Pagi hari ketika terbangun, masih dalam
posisi yang sama saat kami tertidur. Kulihat bersandar didadaku Risa masih
tertidur. Aku beringsut dan mengambil HP di meja sebelah kiriku. Kulihat jam di
HP, jam 6 lewat 10 menit. Kuletakkan kembali HP dan kemudian kupeluk tubuh
Risa. Rasanya belum bosan untuk terus menjamah seluruh badan wanita ini dan
mencabulinya. Dia terbangun.
"Dah pagi... jam berapa mas?"
tanyanya.
"Jam enam lewat sepuluh,"
jawabku sambil mencium keningnya.
Dia hanya tersenyum kemudian kembali
membenamkan kepalanya di dadaku.
"Bangun yuk, mandi biar nanti gak
terlambat ke kantor pusat." ajakku. Tak ada jawaban.
"Sayang ....... ayo bangun, nanti
terlambat loh..." kembali kuulangi perkataanku.
"Males...mas.." risa menjawab
pelan sambil mendongakkan kepala ke wajahku dengan wajah malas-malasan.
"loh... kok males kenapa? apa masih
capek atau kenapa?" sambil kubelai kepalanya. Tak ada sahutan.
"Kenapa sayang......." kembali
kutanya.
"Jadi kepikiran aja. Tar aku kerja
sekantor dan jadi anak buah mas... padahal kita ....." tak diteruskannya
kalimat itu.
"Dan semua anak buah Mas pasti
tahu... Pasti suasananya jadi gak enak ntar dikantor....Nanti anak buah Mas yg
lain menganggap aku diistimewakan. Pastinya Mas juga nggak akan bisa marah atau
mungkin sungkan untuk menegur Risa kalau ada kesalahan... Iya kan Mas? Tar pasti Risa jadi bahan omongan
temen-temen sekantor." jelasnya panjang lebar dengan kepalanya yg masih
disandarkan didadaku.
Sejenak baru terpikir olehku benar juga
apa yg dikatakannya. Aku menjadi terdiam sesaat.
"Sayang..... tar kan bisa mas tempatkan di kantor cabang yg
lain yg gak sekantor dengan Mas. Kantor cabang barunya kan gak satu tempat aja, ada 3 tempat. Tar
kamu pilih aja mo di cabang yang mana, yang sekiranya enak" ujarku mencoba
meyakinkannya.
"Tetep aja tar jadi bahan omongan.
Tuh si Risa kan
pacarnya Pak ivan." jawabnya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya
barusan. Perkataan kalau dia adalah pacarku. Sejak kapan ya jadian? Baru
kemaren aja mulai deketnya dan belum ada komitmen. Mungkin bener kata
teman-temanku. Kalau kita pernah ML, mulai saat itu cewek tersebut akan
langsung merasa ada ikatan khusus yg lebih dalam dan punya feeling yang lebih
tajam ke cowoknya. Kecuali kalau emang dari awalnya cuman mau One Night Stand.
"Mmm... Say.... Emang gak boleh ya
seorang pimpinan suka ma anak buahnya? Kan
banyak tuh pimpinan yang masih bujangan akhirnya married ma anak
buahnya..." sahutku kemudian.
Risa cuma terdiam.
"Udahlah say.... gak usah terlalu
dipikirin yang kayak gituan. Tar gampang, bisa diatur.. Yuk ah buruan
mandi.." sambil kusingkirkan selimut kutarik tangan risa untuk bangkit dan
menuju ke kamar mandi.
Di kamar mandi kulumuri semua badannya
dengan sabun. Begitu juga Risa melumuri seluruh badanku dengan sabun dan mulai
menggosok -gosok sabun di badanku hingga berbusa. Terasa sensai tersendiri
ketika aku bisa menjamahi seluruh yang licin karena sabun.
Bathup sudah 3/4 bagian terisi air hangat.
Aku segera berendam disitu, sementara Risa masih membersihkan sisa sabun dengan
air dari shower. Setelah selesai dia mengikutiku masuk ke bathup dengan posisi
membelakangiku. Dengan posisi memeluknya dari belakang, aku bisa bermain dengan
pangkal paha dan payudaranya.
Risa |
Tiba-tiba dia berdiri dan berbalik
mengambil posisi dengan lutut tertekuk ke belakang. Kemudian dia menurunkan
pantatnya sehingga vaginanya beradu dengan kemaluanku. Dia gesekkan
beberapakali sehingga kemaluanku yang sedari tadi sudah menegang semakin
mengeras. Tampaknya sekarang dia sudah berani berinisiatif. Mungkin karena
semalam dia benar-benar merasakan suatu kenikmatan yang luarbiasa sehingga
sekarang dia mulai ketagihan dan ingin mendapatkannya kembali.
Setelah beberapa saat dia menuntun penisku
memasuki liang senggamanya. Saat menurunkan kembali pantatnya, otot ku yang
sudah mengeras langsung masuk hingga ke dalam hingga pintu rahimnya. Risa
terpekik kecil kemudian diam sesaat. Sepertinya sedang menikmati benda yang
semalam telah membuatnya menerima siksaan birahi saat ini sudah berada di pintu
rahimnya. Sambil memegangi dadaku pelan-pelan diangkat dan diturunkan
pantatnya. Beberapa kali dia mendesah tertahan. Sengaja aku hanya diam karena
saat ini sepertinya dia sedang mencoba mencari kenikmatannya sendiri.
Beberapa saat kemidian tangannya segera
menuntun tanganku ke dadanya agar dia bisa mendapatkan kenikmatan yang lainnya.
Aku menggesek-gesekkan telapak tanganku dengan halus ke putingnya yang sudah
mulai mengeras agar tidak lecet, karena dengan posisi ini jari-jaiku tak bisa
leluasa memberikan sentuhan di ujung putingnya. Dia menggelinjang dah mendesah
pelan.
"Mas....." seucap kata keluar
dari mulutnya pelan dengan tatapan mata memelas beberapa saat kemudian.
Saat ini aku sudah bisa memahami maksud
kata itu. Sambil berpegangan di bathup dia semakin mempercepat gerakannya.
Sekarangpun kedua tanganku telah memegang sepasang payudaranya.
Kupermainkan
keduanya. Kadang kusentuh dan ku gesek halus putingnya dengan telapaktanganku,
kucubit dan kutarik pelan, kupilin, dan ku tekan payudaranya dengan telapak
tanganku. Tubuhnya mulai mengejang. Gerakan pantatnya pun seolah olah ingin
agar kemaluanku bisa masuk sedalam-dalamnya di dalam lobang senggamanya. Aku
berusaha agar bisa orgasme bersamaan dengannya. Gerakan Risa semakin cepat dan
tangannya mencengkeram lenganku.
Dia pun nampak mulai mengejang hebat.
Otot-otot vaginanya mulai kurasakan berdenyut-denyut dan penisku pun sudah
sangat keras. Kuremas keras kedua payudaranya, saat itu juga Risa menghentikan
gerakannya sambil berusaha memasukkan sedalam-dalamnya penisku di liang
senggamanya. Risa melenguh panjang. Badannya mengejang, kedua tangannya
mencengkeram erat ke dua lenganku. Otot vaginanya semakin kuat berdenyut
mencengkeram penisku. Saat itu juga air maniku menyemprot keluar mengisi ruang
rahimnya.
Setelah beberapa saat tubuhnya rebah di
badanku. Ku belai rambut sebahunya yang basah, kukecup kepalanya pelan.
Beberapa saat kemudian dia bangkit.
"Mas...Risa ganti baju dulu ya"
ucap Risa memandangku.
"Hm....mmm" sahutku pendek
sambil memegang kepalanya, kemudian kucium bibirnya. Risa bangkit dan segera
mengeringkan badan, kemudian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di
badannya..
Keluar dari kamar mandi kulihat Risa
sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Aku berlalu mengambil tasku, kubuka dan
mengambil barang yang semalam telah aku ambil dari tas Risa.
"Lagi nyari ini ya say.....?"
kutunjukkan bra dan celana dalam Risa yang semalam kusimpan di dalam tasku.
Dia menoleh ke arahku.
"Loh kok ada disitu?" kata Risa
dengan wajah sedikit bingung.
"Mmm... Barang-barang ini untuk
sementara Mas sita, selama kamu masih bareng Mas.." kataku nakal.
"Iih...kok gitu sih" sahutnya
sambil tersenyum malu.
"Iya...gapapa. Kamu gak usah pake
daleman. Mas mau lihat kamu sexi pakai baju tanpa daleman." kataku
menggodanya.
"Huuu.... maunya" sahutnya
sambil tersenyum.
Pagi ini Risa memakai blouse lengan
panjang putih bergaris-garis hitam, dipadukan dengan rok span hitam di atas
lutut. Sedangkan blaser hitamnya belum dia kenakan, masih menggantung di
gantungan baju. Karena blouse berwarna putih agak tipis dan ketat maka
putingnya nampak tercetak samar dari balik bajunya karena tidak memakai bra.
Nampak anggun penampilannya hari ini. Dia berdiri di depan kaca rias.
"Kenapa mas...? ada yang aneh
ya?" kalimat Risa membuat aku terhenyak dari keasyikanku yang sedang
memandanginya.
"Eh... nggak... kamu kliatan
seksi." sahutku.
Kuhampiri Risa sambil menyentuh puting
yang menyembul dibalik baju putihnya.
"Bisa gak jadi berangkat meeting loh
mas nanti...kan
tadi mas.."
Kalimat Risa tidak selesai karena bibirnya
sudah kulumat sambil ku pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan dia pun
mengimbanginya. Kedua tanganku bergerak kebawah pantat menyibakkan span hitam
yang dipakainya hingga tersingkap di atas pantatnya. Kuremas pantatnya yang
tidak memakai celana dalam itu kuat-kuat dan sedikit kuangkat sambil kumainkan
lidahku di mulutnya. Kuangkat kaki kirinya dengan tangan kananku sehingga
sekarang jari tangan kiriku bisa meraba vaginanya dari arah belakang. Namun
cukup sulit untuk bisa menjangkau lubang senggamanya.
Kulepaskan peganganku dari kaki kirinya
dan segera kuputar badan Risa hingga sekarang membelakangiku. Kupeluk dia dari
arah belakang sambil tangan kananku membuka 3 kancing bajunya. Sementara dari
arah depan tangan kiriku menyingkap keatas rok yang dipakainya dan segera
menyentuh vaginanya untuk mencari lubang senggamanya. Tangan kiri Risa bergayut
di balakang leherku. Kuremas payudara kirinya setelah kubuka tadi kancing
bajunya. Kumainkan putingnya sementara jari tengahku telah masuk dan
bermain-main di dalam lobang vaginanya yang telah basah. Risa hanya
menggelinjang merasakan semua sentuhanku.
Kulepas bajunya dan perlahan kurebahkan
badannya di pinggir ranjang sehingga kakinya masih menggantung ke bawah.
Kusibakkan rok yang dipakainya hingga ke pinggang dan kukangkangkan kakinya.
Segera kubenamkan kepalaku di pangkal pahanya dan mulai menjilati bibir
vaginanya sambil kuremas ke dua payudaranya. Risa hanya bisa memegangi kepalaku
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan gejolak nafsunnya karena
perbuatanku. Ketika lidahku mulai masuk dan bermain di lobang vaginanya dia
mendesah sambil meremas kepalaku dengan kedua tangannya.
Setelah beberapa saat aku beralih mencium
dan menjilati pusar dan perunya. Perlahan naik dan mengulum putingnya, kemudian
naik keleher. Kuciumi lehernya, semerbak wangi Escada Sentiment yang semakin
memancing nafsuku. Kujilati telinganya dan kemudian beralih mengulum bibirnya.
Setalah beberapa saat kuhentikan ciumanku.
"Dilanjutin nanti setelah dari kantor
ya say....." kataku sambil tersenyum. Risa hanya memandangku sambil
mengatur nafasnya.
"Sengaja ya mas.....biar aku horny?
Tar kalau pas wawancara aku jadi gak konsen gimana coba?"katanya dengan
manja.
Aku hanya tertawa kecil sambil merapikan
kembali bajuku.
Dalam perjalan ke kantor Risa terus
memegangi lengan kiriku. Kemudian dia sandarkan kepalanya di lengan kiriku
dengan manja. Sesampai dikantor mobil aku parkir di lokasi paling ujung.
Kawatir tar kepergok temen kerjaku yang di semarang liat aku di kantor pusat.
Setelah Risa terlihat masuk ke dalam
kantor segera aku menuju tempat parkir mobil di gedung sebelah karena disana
ada Kafe yang bisa kupakai buat nongkrong sambil nungguin selesai test
wawancara.
Dua jam lebih aku menunggu di kafe hingga
telfonku berdering. Terlihat foto Risa dengan baju merah di layar telfonku,
foto Risa kemaren saat baru sampai di hotel. Segera kuangkat telfonku.
"Gimana say... udah selesai
testnya?"
"Udah mas, baru aja selesai. Ini baru
jalan di tangga" suara Risa di seberang telfon
"Tunggu Mas di tempat parkir yang
tadi ya say...... bentar lagi mas dah sampai situ." kataku sambil berjalan
keluar dari Kafe
"Iya mas..." sahut Risa
kemudian.
Tak sampai 10 menit aku dah sampai di
parkiran gedung tadi. Kulihat Risa sudah berdiri menunggu di ujung parkiran
dengan blaser dan span hitam. Rambut yang tergerai ditiup angin membuatnya
terlihat semakin anggun. Begitu sampai didepannya kubukakan pintu dari dalam.
"Hai sayang...." tegurku.
Risa hanya tersenyum manis kemudian masuk
ke dalam mobil. Kutarik sedikit kepalanya dan kukecup keningnya. Dilepasnya
blaser yang dipakai, dan tampaklah kembali pemandangan indah tadi pagi yang
membangkitkan nafsuku. Namun kulihat wajahnya sedikit ada kegalauan, tidak
seperti tadi pagi.
"Ada apa say... kok sepertinya ada
sesuatu" tanyaku.
Namun dia hanya diam sambil menatap
kedepan dengan pandangan galau. Hanya kuperhatikan wajahnya tanpa pertanyaan
lagi.
"Mmm.... Mas..." Risa tampak
ragu melanjutkan kalimatnya.
Aku hanya menatapnya dengan pandangan
mengisyaratkan agar dia meneruskan kalimatnya.
"Mmm... Mass. ..... Kalau.......Kalau.....aku hamil
gimana Mas?" tanyanya sambil melihat ke arahku dengan pandangan kawatir.
Aku hanya tersenyum sambil memandangnya.
"Mas...." desaknya karena aku
tidak menjawab sampai beberapa saat.
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal
itu say...?" gantian aku yang bertanya
"Mmm..... Risa tadi baru inget ini
hari ke 16, saat masa subur-suburnya" matanya menatap ke depan.
Sambil tersenyum aku menjawab "Emang
sengaja Mas mau bikin kamu hamil..."
"Jangan bercanda Mas... risa
serius" sahut Risa dengan muka serius.
Aku tertawa.
"Iya... Mas juga serius. Mas sengaja
ingin kamu hamil" sambil kutarik pundak kanannya agar menghadapku.
"Aaah.....Mas kok gitu sih"
berkata Risa dengan nada merajuk manja.
"Loh...... Emang kamu gak mau hamil
karena Mas?" tanyaku lagi
"Bukan gitu Mas.........Risa
cuman..." sebelum selesai bicara kepalanya sudah kupegang, kucium dan
kulumat bibirnya. Risa berusaha mendorongku.
"Eh mas...jangan...tar dilihat
orang.."sambil dia menengok kanan kiri melihat sekeliling.
"Tadi dari luar Risa bisa liat Mas di
dalam mobil gak..?'tanyaku. Risa hanya menggeleng pelan.
"Mobil mas pake kaca film, jadi gak
bakalan kliatan dari luar" tanpa menunggu persetujuannya langsung kulumat
lagi bibirnya. Awalnya Risa sedikit menolak. Namun selanjutnya dia mulai
mengikuti permainanku ini.
Tangan kananku segera menuju kancing
bajunya. Kubuka tiga kancing bajunya. Selanjutnya mulai kuremas pelan
payudaranya, dan kumainkan putingnya dengan jari-jariku. Dia terus mengikuti
permainanku. Setelah beberapa lama mulai ku gerayangi pahanya. Kutelusuri
hingga ke pangkalnya. Risa pun mulai mengangkangkan kakinya.
Kurebahkan sandaran kursi yang menahan
badannya. Jari-jari ku pun dengan mudah mulai menelusuri bagian pangkal pahanya
hingga masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan mulai basah. Kugerak-gerakkan jari
tengahku dalam lubang itu. Risa memandangku dengan tatapan bernafsu, sementara
badannya mulai menggelinjang. Kuremas payudaranya dengan tangan kiriku. Jari tengahku
semakin cepat bergerak keluar masuk di lubang vaginanya. Mulutnya terbuka dan
terlihat seperti orang akan tenggelam sambil tangannya memegangi tangan kananku
yang terus bergerak semakin cepat di sela-sela pahanya. Terasa lubang vaginanya
sudah sangat basah.
Tangan kiriku meremas agak keras payudaranya dan kemudian
kutekan, sementara jari tengah tangan kananku menusuk dalam-dalam lobang
vaginanya sambil kumainkan jariku didalamnya.
"hek..." terdengar suara dari
mulut Risa, dan tubuhnya mulai mengejang.
Kedua tangannya mencengkeram kuat tangan
kananku . Saat itu juga terasa vaginanya sudah sangat basah. Kulihat tatapan
matanya sayu menatapku. Dia telah mendapatkan orgasmenya. Sejenak aku berfikir.
Dari tadi malam sampai sekarang sudah berapa kali dia orgasme. Mungkin sudah
lebih dari 10 kali. Tega gak ya tar sampai hotel aku perlakukan dia seperti ini
lagi?
Ku cium bibir risa. Kemudian ia mulai
merapikan baju dan rok spannya yang tersingkap keatas karena ulah tanganku.
Kunyalakan mesin mobil dan mulai berjalan perlahan meninggalakan tempat parkir
itu.
Sebelum sampai Hotel kami mampir dahulu di
restoran untuk makan siang. Sesampainya di kamar hotel Risa langsung berganti
baju dengan kaus putih tipis tanpa lengan ketat dengan belahan dada agak
kebawah. Ini yang selalu membuat libidoku naik melihat bentuk payudara yang
bulat kencang dengan puting yang tercetak transparan dibalik baju tipisnya. Rok
mini ketat abu-abu tua berbahan kaus sebagai padanannya memperlihatkan lekuk
pinggang dan mencetak jelas bentuk pantanya yang tak memakai celana dalam
semakin membuat nafasku sesak.
Selanjutnya dia merebahkan badannya di tempat
tidur dengan bersandar di ujung ranjang. Kuikuti merebahkan badan disampingnya,
kurengkuh hingga kepalanya bersandar di pundakku. Kunyalakan televisi dan
mencari tontonan yang bisa menghibur sambil beristirahat.
"Sayang.... kamu capek yah..?"
tanyaku setelah agak lama tak ada percakapan diantara kami.
"Capek kenapa...mas?" sambil
tangannya meraih remote televisi dari tanganku.
Digantinya chanel telivisi yang dilihat.
"Dari semalem kan udah berapa kali tuh kamu
orgasme..." kucium kepala wanita yg bersandar di pundakku ini.
"Mas tuh curang.... ngerjain aku
terus?" kulihat Risa menjawab dengan mulut sedikit monyong.
Aku tertawa kecil.
"Ih... malah ketawa.." sambil
tangannya mencubit pahaku.
"Kamu juga sih... kalo kayak gini
gimana Mas gak sesak napas coba.." sambil ku kusentuh tonjolan kecil di
dada yang menyembul dibalik bajunya.
"Lah...kan Mas juga yang ngumpetin bra ma celana
dalamku" tangkisnya.
Aku kembali tertawa kecil.
"Mmm... maaf ya kalau Mas membuat
Risa malah menjadi gak nyaman" kataku sambil mengelus-elus kepalanya.
"Nggak kok Mas, Risa nggak papa. Risa
nyaman-nyaman aja kok.." sahutnya sambil kembali mengganti chanel di
televisi.
Mendengar jawaban yang keluar dari
mulutnya itu kususupkan tanganku ke balik bajunya dari bawah hingga bisa
kugenggam payudaranya. Sambil menonton televisi terus kuraba dan kuremas
payudaranya. Sesekali ku sentuh lembut ujung putingnya dengan jariku. Tampak Risa
menikmati apa yang kulakukan padanya.
Setelah beberapa saat tangannya mulai
merayap masuk ke dalam celanaku. Dia berusaha meraih benda bulat panjang yang
ada disitu. Digenggam dan mulai memainkannya dengan lembut. Tak lama ia bangkit
dan berusaha melepaskan celanaku. Setelah celanaku terlepas dia berdiri di
atasku sambil menyingkapkan rok ketatnya hingga sebatas pinggang. Kemudian dia
mulai berjongkok dan menempelkan vaginanya di atas penisku sehingga terjepit
antara perutku dan vaginanya.
Digoyangkan pinggulnya ke depan belakang
perlahan-lahan sehingga penisku yang berada di celah vaginanya bergesekan
pelan. Beberapa saat kemudian dia menarik bajunya ke atas sampai sebatas
ketiaknya, sehingga payudara yang putih dengan guratan-guratan biru sekarang terlihat
menggelantung bergerak-gerak mengikuti gerakan pinggulnya. Sekarang kedua
tangannya mulai menuntun kedua tanganku ke dadanya. Ku jamah kedua payudara
yang segenggaman tanganku dengan lembut. Kumainkan dan kusentuh putingnya. Risa
mendesah pelan sambil kedua tangannya memegangi tanganku yang terus menjamahi
bagian sensitif di dadanya.
Kurasakan belahan vaginanya telah basah.
Tangan Risa mulai mengarahkan penisku memasuki liang senggamanya. Tak lama
dengan mudah penisku menembus lubang itu hingga kedalam. Risa kembali
menggoyangkan pinggulnya. Kali ini kedepan belakang dan sesekali dengan gerakan
memutar-mutar seolah-olah ia ingin penisku bisa menjelajahi seluruh bagian
dalam lubang vaginanya.
Mungkin karena dalam semalam hingga saat
ini sudah berkali-kali benda-benda besar memasuki vaginanya, saat ini terasa
agak longgar dibandingkan saat pertama penisku bertemu dengan lubang
kemaluannya. Sampai beberapa lama sepertinya Risa belum merasakan kepuasan yang
dia inginkan. Akhirnya aku berinisiatif berganti posisi.
Aku bangkit dan berganti memposisikan Risa
berbaring miring di ujung ranjang dengan posisi seperti sedang berjongkok
dengan kaki rapat. Sekarang kulihat belahan vagina Risa yang basah tertutup
rapat menyembul di antara ke dua pangkal pahanya. Dengan mudah kuarahkan
penisku di belahan itu dan segera mencari lubang senggamanya. Segera kumasukkan
ke dalam dan terasa lubangnya lebih sempit menggencet batang penisku.
Kugerakkan maju mundur pingganngku sehingga penisku bergerak keluar masuk
diantara belahan vaginanya. Risa terlihat lebih puas dengan apa yang kulakukan
sekarang.
Sambil kuremasi payudaranya, terus
kugerakkan pantatku maju mundur. Risa mendesah panjang. Semakin lama semakin
cepat kuhujamkan batang kemaluanku diantara jepitan lubang vaginanya. Tangannya
memegangi tanganku yang terus meremas-remas benda kenyal didadanya. Nafasnya
mulai tersengal-sengal, kepalanya menggeleng -geleng pelan dan sesekali
badannya mengejang. Suara desahan yang terus keluar dari bibirnya semakin
membuatku bernafsu menyetubuhinya.
Hingga terasa hendak mencapai orgasme
kumasukkan dalam-dalam kemaluanku sambil kuremas keras payudaranya. Sesaat
terdengar suara tercekat dari mulut Risa, kaki dan badannya mengejang-kejang.
Tangannya mencengkeram kuat tanganku. Batang kemaluanku terasa diremas-remas
kuat oleh otot-otot vaginanya. Saat itu juga penisku menegang hebat dan mulai
menyemburkan cairan kental di dalam lubang vaginanya. Kembali terus kusodokkan
lebih dalam penisku di liang senggamanya. Kembali suara tercekat keluar dari
mulut Risa yang seolah terasa batang kemaluanku telah menusuk dalam lubang
vaginanya hingga menembus ke tenggorokannya. Sementara penisku terus berdenyut
berusaha menyemprotkan maniku ke dalam rahimnya hingga habis tak tersisa.
Badannya terus mengejang beberapa saat.
Saat hendak kucabut batang penisku dari
lubang vaginanya, Risa memegang dan menahan pantatku. Seolah dia tak rela
penisku lepas dari jepitan dinding lubang vaginanya. Melihat itu aku geser
posisi Risa dengan mendorongnya kedepan dengan pinggangku, sehingga penisku
tetap berada didalam lubang vaginanya. Badan Risa mengejang setiap aku bergerak
merubah posisku. Kemudian perlahan aku juga merebahkan badanku miring di
belakang badannya.
Saat ini posisi Risa berbaring miring ke kiri dengan kaki
terlipat memunggungiku. Ku gapai payudaranya dengan tangan kananku.
Kuremas-remas lembut dengan penis yang masih tertancap masuk didalam lubang
vaginanya. Tak ada suara. Kunikmati posisi ini dengan terus menggenggam dan
memainkan payudaranya. Cukup lama hingga tak terasa kami pun tertidur.
Sore hari kami terbangun. Segera kami
bergegas mandi dan merapikan kembali barang-barang yang kami bawa. Setelah cek
out, mobil segera melaju meninggalkan kota Semarang . Kami berencana
mampir ke jogja sebelum pulang. Sepanjang perjalanan ke jogja, tangan Risa
bergelayut manja di lengan kiriku. Kepalanya pun dia sandarkan di sana . Kami banyak
bercerita dan bermanja dalam perjalan menuju jogja. Baju ketat merah lengan
panjang berpadu dengan laging hitam ketat yang dikenakannya masih saja terus
membuatku bergairah.
Singkat cerita kami tiba di jogja sekitar
jam 8 malam. Kucari hotel di sepanjng jalan belakang Malioboro. Aku ingin
menikmati suasana malam di jogja bersamanya. Minggu pagi kami sempatkan untuk
bermain di pantai Parangtritis. Sepanjang malam hingga siang di jogja inipun
masih sempat aku menyetubuhi Risa hingga 3 kali. Dan Risa pun sepertinya
menikmati apa yg aku perbuat kepadanya. Mungkin dia merasakan sensai-sensasi
baru setiap kali aku menyetubuhinya.
Menjelang siang kami baru pulang kembali
menuju purwokerto. Namun dalam perjalanan ini Risa banyak tertidur di mobil.
Mungkin dia merasa lelah dan mengantuk karena sepanjang malam tadi aku telah
membuatnya tidak bisa banyak tidur. Selama dua hari dua malam itu kami
benar-benar menikmati dan melampiaskan semua hasrat masyuk yang selalu
menghinggapi setiap saat.
Minggu malam kami tiba kembali di
Purwokerto. Kuantar Risa pulang ke rumahnya. Terlihat dari wajahnya dia sudah
sangat lelah. Namun dari sorot matanya terlihat kebahagiaan. Setelah beberapa
saat aku mampir di rumahnya aku berpamit untuk pulang. Namun Risa terlihat
masih belum ingin berpisah denganku. Ku katakan padanya kalau besok aku akan
menemaninya lagi. Dan setiap hari aku kan
ada untuk terus bersamanya.
Setalah berpamitan dengan kedua
orangtuanya segera aku meluncur pulang ke rumah kos dimana selama ini aku
tinggal. Rasa lelah, kantuk dan capek rasanya tak sebanding dengan kenikmatan
yang telah kureguk bersama Risa. Terasa ingin malam ini segera berlalu dan
dapat bersama Risa kembali. Menikmati kembali hasrat syahwat yang masih saja
bergejolak liar tanpa batasan.
"Terimakasih telah membuat Risa
merasakan kebahagiaan yang belum pernah Risa rasakan sebelumnya. Dua hari ini
adalah hari paling bahagia selama hidup Risa. Selamat beristirahat sayang....
"
Sebuah SMS dari Risa yang membuatku
tersenyum bahagia menjelang lelapku.
Itulah kisahku dengan Risa. Peristiwa dua
hari dua malam yang masih teringat jelas hingga sekarang dan tak akan pernah
aku lupakan sepanjang hidupku.
Komentar
Posting Komentar