Bunga
\
Setelah kupikir-pikir daripada makan di
rumah, mendingan makan di luar sekalian, lagipula masih sore ini.
“Rin,, makan di luar yuk”.
“ayuk, aku juga bosen di rumah”. Aku dan
adikku pergi ke kamar masing-masing untuk berganti baju, aku memakai kaos tanpa
lengan yang sangat ketat menempel di tubuhku berwarna putih dan untuk
bawahannya aku memakai celana jeans berwarna biru. Aku keluar dari kamarku
bersamaan dengan adikku yang memakai kaos berlengan dan rok selututnya, yah
tipikal pakaian untuk anak seumuran dia.
“yuk kak”.
“yuk”. Kami menuju garasi, untungnya aku
dibelikan mobil ketika aku berulang tahun yang ke 19, bulan kemarin.
Kami masuk ke dalam mobil dan aku langsung
menghidupkan mobilku dan langsung menjalankannya keluar dari garasi. Setelah
sudah di tengah perjalanan kami mengobrol.
“kak Bunga, cantik banget sih”.
“dari tadi bilang cantik mulu,,
jangan-jangan kamu suka ama cewek ya,,ihhh”.
“yee,, enak aja,, aku cuma kagum aja ama
kakak,, gak pake make-up kakak tetep cantik”.
“makasih,, tapi kamu juga cantik kok,,
buktinya kamu selalu dikejar-kejar cowok di sekolah kamu kan”.
“hehe,,,”. Akhirnya kami sampai juga di
sebuah restoran pizza, kami turun dari mobil setelah aku memakirkan mobilku
dengan lancar.
Kami masuk ke dalam restoran. Lalu aku
mendekati kasir sementara Rini memilih tempat duduk yang didekat jendela.
Setelah aku memesan, aku mendekati adikku yang sedang melihat ke arah jalanan.
“heh,, bengong aja,, kesambet setan, baru
tau rasa deh”. Kami mengobrol, dan tak lama kemudian pizza yang kami pesan
datang juga, kami langsung menyantap pizza yang tersaji di meja kami. Setelah
selesai, kami langsung mencuci tangan dan setelah beres-beres, kami keluar dari
restoran itu.
“terima kasih,,”, sapa pelayan yang
menunggu di pintu. Kami langsung naik ke mobil.
“Rin,, gimana kalau kita jalan-jalan
dulu”.
“asik,,yuk ke kak,, kita ke mall,, aku
juga pengen beli baju baru nih”.
“bentar dulu, mau beli baju, pake duit
siapa nih?”.
“ya duit kakak dong,, masa pake duitku”.
“huu,, untung adek,, kalau gak,, udah
kakak jitak”. Kebetulan aku sedang punya banyak duit, dan aku juga sedang bosan
di rumah jadi aku pustuskan untuk menyetujui permintaan adikku, dan kami pun
pergi ke mall yang tidak jauh dari restoran tadi.
Kami menghabiskan sore hingga jam 9 malam
di mall itu, biasalah kegiatan cewek, beli baju, anting, kalung, boneka, dan
lain-lain. Kami pulang karena kulihat Rini sudah sangat kecape’an. Sedangkan
mataku masih terbuka lebar karena sudah terbiasa cape’. Setelah sampai di
rumah, aku memakirkan mobilku lalu aku menuntun adikku ke kamarnya, setelah
Rini sudah sampai di kamarnya, dia langsung berbaring di ranjangnya. Aku
lepaskan sepatunya dan aku tinggalkan dia istirahat. Sementara Rini sudah
tertidur lelap, aku masih segar bugar, maklum aku baru merasa ngantuk setelah
jam 12 malam.
Kulihat jam menunjukkan baru jam 09.30
malam, aku memutuskan untuk menyalakan tv. Ternyata tak ada acara yang bagus,
makanya aku langsung mematikan tv.
“akh,, acara gak ada yang bagus,, oh iya,,
mendingan gue jalan-jalan aje,,”, kataku berbicara sendiri.
“apa mendingan gue jalan-jalan di sekitar
komplek aje yee”, tambahku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk
berjalan-jalan di sekitar kompleks saja. Aku pergi ke kamarku untuk mengganti
bajuku dengan yang lebih santai yaitu tank top berwarna ungu dan celana pendek,
dan karena kupikir sudah malam jadi aku memutuskan untuk tidak memakai bh
sehingga putingku tercetak di tank topku. Aku keluar dari kamarku dan menuju
keluar, kemudian aku mengunci pintu depan dan gerbang, lalu aku mulai berjalan
mengelilingi kompleks di sekitar rumahku yang memang cukup elit.
Agak jauh juga aku berjalan-jalan di
sekitar kompleks rumahku. Aku sampai di area dekat pos ronda, tapi aku lumayan
jauh dari pos ronda itu. Kulihat ada 4 bapak-bapak di dalam pos ronda tersebut.
Penyakitku mulai kambuh, terlintas di pikiranku untuk menggoda 4 bapak-bapak
itu, lagipula aku sudah lama tidak bersetubuh semenjak aku putus dengan pacarku
3 minggu yang lalu. Aku berjalan mendekati pos ronda yang bisa disebut rumah
ronda karena pos rondanya lumayan besar hampir seukuran rumah, namanya juga
kompleks elit, jadi pasti pos rondanya juga elit.
Aku mulai berjalan mendekati pos ronda
itu, dimana bapak-bapak itu sedang menonton tv yang cukup besar.
“tok,,tok,,tok”, aku mengetuk pintu yang
terbuka lebar.
“permisi,,bapak-bapak”, kataku sambil
berdiri di depan pintu.
“eh,, neng Bunga, mari silakan masuk”,
jawab satpam yang posisi duduknya paling dekat dengan pintu. Akhirnya aku tau
siapa saja yang sedang berada di pos ronda tersebut. Bapak yang paling ujung
bernama pak Wawan, orangnya botak & gendut tapi terkenal dengan
keramahannya. Sebelahnya bernama pak Maman, berkulit hitam dengan rambut
berwarna putih. Lalu ada pak Jono, berkulit hitam dan berbadan kurus
dibandingkan dengan lainnya. Dan yang terakhir, si satpam tadi bernama Bara,
kumisnya yang tebal menambah kegarangan wajahnya, tapi entah kenapa dia sangat
baik kepadaku, bahkan dia kadang-kadang be’canda hal-hal yang porno kepadaku,
dan karena aku menyukai hal-hal seperti itu, aku menanggapinya.
“neng Bunga, ngapain malem-malem keluar
rumah”, sapa pak Wawan.
“bosen di rumah pak”.
“emangnya gak takut diperkosa malem-malem
gini, neng?”, tanya pak Bara.
“ah, kan ada bapak-bapak ini, jadi Bunga bisa
tenang”, balasku dengan kedua tanganku kutaruh di belakang sehingga dadaku
semakin membusung ke depan agar mereka semakin bernafsu.
Kelihatannya aku berhasil mengundang nafsu
mereka, karena kulihat ke 4 bapak itu memandangi buah dadaku yang membusung
itu.
“hayo, pada liatin apa? sampe gak kedip
gitu”, kataku menggoda sambil pura-pura menutupi payudaraku. Mereka langsung
salah tingkah dan pura-pura menonton tv lagi.
“oh ya, bapak-bapak, Bunga boleh ikutan
nonton gak?”.
“emang neng Bunga suka bola ya?”, tanya
pak Maman.
“suka nonton sih, tapi gak t’gila-gila
banget”.
“yaudah, yok bareng-bareng nonton ama
kita”, balas pak Wawan. Lalu aku mengambil bangku kosong dan duduk tepat di
tengah-tengah mereka. Aku menonton bola bersama mereka sambil makan kacang
tanpa memikirkan mitos kalau kacang dapat menumbuhkan jerawat, dan juga sambil
minum sirup yang dibuatkan pak Bara. Selama menyaksikan bola, tak
henti-hentinya mereka mencuri-curi pandang ke pahaku yang putih mulus, dan juga
ke ‘bola’ kembarku yang menggantung dengan kencang & indah. Kupikir ini
saatnya untuk ‘final step’, aku pura-pura mengantuk lalu akhirnya, aku menutup
mataku agar 4 bapak itu merasa lebih leluasa untuk menggerayangiku kalau aku
pura-pura tidur. Benar saja, tidak lama kemudian pak Wawan menuju ke belakangku
setelah mereka yakin kalau aku tertidur.
Aku merasakan tanganku diangkat ke atas,
lalu pak Wawan memegangi pergelangan tanganku. Aku tidak tau siapa, tapi ada 2
buah tangan yang menyusup ke dalam kaosku dan meremas-remas kedua buah
payudaraku serta memainkan kedua putingku. Sementara itu ada yang menarik
celana pendekku dan juga celana dalamku. Lalu aku merasakan benda tumpul, dan
basah yang kuduga itu adalah sebuah lidah. Aku pura-pura terbangun dan membuka
mataku.
“aahh,, pak, jangan!!”, seruku agar tidak
terlihat seperti aku yang menginginkannya.
“jangg,,,mmmfff!!!”, kataku terputus
karena tiba-tiba mulutku dibekap oleh pak Wawan yang ada di belakangku. Rupanya
Maman & Jono yang memainkan kedua buah payudaraku, sedangkan pak Bara yang
sedang ‘membersihkan’ vaginaku.
“pantes aje,, ada rasa geli-gelinye”,
pikirku dalam hati karena kumis pak Bara terus menggesek-gesek klitorisku
sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Akhirnya aku benar-benar larut dalam
kenikmatan yang sedang melanda diriku. Pak Maman dan Jono mulai membuka kaosku
sehingga kini payudaraku yang putih mulus, kencang dan kenyal dapat terlihat
jelas oleh 4 bapak-bapak itu.
“waah,, toket neng Bunga montok banget,
masih kenceng banget lagi”, komentar pak Maman yang tepat berada di depan
payudara kananku.
“iya nih,, udah cantik,, toketnya sekel
banget,, udah gitu putih banget kayak susu”, tambah si Jono. Karena yakin sudah
menguasaiku, Wawan melepaskan bekapannya sehingga aku bisa berbicara lagi.
“yaudah, kalau gitu jilatin aja”.
“hah,, neng Bunga gak marah kalau kita
perkosa?”, tanya Wawan keheranan mendengar perkataanku.
“nggak kok, tadi aku cuma kaget aja”.
“wah, Man, yang punya udah ngijinin,,”,
kata Jono ke Maman.
“ok,, kalo gitu neng Bunga,, bang Maman ‘n
bang Jono jilatin toket neng dulu ya”.
“yaudah silakan”. Mereka tak
menyia-nyiakan kesempatan, Maman langsung mengenyot payudara kananku, sedangkan
Jono mengenyot payudara kiriku. Pak Bara sama sekali tak mengindahkan
pembicaraan kami bertiga, dia terus menerus menyapu sekitar vaginaku dan rongga
dalam vaginaku serta menggesek-gesekkan kumisnya ke klitorisku.
Pak Maman, Jono, dan Bara sudah mendapat
jatah mereka masing-masing, pak Wawan juga tidak mau ketinggalan, kepalaku
ditarik ke belakang dengan perlahan sehingga kepalaku agak mendongak ke atas.
Pak Wawan langsung mencumbu serta melumat bibirku, lalu dia menyelipkan
lidahnya masuk ke dalam mulutku, yang bisa kulakukan hanyalah membuka mulutku
dan membiarkan pak Wawan memainkan lidahnya di dalam mulutku. Kini, tubuhku
sudah menjadi boneka bagi mereka, karena mereka bisa berbuat sesuka mereka
terhadap tubuhku. Mereka menikmati jatah mereka dengan maksimal, pak Maman
& pak Jono terus menjilati kedua buah payudaraku serta menggiti kedua
putingku. Pak Wawan terus menerus memainkan lidahnya, dan aku membalasnya
dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit, dan aku
yakin kalau ludah kami sudah saling bercampur karena kami berciuman lama
sekali.
Pak Bara lebih membenamkan kepalanya di
antara kedua pahaku, dan karena agak geli akupun merapatkan kedua pahaku
sehingga kepala Pak Bara terhimpit oleh kedua paha putihku. Menerima 4 serangan
birahi dari 4 pria yang berbeda di daerah sensitifku, aku jadi tidak kuat
menahan lama-lama sehingga dalam waktu 7 menit saja, tubuhku sudah seperti
tersengat arus listrik yang menandakan kalau sebentar lagi aku akan orgasme.
Benar, tak lama kemudian aku orgasme, tapi tiba-tiba pak Bara mengambil sebuah
gelas dan menaruhnya tepat di depan lubang vaginaku.
“syuurrr,,,”, cairanku menyemprot keluar
dari vaginaku dan langsung menuju gelas. Karena pak Maman & pak Jono terus
menjilati payudaraku, cairanku jadi mengalir bagai sungai hingga gelas itu
penuh dengan cairanku. Setelah cairanku sudah habis, ke 3 bapak yang masih
menggerayangiku menghentikan aktivitas mereka dan langsung mendekati pak Bara
yang memegang gelas penuh dengan cairanku. Mereka bergantian meminum cairanku
yang ada di gelas, hingga mereka berempat kebagian semua.
“wuih neng Bunga,, cairan neng,, manis ‘n
gurih banget”, komentar pak Bara.
“ahh,, nambah ahhh”, tambah pak Bara. Lalu
dia menunduk lagi dan menjilati sisa-sisa cairan vaginaku yang masih ada di
sekitar bibir vaginaku.
“akh,, curang lo!!”, komentar pak Wawan.
“hehehe,,,”, balas pak Bara dengan tawa.
“udah,,udah,, gak usah berantem bapak-bapak,,
mau nyobain punya Bunga gak?”, tanyaku sambil menunjuk vaginaku.
“oh ya,, mau dong Neng”, jawab pak Jono.
Lalu mereka langsung buka baju dengan terburu-buru, mungkin karena mereka sudah
tak sabar ingin merasakan kehangatan tubuhku yang sudah kupasrahkan untuk
mereka berempat. Akhirnya mereka semua sudah telanjang bulat di hadapanku, 4
orang bapak-bapak telanjang dengan penis yang sudah mengacung tegak dan keras
di hadapan seorang gadis muda & cantik yang sepantasnya jadi anak mereka.
“wah, gede-gede,,”, kataku sambil manja
untuk lebih menggoda.
“neng Bunga,, kita ke sofa aja yuk, biar
lebih enak”, ajak pak Maman.
“bapak-bapak,, siapa yang mau duluan
nyobain punya Bunga?”, tanyaku.
“bapak aja neng”, teriak pak Jono.
“bapak dong neng Bunga”, teriak pak Wawan
tak mau kalah. Mereka saling berebutan ingin menjadi yang pertama kali
mencobloskan penis mereka masing-masing ke dalam vaginaku yang masih merah
merekah dan masih sangat sempit.
“udah,, udah,, jangan berantem mulu dong,,
tar Bunga gak jadi kasih nih”.
“jangan marah dong neng Bunga,, iya deh
kami gak bakal ribut lagi,,”, jawab Pak Wawan.
“yaudah,, kalo gitu,, biar Bunga aja yang
milih”.
“boleh juga idenya neng Bunga”, kata pak
Jono. Aku melihat ke arah selangkangan mereka dan aku menemukan kalau penis pak
Bara-lah yang paling besar di antara yang lain, maka dari itu aku memilih pak
Bara untuk mengisi liang vaginaku, lalu aku memilih pak Wawan untuk ditanamkan
di dalam anusku karena penisnya yang gemuk seperti badannya. Pak Bara langsung
duduk di sofa, aku mendekat ke arahnya dan menaiki sofa, kemudian aku
membimbing penis pak Bara ke dalam vaginaku dengan susah payah karena lubang
vaginaku masih sempit.
Kini penis pak Bara sudah amblas ditelan
vaginaku, untungnya tidak terlalu perih sehingga aku bisa menikmatinya.
Beberapa detik kemudian, pak Wawan mendorong tubuhku sehingga tubuhku tertekan
ke depan dan payudaraku menempel di wajah pak Bara yang tentu saja langsung
menjilati payudaraku dan menggesek-gesekkan kumisnya ke putingku membuat birahiku
semakin meledak.Pak Wawan memaksakan penis gemuknya masuk ke dalam lubang
anusku, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku saja untuk menahan rasa pedih,
karena dibalik rasa pedih itu mulai muncul rasa nikmat yang tiada tara. Tapi,
untungnya pak Wawan dan pak Bara membiarkanku agar terbiasa dengan penis
mereka, tapi tetap saja lidah pak Bara tak henti-hentinya bermain di kedua buah
payudaraku.
“mmmhhhh,,,,”, desahku pelan menerima
jilatan demi jilatan pak Bara. Akhirnya setelah beberapa detik, pak Bara dan
pak Wawan mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dan anusku hampir
secara bersamaan. Ritmenya pun hampir sama, sudah 3 minggu aku tidak pernah
dimasuki 2 penis sekaligus sejak putus dari pacarku karena ketika aku masih
berpacaran dengan mantanku, dia selalu mengundang teman-temannya untuk
menikmati tubuhku, tapi aku tidak menolaknya karena aku juga ketagihan dengan
yang namanya dikeroyok seperti ini.
“oohhh,,,aaahhhh,,,yeeaaahhh,,,terrussss”,
erangku menerima 2 sodokan di vagina dan anusku secara bersamaan. Tiba-tiba pak
Joni dan Maman mendekat dan berjalan ke depanku lalu mereka menyodorkan penis
mereka masing-masing ke arahku.
Karena tubuhku terdorong ke depan, sudah
pasti wajahku berada agak ke depan sehingga aku bisa menggenggam satu penis dan
mengulum penis yang satunya lagi.
“aaahhh,,,oohhh,,, terruusss neng”, desah
pak Maman ketika aku mengemut kepala penisnya serta menyentil-nyentilkan
lidahku ke lubang kencingnya. Sementara aku melayani batang kejantanan pak
Maman dengan mulutku, aku mengocok penis pak Jono dengan tangan kananku secara
perlahan sehingga tanganku yang halus mengelus-elus penis pak Jono.
“ooohh,,aaahhh,,,ooohhhh,,,teruusss,,entotin
Bunga seepppuuaasssnnyyyaaa”, desahku karena tidak kuat merasakan sensasi luar
biasa yang ditimbulkan dari pompaan 2 penis di vagina dan anusku. Menerima
serangan dari dua arah, aku pun cepat mencapai orgasme hanya dalam waktu 14
menit, aliran cairan vaginaku tertahan oleh penis pak Bara yang sedang keluar
masuk vaginaku sehingga berbunyi kecipak air setiap kali, pak Bara memompa
penisnya masuk ke dalam vaginaku. Untungnya, aku masih kuat biarpun sudah
mengalami 2 kali orgasme. Sementara itu, pak Maman dan pak Jono menarik penis
mereka jauh-jauh dari mulutku karena mereka tidak ingin keluar cepat-cepat.
Karena tidak ada lagi penis yang harus
kukulum, aku jadi bisa mendesah sepuas hati.
“mmhhhh,,,aahhhhh,,,,!!!”. Akhirnya 6
menit setelah aku mencapai orgasmeku yang kedua tadi, aku merasakan penis pak
Wawan yang sedang mengisi anusku berdenyut-denyut menandakan kalau pak Wawan
akan orgasme. Pak Wawan mempercepat sodokan penisnya terhadap anusku yang
membuatku ngos-ngosan karena penis gemuknya itu keluar masuk dengan cepat dan
kuat, padahal lubang anusku sangat sempit, tapi akhirnya aku menemukan rasa
nikmat dibalik rasa ngilu itu. Seolah tak mau kalah, pak Bara pun mempercepat
genjotannya terhadap vaginaku sehingga sekarang aku hanya bisa menutup mata sambil
merasakan sensasi nikmat. Sementara pak Bara sedang asik menikmati hangat dan
sempitnya vaginaku, dan pak Wawan juga sedang menikmati himpitan lubang anusku
terhadap penisnya, aku melihat pak Jono dan pak Maman sedang berdiri di
hadapanku sambil mengocok penis mereka sendiri, sepertinya mereka sudah tidak
sabar ingin mencicipi tubuhku juga.
“aahhhh,,,nenggg,,Bunngaaa,,,bapaaakkk,,,kkkellluu
aarrrr,,,,!!!”, teriak pak Bara. Dan tak lama kemudian, pak Bara sudah
menyemburkan larva putihnya yang hangat ke dalam rahimku, lalu nafas pak Bara
tersengal-sengal sehingga dia memutuskan untuk ‘merawat’ payudaraku dengan
mulutnya sambil menunggu penisnya memuntahkan semua isinya ke dalam vaginaku.
Tak lama kemudian, pak Wawan menghujamkan penisnya dalam-dalam ke anusku, dan
terasa lah rasa hangat dari sperma yang keluar dari penis pak Wawan.
“hhhh,,,neng Bunga,,,hhheebbaattt”,
komentar pak Wawan yang sedang beristirahat juga sekaligus menunggu penisnya
menyemburkan sperma ke dalam anusku hingga tetes terakhir. Setelah 2 menit
beristirahat, aku bisa mengatur nafasku dan tenagaku untuk menghadapi ronde ke
dua yaitu dengan pak Maman dan pak Jono.
Pak Wawan mencabut penisnya dari anusku,
begitu juga pak Bara, dia membiarkan aku berdiri. Ternyata mereka ada maunya,
aku disuruh bersimpuh di hadapan mereka dan bertumpu dengan kedua lututku. Aku
mengerti maksud mereka, maka dari itu aku langsung mengambil dua penis yang ada
di hadapanku yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku. Aku memutuskan untuk
membersihkan penis pak Bara terlebih dahulu. Setelah penis pak Bara sudah
selesai kubersihkan, aku langsung membersihkan penis pak Wawan hingga kinclong.
Rupanya, pak Jono dan Pak Maman menyiapkan
kasur dan bantal untuk menjadi tempat pergumulan kami nanti.
“pak Bara, pak Wawan, Bunga udah bersihin
ampe kinclong nih, Bunga main ama pak Jono ‘n pak Maman dulu ya,,”, kataku.
“makasih ya neng Bunga, yaudah bapak juga
mau istirahat dulu”, jawab pak Wawan. Kulihat pak Maman sudah tidur terlentang
di kasur kapuk tersebut, dan pak Jono berdiri di dekatnya. Aku pun langsung
mendekati mereka yang sudah setia menantiku.
“ayo neng Bunga, sini”, ajak pak Maman
licik. Aku pun langsung berdiri di atas tubuh pak Maman yang sudah kelihatan
bernafsu sekali melihat kemolekan tubuhku yang semakin terlihat seksi karena
aku berkeringat sehabis disetubuhi oleh pak Wawan dan Pak Bara. Aku menurunkan
tubuhku sambil membimbing penis pak Maman yang sudah tak sabar ingin masuk ke
dalam vaginaku.
Karena vaginaku sudah banjir dari cairanku
sendiri dan juga sperma pak Bara, penis pak Maman jadi dengan mudah masuk
melesat ke dalam vaginaku. Setelah penis pak Maman sudah hilang ditelan oleh
vaginaku, aku langsung merundukkan tubuhku agar pak Jono yang sudah menunggu di
belakangku bisa melihat letak lubang anusku dengan jelas. Tentu saja payudaraku
yang tertekan ke wajah pak Maman yang tiduran di bawah tubuhku langsung
dimainkan oleh pak Maman dengan mulut dan lidahnya.
“mmmm,,,”, desahku pelan menikmati sapuan
lidah pak Maman. Sementara itu, pak Jono mulai menyiapkan dan menaruh penisnya
di depan lubang anusku yang sudah belepotan sperma dari pak Wawan. Penis pak
Jono secara perlahan tapi pasti, mulai masuk ke dalam anusku senti demi senti
yang kurasakan dengan penuh penghayatan sampai-sampai dengan tidak sadar, aku
menutup mataku. Akhirnya, kini aku sudah diisi oleh 2 penis sekaligus untuk
yang kedua kalinya. Lalu mereka mulai menggerakkan penis mereka keluar masuk
tubuhku, karena vagina dan anusku sudah dilumasi sperma, jadinya penis pak
Maman dan pak Jono dengan mudah keluar masuk vagina dan anusku.
“aahhh,,oouuummhh,,mmmhhh,,,hhhhh”,
desahku karena tidak bisa menahan kenikmatan yang sedang menyerangku. Pak Jono
menghentakkan penisnya masuk ke dalam lubang anusku dengan cepat dan kuat
hingga mulai dari kepala penisnya sampai pangkal penisnya tertanam di dalam
lubang anusku, lalu dia mengeluarkan penisnya secara perlahan sehingga
menimbulkan sensasi tersendiri. Sementara itu, pak Maman menggerakkan penisnya
ke dalam vaginaku dengan sangat perlahan dan mencabutnya dengan cepat. Variasi
gerakan yang berbeda dari 2 penis yang sedang keluar masuk vagina dan anusku
mengantarkanku ke gerbang pintu orgasmeku yang ketiga. Kejutan listrik alias
gelombang orgasme mengalir lagi di sekujur tubuhku untuk ketiga kalinya.
Beberapa menit ke depan, yang terdengar hanya suara pompaan penis, suara nafas
pak Maman dan pak Jono yang saling memburu, dan desahanku. Sementara itu,
kulihat pak Wawan dan pak Bara sudah duduk memakai celana panjang mereka sambil
menghisap rokok dan meminum kopi dengan tontonan mereka yaitu aku yang sedang
diapit 2 lelaki berkulit hitam alias pak Maman dan pak Jono.
5 menit kemudian, akhirnya pak Maman, dan
pak Jono serta aku sendiri saling berlomba menuju orgasme, dan yang paling
pertama mencapai orgasme adalah pak Jono, dia menyemprotkan spermanya ke dalam
anusku sampai meleleh keluar dari anusku dan mengalir menuju lubang vaginaku,
setelah itu pak Jono beristirahat dengan penisnya masih berada di dalam anusku.
2 menit kemudian, aku sudah tidak tahan lagi sehingga aku melepaskan orgasmeku
yang keempat bersamaan dengan pak Maman yang menyemburkan spermanya ke dalam
vaginaku. Kini daerah sekitar vagina dan anusku sudah banjir sperma sampai
terbentuk aliran seperti aliran sungai yang menghubungkan lubang anusku dan
lubang vaginaku.
“hh,,,hhhh,,hh”, nafasku tersengal-sengal,
begitu juga dengan pak Maman dan pak Jono yang sudah menuntaskan nafsu setan
mereka kepadaku. Sambil mengatur nafas, pak Jono menciumi tengkuk leherku
dengan lembut, dan pak Maman ingin melumat bibirku tapi aku menolaknya karena
aku mau mengatur nafasku dulu sehingga dia jadi menjilati leherku yang jenjang.
Setelah nafas kami bertiga sudah normal
kembali, pak Jono mencabut penisnya yang sudah lemas dari anusku, kemudian dia
berdiri dan berjalan untuk mengambil bajunya. Sedangkan aku berdiri dan
mengambil pakaianku yang berserakan di depan tv yang sudah tidak menayangkan
acara bola lagi.
“udah ya bapak-bapak, Bunga pulang ya”.
“jangan dong neng Bunga”.
“kenapa? Emang bapak-bapak mau nambah?”.
“iya,,”, jawab mereka serempak.
“tapi kan anu bapak-bapak udah pada lemes kayak
gitu,, lagian Bunga udah capek banget nih”.
“kalo gitu doang mah gampang, di rumah
bapak punya obat kuat, gimana neng Bunga?”.
“bapak-bapak doang yang minum obat kuat,
Bunga gimana? Ntar Bunga lemes dong?”.
“bapak juga punya obat kuat buat cewek,
gimana neng Bunga?”.
“gimana ya?”.
“ayo dong, neng Bunga, bapak mohon, mau
ya”, pinta pak Wawan pura-pura memelas.
“iya neng Bunga, temenin kita dong”, ujar
pak Jono.
“iya, kan
dingin kalau kita cuma berempat,, kalau ada neng Bunga kan, bisa menghangatkan diri”, tambah pak
Maman.
“huu, dasar,, yaudah deh, boleh, asal
bapak-bapak mau menuhin syarat dari Bunga”.
“apaan tuh neng Bunga?”, tanya pak Bara
penasaran.
“bapak-bapak jangan bilang-bilang ama
orang lain ya, biar jadi rahasia kita berlima aja, gimana?”.
“yah, itu mah gak usah disuruh neng, masa’
kami bilang-bilang”, jawab pak Wawan.
“yaudah, kalo gitu, pak Bara ambil
obatnya”.
“ok neng, bapak ambil obatnya dulu ya”.
Pak Bara pun langsung bergegas memakai pakaiannya yang belum dipakai, lalu
secepat kilat dia menuju motornya dan memacunya kencang. Sementara aku masih
telanjang bulat dan berada di dalam pos bersama pak Wawan, pak Maman, dan pak
Jono yang sudah mulai terangsang lagi melihat tubuhku yang putih dan montok
belepotan sperma.
“eiit,, jangan,,biar adil, kita mulainya
tunggu pak Bara dulu ya”.
“yah neng, kami udah gak tahan pengen
ngentotin neng Bunga lagi”, kata pak Jono dengan agak kecewa.
“yaudah, disini ada kamar mandi gak?”.
“ada tuh neng, di belakang”, jawab pak
Wawan.
“yaudah, Bunga mandi dulu ya, ntar kalau
udahan, Bunga panggil atu-atu ya”.
“wah, jadi kita satu per satu ngentotin
neng Bunga di kamar mandi?”, tanya pak Maman.
“yee,,enak aja,, bapak-bapak cuma jilatin
punya Bunga doang, tadi kan
pak Bara doang”.
“yaudah,, gitu juga asik tuh”.
“tapi awas ya, kalau ada yang coba-coba
mulai ronde, Bunga gak kasih jatah ntar”, ancamku.
“siip,,neng Bunga”. Lalu aku masuk dan
mulai mengguyur dan membersihkan seluruh bagian tubuhku yang sudah belepotan
dengan keringat, air liur juga sperma. Lalu aku mulai memanggil mereka satu per
satu dan membiarkan vaginaku menjadi bulan-bulanan lidah mereka, bahkan ketika
masing-masing mereka bertiga sudah mendapatkan jatah untuk mencicipi rasa
cairan vaginaku, mereka bertiga masuk kembali dan menjilati seluruh tubuhku
sehingga tubuhku berlumuran air liur mereka lagi.
“aduh,, bapak-bapak bandel banget sih,,
badan Bunga kan
jadi kotor lagi”.
“maap deh neng Bunga”.
Lalu aku mendengar suara motor dari arah
luar.
“tuh, pak Bara udah pulang, udah sana bapak-bapak keluar
dulu, Bunga mau mandi lagi, biar fresh lagi”. Pak Wawan, pak Maman, dan pak
Jono keluar dari kamar mandi sehingga aku bisa melanjutkan membersihkan tubuhku
lagi. Setelah kurasa tubuhku sudah bersih dan fresh lagi, aku keluar dari kamar
mandi.
“wah, neng Bunga udah seger lagi”,
komentar pak Bara.
“iya dong, buat bapak-bapak, Bunga harus
segar selalu”.
“yaudah, ni neng Bunga, obatnya diminum”.
Lalu aku meminum obat yang disodorkan pak Bara, tubuhku menjadi ringan sekali
setelah meminum obat itu.
“yaudah, neng Bunga mulai yuk”.
“yuk,, silakan bapak-bapak entot Bunga
sepuasnya”. Lalu dimulailah ronde demi ronde pelampiasan nafsu bejat 4 orang
pria tua terhadap seorang gadis cantik dan masih muda belia yaitu aku. Aku
disetubuhi oleh 4 bapak-bapak itu di semua sudut pos ronda, juga mereka
menikmati tubuhku dengan berbagai posisi.
Karena mereka sangat ketagihan dengan
himpitan vagina dan anusku, mereka mencoba ide gila mereka yaitu aku dibawa
berkeliling kompleks tanpa menggunakan sehelai benang pun, untungnya kompleksku
jika sudah lebih dari jam 2 malam lewat, benar-benar sepi. Tapi, tetap saja aku
merasa sangat kedinginan. Selama perjalanan, mereka berempat menanamkan penis
mereka ke dalam vaginaku secara bergantian sampai satu per satu dari mereka
menyemburkan benihnya ke dalam vaginaku. Kami berlima mengelilingi kompleks
sebanyak 3 kali, selama perjalanan itulah, vaginaku terus menerus disodok penis
dan juga disemprot sperma oleh mereka berempat. Selain itu, aku tidak bisa
menghitung lagi sudah berapa kali aku mengalami orgasme. Setelah kami sudah
lelah, kami pun kembali ke pos ronda. Sambil beristirahat, kami mengobrol.
“neng Bunga, dari tadi dikeluarin di
dalem, apa neng gak takut hamil?”, tanya pak Bara yang paling sering
menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku.
“emang, bapak-bapak pada gak mau tanggung
jawab kalau Bunga hamil?”.
Muka mereka terlihat pucat dan khawatir
mendengar pertanyaanku itu.
“hahaha,, tenang aja bapak-bapak,, Bunga
udah minum obat pencegah hamil kok”. Aku melihat sudah jam 4.30 pagi.
“bapak-bapak, Bunga pulang dulu ya, mau
tidur nih”.
“tapi, neng Bunga mau gak nemenin kami lagi?”,
tanya pak Maman.
“boleh aja asal yang ngeronda bapak-bapak
berempat”.
“itu mah, bisa diatur”, jawab pak Wawan
yang mengatur jadwal ronda.
“iyah, tapi jangan setiap malam ya, ntar
lama-lama Bunga bisa hamil”.
“gimana kalau seminggu 3 kali?”, tanya pak
Jono.
“yaudah, hari Senin, Rabu, ama Sabtu malem
aja ya”.
“sip neng”.
“yaudah Bunga pulang dulu ya”. Aku memakai
pakaianku lagi.
“dah,,”.
“dah neng Bunga”. Aku langsung pulang ke
rumah, begitu sampai di rumah, aku masuk ke dalam dan mengunci gerbang serta pintu
rumah. Akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku yang habis dinikmati oleh 4 pria
tua, untungnya aku langsung tertidur karena besok aku harus ke sekolah adikku
untuk mengambil rapor.
|
Komentar
Posting Komentar