
"Iya Niiiihh... Reseeee....."
Sahut siswa yang lain.
***
"Oke.... Setelah mendengar penjelasan
para saksi mata... Bapak putuskan jika Rini... " Ucap Pak Darmanto sengaja
memotong kalimatnya, "Kamu ganti seragam Clara...."
"Loh Pak...? Khan yang nyobek seragam
LONTE itu Karnia...."
BRAK
"Rini...! Jaga mulutmu.... Nggak
sepantasnya wanita secantik kamu berkata seperti itu..." Hardik Bu Mirna
sambil menggebrak meja.
"Memang dia Lonte kok... Kenapa aku
harus jaga mulutku..?"
"RINIIIII....." Emosi Bu Mirna
meluap, "Kamu tuh ya... "
"Kenapa....? Ibu nggak suka...?"
"Kamu memang bener-bener ya...? Harus
berapa kali sih Ibu harus kasih kamu pelajaran sampai kamu bisa jaga
mulutmu...?"
"Udah...Bu.... Sabar... " Ucap
Pak Manto mencoba menenangkan emosi guru BP itu. "Pokoknya bapak nggak mau
tau... Besok... Kamu harus bawa baju pengganti buat Clara... Kalau tidak...
Bapak bakal panggil orang tuamu..." ucap Pak Manto sambil melirik kearah
Clara.
"Ahhh.... Pilih kasih...." Jawab
Rini sambil bersungut-sungut, "Bapak sekarang udah beda.... Bapak udah
nggak sayang lagi ama Rini...." Sambung gadis muda itu sambil bangkit dari
kursi UKS.
"Looh.... Bukan begitu Rini..."
Sahut Pak Manto berusaha adil
"Ahh....Bapak jahat... Aku sumpahin
kontol bapak mengkerut... Mengecil selamanyaaa...." Teriak Rini sambil
berlari menjauh.
"Astaga nih
anaaak.....RIIINNNIIIIII.....!" Teriak Bu Mirna sambil menyusul Rini
keluar ruangan.
"Bu Mirna... Ini Clara
bagaimana....?" Tanya Pak Manto bingung.
"Udah Pak... Bapak urus aja dulu..."
Sahut Bu Mirna, "Biar saya yang menenangkan Rini..."
"Hmmm... Yaudah deh kalo gitu... Nano
Eno ...Sekarang kalian balik aja ke kelas... Jam istirahat udah
selesai..."
"Baik Pak...."
***
"Kamu baik-baik saja Clara...?"
Tanya Pak Manto sambil melirik kearah payudara Clara.
"Iya Pak... Saya nggak apa-apa
kok..." Jawab Clara yang mencoba untuk bangkit dari posisi tidurnya.
"Udah... Udah... Kamu jangan bangun
dulu..." Cegah Pak Manto sembari menahan pundak Clara untuk tetap tiduran
di tempat tidur, "Kamu istirahat aja dulu sampe badan kamu bener-bener
kuat..." Pintanya lagi sambil bergegas ke lemari obat dan kembali ke
tempat tidur Clara.
"Sebentar... Mana tadi yang luka...?
Berdarah nggak...? Sakit nggak....?" Tanya Pak Manto sambil berpura-pura
mengecek luka Clara. Padahal sudah jelas, Clara tak terluka sama sekali. Yang
ada hanyalah kulit area payudara Clara yang melepuh karena ketumpahan kuah
panas soto. "Bapak obatin dulu ya...?"
"Eeeh... Nggak usah Pak... Clara bisa
obatin sendiri kok..."
"Heeeh... Jangan sembarangan ah...
Ini bukan luka ringan loh... Kalo kamu salah oles... Bisa makin perih ini
lukanya...." Jelas Pak Manto sambil mulai membuka tutup salep itu dan
membalurkan ke perut Clara.
Rasa dingin, langsung saja menyebar di
sekujur kulit perutnya. Dengan gerakan berputar, Pak Manto berusaha mengobati
rasa panas yang ada tubuh Clara. Dari perut, perlahan naik ke payudara.
"Hmmm.... " Ucap Pak Manto
seolah berpikir keras, "Sepertinya... Behamu cukup ngeganggu deh... Ayo
buka gih..." Pinta Pak Manto
"Hah...? Saya harus buka
beha....?"
"Iya... Kalo nggak dibuka... Gimana
bapak bisa ngobatin lukamu...?"
"Nnggg... Tapi Pak..."
"Uudaaah... Nggak usah malu... Bapak
juga punya anak perempuan seusiamu kok... Jadi Bapak udah seringlah liat tetek
perempuan...." Rayu Pak Manto.
"Tapi Pak... Ngggg... Beneran deh...
Saya bisa ngobatin sendiri kok Pak..."
"Udah-udah... Ayo buruan
buka...." Pinta Pak Manto bersikeras sambil menurunkan sebelah tali bra
Clara, "Nggak apa-apa ini.... Ayo... Nanggung ah kalo bapak ngobatinnya
sampe disini aja.... Udah keburu kotor ini tangan bapak..."
Melihat keteguhan hati guru olahraga yang
berbadan besar itu, Clara bergidik juga. Ia khawatir jika Pak Manto bakal
tersinggung dan marah karena penolakannya. Akhirnya, sambil memiringkan
tubuhnya, Clara pun berusaha melepas kait bra di punggungnya.
"Ssshhhh..." Rintih Clara
tiba-tiba karena merasakan sakit pada payudaranya. Ia tak menyangka jika luka
melepuh di payudaranya sudah mulai berasa seperti ini.
"Tuuhhh.... Sakit khan....?" Celetuk
Pak Manto ketika melihat gadis cantik itu meringis-meringis nyeri.
"Sini... Bapak coba bantu bukain kait behanya...." Tambah guru
olahraga itu sembari meraih kaitan bra Clara. Dan, tak beberapa lama kemudian,
payudara bulat Clara sudah terpampang jelas tanpa sebuah penghalang sedikitpun.
"Naaah... Begini khan enak...."
Jawab Pak Manto sembari menatap tajam kearah payudara besar Clara, "Bapak
obatin ya...?"
Tanpa meminta persetujuan Clara, Pak Manto
segera mengusap bawah payudara Clara pelan.
"Nggg..... Pak...."
"Kenapa....? Tahan bentar ya...
Sakitnya pasti akan segera hilang...." Ucap Pak Manto sembari mengusapi
naik ke arah puting payudara Clara.
"Sshhh.... Nggg...."
"Gimana...? Enak ya...?"
"Nnnnggg... Dingin Pak...."
"Iyalah emang dingin... Namanya juga
dibalur salep...."
Melihat Clara yang masih diam saja ketika
menerima sentuhan tangan kasarnya, Pak Manto pun semakin meremas perlahan
payudara Clara. Membuat puting payudaranya semakin mengeras.
"Ooh.... Sssshh... Pak...."
"Hmmmm.... Putingmu mulai mengeras ya
Clara...? Kenapa....? Kamu malu ya....?"
"Udah ya Pak..."
"Sssttt.... Ini salep belum
meresap... Sebentar lagi...."
"Geli Pak...."
"Iya... Bapak tahu..." Ucap Pak
Manto dengan nafas yang semakin memburu sembari terus mencubiti puting payudara
Clara, "Ohh Clara... Bagus banget ini tetekmu... Bentuknya bulat
sempurna... Empuk...." Puji Pak Manto sembari berulang kali menarik nafas
panjang, "Ini aseli khan ya...? Tetekmu bisa sebesar ini bukan karena
obat-obatan....?"
"Ngg... Iya Pak... Asli....."
"Waaah.... Pasti tetek ini kamu dapet
dari mama kamu ya Clara....?" Tanya Pak Manto yang tak hentinya meremas
dan menyentil puting payudara Clara yang semakin mancung.
"Sssh... Nggg. Iya Pak....
Oooohh...."
"Hehehe... Tahan bentar ya.... Bentar
lagi pasti enak kok...." Ucapnya lirih, dengan tangan yang tanpa malu-malu
membetulkan posisi selangkangannya, "Ini putting kok bisa berwarna pink
gini ya.... Bikin bapak gemes pengen ngenyot...." Tambah pak Manto yang
mulai memonyongkan bibirnya dan mendekat ke arah kuncup payudara Clara.
"Ooohh... Jangan Paaak..."
Sergah Clara sembari menjauhkan wajah Pak Manto dar payudaranya.
"CLARA... Ini bajunya udah
dapeet..." Teriak Karnia yang menghambur ke dalam ruangan UKS.
"Waah... Karnia udah dateng...."
Kata Pak Manto seolah lega ketika sepupu Clara sudah tiba di UKS, "
Sini... Sini.... Karnia... Kebetulan banget kamu udah disini... Ini tolong dong
kamu obatin tetek saudaramu... Bapak mau nulis laporan dulu..." Kata Pak
Manto sembari menyerahkan salep luka ke tangan Karnia.
Buru-buru, Pak Manto berjalan menuju meja
kayu yang ada disamping tempat tidur Clara. Kemudian ia duduk sambil tersenyum
ke arah Clara. Tak beberapa lama, terdengar suara metal berdenting dibalik meja
Pak Manto. Mirip suara kepala gesper.
"Ayo Karnia.... Buruan kamu obatin
tetek Clara... Kasihan loh kalo kulit mulus Clara nanti sampe jadi
belang...." Pinta Pak Manto.
"Eh iya Pak..." Jawab Karnia
singkat, "Begini...?"
"Iyak bener.... Bener... Iya terus
seperti itu... Ngolesinnya sambil diputar-putar ya.... " Pinta Pak Manto
lagi berusaha menginstruksi. " Naah... Karnia... Sekarang remas-remas
tetek Clara.... Biar salepnya cepet meresap kedalam kulit..."
Merasakan usapan tangan lembut Karnia pada
payudaranya, otomatis membuat Clara sedikit demi sedikit mulai terangsang.
Terlebih dengan adanya Pak Manto yang menatapi kedua payudara besarnya, membuat
penyakit pamernya semakin menjadi-jadi.
"Sssh....
Karnia....Pelan-pelan..." Lenguh Clara pelan sambil meringis-meringis
kesakitan.
"Tahan ya Clara... Tahan bentar...
"
"Nggghhhh.... Iya Paak....
Shhh.....Ehhmmmhhh...."
"Tahan Clara... Tahaan... Biar tetek
besarmu nggak kenapa-napa..." Jawab Pak Manto dengan nada berat.
"Putingnya juga Karnia... Itu diobatin juga... Kasihan Clara kalo warna
putingnya yang pink berubah menjadi hitam... "Tambah guru olahraga itu
dengan badan yang entah kenapa mulai bergoyang-goyang.
"Clara...." Cole Karnia pada
payudara Clara.
Mata Clara melotot, mencoba menjawab
colekan Karnia.
"Tangan kiri Pak Manto nggak ada di
meja...." Bibir Karnia komat-kamit tanpa suara.
"Serius...?" Jawab Clara dengan
bibir berkomat-kamit pula, "Emang kemana...?"
"Pasti ada dibawah meja.... Buat
ngocok kontolnya..."
Penasaran, Clara melirik kearah Pak Manto.
Dan benar, tangan kiri guru olahraga itu tak terlihat. Diatas meja hanya ada
tangan kanannya yang terlihat seolah-olah sedang menulis laporan. Taplak meja
UKS yang panjang, mampu menutup aktifitas mesumnya dengan sempurna.
"Pak Manto pasti horny liat
tetekmu..." Seru Karnia yang tiba-tiba meremas pelan payudara Clara.
"Nggg.... Aaaaww...." Rintih
Clara kesakitan.
"Eeeh... Pelan-pelan Karnia....
Kasihan dikit dong sama tetek Clara...." Celetuk Pak Manto sok peduli,
"Pasti ngilu tuh tetek...."
"Uppss.... Maaf ya sayang...."
"Karnia... Biar Clara nggak semakin
kesakitan.... Coba deh kamu pilin-pilin itu putingnya...."
"Begini....? Pak...?" Jawab
Karnia menuruti.
"Sssh... Ooohhh... Karniaa...."
Lenguh Clara pelan.
"Iya Benaaar... Trus... Diremas-remas
juga...." Pinta Pak Manto
"Diremas-remas.... Seperti...
Ini...?" Tanya Karnia sembari mempermainkan payudara besar saudaranya.
Membolak-balik payudara mulus itu bak adonan roti.
"Uuuuhhhh... Pelan-pelan Kaaarr....
Eeehhhmmm.... Ooohh...."
"Tahan ya Sayang... Ini demi
kesembuhanmu...." Celetuk Karnia sembari terus meremasi payudara Clara
sembari mencubiti putingnya yang semakin mancung mengeras.
"Oooh... oooh... Sssshhh... Karnia...
Geli.... Sssshhh...."
Tak puas dengan hanya menggoda payudara
Clara, Karnia pun melakukan sesuatu yang tak pernah Clara bayangkan sebelumnya.
Karnia tiba-tiba menangkap kedua pergelangan tangan Clara, mencegahnya supaya
tak banyak bergerak. Setelah itu,
CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Ooohh... Karniaaa... Sssh..."
Jerit Clara tiba-tiba sambil meronta-ronta, " Ngiluuu Kaar... Ngiluuu....
"
Namun, karena badan Karnia lebih besar
daripada Clara, rontaannya sama sekali tak berguna. Hanya membuat payudaranya
semakin bergoyang kesana kemari. Karena geli, kedua kaki Clara juga
menghentak-hentak, hingga rok seragamnya semakin naik dan menamkakkan kedua
paha putih mulusnya.
SLUUURRP CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Wwoooww... Kalian berdua benar-benar
seksi sekali....Ooohh...." Pinta Pak Manto kegirangan antara melihat
jilatan lidah Karnia pada payudara Clara, lenguhan kenikmatan Clara, dan keseksian
paha mulus Clara. Segera saja, tubuh guru olahraga itu terlihat makin
bersemangat. Tangan kirinya bergoyang-goyang hebat disertai suara betotan
kulit, seperti yang pernah Clara dengar ketika melihat saudaranya Ciello
beronani
TEK TEK TEK TEK...
"Ooohh... Karniaaa... Tetek aku
ngiluuu.... Geli Kaaar... Ngiluuu.... Ssshh...." Rintih Clara sembari
terus meronta tanpa henti. Sampai-sampai sprei dipan UKS itu teracak-acak
terlepas dari tempatnya.
"Yak... Yak.... Ooohh... Terus
Karnia... Terus.... Jilat terus tetek besar Clara itu ... Jilat teruus...
"
TEK TEK TEK TEK..
"Uuuhh... Karnia... Ngilu Kaar.....
Ampunn... Jangan jilat putingku seperti itu laagiii... Ngiluu... Ooohh...
Ampuuunn.. Tetek aku ngiluuu...." Lenguh Clara sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya.
TEK TEK TEK TEK..
"Terus Kaarniaaa.... Ooohh...
Jilat... Supaya Clara tak merasa kesakitan..." Jawab Pak Manto sembari
terus menggoyang-goyangkan tangan kirinya dengan gerakan yang lebih cepat
daripada sebelumnya. Jauh lebih cepat dari sebelumnya.
TEK TEK TEK TEK..
"Ooohh.. Ohh... Jilat terus tetek itu
Karnia... Hisaap..." Seru Pak Manto girang sambil terus-terusan
menggoyangkan tangan kirinya kuat-kuat. Hingga tak lama kemudian, guru olahraga
itu melenguh panjang sambil memejamkan mata.
CRET CRET CREECEEET CRET CRET...
Tiba-tiba, dari balik kain taplak meja UKS
itu, menetes turun lelehan-lelehan lendir berwarna keputihan dan menggenang di
lantai dibawah meja. Tubuh Pak Manto bergetar hebat dengan nafasnya memburu.
Sejenak, suasana UKS itu hening. Hanya
terdengar desahan nafas kepuasan Pak Manto dan lenguhan kenikmatan Clara.
"Karnia.... Ngiluu....." Rintih
Clara pelan.
"Sssttt.... Pak Manto udah ngecrot
tuh...." Bisik Karnia pelan sambil melepaskan cengkeraman tangannya pada
pergelangan tangan Clara, "Udah yuk... Kita buru-buru cabut..."
"Cabut sih cabut... Tapi tetek aku
ngilu bangeeet...."
"Hehee... Maaf... Yuk ah... mumpung
tua bangka itu masih terlena dalam khayalannya...."
Karnia segera menyerahkan baju seragam
baru buat Clara.
"Eh... Trus beha aku gimana...?"
Tanya Clara bingung.
"Udaaah... Sementara nggak usah pake
bra... " Saran Karnia sambil mengangkat punggung Clara dari dipan UKS itu
pelan. Berusaha tak membunyikan suara sedikitpun. "Yang penting sekarang
keluar dulu dari sini... "
"Tapi aku takut kalo nanti Pak Manto
malah marah..."
"Marah...?"
"Iya.... Kalo dia tahu kita ternyata
udah kabur...."
"Nggak bakalan.... Dia nggak bakalan
marah...."
"Kok kamu yakin...?"
"Hehehe... Aku sudah punya kartu mati
buat dia..." Tutup Karnia sambil menyunggingkan senyum terlicik yang
pernah tak pernah Clara lihat sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar