Dari sekian banyak pedagang disana ada sebuah kios pedagang toko emas yang selalu ramai dikunjungi para pembeli, terutama para wanita yang ingin memiliki perhiasan guna mempercantik penampilannya.
Berbeda dengan ayahnya yang selalu berpenampilan kolot. Gadis belia itu sangat memperhatikan penampilannya sewaktu bekerja ditokonya, karena pada dasarnya ia memang sangat cantik sekali. Seperti kebanyakan para gadis chinese, kulit gadis itu nampak begitu putih dan mulus hingga mengundang para laki laki untuk menatapnya. Sedangkan rambutnya yang panjang sering dibiarkan tergerai bebas hingga menambah pesona kecantikannya.
"Neng, gua perhatiin badan lo tambah mulus aja mana putih lagi.. Kita ngewe yuk neng. Kebetulan gua udah lama kagak ngecrot nih. Dijamin lo bakal puas deh.
"Sekalian isepin kont-l abang nih.. Nanti abang kasih duit goceng deh hehe..
Ling Ling termasuk cukup sabar dalam menanggapi setiap perkataan yang kurang sopan terhadap dirinya, walaupun sesekali hatinya merasa kesal namun ia lebih sering mengabaikan hal itu agar tak menimbulkan masalah bagi dirinya.
"Ehh bang kurang ajar banget sih jadi orang. Main pegang pegang aja..
"Gak usah belagu lah neng. Lagian selama ini, keluarga lo kan udah numpang cari makan dikampung kita. Jadi lo harus hargai kita donk sebagai penguasa wilayah sini hehe.. Ujar Tirta salah satu preman berwajah codet yang merupakan salah satu pentolan kelompok tsb.
Gadis berwajah oriental itu hanya bisa menegur mereka yang kerap melecehkannya namun semua itu tak membuat mereka jera bahkan mereka semakin kurang ajar saja.
Ling Ling memang sering memberitahukan hal itu pada ayahnya namun karena kelompok preman itu kerap berbuat sadis maka ayahnya tak berani berbuat apa apa selain membiarkan anaknya diganggu oleh mereka selagi masih dalam tahap yang wajar.
Semakin hari, ulah para preman pasar itu semakin menjadi jadi bahkan tak jarang ada pedagang kecil yang ditindas oleh mereka, dan bila ada yang berani melawan maka akan dianiaya oleh gerombolan mereka.
"Bukan begitu maksud saya bang. Masalahnya saya baru jualan dan belum ada penglaris jadi gak ada uang buat bayar iuran keamanan. Sahut pedagang durian bertubuh kurus.
Percekcokan pun semakin sengit hingga mereka terlibat sebuah perkelahian yang tak seimbang. Satu melawan tiga orang memang tidak mudah hingga akhirnya pedagang durian itu jatuh terhempas diatas aspal jalanan setelah terkena bogem mentah dari pengeroyoknya.
"Aduhh ampun bang.. Sakit... Ampunn jangan pukul lagi... Jerit pedagang durian sambil melindungi wajahnya yang sedang diinjak injak oleh ketiga preman pasar tsb.
Karena diludahi wajahnya maka pedagang itu kembali terpantik emosinya lalu bangkit dan melakukan perlawanan lagi dan berhasil meninju wajah preman yang berkaos hitam hingga hidungnya berdarah.
Pedagang itu terlihat kalap lalu mengambil buah durian dagangannya dan melemparnya kearah salah satu preman yang lain hingga jatuh terjungkal.
Karena adanya keributan maka beberapa kawanan preman lain pun kembali berdatangan dan menghajar pedagang durian hingga jatuh terkulai.
Beberapa preman nampak belum puas menghajarnya lalu mereka mengambil beberapa buah durian berukuran besar dan melemparnya kewajah pedagang malang tsb.
Puas melempari pedagang itu dengan belasan buah durian lalu mereka pun segera berhamburan membubarkan diri sementara para pedagang lain tak ada yang berani menolong pedagang durian tsb.
Sambil memegangi wajahnya yang penuh luka akibat terkena hantaman buah durian lalu pedagang itu pun merenungi nasib buruknya.
"Ouchhh.. apakah ini yang namanya senjata makan tuan. Pikir pedagang durian sambil merintih kesakitan.
Suatu ketika saat toko sedang sepi muncul dua orang preman pasar ke toko emas milik keluarga Ling Ling.
"Loh kalian mau minta apalagi ? Kan jatah uang keamanan bulan ini sudah aku kasih kemarin. Ling Ling berkata dengan sedikit kesal.
Karena terus didesak dengan kata kata yang mengancam maka Ling Ling pun berniat memberikan sejumlah uang pada mereka namun hal ini diketahui oleh ayahnya.
"Jangan dikasih Ling. Nanti mereka jadi kebiasaan minta terus. Mereka itu cuma mau memeras toko kita aja. Larang ayahnya Ling Ling dengan suara keras.
"Kalian jangan kelewatan donk. Ini sih namanya pemerasan. kalian kan liat sendiri hari ini toko gua lagi sepi. Lagian perbuatan kalian itu sudah melanggar hukum tau !!
"Tapi gak bisa begitu donk. Kita pedagang juga butuh uang buat makan. Masa kalian mintah jatah sesuka hati kayak gitu. Gak bisa lah...
"Ahh dasar pelit !! Jadi lo kagak mau ngasih nih. Jangan salahin gua kalau toko emas lo nanti dibobol sama orang ya. Preman yang memakai rompi hitam memberi ancaman.
Sudah beberapa kali pak Suwanto bertengkar dengan mereka dan sepertinya laki laki paruh baya itu sudah tak tahan lagi dengan pemerasan yang terus berlanjut.
Apalagi para preman itu pun kerap mengerjai tokonya dengan cara merusak gembok pintu bahkan juga mengencingi bagian depan toko mereka dimalam hari sehingga menimbulkan bau tak sedap disana. Puncaknya beberapa preman melakukan BAB di sekelliling pintu toko emas tsb hingga pada pagi harinya tercium bau busuk kotoran manusia disana.
"Bos kayaknya preman preman itu udah makin keterlaluan deh. Masa tadi pagi ada yang boker didepan toko. Saya sampe mual bersihinnya. Karyawan toko emas itu melapor pada pemilik toko.
Karena sudah tak tahan lagi, Akhirnya pemilik toko emas itu pun melaporkan mereka kepada pihak yang berwajib dan sebagai hasilnya beberapa orang diantara mereka berhasil ditangkap karena kasus pemerasan dan pengrusakan. namun hal ini malah membuat kelompok mereka menjadi kesal dan sakit hati lalu berniat untuk membalas dendam.
ketika sedang membereskan barang barangnya, tiba tiba datang sekelompok laki laki yang memakai penutup kepala menyatroni mereka.
Pak suwanto dan keluarganya yang masih ada didalam toko pun langsung panik.
"Lebih baik lo jangan macam macam deh atau gua habisi semua keluarga lo.
"Bang !! jangan diambil semua bang.. Cegah pak Suwanto lagi yang mencoba mempertahankan barang dagangannya hingga terjadi tarik menarik tas yang dibawa oleh perampok.
"Masih berani ngelawan lo jing !! Perampok bengis itu meninju wajah pemilik toko.
Pak suwanto terdiam seperti kebingungan diantar dua pilihan yang begitu berat. Sebagai seorang pedagang yang merintis usahanya selama belasan tahun tentu saja ia tak rela semua jerih payahnya hilang begitu saja dalam sekejap. Namun ia juga tak mungkin mengorbankan istri dan anak gadisnya untuk dijadikan pemuas nafsu para perampok bejad seperti mereka.
Suasana pasar yang sepi membuat gerombolan perampok itu semakin leluasa dalam beraksi dan demi menghindari kecurigaan maka mereka menutup pintu folding gate toko dari dalam agar kejadian ini tak dilihat oleh siapapun.
Dalam waktu singkat seluruh perhiasan yang ada disana sudah berpindah tempat ke dalam tas para penjahat tsb.
Kemudian mereka bersiap siap untuk kabur namun gairah mereka mulai bangkit ketika melihat paha mulus Ling Ling yang roknya tersingkap.
Dengan berat hati Istri pak Suwanto mengangguk sebagai pertanda setuju demi menyelamatkan putri kesayangnnya dari kebuasan para perampok yang mengincar putrinya. Kemudian istri pak suwanto disuruh berlutut dilantai sambil dikelilingi para perampok tsb.
"Ayoo cik kocokin punya kita.. Kocoknya yang bener ya.. Awas kalau gak enak nanti anak lo bakal gua perkosa sampe pingsan haha.. Ancam Wawan sambil membuka resleting celana jeansnya.
![]() |
Liliana |
Diusianya yang hampir 40 tahun, Liliana memang masih termasuk cantik dan tak kalah dengan anak gadisnya.
apalagi ia pun selalu berpenampilan modis jika sedang menjaga tokonya. Ia pun kerap memaki baju terbuka dan saksi hingga membuat banyak pedagang disana yang tergiur dengan kemolekan tubuhnya.
Kemudian Tirta maju kedepan wanita itu dan membuka celana jeans bututnya lalu menurunkannya kebawah sambil menyodorkan batangnya yang kekar dan berurat.
Kemudian satu persatu kejantanan perampok itu bergiliran mengaduk aduk mulutnya istri pak Suwanto dan akhirnya mereka tak tahan lagi dan menumpahkan air mani mereka diwajah dan didalam mulut wanita berkulit putih itu.
Liliana hanya bisa diam mendengarkan omongan cabul mereka sambil menundukan kepalanya. Hatinya merasa kesal namun ia harus bersabar demi menyelamatkan anak gadisnya yang cantik jelita itu.
Rasa mual masih melanda dirinya akibat menelan cairan sperma para perampok bengis itu. Sementara pak Suwanto yang kedua tangannya terikat kebelakang hanya bisa meronta tanpa hasil saat menyaksikan kejadian memilukan itu. Bagaimana tidak pedih sebagai seorang suami menyaksikan istrinya dilecehkan didepan matanya sendiri dan ironisnya dia tak bisa berbuat apa apa.
"Ahhh.. sshh. emhmmmm.. Gua udah kagak tahan cik !! Gua ngecrot dimuka lo aja ya.. Engh... Perampok itu menarik keluar batangnya dari mulut wanita tsb dan beberapa saat kemudian...
Crott crott cret... Sshh ohhhh nikmat banget cuy ngecrot dimukanya.... Cairan spermanya menyembur berkali kali hingga membasahi wajah cantik Liliana yang tengah berlutut dihadapannya.
Setelah puas melecehkan Liliana lalu mereka pun bersiap untuk kabur sambil membawa barang jarahannya.
Sebagai laki laki yang haus seks tentu saja mereka sulit untuk menahan godaan birahi. Anak gadis pemilik toko yang berwajah cantik oriental dan bertubuh mulus itu terlalu sayang untuk dilepaskan sehingga mereka pun menyiapkan rencana baru.
Rupanya para penjahat itu kuatir pemilik toko melaporkan aksi perampokan tsb sehingga menjadikan Ling Ling sebagai jaminannya.
"Tapi apa bang.. Abang harus penuhi perkataan abang tadi.. Ibunya Ling Ling mencoba mencegah mereka membawa anak gadisnya.
Rupannya karena tertarik dengan kecantikan anak gadis pak Suwanto yang bernama Ling ling itu maka mereka pun sepakat untuk mengerjainya dulu sebelum menikmati hasil rampokan mereka.
"Nang mending lo pergi kewarung jamu dulu gih. Beli minuman sama obat kuat supaya kita bisa ngentotin nih amoy semalam suntuk. Ucap Tirta yang menyuruh anak buahnya.
Nanang pun bergegas pergi kewarung tsb sedangkan teman temannya yang lain mulai tak sabar untuk mengerjai gadis berparas lembut tsb.
Tubuh gadis cantik itu kini dibaringkan telentang diatas sebuah tikar butut dengan kedua tangan yang masih terikat kebelakang sementara matanya tertutup sehelai kain yang diikat kebagian belakang kepalanya.
Beberapa diantar mereka nampak sudah tidak sabar dan mulai meremasi buah dadanya dan sebagian lagi menyingkap roknya sambil meraba raba pahannya yang mulus.
Ling Ling yang sudah tak berdaya mulai menangis dan meneteskan air matanya ketika tubuhnya terus dijarah oleh mereka.
"Hari ini gua akan kasih pelajaran sama keluarga lo !! Badan lu yang mulus ini bakal gua obrak abrik sampe jebol !! Pemimpin rampok yang bernama Tirta mengancam Ling Ling dengan kata kata yang menakutkan.
Ling Ling memohon dengan wajah memelas agar minta dilepaskan oleh mereka namun semua itu percuma. Mana mungkin mereka akan melepaskan gadis secantik dirinya sebelum dinikmati terlebih dahulu.
Ling Ling terperanjat ketika akhirnya sadar dengan keadaan di sekelilingnya. Ia duduk di lantai semen yang dingin di dalam kios kosong belakang pasar. Bau apek bercampur dengan aroma karung goni basah menusuk hidungnya. Dinding kios dipenuhi coretan usang dan sarang laba-laba, sementara lantainya berdebu dan dipenuhi serpihan kayu patah serta kertas bekas yang berserakan.
Ia menoleh pelan dan melihat para perampok itu sudah membuka penutup kepala mereka. Wajah-wajah mereka jelas terlihat sehingga ia bisa mengenali sebagian dari mereka sebagai orang-orang kampung sekitar yang pernah datang ke toko emas milik orang tuanya. Hatinya mencelos karena itu berarti mereka tahu siapa dirinya dan apa yang biasanya ia lakukan di toko.
Ling Ling ingin berteriak namun suaranya tercekat. Pintu kios ditutup rapat dengan rantai besi dan udara di dalam terasa semakin pengap. Ia menimbang kemungkinan untuk melarikan diri, tetapi tubuhnya gemetar dan lututnya terasa lemas. Ia paham bahwa tidak ada jalan keluar di tempat itu.
Perlahan ia menarik napas panjang lalu menunduk. Dalam hati ia hanya bisa berharap para perampok itu tidak menyakitinya. Harapan kecil itu menjadi satu-satunya pegangan di tengah situasi yang membuatnya mulai menyerah dan pasrah pada nasibnya.
Tangan tangan mereka tak bisa berhenti menjamah tubuh mulus gadis itu bahkan pakaiannya sempat terkoyak akibat perlakuan kasar mereka yang seperti berebutan menggerayangi tubuhnya.
Direndahkan sedemikian rupa Ling Ling cuma bisa terdiam pasrah sambil meratapi nasibnya yang sangat sial. Di usianya yang masih sangat muda keperawanannya akan direnggut paksa dan tubuhnya pun telah dijarah habis-habisan oleh sekelompok laki-laki kasar yang sebagian sudah dikenal olehnya.
Wawan sudah kembali dari luar dengan membawa kantong plastik berisi botol minuman keras dan beberapa bungkus obat kuat. Mereka duduk melingkar di lantai kios tua yang kotor itu lalu mulai menyalakan rokok dan membuka botol minuman. Bau alkohol bercampur dengan bau debu dan karat dari lemari besi tua yang terbengkalai.
Tirta mengambil salah satu botol kemudian menuangkan minuman ke dalam gelas plastik. Setelah itu ia mengeluarkan sebuah bungkusan kecil berisi bubuk putih dari saku celananya. Dengan senyum licik ia menaburkan bubuk itu ke dalam gelas dan mengaduknya pelan dengan jarinya.
“Biar makin panas mainnya nanti,” ucap Tirta sambil menatap ke arah Ling Ling yang masih duduk di sudut ruangan dengan wajah pucat namun matanya tak bisa menutupi rasa takut bercampur penasaran.
Ling Ling hanya bisa menunduk, tubuhnya bergetar. Suasana kios belakang pasar itu semakin pengap karena asap rokok dan tawa kasar para lelaki pribumi yang kini mulai mabuk. Meja kayu tua yang sudah miring digunakan sebagai tempat mereka meletakkan botol minuman, sementara lantai dipenuhi puntung rokok dan sisa makanan.
Wawan meneguk minuman langsung dari botol lalu menepuk bahu Tirta. "Buruan cekokin amoynya. Biar tambah binal mainnya.
Tirta membawa gelas itu perlahan mendekati Ling Ling yang duduk dengan tangan terikat kebelakang. Ia mengangkat dagu gadis oriental itu dengan kasar namun senyumannya lebar. “Minum ini, biar kamu bisa main bareng kita dengan lebih enak.”
Ling Ling menelan ludah, tubuhnya kaku. Ia menoleh singkat ke wajah para lelaki yang menatapnya dengan pandangan lapar. Dalam hati ia tahu bahwa semua ini bagian dari permainan yang sudah disepakati sejak awal, meskipun akting kasar mereka membuat jantungnya berdegup keras.
Sebelum menggarap gadis itu, mereka terlebih dahulu memaksanya untuk menelan sebuah pil koplo serta mencekokinya minuman keras agar dapat lebih mudah menaklukannya.
Tirta mendekati gadis itu lalu dengan kasar menjambak rambutnya hingga tubuhnya kini dalam posisi berdiri.
Dalam posisi saling berhadapan,preman bertampang sangar itu memandangi wajah cantik gadis chinese itu seolah hendak menelannya hidup hidup.
Tanpa basa basi kemudian Tirta langsung melumat bibirnya namun Ling Ling tak diam saja, ia mencoba melawan dan mendorong tubuh Tirta. Melihat hal ini Abdul segera menahan kedua tangannya agar ia tak bisa melawan.
Hhhhhm.. Mmph.. dia terus berusaha melepaskan ciuman ganas bang Tirta.
Gadis itu kembali mengunakan tenaganya, dia menjerit tapi usahanya sia-sia karena tak akan ada yang menolongnya. Rok selutut yang dikenakannya disingkap keatas membuat mereka bisa melihat betapa jenjang kaki putih mulus tanpa sebuah noda di hadapan mereka.
Sewaktu muka Ling Ling berada di dekat penis Tirta codet, Gadis berkulit putih itu langsung bisa mencium bau keringat bercampur bau pesing dari penis si codet yang membuat gadis itu refleks menarik kepalanya ke belakang namun gagal karena kepala Ling Ling dipegang erat oleh preman bengis tsb.
“Mmph.. keluh gadis itu sambil kedua tangannya berusaha mendorong paha penculiknya.
Seakan tidak puas melihat Ling Ling yang kewalahan karena mukanya ditahan di selangkangan Tirta dan kemaluannya diraba raba oleh Abdul, Wawan pun mendekati gadis yang sudah tak berdaya itu lalu meremas-remas payudaranya sambil bergantian mencubit ringan dan mencubit keras puting gadis berwajah oriental tsb hingga meringis kesakitan.
"Arggh.. sakit bang.. Hentikan..
Antara bau penis si Tirta Codet yang menusuk hidung, sesak nafas karena mukanya dibenamkan ke selangkangan si codet, rasa geli sekaligus nikmat di kemaluannya karena diraba dan ditekan tekan oleh si Abdul gondrong dan ditambah rasa sakit di puting yang sesekali dirasakan karena cubitan keras Wawan membuat tubuh Ling Ling menggeliat dan sesekali bergetar di luar kontrol dirinya.
Dirangsang terus menurus seperti itu oleh banyak laki laki, dan ditambah pengaruh pil koplo yang telah diminumnya tadi. lama kelamaan gairah Ling Ling akhirnya naik juga.
Kejantanan Tirta yang begitu keras perlahan merangsek masuk menembus kemaluannya. Walaupun awalnya sedikit kesulitan namun Tirta akhirnya berhasil menjebol keperawanan gadis itu.
"Slurp.. Slurp.. Cakep banget sih lo moy. Muka cina lu nafsuin banget ihh.. Perampok berambut gondrong itu terus mencumbui wajah dan leher Ling Ling hingga basah oleh air liurnya. Tak hanya itu ia pun terus melumat bibir gadis itu tanpa henti hingga membuat Ling Ling gelagapan.
Abdul berbaring dilantai sambil mendekap kuat tubuh mulus Ling Ling yang ada diatasnya. Sementara kejantanan pria itu sudah menancap dikemaluannya.
Kini Tirta menggunakan kedua jarinya untuk mengaduk aduk anus wanita malang itu dan setelah dirasa cukup longgar maka perampok bengis itu mengarahkan batangnya yang sangat besar ke liang anus gadis berambut panjang tsb.
Akhirnya dengan sekali dorongan kuat dan kasar, ia memasukkan seluruh penisnya ke anus gadis itu.
Tubuh mulus Ling Ling menggeliat dan menggelinjang dalam sodokan dua batang penis berukuran besar. Tanpa membuang waktu mereka memompa penisnya sekuat tenaga mencari kenikmatan sebanyak mungkin dari tubuh mulusnya.
Beberapa pria lain tak mau ketinggalan, mereka meraba raba dan menciumi punggung gadis itu dan sebagian lagi bergantian mencumbui wajahnya.
Setelah sekitar 15 menit Tirta dan Abdul mengacak-acak kemaluan dan anus Ling Ling bersamaan. Tiba-tiba saja Tirta mengangkat Ling Ling sehingga penis Abdul lepas dari jepitan kemaluan gadis itu. Dengan kasar dia melempar tubuh Ling Ling yang sudah lemas ke samping sehingga gadis berkulit putih itu sekarang dalam posisi telentang.
Tubuh kekar Tirta menghentak hentak penuh tenaga menindih tubuh mulus gadis. Itu. Bagi Tirta tubuh Ling Ling hanyalah sebuah sarana pelampiasan nafsunya belaka sehingga ia sama sekali tak peduli dengan penderitaan gadis itu.
Ling Ling masih belum rela tubuhnya dinikmati oleh kalangan rendah seperti preman-preman pasar yang sekarang sedang menikmati tubuhnya apalagi harus menerima sperma mereka di bagian tubuhnya yang paling pribadi. Menyadari Tirta berniat berejakulasi di dalam kemaluannya. Ling Ling dengan tenaganya yang masih tersisa mencoba untuk menghindar namun di saat Ling Ling baru akan bangun, Abdul sudah berada di atas dan langsung menduduki mukanya.
Bersamaan dengan merasakan hangatnya sperma Tirta di dalam kemaluannya. tubuh Ling Ling tiba-tiba saja gemetaran di luar kontrolnya karena mendapatkan orgasme. Tidak hanya Ling Ling gagal mencegah vaginanya dikotori oleh sperma dari kalangan rendah, tubuh gadis itu pun menghianatinya dengan menyambut semburan sperma Tirta dengan orgasmenya, seakan tubuhnya bersyukur dengan apa yang baru diberikan oleh preman tsb.
Tirta untuk beberapa saat membiarkan penisnya berada di dalam kemaluan gadis amoy itu, preman pasar tsb mencoba menikmati denyutan kewanitaannya yang dilanda orgasme sambil sesekali menarik pelan penisnya untuk kemudian disodokkan kembali dalam-dalam pada kemaluan gadis tsb.
Tanpa buang waktu, Abdul menghujamkan kejantanannya tanpa ampun, bertubi tubi dan penuh tenaga membuat korbannya tak berkutik dan hanya bisa menangis.
“Plaak !! tiba-tiba saja Tirta menampar payudara gadis cantik tsb dengan keras yang membuat gadis itu kaget dan mengerang merasakan perih yang menusuk di payudaranya.
Tirta yang mendapat kepuasan tersendiri melihat tubuh mulus Ling Ling menggeliat merasa sakit terus menyiksa payudara gadis itu dengan menampar payudaranya dan memelintir keras putingnya bergantian.
Ling Ling tidak percaya apa yang dia alami sekarang, payudara indahnya yang seharusnya berfungsi untuk menghidupi bayinya kelak diperlakukan sedemikian rupa oleh preman pasar hanya untuk menyakitinya.
Tiba-tiba saja Abdul yang sedang menggenjot vaginanya mencengkeram erat pinggang gadis itu dan mempercepat tempo genjotannya sekuat yang dia bisa. Ling Ling yang sadar kalau si Abdul tidak lama lagi akan berejakulasi berusaha menghindar menjauh hingga kejantanannya tertarik keluar.
“Enak banget nih lonte cinanya. uuhh... oooh... erang Abdul sambil mencengkeram dan mengangkat pinggang gadis itu lalu menanamkan penisnya dalam-dalam ke vagina Ling Ling, menggenjot dengan sekuat tenaga dan menyemprotkan spermanya.
Untuk kesekian kalinya hari itu kemaluan Ling Ling terpaksa harus menampung sperma dari para bajingan tsb.
Tirta menjambak rambut gadis itu sambil menggoyang goyangkan kepalanya dengan kasar dan Ling Ling hanya bisa pasrah.
Kini giliran Tapenk dan Nanang yang maju bersamaan. Tubuh Ling Ling yang sudah lemas diposisikan dengan gaya doggy di atas lantai kotor kios kosong itu. Tangannya bertumpu di depan untuk menjaga keseimbangan sementara rambut hitamnya terurai berantakan menutupi sebagian wajah oriental yang tampak memerah.
Tapenk berdiri di belakang lalu meraih pinggangnya kuat-kuat. Batangnya yang sudah menegang diarahkan tepat ke celah hangat di antara paha Ling Ling. Dengan dorongan keras ia mulai menghujam masuk dan keluar dengan cepat. Setiap hentakan membuat tubuh gadis itu bergetar hingga desahannya pecah di udara pengap ruangan.
Nanang bergerak ke depan dan memegang kepala Ling Ling dengan kedua tangannya. Posisi itu membuat gadis oriental tersebut terjepit di antara dua tubuh kasar yang bergantian menyalurkan gairah mereka. Dari belakang hentakan Tapenk makin brutal sehingga tubuhnya terus terdorong maju, sedangkan dari depan Nanang membuatnya sibuk melayani hingga tak ada bagian tubuhnya yang bisa beristirahat.
Suasana ruangan makin panas. Lantai tua berderit seirama dengan hentakan yang tiada henti. Tubuh putih Ling Ling yang mulus terlihat kontras dengan tempat kotor yang dipenuhi bau minuman keras. Setiap gesekan membuatnya merintih semakin keras, tubuhnya berkeringat dan bergetar hebat seolah seluruh tenaganya disedot habis oleh dua pria itu.
Tapenk mengeluarkan seluruh tenaganya ketika menghujam tubuh mulus Ling Ling dari belakang. Hentakan demi hentakan membuat tubuh gadis oriental itu tersentak-sentak tak karuan, seolah seluruh tenaganya diperas habis oleh gerakan brutal yang menghantam tanpa henti. Wajah Tapenk terlihat bengis, napasnya memburu, dan keringat mengalir deras di pelipisnya, seakan ia ingin menaklukkan tubuh putih itu sepenuhnya. Kedua tangannya yang kekar mencengkeram pinggang Ling Ling kuat-kuat agar tidak bisa menghindar, sementara pinggulnya terus memompa dengan tenaga penuh. Batangnya yang keras bagai kayu tegang menghantam dalam-dalam hingga suara benturan tubuh mereka bergema di ruang sempit yang berantakan.
Di saat yang sama Nanang yang sejak tadi berdiri di depan tidak mau ketinggalan. Ia meraih kepala Ling Ling dengan kedua tangannya lalu menekannya perlahan agar bibir mungil itu membuka. Gadis berkulit putih itu terpaksa menunduk dan mengulum batang hitam yang sudah menegang keras di hadapannya. Ukurannya yang besar membuat bibir Ling Ling meregang, sementara air liurnya mengalir turun di sudut mulutnya karena setiap kali Nanang mendorong, batang itu semakin dalam menusuk rongga mulutnya. Tubuhnya bergetar hebat karena harus menerima dua arah sekaligus, bagian belakangnya terus dihajar dengan hentakan penuh tenaga sedangkan bagian depannya dipaksa melayani kejantanan lain yang tak kalah beringas.
Tubuh Ling Ling yang putih mulus tampak kontras dengan lantai kotor yang berdebu dan bau minuman keras yang menyengat. Rambut hitamnya terurai kusut dan menempel di pipinya yang memerah karena napasnya tersengal. Setiap gerakan yang menekan tubuhnya membuat dadanya ikut berguncang, sementara suara erangan dan derit lantai tua bercampur jadi satu memenuhi kios kosong itu.
Nanang terlihat semakin terangsang ketika menyaksikan Ling Ling digarap habis-habisan oleh Tapenk. Wajah oriental gadis itu tampak memerah, matanya berkaca-kaca, dan tubuh putih mulusnya terus tersentak setiap kali dihantam keras dari belakang. Rintihan yang keluar dari bibir mungilnya terdengar parau, membuat gairah Nanang memuncak hingga batang hitamnya semakin tegang.
Cukup lama keduanya memaksa tubuh Ling Ling meladeni nafsu mereka. Posisi berganti-ganti, dari belakang hingga bergeser ke arah depan, membuat gadis itu hampir kehilangan kesadarannya. Napasnya memburu tidak teratur, tubuhnya berkeringat dan lemas, namun hentakan demi hentakan tetap dipaksakan masuk tanpa henti. Obat kuat yang mereka telan sebelumnya membuat tenaga seolah tidak pernah habis, sehingga tubuh rapuh Ling Ling yang harus menerima semuanya justru menjadi korban paling menderita.
Tapenk dan Nanang tidak puas hanya dengan satu posisi. Mereka bergantian menekan tubuh oriental itu, seakan setiap lubang harus dijadikan tempat pelampiasan. Ling Ling merintih panjang, bahunya bergetar, dan rambut hitamnya yang kusut menempel di wajahnya yang lembab oleh keringat dan air mata.
Namun sekuat-kuatnya lelaki, pada akhirnya batas tubuh tetap akan runtuh juga. Tapenk yang sejak tadi menghajar dengan brutal mulai kehilangan kendali. Tubuh kurusnya menegang, pinggulnya semakin cepat menghantam, dan wajahnya menegang penuh nafsu. Ia mengerang panjang, tanda bahwa puncaknya sudah semakin dekat.
Ling Ling terperanjat karena semburan panas yang mengenai kulitnya, namun tubuhnya sudah terlalu lelah untuk bereaksi lebih jauh. Rambut hitamnya yang berantakan pun ikut terkena cipratan, sehingga beberapa helai lengket menempel di kening dan pelipisnya. Nanang mendesah berat, tubuhnya sedikit bergetar karena pelepasan yang intens, lalu tangannya mengurut batangnya perlahan untuk memastikan tidak ada sisa cairan yang tertahan.
sementara aroma keringat bercampur dengan bau tajam dari cairan yang kini menodai wajah gadis itu. Ling Ling hanya mampu memejamkan mata dengan napas tersengal, sedangkan dadanya naik turun cepat karena kelelahan, membuat penampilannya semakin terlihat pasrah dalam kondisi yang berantakan.
Tanpa membuang waktu Wawan langsung memasukkan penisnya ke anus Ling Ling yang disambut erangan ngilu oleh Gadis itu.
Selama sekitar 20 menit Wawan memompa penisnya tanpa berubah posisi. Bagi Wawan saat itu Ling Ling hanya lubang yang dia pakai untuk mendapatkan kenikmatan tanpa peduli dengan apa yang gadis itu rasakan.
“Uuggghh... ooogh.. erang Wawan lagi yang kali ini berejakulasi di anus gadis itu.
Wawan menarik penisnya sampai hanya kepala penisnya yang tersisa di anus gadis itu lalu kembali menyodokkan penisnya dengan keras beberapa kali seakan ingin berejakulasi lebih banyak lagi. Setelah yakin dia sudah menyemprotkan seluruh spermanya di dalam anus gadis itu lalu Wawan mendiamkan penisnya di dalam anus gadis itu untuk mereguk kenikmatan yang masih tersisa sambil mengelu-elus punggung gadis cantik itu yang gemetaran.
Wawan meninggalkan Ling Ling di posisi menungging dengan kakinya yang membentuk sudut 45° mempertontonkan liang kewanitaan dan anusnya dengan jelas yang segera diclose-up oleh Abdul dengan kameranya.
Sepanjang malam itu Ling Ling menjadi objek pelampiasan nafsu mereka dan sudah tidak terhitung lagi berapa kali kemaluan dan anus Ling Ling terpaksa menampung sperma para pemerkosanya. Tidak jarang juga Ia harus menelan sperma para pemerkosanya yang langsung disemprotkan ke dalam mulutnya atau yang harus dia Jilat di atas tikar atau lantai.
Abdul terengah sambil duduk bersandar ke dinding. Ia menyeka keringat di wajahnya lalu tertawa puas. "Gila, puas banget gua malam ini. Ini namanya hasil rampokan yang bikin seneng luar dalam."
Tapenk meneguk minuman dari botol lalu melirik ke arah Ling Ling yang masih terbaring di lantai. "Terus rencana lo pada apa. Cewek ini mau kita buang aja ke hutan biar aman dari kejaran orang."
Wawan menggeleng sambil tertawa pendek. "Sayang banget kalo dilepas gitu aja. Jarang-jarang kita bisa dapet kesempatan begini. Lagian dia juga keliatan udah nurut sama permainan kita."
Abdul mengangguk mantap. "Ya udah, kita sekap aja dulu di markas. Selama kita sembunyi dari polisi, dia bisa jadi pemuas napsu kita. Toh lebih hemat daripada keluar duit buat jajan di luar.
Ling Ling hanya bisa terdiam, napasnya masih terengah. Namun dari sorot matanya terlihat ia sudah pasrah ikut permainan mereka dan tidak lagi melawan.
Dalam keadaan lemas dan telentang diatas lantai, Ling Ling menangis sesenggukan sambil meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya.
Selama beberapa hari tubuh Ling Ling menjadi sasaran pelampiasan nafsu bejad mereka. Karena selalu dicekoki pil koplo dan obat perangsang maka Ling Ling kini berubah dari seorang gadis yang kalem dan lemah lembut menjadi seorang gadis binal yang haus seks.
Mantap gan spin off nya lust in broken home. Bikin lanjutannya jg gan jd berseri.
BalasHapusCerita yang menarik, ditunggu kelanjutannya.
BalasHapusKepala bawahku cenat cenut setelah membaca cerita ini..
BalasHapusMayan buat imajinasi bacol
BalasHapusBikin amoynya ketagihan digang bang bro.
BalasHapusLing ling diumpanin ke pedagang dipasar aja, entotin sampe gak bs berdiri. Pasti seru tuh
BalasHapusDilanjutin dong serinya sampai si Ling Ling dijual ke Batam ke tempatnya Romli, sesuai yang dibilang di cerita Lust in Broken Home 3.
BalasHapusLanjutkan donk suhu
BalasHapus