Perjalanan pulang ke rumahku pada saat liburan kuliah waktu
itu memang sungguh melelahkan.Selain padatnya jalanan akibat musim liburan
sekolah, hujan lebat juga terus mengguyur sepanjang perjalanan hingga membuat
seluruh pakaianku basah kuyup. Karena sudah terlanjur basah maka aku pun tetap
melanjutkan perjalanan pulang kerumah tanpa berteduh hingga aku sedikit
kedinginan dan sempat menggigil.
Tapi dengan membayangkan hangatnya ruangan kamarku membuat aku mampu menembus hujan deras itu di atas motorku. Beberapa jam kemudian sampailah aku di gang rumahku yang agak sempit dan becek. Gang itu tadinya hanya sebuah kebun namun kini sudah berdiri tiga rumah di kebun itu. Dibelakang rumahku ada rumah Pak Jono dan disamping ada rumah pak Rahman yang temboknya berwarna biru telor asin.
Dian |
Hujan turun semakin deras saat aku turun dari motor dan membuka
gerbang rumahku. Saat itu aku sempat
melihat Dian yang merupakan anak gadis tertua pak Rahman sedang duduk sendirian
di depan teras rumahnya. Ia nampak meringkuk kedinginan di bangku depan
rumahnya. Karena merasa penasaran maka aku pun berusaha menghampirinya.
“Dian, ngapain kamu kok di depan rumah aja? Baru pulang
sekolah ya?” tanyaku
“Iya, mas. Aku baru pulang persami. Tapi ternyata bapak, ibu
& adik2ku mendadak pergi ke luar kota menengok pakde.
“loh memangnya kamu ga pegang kunci rumah ? ujarku
“ada mas Cuma kunci rumah yang aku pegang hilang waktu
persami jadi sekarang aku bingung harus ke mana. Jawab Dian sambil memandangku
Pandangan matanya sungguh cantik dan mempesona hingga
membuatku terpana. Memang Sudah sejak aku mengagumi kecantikannya namun tak
pernah kuungkapkan. Di umurnya yang belasan, tubuhnya terbilang ranum. Di SMU
tempatnya bersekolah, ia dikenal sebagai sorang kembang sekolah.
“ohh kalau begitu gimana kalau kamu ke rumahku saja dulu.
ujarku
Karena aku pun kedinginan basah kuyup, sementara hujan
semakin deras, aku pun berbasa-basi menawarinya untuk berteduh di rumahku. Di
luar dugaan ku ternyata dia setuju.Tanpa banyak bicara, kubukakan gerbang dan
pintuku dan mempersilahkannya duduk di ruang keluarga. Ruang yang cukup hangat.
Kebetulan saat itu keluargaku pun sedang ada urusan dan
harus menginap di luar kota sehingga aku hanya sendiri saja dirumah.
Dian berterimakasih dan masuk sambil menggigil kedinginan lalu
aku tersadar, ternyata pakaian seragam sekolah yang dikenakannya basah kuyup.
Lekuk2 tubuhnya terlihat jelas karena pakaiannya lekat menempel. Sempat
terlintas pikiran nakal yang membangunkan hasratku. Tapi cepat2 kusingkirkan
pikiran itu. Besar resikonya kalau “makan” anak tetangga sendiri, hehehe.
Segera kuambilkan handuk, kaos, celana training dan jaket
dan kuberikan padanya. ” Dian, ganti aja dulu. Kalau perlu mandi aja sekalian
di kamar mandi depan ya. Aku mandi di kamar mandi belakang.” Dian pun mengangguk.
Aku melihat Dian membawa pakaian dan handuk yang kuberikan
untuk membilas dirinya dikamar mandi depan sementara sendiri berjalan menuju
kamar mandi belakang. Aku membukan semua pakaianku dan kulihat semua sudah
basah oleh air bahkan hingga ke bagian kolorku pun ikut basah kuyup akibat
terguyur hujan deras tadi.
Sekilas terbersit di pikiranku, ada kemungkinan Dian akan
menanggalkan underwearnya dan hanya mengenakan pakaian yang aku berikan.
Pikiran nakal dan bayangan tubuh indah yang sedang mandi di kamar mandi depan
terus membayangi otakku. Sehingga aku pun tidak dapat menahan diri untuk onani
membayangkan nikmatnya tubuh Dian. Udara dingin saat itu membuatku semakin
terangsang dan rasanya aku ingin sekali memperkosa Dian saat itu juga tanpa
peduli akan akibatnya.
Lima belas menit kemudian, terdengar telepon. Kuangkat dan
ternyata ibuku yang menyuruhku meminta Dian menginap di rumah saja. Ternyata
orangtua Dian menelpon orangtuaku dan menitipkan Dian pada mereka. Aha!!!
Pikiran setanku makin menari-nari. Kusampaikan pesan orangtuaku dan orangtuanya
pada Dian.
“Ya udah, kamu tidur aja di kamar tengah, kamar tamu. Kalo
butuh apa2 atau pengen makan ambil aja sendiri” Kataku.
“Iya, mas makasih. Aku nonton sinetron dulu ya. Boleh kan?”
Jawabnya.
“Boleh dunk. Oiya, aku laper, sekalian aku bikinin mi instan
ya?” Tanyaku
“Aku bantuin deh, mas” Katanya.
Akhirnya di dapur, kami berdua menyiapkan mi instan
istimewa. Istimewa buatku, karena ruang dapur yang sempit membuat tubuh kami
beberapa kali saling “bersentuhan”. Beberapa kali buah dadanya dan pantatnya
yang lembut itu mendarat di punggungku. Gila! Tertutup jaketpun buah dadanya
masih begitu membentuk. Akupun mulai kewalahan menutupi batangku yang mulai
berdiri.
Selesai masak, kami sepakat makan di ruang keluarga sambil
menonton tivi. Sementara di luar sana, hujan deras dan guntur masih terus
mendera. Mi hangat, hujan deras, dan gadis cantik…benar-benar liburan sempurna,
pikirku.
Dian memang seorang kembang, Bukan hanya karena kecantikan
dan kemolekan tubuhnya, tapi juga karena kecerdasannya. Ngobrol dengannya
benar-benar mengasyikkan. Sebegitu asyiknya sampai dia tak canggung mencubit
dan bersandar padaku sembari terpingkal2 menanggapi lelucon2ku. Ini tentu saja
membuatku semakin kelimpungan menyembunyikan batangku yang semakin bersemangat.
Hingga akhirnya DUARRR, terlihat kilat dan guntur yang sangat keras disusul
padamnya lampu.
Dian menjerit dan memelukku. “Mas, aku takut gelap”
Jeritnya.
“Iya, tenang, tenang ya. Mas cari lilin dulu” Kataku
berusaha menenangkannya sambil memegang tangannya. Karena gelap, bukannya
memegang tangganya, tanganku malah meleset ke dadanya. Padat dan lembut.
Ketakutannya membuat Dian tidak peduli dan terus memelukku. ” Nggak usah, mas.
Aku takut” Rengeknya. Akhirnya aku pun memeluknya sambil mengelus-elus
punggungnya. Perlahan nafsuku makin memuncak.dan usapanku turun ke pantatnya
dan berganti menjadi remasan yang mengarah ke selangkangannya.
Dian terpekik dan mendorongku, tapi aku tarik dan perketat
pelukanku. Dian terus saja mendorongku dan ia semakin panik ketika tidak
sengaja ia menyentuh selangkanganku. Dia menyentuh batangku yang berdiri
sempurna. “Lepasin, mas” Pekiknya. Tapi nafsuku sudah di ubun2. sehingga bukan
melepasnya, tapi aku mendorongnya merebah, dan menindihnya. Kuciumi dia yang
memukuliku. Aku tak peduli, terus saja kuciumi lehernya dan dadanya yang
ternyata tidak memakai apa2 lagi selain kaos dan jaket yang aku berikan.
Kulepaskan ikat pinggangku dan dengan susah payah kuikat kedua tangannya ke
ujung sofa. Dian menjerit minta tolong, tapi derasnya hujan dan petir yang
bersahutan menelan jeritannya. Kubuka zipper jaket yang dikenakannya, dan
menyingkap kaos yang menutupi dadanya. Tepat ketika kaos nya berhasil
kusingkap, lampu kembali menyala. Walhasil terlihatlah pemandangan yang
luarbiasa.
Airmata yang meleleh di pipinya menambah kecantikan Dian.
Buah dadanya yang putih, besar dan padat tidak tertutupi lagi, menantang dengan
puting coklat muda yang ranum, semakin menantang karena tangannya terikat ke
atas. Kubuka seluruh pakaianku sambil terus menindihnya dan menikmati buah
dadanya.
Kuremas2, kupilin2 putingnya, kuciumi, gigit, hisap dan jilati kedua
buah dada beserta putingnya sampai putingnya menegang dan memerah. Dian terus
saja meronta dan menangis, tapi beberapa menit kemudian ia tidak lagi menjerit,
bahkan sesekali mendesah ketika aku meremas dan menghisap putingnya.Perlahan
kuselipkan tanganku ke balik celana trainingnya, yang seperti dugaanku, ia
tidak mengenakan apapun di baliknya sehinga aku dengan mudah bisa menyentuh
semak2nya dan menekan bukit kecil di baliknya.
Kurasakan kamaluannya nya telah basah. Kuusap2 dan gesek
klitorisnya dengan jari tengahku. Dian pun menggeliat dan melenguh lembut saat
jariku menari2 di klitorisnya. Tubuh Dian bergetar hebat saat aku menekan dan
menggesekan jariku kuat=kuat di klitoris dan vagnya. Kutarik lepas celananya,
Dian tersentak dan merapatkan kakinya. Ia menendang-nendang liar namun kakinya
justru dengan mudah bisa kutangkap dan kurentangkan.
Kutindih Dian, dan kuletakkan batangku persis di depan
klitorisnya, kutekan dan gesekkan kepala batangku ke klitorisnya yang basah dan
hangat itu. Dian kembali meronta, namun tidak lama kemudian rontaannya menjadi
gelinjang nikmat, dan pekikannya menjadi lenguhan serta desahan yang membuatku
semakin bersemangat meremas buah dada, menjilati dan menghisap puting dan
menggesekkan batangku pada klitorisnya.
Perlahan kurasakan Dian mulai pasrah, kakinya mulai
meregang, gelinjangannya kini seirama dengan gesekan kepala batangku. Perlahan
Dian memanggilku “Massss, mas boleh ngapain aja, tapi jangan dimasukkin. Aku
masih perawan, mas.” Bisiknya sambil sesenggukan. “Kenapa, Dian? Percayalah,
mas bertanggungjawab. Lagipula mas ingin kamu juga menikmati ini sampai puncak”
Jawabku sambil menempatkan kepala batangku di depan vagnya. “Nggak, mas!
Jangan! Ooooh, nggaaaak, Dian nggak mauuu!” Jeritnya. “Oooh, sakit mas, sakit ,
aaah, oooh!!!” Pekiknya ketika perlahan kudorong batangku memasuki liang sempit
yang licin dan hangat. Dian meronta, namun gerakannya malah membuat batangku
masuk semakin dalam dan dalam sampai ke pangkalnya.
Ooooh, nikmatnya. Kurasakan bau anyir darah perawan yang
membasahi batangku ketika dengan seperlahan dan selembut mungkin kutarik
batangku keluar, hanya sedikit gerakan yang kubuat untuk meminimalisir rasa
sakit Dian. Dan sepertinya gerakanku tepat, karena pekikan kesakitan Dian mulai
berubah menjadi desahan, walau ia masih meronta dan menangis. Makin lama
kurasakan vagnya makin rapat menjepit batangku, tapi juga semakin licin, maka
kepercepat ayunan pinggulku yang membuat batangku semakin deras menghunjam dan
tertarik dari vag Dian.
Dian mengelinjang dan mendesah mengikuti irama pompaanku. Ia
tidak lagi menangis, Dian kini malah terpejam-pejam dan menggigit bibirnya.
Buah dadanya nampak indah berguncang setiap kali kutusukkan batangku dalam2.
Sexy sekali. Semakin cepat ku pompa batangku di dalam vagnya. Desahannyapun
kini berubah menjadi erangan nikmat. Perlahan kulepas ikatan tangannya. Dan
tangannya pun menggapai-gapai dan mencengkeram erat sofa lalu memeluk kepalaku
yang sedang mengulum dan jilati putingnya.
Disembunyikannya wajahnya yang terlihat semakin menikmati
perkosaan ini. Hingga akhirnya tubuhnya mengejang, dan kurasakan vagnya
menggenggan kuat batangku. Kupercepat ayunanku, sampai akhirnya aku tidak lagi
dapat menahan diri untuk menyemburkan air maniku di dalam liang vagnya. “Aaaah,
Diaaaan, kamu nikmat sekali, sayang!” bisikku sambil mengulum daun telinganya.
Kutarik batangku perlahan dan setelah lepas, mengalir keluarlah air maniku
melalui lubang kenikmatan Dian. Dian telentang lemas dengan nafas memburu dan
peluh membasahi seluruh tubuhnya. Kupeluk tubuh indah dan ciumi wajah
cantiknya.
Perlahan ku usap wajah Dian dan menyeka airmatanya lalu
kulanjutkan dengan mencium kening dan bibirnya. Dian mendorongku pelan dan
berbisik “mas, bener kan mau bertanggungjawab?”
“Ya, sayang” Jawabku mencoba meyakinkannya.
Sepertinya ia telah termakan rayuanku sehingga kini terlihat
lebih pasrah dari sebelumnya kemudian ia pun memelukku dan segera kubalas
dengan pelukan dan pagutan di bibirnya.
“Malam ini Dian punya Mas, Mas boleh nikmati tubuh Dian
sepuasnya” Bisiknya sambil memelukku.
Aku pun merasa senang karena sudah berhasil menaklukannya
lalu Kugendong ia ke kamar sambil terus mencumbuinya. Sesampainya didalam kamar
lalu aku segera membaringkannya diatas ranjang dan kembali kucumbui seluruh
tubuhnya hingga ia keenakan.
Nafsuku kembali memuncak karena melihat tubuhnya yang begitu
menggiurkan diatas ranjang. Tanpa basa basi aku pun langsung menindihnya sambil
berusaha memasukan batang kemaluanku kedalam liang kewanitaanya. Kudekap
tubuhnya dengan erat sementara tubuhku menindih diatas tubuhnya bersamaan
dengan itu bibir kami pun saling berpagutan selama beberapa saat.
Perlahan mulai kugerakan pinggulku untuk menggenjot tubuhnya
hingga membuatnya menggelinjang dan mendesah. Sambil mendekap tubuhnya lalu aku
pun mencoba membalikan tubuhku sehingga kini tubuh Dian yang berada diatas
tubuhku. Aku terus melumat bibirnya sementara kedua tanganku meraba raba
punggung dan bongkahan pantatnya dan sesekali meremas pantatnya.
Tubuh kami berdua semakin berkeringat karena aktivitas
pergumulan diatas ranjang. Aku mencoba mengumpulkan tenagaku kembali dan
kugenjot kembali tubuhnya dari arah bawah hingga batangku melesak lesak dalam
liang kemaluannya.
Kami beberapa kali berguling diatas ranjang terkadang
tubuhku diatas dan tubuh di Dian dibawah dan sebalikanya. Pergumulan itu memang
cukup menguras tenagaku namun aku tak mau menyerah begitu saja dan terus
menggenjotnya tanpa ampun dan membuat Dian merintih rintih diatas ranjang.
Sudah lama memang aku menyimpan ketertarikan pada gadis itu
namun aku tak menyangka hujan deras kali ini telah membantuku mewujudkan
impianku untuk menikmati tubuhnya. Kini aku memposisikan Dian dengan gaya doggy
style lalu dari arah belakang kucoba untuk mulai menggenjotnya secara perlahan.
Rupanya gaya persetubuhan ini semakin menambah birahiku
hingga semakin lama aku semakin ganas menggenjotnya. Tubuh dian terhentak hentak
akibat genjotan kasar dari arah belakang tubuhnya sementara kedua tangannya
mencoba menahan agar tubuhnya tak ambruk saat sedang kugenjot.
Kurasakan ukuran batangku sepertinya makin membesar dan
mengeras hingga semakin memenuhi liang kemaluan Dian dan membuatnya mengerang
nikmat. Kuputuskan untuk mempercepat
genjotanku hingga membuat ranjang itu berguncang hebat sementara kemaluannya
terasa makin kuat menjepit batangku. Tak hanya itu liang kemaluannya juga
semakin licin, maka kupercepat ayunan pinggulku yang membuat batangku semakin
deras menghunjam dan tertarik dari liang kemaluannya Dian. Tak lama kemudian
batang ku terasa berkedut dan bersiap untuk menumpahkan cairan spermaku untuk
yang kesekian kalinya.
Namun kali ini aku mencoba buru buru menariknya keluar lalu
segera berdiri dan mengangkangi wajahnya. Sedikit kuturunkan tubuhku sambil
mengarahkan batang ku kebagian mulutnya dan akhirnya air maniku pun menyembur
keluar membanjiri wajahnya yang cantik dan terlihat kelelahan itu.
Sepanjang malam itu hujan mengguyur dengan derasnya dan aku
terus menyetubuhi Dian hingga berkali kali sampai fajar menjelang. Karena
kelelahan kami pun tertidur pulas dan saling berpelukan diatas ranjang.
Komentar
Posting Komentar