Langsung ke konten utama

Ditunggangi Tukang Becak

Namaku Sandra, seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi swasta bergengsi di kota ini. Aku gadis keturunan Tionghoa, dibesarkan di tengah keluarga sederhana yang menggantungkan hidup dari kios sembako di pinggir pasar tradisional. Meski hidup tak pernah mudah, orangtuaku selalu menanamkan nilai kerja keras dan kesederhanaan sejak kecil.

Tubuhku cukup proporsional dan terawat, kulitku cerah bersih seperti porselen, warisan dari garis keturunan ibuku. Rambutku panjang dan lurus, hitam legam, sering kali terurai bebas di punggungku. Banyak yang bilang penampilanku menawan — sorot mataku tenang namun menyimpan banyak rahasia, dan senyumku sering membuat orang salah mengira aku berasal dari keluarga berada.

Aku adalah anak tunggal, dan mungkin karena itulah kedua orangtuaku begitu protektif. Tapi di balik penampilanku yang terlihat kalem dan sopan, aku menyimpan sisi lain yang tak banyak orang tahu — dunia batinku dipenuhi pertanyaan, keingintahuan, dan hasrat yang lama terpendam. Di antara tumpukan buku kuliah, dunia kampus yang gemerlap, dan rutinitas di toko sembako orangtuaku, diam-diam aku mulai melangkah ke arah yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

"Mang...!" panggilku sambil melangkah cepat ke arah jalan.

Bang Jupri yang sedang duduk santai di atas becaknya langsung menoleh. "Wah, Non Sandra... ayo, ayo naik!" serunya dengan senyum lebar.

Aku tersenyum kecil, membuka pintu pagar, lalu berjalan menyeberang dan langsung naik ke atas becak. Bang Jupri segera bersiap, tangannya memegang erat setang, dan tanpa banyak bicara ia langsung mengayuh.

"Kita ke kampus kan Non ?!!

"Iya Mang seperti biasa ya.

Becak meluncur dengan kecepatan lumayan, melintasi gang kecil dan jalanan kompleks yang mulai ramai. Sebelum turun di perempatan, aku menoleh ke belakang.

"Mang, nanti sore jemput lagi ya, jangan lupa."

"Tenang aja, Non. Mang Jupri pasti nungguin kok," jawabnya sambil melirikku sekilas, matanya mengerjap karena cahaya pagi.

"Sip deh, makasih ya, Mang."

"Siap, Non Sandra!" sahutnya sambil tertawa kecil, suara rantai becaknya terus berderit di antara suara kendaraan pagi.

Aku tersenyum nakal, ia sepertinya mengharapkan kedatanganku, dan aku tahu itu, mang Jupri selalu setia menungguku turun dari angkot atau tepatnya berusaha untuk dapat mengintip sesuatu yang tersembunyi di balik rok miniku ketika aku berusaha untuk turun dari dalam angkot jurusan kebun salak.

Sore hari... hujan angin turun deras.

Hari itu benar-benar menyebalkan. Siangnya cuma gerimis kecil—eh, sore malah hujan deras banget. Duh, nggak mungkin deh Mang Jupri mau nungguin aku sambil basah-basahan gitu...

“Pak... kiri yaaa...!!” teriakku sambil mengetuk atap angkot keras-keras.

Begitu angkot melambat, aku langsung bersiap. Hupp! Aku lompat turun, dan secepatnya berlari-lari kecil menembus hujan yang mengguyur deras. Air membasahi seluruh jaketku. Dingin banget—brrrrr...

Baru beberapa langkah...

“Nonnn... Non Sandraaaa...!!”

Seseorang memanggil dari arah belakang. Suaranya lirih, tapi jelas di antara gemuruh hujan. Aku spontan menoleh ke samping dan sedikit ke belakang.

“Eh...?!” Aku terperanjat, nyaris terpeleset karena kaget.

Gila! Mang Jupri ternyata setia menungguku, bahkan rela berhujan-hujanan. Tanpa pikir panjang, aku berlari menghampiri becaknya, lalu meringkuk kedinginan di dalamnya. Tak butuh waktu lama, becak Mang Jupri sudah mendarat tepat di depan rumahku.

"Masuk dulu, Mang... Hujannn...!" teriakku sambil membukakan pintu gerbang.

"Jangan, Non. Nggak enak sama orang rumah," tolak Mang Jupri halus, namun sorot matanya menunjukkan rasa sungkan yang mendalam.

“Nggak apa koq.., lagi pada pergi piknik seminggu….” aku menanti mang Jupri yang tergopoh – gopoh mendorong becaknya masuk ke dalam pelataran rumahku.

“Ayo Mangg, masuk…… “ aku membuka pintu rumahku.

“Permisi Nonnn….” tubuh Mang Jupri yang tinggi hitam membungkuk kemudian masuk ke dalam rumahku

Matanya sering sekali melirik kearah dadaku, aku tahu ada sesuatu yang indah tercetak di sana dan kini mata mang Jupri mulai berani menatap wajah cantikku sebentar kemudian tatapan matanya kembali turun ke arah cetakan dadaku..

“Sebentar ya mangggg….. “ aku masuk ke dalam kamarku, kemudian kembali keluar dan memberikan selembar kain handuk kecil kepada mang Jupri.

“Makasih Nonnn….” Bang Jupri meraih handuk kecil pemberianku kemudian menyeka wajah dan lehernya, setelah menuangkan segelas air aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku.

“Sebentar ya mangg, aku mandi dulu….”

“Ooo.., silahkan Non , Silahkan……..”.

Aku masuk ke dalam kamar mandi berukuran sedang, kulepaskan seluruh penutup tubuhku dan kunyalakan kran shower itu. Emmmhhhh…, Hangatt,,, sambil meresapi rasa hangat, kubersihkan tubuhku. Entah kenapa tiba-tiba gairah liar ini kembali datang menyiksaku, pikiranku begitu kotor, liar dan binal, dengan terburu-buru aku mematikan kran shower di kamar mandiku, kulilitkan kain handuk tebal meliliti tubuhku. 

Aaaaaahhhh, kenapa ini, jantungku berdetak dengan lebih kencang, kedua kakiku melangkah mendekati pintu kamarku yang terkunci, tanganku terulur untuk membuka pintu kamarku “Clikkk….” , dorongan itu semakin hebat menyadari ada seorang tukang becak di ruang tamuku. Ia bertubuh tinggi, berkulit hitam dan kekar, wajahnya sangat jauh dari kata lumayan,matanya berbeda jauh dengan mataku yang sipit, gairah liar itu mendorongku untuk berani melangkah keluar dari dalam kamar, menghampiri Mang Jupri dengan hanya mengenakan selembar handuk yang membalut tubuh mulusku.


“Haahhhhh ??? !! “ Mang Jupri berseru terkejut, matanya melotot merayapi tubuh mulusku dengan liar dan beringas, aku melangkah dan terus melangkah hingga berada di hadapan mang Jupri, tubuhku menggeliat indah dan melepaskan kain handuk yang melilit di tubuhku.

“ANJINGG….!! Non.?? “ Mang Jupri mengumpat kaget, matanya mendelik menyaksikan kemolekan tubuhku yang putih mulus, tubuhnya yang tinggi hitam kekar menghampiriku

“Manggg Jupri….” Aku merintih pelan menyebut namanya.

Dengan mudahnya mang Jupri memanggul tubuh mungilku masuk ke dalam kamarku, dibaringkannya tubuhku dengan posisi kedua kakiku terjuntai pasrah dipinggiran ranjang, aku menutup kedua mataku rapat-rapat, ketika satu persatu Pakaian Mang Jupri terlepas dari tubuh hitamnya. Lagi-lagi gairah binalku memaksaku untuk membuka kedua mataku, mata sipitku menatap tajam pada sesuatu yang menggantung di selangkangan Mang Jupri, aku memekik ketika mang Jupri menerkamku.

“Ohhhhhh….. Manggggg Jupriii hennnnmmmmmm…..” Aku merinding ketika bibirnya mengecupi telingaku, lidahnya yang basah menari-nari didaun telingaku.

“Non Sandraaa…,sebenarnya Mamang udah lama pengen ngentotin Amoy secantik Non Sandra, eh nggak taunya sekarang Non Sandra malah menyerahkan diri minta dientot sama mamang he he he”bisikan-bisikan mesumnya malah membuat gairah-ku semakin liar.

“Mmmmmaaanggggg….. Juprriii…. Aaahhhhhhhhhh….”

Rasa nikmat itu semakin menenggelamkanku ke dalam sebuah jurang yang begitu dalam disebuah lautan kenikmatan, ciuman-ciuman liarnya menjalari rahang, dagu dan bibirku.

“Uhhhh.., Aduhhhh….” Mang Jupri langsung menyeretku ke tengah ranjang

Dengan kasar ia membalikkan tubuhku, sekujur tubuhku merinding ketika merasakan tubuh mang Jupri meneduhi tubuhku yang terlungkup di atas ranjangku.

“Essshhhhh…, Nonn…, Anjinggg siah AMOY, si-mulussssshh” Mang Jupri mendesak-desakkkan selangkangannya pada bongkahan buah pantatku

Aku menggigil merasakan sebuah benda yang menggesek-gesek belahan pantatku , menekan, dan bermain-main di antara himpitan buah pantatku.

“Urrrhhhhh…. Mmaannngggg…. Manggggggg…. Juprinn….eeeesssshhh“

Mang Jupri membelit tubuhku dari belakang, nafasnya yang hangat berdengusan di tengkukku. Aku menggigil ketika rasa nikmat menyengati leherku, kecupan-kecupan liar dan gigitan-gigitan gemas mang Jupri berkali-kali menyengati leher dan tengkukku, lidahnya menjilati belakang telingaku dan mulutnya mencaplok serta melumat – lumat daun telingaku sebelah kiri.

“aaaaaa….., Hssshhhhaaahhhh…. Ohhhhh…” aku memalingkan kepalaku ke arah kanan karena sudah tidak tahan menahan rasa geli yang menyengat leher dan daun telingaku sebelah kiri

Namun Mang Jupri justru memanfaatkan situasi dengan menyerang leher dan daun telingaku sebelah kanan. Batang lidahnya menggeliat liat menggelitiki belakang telingaku sebelah kanan kemudian menelusuri daun telingaku, terkadang gigitan-gigitan gemas mang Jupri mampir di daun telingaku. Ia terkekeh ketika aku tersentak menahan rasa nikmat yang menggelitiki leher dan daun telingaku, aku merasa lega ketika Mang Jupri mengangkat tubuhnya yang hitam dan kekar,

“Sini Nonnnn… rebahan disini…..” Mang Jupri menepuk-nepuk bantal empukku, entah kenapa aku menurutinya, aku merangkak dan merebahkan diriku terlentang dengan pasrah..

“Rentangkan tangannya keatas….Non, bagus..,ha ha ha dasar lonte disuruh apa aja nurut…….he he he, jarang ada lonte Amoy secantik Non Sandra…, kalau ada juga ya, bayarannya mahal, selangit……” aku merentangkan kedua tanganku ke atas

Desahan nafas Mang Jupri menerpa ketiakku. Aku tidak marah ketika Mang Jupri mengejekku, ia menyebutku lonte. Aku memejamkan mataku ketika merasakan ulasan-ulasan batang lidahnya menyapu ketiakku, hidungnya terbenam dan mengendusi ketiakku, mulutnya mengemut ketiakku dan lidahnya terjulur menjilati ketiakku ssslcccckkk… lllcccckkkk… slllccckkk cupppp…, cuphhhhh cuppppp, terdengar suara kecupan-kecupan mang Jupri yang begitu bernafsu mencumbui lekuk ketiakku.

“Aahhhhhhhhhhhh…… !! “ tubuhku tersentak dan sedikit meronta ketika mang Jupri membelitku sambil membenamkan wajahnya pada belahan dadaku

Aku berusaha meronta untuk menyadarkan akal sehatku sedangkan mang Jupri terus menyerang mencumbui susuku untuk menenggelamkan kesadaranku. Aku berbaring terbujuk oleh bujuk rayu gairah binalku, akal sehatku terbuai oleh kecupan-kecupan liar Mang Jupri yang menggeluti buah dadau.

“Sandra…., muahhh he he he….Muummmm Cpokkkkk…. Muummmmmhhh Cpokkkkk ”Mang Jupri mengenyot puncak payudaraku kemudian menarik kepalanya kebelakang, terdengar suara letupan keras yang semakin membakar gairah nafsu binalku ketika susuku terlepas dari emut-emutan mulut mang Jupri yang mempermainkan payudaraku yang semakin keras mengenyal, aku menggigit bibir bawahku menahan rasa nikmat ketika batang lidahnya mengulas-ngulas pentil susuku, kemudian happpp….., mulutnya kembali mencucup puncak susuku, dikenyotnya puncak payudaraku hingga tubuh mungilku meronta dan melenting keenakan.

“Ahhhhhh…. Aaaaaa…. Ahhhhhhhhhhhhh……”.

Betapapun hebatnya aku meronta dan berontak namun belitan mang Jupri begitu kuat membelit tubuh molekku, dengus nafas tukang becak itu terasa hangat menerpa kedua bukit payudaraku. Air liurnya membasahi bulatan susuku, lidahnya semakin liar terjulur-julur menjilati pentilku yang meruncing dan kemudian batang lidahnya yang basah dan hangat membasuhi kedua bulatan dadaku.

“Ohhhh… manggggg… Juprinnn…..” aku menggeliat resah ketika kecupan-kecupan liarnya bergerak turun ke perut, pinggul dan kemudian terdengar perintah mang Jupri.

“Tekuk dan rentangkan kedua kakimu Sandra…..”

“Mangggg…. Kita…. Ohhhhhhhhh…..”tanpa meminta persetujuan lebih lanjut mang Jupri menekuk dan menekan kedua lututku ke samping

Selangkanganku merekah dengan indah dihadapan wajah seorang tukang becak bernama MANG Jupri…!! Aku hanya sanggup mendesah dan terus mendesah merasakan kecupan-kecupan liarnya mengecupi permukaan vaginaku. Aku merintih ketika batang lidahnya yang basah hangat membasuh rambut jembutku yang tipis.

Dengan reflek aku mengangkat punggungku, kedua tanganku menopang ke belakang, ketika merasakan batang lidah Mang Jupri menggeliut memasuki cepitan bibir vaginaku, aku menekuk wajahku, kepala mang Jupri terbenam di selangkanganku, kedua kaki mulusku tertekuk mengangkang ke samping. Batang lidah itu menggeliat semakin liar dan terjulur semakin dalam.

“Unnnnrrrhhhh…. Ahhhhhhhh…. Akkkkkkhhhhhhhh….Mangg”

Sesekali aku menarik pinggulku untuk menghindari rasa geli dan nikmat yang menyerang belahan vaginaku.

“Aoohhh ampunnnn aaaaaaaa…., Blukkkkk Crrr Crrrrrr….. “ punggungku terjatuh ke belakang, cairan vaginaku berdenyutan dengan nikmat, serrrr.. serrrrrrrrrrr….

Desiran kenikmatan itu mengiris – ngiris sekujur tubuhku yang mengejang sebelum akhirnya aku terkulai lemas dengan desah nafas yang tersendat-sendat, butiran keringat nakal mengucur melelehi tubuh mulusku. Aku menggelinjang kegelian ketika Mang Jupri menggesekkan kepala penisnya pada belahan vaginaku, digesek dan terus digesekkan kemudian mang Jupri mulai menjejal-jejalkan kepala penisnya yang perlahan mulai tenggelam dalam cepitan vaginaku.

“Mang akuuu.. akuuu…, sebentar, ooohhhh hentikan akkkhhhhh…..!!”tiba-tiba aku tersentak tersadar, apa yang tengah aku lakukan bersama SEORANG TUKANG BECAK diatas ranjangku, aku tersadar dan berusaha keras menghentikan gerakan penis mang Jupri yang sudah tertelan oleh vaginaku sampai sebatas leher penis. Ia mencengkram buah pinggulku sambil menusukkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku kuat-kuat.

"Jebooolll… Siaahhh…! Jeebooll… !! Heeuuu.. Jebolll !!

"Aaawwww… !! Aku menjerit keras ketika merasakan tusukan-tusukan kuat yang membuat vaginaku terasa melar dan merekah.


Rasa sakit menggigit selangkanganku., aku menatap mang Jupri yang tengah asik menjejal-jejalkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku. Tidak ada lagi raut wajahnya yang sopan, TIDAK ADA…!! Yang ada hanya seraut wajah keji yang tengah tersenyum mesum menatapku yang terisak menahan rasa sakit di selangkanganku. Kegadisanku direngut dan vaginaku digenjot oleh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar, batang penisnya tenggelam sedalam 14 cm kedalam jepitan vaginaku.

“Sakiittt… manggggg… ouhhh sakitttt… khhh hhkk hakkk..”

“Tenanggg Nonnnn, ntar kalau udah biasa ngentot nggak akan kerasa sakit lagi…, malah kalau udah ngerasa enaknya ngentot, non Sandra bakal ketagihan batang kontol Mamang…..” Mang Jupri menusukkan batang penisnya semakin dalam hingga selangkangannya mendesak selangkanganku.

Batang penisnya tenggelam dan tertancap dengan sempurna dicepitan vaginaku. Tubuhnya yang hitam kekar mulai meneduhi tubuhku, aku mendesah menahan beban tubuh seorang tukang becak yang tersenyum mesum sambil menikmati kecantikanku.

“Aaaaaaaaaaaaa…., Aaaaahhhhhhhhh Mangggggg…..!”

Tanganku terangkat berusaha mencari pegangan ketika Mang Jupri mulai menghempas-hempaskan batang penisnya menumbuki belahan vaginaku, kubenamkan kesepuluh kuku jariku ke punggungnya, kedua tanganku memeluk tubuh hitam si tukang becak yang tengah asik menggenjoti belahan vaginaku. Batang penisnya bergerak keluar masuk dengan teratur, menusuk dan terus menusuki liang memekku. Clepppp… Cleppppp… Clllppppp… Bleppp.. cleppppppp…, terdengar suara decakan becek ketika liang vaginaku digenjot oleh batang penis Mang Jupri.

“Enak ya nonn ?? he he he cupphh cupphhh.. mmmmhhh….”

Mang Jupri menatapku kemudian wajahnya menunduk, bibirnya melekat dibibir mungil-ku. Bibirnya menjepit bibirku sebelah bawah, Mang Jupri mengemut bibirku bergantian sebelah atas dan sebelah bawah. Sesekali ia menggigit kecil bibirku, lidahnya menjilati sela-sela bibirku, kubuka rongga mulutku, batang lidahku terjulur keluar bergelut dan saling mengait dengan batang lidah mang Jupri.

“Srrrphhhh… Srrrpppppphhh…. Ckk Mmmmmmmpphhh… Ckkk“

Aku membalas lumatan – lumatan bibir Mang Jupri, lidahku kembali terjulur keluar, dengan bernafsu mang Jupri menghisapi batang lidahku. Air liur Mang Jupri belepotan di dagu, dan bibirku, sementara tubuhku terus tersentak-sentak dengan lembut di bawah tindihan seorang TUKANG BECAK yang tengah menggenjotkan batang penisnya, menyodoki liang vaginaku.

“Aaaaaaaaaaaaa… Hhhhh Hhhhoosssshhh.. Hhhhhhhhhssshhhh.. Cruttt… Crutttttt………” kedua kakiku membelit tubuh Mang Jupri, tubuhku kembali menggigil dengan nikmat ketika vaginaku berdenyut-denyut memuntahkan cairan klimaksku.

Kepalaku terkulai lemah kearah samping kiri, tubuhku bergidik dengan nikmat di bawah tindihan bang Jupri, tangan seorang tukang becak mengelusi rambutku yang acak-acakan, kedua kaki mulusku terkangkang pasrah.

“Mmmpphhh… Jrebbbb.. Memek Non makin licin peret, makin enakk Jrebbb… Blessshhh… Crrrrbbbbbb… Bleeeppppp……buat dientot…” nafasku kembali tersendat-sendat merasakan tusukan-tusukan penis Mang Jupri kembali menggenjot vaginaku, aku semakin sengsara ketika mang Jupri mempercepat tusukan-tusukan batang penisnya.

“Ennggg Mampus Aaaaaaa, Affffhhhh, Mangg…,!! owwwww…….!! “Aku mengeluh merasakan tusukan-tusukannya yang semakin liar dan kasar, semakin kasar dan lebih KASAR lagi….

“Ya nggak akan lahhhh….nonn, masa mampus, yang ada juga enak dan nikmat, bukannya mampussss he he he he….”

Aku memalingkan wajahku ke kiri dan kanan, vaginaku disodok dan tubuhku tersentak-sentak, terguncang dengan hebat di atas ranjangku sendiri. Keringat mang Jupri meleleh menetesi tubuh mulusku, terdengar suara tawa bejatnya ketika ia mendengar lolongan dan pekikan kecilku. Semakin keras aku aku melolong semakin keras pula ia menghentak-hentakkan batang penisnya, dipercepatnya irama genjotan-genjotan batang penisnya menggenjoti liang vaginaku.

“aaaa….., aaaaaaa… aaaahhhhhhh….. “ aku mendesah dan terus mendesah ketika merasakan sodokan-sodokan penis Mang Jupri yang merojok vaginaku dengan kuat dan kencang, agak lama juga ia mengerahkan seluruh tenaganya menyodoki vaginaku kuat-kuat.

Aku menarik nafas lega ketika tubuhku berhenti terguncang. Untuk sesaat mang Jupri beristirahat di atas tubuhku. Wajahnya tepat berada di atas wajahku, sementara batang penisnya tertancap dijepitan liang vaginaku, ia memandangiku dengan tatapan matanya yang penuh dengan kobaran nafsu binatang. Aku terdiam dan menatapnya, tangan mang Jupri membelai wajahku yang cantik jelita.

“Duhhh, Non Amoy koq murung sich ?? kurang ya dientotnya, sini biar mamang tambahinnnn….”

Desahan nafasku kembali membakar nafsu binatang Mang Jupri, ia kembali menghempas-hempaskan batang penisnya. Dengan bernafsu ia merojok-rojokkan batang penisnya menyodoki vaginaku, tanpa melepaskan batangnya dari cepitan vaginaku Mang Jupri merubah posisi. Kini aku duduk saling berhadapan, aku menduduki batang penis mang Jupri, kedua kakiku mengangkang menjepit tubuh Mang Jupri, sementara kedua tanganku berpegangan pada pundak mang Jupri.

“Ayoo Non…, Mamang pengen nyobain goyangan Amoy….”

Aku terdiam untuk sesaat, dengan menahan rasa malu, aku mulai memberanikan diri mengangkat pinggulku kemudian perlahan-lahan aku mendesakkan kembali vaginaku ke bawah. Rasa nikmat itu membuat wajahku terangkat ke atas, mataku menatap langit-langit kamarku. Sesekali aku mengatur posisiku agar lebih leluasa menaik turunkan vaginaku. Dengan sabar mang Jupri membantuku menaik turunkan pinggulku, kedua tangannya yang kekar mencapit pinggang rampingku dan membantuku agar lebih lancar menghempas-hempaskan vaginaku mendesak batang penisnya yang dengan otomatis bergerak keluar masuk menusuk-nusuk belahan vaginaku..

“Ahhh… Hssshhh Ahhhhh… Mangggg…. “ tangan kiriku menekan belakang kepala Mang Jupri hingga terbenam di belahan payudaraku

Aku semakin cepat menaik turunkan pinggulku, mang Jupri semakin bersemangat menggeluti buah dadaku ketika aku merintih dengan liar.

“Aaaaaa… aaaaaa…….wwwwww…oohhhh mannnnggggggg”Aku menjerit liar merasakan kenyotan-kenyotan mulut Mang Jupri yang mengenyoti buah dadaku

Kupercepat hempasan vaginaku dan mang Jupri menyambut hempasan liarku dengan menyodokkan batang penisnya kuat-kuat ke atas.

“Hmmmmaanggggg, akh.. akuu.. aku mau keluarrrrr……”

“Sebentar… kita barengan….Nonnn Tahannnnn…., Tahan sebentar” Mang Jupri semakin menyentak-nyentakkan penisnya ke atas.

“Nggakkk khuatt manggggg akhhhh…, nggakk kuatttt… aduhhhh” aku mengeluh

Aku semakin dekat dengan puncak klimaks-ku, tubuhku tersentak-sentak tanpa daya.




“Sebentar lagi Nonnn TAHANNNNNNN……..!!!”

“Owwwhhhhh…. Crrrutttt…. Cruutttt………Maaaaangggg.”

“KECROTTTTTTTT…….”

Tubuh Mang Jupri rubuh ke belakang sambil memeluk tubuhku yang terengah keenakan di dalam pelukannya. Aku terdiam, mataku terasa berat, dan tubuhku terasa pegal karena kecapaian. Aku mendesah ketika tangan kanannya merayap dan meremas-remas buah pantatku, sedangkan tangan kirinya mengusapi punggungku yang basah. Aku menggeliatkan tubuhku dan meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Mang Jupri, namun kedua kakinya malah membelit tubuhku, tangannya yang kekar memeluk-ku, batang penisnya mengecil di dalam jepitan vaginaku.

“Mau kemana Nonnn, temenin Mamang tidur ya, Mamang belon puas koq, masih kepengen ngentotin Non Amoy yang mulusss he he he, dohhh Non Sandra Bohay amat sich he he.. napsuin….” Mang Jupri memujiku, kedua tangannya berkeliaran dengan bebas, menggerayangi lekuk liku tubuhku yang putih mulus, aku merasakan batang penis mang Jupri berdenyut-denyut dan kembali menyesaki jepitan vaginaku.

“Uhhhhh…., sudahh mangggg, sudahhhh……cukup, kan tadi udah….” aku yang sudah kelelahan berusaha menolak keinginannya.

“Waduhhhh… itu mah baru pemanasan aja Nonnn… yukkk ikut mamang…kita ngentot lagi….” Mang Jupri menarikku keluar dari dalam kamar

Aku pasrah ketika mang Jupri menyuruhku untuk duduk di bangku sofa, di ruangan tamu. Kedua tungkai kakiku dikaitkan mengangkang pada lengan kursi sofa itu.

“Utssshh….. “ aku menarik pinggulku ketika jari telunjuk kanan Mang Jupri mencoblos belahan vaginaku, mataku beradu pandang dengan tatapan mata mesum mang Jupri yang menatapku sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya dalam-dalam,

Wajah mesumnya kembali memacu gairah binalku, ia tersenyum lebar ketika aku mulai merintih dan mendesah.

“Enak ga Non…..? “ tanya mang Jupri

“Jrossshhh….!! “ tiba-tiba Mang Jupri menusukkan jari telunjuknya kuat-kuat, ia menuntut jawaban-ku

“Enn Enakkk… enakkkk nnnnnhhhhh.. hsssshhh ahhhhhh” tangan kiriku mencekal pergelangan tangan kanannya, sementara tangan kananku bertumpu ke belakang.

Aku menggeser posisi-ku agar dapat menyandarkan punggungku bersandar ke belakang. Telapak tangan kiri Mang Jupri mengelus-ngelus pangkal pahaku.

“Hsssshhhh… Hssshhhhhhhh Shhhhhaaaaaaaaaaaa….” aku mendesis-desis nikmat ketika jari telunjuk mang Jupri merojok-rojok belahan vaginaku

Kutekuk wajahku , nafsu semakin terbakar menyaksikan dua buah jari Mang Jupri yang basah oleh cairan vaginaku yang sudah tercampur dengan darah keperawananku.

“Ahhhhhhhhh” aku tersentak

Kesadaran dan akal sehatku datang terlambat. Seorang tukang becak tengah menindih tubuh mulusku, semuanya jauh dari khayalanku selama ini. Sangat jauh sekali…., hancur sudah khayalan indahku selama ini. Aku?? seorang gadis keturunan Tionghoa cantik jelita, berkulit putih mulus, bercinta dengan seorang tukang becak?? Aku menyerahkan tubuh dan kesucianku kepada Mang Jupri?? berbagai macam pertanyaan mencambuk hatiku, gairah binalku kembali berkobar, aku memohon pada Mang Jupri.

“Colokkkk Manggg…, colokkk terussss… ahhhhh……”

“Mau pake jari atau pake kontol Non ?? “ Mang Jupri membSandran-ku dua buah pilihan sambil terus menusuk-nusukkan kedua jarinya.

“Pake kontolll… unnggghh… kontollll… mangggggg….” aku menjawab dengan terbata-bata.

“Ha ha ha, boleh…, bolehhhh.., tapi nanti kalau mamang udah puas bikin memek non bucat pake jari….”

Aku terengah, percuma saja aku memintanya untuk menyetubuhiku, mang Jupri sedang asik menusuk-nusukkan jarinya merojoki vaginaku.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaa…..! Mannnngggg Ouuhhhhhh….!! “ aku tambah kelabakan ketika jempol mang Jupri ikut memijiti clitorisku, matanya berbinar-binar menyaksikan tubuh mulusku yang mengangkang menggeliat-geliat dengan erotis, aku mati-matian menahan sesuatu yang hampir meledak di selangkanganku, rintihan-rintihanku semakin sering terdengar.

“Udah Nonnnn, nggak usah ditahan-tahan gitu dehhhh, nyerah aja…” Mang Jupri menatapku dengan tatapan mata mengejek

Jarinya semakin aktif menusuki vaginaku, jari jempolnya mengucek-ngucek clitorisku aku tidak mau..! tidakk, aku tidak mau, TIDAKKKKKKK……!! Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir rasa nikmat yang menghampiri-ku, Akkhhhh Crrrrttttttttt… crrrttttt…., aku roboh di bawah tatapan mata mesum Mang Jupri yang mengejekku. Mang Jupri menundukkan wajah mesumnya ke arah selangkanganku, terdengar bunyi menyeruput ketika mulutnya mengenyot-ngenyot vaginaku. 

Kedua kakiku menumpang di punggung mang Jupri sementara mulutnya masih asik mengenyoti selangkanganku. Tangan kiriku mengelus-ngelus rambut mang Jupri, sesekali tangan kiriku menekan belakang kepala mang Jupri sambil sedikit mengangkat vaginaku dan aku kembali menarik pinggulku ketika merasakan mang Jupri semakin lahap menyantap selangkanganku.

“he he he.. geli mangggg oohhhhhh…, nikmatttssshhhh….ampunnn manggg Ampunnnnnn he he he he” aku terkekeh merasakan emut-emutan nakal mengemut bibir vaginaku.

Aku memekik sambil berusaha menarik vaginaku

Mang Jupri mengangkat kepalanya, ia menatapku sesaat, jemarinya mencapit dan membuka bibir vaginaku kemudian ia kembali membenamkan wajahnya di selangkanganku. Aku membelai-belai rambut Mang Jupri yang ikal, berkali-kali aku harus rela mendesah dan merintih ketika batang lidahnya menggaruk-garuk isi vaginaku, ohhhh…. Hhssshhh manggggg… hsssshhhhh, seperti itulah aku mendesah dan mendesis. Entah apa yang sedang dicari oleh batang lidah mang Jupri yang terjulur keluar dan berkali-kali menyelinap masuk kedalam belahan vaginaku, yang jelas aku menikmati gerakan batang lidahnya yang basah dan hangat.




“Owww… ihhhh.. mang Juprinnnnnn…. “ aku memekik sambil menarik pinggulku




Ujung lidah mang Jupri mencokel clitorisku hingga aku tersentak nikmat. Aku mengangkangkan selangkanganku selebar-lebarnya ketika ujung lidah mang Jupri kembali mengejar daging clitorisku.

“Ahhhhhh…, owww….! .Owww maaaanggggg…Juprinn, akhhhh…!!.”

Tubuh mulusku berkali-kali tersengat nikmat ketika ujung lidah Mang Jupri mencolek-colek kelentit-ku. Aku bertahan agar kedua kaki mulusku tetap mengangkang lebar walaupun rasa nikmat dan geli itu begitu kejam menyiksa kemaluanku..

“Emmmmmaaahhhh… Ahhhhhhh….. Offffhhhhh…….Oooooo “mulut-ku ternganga-nganga lebar,

Mataku yang sipit berkali-kali membeliak ketika mang Jupri melumat dan mengemut-ngemut daging clitorisku yang semakin menonjol, terkadang tangannya menepuk-nepuk permukaan vaginaku. Aku mengeluh ketika ia meremas gemas selangkanganku yang sengaja kukangkangkan selebar mungkin.

“Sini Nonnn…., mamang pengen disepong he heh e…”

Kini mang Jupri yang duduk mengangkang disebuah kursi sofa panjang, aku merangkak dan berlutut dihadapan kedua kakinya yang mengangkang lebar, kedua tanganku menangkap batang penis Mang Jupri, aku agak gugup ketika menggenggam batang penis mang Jupri..

“Ha ha ha, santai aja nonnn, nggak usah tegang gituuu…, mamang jadi ikut gugup nehhhh….” Mang Jupri menyandarkan punggungnya ke belakang.

“Iyy.. Iya Mang.., Iyaaa….” aku berusaha mengendalikan diriku

Ternyata begini rasanya menyentuh batang penis seorang pria, ada rasa gugup, horny, ihhhhh…, penis mang Jupri sesekali berkedut dalam genggaman telapak tanganku.

“Koqq diemmmm…?? langsung diservice atuh Nonnnn, sampe jamuran nih mamang nunggunya…..”

Aku menuruti keinginan Mang Jupri, entah kenapa aku tunduk mengikuti keinginan seorang tukang becak yang seenaknya memerintahku. Aneh…, benar benar aneh, aku mulai mengocok-ngocok batang penisnya, hmmm, aku mengangkat wajahku, sambil mengocoki batang penisnya aku menatap wajah Mang Jupri yang tersenyum lebar, dengan nakal aku membalas senyumannya.

“Enak ya manggg ?? he he he….” sesekali tangan kiriku mengelus dan meremas kepala penisnya, sedangkan tangan kananku mengocoki batang kemaluan mang Jupri. Aku terkekeh-kekeh ketika mata mang Jupri mendelik menatapku., mulutku meruncing dan meniupi batok penis mang Jupri. Fuuhhhhhh…., Fuuuuuuhhhh… Haaaaaahhhhhh… Fuuuuuuhhhh.

“Mangggg.. aku pengen dientot lagiiii….”

“Ntarrrr…., kalau Non Sandra bisa bikin kontol mamang bucat, baru Mamang kasihhh…..he he he”

“Idihhhhh…. Mang Jupri……” aku semakin giat mengocok dan meremas-remas batang penis Mang Jupri. Kepalaku meneduhi kepala penisnya dan Hummm….nyummmm…, kuemut dan kuhisap kepala penisnya sekuat yang aku mampu.

“WADOOOHHHHH…. GELO SIAHH…., ARRHHHHH… ANJINGGGG”

Kata-kata kasar mang Jupri membuatku semakin bergairah, kepalaku bergerak turun naik sambil menghisapi batang penis Mang Jupri. Kuletakkan rongga mulutku 1 cm di atas kepala penisnya. Haaaaahh.. Haaaaa….hh, Haaahhhhhhh….,kuhangatkan kepala penis mang Jupri dengan udara yang terhembus dari rongga mulutku. Sesekali ujung lidahku terjulur meruncing dan mengorek-ngorek lubang penisnya, kurang lebih sudah 10 meni-an aku berusaha memuaskan mang Jupri namun tampaknya ia tenang-tenang saja melayaniku yang sudah berusaha dengan keras.

“Mangg Juprinnn… Aku pengennnnn…..maaanggggg , Ayooo Manggggg… entot aku lagi yaaaa….” aku merengek-rengek, bahkan hampir menangis, memohon pada seorang tukang becak yang tertawa senang menyaksikanku yang tengah tersiksa oleh gairah liarku.

“Yaa ha ha ha ha, tapi mamang pengen Non Sandra yang di batas ya…, yukk sini naikkkkk…..mainnya harus yang liar ya kaya bondon, nggak usah malu-malu, ha ha ha ha ”Mang Jupri tidur terlentang mengangkang di atas kursi sofa panjang.

“Iyaa Mangggg…, Aku mauuuu, divatasssss…, liar kayak bondon “

Dengan liar kunaiki dan kukangkangi tubuh Mang Jupri yang hitam akibat terlalu sering tersengat oleh sinar matahati, tubuhku yang putih mulus mengangkangi tubuh seorang tukang becak berambut ikat bernama Jupri yang berusia seumuran ayahku yang tangannya tengah mengacungkan batang penisnya ke arah belahan vaginaku yang mungil. Kuarahkan vaginaku dan kuturunkan pinggulku, kepalaku terangkat ke atas, bibirku mendesis keras merasakan batang penis Mang Jupri kembali membelah belahan vaginaku,

“HSSSSSSSSSSSSSHHHH… HSSSSSHHHH”, aku mendesis dan mendesis dengan liar sambil mendesakkan vaginaku hingga penis mang Jupri tertancap dan selangkangannya bersatu dengan selangkanganku, perlahan-lahan aku menggerakkan pinggulku, wajahku terasa panas karena jengah, tengah asik-asiknya aku menaik turunkan pinggulku.

“PLOFFHHH… Aaaaa.hhh… ke ken kenapa dicabut mangggg….”

“TADIKAN Non Janji, maennya bakal liar kayak bondon…!!, mana nih janjinyaaaaa…., jangan kaya partai-partai politik dongggg…cuma bisa mengumbar janji doanggg….ehh begitu udah dipilih malah menyengsarakan rakyat….,nggak inget sama wong cilik…, malah sibuk menaikkan gaji pegawai negri, tapi lupa sama kami-kami ini yang selalu menderita…..”

“Aduhh…Mang koq jadi masalah partai sichhh…, masukin lagi dooonggg…., Mang Juprinnn…., ayo dong mangggggg” aku merengek-rengek dengan manja.

“YAWDAHH…, tapi yang liar dan binal ya Nonn…!!”

Mang Jupri kembali menempelkan ujung penisnya di belahan vaginaku. Kutekankan vaginaku ke bawah hingga penis mang Jupri kembali menyelusup kedalam cepitan vaginaku. Kali ini aku mengusir jauh-jauh rasa malu dan rasa risihku, kutegakkan tubuhku, kutatap mang Jupri yang melotot menatap susuku yang membuntal padat.

“HIAAAHHH…AHHHHH…AHHH … HIATSSSHHHH.”

Dengan liar dan binal aku menaik turunkan pinggulku, kebinalanku dan jeritan-jeritan liarku disambut oleh mang Jupri dengan menyodokkan batang penisnya kuat-kuat ke atas. Kedua tangannya mengangkat dan menarik membenamkan pinggangku ke bawah hingga hempasan – hempasan vaginaku lebih kuat dan bertenaga karena dibantu oleh mang Jupri.

“Hiaaaahhhmpppphhhh crrrruttt crrutttt…..” aku kembali mengalami puncak klimaks.

“TERUS… TERUSSS Non AMOYY, Non nggak boleh berhenti biarpun memek Non udah bucatttt…TERUSSSSS…..!! “ Mang Jupri memaksaku untuk bekerja dengan lebih giat

Aku melolong keras untuk melepaskan nafsu dan gairah liarku yang terasa menyesakki dadaku. Pinggulku terus melompat-lompat turun naik di atas sodokan-sodokan kuat penis seorang tukang becak yang menggeram-geram dengan gemas sambil mendelikkan katanya menatap gerakan-gerakan buah dadaku yang semakin membuntal indah. Crut sekali lagi, cruttt lagi dan cruuttt lagii….akhirnya aku benar-benar terkulai lemas tanpa tenaga ketika kenikmatan puncak klimaks kembali berdenyutan menyedot tenagaku terakhirku hingga benar-benar habis. Tubuhku basah kuyup oleh cairan keringatku yang menetes dan meleleh dengan deras. Blukkkk… Mang Jupri membalikkan posisi kami. Kini posisiku di bawah tindihan tubuhnya yang sudah sama-sama basah banjir keringat seperti tubuhku. Pompaannya semakin cepat dan liar hingga aku terengah-engah kewalahan, cumbuan liarnya menghujani leher, bibir dan daguku. Lama sekali mang Jupri menggeluti tubuhku.

“NGAHAKKK…ANJIINGG..!! CRRROTTT…CROOOTTT“

Aku yang setengah tertidur terbangun mendengar suara seruan keras mang Jupri. Aku merintih lirih merasakan semburan spermanya yang panas di dalam cepitan vaginaku. Tubuhnya yang basah ambruk menindih tubuh mungilku. Aku berusaha membuka mataku, aku menengokkan wajahku dan menatap ke arah jendela. Masih terdengar suara rintik-rintik air hujan, gelap, segelap langkah pilihanku yang dibutakan oleh nafsu birahi yang liar dan binal. Aku memejamkan kedua mata sipitku, lalu tertidur kelelahan di bawah tindihan Mang Jupri. Tubuhku yang putih mulus tertindih oleh tubuh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar berambut ikal.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jebakan Minimarket

Pengantin Brutal

Jebakan Minimarket 2

Amoy Diatas Dongkrak

Pemulung Sadis

Tragedi Pasar Pecinan

Pengakuan Cici Pik

Chindo Seksi Jadi Rebutan 6

Begal payudara

Chindo Seksi Jadi Rebutan