Langsung ke konten utama

Kisah Annisa 2


Keesokan paginya Annisa berangkat ke sekolah seperti biasa. Ada yang berbeda hari ini, ia tak memakai bh dan celana dalam. kemarin Pandu memintanya untuk tidak mengenakan apapun selain seragam sekolahnya itu.
Sesampainya di sekolah seperti biasa Annisa memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Annisa turun dari mobil dengan perasaan cemas, ia khawatir kalau sampai ada orang lain yang tahu apa yang ia lakukan.

“tenang aja gaada yang bakal tau kok…” batinnya, mencoba menguatkan dirinya sendiri. Annisa pun bergegas menuju kelas tanpa ragu. Sesampainya di kelas seperti biasa ia duduk di samping sahabatnya, Putri.
“kok lo tumben Sa pake sweater ke sekolah? Kenapa lo?” tanya Putri memulai percakapan pagi itu.
“iya, gue rada gaenak bandan gara-gara kmaren…” balas Annisa singkat. Jelas saja ia tak ingin satu sekolah tahu kalau ia tak memakai bh dan cd ke sekolah.
“hah? Emang lo kmaren abis ngapain sa?” tanya Putri penasaran.
“ehh… engga… aaa… anu… gua kemaren begadang jadi masuk angin hehe…” jawab Annisa gelagapan. Untung ia tidak keceplosan bahwa kemarin ia habis diperkosa Pandu dan kawan-kawannya.

Di tengah pelajaran Annisa mulai merasa risih pada selangkangannya. Bagaimana tidak, pergi ke sekolah tanpa bh dan cd adalah pengalaman baru untuknya. Di satu sisi ia takut bila ada temannya yang mengetahu tindakannya tersebut, di sisi lain ia merasa sedikit terangsang karena puting payudaranya selalu bergesekan dengan kemejanya setiap kali ia bergerak dan vaginanya terasa dingin setiap ia berjalan atau terkena hembusan angin. Harus ia akui hal itu membuatnya sedikit basah. Belum lagi di dalam kelas ada dua pasang mata yang tak henti-hentinya memandangi Annisa. 


mereka adalah Aldo dan Alvin, mereka adalah anak baris belakang yang terkenal nakal di kelas. Mereka berdua juga termasuk ke dalam anak buah Pandu yang ikut memperkosa Annisa kemarin di Lab Fisika. Annisa tahu mereka memperhatikannya dari tadi, perasaannya sudah tidak enak membayangkan perbuatan bejat apa yang akan dilakukan Pandu dan kawanannya hari ini.

“Sa… sa… eh Annisa, lo kenapa sih? Bengong aja daritadi…” tegur Putri heran
“ehh… engga kok gua lagi banyak pikiran aja, biasaa… orang Rumah bikin bete…” balas Annisa seadanya.
“ohh… gua kira kenapa, lu bisa kok cerita sama gua” balas Putri
“engga kok masalah kecil doang, udah biasa hehe” jawab Annisa singkat.

Tiba-tiba hp Annisa bergetar, ada sebuah pesan masuk
“nanti jam istirahat ikut Aldo sama Alvin ke Gudang sekolah, awas aja lo kalo coba kabur…” tulis Pandu pada pesan itu
Annisa gelisah, kecemasannya mulai muncul ketika membaca pesan itu, yang ia takutkan pun akhirnya terjadi. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Pandu dan kawanannya padanya nanti.

Kringg… Kringg… Kringg… Bunyi bel menggema di setiap sudut sekolah, jam istirahat pun telah tiba. Seperti biasa, para siswa berhamburan keluar kelas.
“ayo sa kita ke kantin” ajak Putri kepada sahabatnya itu
“lo duluan aja deh Put, gua gaenak badan, gua kayaknya dikelas aja deh… Pengen tiduran” balasnya
“mau nitip apa?”
“gausah, nanti kalo gua mau beli gua beli sendiri put ke kantin”.
Putri pun hanya mengangguk, tak ada sedikit pun kecurigaan. Seketika ia meninggalkan Annisa menuju kantin.

Seiring dengan berlalunya Putri, tiba-tiba Alvin dan Aldo menghampiri meja Annisa
“ayo cepet ikut kita ke Gudang!” bisik Aldo sambil mengangkat tangan kiri Annisa
“apaan si pegang-pegang gua bisa jalan sendiri…” jawab Annisa
“lu jangan macem-macem ya! Inget lu apa jadinya kalo foto sama video mesum lu kita sebar” ancam Aldo berbisik kepada gadis cantik itu
“i… iyaa, Maa… af” jawab Annisa lirih, ia tidak bisa menolaknya.


Akhirnya mereka bertiga pun pergi menuju Gudang belakang sekolah. Gudang itu terletak agak jauh dengan Gedung utama, untuk menuju ke sana harus melewati jalan setapak sejauh 15 meter. Di sepanjang jalan menuju Gudang terdapat kebun milik siswa yang berisi banyak polybag yang ditanami berbagai tanaman sayur dan buah. Sejauh mata memandang tak ada yang bisa ditemui selain hamparan tanaman hijau tersebut, hal itulah yang membuat daerah di sekitar Gudang begitu sepi.

Bangunannya sudah tua, cat nya pun mulai memudar sana-sini. Jika diperhatikan baik-baik, gudang itu lebih mirip seperti rumah tua dibandingkan seperti Gudang pada umumnya.

Tanpa diduga, walaupun jarang dikunjungi orang, bagian dalam gudang itu cukuplah bersih. Ukurannya tak terlalu besar yaitu 20x10 meter. Tapi karena barang-barang yang ada sedikit, maka Gudang tersebut terasa luas. 

“Akhirnya… datang juga artis bokep kita!” sahut Pandu ketika Annisa masuk ke dalam Gudang, ia sudah terlebih dahulu sampai gudang bersama kawannya yang lain. Annisa terkejut dengan keadaan Gudang yang cukup ramai. Kehadirannya sudah dinanti-nanti sejak tadi oleh pandu dan kawanannya, mereka sudah tidak sabar untuk segera mencicipi gadis itu kembali.

“gimana? Lu udah ngelakuin apa yang gua minta?” tanya Pandu tanpa basa-basi
“sudah tuan” jawab Annisa pelan
“coba mana gua mau liat, buka baju lu!” serunya
Annisa pun mulai melepas sweaternya dengan ragu, perlahan-lahan ia mulai membuka kancing seragamnya satu demi satu. Terlihat payudaranya yang ranum tanpa tertutup oleh sehelai benang pun. Seluruh pria yang ada disana pun berdecak kagum. Dengan tangan yang gemetar Annisa mencoba menutupi kedua buah payudaranya yang indah itu.

“siapa suruh ditutupin?! Buka!” teriak Pandu dengan keras. Annisa pun menyingkirkan kedua tangannya dari payudaranya itu. Kini mereka bisa menikmati payudara Annisa dengan jelas. Buah dadanya yang ranum itu seolah terlihat lebih indah dengan kemeja yang masih ia kenakan yang dimana semua kancingnya telah terbuka.

“denger ya, gua nyuruh lu buat gapake bh sama cd ke sekolah tapi bukan berarti lo boleh pake sweater… Ngerti!” bentak Pandu
“sini mana sweater lu” Pinta Pandu. Seketika direbutlah sweater Annisa oleh Angga yang saat itu sedang berada di sebelahnya, ia lalu memberikan sweater itu kepada Pandu. Tanpa diduga Pandu pun dengan kasarnya merobek sweater Annisa dengan gunting yang ada di tangannya.

“lain kali kalo lo pake sweater lagi, pentil lo yang gua gunting!” bentaknya membuat gadis itu ketakutan.

“Oke sekarang angkat rok lo… gua mau liat memek lo pake cd apa engga!” perintah Pandu. Annisa pun gemetar, ia malu dan takut untuk mengangkat roknya.
“buruan angkat, Atau mau rok lo gua robek-robek disini, iya!” bentak Pandu
Annisa menggeleng pasrah, ia tak punya pilihan lain, perlahan ia mulai mengangkat roknya. Terlihat gundukan vaginanya yang bersih itu. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
Semua orang yang ada di sana tertegun melihat Annisa sang primadona sekolahnya dengan penampilan yang nyaris bugil. Roknya yang kini terangkat menunjukan jelas vaginanya, sementara kemejanya yang ke semua kancingnya telah terbuka menampilkan payudaranya yang indah itu. Beberapa dari mereka segera mengabadikan momen berharga itu.

Pandu pun terdiam, ia ikut takjub dibuatnya. Ia mulai berjalan mendekati Annisa. Gadis itu kini masih dalam posenya yang mengangkat roknya diam tak bergeming.

Sekarang posisi Pandu sudah tepat dihadapan Annisa, ia memberi isyarat kepada Angga dan Aldo yang ada di sebelah kiri-kanan Annisa. Dengan sekejap mereka langsung memegangi kedua tangan Annisa ke belakang. Annisa kini tidak dapat bergerak dengan keadaan berdiri dan tangan terkunci ke belakang. Dadanya membusung memperlihatkan payudaranya yang mulus dengan bebas. Tapi Pandu tidak tertarik akan hal itu, ia lebih tertarik dengan vagina Annisa. Dengan satu gerakan cepat ia memasukan kedua jarinya dalam vagina Annisa dan mulai mengocokya. Tanpa perlu diperintah, Angga dan Aldo pun mulai meraba-raba payudara Annisa yang sudah terbuka itu.

Annisa tak dapat berbuat apa-apa, tubuhnya tak bisa bergerak. Ia hanya mampu menggerakan pinggulnya kesana kemari sambil mendesah menerima rangsangan demi rangsangan Para pria itu.
“aahhh… Stopp!… please… aahhhh...” erangnya menerima rangsangan yang begitu hebat pada vagina dan payudaranya.

Tanpa perlu waktu lama, ia telah mendapat orgasme pertamanya hari ini
“aahhhh… hentikannn… gua udah gak ku… aaaaaaaghhh…” erang Annisa penuh kenikmatan, tubuhnya bergetar hebat, cairan orgasmenya menyembur deras membasahi pahanya. Ia pun jatuh tersungkur ke lantai.
Selama beberapa detik ia terdiam, menikmati sisa-sisa gelombang orgasmenya. Pandu yang sudah tak sabar mulai membuka celananya, dengan sigap ia membalikan tubuh Annisa. Kini Annisa berada dalam posisi merangkak membelakangi Pandu. dengan segera Pandu mengarahkan batang penisnya menuju vagina Annisa yang sudah basah itu.


“ohh… seret banget memek lo saa…” rancau Pandu saat penisnya masuk menembus vagina gadis itu. Walau sudah tidak perawan lagi, tetapi vaginanya masih saja dapat menjepit penis itu dengan baik.
Dengan perlahan Pandu mulai menggerakan pinggangnya maju mundur. Kedua tangannya berpegangan pada kedua pinggang gadis itu. Lama-kelamaan gerakannya pun semakin cepat.
“ohh… ohh… ahhh… ohhh…” desah Annisa seiring dengan genjotan penis Pandu. badannya pun ikut terguncang maju mundur dibuatnya. wajahnya mulai memerah, kepalanya menengadah sambil menunjukan ekspresi keenakan, dapat dilihat betapa kini Annisa mulai menikmati persetubuhan itu.


Tak lupa, seperti biasa setiap kali mereka memperkosa gadis itu ada seseorang yang bertugas untuk merekam setiap adegan yang mereka lakukan. Kali ini Angga yang memegang handycam berputar ke depan Annisa. Kini ia mengarahkan kameranya close-up ke wajah Annisa.
“ini dia muka artis bokepnya…” ujar Angga menjelaskannya ke kamera sambil merekam dengan jelas wajah gadis cantik itu yang kini menampilkan ekspresi keenakan.


Mengetahui hal itu Annisa memalingkan wajahnya ke samping
“please… aaaaghh… jangan rekam… please… oooohh…” mohonnya kepada Angga sambil mencoba menjauhkan mukanya dari kamera.
PLAK, Angga pun menampar pipi Annisa.
“eh lonte, kalo lagi direkam liat kamera!” perintahnya
“gimana rasanya dientot?” tanya Angga
“aaah… enggakk… ma… lluu… aaaahh…” jawabnya terbata-bata seirama dengan genjotan Pandu
PLAK, tampar Angga lagi, kali ini lebih keras
“jawab yang bener! Gimana rasanya dientot?!” tanya Angga dengan suara yang lebih tinggi


“Eee… enaakkk… aaaggh… di… entott… enaaakk… ooohh…” jawab Annisa keenakan. Ia sudah tidak peduli lagi dengan sekitarnya, yang ia rasakan saat ini adalah kenikmatan yang luar biasa. Dalam persetubuhannya kali ini, Pandu berhasil menakhlukan mangsanya. Annisa kini dengan sendirinya ikut memaju mundurkan pinggulnya. Ia sudah tak sabar ingin segera mencapai orgasmenya.


Tiba-tiba bel pun berbunyi, Kringgg… Kringgg… Kringgg…
“ayo bro pada balik ke kelas, ini udah masuk” sahut Yanto yang dari tadi berjaga di luar Gudang.
“Sabar ini nanggung ahhh…” sahut Pandu sambil berusaha mempercepat gerakannya itu. Kini ia semakin brutal.
“ohh… ohh… ahhh… ohh…” rintih Annisa yang merasakan genjotannya makin cepat. Dua menit kemudian keduanya pun sampai pada orgasmenya hampir pada saat yang bersamaan.
“oohh… enak banget memek lo…” ucap Pandu saat spermanya keluar menyembur liang vagina Annisa. Dengan segera ia mencabut penisnya itu dan bergegas meninggalkan Gudang bersama rekan-rekannya menuju kelas.


Kini tinggal Annisa sendirian di Gudang, tubuhnya masih terkulai lemas menikmati sisa-sisa orgasmenya. Saat kesadarannya mulai kembali, begegaslah gadis itu menuju kelas sambil mengancingkan kembali kemejanya. Annisa tak ada waktu untuk membersihkan sisa persetubuhan barusan, saat ia berjalan sesekali sperma Pandu yang telah bercampur dengan cairan orgasmenya mengalir di sela-sela pahanya. Sambil berjalan ia mecoba merapikan penampilannya se normal mungkin. Kali ini ia tidak mengenakan sweaternya, “semoga tidak ada orang yang tahu” batinnya.


Melihat keadaan di kelasnya yang belum ada guru, Annisa pun mampir sebentar ke kamar mandi untuk merapikan penampilannya. Ia berkaca, melihat kearah dadanya. Ada sedikit tonjolan di daerah putingnya, membuat jantungnya berdebar-debar. Semakin lama putingnya semakin mengeras. “oh tidak” batinnya. “aku harus sesantai mungkin…” ucapnya coba menenangkan diri. Ia pun langsung kembali menuju kelas.


Sesampainya di kelas Annisa mencoba sesantai mungkin menuju tempat duduknya, disana sudah ada Putri yang sampai kelas lebih dulu.
“kemana aja lu sa? Untung pak Indra belom dateng…” tanya Putri. Annisa hanya membalas dengan senyumannya, ia tak tahu harus berkata apa.
“sweater lo mana sa?” tanya Putri kembali
“gua lepas tadi, gerah soalnya…” balas Annisa.


Siang itu memang sedang panas-panasnya. Kebetulan AC di kelas sedang mati. Banyak anak-anak dikelas mengeluh sambil mengipas-ngipas kan bukunya. Annisa pun merasakan hal yang sama, keringatnya mulai mengucur perlahan
“oh tidak, gawat kalau sampai bajunya basah, Bisa-bisa payudaranya akan terlihat” batinnya, sialnya sweaternya telah dirobek oleh Pandu tadi. ia pun segera mengambil kipas di dalam tasnya dan mencoba mengeringkan keringatnya, berharap baju bagian depannya tidak basah oleh keringat.


Sore hari pukul 15.00, Pelajaran terkahir hari ini adalah Bahasa Indonesia. Seperti biasa pak Joko, guru Bahasa Indonesia selalu telat masuk ke kelas. Hal ini dimanfaatkan anak-anak untuk mencuri waktu ke kantin dan membeli beberapa minuman sebangai penyegar di siang hari yang panas itu. Annisa memilih untuk diam di kelas, ia tak nyaman bepergian dengan keadaannya yang tak mengenakan bh dan cd.


Tiba-tiba Alvin menghampiri Annisa dan dengan sengaja menumpahkan minuman ke bajunya. Annisa pun kaget dengan apa yang Aldo lakukan padanya. Baju seragamnya menjadi basah dan terlihat jelas bayangan payudaranya yang menonjol dari balik kemejanya. Beberapa orang yang ada di sekitarnya langsung menyadari kalau Annisa tidak memakai bh hari itu. Sementara Alvin dan Aldo tertawa penuh kemenangan di hadapannya. Dengan gembira, mereka segera mengabari Pandu atas aksinya tersebut.


“sa lo gapake bh ya?” tanya salah seorang temannya yang kebetulan berada di sekitarnya. Saat itu juga Annisa benar-benar malu, kini teman sekelasnya mengetahui kalau ia tidak mengenakan bh. Tanpa menjawab apapun Ia segera pergi berlari ke kamar mandi untuk kabur dari suasana itu. “sialan emang Alvin…” gerutunya. Ia masuk ke salah satu bilik toilet dan menguncinya. Lalu melepas kemejanya dan melampirkannya di pintu toilet. Berharap baju itu segera kering.


“Oh tidak, betapa malunya dia. Apakah teman-teman akan membicarakannya di kelas? Mau taruh dimana harga dirinya” pikir Annisa. Ia bisa di cap sebagai anak tidak baik oleh teman-teman sekelasnya.


Di tengah-tengah lamunannya memikirkan nasibnya itu, tiba-tiba baju yang ia sampirkan di pintu toilet diambil oleh orang dari luar.
Lagi-lagi itu adalah ulah Alvin dan Aldo yang dengan berani masuk ke dalam toilet wanita untuk mengambil kemejanya. Terdengar dari suara tawa mereka saat mengambil bajunya.


Annisa pun terduduk lemas di toilet, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia menangis meratapi nasibnya yang begitu sial menimpanya hari ini. Sudah teman-temannya tahu ia tidak memakai bh ke sekolah, sekarang ia bingung bagaimana cara ia keluar dari toilet tanpa baju.


Waktu menunjukan pukul 16.00. bel pulang pun berbunyi, menandakan bahwa kegiatan sekolah telah usai. Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk segera pulang. Tapi tidak dengan Annisa, ia masih terjebak di dalam toilet karena kemejanya yang diambil oleh Aldo. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di luar toilet terdengar ramai-ramai siswa yang lewat untuk bergegas pulang sekolah.


Bagaimana jika ia keluar sekarang? Habislah sudah nasib Annisa. Pasti satu sekolah akan mengolok-oloknya karena hanya menggunakan rok saja tanpa kemeja di sekolah. Bagaimana mungkin ia keluar secara “topless” melewati orang-orang yang lewat, bisa-bisa predikatnya sebagai primadona sekolah akan hancur seketika, teman-temannya tidak pun akan melecehkannya nanti. Kejadian barusan ketika ia ketahuan tidak memakai bh saja sudah membuatnya shock berat. Bagaimana nanti ketika ia masuk kelas esok hari? Pasti akan jadi bulan-bulanan teman-teman sekelasnya.


Di tengah pikirannya yang melayang jauh tiba-tiba hp-nya bergetar, ada telfon masuk dari Putri.
“hallo Sa, lu lagi dimana sekarangg??” tanya Putri
“gu… gua di toilet Put, kenapa?” balas Annisa
“ini pelajaran udah selese, lu gak balik ke kelas? Ambil tas lu gitu?” balas Putri
“eng… engga Put, nanti aja gue ambil sendiri gampang” balas Annisa terbata-bata
“gamau gua ambilin Sa? Gua bisa kok nungguin lu beres, habis ini gua juga free gaada acara” balas Putri ingin membantu
“gausah Put, gua kayaknya masih lama juga deh, perut gua masih mules banget, biarin aja tas gua tinggal di kelas. Lu pulang aja duluan” balasnya mencari alasan. Bagaimana ia bisa bertemu dengan Putri jika keadaannya setengah bugil seperti ini pikirnya.
“okedeh Sa kalo gitu, gua pulang duluan ya…”
“oke Put, hati-hati…”
Putri pun tidak langsung menutup telfonnya, ia baru saja teringat akan sesuatu
“sa, btw…” ucap Putri ragu
“iya Put kenapa?” jawab Annisa
“tadi anak kelas pada ngomongin lu sa…” jawab Putri


Mendengar hal itu jantung Annisa bagaikan disambar petir. Apa yang ia khawatirkan benar-benar terjadi, dirinya yang tidak memakai bh ke sekolah menjadi perbincangan anak-anak kelasnya. Betapa malunya ia ketika besok harus masuk kelas bertemu dengan mereka. Annisa takut mereka berfikir bahwa ia adalah seorang exhibitionist, maniak seks yang akan terangsang bila mengekspose bagian intim tubuhnya. Membayangkan itu matanya pun mulai berkaca-kaca.


“me… mereka ngomongin gimana Put?” tanya Annisa terbata-bata
“mereka bingung kenapa hari ini lo gapake bh ke sekolah…” balas Putri tidak nyaman.
“ohh, gitu ya Put… Put udah dulu ya hp gua lowbat nih” balas Annisa seadanya sambil menutup telfonnya.
Annisa pun termenung, tangisnya mulai keluar. “Inikah akhir dari kehidupannya?” Batinnya.


Saat ia mengecek hp nya ternyata ada pesan masuk dari Pandu 10 menit yang lalu
“kalo lo pengen kemeja lu balik, temuin gua di Lab Fisika sebelum jam 17.00, awas kalo lo telat bakal kita hukum.” Tulis Pandu.
Annisa pun panik tak karuan, otaknya tak bisa befikir jernih. saat ini waktu menunjukan pukul 16.45, artinya ia punya waktu 15 menit untuk menuju ke Lab Fisika di lantai 3. Saat ini ia berada di toilet lantai 2 dan kelasnya juga berada di lantai 2. Ia berencana untuk ke kelas terlebih dahulu mengambil tas nya karena jam 17.30 ruang kelas akan segera dikunci, ia berfikir jika Pandu dan kawan-kawannya akan mengerjainya lagi di Lab Fisika maka ia tidak punya cukup waktu untuk mengambil tas nya dikelas.


Saat ini Annisa punya waktu kurang dari 15 menit, ia mulai membuka pintu toilet. “aman” gumamnya. Ia pun mengintip kearah Lorong menuju kelasnya, untunglah sudah sepi. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepadanya, jarang-jarang jam segini Lorong lantai 2 sudah sepi. Ia pun keluar dari toilet dengan keadaan “topless” dan berlari membungkuk menuju kelasnya, berharap tidak ada orang lain yang lewat.


Sampailah Annisa di kelasnya, untungnya kelasnya sudah kosong, bisa berbahaya jika ternyata dikelasnya masih ada orang. Ia pun bernafas lega “apa jadinya jika saat masuk kelas tadi di kelas masih ada orang?” habis sudah nasibnya pikir Annisa. Ia melihat jam di hpnya, gawat sudah pukul 16.53. ia punya waktu kurang dari 10 menit untuk menuju Lab Fiskia, ditambah lagi ia dalam keadaannya yang setengah bugil membuatnya harus extra berhati-hati dalam melangkah.


Ketika ingin keluar kelas menuju Lab Fisika tiba-tiba gerombolan siswa lewat di depan kelasnya. Sontak Annisa pun berjongkok di balik pintu agar tidak terlihat oleh mereka. Jantungnya serasa ingin copot, untung refleknya cepat saat itu.


Gerombolan anak itu pun menuju tangga, mereka berjalan sambil bercanda membuat mereka cukup lama untuk pergi. Cukup lama Annisa menunggu mereka untuk benar-benar hilang. Saat ini jam menunjukan pukul 16. 57, setelah dirasa keadaan sudah aman. Annisa langsung mengambil langkah seribu keluar kelas menuju lantai 3 untuk ke Lab Fisika, sambil menggendong tasnya kini ia berlari secepat mungkin menuju lantai 3, Ia tidak ingin melihat jam nya lagi, yang ia tahu adalah saat ini iya harus sampai tepat waktu di Lab Fisika agar tidak mendapat hukuman dari Pandu.


Sesampainya di depan Lab Fisika ia langsung mendobrak pintu kelas sebari berkata
“Pandu gua udah sam…” kata-katanya pun terhenti, matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Betapa kagetnya ia bahwa yang berada di Lab Fisika bukan lah Pandu dan kawan-kawannya, melainkan para siswa kelas 3 yang sedang praktik di Lab Fisika.


Sekitar 3 detik Annisa mematung tidak percaya, mencoba mencerna apa yang baru saja dilaluinya. Dan selama itulah siswa kelas 3 yang berada di Lab Fisika memandangi tubuhnya yang setengah bugil itu.


“Mengapa siswa kelas 3 ini bengong melihat kearahnya?” pikirnya. Sepersekian detik kemudian ia tersadar bahwa dirinya hanya mengenakan rok tanpa mengenakan kemeja seragamnya. Payudaranya yang indah itu menjadi tontonan gratis siswa kelas 3 yang ada di sana walaupun hanya beberapa detik.


Seketika Annisa langsung berlari ke arah toilet yang ada lantai 3 karena malu. Sekilas ia mendengar obrolan mereka yang berada di Lab fisika tersebut
“wah gila tuh cewek, cakep-cakep gapake baju di sekolah…”
“lu liat ga tadi toketnya? Mantep coy masih ranum, cantik lagi…”
“itu Annisa bukan sih anak kelas xxx yang jadi primadona itu? Kok dia gapake baju ya…”
“apa-apaan sih tuh cewek, cakep-cakep maniak, ewhh…”
Dan banyak lagi obrolan sesaat dirinya oleh anak-anak itu.


Annisa masuk ke dalam toilet dan langsung menguncinya. Tubuhnya terduduk lemas di atas kloset. Nafasnya masih memburu karena berlari menuju toilet. Ia sudah tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang. Menangis pun sudah tak bisa rasanya, ia berharap semua ini hanyalah mimpi, berharap ia segera terbangun di pagi hari.


Tiba-tiba hp-nya bergetar, ada pesan masuk dari Pandu
“gimana rasanya topless diliatin sama banyak orang Sa? Hahaha” tulisnya. Ternyata selama ini Pandu dan kawan-kawannya mengamati Annisa dari kejauhan. Ketika Annisa masuk kedalam Lab Fisika Pandu dan Kawan-kawannya bersorak gembira atas kejadian itu.
“Rasain lu lonte! Hahaha…” sorak pandu dan kawannya gembira saat itu.
“rencana kita sukses bos, hahaha…” ujar rekan yang lain.


Geram dengan pesan yang dikirim Pandu, Annisa pun langsung menelfon Pandu
“Maksud lo apa hah? Bikin gua malu kayak gitu? Huhuhu…” tegas Annisa sambil menangis.
“uhhh… tayang tayang… jangan ngambek dong cantik. Oke sekarang kalo lu pengen baju lo balik temuin kita di Gudang belakang yahh… see you…” ucap pandu sambil menutup telfonnya.
Annisa pun ingin memakinya tapi sayang telfonnya sudah ditutup.


Ia tidak tahu apakah ia akan dijebak lagi kali ini, tapi ia tidak punya pilihan lain. Jika ia tidak pergi ke Gudang ia takut Pandu akan menghukumnya lebih berat lagi pikirinya.


Akhirnya Annisa memutuskan untuk pergi ke Gudang belakang walaupun ia tidak tahu hal apa yang akan menimpanya nanti, ia hanya tak ingin mendapatkan lebih banyak masalah dari Pandu.


Sudah sekitar 30 menit Annisa berada di toilet, ia rasa sekarang Gedung sekolah sudah benar-benar sepi. Annisa pun keluar dari toilet dan turun menuju ke Gudang belakang dengan hati-hati.


Tak bisa dipungkiri pengalamannya keluar dalam keadaan tanpa mengenakan baju kini sudah membuatnya terbiasa, asalkan tidak ada orang yang melihat, semua aman. Ia pun lebih santai menyusuri jalan menuju Gudang belakang. Ia pun sedikit terangsang ketika angin berhembus menerpa putingnya yang telanjang itu “apakah aku mulai menikmatinya?” gumamnya dalam hati, “ah tidak, mana mungkin aku menyukai hal gila macam ini” pangkasnya.


Akhirnya sampailah Annisa di Gudang belakang. Kali ini ia berhati-hati dalam membuka pintu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang terjadi di Lab Fisika tadi.


Saat pintu terbuka ia langsung disambut oleh Pandu dan kawanannya.
“ini dia lonte eksib kitaa…” sahut Gilang. Semua pun bersorak kepada Annisa bagai menyambut seorang pahlawan.
“gimana rasanya keliling sekolah ga pake baju? Ahahaha…” tanya Pandu menghina
Annisa hanya menunduk, ia malu dan merasa terhina setengah mati. Harga dirinya sudah tidak ada lagi di depan Pandu dan kawanannya.
“kalo ditanya sama bos jawab!” ancam Aldo sambil memegang dagu Annisa mencoba untuk menegakkan pandangannya.
“ma… malu tuan” jawabnya lirih


Pandu pun mendekati tubuh Annisa yang sudah setengah bugil itu, kemudian ia memasukan tangannya ke dalam rok gadis itu. Sontak Annisa pun kaget dan mendesah kecil
“aaaaahhh…” erang Annisa ketika tangan Pandu tiba-tiba menyentuh daerah sensitifnya itu.


“katanya malu, nih apa! Memek lo basah heh... Lo suka kan keluar gapake baju? Hah!” bentak Pandu memergoki sambil menunjukan jari-jarinya yang basah oleh cairan kewanitaan gadis itu di depan mukanya.
“engga tuan, Annisa malu…” balas Annisa
“tapi lo suka kan? Enak kan? Hah? Ngaku lo! Memek lo basah gini...” bentak Pandu lagi
Annisa hanya menggeleng lemah, ia menolak bahwa dirinya menyukai hal itu.


Tidak terima dengan jawaban Annisa, Pandu mencubit dengan keras puting kiri Annisa. seketika Annisa mengerang kesakitan
“iyaaahh… Annisa sukaaaaa… aaaahhh… lepasin please sa… kiitttt…” mohon Annisa sambil merasakan sakit pada puting kirinya.
“mungkin lo bisa aja boong, tapi memek lo gabisa boong… sekarang buruan buka rok lo. Telanjang terus masturbasi di sini, cepet. Ini semua hukuman buat lo karna lo udah jadi cewe munafik!” perintah Pandu


Annisa hanya bisa pasrah. Tangannya mulai meraba bagian belakang roknya, perlahan ia pun meraih retsleting roknya dan mulai membukanya. Seketika jatuhlah rok itu ke lantai. Kini badannya sudah bugil seutuhnya, hanya menyisakan kaos kaki putih sebetis.


Tidak diragukna lagi, dengan keadaanya yang sudah bugil seperti itu ia terlihat begitu seksi. Mulailah ia menyandarkan pantatnya pada ujung meja, mencari posisi yang nyaman untuk segera bermasturbasi. Tangan kanannya mulai menggesek-gesekan vaginanya, sementara tangan kirinya merangsang payudaranya. Gerakannya sudah tidak sekaku kemarin. Kini ia terlihat lebih rileks dan lebih menikmati masturbasinya. Seperti biasa, sebagian dari mereka mengeluarkan hp untuk mengabadikan momen erotis tersebut.


Kini badanya sudah mulai menggeliat, pinggulnya bergerak ke sana kemari, dan matanya terpejam seolah menikmati hukumannya itu. Dengan mata yang masih terpejam, alisnya mulai memelas. Mulai terdengar desahan-desahan kecil dari mulut gadis itu
“sssshhh… aaahhhh… ssssshh… oooooohh” desah Annisa sambil sesekali menggigit bibirnya sendiri. Gerakan badannya kian menjadi. kakinya kini dilebarkan selebar-lebarnya, menampilkan secara jelas vagina yang mulai basah itu.


Annisa sudah tidak peduli lagi dengan sekitarnya, ia tidak peduli jika di sini ada banyak orang menontonnya, bahkan ia tidak peduli lagi jika ada yang merekamnya. Sungguh ia tak peduli.
Yang ia pikirkan hanyalah dirinya dan kenikmatan yang kian menjadi merasuk dalam tubuhnya. Annisa mulai mempercepat gesekan tangan pada vaginanya. Tangan kirinya sekarang mulai meremas-remas kasar payudaranya sendiri. Ia sudah dikuasai oleh nafsu sekarang. Tiba-tiba ia pun mencapai orgasmenya
“iiyyaaaahhhhhhhh……” teriaknya manja. Tubuhnya mulai mengejang, kedua kakinya bergetar seiring dengan gelombang orgasmenya. Seketika cairan orgasmenya tumpah membasahi tempat ia berdiri itu.


Kini gelombang orgasmenya telah usai, nafasnya masih terengah-engah. Matanya mulai membuka dan melihat semua orang tampak mematung memperhatikannya, sebagian bertahan dengan perekam di tangannya.


“please… gua udah lakuin apa yang kalian mau… pelase sekarang balikin baju gua” pinta Annisa memelas
“Oke… kita bakal balikin baju lo, tapi lu harus tebak siapa dari orang di ruangan ini yang nyimpen baju lo di dalam tasnya. Kalo tebakan lo bener lo boleh ambil baju lo, kalo salah lo harus nyepong orang yang tadi lo salah sebutin dan harus telen pejunya. Gimana?” tantang Pandu pada Annisa.


Annisa pun mengangguk pasrah, ia tidak punya pilihan lain. ia mulai menghitung jumlah orang yang ada di Gudang ini, totalnya ada 15 orang, lebih banyak dari kemarin. Annisa mulai berpikir, jika ia beruntung ia mungkin dapat dengan cepat menemukan bajunya, tapi jika ia sedang sial ia harus mengoral ke 15 orang ini. Kini ia hanya berharap pada keberuntungannya, semoga saja ia beruntung kali ini.


Annisa pun mulai menyebutkan nama pertamanya
“Aldo…” ia yakin pasti Aldo yang menyimpannya, karena ia adalah orang yang mengambil bajunya tadi.
Aldo mengambil mengambil tasnya. Diperlihatkannya isi tasnya pada Annisa. Sial, ternyata bukan dia orangnya. Umpat Annisa
“sekarang lo sepong kontol gue, buruan” perintah Aldo. Annisa pun pasrah, ia mulai berjongkok dan meraih penis Aldo. Dimasukkan nya penis Aldo ke dalam mulutnya. Ia pun mulai memaju mundurkan kepalanya, menghisap dalam-dalam penis yang ada di dalam mulutnya itu. Tak lupa tangannya ikut merangsang buah zakar Aldo. Aldo pun merem melek keenakan, tangannya menjambak rambut Annisa untuk mempercepat gerakannya. 10 menit berlalu, terlihat Aldo akan segera mencapai orgasmenya. Saat spermanya ingin keluar, Aldo pun menekan kepala gadis itu lebih dalam ke dalam selangkangannya.
“telen nih peju gua… aaahhh, dasar lonte!” teriak Aldo. Tekanan Aldo pada kepalanya semakin keras. Kini hidung Annisa sampai menyentuh perut Aldo, membuatnya sulit untuk bernafas.


Crooot, croot, croot… sperma Aldo menyembur ke dalam tenggorokan gadis itu. Annisa pun mau tak mau menelan habis semua sperma Aldo. Dilepaskan lah jambakan Aldo kepada kepala Annisa. Annisa yang terlepas kini bisa bernafas lega, ia terbatuk-batuk. Untungnya semua Sperma Aldi sudah ia telan habis.


“Cepet belajar juga lo ya… padahal baru kemarin lo kita perkosa… hahaha” Puji Yanto mengomentari bagaimana Annisa mengoral Aldo barusan.


Sekarang tersisa 14 orang lainnya. Annisa harus menemukannya dengan cepat. Ia tidak bisa membayangkan jia ia harus menelan sperma ke 15 orang ini. Bisa mabuk ia dibuatnya. Ia pun mulai menyebutkan nama-nama lain yang ada, tapi tak seorang pun yang menyimpan baju Annisa.


Annisa terus menyebutkan nama-nama yang tersisa, tapi tak ada satupun dari mereka yang menyimpan bajunya. Badannya mulai letih menghampiri setiap selangkangan demi selangkangan para pria itu, perutnya mual karena menelan banyak sperma. Kini tinggal 5 orang tersisa, termasuk salah satunya Pandu.




Sebenarnya Annisa sudah tidak kuat lagi harus menelan sperma-sperma itu, kepalanya mulai pusing, tapi ia tidak bisa berhenti begitu saja. Pandu pasti bakal marah dan menghukumnya lebih berat lagi. Ia harus melanjutkannya apapun yang terjadi. Ia pun mulai menyebutkan nama-nama yang tersisa. Sialnya, hari ini bukan hari keberuntungan Annisa. Ia telah menyebutkan 3 nama dan ketiga-tiganya tidak menyimpan bajunya. Kini yang tersisa tinggal 2 orang, Angga dan Pandu.


“heh gimana sih lo dari tadi jawabnya ga ada yang bener, hahaha…” ujar Yanto
“lo sengaja kan jawab yang salah biar lo bisa nyepong kita semua? dasar lonte lo! Maniak lo! Gasalah kita perkosa lo rame-rame kemaren, lo emang suka kan?! Tadi aja lo sampe becek gara-gara gapake baju di sekolah. Lo tuh harusnya berterima kasih sama kita udah bikin lo jadi lonte profesional yang bisa nampung banyak kontol! Hahahaha…” ejek Pandu dengan keras


Mendengar hal itu hati Annisa hancur berkeping-keping. Selama hidupnya ia tak pernah dilecehkan serendah ini. Ia pun ingin melawan, tapi ia tahu hal tersebut hanya akan membuatnya semakin tersiksa oleh mereka. Annisa pun hanya diam menunduk, tak menjawab apapun.
“eh lonte, lo ga denger?! Cepet bilang makasih sama kita semua!” bentak Aldo
“makasih tuan-tuan telah bikin Annisa jadi lonte...” jawab Annisa
“Enak gak kita perkosa?” Tanya Pandu
“enak tuan” jawab Annisa
“kalo enak, mau gak besok-besok lo kita perkosa lagi?” tanya Pandu lagi
“ma… mau tuan” jawab Annisa terbata
“hahahaha….” Tawa pandu dan kawan-kawannya. Mereka senang melihat Annisa begitu terhina oleh mereka.


“Sekarang tinggal sisa 2 orang dari kita, kali ini lo harus bener! Kalo sampe salah lo gua kasih hukuman” seru Pandu
Annisa pun gelisah, ia tak boleh salah kali ini tau ia akan mendapat masalah besar, batinnya. Ia pun berfikir agak lama, dan akhirnya ia sudah menentukan satu nama, nama yang akan mempertaruhkan nasibnya ke depan.
“Pa… Pandu” jawabnya tak yakin
“ambilin tas gue…” seru Pandu pada rekannya. Yanto langsung mengambil tas Pandu dan memberikannya pada Annisa.
“nih lu cek sendiri” kata Yanto


Annisa memeriksa sendiri isi tas Pandu. Tiba-tiba ia menunjukan raut muka ketakutan. Ya, bajunya tidak ada di dalam tas Pandu. Ia pun tertunduk lesu, badannya lemas seketika. Annisa membayangkan hukuman apa yang akan diberikan Pandu dan kawanannya padanya.

Pandu berjalan menghampiri Annisa, tanpa basa basi ia mengeluarkan penisnya yang sudah tegang itu.
“isep kontol gua buruan!” bentak Pandu
Dengan berat hati Annisa pun mengoral Pandu. Di sedotnya penis itu kuat-kuat dan di maju mundurkan kepalanya dengan sisa tenaganya yang ada. 10 menit kemudian Pandu berejakulasi di dalam mulut Annisa. Tanpa perlu disuruh lagi, seakan-akan sudah hafal apa yang harus ia lakukan, ia menelan semua sperma yang disemprotkan Pandu.

Kini total sudah 14 penis yang dioralnya ditambah dengan semua sperma yang Annisa telan. Nafasnya masih ter engah-engah. Mulutnya terlihat basah dengan air liur yang bercampur dengan sperma yang menetes dari ujung-ujung bibirnya.
“Angga… please balikin baju gue” pinta Annisa. Ya, Angga adalah orang terakhir, sudah pasti bajunya ada di dalam tasnya, batin Annisa.

Angga tersenyum, ia berjalan mengambil sebuah tas, tapi yang diambil bukanlah tas miliknya, melainkan tas milik Annisa. Annisa pun bingung, ia keheranan. Sesaat kemudian Angga mengeluarkan sesuatu dari tas gadis itu, betapa terkejutnya Annisa itu adalah baju miliknya.

Mata Annisa terbelalak, ia bingung tak percaya. Baju yang ia cari-cari selama ini ternyata ada di dalam tasnya sendiri. Selama ini ia pergi dalam keadaan setengah bugil ke Lab Fisika, lalu pergi menuju Gudang belakan untuk mencari bajunya. Ternyata benda tersebut ada di dalam tas yang selama ini ia bawa-bawa. Annisa lemas tak percaya, betapa bodohnya ia, mengapa ia tidak mencari baju itu di dalam tasnya terlebih dahulu tadi.

Ternyata, setelah bajunya diambil oleh Aldo di dalam toilet, Aldo langsung memasukan baju Annisa ke dalam tasnya yang ada di kelas.
“hahahaha… siapa suruh lo ga ngecek tas lo dulu…” Mereka pun tertawa penuh kemenangan melihat wajah Annisa yang bengong menyadari tindakan bodohnya itu. Kali ini mereka menang, rencana hebatnya itu berhasil mempermalukan gadis itu.

“Kan tadi gua udah bilang kalo baju lo ada disalah satu tas yang ada di sini. Hahaha…” teriak Pandu kepada Annisa.

“Karena lo gagal nebak, sekarang lo harus terima hukumannya” ucap Pandu
“sekarang lo kabarin ortu lo kalo hari ini pulang lebih malem gara-gara mobil lo mogok, jadi mobil lo ditinggal di sekolah. Trus bilang kalo ada temen yang bakal nganterin lo pulang, cepet!” bentak Pandu
Annisa pun mengambil hp dari dalam tasnya, dilihat hp-nya ada 10 misscall dan 5 pesan masuk, pesan itu dari ibunya. Ibunya khawatir kenapa anak perempuan kesayangannya itu belum sampai Rumah jam segini. Annisa pun segera membalas ibunya dengan pesan singkat seperti yang diperintahkan Pandu.

“sekarang lo ikut gue” ajak Pandu sambil menarik tangan Annisa keluar Gudang.
“Tunggu tapi gue belom pake baju…” mohon Annisa menahan tarikan tangannya
“udah guasah, sekarang udah jam 7 malem, sekolah udah sepi. Lagian juga lo suka kan bugil di tempat terbuka gini? Hahaha…” tawa Pandu sambil memaksa
“Angga, lu amanin seragam sama barang-barang nih lonte” suruhnya pada Angga
‘Siap bos” balas Angga

Annisa yang sedang dalam keadaan bugil itu kini dibawa Pandu menuju parkiran mobil. Sepanjang perjalanan ia hanya bisa menutupi dada dan vaginanya dengan tangan seadanya. Hembusan angin malam yang dingin serta perasaan was-was takut ketahuan orang lain membuat vaginanya sedikit basah.
Sesaat kemudian tibalah mereka di parkiran. Di sana sudah ada sebuah mobil van terparkir. Mobil itu milik Pandu, ia sengaja membawa van hari ini untuk menjalankan aksinya mengerjai Annisa.

“masuk!” perintah Pandu kepada Annisa seraya mendorong gadis itu ke dalam van. Gadis itu masuk ke dalam van diikuti Angga dan Gilang. Jika diperhatikan, van itu Sudah dimodifikasi, kaca bagian belakangnya sudah terlapisi oleh cat sehingga tidak bisa melihat atau terlihat dari luar, begitu pun dengan kursi belakangnya sudah dihilangkan sehingga rata dengan lantai, bagian belakang itu sengaja di buat kosong dan dilapisi karpet sebagai alas. Selain itu Pandu juga memasang kamera di berbagai sudut beserta dengan mikrofon, sehingga semua yang dilakukan di dalam van tersebut dapat terekam dengan baik.


“vin, lo yang nyetir” perintah Pandu sambil ikut masuk ke belakang van.
“siap bos” Jawab Alvin. Sebenarnya Alvin ingin berada di belakang bersenang-senang dengan yang lain mengerjai Annisa, tapi apa daya Pandu menyuruhnya untuk menyetir.

Jadilah Pandu, Angga, dan Gilang di belakang bersama Annisa. Kali ini Annisa beruntung, mereka hanya ber-empat, teman-teman Pandu yang lain memutuskan untuk langsung pulang. Walaupun begitu, tidak berarti penderitaannya kali ini bakal lebih ringan.
“dimana Rumah lo sa?” tanya Pandu
“di daerah xxx” jawab Annisa
“vin lu denger kan? Kita ke daerah xxx, tapi ambil jalan muter aja yak biar lama, kita mau main dulu sama nih cewek” seru Pandu

Alvin segera memacu mobil itu pergi meninggalkan sekolah. Tanpa buang waktu, mereka bertiga mulai menggerayangi Annisa. Pandu meremas-remas payudara kanan Annisa dengan ganas sambil mulutnya melumat bibir indah Annisa, sementara Angga tak mau kalah, ia menggerayangi payudara kiri Annisa dengan sesekali mencubit gemas puting susunya. Melihat kedua temannya sudah mulai duluan, Gilang ikut bertindak, ia mendapat hidangan utama, tanpa basa-basi ia memposisikan kepalanya diantara kedua selangkangan Annisa kemudian menjilat-jilat vaginanya dengan penuh nafsu sambil sesekali menyedotnya dengan ganas. Annisa pun tak kuasa menahan gelombang kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Bagaimana tidak, setiap bagian intimnya dirangsang oleh ketiga pria itu dengan ganas. Ia tak dapat menahan kenikmatan yang ia dapatkan, tanpa sadar mulutnya mengeluarkan desahan-desahan manja

“aaaahhhh… aaaaahhh… sssshhh… ooooooohhh…” desah Annisa tak tertahankan. Kini tubuhnya sudah dikuasai oleh gairah seksualnya. Ia tak peduli lagi keadaannya, ia hanya ingin menikmati setiap rangsangan-rangsangan yang ia dapatkan. Tubuhnya mulai menggeliat-geliat tak terkendali, kakinya mulai melebar memberikan akses penuh kepada Gilang untuk mengerjainya. Tubuhnya kini sudah dikuasai hawa nafsu sepenuhnya.

Semua kenikmatan itu membuat Annisa yang makin dekat ke orgasmenya makin gelisah dan otot-otot tubuhnya pun mulai menegang. Tahu Annisa sudah dekat dengan orgasmenya, Gilang kini memasukan kedua jarinya ke vagina Annisa dan mulai mengocoknya dengan cepat.


“Aaahhh... please... aaaaaaghh... cukup... ooogh... aaaaaaghh...” erang Annisa yang akhirnya mendapat orgasme pertamanya.
Melihat hal itu Gilang langsung membuka celananya. Beberapa detik kemudian penis Gilang sudah menegang dan siap untuk masuk ke vagina gadis itu.


Diaduk-aduknya vagina Annisa dengan brutal oleh penis Gilang. Seolah tak mau kalah, kini Pandu mengeluarkan penisnya yang sudah menegang, dan memasukkannya ke mulut Annisa. Seolah sudah mengerti Annisa dengan sigap memaju mundurkan kepalanya mengocok penis Pandu.

30 menit sudah Annisa di kerjai habis-habisan oleh mereka ber-tiga. Selama itu juga mereka masih dalam posisi yang sama. Gilang masih menggenjot vagina gadis itu, sedangkan Angga kini sudah menggantikan posisi Pandu sebagai orang yang penisnya dihisap oleh Annisa. Selama itu mereka dengan liarnya mengeksploitasi tubuh gadis itu. 


Kini muka Annisa semakin merah dibuatnya, bagaimana tidak, selama 30 menit tersebut Annisa tidak diizinkan untuk mencapai orgasmenya. Setiap kali ia ingin mencapai orgasmenya, Gilang seketika berhenti memompa tubuh Annisa sehingga gelombang orgasmenya surut kembali, betapa lihainya pria itu mempermainkan Annisa. Begitupun dengan orgasme selanjutnya hingga terhitung sudah 5 kali Annisa gagal orgasme. Hal itu membuat gadis itu frustasi dan tak bisa mengontrol pikirannya.

Tiba-tiba saat Annisa ingin mencapai orgasmenya kembali lagi-lagi Gilang mencabut penisnya dari vagina Annisa. Selang 10 detik kemudian Gilang memompa kembali vagina Annisa dengan ganas. Ketika Annisa mendak mendapat orgasmenya lagi, kembali gilang mencabut penisnya. Terlihat jelas raut kekecewaan pada wajah gadis itu. Kini kesabaran Annisa mulai habis, nafsu birahinya yang sudah memuncak tidak dapat lagi menerima lagi permainan itu. Seolah tidak mau kehilangan orgasmenya kali ini, Annisa memohon kepada Gilang

“gilanggg… please… oooohhhh” erang Annisa
“kenapa sa?” balas Gilang
“please gilanggg… masukiiiinn…” pinta Annisa memelas
“masukin apa sa?” tanya Gilang menyeringai
“kk… kontol…” balas Annisa yang kian tersiksa oleh nafsu birahinya
“apa sa gajelas…” jawab Gilang sambil tersenyum penuh arti
“masukin kontolnya…” teriak Annisa yang Sudah tidak tahan. Ia pun mulai menggesek-gesekan vaginanya dengan tangannya sendiri. Hal itu segera di cegah oleh Gilang, ia tidak ingin mangsanya itu mendapatkan apa yang diinginkannya.

“Lo suka kontol sa?” tanya gilang
“iyahhh… gua suka kontolll…” balasnya
‘Lu mau di entot?” tanya gilang lagi
“iyaaa… gua mau di entot… gua suka di entot… please entot guaaa…” rancau Annisa yang sudah terbakar birahinya. Ia tidak peduli lagi dengan yang lain sekarang, yang ia inginkan adalah mendapatkan kepuasan orgasmenya sekarang juga.

Mendengar pengakuan Annisa tersebut sontak membuat Gilang kembali memasukan penisnya ke vagina Annisa dan memompanya dengan cepat. Kali ini ia tidak akan menghentikan pompaannya.

5menit berlalu Annisa pun merasakan bahwa orgasmenya sudah dekat, begitu pula dengan Gilang. Tak lama kemudian mereka pun mencapai orgasmenya di waktu yang hampir bersamaan.
“iyyaaaaahhhhhhh… oooooooogghh…” desah Annisa nikmat, gadis itu tersenyum. betapa bahagianya ia, orgasmenya yang sejak tadi selalu gagal kini terjadi juga. Annisa merasakan kenikmatan yang luar biasa, tubuhnya pun mengejang, vaginanya berkedut-kedut, cairan cintanya menyembur begitu banyak melambangkan betapa besarnya kenikmatan yang ia dapatkan.

Gilang pun menarik penisnya keluar, posisi Gilang langsung diganti dengan Pandu yang sudah menunggu gilirannya sejak tadi.

Persetubuhan itu pun berlanjut hingga 30 menit kemudian mobil van yang mereka naiki telah sampai di Rumah Annisa, jam menunjukan pukul 10 malam suasana depan Rumah Annisa sudah sepi saat itu. tapi persetubuhan itu masih tetap berlanjut. Saat ini Annisa sedang dalam keadaan ‘tanggung’ orgasme. Ketika Annisa ingin mendapatkan orgasme, didoronglah tubuh Annisa keluar van. Kini ia berdiri di depan rumahnya di tepi jalan dengan keadaan bugil dan tanggung akan orgasmenya.

“kalo lo mau tas dan seragam lo cepet masturbasi disini!” perintah Pandu
Annisa tak ada pilihan lain, ia juga sedang dalam keadaan nafsu yang sangat tinggi. Mungkin bila tidak disuruh Pandu pun ia akan tetap masturbasi di pinggir jalan.
Di kocok lah vaginanya dengan kedua jarinya dengan kuat, seketika tubuhnya mengejang
“ooooooogh…” Annisa mendesis penuh kenikmatan, kakinya bergetar tak kuasa menahan kenikmatan dan beban tubuhnya itu, seketika ia pun ambruk ke tanah.
Dilemparkanlah seragam dan tas milik Annisa dari mobil. Pandu dan rekannya pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Annisa yang kesadarannya mulai kembali segera terburu-buru mengenakan kemeja dan rok seragamnya. Ia takut bila ada orang yang melihatnya. Sudah cukup penderitaannya di sekolah, pikirnya.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada Annisa masuk ke dalam Rumah. Keadaan rumah telah sepi, kedua orang tuanya dan adiknya Sudah tidur seperti biasa. Bajunya kusut, badannya penuh peluh dan keringat serta noda sperma. Ketika ia berjalan vaginanya sesekali meneteskan cairan cintanya yang masih tersisa, meninggalkan beberapa jejak di lantai.

Ia pun menuju ke kamarnya, dengan segera ia mandi untuk membersihkan noda-noda bekas pemerkosaanya hari ini. Kalau dipikir-pikir ia tidak tahu apakah harus membenci atau menyukai kejadian hari ini. Sungguh, kenikmatan seks yang ia dapatkan membuatnya lupa daratan.

Jam menunjukan pukul 10.45, Annisa merasakan lelah yang teramat sangat, matanya sudah tidak kuat untuk membuka sepenuhnya, ia ingin segera tidur. Tiba-tiba hpnya bergetar, ada pesan masuk dari Pandu
“besok pagi jam 6 lo gua jemput, inget besok lo gaboleh pake bh sama cd ke sekolah” perintah pandu dalam pesannya.
“please, please gapapa gua gapake cd, tapi gua gabisa kalo ga pake bh, temen-temen gua bisa tau kalo gua gapake bh. Please Pandu” balas Annisa mencoba bernegosiasi dengan Pandu

10 menit sudah semenjak Annisa mengirimkan pesan tersebut. Tidak ada balasan dari Pandu. Jantungnya berdebar-debar. Apakah ia berbuat salah? Gumamnya dalam hati. Tiba-tiba hp nya bergetar lagi, Pandu membalas pesannya.
“oke, gua turutin permintaan lo… tapi ada syaratnya” balas Pandu
“apa?” balas Annisa singkat
“lo bakal tau besok…” balas Pandu
Huuftt, Annisa menghela nafas panjang. Pandu mengizinkannya untuk memakai bh esok hari. Ia bisa sedikit bernafas lega. Tapi ada dua hal yang mengganjal pikirannya sekarang. Pertama, setelah berbagai kejadian yang dialaminya hari ini di sekolah, ia tidak tahu bagaimana pandangan teman-temannya terhadapnya. Kedua, ia tidak tahu apa “syarat” yang akan diberikan Pandu esok hari.

Waktu sudah menunjukan pukul 11.15 malam. Ia harus segera tidur jika tidak ingin terlambat esok hari.
Berbagai “kejutan” dari Pandu sedang menantinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4