Langsung ke konten utama

Guru Yang Kesepian

Sejak kecil Wulan memang sudah bercita cita untuk menjadi seorang guru dan karena tekadnya yang kuat akhirnya ia pun berhasil mewujudkan hal tsb. Setelah lulus kuliah ia memang sempat bekerja di sebuah bengkel mobil sebagai staf disana namun karena teringat cita citanya dulu maka ia pun memutuskan untuk beralih pekerjaan menjadi seorang guru.

Kebetulan disalah satu sekolah sedang membutuhkan seorang guru untuk mengajar matematika sehingga ia pun mencoba melamar sebagai guru disana dan ternyata diterima. Sebenarnya ada beberapa saingannya yang melamar sebagai guru disana namun karena ia memang cukup cantik sehingga membuat kepala sekolah lebih memilihnya.

“baiklah bu wulan. Mulai besok ibu sudah bisa mengajar disekolah ini. Ujar pak Tatang yang merupakan kepala sekolah disana.

Sebenarnya Wulan tak begitu ahli dalam bidang matematika namun demi menjalankan tugasnya sebagai guru maka ia pun mencoba berusaha mendalami bidang tsb agar dapat bekerja dengan baik selama mengajar disana.


Saat itu usia Wulan sudah hampir mendekati 35 tahun dan beberapa bulan yang lalu ia sudah bercerai dengan suaminya sehingga kini ia hanya tingga sendiri dirumahnya. Walaupun ia sudah pernah menikah namun sampai saat ini ia belum juga mempunyai anak yang membuatnya sering merasa kesepian saat sedang sendirian dirumahnya.
Wulan

Wulan memang memiliki wajah yang cukup cantik dan bentuk tubuhnya pun terlihat ideal dengan tinggi badan hampir 170cm hingga membuatnya terlihat seperti seorang model disekolah tsb. Hal inilah yang membuat para murid-muridnya terutama yang laki-laki ingin sekali melihat tubuh polosnya.

Suatu hari Wulan terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya untuk persiapan ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas beberapa hari yang lalu.Diantara murid yang lain Anto memang terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri hingga otot tubuhnya terlihat begitu kekar dan kuat dan tubuhnya pun lebih besar dari teman temannya yang lain.

Bagi Wulan, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.

”Sudah selesai Anto?”, Wulan masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.

”Belum bu. Soalnya susah banget sih bu. Ga ada yang lebih gampang apa. hehe..” jawab Anto

“kamu itu ya. Soal udah gampang begitu masih dibilang susah. Ujar Wulan

”oh ya.. Kalau sudah selesai nanti kamu masuk ke ruang tengah ya. biar saya tinggal ke belakang..”

”Iya..””Bu Wulan,

Setelah bersusah payah mengerjakan soal sola yang diberikan kemudian Anto pun segeramasuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.

”Ibu dimana?”

”ibu lagi di kamar, kamu tunggu sebentar ya to”, Wulan berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Wulan membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.

”Kenapa ayo duduk dulu, biar Ibu periksa”Muka Anto merah karena malu, karena Wulan tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.

”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”

”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”

”oo…, begitu to?””Anto kamu mau menolong saya?”, Wulan merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.

”Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Wulan yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.

”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.”Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Wulan”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.

Wulan kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Wulan yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Wulan yang mengeras. Lidah Wulan menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.

Setelah puas, Wulan kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.”Lepaskan pakaiannmu Anto”, Wulan berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.

Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Anto”, Wulan mendesah tidak sabar.

Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Anto…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Wulan yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Wulan yang montok itu.”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Wulan tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

Tubuh Wulan menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Wulan mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.

Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.”mm…, nakal kamu”, Wulan tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Wulan yang membuka lebar.

Wulan kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya.”Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”

”Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.

”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Wulan mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.”Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi.

Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Wulan mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Anto…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan

Wulan segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Wulan. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.”Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Wulan. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Wulan.”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Wulan, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis rasanya Anto”, Wulan masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.

Ketika Wulan sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.”Anto…, biar Ibu minum dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih tegang berat mendorong Wulan ke kulkas.Gelas yang dipegang Wulan jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Wulan kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Wulan berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.”Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”.

Tubuh Wulan bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.”Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto di telinganya”Ahh…, hh”, Wulan hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi sodokannya.”Ahh…,iyaa””Anto…, Anto jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Wulan telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Wulan.”Ahh”.

Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Anto, Wulan masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Wulan adalah jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.

Ketika Wulan berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.”Bu Wulan salam dari Anto”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.”Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Anto.

Langkah Wulan terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.”Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Anto”, Reza tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Wulan.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.

Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Wulan langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Wulan segera menuju pintu itu, ia mengira Anto yang datang.

Ternyata ketika dibuka”Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Wulan agak jengkel dengan muridnya ini.

”Boleh saya masuk?”.”Tidak!”.”Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.”Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Anto senang di sini”.”Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Wulan bertanya.”Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.”Jadi artinya”, Kali ini Wulan benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.”Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Wulan.Wulan masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

Wulan masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.”Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Wulan dan memasukkan penisnya ke mulut Wulan.”Mmpfpphh”.”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini.

Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya nafsu menguasai diri Wulan, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.”Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Wulan, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Wulan merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.

Cairan mani Reza muncrat di mulut Wulan, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Wulan tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.”Bu, ini belum selesai.

Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.””Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

Setelah ia di dalam, Wulan tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.”Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya.

Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Wulan juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.”Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos.

Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Wulan, erangan kenikmatan pun keluar.

”mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Wulan.”Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Wulan menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.”Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Wulan hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Wulan agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.”Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Wulan menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.””Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Wulan.

Wulanpun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.”Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Wulan, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.”Oohh Wulan…, Rinnaa”.Wulan segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

Wulan masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Wulan, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Wulan mendesah saat pentilnya dipermainkan.

Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.”Rezz aahh”, Tubuh Wulan bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.”Bu…, balik…, Reza pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Wulan bangkit dan menungging.

Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya.

Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza meraih payudara Wulan dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Wulan mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza.”Bu Wulan nikmat lho vagina Ibu…, ketat”,

Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Wulan tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”.

Gerakan Wulan makin cepat menerima sodokan Reza.

Tangan Reza beralih memegangi tubuh Wulan, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Wulan menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.”Ooww..”, Teriakan Wulan terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Wulan yang makin becek.”Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.”Mau kelluuaarr”Wulan sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya.

Wulan kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.

”Bu Wulan…, sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang”.”mm memangnya kamu mau apa”, Wulan kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza.”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”Wulan tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

Akhirnya hari kelulusan murid kelas XII sampai juga. Dengan demikian Wulan harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya. Ketika menjelang malam, Anto muncul dan Ia langsung dipersilakan duduk.

”Bu, Aku kangen lho. Ujar Anto

”Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya.

Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Wulan berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.

Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Wulan merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.

”Tapi Aku masih boleh menghubungi ibu kan? Tanya Anto

”Wulan bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.”Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Wulan mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Wulan dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Anto menyusul Wulan ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo ”Ganti pakaian itu Nto..”, Wulan menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

Ketika Anto sedang mencopot celananya Wulan sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik celana dalamnya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Wulan.”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

”Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.
”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.

”Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya.

Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Wulan kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun.

Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Wulan dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Wulan, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.”aahh…”Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Wulan agar duduk di pangkuannya.

”Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Anto di telinga Wulan. 
Wulan yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

”Akhh…”, Wulan memejamkan matanya.”Anto…, jilatin vagina ibu…”

Anto kemudian merebahkan Wulan, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”, Wulan bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Wulan, dengan penuh semangat.”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Anto…, massuukk”.



Kaki Wulan kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Wulan yang becek.”mm…”, Wulan menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.”Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Wulan mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak.”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.



Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Wulan terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Wulan yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Wulan.”Nikmati saja…”Reza kemudian mengangkangi Wulan, penisnya berada tepat di mukanya.



”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Wulan berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.”Ahh…, nikmat..”, Wulan merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya.”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Wulan, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.

Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Wulan.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Wulan, “Berdiri menghadap tembok Bu!”Wulan masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.”mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Wulan. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Wulan.”Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.

Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Wulan saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Wulan merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.

Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”, Tubuh Wulan yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan.

Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Wulan dan tembok. Dipindahkannya tangan Wulan ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza.”Anto…”,

Lagi-lagi Wulan mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorong.. ”aa.. Aa… Aa”.”oohhkk.... Wulan berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Wulan. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

Malam itu mereka pun menghabiskan malam bersama dan keesokan paginya Anto dan Reza baru pulang ke rumah mereka dengan perasaan puas. Karena merasa lelah keduanya pun terpaksa bolos sekolah dengan alasan sedang tidak enak badan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4