Hey para pembaca perkenalkan namaku Riki Mawengkang. Saat ini aku adalah seorang mahasiwa tingkat 4 di sebuah universita negeri di Kota Kembang. Kalau bicara mengenai postur tubuhku sebenarnya biasa-biasa saja sih. Aku mempunyai tinggi badan 170 cm dengan berat 65 kg, tapi karena aku friendly, cukup berprestasi, dan aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang kaya, maka aku cukup famous di kampusku, baik dikalangan kakak tingkat maupun adik tingkat pada jurusanku.
Ketika Pagi itu dengan tergesa-gesa aku memarkir mobil
kesayanganku di parkiran kampus. Usai memarkir mobilku, dengan setengah berlari
aku buru-buru menuju ke gedung kuliah yang letaknya kira-kira 300 meter dari
parkiran tadi. Sembari berlari mataku melirik ke jam tangan-ku yang telah
menunjukkan pukul 08.10.
Damn… Kalau saja tadi malam aku tidak nekat menonton
pertandingan bola tim favoritku, pasti aku tidak akan terlambat seperti ini.
Kalau saja pagi ini bukan Pak Amir yang mengajar, tentu saja
aku masih berjalan santai menuju ruang kuliah. Ya, Pak Amir yang berusia
sekitar 48 tahunan memang sangat keras dalam urusan disiplin, terlambat sepuluh
menit saja pastilah pintu ruangan kuliah akan dikuncinya. Kesempatan titip
absen-pun nyaris tidak ada karena ia hampir selalu mengecek daftar peserta hadir.
Dika |
Parahnya lagi, kehadiran minimal 85% adalah salah satu
prasyarat untuk dapat lulus dari mata kuliah ajarannya. Tersentak dari
lamunanku, ternyata tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak
berarti kesulitanku terhenti sampai disini. Ruanganku berada di lantai 6,
sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka. Tiba-tiba,
dari belakang terdengar suara merdu menyapaku,
“ Hay Alex..! ” Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku
adalah adik angkatanku yang bernama Dila.
“ Hay juga ” jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan
panik.
“ Kerah baju kamu terlipat tuh ” kata Dila.
Sadar, aku lalu membenarkan posisi kerah kemeja putihku
serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeansku.
“ Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti kamu buru-buru ya? ” kata
Dila lagi.
“ Iya nih, biasa Pak Amir ” jawabku.
“ Eummm.. ” Dila hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka akupun masuk ke dalam lift.
Ternyata Dila juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya
ada kami berdua, mataku iseng memandangi tubuh Dila. Ternyata hari itu ia
tampil sangat cantik. Sungguh tubuhnya putih dan mulus. Tinggi badan yang
kira-kira168 cm itu terbalut oleh kaos Gucci berwarna putih ketat.
Karena warna kaosnya putih secara otomatis Bhnya-pun
terlihat karena Bhnya berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. Sepertinya
ukuran payudaranya cukup besar, mungkin 34B. Ia juga mengenakan celana blue
jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan
indahnya.
Wangi parfum Dila memenuhi udara dalam lift, sekaligus
seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milikku. Hemm… pikirku, pantas saja
Dila sangat diincar oleh seluruh cowok di jurusanku, karena selain ia masih
single tubuhnya juga sangat proporsional. Lebih daripada itu prestasi akademiknya
juga cukup cemerlang.
Namun jujur diriku hanya menganggap Dila sebagai teman
belaka. Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus dengan pacarku dengan
cara yang kurang baik, sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar baru.
Tiba-tiba pintu lift membuka di lantai 3. Dila turun sambil menyunggingkan
senyumnya kepadaku.
Akupun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang
menutup aku sempat melihat Dila masuk ke sebuah ruang studio di lantai 3
tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin
menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya
keadaannya kosong.
Aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan
siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Setelah itu lift pun tertutup
dan membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah sampai
di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang karena disana
tertempel pengumuman singkat yang berbunyi.
“ kuliah Pak Amir ditunda sampai jam 11.00. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen ”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke
kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung
ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba-tiba saja teringat akan Dila.
Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun
kelantai 4 sambil berharap kalau Dila masih ada disana.
Sesampainya di lantai 3 ruang studio, aku tidak tahu apa
Dila masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan
ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana
ada Dila yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arahku,
tersenyum dan bertanya.
“ Hay Alex, ngga jadi kuliah? ”
“ Kuliahnya diundur ” jawabku singkat.
Ia-pun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya.
Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 5×5 meter itu
kosong, hanya ada suaraku, suara Dila, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak
sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dila.
Maklum, namanya juga cowok.hha. Karena aku penasaran, aku-pun segera mendekati
Dila,
“ Hey Dila, kog sendirian sih disini mau aku temenin nggak ?
” sapaku,
“ Boleh-boleh aja kok nemenin dila, kebetulan aku lagi
ngerjain tugas nih. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa
konsentrasi. ”
Sambung dila lagi,
“ Oh iya Lex, kamukan udah pernah ngambil kuliah ini kan? ”
Tanya Dila sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.Setelah menunjukan
tugasnya kemudian dila berkata lagi,
“ Bisa ajarin Dila nggak Lex, Dila dari tadi gak pusing nih
ngerjain tugas ini? ” pinta Dila padaku dengan sedikit manja,
“ Oke deh aku ajarin “ ucapku,
Setealah mengiyakan permintaanya, dan Akupun segera
mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas
tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu
mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang
tugasnya pun telah selesai.
“ Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih
banget ya Alex, udah ngerepotin kamu. ” Kata Dila ramah sembari menutup
laptopnya dan mengemasnya.
“ Apa sih yang ngga buat cewe tercantik di jurusan ini ”
kataku sekedar iseng menggoda.
Dila pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan
secara tiba-tiba ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku. Aku yang
refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini
pun dapat menghindar.
Secara tidak sengaja tubuh Dila-pun malah kehilangan
keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk. Secara
tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh
kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun.
“ Iih, Alex kok itunya tegang sih ? ” kata Dila sambil
membenarkan posisi tangannya.
“ Hhe… Maaaf ya Dil, ” kataku lirih.
Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya
saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku. Melihat mukanya
yang cantik, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang
bulat indah membuatku benar-benar menyadari kecantikannya.
Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku. Entah
siapa yang memulai, tiba-tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia
seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya
kewalahan. Harum tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin
menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Dila pun merubah posisi
duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah
kewanitaannya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan kejantananku yang
juga masih berada didalam celanaku dengan nikmatnya.
Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya
berjarak 10 cm dari wajahku. Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar
kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya
menekan dadaku yang bidang.
“ Eumm… mmmhhh… ” hanya suara itu yang dapat keluar dari
bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh Dila sampai ia
berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun
menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas-remas gundukan payudaranya yang
terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku.
“ Aaaahhh, Alex… ” Erangannya yang manja makin membuatku
bergairah.
Lalu kubuka kaos serta branya sehingga Dila pun sekarang
telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan payudaranya. Besar, putih,
harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang.
“ Ouh… Alex… ” ucapnya penuh nafsu sembari menekan kepalaku
kearah payudaranya.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Tangankupun
meremas, menjilat, dan mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum
putting payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin
kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Dila
menggelinjang.
“ Aaaahhhhh… Ssss… aaahhh… ” desah dila,
aku mendongak keatas dan melihat Dila sedang menutup matanya
sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibirku di
payudaranya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia
semakin bernafsu akan kulumanku di dadanya. Puas menyusu, akupun menurunkan
ciumanku kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu.
Lalu ciumanku makin mengalir turun ke arah selangkangannya.
Akupun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan
itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan kewanitaannya yang
begitu gemuk dari pandanganku.
Akupun mendekatkan hidungku ke arah kewanitaannya, tercium
wangi khas yang sangat harum. Ternyata Dila sangat pintar dalam menjaga bagian
kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku dapat merasakan miliknya
Dila.Akupun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu Basah.
Ternyata Dila memang sudah horny karena servisku. Jujur saja
aku merasa deg-degan karena selama ini aku belum pernah melakukan seks dengan
kedelapan mantan pacarku, paling hanya sampai taraf oral seks. Jadi ini boleh
dibilang pengalaman pertamaku. Dengan ragu-ragu akupun menjilati celana
dalamnya yang basah tersebut.
“ Eumm …. aaahhh… Oughhh… ” Dila mengerang menikmati
jilatanku.
Ternyata rasa cairan kewanitaan Dila gurih, sedikit asin
namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya
makin banyak meleleh.
“ Buka aja celana dalamku ” kata Dila.
Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya
sehingga sekarang Dila benar-benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian
lengkap. Benar-benar pemandangan yang indah. Kewanitaannya terpampang jelas di
depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat.
Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi.
Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap kewanitaannya,
menjilati bibir kewanitaannya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari
telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan G-Spotnya dan terus
memainkannya. setelah itu Dila terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat
seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini.
“ Eumm…, please don’t stop ” kata Dila dengan mata terpejam.
“ Ouuchhh… ” Rintih Dila di telingaku sambil matanya
berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya.
“ Ouhh… Ssshhh…Ahhhh ”, balasku merasakan nikmatnya
kewanitaan Dila yang makin basah.
Sembari terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan
menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong
kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati kewanitaannya secara lebih
intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak lama
kemudian,
“ Uouuhhhh… Dila mau ke… lu… ar… ” desah Dila,
Dengan seiring erangannya kewanitaan Dila-pun tiba-tiba
membanjiri mulutku mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya,
namun terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak menyia-nyiakannya dan
langsung meminumnya sampai habis.
“ Slruuppp… ” suaranya terdengar nyaring di ruangan
tersebut.
Nafas Dila terdengar terengah-engah, ia menggigit bibirnya
sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah
tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah akupun berdiri dan
mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
“ Alex… makasih ya kamu udah bikin Dila klimaks. Kamu malah
belum buka baju sama sekali, kamu curang, sekarang gantian sini !!! ” ucap
dila,
Setelah berkata lalu Dila mendorong tubuhku sehingga aku
duduk diatas sofa. Ia-pun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana
dalamku. Ia-pun kaget melihat batang kejantananku yang berukuran cukup besar.
Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5 cm. kepalanya yang seperti topi baja
berwarna merah tersentuh oleh jemari Dila yang lentik.
“ Alex, punya kamu gede banget… ” ucapnya,Kemudian Dila-pun
langsung mengulum kepala kejantananku. Rasanya sungguh nikmat sekali.
“ Eumm… Ahhh… Dila kamu nikmat banget… ” kataku.
Dengan segera lalu Dila menjelajahi seluruh penjuru
kejantananku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri
urat dibawah kejantananku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku.
“ Aaahhh… ouuhhh… ” hanya desahan itu yang mampu aku ucapkan
saat itu.
Lalu ia-pun kembali ke ujung kejantananku dan berusaha
memasukkan kejantananku sepanjang-panjangnya kedalam mulutnya. Akupun mendorong
kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang kejantananku hampir
3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil
membuka bajuku sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti
menelan kejantananku sebanyak 5-6 kali.Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk
membelakangiku, tangannya membimbing kejantananku memasuki liang kemaluannya.
“ Alex, aku masukin ya… ” kata Dila bergairah.
Lalu Ia-pun menduduki kejantananku, mulanya hanya masuk
3/4nya namun lama-lama seluruh batang kejantananku terbenam ke dalam liang
kewanitaannya. Wow, ternyata ini yang mereka katakan kenikmatan bercinta,
rasanya memang enak sekali pikirku. Ia-pun terus menaik-turunkan kewanitaannya
sambil kedua tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang.
“ Plak… plak… plak… ”
Suara paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan
kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku
menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang
jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena
cupanganku.
“ Dila, ganti posisi dong ” kataku.
Lalu Dila berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk
menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang
kewanitaannya yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan
kejantananku dari belakang.
“ aaahhhhh, pelan-pelan Honey ” kata Dila.Akupun menggenjot
tubuhnya sampai payudaranya berguncang-guncang dengan indahnya.
“ Aaaahhhhhkk…Alex…Ooucchhh… Ermmmhhh…”
suara Dila yang mengerang terus,Ditambah dengan cairannya
yang makin banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan
kejantananku,
“ Ooouwhhh…yeahhh ! fu*k me like that…ouuhhh…i’m your bitch
now ! ” erang Dila liar.
“ Aduhh… aaahhhhh… gila Dila… enak banget! ” ceracauku
sambil merem-melek.
“ Ouhhh… terus Alex… kocok terus ” Dila terus mendesah dan
meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking nikmatnya.
“ Yak… dikit lagi… aaahhhhh… Alex… udah mau ” Ucap Dila
mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks,
“ Dila… Aku juga… mau keluar… eerrhh ” geramku dengan
mempercepat gerakan,
“ Enak nggak Alex? ” tanyanya lirih kepadaku sambil
memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku.
“ Gila… enak banget … terusin Honey, yang kencang… ”
ucapku,Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk
meremas-remasnya. Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk
meremas pantatnya yang lembut.
“ Ouhhh… Sss… aaaahhhhh… Dila, aku udah ga tahan nih.
Keluarin dimana? ” tanyaku sembari terus menggerakan pinggulku,
“ ouhhh… mmm… sss… aaaahhhhh… Keluarin didalam aja ya, kita
barengan ” kata Dila.Makin lama goyangan kejantananku makin dalam dan makin
cepat saja,
“ Masukin yang dalem Honey… ouh… sss… ahhh…”, pinta
Dila.Kemudiaan akupun menambah kedalaman tusukan kejantananku, sampai pada
beberapa saat kemudian.
“ Ssss… aaahhhhh… Alex… kita keluarin sekarang… " kata
Dila,
Dengan tiba-tiba himpitan kewanitaan Dila pada kejantananku
terasa sangat kuat dan nikmat. Ia-pun keluar sambil tubuhnya bergetar. Akupun
tak mampu membendung Air mani pada kejantananku dan akhirnya kutembakkan
beberapa kali ke dalam liang kewanitaannya. Rasa hangat memenuhi kejantananku,
dan disaat bersamaan akupun memeluk Dila dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat
menyatu, akhirnya akupun mengeluarkan kejantananku dari dalam kewanitaannya.
Aku menyodorkan kejantananku ke wajah Dila dan ia segera mengulum serta menelan
habis Air mani yang masih berceceran di batang kejantananku.Aku menyandarkan
tubuhku pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku
Dila tersenyum sambil terus mengocok batang kejantananku tetapi semakin lama
semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak
beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman
dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah
pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang
sedang menocok kejantananku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“ Dila… mau keluar nih… ” kataku lirih sambil memejamkan
mata meresapi kenikmatan hisapan Dila.
“ Ssss… ahhh… sebentar jangan keluarin dulu, tahan dulu ya
Alex… ”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“ Loh kok ngga dilanjutin? ” tanyaku. Tanpa menjawab
pertanyaanku,
Dila mendekatkan dadanya ke arah kejantananku dan tanpa
sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit kejantananku dengan kedua
payudaranya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari kejantananku
yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok
kejantananku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan
menggunakan kedua tangannya. Kejantananku serasa diurut dengan sangat
nikmatnya. Terasa kurang licin, Dila pun melumuri payudaranya dengan liurnya
sendiri.
“ Gila Dila, kamu ternyata liar banget… ” Dila hanya
menjawab dengan sebuah senyuman nakal,
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur
tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan
tangannya tadi.
“ Enak nggak Alex? ” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap
mataku.
“ Gila… Bukan enak lagi… Tapi enak banget Honey… Terus kocok
yang kencang… ” ucapku ditengah kenikmatan,Tanganku yang masih bebas kugerakkan
kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh nafsu,
“ Ahhh… ouwhhh… ” desahnya pelan sambil kembali memejamkan
matanya.Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa
daratan.Tak lama kemudian,
“ Ouh… ahhhh… Dila aku mau keluar lagi nih… ” Ucapku
sebelum aku mendapatkan klimaks-ku Tidak lama kemudian
akupun menyemburkan beberapa tetes Air maniku kedalam mulutnya yang langsung
ditelan habis oleh Dila. Ia-pun lalu menciumku sehingga aku merasakan Air maniku
sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku
mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun pulang kekostan setelah
mengantarkan Dila ke kostannya menggunakan mobilku. Dialam mobil ia berkata
bahwa ia sangat puas setelah bercinta denganku serta menginginkan untuk
mengulanginya kapan-kapan.
Akupun segera menyanggupi dan mencium mesra bibirnya.
Setelah itu aku mengarahkan mobilku ke kostanku yang berada di daerah Dago.
Soal kuliahnya Pak Amir , aku sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan
anugerah yang tidak terkira, yaitu bisa bercinta dengan Dila kembang kampus
yang menjadi pujaan para cowok kampusku.
Komentar
Posting Komentar