Monica nyaris putus asa dalam menjalani
hidup ini. Suaminya, Herman, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku
tak pernah menyangka jika Mas Herman tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali
aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari
berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang
anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Dedi. Perkawinan kami
mulus-mulus saja sampai Dedi muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak
tersita untuk mendidik Dedi.
Monica |
Mas Herman berusaha menghindari. “Kita
jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah.
Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”,
katanya.Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia
memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi
dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi
itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti
kepada suami, aku memberikan gelang itu.
Toh dia juga yang membelikan gelang itu.
Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.Suatu sore
saat Mas Herman belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Edwin
berkunjung ke rumah. Kedatangan Edwin inilah yang memicu perubahan dalam rumah
tanggaku. Edwin datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya
sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Herman berjanji untuk melunasi utangnya itu.
Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu,
kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.Tetapi dengan pandangan nakal
dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani
Mbak.”Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan
liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Herman tidak pernah cerita kepada saya,
kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali
bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Edwin.Aku makin tidak enak
hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan
diri, karena Mas Herman berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas
Herman cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama
mengenalnya.Untung saja tak lama kemudian Mas Herman pulang. Kalau tidak pasti
aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Edwin, Mas Herman
tampak lemas.
Dia tahu pasti Edwin akan menagih
hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Herman kulihat
menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Herman sudah bisa melunasi hutangnya.
Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Herman menunduk dan
sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.Setelah Edwin pulang, Mas
Herman memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa
banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Edwin.
Aku menyadari Mas Herman sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri.
Setelah selesai makan, Mas Herman langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku
menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Dedi di
kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan
menemaninya di ranjang, Mas Herman kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu
dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya
lembut. Pelan-pelan Mas Herman mulai melepaskan daster putih yang kukenakan,
setelah mencumbuiku sebentar, Mas Herman mulai membuka bra tipis yang kukenakan
dan melepaskan celana dalamku.Setelah itu Mas Herman sedikit demi sedikit mulai
menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang
terlewati.
Kemudian aku membantu Mas Herman untuk
melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat
penis Mas Herman yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna
tegangnya.Cerita panas 2Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas
Herman, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai
mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang
penis Mas Herman terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras.
Aku menyedot batang Mas Herman dengan semampuku, kulihat Mas Herman begitu
bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.Mas
Herman kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup
menantang, 36B.
Aku mulai merasakan denyut-denyut
kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh
bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku
mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah
pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat
mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.Mas Herman rupanya
tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Herman mulai turun
dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat
kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat,
peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan
napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang
kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin
memuncak, saat penis Mas Herman, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam
vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat
penis Mas Herman yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur,
seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.Suamiku memang jago dalam
permainan ini. Tidak lebih dari lima
belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan
kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di
ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam
sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan
denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Herman
mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa
detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan
wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan
kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya
perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.“Aku benar-benar
puas
Mon, kamu memang hebat”, pujinya. Aku
masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.“Mon, kamu memang istriku yang baik,
kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku
untuk mengatasinya”, katanya.“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku.
Mas Herman mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud
kedatangan Edwin tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar
setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia
menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan
sebuah syarat”, ucap Mas Herman.“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku
penasaran.“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia
semalam saja”, ucap Mas Herman dengan pelan dan tertahan.Aku bagai disambar
petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus
melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Herman. Mas
Herman mengerti keterkejutanku.“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku
harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat
tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”,
katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari
perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh
tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan
lain oleh Mas Herman.“Besok kamu ikut aku menemui Edwin”, ujarnya lagi, sambil
mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku.
Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan
keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan
kapok berjudi lagi pikirku.Sore hari setelah pulang kerja, Mas Herman menyuruhku
berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan
sebelumnya, rupanya Mas Herman mengantarku ke sebuah hotel berbintang.
Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar
pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap
di hotel.Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Herman, beberapa saat kemudian
pintu kamar terbuka, dan kulihat Edwin menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku
tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Edwin, dan kemudian
berpamitan.Dengan lembut Edwin menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku
tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah
oleh seseorang yang bukan suamiku.
Ternyata Edwin tidak seburuk yang
kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh
tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit
demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.Edwin menanyakan dengan
lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya
minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan
sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki,
kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup
yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat.
Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak
kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.Kuraih minuman
tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang
benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang,
rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat
yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.
Edwin kemudian menyetel lagu-lagu lembut
di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10
menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun
limbung. Kemudian Edwin merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku
rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di
kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan
lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh
tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di
bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun
Edwin belum menjamah tubuhku.Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan
di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan
mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang
menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk
mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai
menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.Edwin rupanya
menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang
terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya
mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi.
Remasan-remasan tangannya di payudaraku
membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian
yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Edwin tak lepas
memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan
ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini,
Edwin kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke
belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini
payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Edwin tak
mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku,
menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan
vaginaku mulai membasahi celana putihku.Melihat ini, tangan Edwin yang sebelahnya
lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku,
aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa.
Napasku benar-benar memburu, mataku
terpejam nikmat saat tangan Edwin mulai memasuki celana dalamku dan memainkan
daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.Baca juga
cerita panas : Melayani Nafsu Kakak KandungkuEdwin memainkan vaginaku dengan
ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak
menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos
masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak
puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia
melepaskan celana dalamku.
Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian
di tubuhku.Edwin tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih
bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang
yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang
sendiri payudaraku, Edwin melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang
dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis
Edwin telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Edwin kembali menggumuliku
dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku
diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang
penis Edwin dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh
titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit
tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku
ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam
vaginaku.
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul,
setiap kali penis Edwin mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat
menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan
pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali
nikmatnya, begitu juga dengan Edwin, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak
bisa dihindarinya.
Sampai pada satu titik saya sudah terlihat
akan orgasme, Edwin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2
penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya
orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Edwin rupanya juga sudah tidak
mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan
kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut
batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya
membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun
akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.
Keesokan paginya, Edwin mengantarku pulang
ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara
sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian
tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku
sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat
suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai
terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam
permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di
meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada
kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang
judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah
penderitaan ini akan berakhir.
Komentar
Posting Komentar