Langsung ke konten utama

Kisah Annisa 5


Hari ini Annisa berangkat ke sekolah dengan perasaan cemas. Bagaimana tidak, semalam video masturbasinya telah tersebar di kalangan siswa sekolahnya. Saat ini bisa dikatakan kalau satu sekolah telah melihat video sensualnya itu, bahkan mungkin sekarang video itu telah tersebar dimana-mana. Seperti biasa hari ini ia berangkat sendiri dengan mobilnya itu, tidak ada Pandu yang menjemputnya hari ini. Hari ini pun juga belum ada instruksi oleh Pandu kepadanya, jadi, ia seperti biasa hanya mengenakan seragam lengkap tanpa mengenakan cd ke sekolah, sedangkan bh nya masih tetap ia kenakan seperti biasa.
Sesampainya Annisa di kelas ia terkejut karena banyak anak laki-laki di kelasnya sedang berkerumun menonton videonya yang tersebar kemarin. Mereka menontonnya secara terang-terangan sambil berdiskusi menebak-nebak siapa sosok wanita cantik pemeran video tersebut.
“Kalo dari ciri-cirinya nih cewek putih mulus bro, tebak aja anak sekolah kita yang kayak gitu...” kata salah seorang dari mereka
“Si A kali? Atau si B?”
Banyak teman-temannya yang lain menebak-nebak siapa gadis seksi dalam video itu.

Annisa hanya mematung memperhatikan mereka sambil menguping pembicaraannya. Tiba-tiba salah seorang temannya menyebutkan namanya
“Annisa kali, dari badannya mirip sama dia gak sih?” Teriak salah seorang dari mereka
“Eh bego, gila lu ya dia kan anak baek-baek... gak mungkin dia lah orangnya... tapi emang si penampakannya mirip” jawab yang lain
“jangan keras-keras woy... orang nya ada di sono, gimana kalo sampe denger? Di gaplok lu!”
“Hahahaha... bodo amat lah siapa orang nya, kalo tau udah gua entotin tuh orangnya”
“Iyaa, kalo perlu kita gangbang aja orangnyaa... kan kasian tuh di sini dia cuma pake vibrator...”
Candaan itu diwarnai dengan gelak tawa para siswa itu

Annisa yang dari tadi menguping pembicaraan mereka begitu terpukul dengan apa yang di dengar nya. Jantungnya berasa ingin copot. Akan kah mereka tahu yang sebenarnya? Semua itu tergantung oleh keputusan Pandu dan kawan-kawannya. Setidaknya dari kejadian ini ia belajar untuk tidak lagi melawan perintah yang diberikan oleh Pandu, setidaknya sampai ia lulus.
“Nanti istirahat ayo makan bareng gue, gue tunggu di kantin, awas kalo lu ga dateng” layar hp Annisa tiba-tiba menampilkan pesan tersebut. Dari siapakah pesan itu? Tidak perlu melihat siapa pengirimnya Annisa sudah tahu kalau pesan tersebut dikirim oleh Pandu.


Hatinya berdegup kencang, “apa lagi sekarang?” Pikirnya membayangkan setiap kemungkinan buruk yang akan Pandu lakukan kepadanya. Tanpa disadari memikirkan hal-hal itu membuat vaginanya sedikit basah. Sudah pasti Pandu akan melakukan sesuatu untuk memuaskan nafsunya, hanya hal-hal berbau sensual yang dipikirkan gadis cantik itu sekarang.
Menyadari libidonya yang mulai naik, segera Annisa menggelengkan kepalanya, membuang jauh segala pikiran buruknya itu, ia tidak terima kalau ia sampai “basah” hanya dengan memikirkan fantasi seks yang akan Pandu dan teman-temannya lakukan kepadanya.

Kringg... kringgg... kringgg... jam istirahat pun tiba. Seperti biasa para siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju ke kantin
“Ayooo...” ajak Putri sambil menarik tangan Annisa
“Ayoo buru gua udah laperrrr...” jelas Putri yang kini mulai menarik lebih keras tangan Annisa yang dari tadi masih diam di kursinya
“Nanti kita pisah meja ya put, gua mau makan bareng Pandu...” jawab Annisa sambil berdiri
“Hahh?? Ada apa lo sama dia? Bukannya lo benci banget ya sama dia??” Balas Putri keheranan, tak menyangka dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu
“Makanya... jangan benci-benci lu sama orang, jadi suka kan loo... cieeee...” lanjut Putri. 

Annisa hanya tersenyum kecil, tak disangka respon Putri seperti itu, Annisa kira sahabatnya itu akan marah.
“Tapi ati-ati lo sama dia, kayaknya dia bukan orang baik-baik deh...” tambah Putri lagi
“Tenang aja kok gua bisa jaga diri... kalo dia berani macem-macem, gua sikat tu orang hahaha...” jawab Annisa sambil menunjukan tinjunya. Hatinya begitu sakit ketika mengatakan hal itu, seandainya Putri tau kalau selama ini ia hanya dijadikan budak seks Pandu dan kawan-kawannya, pasti ia akan ilfeel dengan Annisa. Tapi, setidaknya dengan Annisa mengatakan itu sahabatnya tidak akan curiga lagi kalau sewaktu-waktu ia meninggalkannya untuk bertemu Pandu.

Di kantin Pandu sudah duduk menunggunya bersama teman-temannya. Annisa yang datang berjalan berama Putri segera berpisah menghampiri meja Pandu.
“Hallo cantik...” sambut Pandu akan kedatangan Annisa.
“Pesen dulu aja sana... trus nanti lu duduk disini” ucap Pandu sambil menggeser duduknya memberikan sedikit space untuk Annisa diantara ia dan teman-temannya. Annisa berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun pergi untuk memesan makanan.

Beberapa menit kemudian ia sudah kembali membawa semangkuk bakso pesanannya dan duduk di tempat yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Pandu.
“Lo tau ga pertama kali kita ketemu di Kantin?” Tanya Pandu memulai pembicaraan kepada gadis cantik itu yang dari tadi hanya diam sambil menikmati baksonya.
“Gua gak akan pernah lupa... dan gua bersyukur itu terjadi...” lanjut Pandu sambil berbisik jahat di telinga Annisa yang tertegun mendengarnya. Seketika tangan kanan Pandu yang duduk di sebelah kiri Annisa segera masuk ke dalam rok gadis itu dan menggesek-gesekan jarinya pada kemaluan Annisa yang tidak memakai cd itu.

“Aahhhhh” Annisa kaget, tak sengaja ia mengeluarkan pekikan kecil yang membuat beberapa orang disekitarnya menoleh. Segera ia tutup mulutnya dengan kedua tangannya itu.
“Ssttttt... lo ga pengen orang-orang tau kan kalo memek lo lagi gua kocok? diem makanyaa...” bisik Pandu sambil terus nengobok-obok vagina gadis itu yang kini sudah mulai basah.
Annisa hanya bisa diam menikmati permainan Pandu pada vaginanya. Tanpa sadar ia melebarkan pahanya supaya tangan Pandu bisa memainkan vaginanya dengan lebih leluasa. Perlahan tapi pasti tubuhnya mulai diselimuti birahi yang kian memuncak. Tiba-tiba tangan Gilang yang duduk di kanannya mulai masuk lewat bawah kemejanya dan meremas-remas payudaranya itu.

“Gilangg... ahhhhh... ntar ketauannn... hmmmphhhhh” desah gadis itu panik. Namun gilang tidak mempedulikannya. Tangannya tetap meremas-remas payudara Annisa dari bawah kemejannya, posisi itu membuat kemeja Annisa sedikit terangkat karena tangan Gilang yang masuk dari bawah.
“Tenang aja... dipojokan gini amann...” balas Gilang telat. Ya, posisi duduk mereka berada di sudut kantin dengan Annisa di kelilingi oleh Pandu dan kawanannya. Walaupun suasana kantin yang ramai, tapi tubuh gadis itu tertutup oleh kawanan Pandu. Belum lagi belakang Annisa adalah tembok sehingga ia tidak perlu khawatir dengan siapa yang akan melihatnya dari belakang. Asalkan tidak menimbulkan suara maka tidak ada yang akan curiga dengan apa yang mereka lakukan.

“Sekarang buka rok lu, cepet!” Perintah Pandu tiba-tiba
“Ta... tapi kan ini di kantin, rame Pandu nanti kalo ada yang tau gimana?” Iba Annisa
“Udah cepetan buka! Atau lu mau ngelawan gua, iya?!” Seru Pandu dengan tegas.
Annisa hanya bisa pasrah, terakhir kali ia tidak menuruti perintah tuannya itu ia dibuat malu dengan Pandu mengambil bh nya kemarin, ia tidak ingin membuat masalah lagi pikirnya.

Perlahan Annisa menaikan pantatnya, dengan sedikit bantuan Pandu menurunkan rok gadis cantik itu. Dengan mudahnya kini lepas sudah rok itu. Kini Annisa hanya tinggal mengenakan kemejanya saja, tubuh bagian bawahnya sudah bugil seutuhnya, untungnya dalam posisinya yang duduk itu tidak ada yang mengetahui apa yang yang ia lakukan.
“Pegang ini do...” seru Pandu kepada Aldo yang kini bertugas memegang rok seragam Annisa.

Dengan keadaannya sekarang yang tidak memakai apa-apa pada tubuh bagian bawahnya, kini Pandu bisa lebih leluasa untuk mengocok vagina gadis itu. Segera dilanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti itu. Kini kocokannya pada vagina Annisa semakin cepat, sementara itu Angga tadi masih meremas-remas dengan halus payudara gadis itu kini mulai sedikit lebih kasar. Annisa bisa merasakan tubuhnya yang semakin panas. Kini pinggulnya mulai bergoyang-goyang mengimbangi kocokan Pandu pada vaginanya. Matanya terpejam dan ia mulai menggigit bibir bagian bawahnya mencoba menahan desahannya agar tidak keluar.

Tiba-tiba bel tanda istirahat telah usai pun berbunyi
“Please... aaahhhhh... ud... dahhhhhh... oohhhhh... udah masukkkkk....” mohon gadis itu untuk menyudahi kegiatan itu.
Tapi Pandu tidak menggubrisnya dan tetap mengocok vagina gadis itu
“Lo dapet dulu baru kita udahan...” jawab Pandu.
Annisa pun berusaha menikmati permainan itu dan menaikan libidonya kembali yang sempat surut karena bunyi bel tadi.
“Saaa... gua duluan yaaa!” Teriak Putri dari kejauhan memecah konsentrasinya
“Iii... iya putt, duluan ajaaaahhhhhhhh....” jawab Annisa menahan desahannya.

Kini suasana kantin semakin sepi, tapi tak kunjung juga Annisa mendapatkan orgasmenya. Ya, Pandu sengaja menghentikan kocokannya setiap kali gadis itu hampir mencapai orgasmenya.
“Kita gaakan selese sampe lo dapet hahaha...” ucap Pandu seolah mempermainkan gadis itu.
“Udah yuk bro masuk, udah sepi nih...” kata salah seorang dari mereka. Segera Pandu mempercepat kocokannya pada vagina gadis itu. Kini ia tidak lagi mencoba menghentikannya. Beberapa saat kemudian Annisa sampai pada orgasmenya. Tubuhnya mengejang, segera ia menggigit jarinya sendiri, menahan agar desahan dari orgasme hebatnya itu tidak terdengar
“Hhnnpphhhhhh.... hhhhhhhhh... ahhhhhhhh...” desahnya tertahan. Seketika tubuhnya melemas. Nafasnya terengah-engah sambil merasakan gelombang orgasmenya yang masih tersisa. Orgasmenya yang sudah beberapa kali di gagalkan itu kini meledak dengan hebat. Dari kaki-kakinya kini masih mengalir cairan cintanya.
“Yuk ah cabut...” ucap Pandu sambil bergegas berdiri diiringi teman-temannya yang lain.
“Nih rok lu...” seru Aldo sambil melempar rok gadis itu ke meja sebelah.
“Kita tunggu nanti lo pas pulang sekolah di parkiran pas udah sepi, jangan pulang dulu ntar...” tambah Pandu sambil berjalan meninggalkan Annisa.
Annisa masih bertahan di mejanya mengistirahatkan tubuhnya yang lelah mendapatkan orgasme hebatnya itu. Setelah kesadarannya mulai kembali segera ia mengambil roknya yang berada di sebrang itu dan segera memakainya.
Dengan segera itu kembali ke kelasnya. Ibu kantin yang kebetulan menyaksikan kejadian itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jam pulang sekolah pun tiba. Annisa masih berada di kelas menunggu agar sekolah cukup sepi, baru ia akan turun menuju parkiran seperti apa yang Pandu perintahkan kepadanya. Seperti biasa setiap kali Pandu menyuruhnya untuk bertemu gadis itu pasti selalu membayangkan kejadian apa lagi yang akan menimpanya.
“tenang sa, asal lu nurut pasti semuanya bakal aman…” ucapnya dalam hati mencoba menenangkan dirinya.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, sampailah Annisa di parkiran. Di sana sudah menunggu Pandu dan kawanannya. Dari jauh terlihat mereka sedang bergerumul merundingkan sesuatu. Ya, mereka sedang mengatur “pertunjukan” untuk sore itu.

“well… dateng juga lu” ucap Angga yang melihat kehadiran Annisa.
“yuk gaes cabut…” lanjut Angga mengarahkan yang lain seolah menjadi pemimpin dalam aksinya kali ini.
“lo ikut mobil gua… mobil lo biar dibawa sama Aldo” perintah Pandu kepada gadis itu.
“kita bakal jalan-jalan…” ucapnya sambil menyeringai penuh arti.
Gadis cantik itu hanya mengangguk, menuruti setiap perintah tuannya. Segera ia masuk ke dalam mobil van Pandu bersama ke 4 orang teman Pandu lainnya, sementara mobilnya dibawa oleh Aldo.

“kii… kita mau kemana?” tanya Annisa cemas di tengah perjalanan
“udahh… nanti lu juga tau…” jawab Angga yang sedang melepas seragamnya. Ya, mereka sedang berganti baju untuk menanggalkan identitas sekolahnya itu.
Kini ke semua anggota geng Pandu sudah mengenakan baju seragam warna hitam lengkap dengan topengnya masing-masing.
Melihat hal itu Annisa pun ketakutan, “mau dibawa ke mana aku?” gumamnya

“kita udah mau nyampe, sekarang buka semua baju lo cepet!” perintah Angga dengan suara serak khas seseorang yang mengenakan topeng.
Tak perlu waktu lama untuk gadis itu menanggalkan semua bajunya. Kini Annisa sudah dalam keadaan bugil dan hanya mengenakan sepatu dan kaos kaki setinggi betis saja.
“nih pake kalo gamau muka lo ketauan…” ujar Angga sambil menyerahkan eye mask yang kemarin ia gunakan saat video masturbasinya.
Tanpa banyak bertanya dikenakanlah eye mask itu.
“muka gua ketauan? Emang gua mau dibawa kemana?... please Angga jangan bawa gua ke tempat macem-macem…” iba gadis itu
“stttt…berisik lu, lu tinggal ikutin aja apa yang gua suruh gausah banyak protes!” bentaknya
“tapi ini kau kemana? Huhuhu…” tangisnya sambil menarik-narik baju Angga mengiba.

20 menit kemudian mobil yang mereka tumpangi pun berhenti, tibalah mereka di tempat tujuannya. Ya, Annisa tidak asing dengan tempat itu, itu adalah taman kota yang berjarak sekitar 5 kilo dari sekolahnya. Taman itu begitu sepi, hanya ada beberapa orang yang lewat di sana. Maklum, di tengah kota seperti ini jarang ada orang yang mau berjalan kaki panjang menyusuri taman, paling hanya ada beberapa orang pacaran dan anak sekolahan lewat yang kebetulan sekolahnya dekat situ. Belum lagi kini hari sudah semakin sore, anak sekolahan itu pun juga sudah semakin sepi.

“ayo pada turun...” seru Pandu yang berada di kursi kemudi
“please gua gamauu... huhuhu... ini tempat umum please Pandu gua gabisa…huhu…” tangis Annisa mulai pecah ketika Pandu menyuruhnya turun dari mobil dalam keadaan bugil
“nanti kalo ada orang yang liat gimanaa? Gua maluu… huhuhu…” lanjut Annisa mengiba
“ya emang itu tujuannya hahaha… kan gua udah bilang, gua pengen bikin lo terkenal... hahahaha” ejek Pandu
“lagian juga gaakan ada yang tau lu siapa... makanya tadi lu dusuruh pake itu eye mask… udah buruan turun atau lu bakal terima akibatnya!” bentak Pandu.

Annisa tak punya pilihan lain selain menuruti perintah tuannya. Perlahan ia mulai keluar dari pintu belakang van tuannya itu.
Perasaan aneh menyelimuti tubuhnya. Selain di sekolah, inilah pertama kalinya ia telanjang di tempat umum.
Matanya melihat ke kiri - ke kanan, mencoba memahami keadaan tempat itu. ya, tempat itu memang benar-benar sepi. Baginya, bertelanjang di tempat umum seperti ini sesuatu yang baru untuknya.

Kini setelah semuanya berkumpul dibawalah gadis cantik bugil itu ke tempat yang sudah direncanakan sebelumnya. Tak disangka setelah cukup lama berjalan kini gadis itu mulai terbiasa dengan keadaannya yang bugil itu, tangannya tak lagi menutupi payudara dan bagian selangkangannya. Annisa mulai terbiasa… atau… apakah ia mulai menyukainya? “tidak, mana mungkin aku menyukai hal gila seperti ini” pikiranya beradu antara akal sehatnya dengan nafsu birahinya yang kini perlahan mulai muncul akibat keadaan bugilnya sekarang. Tak dipungkiri, selama perjalanan vaginanya mulai basah.

Akhirnya tibalah mereka di tempat yang sudah di tentukan sebelumnya. Tempat itu berada di tengah taman, di pinggiran jalan setapak dengan kursi yang menghadap ke jalan setapak itu. di sepanjang jalan setapak itu tampak lampu-lampu jalan yang kini sudah mulai menyala. Ya, kini waktu telah menunjukan pukul 4.30 sore. 

“oke jadi gini…” ucap Angga yang mulai mendekati gadis itu sambil teman-temannya yang lain mengatur posisi seperti yang sudah di tetapkan sebelumnya.
“… di sini tempatnya sepi, tapi bukan berarti ga akan ada yang lewat disini. Tugas lu gampang… lu Cuma perlu joget disini buat ngehibur para orang-orang yang lewat…”
“kita kayak lagi ngamen aja, tapi bukan nyanyi di pinggir jalan… tapi joget bugil di pinggir jalan hahaha…” lanjutnya sambil tertawa
“please jangan gua maluuu…” mohon gadis itu
“malu, malu tapi memek lo basah gini… hahaha…” potong Pandu yang sengaja memasukan jarinya ke dalam vagina Annisa.
“dasar lo emang lonte... suka kan lo kita permaluin gini hahh?!” hinanya
“engga… please gua ga suka…” tunduk Annisa malu. Walaupun ia berkata tidak, tapi tubuhnya tidak dapat berbohong.
“udah pokonnya lo tinggal lakuin apa yang tadi Angga bilang” sambung Pandu sambil mulai menyalakan musik ala timur tengah dari speaker mini yang dibawanya.
“pokoknya lo gak boleh berhenti joget sampe kaleng ini isinya 50 ribu…” lanjut Angga yang meletakan kaleng kosong di depannya.

Annisa yang tidak dapat melawan itu mulai bergerak-gerak seirama dengan lagu yang diputar. Ia tak punya pilihan lain, kabur pun ia tak bisa dengan keadaan yang sudah bugil itu. ia juga tidak tahu harus pergi kemana kalau ia kabur dengan keadaan bugil, pilihannya hanya satu, menari dan berharap kaleng itu segera penuh.

Terlihat dari jauh mulai ada beberapa orang yang lewat jalan itu, 3 orang siswi wanita yang bersekolah dekat sana. Mereka terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seorang wanita remaja dengan tubuh yang indah sedang menari-nari erotis dengan keadaan bugil.
“ayo mbaa… berapa aja seikhlasnyaa…” seru Pandu menyodorkan kaleng kepada ketiga gadis itu yang mulai mendekat dengan ragu. Terlihat mereka menutupi mata mereka saat hendak lewat. 

Seseorang ada yang memasukan uang 2 ribu ke dalam kaleng itu. ya, itu adalah 2 ribu pertamanya. Seseorang yang lain mengeluarkan hpnya dan mengabadikan momen tersebut.
“liat nih guys ada cewe gatau malu nari-nari sambil bugil di tempat umum… padahal cantik, tapi mau aja bugil…” ucapnya dalam inst*story yang dibuatnya. Tak lama mereka pun berlalu.
Begitu pun dengan orang lain yang mampir, mereka kebanyakan hanya memberi seikhlasnya dan mengabadikan tarian bugil Annisa melalui hp mereka. Beberapa ada yang menawarkan uang lebih banyak untuk sekedar berfoto bersama atau pun memegang payudara gadis cantik itu. akankah kejadian hari ini akan membuatnya viral? Ia pun tidak tahu, lihat saja nanti.

Hari sudah semakin sore, uang yang telah terkumpul di dalam kaleng baru mencapai 30 ribu, namun Annisa sudah mulai lelah untuk menari. Perlahan-lahan gerakannya pun mulai melemas.

“hehh… kok lu berhenti sih? Emang lu gua suruh berhenti hah?... liat nih kaleng masih baru dikit!” bentak Angga
“please... gua udah capek… ini juga udah mulai dingin…” iba Annisa yang kelelahan. Tenggelamnya matahari juga membawa suasana angin yang semakin dingin.

Waktu kini menunjukan hampir pukul 18.30 dan orang-orang yang lewat pun semakin sedikit. Tiba-tiba dari kejauhan datang segerombol anak yang baru pulang sekolah. Annisa mengenali salah satu dari gerombolan anak itu. “OH TIDAK!... itu Adam…” batinnya. Ia pun terkejut, Annisa baru menyadari bahwa taman di mana ia menari sekarang dekat dengan sekolah adiknya, Adam. Ia mematung, wajahnya pucat, namun tertutup oleh eye mask yang dikenakannya. Ia ingin menghindar, tapi jika ia melakukan itu maka Pandu dan kawan-kawannya akan tahu kalau ada adiknya di sana. Lagipula, mungkin jika ia kabur Pandu tidak akan segan-segan untuk menghukumnya seperti kemarin. Ia begitu takut namun berusaha bersikap se normal mungkin.

Gerombolan itu mulai mendekat, jumlahnya 4 orang. Mereka mengenakan seragam basket, menandakan bahwa baru saja mereka pulang dari latihan basket di sekolahnya. Salah satu dari anak itu adalah Adam, adik Annisa.
Adam dan teman-temannya melongo melihat Annisa yang bugil menari-nari erotis. Mereka tidak melihat wanita telanjang secara langsung, apa lagi dari dekat seperti ini. Sungguh pemandangan yang membuat setiap pria yang melihatnya akan ‘tegang’ seketika. 

“ayo bro… seikhlasnya ajaa…” ujar Angga memecah ke bengongan mereka
“bang kita boleh make gak nih bang?? Cakep bener…” ucap salah seorang dari mereka
“aduh ga bisa bro... paling pegang doang” balas Angga
“ayolah bang… kita bakal bayar banyak dehh…” mohon anak itu
“kita bakal bayar masing-masing 50 ribu… gimana?” lanjutnya sambil melihat rekan-rekannya seakan meminta persetujuan.
“hhmmm… bentar yak…” ucap Angga seraya pergi untuk berdiskusi dengan yang lain.

“gimana nih bro, tuh ada orang nawar 50 ribu per orang buat make tuh cewek, 250 ribu jadinya semua…” terang Angga kepada yang lain
“alahh… kita mah ga butuh duitnya nggaa… kan kita mau bikin dia malu aja…” balas Pandu
“ehh... gapapa bos, biarin aja tuh Annisa dipake sama mereka, itung-itung buat penutup biarin dia di garap sama tuh orang…” ujar Alvin
“hmmm… bener juga sih… yaudah lah sikat…” ucap Pandu memberi keputusan

Singkat cerita keempat anak itu itu diperbolehkan untuk menikmati tubuh Annisa.
“makasih bro…” ujar Adam sumringah. Mereka pun langsung bergegas menggerayangi tubuh Annisa dengan ganasnya. Ini adalah pertama kali mereka menyentuh tubuh wanita secara langsung. Bisa dikatakan bahwa hari ini adalah hari di mana Adam dan ke tiga temannya itu melepas keperjakaannya. Ia tidak tahu bahwa wanita tempat ia melepas keperjakaannya itu adalah kakaknya sendiri.
“gila nih cewek mulus bangett… dari rambut sama bodynya mirip banget sama kakak gua… wanginya mirip kakak gua lagi…” ucap Adam sambil menggerayangi payudara Annisa.
“kakak lu beneran kali dam… hahaha…” balas temannya tertawa diiringi tawa yang lain
“yakali… dia mah anak baik-baik ga bakal mau pasti kayak gini…” balas Adam

“aaahhh…. ssshhhhh… oohhhhhh…” desah Annisa yang sudah mulai dikuasai oleh nafsu birahinya. Kini sekujur tubuhnya digerayangi oleh Adam dan teman-temannya. Pinggulnya bergerak kesana kemari menahan nikmat dan geli pada daerah vaginanya yang dari tadi di jilat secara ganas oleh salah seorang anak itu. Tidak lupa salah seorang dari mereka bertugas untuk merekam kejadian bersejarah itu. begitu pun dari anak buah Pandu juga ikut mereka persetubuhan itu.

“stopppph… aaahhhh… iyyahhhhhhh… hhhhh…” rintih Annisa saat ia mendapatkan orgasme pertamanya. Kakinya menjepit kepala pria yang sedang menjilati vaginanya itu, seketika tubuhnya jatuh ke tanah saat gelombang orgasme itu datang. Nafasnya terengah-engah. Ketika ia sadari ke tiga anak itu sudah membuka celananya dengan penis yang sudah mengacung kearahnya. Tatapannya melihat kearah Adam, adiknya. Ia tidak menyangka adiknya sendiri akan ikut menyetubuhi dirinya. Ia mngenal Adam sebagai sosok adik yang baik dan pintar, namun yan ada di depannya ini adalah sisi lain dari dirinya. Adam berjalan mendekati Annisa sambil mengarahkan penis yang sudah tegang itu kearah mulutnya.

“isep burung gua… cepet!” seru Adam yang sudah bernafsu ke kakaknya sendiri itu.
Annisa tidak percaya saat ini ia harus mengulum penis adiknya sendiri. Penis itu cukup besar untuk anak seumuran adiknya, dan paling besar diantara penis temannya yang lain. Melihat gadis cantik di depannya hanya dia mematung, Adam menjambak paksa rambut Annisa dan mengarahkan mulut gadis untuk mengoral penisnya. Kini setengah penis Adam sudah berada di dalam mulutnya. Ia mengoral adiknya sendiri itu dengan posisi setengah berdiri bertumpu dengan lututnya, sementara Adam di depannya berdiri tegak sehingga wajahnya tepat berhadapan dengan selangkangan adiknya itu.
“oohhhh… jadi ginin rasanya disepongg… ahhhh… enak banget broo…” rancaunya saat penisnya itu merasakan hangat dan lembutnya mulut seorang wanita untuk pertama kali. Dengan perlahan dimaju-mundurkan kepala Annisa olehnya. Sungguh sensasi yang luar biasa ketika bibir lembut sang kakak menghisap penisnya.

Tiba-tiba ke tiga temannya yang lain ikut menyodorkan penisnya kepada Annisa.
“eh lonte… sepongin kita juga dong… jangan dia doang” kata salah satu dari mereka sambal membetot penisnya yang sudah tegang ke wajah gadis itu. Kini Annisa juga menggunakan kedua tangannya untuk memuaskan total ke tiga penis yang ada di hadapannya itu. Gerakannya kepala dan kedua tangannya semakin bernafsu memuaskan ke tiga penis tersebut. Fantasi liarnya mulai muncul, otaknya sudah dikuasai nafsu sekarang. Seolah senang rasanya bisa membuat puas para lelaki itu.
“oh tidak… apa yang aku pikirkan?!...” akal sehatnya mencoba melawan tubuhnya yang sudah dikuasai nafsu tersebut.

10 menit telah berlalu. Kini Annisa diminta untuk membuka lebar mulutnya. Ke tiga pria di hadapannya itu kini mengocok sendiri penisnya masing-masing dengan cepat. Tak ada perlawanan dari gadis cantik itu, seolah tahu bahwa sebentar lagi mereka akan segera berejakulasi.
Crott… Crottt… berkali-kali sperma mereka menyembur pada waktu yang hampir bersamaan. Semburan sperma itu memenuhi mulut Annisa, beberapa semburan luber mengenai hidung dan pipinya.
Adam, yang berdiri tepat di depan kakaknya itu membersihkan sisa sperma yang masih menempel pada penisnya dengan memeperkannya pada wajah mulus gadis itu sambil menggiring sisa sperma yang belepotan menuju mulut kakaknya itu.
“hmmpphhh… ohookk… uughhhh…” Suara Annisa tersedak ketika cairan sperma itu memenuhi rongga mulutnya. Ia menjauhkan wajahnya mencoba menolak luapan sperma itu, namun Adam menawan kepalanya dan memaksanya untuk menelan habis seluruh sperma yang mereka keluarkan.
Annisa tak kuasa menahan bau sperma yang menjijikan, wajahnya memerah, nafasnya terengah-engah akibat tersedak sperma. Setelah Adam selesai membersihkan spermanya ke wajah Annisa, dengan kasar ia mendorong gadis cantik itu hingga tersungkur ke tanah.

“oi… giliran gua yak sekarang…” kata Dimas, teman Adam yang dari tadi hanya bertugas merekam semua kejadian itu. Kini tubuh Annisa dituntun dan dibaringkan di tanah yang beralaskan baju mereka. Segera Dimas melebarkan kedua kaki gadis itu. Terlihat bahwa vagina Annisa telah basah akibat rangsangan-rangsangan yang telah mereka berikan tadi.
“dasar emang lonte… liat nih abis nyepongin kalian memeknya jadi basah banget…” seru Dimas memamerkan jarinya yang berlumuran cairan cinta gadis itu.
“Tanpa basa-basi segera Dimas memasukan penisnya dengan brutal ke dalam vagina Annisa. Ia sudah tidak sabar menunggu gilirannya dari tadi.
“Oogghhhhh…” desah Annisa ketika penis Dimas berusaha masuk dengan kasar. Tidak hanya itu, Dimas yang telah dikuasai nafsu segera memaju-mundurkan pinggulnya dengan cepat membuat tubuh langsing itu bergerak kesana-kemari mengimbangi sodokan demi sodokan yang diberikan oleh Dimas. Vaginanya yang sudah basah dari tadi menjadikan penis Dimas dapat keluar masuk dengan mudah.

Kenikmatan yang ia rasakan saat bersetubuh berbeda dengan ketika ia bermasturbasi sendiri. Rasanya sungguh luar biasa, pikirnya. Begitu pun dengan apa yang dirasakan oleh temannya yang lain saat mereka di oral oleh Annisa tadi.
“Ooohhhh… Ohhhh… Haahhhh…. Aaaaahh…” desah Annisa yang suaranya terputus-putus akibat sodokan Dimas pada vaginanya.


5 menit telah berlalu, Dimas kini tidak dapat lagi menahan orgasmenya, ia segera mempercepat sodokan demi sodokan yang ia berikan. Gerakan Dimas yang semakin brutal membuat Annisa melayang lebih tinggi ke ambang birahinya. Mukanya memelas sayu melihat wajah Dimas yang berjarak hanya 10 cm di hadapannya. Walau ia mengenakan eye mas, namun Dimas seolah bisa melihat bahwa gadis itu menatap sayu ke arahnya. Annisa yang sudah dikuasai oleh hawa nafsunya refleks mendekati wajah Dimas dan mencium bibirnya. Ciumannya begitu hikmat seolah tidak mau lawan mainnya itu berhenti menggenjotnya.
“hhmmppp… Hhmmppp… iyaahhhhh… Hmmpphhh…” desahnya tertahan disela ciumannya. Tiba-tiba ditengah genjotannya yang cepat, gerakan Dimas berhenti dengan satu sentakan kasar
Croot… croot… crooot… Dimas berejakulasi dengan hebat di dalam vagina Annisa. Ejakulasinya begitu banyak sampai-sampai meluber keluar dari liang vagina gadis itu. Annisa bisa merasakan cairan hangat itu menyembur memenuhi liang vaginanya. Sungguh kenikmatan yang luar biasa pikir Dimas. Ia baru pertama kali merasakan ML dan rasanya sangat nikmat.

Dimas yang penisnya sudah mulai menciut segera melepaskan penisnya dari dalam vagina Annisa. Ia pun segera berdiri meninggalkan gadis itu yang masih tergeletak di tanah. Berbeda dengan Dimas, walaupun ia sudah terengah-engah, namun Annisa saat ini masih belum mencapai orgasmenya. Rasanya begitu ‘kentang’ saat tiba-tiba Dimas menyudahi permainannya. Namun, birahinya yang sejak tadi sudah memuncak tidak bisa menerima orgasmenya yang tertunda itu. Perlahan jarinya mulai ia gesek-gesekan pada vaginanya yang sudah berlumuran sperma Dimas. Tangannya yang lain memain-mainkan payudaranya sendiri demi menambah rangsangan yang diberikan. Yang ada difikirannya saat ini adalah bagaimana ia bisa segera mencapai orgasmenya.

Hal itu tidak disia-siakan oleh Adam dan ke tiga temannya yang lain. Melihat Annisa yang menggeliat-geliat memainkan vaginanya sendiri, mereka langsung menghampiri Annisa dan mengeluarkan hp mereka untuk merekam kejadian itu. Seolah menyaksikan sebuah pertunjukan, mereka mengerubungi gadis itu sambil mengabadikan momen berharga tersebut. Annisa yang tahu bahwa banyak pria yang menontonnya melakukan masturbasinya itu semakin membuat libidonya meningkat. Ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tangan kanannya terus mengocok dengan cepat vaginanya yang sudah becek itu, sementara tangan kirinya asyik bermain dengan puting payudaranya. Persetubuhan yang dilakukannya dengan Dimas tadi yang tidak membuahkan orgasme menjadikannya hilang pikiran.
“Sssshhhh… hhmmpphhh... ooohhhh… yyahhhhh…. Yyyahhhhhh…” desahannya kian erotis diiringi dengan libidonya yang semakin tinggi. Pinggulnya bergerak kesana kemari. Cukup lama Annisa melakukan pertunjukan ‘live’nya, kini Adam dan kawan-kawannya merekam sambil mengocok penis mereka masing-masing mencoba menikmati ‘pertunjukan’ itu.

“iiyyaaahhhhhhhh… aahhhhhhh… hahhhh… hahhh…” desah Annisa saat mendapatkan orgasmenya yang begitu dahsyat. Annisa mengejang, kakinya menendang-nendang kesana kemari. Tubuhnya penuh akan peluh dan keringat, menjadikannya semakin seksi dengan kilapan keringatnya. Mulutnya menganga, bahkan sedikit tersenyum menandakan betapa dahsyat orgasmenya itu.
Setelah Annisa selesai dengan ‘pertunjukan’ nya, Adam dan kawan-kawannya mendekati Annisa yang masih terkulai lemas menikmati sisa-sisa orgasmenya itu. Menyambar tubuh gadis cantik yang kelelahan itu bagaikan predator yang sejak tadi menginginkan mangsanya. Kini ke empat lelaki itu yang dikuasai oleh birahi. Segera Adam mengambil posisi di depan gadis itu, mencari posisi terbaik untuk segera menggagahi kakaknya, sementara teman-temannya yang lain menggerayangi tubuh Annisa dari ujung kepala hingga kaki. Tangan dan mulut mereka bekerja menjelajahi tubuh cantik yang sudah berkeringat tersebut.
“bahkan wangi keringatnya mirip sama kak Annisa…” batin Adam dalam hati.

Tanpa basa-basi segera Adam memasukan penisnya yang sudah menegang itu ke dalam vagina Annisa.
“Ooohhhh…” lenguh Adam saat seluruh batang penisnya masuk ke dalam vagina Annisa yang sudah basah itu. “jadi begini rasanya vagina…” pikirnya dalam hati.
Didiamkannya sejenak penisnya di dalam vagina gadis cantik itu, mencoba merasakan dinding vaginanya yang seolah memeras penisnya untuk pertama kali adalah perasaan yang sangat luar biasa. 1 menit kemudian Adam mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan perlahan. Gerakannya sangat berhati-hati, tidak seperti Dimas yang telah terlebih dahulu meniduri Annisa, Adam ingin menikmati sodokan demi sodokan penisnya ke dalam vagina gadis cantik itu.

Perlahan-lahan gerakannya mulai dipercepat. Bahkan, saat ini sodokannya sudah sangat brutal.
“Ahhh… Ohhhh… Ohhhhh… Oohhhh…” desah Annisa yang tubuhnya terguncang oleh Gerakan Adam.
“Ahhhh… Aa… dammm…” desah Annisa tak sengaja menyebut nama adiknya itu. Annisa segera menyadari hal itu. Untungnya desahan itu cukup pelan dan tersamarkan oleh suara vaginanya yang cukup becek. “semoga ia tidak mendengarnya…” batin Annisa.

Adam semakin mempercepat gerakannya, ia akan segera mengalami ejakulasi.
“Ooohhhhh… kak Annisaaaa… Aaaahhhh…” rancaunya membayangkan kakaknya sendiri sambil menyemprotkan spermanya di dalam vagina Annisa. Annisa yang tadinya keenakan tiba-tiba tersentak dengan apa yang didengarnya, jantungnya seakan mau copot.
“hehh lonte... walaupun gua gak kenal, tapi badan lu mirip banget sama kakak gua… Aaahhh” ucap Adam sambil menarik lepas penisnya yang sudah mulai menciut. Ia segera berdiri dan berlalu, seolah mempersilahkan rekannya yang lain yang sudah menunggu gilirannya.

Sekarang giliran temannya yang lain, kini dua orang sekaligus mendekati Annisa, mereka adalah Rio dan Putra. Rio memposisikan diri tidur terlentang di bawah, diatasnya di posisikan tubuh Annisa dengan posisi tidur menghadap kearahnya. Tubuh mereka berdua saling berhimpitan. Sementara Putra memposisikan diri di belakang tubuh Annisa. Ya, mereka ingin melakukan double penetration.
“aaaahhhhhhh…” desah gadis itu saat kedua penis kedua pria itu masuk kedalam vagina dan anusnya secara bersamaan. Kedua pria itu masih terdiam, mecoba meresapi pengalaman pertama mereka memasukan penisnya kedalam liang kenikmatan seorang wanita. Annisa merasa tubuhnya penuh sesak, keadaannya yang dihimpit oleh dua orang sekaligus ditambah kedua penis yang memenuhi liang kenikmatannya.

Tak lama kemudian mereka mulai menggerakan penis mereka masing-masing. Gerakan itu seolah teratur. Disaat Rio mendorong penisnya, maka Putra yang penisnya berada di dalam anus Annisa memundurkan penisnya, begitu pun seterusnya. Gerakan itu tidak begitu cepat namun konsisten. Membuat Annisa merem melek dibuatnya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama sodokan penis pada vagina dan anusnya.
“aaaahhhhhh… oooohhhh… yahhhhh…” desahnya mencoba menikmati persetubuhan atas dirinya itu. Ia menggigit kecil bibirnya sendiri mencoba menikmati kenikmatan yang ia rasakan saat ini.
“liat tuh broo… nih cewe keenakan lo entotin dua lubang, hahaha…” ucap Adam yang kali ini giliran memegang kamera. Mendengar hal itu Annisa begitu malu. Adiknya sendiri baru saja mencacinya seolah ia adalah wanita rendahan.

Kini semakin lama gerakan mereka mulai semakin cepat. Rio yang berada di bawah Annisa berusaha mencumbu bibir mungil gadis itu dari bawah. Annisa yang posisinya terhimpit dan sudah dikuasai birahinya tidak dapat menolak cumbuan Rio. Tubuh mereka berdua seolah Bersatu. Payudaranya yang berhimpitan dengan dada Rio merasakan putingnya bergesekan dengan dada Rio yang bidang setiap kali tubuh itu berguncang-guncang. Sementara Putra yang menyodok anusnya dari belakang kini sesekali menampar dengan keras pantat Annisa yang mulus. Tercetak jelas jejak tangan Putra yang meninggalkan bercak merah pada pantat putih gadis itu.

15 menit telah berlalu, posisi mereka masih sama seperti sebelumnya. Namun, kini gerakan mereka sudah jauh lebih cepat. Rio dan Putra yang mulai kelelahan kini bergantian untuk menggenjot gadis itu. Ketika Rio menyodok vagina Annisa, maka Putra juga menikmati gerakan tubuh Annisa yang bergerak maju mundur, begitu pun sebaliknya. Kini tubuh mereka bertiga sudah dipenuhi oleh peluh dan keringat yang bersatu. Annisa mulai merasakan bahwa sebentar lagi ia akan orgasme.
“oohhh… yahhhh… terusss… uoohhhh…” desahnya yang sudah tidak peduli lagi atas pemerkosaannya itu. Ia hanya ingin segera mencapai orgasmenya. Rio dan Putra juga terlihat bahwa sebentar lagi mereka akan sampai pada ejakulasinya.
Tiba-tiba dengan satu hentakan kuat Rio dan Putra mencapai ejakulasinya di saat yang bersamaan. Hentakan itu juga sekaligus membawa Annisa pada orgasme berikutnya.
“iyaahhhh… aaaaahh…” desahnya. Matanya membelalak, lidahnya menjulur meneteskan air liurnya. Betapa orgasme yang luar biasa. Tubuhnya bergetar, namun tak dapat bergerak bebas karena masih terhimpit tubuh Rio dan Putra. Putra yang berada di atasnya pun ambruk menindih Annisa. Kini ketiga tubuh itu Bersatu. Mereka bisa saling merasakan detak jantung lawan mainnya saling beradu.

Kurang lebih 1 menit Rio dan Putra mempertahankan posisi itu. Ketika tenaganya mulai kembali, secara bersamaan mereka menarik lepas penis mereka dari vagina dan anus Annisa. Kini gadis itu tergeletak di tanah dengan sperma yang meleleh keluar dari vagina dan anusnya. Adam dam Dimas yang mengetahui kedua temannya telah selesai segera mengambil posisi untuk kembali menggagahi gadis itu, seolah tidak memberikannya waktu untuk beristirahat.

Kini waktu menunjukan pukul 20.45 malam. Persetubuhan itu sudah selesai sejak 10 menit yang lalu. Adam Bersama ke tiga rekannya telah pergi meninggalkan taman. Sedangkan tubuh Annisa masih tergeletak di tanah. Nafasnya masih terengah-engah. Terlihat di wajah, tubuh, serta selangkangannya sperma yang bercampur dengan keringatnya yang sudah mulai mengering. Terlihat air matanya mengalir di sela eye mask yang ia gunakan. Ia tidak menyangka atas apa yang terjadi padanya hari ini. Hari ini ia telah bersetubuh dengan adiknya sendiri. Kejadian yang ia lewati hari ini membuat hari ini terasa begitu Panjang untuknya. Mendengar gadis cantik itu menangis, Angga yang dari tadi sedang bersiap-siap untuk pulang menghampiri Annisa. Ia melepas eye mask yang dari tadi gadis itu kenakan.
“pulangg… ayo pulangg… huhuhu…” rengek Annisa yang sudah Lelah dengan semua kegilaan hari ini. Yang ia inginkan saat ini adalah pulang ke rumah dan beristirahat.
“cup… cup… Cup… jadi lonte ga boleh nangis dongg… ini kita lagi beres-beres, bentar lagi yah… hahahaa…” balas Angga.

Annisa mulai mencoba untuk berdiri, tubuhnya sempoyongan. Butuh waktu lama untuknya untuk dapat berdiri dengan sempurna. Walaupun ia sudah terbiasa dengan tubuh bugilnya itu, ia tetap merasa kedinginan akibat udara malam yang menerpa. Ia berdiri sambil melipat tangan di dadanya, sedangkan kakinya saling berhimpitan mencoba menahan dinginnya angin malam.

“ayo pulang…” ajak Angga yang sudah berjalan terlebih dahulu diikuti teman-temannya yang lain. Annisa berjalan di belakang sambil tetap menyilangkan kedua tangannya menahan dingin yang menerpa.

“Nih kunci mobil lo…” ucap Aldo sambil melempar kunci mobil Annisa.
“Sekarang lu balik gih” lanjutnya.
”se… seragam sekolah gue manaa…” balas Annisa memelas.
“Heh… kan kita janjinya lu bakal boleh pulang kalo duitnya udah ke kumpul, kita gaada janji buat balikin baju lo… hahaha… udah sono pulang…” sahut Aldo diiringi tawa teman-temannya yang lain.
“Please Aldo please… gua udah nurutin semua perintah lo… gimana gua bisa masuk rumah kalo gua ga pake seragam… huhuhuu…” Annisa mulai menangis. Ia merasa diperlakukan tidak adil kali ini. Hatinya campur aduk antara kesal dan sedih.

Di tengah isak tangisnya Pandu yang dari tadi tidak banyak bersuara mendekati gadis itu. Ia membelai rambut yang terurai di sela pipi gadis cantik itu. Tangannya menyusuri pipi mulus Annisa dengan lembut. Wajahnya berada sedekat mungkin dengan wajah Annisa. Tiba-tiba Pandu mengangkat dagu Annisa, menengadahkan kepalanya hingga kini wajah Annisa bertatapan langsung dengan Pandu, dekat sekali.
“Lu inget gak terakhir kali lu ga ngikutin perintah gua?” Ucapnya pelan namun mematikan.
Annisa tertegun mendengar ucapan itu. Ia ingat betul kejadian itu, video bugilnya tersebar di grup kelas, walaupun wajahnya di samarkan.

Pandu yang tahu bahwa gadis ‘peliharaan’nya itu mengerti apa yang ia maksud dan segera berangsur pergi.
“Ayo guys kita pulang…” seru si bos kepada para anak buahnya. Mereka segera bergegas pulang meninggalkan gadis cantik itu yang masih berdiri mematung meratapi keadaannya. Air matanya sudah tidak mengalir sekarang. Namun matanya terlihat kosong, menerawang jauh ke dalam mencoba memikirkan bagaimana caranya untuk pulang ke rumah tanpa sehelai benang pun.

“tenang aja… besok seragam lu bakal kita balikin hahaha…” seru salah seorang dari mereka memecah kebengongan Annisa. Ia menatap kawanan pria ‘berandalan’ itu dengan raut wajah sedih, seolah menyayangkan nasibnya sendiri yang terjerumus ke dalam penderitaan ini.

Annisa masih berdiri mematung. Posisinya tidak berubah sejak tadi. Kawanan Pandu sudah memasuki mobil dan bersiap untuk berangkat. Sementara ia masih berada di posisinya.
“Nih buat lu pulang… biar gak *********** amat hahaha” kata salah seorang mereka dalam mobil sambil melemparkan celana dalamnya bersamaan dengan mobil itu pergi meninggalkan Annisa sendirian.

Kini di taman hanya tinggal ia seorang diri, dalam keadaan bugil tanpa sehelai benang pun. Annisa berjalan memungut celana dalamnya yang tadi dilemparkan oleh kawanan Pandu sebelum mereka pergi.
“rasanya tadi aku tidak memakai cd ke sekolah…” Batinnya heran.
Dipandangi kembali celana dalam itu. Celana dalam putih dengan renda dan hiasan pita kecil di ujungnya. Sepersekian detik kemudian ia ingat bahwa itu adalah celana dalamnya yang pernah Pandu ambil saat ia memperkosanya untuk pertama kali di Lab Fisika. Annisa tidak akan pernah lupa akan kejadian hari itu. Walaupun ia berusaha untuk terus melupakannya, melihat celana dalamnya itu membuatnya teringat kembali kenangan pahit di masa lalu.

Tanpa pikir panjang Annisa segera memakai celana dalamnya itu. Setidaknya celana dalam itu bisa menutupi sedikit bagian tubuhnya. Ia segera berjalan menuju tempat dimana mobilnya di parkir. Saat menuju kemari, Aldo memarkir mobil Annisa sedikit lebih jauh, membuat gadis cantik itu harus berjalan cukup lama untuk menuju mobilnya. Tangannya disilangkan di dadanya untuk menutupi kedua payudaranya serta menahan dinginnya angin malam. Matanya tetap awas mengawasi sekitar takut bila ada orang lain yang melihatnya.

5 menit kemudian Annisa sampai di mana mobilnya di parkir. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobilnya terdapat banyak sekali foto-foto sensualnya. Ia menghitung, ada puluhan foto disana. Foto bugilnya, foto saat ia di setubuhi secara brutal, foto saat wajah cantiknya penuh dengan sperma, dan foto-foto lain yang menampilkan dirinya dengan berbagai macam pose. Annisa memperhatikannya sejenak, betapa binalnya ia di foto itu. Tak terlihat sedikit pun raut wajah sedih di foto-foto itu, yang ada hanyalah ekspresinya yang ‘keenakan’.
Diantara foto-foto itu terdapat secarik kertas
“ini adalah perayaan 2 bulan lo jadi budak seks kita, foto-foto ini diambil setiap kali kita ngentotin lo… semoga bisa jadi kenang-kenangan -P ” isi dari surat itu.
Surat dan puluhan foto menghiasi mobilnya bagaikan seseorang memberikan surprise untuk pacarnya, begitu ‘sweet’. Namun berbeda untuk yang satu ini, Annisa merasa direndahkan dengan semua yang ia terima sekarang, walaupun ia mengakui bahwa ia sedikit menikmati perbudakannya. Ya, hanya sedikit.
Dilihatnya dengan saksama semua foto itu
“Apakah aku begitu menikmatinya?” Batinnya. Walaupun ia merasa tersiksa dengan nasibnya itu, tapi setiap kali ia disetubuhi rasanya ia melihat sisi lain dari dirinya, sisi dirinya yang binal.

Ia segera merapikan semua foto-foto itu, memasukannya ke dalam laci mobil. Saat hendak memungut fotonya di jok belakang, betapa beruntungnya ia memenukan hoodienya di sana. Ternyata waktu itu ia pernah menaruh hoodienya di sana. Segera dipakailah hoodienya itu untuk menutupi tubuh bugilnya. Hoodie itu cukup molor sehingga menutupi tubuhnya hingga ke paha.

Saat sedang merapikan foto-fotonya itu, tak disangka melihat semua potret binal dirinya membuat vaginanya sedikit basah.
“Kenapa ini? Kenapa aku jadi terangsang begini?” Herannya, pikirannya berkecambuk, Annisa tidak rela jika ia bisa terangsang melihat potret binal dirinya. Otaknya mulai kacau, kakinya mulai bergerak-gerak merasakan geli sekaligus nikmat pada daerah kewanitaannya. Setan dan malaikat dalam hatinya mulai berseteru mempertahankan kesadaran atas hawa nafsunya itu.

“Ooohhh… aaahhhhh… masa bodo gua udah gak tahannnnn… aahhhh…” desahnya sambil tangan kanannya mulai menyusup ke dalam celana dalamnya. Ia heran, heran sekali kenapa ia bisa begitu terangsang sekarang, padahal ia selalu menolak setiap saat Pandu dan kawanannya ingin menikmati tubuhnya. Tapi sekarang? Ia begitu terangsang hanya dengan melihat foto-foto hot dirinya sendiri. Ia melirik jam di mobil, “jam 21.00, belum terlalu malam…” Batinnya. Annisa mencoba meresapi masturbasinya itu. Fokusnya kembali kepada setiap foto bugilnya yang ada di sana. Ia mencoba memutar kembali memori persetubuhannya dengan Pandu dan rekan-rekannya yang dulu ia alami. Membayangkan penis-penis mereka memasuki lubang vagina, anus, serta mulutnya. Jari tangan kirinya hinggap di bibirnya, sesekali mengulumnya manja berkhayal seolah-olah itu adalah penis dari para pemerkosanya. Tak tahan dengan tangan kanannya yang kurang leluasa pada vaginanya, dengan sigap Annisa menurunkan celana dalamnya itu, melemparnya entah kemana. Kini ia hanya mengenakan hoodienya saja sambil tangan kanannya fokus pada vaginanya dan tangan kirinya yang dari tadi ia jilati manja. Sambil tetap duduk di kursi kemudi, kedua kakinya yang telah bebas dari celana dalamnya ia lebarkan sedemikian rupa sehingga tangannya dapat dengan leluasa mengobok-obok vaginanya sendiri itu.

Entah apa yang ada di benaknya saat ini, tiba-tiba Annisa menghentikan masturbasinya. Entah mengapa ia keluar dari mobilnya, menutup pintu, dan berjalan menuju kursi taman yang ada tepat di depan mobilnya, mencari tempat yang lebih ‘menantang’ untuknya bermasturbasi. Ia biarkan mobilnya masih dalam keadaan hidup dan menyalakan lampu mobil sehingga menerangi kursi taman tersebut tempat ia akan bermasturbasi. Segera Annisa duduk mengangkang di kursi taman itu, membuka kedua kakinya selebar mungkin. Pandangannya sedikit silau karena sorotan lampu mobilnya.

Kepalanya menengadah, mencoba menghindari silaunya sorotan lampu sekaligus meresapi setiap gesekan jari pada vaginanya. Sebelum ia tenggelam lebih jauh ke dalam fantasi birahinya, dilepaskanlah hoodienya itu sehingga kini setiap jengkal tubuhnya dapat ia eksploitasi secara lebih leluasa.

“Ssshhhhhhh… aaaaahhh… aaaaaahhh...” desahnya yang kini mengocok vaginanya dengan menggunakan kedua jari tangan kanannya, sementara tangan kirinya meremas-remas kedua payudaranya sendiri secara bergantian. Sempat terlintas di benaknya mengapa ia begitu horny dan liar malam ini, namun akal sehatnya sudah tidak bisa berfikir dan peduli lagi terhadap hal itu sekarang.

Ckkk… ckk… cckkk… bunyi jarinya yang megobok-obok vaginanya sendiri kian terdengar. Badannya mulai bergeliat-geliat kesana kemari, ujung-ujung jari kakinya berjinjit menahan kenikmatan yang kian menyerbu. Matanya terpejam sedari tadi, dapat dilihat kini alisnya mulai memelas menahan kenikmatan yang dirasakannya. Gerakan masturbasinya yang begitu erotis dan sangat menggiurkan, menjadikan setiap pria yang mungkin melihatnya akan tidak sabar untuk segera meniduri gadis itu.

“lagiii… lagiii… oohhhhh… gua harus ngocok lebih cepet… Oooooohhh…” rancaunya akibat gejolak birahinya yang kian memuncak. Setiap kali ia membayangkan persetubuhan dengan Pandu dan kawanannya, semakin cepat pula kocokan jarinya pada vaginanya. Membayangkan bahwa dirinya direndahkan dan dipermalukan oleh mereka menjadikannya semakin habis akal.

{Flashback}
30 menit yang lalu…

“nih bro, balikin aja cd tuh cewek…” ujar Pandu saat mereka hendak pulang dari taman.
“yah bos… kok dibalikin sih? Biarin aja tuh lonte pulang bugil” balas salah satu anak buahnya.
“udahh, turutin aja apa kata gua… nih cd udah gua kasih obat perangsang… biar dia gelonjotan ntar pas pulang hahaha…” tawa Pandu licik.
“wahhh… mantep juga idenya si bos… bisa-bisa gak konsen tuh dia pas nyetir…” balas Aldo
“nih cd udah gua kasih obat perangsang yang bagus, satu tetes aja udah bikin kelonjotan… tapi sengaja gua kasih yang banyak haha…” balas Pandu penuh kemenangan.

Akhirnya sebelum mereka pergi salah satu dari mereka mengembalikan celana dalam Annisa yang telah diberi obat perangsang itu kepada gadis cantik itu.

Sudah lebih dari 10 menit Annisa melakukan masturbasinya. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa ia akan orgasme. Annisa menghentikan kocokan pada vaginanya. Nafasnya terengah, keringatnya mulai bercucuran dan vaginanya sudah sangat becek sekali.
“gakk… gak cukupp…” batinnya sambil melihat tangan kanannya yang telah berlumuran cairan cintanya.
“gua harus pake ‘benda’ lain…” pikirnya. Kini obat perangsang yang diberikan Pandu sudah semakin mempengaruhi pikiran gadis itu. Libidonya yang semakin tinggi menuntutnya untuk memuaskan vaginanya dengan cara lebih. Ia mengamati benda-benda di sekitarnya, pilihannya jatuh pada botol air mineral 330ml yang ada di tong sampah di dekat kursi tempatnya bermasturbasi. Dengan sigap diambilnya botol plastik itu.
“masih bersih…” batinnya. 

Walapun sudah ada di atas tumpukan sampah, namun botol air mineral itu sepertinya baru saja dibuang. Segera Annisa mengelap ujung botol itu seadanya dengan hoodie miliknya. Tanpa basa-basi dimasukkannya ujung botol itu ke dalam vaginanya.
“Ooooohhhhhh…” desahnya ketika kepala botol itu masuk ke dalam vaginanya. Diameter botol itu lebih besar dibandingkan kedua jari tangannya yang dari tadi ia gunakan untuk masturbasi. Hal itu membuatnya langsung merasakan kenikmatan yang luar biasa saat botol itu masuk dan merenggangkan liang vaginanya. Didiamkannya botol itu selama 15 detik di dalam vaginanya, membiarkan dinding-dinding vaginanya untuk menyesuaikan ukuran botol itu. Perlahan-lahan digerakkannya botol itu maju mundur. 

“aaaahhh… iiyyahhhhhh…” desahnya. Botol yang sudah tidak berharga pun kini benar-benar memberikan kenikmatan yang sangat dahsyat untuk Annisa. Perlahan namun pasti gerakannya semakin cepat. Annisa butuh kedua tangannya untuk memaju mundurkan botol itu secara cepat di dalam vaginanya. Peluh dan keringatnya mulai membanjiri seluruh tubuhnya. Ia heran kenapa ia bisa sangat bernafsu malam ini.

5 menit kemudian dirasakan bahwa ia akan segera mencapai orgasmenya. Annsia mulai mempercepat kocokan vaginanya. Botol air mineral itu kini sudah basah dengan cairan vaginanya. Dengan satu hentakan kuat ditanamkannya dalam-dalam botol itu dalam vaginanya.

“aaaahhhhhhhh…” desahnya cukup keras. Ia tidak dapatlagi menahan desahannya itu. Kakinya mengejang, tanpa sadar ia menggigit sendiri bibirnya, mencoba menahan kenikmatan yang ia dapatkan. Tangannya masih memegangi botol yang ia gunakan untuk masturbasinya itu di dalam vaginanya, menahan agar botol itu tetap berada di ‘tempat’nya. Tubuhnya kini ambruk tertidur di atas kursi taman dengan posisi kaki yang tertekuk menghimpit tangan yang memegangi botol dalam vaginanya. 

Nafasnya terengah-engah.
“gilaaa… apa yang baru aja gue lakuin?” pikir Annisa membayangkan betapa liar nya ia barusan. Matanya memandang lurus kearah langit yang sedikit dihiasi bintang. Mencoba menikmati sisa-sisa orgasmenya. Ada yang berbeda kali ini, ia tidak merasa menyesal sedikitpun atas apa yang baru saja ia lakukan. Seolah kini tidak ada lagi pertentangan antara akal sehat dan nafsunya.

Tubuhnya masih terdiam, matanya masih memandangi langit. Keringatnya yang sedari tadi mengucur deras kini sudah mulai mengering diterpa dinginnya angin malam. Kini perlahan-lahan ia menarik keluar botol air mineral yang semenjak tadi masih tertanam di dalam vaginanya.
“ooohhh…” pekiknya saat botol itu tangan kanannya menarik keluar botol itu. Menyisakan beberapa tetesan cairan cintanya saat botol itu diangkat. 

Vaginanya pun mulai merapat kembali seiring dengan diambilnya botol itu. Didekatkannya botol yang berlumuran cairan orgasmenya itu ke wajahnya. Annisa mulai mencium ujung botol itu, mencoba merasakan bagaimana ‘rasa’ dari cairan vaginanya. Lidahnya menyusuri bagian botol yang basah oleh cairan vaginanya.
“hhhhmmm… jadi seperti ini rasanya” pikirnya saat pertama kali merasakan cairan itu.
“ini yang mereka rasakan saat menjilati vaginaku…” batinnya. Entah mengapa menjilati botol itu membuat libidonya naik kembali. Jilatannya pada botol air mineral itu semakin liar. Ia kali ini membayangkan bila yang sedang ia jilati itu adalah penis milik Pandu. Matanya sudah terpejam sekarang. Mencoba menghadirkan bayangan Pandu dalam ingatannya.
“tunggu dulu… mengapa harus Pandu? Apakah aku menyukainya?” pikirnya tersadar.
“ahhh… bodo amat… Panduuu… Ooohhh…” desahnya kecil sambil menikmati setiap jilatannya pada botol itu. Tanpa sadar kiri tangan kirinya memainkan vaginanya yang mulai kembali basah itu.
“ooohhh… Panduu… hhmmmhhh… Oohhh…” desahnya makin menjadi. Bayangan Pandu dala pikirannya semakin jelas. Ia membayangkan bagaimana ia pertama kali disetubuhi paksa oleh Pandu. Pria pertama yang mengambil keperawanannya, pria pertama yang memasukan penis ke dalam vaginanya, pria dengan penis terbesar diantara kawanannya. 

“ooohhh… iyaahhhh…”
“Panduuuu… ooohhhhhh…”
“Pann… duuuu… terushh sayangggh… oohhhh…” desahnya semakin menjadi. Kini botol itu sudah ia gunakan kembali untuk mengocok vaginanya. Membayangkan bahwa botol itu adalah penis Pandu yang menerobos masuk ke dalam vaginanya.
“Oohhhhh… besar bangetttt… aaahhhhhh… terus sayanggg…. Ooouuhhhh…” desahnya. Botol minum itu kocokan dengan cepat di dalam vaginanya. Tangan kirinya kembali meremas remas payudaranya sendiri. Badannya meliuk-liuk seolah menikmati apa yang ‘Pandu’ perbuat. Mulutnya tak henti-henti untuk menyebutnya nama ‘tuan’ nya itu.
“cepetannn… Panduuu… ooohhhh… “desahnya menyebut-nyebut nama Pandu.

Tak beberapa lama kemudian dirasakan Annisa akan segera mencapai orgasmenya. Tangan kanannya terus mempercepat gerakan botol dalam vaginanya. Tubuhnya sudah sangat Lelah saat ini. Tapi hawa nafsunya berkata lain, ia harus tetap menyelesaikan ‘permainannya’ itu.
“teruss Panduuu… ooohhhhhhh… kasarin akuuu… oohhhh…” rancaunya sambil tangannya semakin brutal mengobok-obok vaginanya dengan botol.
“iiyaahhhhhhhh… haahhhhh… hahhhhh…” Desahnya saat gadis cantik itu akhirnya mendapatkan orgasmenya. Botol yang ia gunakan pada vaginanya terhempas terdorong oleh muncratan cairan orgasmenya. 

Tangan kirinya meremas dengan keras payudaranya sendiri hingga berbekas. Orgasme kali ini berkali-kali lebih hebat dibandingkan orgasme sebelumnya.
“hahh… hahhh… hahhh… hahh… hahh…” nafasnya memburu kelelahan. Dadanya kembang-kempis mengimbangi nafasnya itu. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Badannya seperti dilindas mobil rasanya, Lelah sekali, hingga menggerakan badan pun tak sanggup. Mulutnya sedikit terbuka, mencoba menarik oksigen lebih untuk paru-parunya. Matanya masih terpejam dari tadi, masih ada Pandu disana, di dalam benaknya. 

Malam ini, untuk pertama kalinya, dari lubuk hatinya yang paling dalam Annisa menerima pemerkosaan dan segala penderitaan serta ‘kenikmatan’ yang diberikan Pandu dan kawanannya terhadapnya. Setidaknya itulah yang dipikirkannya saat ini. Pikiran yang tanpa ia sadari sedang dipengaruhi oleh pengaruh obat perangsang yang Pandu berikan. Mungkin akan lain ceritanya jika ia tidak mengenakan celana dalam itu, tapi takdir berkata lain, seolah ingin gadis cantik itu merasakan lebih dalam ‘indah’nya dunia ini.

Annisa yang terbaring Lelah di atas kursi taman, mata dan tubuhnya sudah sangat lelah saat ini. Ingin rasanya mengenakan kembali hoodienya untuk melindungi tubuh bugilnya itu dari terpaan angin malam, namun kelelahannya mengalahkan niatnya itu. Tak butuh waktu lama sampai ia kini terlelap, masih dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, terbaring di kursi taman yang dingin dan sepi. Walaupun Lelah, wajahnya terlihat bahagia karena telah mendapatkan kenikmatan yang luar biasa malam ini.

Waktu menunjukan pukul 4 dini hari. Annisa terbangun karena dinginnya udara malam dan nyamuk yang mengerubunginya. Ia terkaget, mencoba mengawasi sekitarnya, memastikan keadaan masih sepi dan tidak ada yang melihatnya.
“huuufftttt… syukurlah…” ucapnya lega menyadari bahwa tidak ada siapa-siapa di sana. Tubuhnya masih berada tepat saat ia terlelap, tidak bergeser sedikit pun. Saat ia terbangun, ia merasakan sakit dan pegal-pegal di sekujur tubuhnya. Segera ia mengenakan kembali hoodienya itu. Merogoh hpnya yang semalam sempat ia taruh pada saku hoodienya. Terdapat banyak Pesan dan misscall dari ibunya menanyakan keberadaan gadis cantiknya itu yang tak kunjung pulang. 

“sorry mam baru ngabarin, hp ku mati semalem… ini aku nginep di rumah Putri kok” balasnya singkat. Untungnya ibu nya mengerti, dulu setiap kali Annisa tidak mengabari untuk pulang pasti ia menginap di rumah sahabatnya, Putri. Mungkin mala mini ibunya menganggap hal yang sama sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan anaknya itu. Setelah Annisa membalas ibunya ia kembali melihat-lihat hpnya, mencoba membalas berbagai macam pesan yang masuk. Maklum, sejak kemarin sore ia tak sempat untuk mengecek notifikasi hpnya. 

Diantara pesan-pesan itu terdapat pesan dari Pandu.
“gimana celana dalemnya?” isi pesan itu. Annisa tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pandu.
“Mengapa ia bertanya tentang celana dalam? Sepertinya tidak ada yang aneh dengan celana dalamnya…” batinnya. Namun, seketika ia tersentak, mencoba menyambungkan potongan demi potongan kejadiannya semalam.
“jangan-jangan...” pikirnya sampai pada suatu kesimpulan, ‘Pandu memberikan obat perangsang pada celana dalamnya’ simpulnya. Annisa tertunduk menyadari semua itu. 

Pantas saja saat ia mengenakan celana dalam itu seketika vaginanya terasa aneh, pantas saja tiba-tiba libidonya begitu tinggi, dan berbagai ‘pantas saja…’ yang lain. Ia begitu malu membayangkan apa yang baru saja ia lakukan semalam. Walaupun kini ia menyadari kalau hal itu karena obat perangsang yang diberikan Pandu, namun tetap saja membayangkan apa yang telah ia lakukan semalam membuatnya merasa menjadi wanita yang sangat ‘haus akan kenikmatan’.

Annisa menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba untuk membuang jauh semua ingatan kejadian ‘menjijikan’ itu. Dirinya yang dulu sangat suci dan menjaga dengan baik pergaulannya kini menjadi seperti ini yang jatuh ke dalam jurang perbudakan, dari tubuhnya yang dulu hanya ia yang bisa melihat menyentuhnya kini sudah tidak terhitung berapa lelaki yang sudah menyentuhnya, bahkan ‘menikmati’nya. Bahkan sampai adik kandungnya sendiri termasuk ke dalam salah satu pria yang pernah menikmati tubuhnya itu. 

Air matanya mulai menetes meratapi kehidupannya yang berbalik 180 derajat itu. Penyesalannya semakin bertambah setiap kali ia menyadari bahwa ketika diambang nafsunya ia seakan menikmati pemerkosaan atas dirinya itu. Ia kembali dalam posisi tidur dengan kedua tangannya menjadi bantal untuk kepalanya. Air matanya masih mengalir membasahi pipinya. Rasa kantuknya mulai kembali akibat tangisannya itu, akhirnya Annisa kembali terlelap ke dalam tidurnya. Sama seperti semalam, masih tidur di kursi yang sama, dengan posisi yang sama. Hanya 2 perbedaan dibandingkan tidurnya yang sebelumnya, yang pertama, kali ini ia sudah mengenakan hoodienya, dan yang kedua, ia terlelap di dalam kesedihan.

Waktu menunjukan pukul 6 pagi. Annisa terbangun untuk yang kedua kalinya. Kali ini tubuhnya sudah lebih segar. Terlihat matahari sudah nampak di ujung timur. Masih berada di tempat yang sama dengan keadaan yang sama. Tidak ada seorang pun disana, taman itu masih sepi jam segini. Ia mencoba duduk dan meraih hpnya. Ibunya sudah membalas pesannya. 

“iya nak… hati-hati ya sayang” balas singkat ibunya.
Ia melihat ke depannya, mobilnya masih terparkir di hadapannya persis. Namun, ia menyadari sesuatu, lampu mobilnya sudah tidak menyala.
“oh tidak… aki mobilku habis…” batinnya terkejut. Sebenarnya semenjak ia bangun pukul 4 dini hari tadi lampu mobilnya sudah tidak lagi menyala, namun Annisa baru menyadarinya sekarang disaat kesadarannya sudah kembali seutuhnya. Annisa teringat bahwa di bagasi mobilnya terdapat jumper aki lengkap dengan powerbank khusus untuk mengecas aki mobil, jaga-jaga agar suatu saat mobilnya mogok ia bisa mengecas aki mobilnya tanpa harus menunggu orang lain. 

Hatinya sedikit tenang menyadari bahwa mobilnya akan bisa menyala lagi. Ia segera beranjak dari kursinya, diam sejenak, mencoba meraba tubuh bagian bawahnya, seketika ia menyadari saat ini ia hanya mengenakan hoodienya tanpa pakaiannya yang lain. Ia harus segera pulang, batinnya. Annisa berjalan menuju mobilnya, mencoba membuka pintu mobilnya.
Clekk… clek… clekk… pintu itu terkunci.
“Oh tidakk… “batinnya. Wajahnya mulai terlihat cemas, semalam kuncinya masih tertinggal di dalam mobil dan saat ini mobilnya terkunci dari dalam. Lengkap sudah kesialan nya pagi ini. Di tempat umum sendirian dengan mobilnya yang terkunci dan hanya mengenakan hoodienya saja tanpa pakaiannya yang lain, bahkan sekedar alas kaki pun ia tidak mengenakannya.

Annisa kembali terduduk di kursi taman itu, mencoba mencari jalan keluar agar ia dapat pulang kembali ke rumahnya dengan keadaannya yang ‘berbahaya’ itu. Annisa kembali membuka hpnya, mencoba mencari orang yang tepat untuk ia mintai tolong. Pandu adalah orang yang ia pikirkan pertama kali untuk dimintai tolong, namun segera ia urungkan niatnya, takut jika kali ini ia akan ‘dikerjai’ lagi oleh tuannya itu. Di tengah pencariannya ia terfikir mengapa ia tidak pulang dengan ojek online saja? Kecemasannya membuatnya tidak terfikirkan hal-hal sederhana seperti itu.

Annisa segera memesan ojek online untuknya pulang. Tak lama kemudian sang ‘penyelamat’ pun tiba. Melihat abang ojek itu datang seperti melihat bala bantuan, betapa senangnya ia. Annisa segera menaiki motor ojeknya itu sambil sebisa mungkin mencoba menutupi paha mulusnya yang sangat tereskpos saat ini.

Di tengah perjalanannya berkali-kali abang ojeknya melirik kearah paha mulusnya itu. Dilihat dari tatapannya sepertinya sang abang tahu bahwa gadis cantik yang ia bawa saat ini tidak memakai celana di balik hoodienya. Namun, pasti si abang tidak menyangka kalau gadis cantik yang ia bawa itu tidak hanya tidak mengenakan celana, namun juga tidak mengenakan celana dalamnya. Untungnya hoodienya cukup tebal sehingga orang lain tidak menyadari bahwa gadis itu juga tidak mengenakan apa-apa dibalik hoodienya. Annisa yang menyadari hal itu hanya bisa menutupi pahanya dengan kedua tangannya. Untungnya perlakuan abang ojeknya hanya sebatas mencuri-curi pandang, tidak lebih. Hanya perlu waktu 15 menit hingga ia sampai ke rumahnya. Ia sudah tidak sabar ingin tidur di Kasur empuknya, mengistirahatkan dirinya dari rentetan kejadian melelahkan kemarin. 

Komentar

  1. Nunggu lanjutannya.

    BalasHapus
  2. Suka klo yg jdi binal2 gini...ditunggu om lanjutan si annisa nya...

    BalasHapus
  3. Ceritanya bagus bener

    BalasHapus
  4. Paling asik kalau crita perbudakan anak sekolahan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4