Renita hendak berteriak minta tolong tapi mulutnya langsung dibekap oleh seorang preman berbadan kekar yang berdiri di belakangnya. Ternyata ketiga preman itu memang tidak mabuk meskipun mereka baru saja menenggak beberapa botol minuman beralkohol bergambar burung kakak tua.
Mungkin karena memang
minuman murahan hingga kadar alkoholnya relatif sedikit dan lebih banyak kadar airnya
Maklum saja karena mereka adalah preman kelas teri sehingga tak punya banyak
modal untuk membeli minuman mahal.
Dua orang preman yang lain terlihat
tertawa dengan licik melihat Renita yang sudah tidak berdaya.
”gila.. bening banget nih
cewek !! mimpi ape kita kemaren”
“kalo gue sih mimpi ketiban
duren”
“udeh lo bedua berisik
banget !! mending lo berdua buka jaket nih cewek,,”.
“oke bos,,”. Salah satu
preman itu menarik resleting jaket Renita ke bawah sementara preman terakhir
memegangi kaki Renita agar tidak menendang-nendang lagi. Preman yang ditugasi
untuk membuka jaket sangat kaget ketika resleting jaket Renita sudah terbuka
sampai ke perutnya.
“wow !! ni cewek ternyata
cuma pake jaket doang dan kagak pake baju dia bos”
“ah.. yang bener lo Jo” si
bos preman itu pun menutupi mulut Renita dengan tangan kirinya dan tangan
kanannya bergerak menyusup ke dalam jaket Renita dan langsung meremas kencang
payudara kiri gadis itu.
![]() |
Renita |
Ekspresi wajah Renita
menunjukkan kalau Ia sedang kesakitan akibat remasan kencang si bos preman di
payudara kirinya. Preman yang memegangi kaki Renita tidak tahan hanya melihat
kaki & paha Renita yang putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Jadi, preman
itu mengelus-elus paha Renita dengan tangan kanannya lalu tangan preman itu
terus bergerak hingga ke pangkal paha Renita.
“dia juga gak pake celana
dalem bos,,kayaknye die emang udeh siap buat dientot ni bos,,”.
“yaude,,lepasin jaketnye,
Jo,,biar ni cewek telanjang sekalian,,”.
“oke bos,,”. Ketiga preman
itu jadi lengah sehingga otak Renita langsung bekerja untuk melepaskan diri
dari ketiga preman itu. Kemudian Renita mendorong dengan keras kepalanya ke arah
belakang sehingga mengenai wajah si bos preman.
“aarrgghh !! bos preman itu
langsung menjauh dari Renita sambil memegangi hidungnya yang hampir patah
karena terbentur bagian belakang dari kepala Renita. Renita mengangkat kaki
kanannya sehingga lutut Renita langsung menghantam dagu preman yang memegangi
kakinya. Preman itu langsung jatuh terjerembab ke belakang. Setelah itu ia
langsung meninju preman yang tadi ditugasi melucuti jaketnya. Meski tinju Renita
lemah, tapi mampu membuat preman itu juga jatuh ke belakang karena preman itu
berjongkok dengan sedikit berjinjit.
Renita pun langsung
mengambil langkah seribu menjauhi 3 preman yang sedang kesakitan sambil
berteriak minta tolong. Ada orang keluar dari warung, Renita berlari ke arah
orang itu, sambil berlari, Renita menarik resleting jaketnya ke atas lagi agar
payudaranya tertutupi jaket.
“tolong pak,,saya mau
diperkosa,,”, kata Renita sambil berlindung di belakang orang itu.
“mana Dek !! orang yang mau
merkosa ”, ujar orang itu sambil bertolak pinggang seperti jagoan. Kemudian
ketiga preman itu muncul di hadapan abang pemilik warung dengan nafas mereka
yang terengah-engah. Renita merasa sedikit tenang melihat si abang pemilik
warung kelihatannya tidak gentar menghadapi 3 orang preman itu.
Tiba-tiba, trio preman itu
langsung bergerak ke belakang si abang pemilik warung dan menangkap Renita.
“pak,,tolong saya,,”, pinta
Renita dengan wajah sedihnya. Abang pemilik warung itu menoleh ke belakang.
“ah.. parah lo bertiga.
udah gue kasih minuman. malah gak ngajak gue pas mau merkosa cewek” kata-kata
yang keluar dari mulut si abang pemilik warung membuat Renita seperti tersamber
petir.
“gimane mau ngajak lo
Din,,die aje kabur,,”.
“kok bisa kabur?”.
“noh,,gara-gara si Narjo
buka jaketnye kelamaan,,”.
“bukan salah gue
bos,,gara-gara si Bagus,,megangin kakinye gak bener,,”.
“enak aje,,lo,,bos Hari
juga salah,,”.
“udeh,,udeh,,mending,,kite
mulai aje,,ngerjain ni cewek nyang kayak bidadari ini,,”.
“bener juge ape kate
lo,,Yo,,”. Akhirnya, nama mereka terungkap juga. Si bos preman bernama Hari, si
abang pemilik warung bernama Taryo, preman yang tadi memegangi kaki Renita
bernama Bagus, dan preman yang terakhir bernama Narjo.
“ngapain lo kabur
tadi,,hah?!”, sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Renita.
“udeh,,kite telanjangin aje
nih cewek,,biar die kapok,,”. Dalam waktu sekejap, jaket Renita sudah dibuang
jauh-jauh oleh Hari.
“buset,,bodynye bohay
banget,,”, ujar Narjo.
“liat tuh
memeknye,,kayaknye,,masih perawan,,”.
“berarti gue yang
merawanin,,”, kata Udin.
“enak aje lo, Din..gue bosnye
disini,,”, balas Hari.
“tapi,,ini kan warung
gue,,”, balas Udin tak mau kalah.
“yaude,,lo yang
merawanin,,tapi kite gratis minum di warung lo satu minggu ye,,”, kata Hari.
“sip dah,,nyang penting
bisa merawanin cewek,,”.
“jangan perkosa saya,,”,
pinta Renita, air matanya pun mengalir keluar.
“diem lo !! ntar lo juga
enak,,”, ejek Bagus.
“kite taro aje di bangku
biar lebih enak,,”, usul Narjo.
“bener juga lo Jo,,”. Narjo
& Bagus mengangkat tubuh Renita dan menaruh Renita di kursi panjang dari
kayu yang biasa ada di warteg. Bagus & Narjo mengangkat kaki Renita ke atas
sehingga vagina Renita yang ada di tepi ujung bangku benar-benar terekspos
dengan sangat jelas.
Hari duduk di ujung bangku
yang satunya, dia memegangi kedua tangan Renita sambil menikmati kelembutan
dari bibir Renita yang tipis dan lembut. Renita tau kalau dia tidak bisa
melakukan perlawanan lagi karena kali ini dia benar-benar tidak berdaya. Renita
tidak tau apa yang akan terjadi pada vaginanya karena pandangannya tertutupi
leher Hari.
“gue jilat dulu ah,,pengen
tau,,memeknye perawan manis ape nggak,,hehe,,”, ujar Udin. Udin berjongkok di
depan vagina Renita dan menatapi pemandangan indah di depannya bagai detektif
yang memperhatikan dengan teliti untuk menemukan barang bukti.
“gak ade bulunye lagi,,jadi
tambah napsu gue,,”, kata Udin.
“udeh,,cepetan lo Din,,ntar
gantian,,”, kata Hari lalu Hari melanjutkan melumat bibir Renita lagi.
“sabar nape lo,,”. Udin
mengelus-elus kedua paha mulus Renita hingga menyentuh pangkal paha Renita.
Lalu Udin mendekatkan wajahnya ke vagina Renita. Udin semakin nafsu setelah
melihat bentuk vagina Renita yang masih sempurna serta wangi alami dari vagina Renita
yang dirawat dengan baik oleh Renita.
Udin menyapu belahan bibir
vagina Renita dari bawah ke atas dengan sekali sapuan saja. Renita
menggelinjang karena sapuan lidah Udin seperti sengatan listrik yang mengalir
di sekujur tubuhnya. Kemudian, Udin menggelitik klitoris Renita dengan
lidahnya.
“mmmffhh,,”, desah Renita tertahan bibir Hari. Bagus & Narjo tidak hanya memegangi kaki Renita saja, tapi masing-masing dari mereka juga ‘memegangi’ dan meremasi payudara Renita. Udin membuka bibir vagina Renita sehingga dia bisa melihat bagian dalam dari vagina Renita yang terlihat sangat menggiurkan karena masih merah merekah. Lidah Udin sudah terselip di dalam lubang vagina Renita. Udin membenamkan kepalanya ke selangkangan Renita agar Udin bisa memasukkan lidahnya lebih dalam ke vagina Renita. Renita memang menolak, tapi dia tidak bisa menyangkal tubuhnya yang dengan senang hati menerima serangan lidah Udin.
“nnggffhh,,,”, suara
lenguhan Renita yang masih tertahan bibir Hari. Tubuh Renita menjadi tegang
karena dia sedang mengalami orgasme.
“ssuurpp,,slluurrp,,”, Udin
tidak menyia-nyiakan satu tetes pun hingga cairan vagina Renita tak bersisa.
“gimane Din?”, tanya Bagus.
“maknyus,,enak
banget,,manis ‘n gurih,,”, jawab Udin.
“namanye juga memek
perawan,,”, ujar Narjo.
“gantian lo Din,,”, kata
Hari.
“okeh,,”. Hari & Udin
bertukar posisi. Mereka bergantian menjilati vagina Renita hingga masing-masing
mereka telah mencicipi cairan vagina Renita. Renita sudah pasrah karena
tenaganya habis setelah 4x orgasme. Sekarang, Udin berhadapan dengan vagina Renita
lagi dengan celananya yang sudah melorot sehingga penis Udin terbebas keluar dari
sangkarnya.
“akhirnye,, gue bisa
ngerasain memek perawan juga,,”, ujar Udin. Udin sudah sangat bersemangat ingin
segera menghujamkan penisnya ke dalam vagina Renita.
“hoi !!”, teriak seseorang.
4 orang itu menengok ke arah sumber suara yang mereka dengar.
“siape lo?!”, tanya Udin.
“jangan ganggu dia !!”,
teriak orang itu. Udin bergegas memakai celananya lagi.
“mao jadi jagoan lo?”.
Bagus & Narjo melepaskan kaki Renita dan maju bersama Udin ke arah orang
itu sementara Hari mengikat kaki & tangan Renita dengan tali rafiah yang
Hari ambil dari warung Udin.
“lo semua,,jangan ganggu
tuh cewek !!”, kata orang itu.
“oh,,lo mao jadi jagoan lo
yee,,”, kata Hari yang bergabung dengan Udin, Bagus, dan Narjo.
“nyari mati die,,kite
matiin aje nih orang,,biar kite bisa ngentotin perawan,,”.
“Gus,,Jo,,maju lo
bedua,,hajar ampe mampus nih jagoan kemaleman,,”, perintah Hari.
“oke bos,,”, jawab Bagus
& Narjo maju mendekat ke orang itu. Bagus menyerang duluan, dia melayangkan
tinju kanannya ke arah orang itu. Orang itu menangkis dengan tangan kanannya,
lalu segera menendang perut Bagus dengan cepat. Meski hanya 1 kali tendangan,
Bagus langsung sujud sambil memegangi perutnya dan meringis kesakitan. Narjo
menyerang orang itu dari belakang dengan melayangkan sebuah pukulan.
Tapi, dengan cekatan orang
itu menghindar ke kiri lalu menggerakkan siku tangan kanannya untuk mengenai
perut Narjo. Narjo langsung kesakitan karena hantaman siku orang itu begitu
kuat. Orang itu langsung melakukan tendangan berputar ke belakang dan mengenai wajah
Narjo sehingga Narjo langsung terlempar ke samping.
“sialan lo !!”, Hari &
Udin langsung maju menyerang orang itu. Tapi, orang itu melayangkan 2 jurus
tendangan saja, Udin dan Hari langsung kesakitan.
“awas lo ye,,!!”, ancem
Hari sambil kabur. Udin, Bagus, dan Narjo juga lari dengan sangat kencang.
Orang itu mendekati Renita yang tidak berbusana dan tidak berdaya karena kaki
& tangannya terikat ke bangku.
“lo gak apa-apa?”, kata
orang itu sambil melepaskan ikatan di kaki dan tangan Renita.
“terima kasih,,”, jawab Renita
masih lemah.
“nih,,pake jaket gue,,”,
orang itu memakaikan jaketnya ke Renita setelah Renita duduk di bangku.
“terima kasih Mas,,”.
“kenalin nama gue Eno,,”.
“nama saya Renita,,”.
Ternyata, Eno adalah sabuk hitam dalam Taekwondo sehingga tidak heran dia mengalahkan 4 orang tadi dengan sangat mudah meskipun wajah Eno tidak mendekati kata ganteng sedikit pun.
“ngapain lo malem-malem ada
di luar?”.
“saya baru dateng dari desa
Mas,,”.
“oh,,pantes aja,,mukanya
masih lugu,,terus sekarang mana celana kamu? masa gak pake celana kayak
gini,,”.
“gak tau Mas,,”.
“yaudah,,lo pake celana
training gue aja,,”, kata Eno menyerahkan celana trainingnya yang dia ambil
dari dalam tasnya.
“makasih Mas,,”.
“lo mau kemana sekarang?”.
“mm,,saya mau ke rumah saudara saya,,”, Renita berbohong.
“mau gue anter?”.
“ah,,gak usah Mas,,saya
jalan sendiri saja,,”, Renita menolak tawaran dari Eno karena dia sudah tidak
percaya kepada laki-laki.
“yaudah,,tapi gue anterin
ke tempat yang lebih rame ya?”.
“apa gak ngerepotin?”.
“gak apa-apa,,yuk,,”. Eno
berjalan ke motornya yang diparkir agak jauh dari warung. Renita memakai celana
training Eno sehingga akhirnya, vagina Renita tertutup juga.
Eno datang mendekati Renita
dengan mengendarai motornya.
“ayo,,naik,,”.
“iya Mas,,”. Renita naik
membonceng di belakang lalu Eno memacu motornya menjauhi warung itu menuju ke
tempat yang lebih ramai.
“makasih ya Mas,,”, Renita
turun dari motor.
“lo gak pake alas kaki ya
dari tadi?”.
“iya,,Mas,,ilang,,”.
“oh,,kalo gitu pake sendal
gue aja,,nih,,”.
“ntar Mas gimana?”.
“udah,,gak apa-apa,,pake
aja,,tapi beneran lo gak apa-apa jalan sendiri?”.
“iya Mas,,gak
apa-apa,,makasih banyak udah nyelametin saya Mas,,”.
“yaudah deh,,gue duluan
ya,,ati-ati lo,,”. Eno pun pergi meninggalkan Renita karena dia ada urusan
penting. Renita berjalan sendiri lagi, tapi kali ini dia memakai celana untuk
menutupi bagian bawah tubuhnya dan sendal untuk melindungi kakinya. Tenaga Renita
tinggal seperempat saja sehingga Renita hanya mengikuti kakinya tanpa tau arah
& tujuan. Kakinya membawa Renita ke sebuah komplek perumahan yang lumayan
elit. Seperti komplek lainnya, ada pos satpam dan portal sebelum masuk ke
komplek, tapi kelihatannya satpamnya sedang tidak ada.
Renita masuk ke daerah
komplek itu dengan langkah gontai karena dia sudah sangat lemas. Battery empty,
please recharge. Tenaga Renita sudah benar-benar tidak tersisa lagi kali ini
sehingga Renita jatuh pingsan di depan sebuah rumah yang besar. Dengan mata
yang samar-samar, Renita melihat ada seseorang yang mengangkat tubuhnya.
Setelah itu, Renita sudah tak sadarkan diri. Saat bangun, Renita sudah berada di atas ranjang yang sangat empuk. Dia meregangkan tubuhnya alias ngulet.Badan Renita sudah benar-benar segar sehabis tidur sehingga Renita memutuskan untuk bangun dari ranjang. Kamar itu begitu besar, luas, dan penuh dengan barang yang keliatannya mahal. Renita tidak berani menyentuh apa-apa karena takut ada yang pecah. Renita berjalan menuju ke pintu kamar yang sangat besar. Renita membuka pintu kamar itu dan berjalan keluar dari kamar. Renita menjelajahi rumah yang lumayan besar itu dan mencari si pemilik rumah yang mungkin tadi telah membawanya masuk ke dalam rumah.
Setelah itu, Renita sudah tak sadarkan diri. Saat bangun, Renita sudah berada di atas ranjang yang sangat empuk. Dia meregangkan tubuhnya alias ngulet.Badan Renita sudah benar-benar segar sehabis tidur sehingga Renita memutuskan untuk bangun dari ranjang. Kamar itu begitu besar, luas, dan penuh dengan barang yang keliatannya mahal. Renita tidak berani menyentuh apa-apa karena takut ada yang pecah. Renita berjalan menuju ke pintu kamar yang sangat besar. Renita membuka pintu kamar itu dan berjalan keluar dari kamar. Renita menjelajahi rumah yang lumayan besar itu dan mencari si pemilik rumah yang mungkin tadi telah membawanya masuk ke dalam rumah.
Tapi, meski dicari
kemana-mana, Renita tidak menemukan siapa-siapa di rumah itu. Jadi, Renita hanya
duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tiba-tiba Renita mendengar suara pintu
terbuka. Seorang bapak masuk ke dalam ruang tamu.
“eh,,kamu udah bangun?”.
“bapak siapa?”, tanya Renita
ketakutan.
“nama
bapak,,Dirman,,kamu?”.
“nama saya Renita,,kenapa
saya ada disini?”.
“tadi kamu pingsan di depan
rumah bapak,,jadi bapak bawa kamu ke dalem rumah,,”.
“maaf,,saya ngerepotin
bapak,,”.
“kenapa nak Renita bisa pingsan?”.
“saya kesasar,,”.
“oh,,kalo gitu,,nak Renita
tinggal disini aja dulu,,”.
“aduh,,maap pak,,saya gak
mau ngerepotin,,”.
“gak apa-apa,,pasti kamu
lapar,,udah lah,,malem ini nak Renita tinggal disini dulu,,”.
“tapi kalau saya tinggal
disini,,apa istri bapak gak apa-apa?”.
“oh,,nak Renita tenang
saja,,istri bapak sudah gak ada,,”.
“oh,,maap Pak,,saya gak
bermaksud,,”.
“ah,,gak apa-apa,,ayo nak Renita,,kita
makan,,”.
“gak usah Pak,,”.
“kruuk.. bunyi dari perut Renita
yang keroncongan membuat Renita tersipu malu.
“tuh kan,,udah ayo kita
makan,,”, Pak Dirman menarik tangan kanan Renita dan membawanya ke ruang makan.
Sambil berjalan ke ruang makan, pikiran Renita bercabang menjadi 2. Yang satu, Renita
deg-degan dan khawatir dengan Pak Dirman yang duda karena Renita teringat
kejadian bersama ayah angkatnya. Sedangkan, pikiran Renita yang lain mengatakan
kalau dia pergi malam ini, dia bakal kelaparan dan mungkin dia akan diperkosa
oleh preman-preman yang sedang mabok. Jadi, Renita telah memilih untuk tinggal
di rumah itu untuk semalam.
“gue nginep disini dulu
deh,,kayaknya ni bapak gak punya pikiran macem-macem,,”, pikir Renita. Pak
Dirman memang terlihat seperti bapak yang baik, tapi who knows?.
“makanan sudah siap Pak,,”,
sapa orang yang ada di dekat meja makan.
“oh,,makasih To,,kamu sudah
makan, To?”.
“saya mah gampang,
Pak,,saya permisi dulu ke belakang ya Pak,,”.
Parto berjalan keluar dari
dapur.
“ayo,,nak Renita,,mari
makan,,”.
“gak apa-apa nih Pak
Dirman?”.
“gak apa-apa,,hayo
cepet,,mumpung masih anget,,”. Pak Dirman duduk lebih dulu, disusul Renita yang
masih agak malu-malu duduk di meja makan.
“ayo Renita,,gak usah
malu-malu,,ayo makan,,”.
“iya Pak,,”. Pak Dirman
mulai mengambil makanan sedangkan Renita hanya sedikit mengambil makanan karena
Renita masih agak malu-malu.
“mm,,Pak Dirman,,saya boleh
numpang ke kamar kecil?”.
“oh boleh,,nak Renita terus
aja terus belok kiri,,nah ruangan yang ada di kanan,,itu wc,,”.
“makasih Pak,,saya permisi
dulu,,”.
“oh ya,,ya,,silakan,,”. Renita mengikuti arahan petunjuk dari Pak Dirman sehingga dia bisa menemukan kamar mandi. Setelah buang air kecil, Renita mencuci tangannya di wastafel sambil menatap kaca yang ada di depannya. Renita melihat bayangan seorang gadis berparas cantik dengan kulit wajah putih merona. Bayangan itu tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri.
Damn, my beautiful face. Renita
berpikir kalau saja wajahnya tidak cantik mungkin hidupnya tidak seperti
sekarang, mungkin dia akan hidup bahagia. Tapi, apa mau dikata. Wajah tidak
bisa diganti, operasi plastik tidak mungkin Renita lakukan karena kantongnya
hanya berisi angin saja alias boke’. Renita kembali lagi ke ruang makan dan
duduk kembali di bangkunya.
“ayo nak Renita,,makan
lagi,,”.
“aduh,,saya udah kenyang
Pak,,”, kata Renita sambil meminum sisa air minumnya.
“bener nak Renita udah
kenyang? gak mau nambah?”.
“makasih,,Pak,,saya udah
kenyang banget,,”, Renita merasa matanya berat sekali dan mati-matian melawan
rasa kantuk yang tiba-tiba menyerangnya.
“padahal gue baru tidur,,kenapa gue udah ngantuk lagi?”, tanya Renita dalam hati. Renita mengucek-ngucek matanya.
“kenapa? nak Renita
ngantuk?”.
“iya nih Pak,,padahal saya
baru istirahat,,”.
“ya sudah,,Parto !!”, Pak
Dirman memanggil Parto. Dalam waktu sebentar, Parto sudah datang.
“ada apa Pak?”.
“tolong antarkan Renita ke
kamarnya,,”.
“baik, Pak,,”.
“mari,,nona Renita,,saya
tunjukkan kamarnya,,”.
“terima kasih Mas
Parto,,Pak Dirman,,maaf,,saya tidur duluan,,”.
“oh,,ya,,gak apa-apa,,nak Renita
emang harus istirahat,,”.
“saya permisi dulu ya Pak
Dirman,,makasih banget,,udah bolehin saya makan,,”.
“udah,,nak Renita istirahat
sana,,”. Renita berjalan di belakang Parto menuju ke kamarnya.
“disini,,kamarnya nona,,”,
Parto membuka pintu sebuah kamar yang dalamnya lumayan mewah.
“terima kasih,,Mas
Parto,,”. Renita masuk ke dalam kamarnya sementara Parto pergi meninggalkan Renita.
“akhirnya,,”, baru saja Renita
mengambrukkan tubuhnya ke kasur, dia langsung tertidur. Ternyata, ada yang
memasukkan obat tidur ke dalam minuman Renita. Obat tidur itu bereaksi dengan
cepat, namun hanya sebentar membuat orang tertidur mungkin hanya 1-2 jam saja. Renita
terbangun dan menyadari kalau dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki
& tangannya. Tangan Renita terikat ke tiang ranjang dan kaki Renita terikat
ke tiang ranjang yang lain sehingga kini, Renita dalam posisi X.
“tolong,,!!”, teriak Renita
kencang. Seseorang langsung masuk ke dalam kamar Renita.
“tolong saya,,Pak Dirman”,
pinta Renita dengan cemas. Pak Dirman mendekat ke arah Renita yang telanjang
dan terikat ke ranjang.
“tolo,,”, Renita berhenti
meminta tolong ke Pak Dirman karena dia melihat Pak Dirman tersenyum licik dan
tatapan matanya bagai srigala lapar.
“tol,,mmffhh,,”, mulut Renita
langsung dibukam oleh Pak Dirman.
“gak nyangka,,malem-malem,,dapet rejeki nomplok,,”. Pak Dirman naik ke atas ranjang dan duduk di depan selangkangan Renita yang terbuka lebar. Pak Dirman menindih tubuh Renita lalu Pak Dirman melepaskan bungkaman di mulut Renita. Kemuan Pak Dirman langsung membungkam mulut Renita lagi, tapi kali ini dengan mulutnya. Pak Dirman mengulum bibir atas dan bibir bawah Renita. Lalu Pak Dirman melumat bibir Renita habis-habisan sambil terus memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Renita. Renita sadar dia tidak bisa melawan seperti kejadian-kejadian sebelumnya sehingga Renita sudah pasrah apa yang akan terjadi nantinya.
Pak Dirman benar-benar
mencumbu Renita sepuas-puasnya karena Pak Dirman terus melumat bibir Renita
dengan sangat bernafsu. Setelah puas menikmati bibir Renita, Pak Dirman bangkit
dari atas tubuh Renita.
“badan kamu bagus
banget,,”.
“tolonngg !!”.
“percuma kamu minta tolong,,mending kamu pasrah aja,,”. Pak Dirman mencengkram kedua buah payudara Renita yang bentuknya sangat indah itu. Pak Dirman meremas-remas kedua buah payudara Renita sambil sesekali mencubit payudara Renita. Lalu Pak Dirman mendekatkan wajahnya ke payudara Renita, dia mulai menciumi, menggigiti, mencupangi, dan menjilati kedua buah payudara Renita beserta putingnya.
“oouuummhh,,”, sebuah
desahan keluar dari mulut Renita. Wajah Renita merah seperti kepiting rebus
karena dia tidak bisa menahan malu, tadi dia menolak mati-matian, tapi kini dia
malah mengeluarkan desahan karena Renita tidak bisa mengingkari betapa
nikmatnya lidah Pak Dirman yang menari-nari di payudaranya.
Pak Dirman menurunkan
ciumannya ke perut Renita. Pak Dirman mencucuk-cucukkan lidahnya ke pusar Renita.
Lalu Pak Dirman menciumi perut Renita terus ke bawah hingga akhirnya sampai
juga di lembah kenikmatan milik Renita.
“wangi,,wangi sekali,,”, komentar Pak Dirman setelah dia menghirup aroma wangi yang semerbak di daerah selangkangan Renita. Pak Dirman turun dari ranjang, dia membuka ikatan kaki kiri Renita lalu Pak Dirman mengikat kaki kiri Renita lebih tinggi lagi kemudian Pak Dirman juga melakukan hal yang sama ke kaki kanan Renita sehingga sekarang kaki Renita menjulang ke atas bagai huruf V.
“nah,,kalo gini kan lebih
gampang,,”. Pak Dirman naik lagi ke atas ranjang dan posisi kepalanya sudah
berada di antara paha putih nan mulus Renita. Pak Dirman memulai dengan
mengecup klitoris Renita berulang kali sehingga sebagai respon, tubuh Renita
menggelinjang.
“sekarang enak kan?
makanya,,kamu gak usah ngelawan lagi,,”, ejek Pak Dirman.
Renita merasa seperti
wanita murahan karena dia begitu menikmati lidah Pak Dirman yang sekarang sudah
menjelajahi sekitar vaginanya.
“mmmhhh,,”, desah Renita pelan. Pak Dirman melebarkan kedua bibir vagina Renita sehingga Pak Dirman bisa melihat bagian dalam dari vagina Renita yang masih terlihat merah menggoda.
“jangan-jangan kamu masih
perawan ya? beruntungnya malem ini,,”. Lidah Pak Dirman sudah mengaduk-aduk
liang vagina Renita.
“ooohhhh,,!!”, erang Renita
mendapatkan orgasmenya. Pak Dirman tidak percaya dengan rasa cairan vagina Renita.
Manis, gurih, dan sedikit rasa asin tercampur dengan komposisi yang sangat pas
sehingga Pak Dirman mengais-ngais sisa cairan vagina Renita hingga tak ada sisa
setetes pun. Tonjolan di celana Pak Dirman sudah sangat besar yang menandakan
kalau Pak Dirman sudah horny berat. Pak Dirman langsung melucuti pakaian dan
celananya sendiri sampai perutnya yang buncit bisa dilihat oleh Renita. Renita
sangat kaget melihat apa yang mengacung tegak di bawah perut Pak Dirman.
Penis pertama yang Renita
lihat adalah penis ayah angkatnya, dan penis Pak Dirman lebih besar.
“jangan,,”, lirih Renita
pelan. Pak Dirman tidak mengindahkan Renita, Pak Dirman malah sudah
bersiap-siap mencoblos vagina Renita. Kepala penis Pak Dirman sudah berada di
depan lubang vagina Renita.
“tidaakk,,!!”, teriak Renita
dengan suaranya yang lemah lembut. Air mata Renita mengalir dari kedua matanya
karena Renita tau kalau keperawanannya sudah tak terselamatkan lagi karena dia
tidak bisa melakukan perlawanan. Pak Dirman mendorong penisnya ke dalam vagina Renita.
Perlahan tapi pasti, penis Pak Dirman menyusup masuk ke dalam vagina Renita.
“uugghh,,sempithh,,”,
celoteh Pak Dirman sambil menekan penisnya ke dalam vagina Renita yang sangat
kuat menjepit penis Pak Dirman karena vagina Renita masih sempit dan
rapet..pet..pet. Good bye virginity, welcome paradise. Renita merasakan ada
yang robek di dalam vaginanya.
“nngghh,,,”, Renita terus
menangis sambil meringis kesakitan yang luar biasa karena Renita merasakan
vaginanya seperti terbakar dan melebar hingga semaksimal mungkin. Penis Pak
Dirman sudah sepenuhnya berada di dalam vagina Renita, Pak Dirman merasakan
liang vagina Renita memijit & menjepit penisnya dengan sangat kuat.
“oohh,,enak banget,,”,
desah Pak Dirman. Lalu Pak Dirman melihat ke arah penisnya, ada sedikit darah
yang menyelip keluar dari vagina Renita.
“ternyata,,kamu bener-bener
masih perawan ya,,gak nyangka,,saya beruntung banget malam ini,,”. Renita hanya
menangis saja.
“kalo gitu,,maennya
pelan-pelan aja ya,,”. Pak Dirman mulai memaju-mundurkan pinggulnya dengan
sangat pelan.
“heenngghh,,”, Renita masih
merasakan pedih sekaligus sedih. Sekarang penis Pak Dirman keluar masuk vagina Renita
lebih cepat dari sebelumnya dan terus bertambah cepat. Sambil mengaduk-aduk
vagina Renita yang luar biasa sempit itu, Pak Dirman membelai kedua buah payudara
Renita dengan lidahnya.
“uummmhhh,,”, Renita
mendesah karena rasa pedih yang dia rasakan sudah hilang sehingga hanya tinggal
rasa nikmat saja yang Renita rasakan. Air mata Renita pun sudah tidak keluar
lagi karena mata Renita sudah kering.
“nah,,mulai enak ya?”, ejek
Pak Dirman melihat Renita yang mulai keenakan. Rasa malu dan hina menyerang Renita
sehingga Renita menolehkan kepalanya ke kiri dan menutup matanya, tapi Renita
tidak bisa berhenti mendesah karena itu adalah lolongan jiwanya. Pak Dirman
menciumi leher Renita membuat Renita merinding karena geli.
“aaahhh,,”, aliran listrik
menjalar di sekujur tubuh Renita yang menandakan kalau dia sudah mencapai
orgasme pertamanya.
“ccppllkk,,ccppllkk,,”,
suara penis Pak Dirman yang keluar masuk vagina Renita yang kini sudah becek
gara-gara cairan vagina Renita sendiri. Jepitan vagina Renita dan rasa hangat
dari cairan vagina Renita membuat Pak Dirman betah membiarkan penisnya
berlama-lama di dalam vagina Renita sehingga Pak Dirman menggenjot vagina Renita
dengan tempo yang lambat.
“ooohh,,yeesshh,,”, erang
Pak Dirman karena dia sedang menembaki rahim Renita dengan spermanya. Pak
Dirman benar-benar puas menikmati permainannya dengan Renita yang baru saja
selesai. Meskipun berkeringat, tapi tubuh Renita tetap mengeluarkan aroma wangi
yang enak untuk dihirup.
“ploop,,”, Pak Dirman
mencabut penisnya dari vagina Renita. Cairan merah muda langsung meleleh keluar
dari vagina Renita. Cairan merah muda itu dihasilkan dari campuran darah
keperawanan Renita, cairan vagina Renita, dan sperma Pak Dirman yang tercampur
dengan rata di dalam vagina Renita.
“wah,,udah jam 2 malem,,besok
harus bangun pagi,,kita lanjutin besok ya,,hehe”, kata Pak Dirman sambil
mencubit pipi Renita yang halus itu. Lalu Pak Dirman meninggalkan Renita yang
masih terikat ke ranjang. Renita menangis lagi karena keperawanannya baru saja
direnggut oleh Pak Dirman, orang yang baru saja dia kenal, mending kalau
ganteng, wajah Pak Dirman sama sekali tidak ada sisi bagusnya.
Pak Dirman kembali lagi ke
kamar Renita.
“saya lupa,,”. Pak Dirman
memegang dildo yang besar di tangan kanannya dan memegang lakban serta gunting
di tangan kirinya. Pak Dirman mendekat ke Renita, lalu Pak Dirman menancapkan
dildo ke vagina Renita.
“nnghh,,”, Renita menahan
pedih karena dildo itu lumayan besar. Batang dildo itu sudah tertanam di dalam
vagina Renita, lalu Pak Dirman menekan tombol on yang ada di pangkal dildo.
“mmmhhh,,”, Renita mendesah
ketika dildo itu mulai bergerak-gerak dan berputar-putar di dalam vaginanya.
Pak Dirman menutupi pegangan dildo itu dengan lakban secara horizontal &
vertical sehingga membentuk tanda ‘+’.
“selamat tidur ya,,bidadari
cantik,,hehe,,”, Pak Dirman meninggalkan Renita yang terikat ke ranjang dengan
dildo yang mengobok-obok vagina Renita. Orgasme demi orgasme Renita dapatkan
dari dildo yang terus mengobok-obok vaginanya semalaman sampai-sampai tenaga Renita
habis sehingga Renita pun pingsan.
Komentar
Posting Komentar