Langsung ke konten utama

Pewaris Ilmu Gendam


Pekerjaanku sebagai seorang pengantar makanan Disebuah resto memang membuatku selalu bertemu dengan banyak orang hingga bisa menghilangkan sedikit kejenuhan dalam bekerja.
Suatu ketika aku ditugaskan mengantar sebuah pesanan kesalah satu rumah yang letaknya memang tidak begitu jauh karena masih dalam satu komplek perumahan.Sambil mengendarai motor Aku menuju rumah tsb sambil bersiul-siul kecil. Di pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah mendapatkan ilmu gendam dari kakekku yang bernama Mbah Suro. Ia. Merupakan seorang dukun sakti terkenal dikampungku. Jangankan yuyun yang telah menolak cintaku, bahkan cewek manapun pasti berlutut di depanku. Tapi yang terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu gendam tsb siang ini juga.

Aku menekan bel didepan sebuah rumah sambil berpikir mencari target yang bisa kutaklukan. Mulai dari teman kerjaku di resto sampai para pelanggan resto yang sering kutemui disana.
Resto tempatku bekerja memang cukup elite sehingga banyak sekali orang dari kalangan atas yang berlangganan disana bahkan penampilan mereka pun sangat modis sekali.

Lamunanku terhenti ketika aku mendengar suara pintu rumah terbuka.
"darimana ya mas?
"bener ini rumahnya ibu wina? ini saya mau mengantar pesnaan makanan. Jawabku
Tunggu sebentar ya. Biar aku bukakan pintu pagarnya dulu.
Aku terkesima melihat penampilan pemilik rumah yang segar dan menggairahkan.

Wow, suit.. suit.. Ternyata yang punya rumah cantik bener! Wajahnya manis, bibirnya sexy, bola matanya kecoklat-coklatan, dan bodynya.. wow montok banget! Gemuk dikit, tapi pas sama tingginya yang kira-kira 165-an, pakai baju minidress seksi lagi.

Cuman kesannya memang agak sombong mungkin karena aku hanya seorang pegawai rendahan yang tak sebanding dengannya.
Kebetulan nih! Bisa buat bahan percobaan! Kalau yang perawan saja mempan, apalagi yang sudah bersuami. iya nggak?

Aku melangkah masuk ke dalam rumah untuk meletakan semua pesanan tsb. Dan sepertinya ia sedang sendirian dirumahnya yang mewah dan besar tsb hingga munculah niat iseng dalam diriku untuk mengerjainya.
"Koq sepi sekali bu.. Memangnya yang lain pada kemana
"Suami saya lagi ada bisnis diluar kota mungkin minggu depan baru pulang.
Trus pembantu rumahnya kemana Bu. Tanyaku lagi

Dia lagi pulang kampung katanya sih bapaknya lagi sakit. Makanya dirumah sekarang gak ada yang masak, terpaksa deh saya pesan makanan diluar terus. Lagian hari ini saya mau ada arisan sama teman teman jadi Pesan makanan agak banyak. Jawabnya.
Setelah meletakan makanan diatas meja yang ada diruang tengah maka Aku mendekatinya, dengan segera melafal mantra yang sudah aku hafal sebelumnya.
“bu wina !”

Aku panggil wanita itu sambil menarik tangannya sehingga dia berbalik menghadap padaku dan wuss.. Hembusan nafasku menyembur menerpa wajahnya sekali. Dan aku tinggal menanti reaksinya saja, menamparku ataukah..
“Iya, ada apa mas ?”

Berhasil! Wanita itu menjawabku dengan senyum ramah, bahkan manja. Berarti mantraku berhasil! Tanpa basa-basi lagi, Kami duduk-duduk di ruang tamu. Dan tak lupa semua pintu dan jendela aku kunci agar tak ada yang mengganggu acaraku siang ini. Wanita itu nampaknya merasa nyaman bersamaku.
"Kamu pasti kesepian karena sering ditinggal suami keluar kota ya..

"Iya mas. Suamiku selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Sementara saya malah sering dibiarkan sendirian dirumah.
"Trus kalau lagi pengen gimana?
Yah terpaksa aku tahan aja sampai suamiku pulang.

"Daripada kelamaan nunggu suamimu gimana kalau aku bantu puasin kamu.
"Mas beneran mau bantu aku.
"Ya iyalah. Sayang banget kalau wanita cantik sepertimu dianggurin kayak Gini hehe..
Wina tersenyum menggoda hingga membuatku semakin penasaran. Kuberanikan diri untuk mengenggam tangannya dan dia nampak diam saja.
Kutatap wajahnya yang manis dan ia tertunduk malu, Tanganku mulai meremasi tanganya dan rasanya begitu lembut dan membuatku semakin bergairah.


Tak kusangka Tangannya menjamah tanganku lalu menuntunnya ke arah pahanya yang sekal. Digesernya tanganku yang gemetaran terus naik hingga menyingkap bagian bawah dressnya yang berwarna pink sampai pada pangkal paha. Cd pink bergambar kupu-kupu bersembunyi di balik rok yang sudah tersingkap itu. Tiba-tiba saja aku merasakan penisku menegang. Matanya sayu sedikit terkatup, meresapi setiap sentuhan jemariku di kulit pahanya. Cewek itu kemudian mendekatkan bibirnya padaku dan cup.. bibir kami saling mengecup. Sekali lagi bibir kami menyatu dan ehemm.. Wina melumat bibirku penuh perasaan. Batang penisku semakin mengacung sedang nafas kami mulai naik turun tak beraturan.

Wina memapah tanganku melingkar di pungungnya lalu menuntunnya untuk mengelus dan meraba tubuhnya
aku bisa dengan leluasa menikmati pahanya yang indah. Aku ciumi paha wina yang mulus bagus itu bolak balik sampai pangkal paha.

“Uuuff.. Mas.. aku minta yang panas saja..,” desisnya sambil melepas minidress dan BHnya sekaligus kemudian melepas kaos yang kupakai. Aku berdiri melepaskan jeansku. Dia menyusulku dan segera menjejalkan lidahnya ke dalam mulutku. Kami saling memeluk hingga buah dada wina menempel di dadaku. Keempukan buah dadanya membuat aku geli hingga membuatku merinding. Lalu bibir wina menurun menjelajahi leher dan dadaku yang berbulu sedikit lebat.
“Kamu jantan banget mas” katanya sambil membelai bulu-bulu dadaku.

Kemudian wina mencumbui dadaku.. perutku.. ach.. sampai pusarku dan menjilatinya beberapa saat. Aaach.. aku benar-benar terangsang oleh kecantikan dan kemahirannya yang memanjakanku. Dia terus menjelajah seluruh tubuh depanku. Bahkan ketika sampai di daerah kekuasaan penisku wina mencumbuinya dengan penuh daya rangsang. Diciuminya batang penisku yang masih terpenjara dalam sangkarnya dan dengan senang hati wina meloloskan CDnya hingga nampak benar kalau penisku itu betul-betul bangun mengacung-acung.

“Kau benar-benar hebat. Burungmu besar banget. Aku yakin kalau menembak pasti rasanya hi..hi..” kata Wina sambil tertawa.
“Kamu tahu dari mana kalau rasanya pasti..” tanyaku memancingnya.
“Coba deh, aku rasain..”

Uuachh.. edan! Wina menjilati ujung penisku. Wanita seksi itu mengulum penisku hingga setengahnya masuk ke dalam rongga mulutnya. Dan jemarinya sibuk mempermainkan buah pelirku. Eehh.. rasanya benar-benar nikmat. Aku nggak tahu kalau cewek ini bisa membuatku merasa sedasyat ini.
“It’s nice taste. Hebat banget..” katanya sambil terus saja menyepong penisku.

Tak tahan aku jika harus diam saja. Segera aku loloskan CD pink dari bokongnya yang menungging. Nampak kedua bokongnya yang semok menantang. Kuremas-remas bokongnya membuat wina mendesah perlahan diantara sodokan penisku di mulutnya. Dan segera saja aku gerayangi memeknya, menyenangkan bisa bermain bebas diantara goa yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Mungkin wina merasa tak tahan lagi menahan rasa nikmat yang diterimanya dengan posisi itu hingga akhirnya Wina melepaskan penisku dari mulutnya dan tergeletak di lantai.

Tubuh kita udah sama-sama bugil dan rasa malu kita udah ilang entah kemana. Wanita itu memandangiku yang berdiri didepannya dengan tatapan mata sayu dan senyum yang menggoda. Akupun terpana pada tubuh bugil yang tiada cacatnya terhampar di depanku. Ohh.. dua bukit yang membusung padat dan montok, kulit tubuh yang putih mulus, serta bukit belah yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar yang halus. Wuihh..
“mas kok diam saja. Ayo lakukan yang kamu mau.. aku pasrah padamu..”
“Aku datang sayang..”

Aku serang bukit belah itu dengan garang. Menjilat semua yang tersentuh oleh lidahku dan menghisap semua yang tergenang disitu. Wina berkelojotan sambil mendesis-desis. Tak ada ampun bagimu, wina ! Semuanya akan jadi milikku. Klitoris Wina pun yang seukuran biji kacang tak luput dari lidahku. Aku piting daging mungil itu dengan kedua bibirku lalu aku sentil-sentil dengan lidahku.
“Oooh.. Ach.. eenaak..” erangnya memacu gairahku. Kedua kakinya menggapit kepalaku seakan ingin menawanku selamanya.

Tangannya menarik tanganku sampai di kedua gundukan dadanya yang gempal dan montok. Refleks aku remas kedua buah gunung kembar itu hingga membuat wina bergelinjangan nikmat.
“Uuohh... teruus sayaang.. aku sukaa..”

Setelah puas aku lumat vagina mayoranya segera kualihkan perhatianku kepada kedua gunung kembarnya. Buah dadanya telah membengkak seukuran kelapa, besar dan tegang. Begitupun kedua putingnya yang sudah mengeras berwarna merah marun. Wina yang menyadari kalau aku memandangi kedua gunung kembarnya yang indah segera mempermainkan kedua adiknya itu. Dia meremas-remasnya sendiri sambil memutar telapak tangannya bolak-balik. Begitu bulat kedua buah dada itu dan begitu mengkilap oleh keringat wina.
“Kemarilah sayang..” ujarnya.

Wina sambil menarik tanganku hingga aku harus berdiri di atas tubuhnya. Kemudian Wina menggapai batang penisku hingga aku mesti berjongkok di atas buah dadanya. Aku tak tahu apa yang akan Wina lakukan, yang penting aku merasakan nikmat ketika batang penisku menegang di belahan buah dadanya. Begitu nikmatnya ketika kedua gunung kembar itu menjepit batang penisku. Kubantu jemari wina yang meremas buah dadanya hingga tampak menjadi satu menjepit batang penisku. Aku tarik batang penisku perlahan-lahan dan lalu aku dorong kembali. Sampai kemudian bibirnya menangkap kepala penisku dan kembali menjilatinya dengan garang. Ouuhh.. aku bagai terkencing-kencing dibuatnya. Maka sebagai pelampiasan tangan kananku kembali mengutak-atik goa kenikmatan Gina yang kembali membanjir.
“mas kamu nakal sekalii..” desahnya
“Tapi kamu suka kan Wina sayaang..” balasku
“He eh.. Uuff..ach..”

Wina semakin memekarkan selakangannya hingga jemari kananku makin bebas merogoh semua yang tersembul di pangkal selakangan itu. Wina semakin mendesis dan menambah kecepatan menjilati kepala penisku. Dan akupun semakin mempercepat gerakan menggoyang kedua buah dada sebesar kelapa itu. Penisku menegang hebat, seperti ada yang mendorong dari dalam baang penisku dan rasanya.. aahh.. crot croot.. Spermaku muncrat ketika ujung penisku itu masih diganyangnya. Kapasitas yang cukup banyak menetes disela-sela bibirnya.
“Telan sayang, telan..”

Kata-kataku bagai perintah. Mau tidak mau, wina menelan seluruh sperma yang berada di rongga mulutnya. Entahlah rasa apa yang dia kecap, tapi yang pasti nikmat. Sebab kemudian Gina menjilati sperma di luar mulutnya dan kemudian memburu sisa-sisa sperma di kepala penisku hingga tandas.

“Ehmm ach.. Doon, keluar lagi dong..” kata wina sambil memijit-mijit penisku dengan jemarinya. Pijitan itu membuat darahku bagai berhenti. Dan aku sudah tak tahan lagi.
“Sebentar sayang, aku masuk dulu yach..”
“Heeh.”

Wina melebarkan selakangnya hingga bukit belahnya benar-benar mekar terbelah. Dinding-dindingnya berwarna merah berhias klitoris mugil yang mengemaskan. Aku segera mengacungkan batang penisku yang sudah mau meledak. Aku tuntun adikku itu memasuki lubang kawinnya yang bersimbah lendir-lendir surgawi. Licin permukaannya hingga tak mudah memasukkan kepala adikku itu. Aku coba sekali lagi dan ah.. masuk! Sedikit demi sedikit aku masukkan penisku memasuki lorong yang sangat sempit itu.
“Auhh sayang. cepetan dong.. sakit..” rintihnya.
“Sabar say..”

Memangnya hanya wina saja yang sakit, aku juga sakit merasakan batang penisku bagai remuk digencet dinding-dinding lubang kawin Wina yang bukan main sempitnya.
“Aaach..Uuugh..mas..

Krak! Kepala penisku sudah menembus ke dalam selaput daranya. Hah! Lega. Lubang kawinnya menelan seluruh batang penisku. Aku diamkan sebentar sebelum kemudian aku tarik dan dorong keluar masuk agar lorong itu makin lebar. Lendir kawinnya membasahi liang kawinnya hingga goyangan batang peniskuku semakin lincah.
“Hooh.. uh..ach..” desah kami saling berlomba menikmati setiap getaran yang tercipta.

Gerakan penisku semakin lincah mengocok lubang kenikmatan dirinya hingga menimbulkan bunyi kecipak-kecipak tanda bahwa dia berada di puncak kenikmatannya. Pingul Wina bergoyang-goyang naik turun mengiringi gerakanku.
“mas.. aku nggak tahan lagi.. aku mau keluar..” erangnya.
“Tahan sebentar sayang. aku datang..”
“Aaach..!” erang kami bersamaan.

Fantastik sekali. Kejang diseluruh tubuhku diakhiri oleh keluarnya sperma yang memenuhi lubang kawinnya. Ujung penisku menghangat seakan menyentuh cairan lain. Kutarik penisku dari lubang kawinnya. Nampak darah membercak di kepala penisku yang masih menegang. Dia mendesis-desis menikmati segala kenikmatan yang barusan kami lalui.

Tapi aku masih belum puas malam ini. Aku harus kembali membangkitkan gelora asmaranya. Segera saja aku remas buah dadanya. Aku permainkan kedua putingnya yang kembali menegang lalu aku jilat perlahan.
“Ach..” desisnya merespon.

Melihat respon dirinya, aku jilati bahkan kukulum kedua putingnya secara bergantian. Dia berkelojotan meresapi semua keindahan yang kembali aku ciptakan. Habislah kedua payudaranya itu aku kulum, aku hisap bahkan aku gigit-gigit dengan gemas. Herannya Dia tak marah, hanya merintih-rintih kesakitan. Tapi justru rintihan itu semakin membakar birahiku.

Aku puaskan diriku sediri dengan mempermainkan setiap lekuk tubuh Wina karena dia nampaknya sudah tak memiliki tenaga cadangan selain mendesis dan mendesah. Dan ketika aku sudah puas segera aku minta wina menindihku. Dia menusukkan ujung penisku tepat dilobang kawinnya. Dan kemudian kami saling mengocok. Seperti layaknya bibir kawin wina yang melumat penisku, bibir kamipun saling melumat, sedangkan buah dada wina yang menggantung bebas sekali-kali menyentuh kulit dadaku hingga menimbulkan rasa nikmat tersendiri. wina menjadikan rambutku sebagai pegangan, tapi aku menjadikan bokongnya sebagai pegangan. menguntungkan sekali bukan? Karena aku bisa dengan bebas membelai bokong mulus itu. Namun sekali lagi tiba-tiba tubuhku mengejan.
“win aku mau keluar sayang..”
“Tunggu mas. tarik dulu penismu.”

wina melepaskan ciumannya dan mengarahkan batang penisku ke mulutnya. Dan croot.. crot crot! Seluruh spermaku membanjir di mulut wina. Dan tanpa jijik ditenggaknya seluruhnya sampai tandas kemudian menjilati ujung penisku hingga bersih.

Tapi sentuhan lidahnya yang penuh birahi membuatku ingin sekali lagi menusuknya. Maka segera saja aku minta Wina menungging. Dan sekali lagi aku tusukkan batang penisku dari belakang. Amblas seluruhnya menyisakan kenikmatan yang kembali terulang. Wina yang berulang-ulang mencapai puncak birahinya seakan ingin terus dan terus mengulanginya. Diremas-remasnya buah dadanya sehingga keindahan itu terasa lengkap. Dan kamipun mengakhirinya dengan kelelahan yang terhapus oleh sisa-sisa keindahan.

Bu wina mengantarku sampai pagar depan rumahnya. Kembali aku ingat pergumulanku selama tiga jam bersamanya.
“Wina aku sudah tak membutuhkanmu.” gumamku.
Kemudian aku pun membaca mantra lagi sambil berjalan pergi meninggalkannya begitu saja
Wanita seksi yang baru saja aku nikmati itu tersenyum mesra dan kemudian kembali masuk kedalam rumahnya yang mewah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4