Langsung ke konten utama

Kisah Annisa 1


Nama gadis itu Annisa, usianya 17 tahun. Ia adalah anak dari sebuah keluarga kaya raya. Annisa memiliki saudara kembar bernama Adam, mereka lahir di saat bersamaan. Namun, karena Annisa lahir 5 menit lebih dulu ketimbang Adam, maka Annisa dipanggil sebagai kakak dan Adam sebagai adiknya. Annisa adalah seorang remaja berparas cantik, rambutnya berwarna hitam dan indah dengan model terurai ke belakang. Wajahnya sangat manis, kulitnya putih, dan bentuk tubuhnya sangat ideal dengan tinggi 168 cm dan berat 50 kg. Banyak teman-teman cowoknya menaruh hati padanya, banyak dari mereka yang mencoba menembak Annisa namun selalu ditolak.
 
Wajar saja sampai saat ini ia tidak mau berpacaran dengan alasan ingin fokus belajar. Saat ini Annisa bersekolah di salah satu Sekolah swasta favorit di daerahnya. Sekolah itu adalah sebagian siswanya adalah kaum elit menengah keatas.

Waktu itu adalah jam istirahat, seperti biasa anak-anak berhamburan keluar kelas untuk jajan di kantin. Annisa dan sahabatnya, Putri, seperti biasa pergi ke kantin untuk jajan bakso favorit mereka. Sedikit bercerita mengenai Putri, ia adalah gadis keturunan eropa-pribumi. Ayahnya asli orang belanda sedangkan ibunya asli orang jawa, Tingginya 165 cm, sedikit lebih pendek daripada Annisa. Tubuhnya langsing, beratnya 45 kg, dan memiliki kulit yang putih bersih khas cewek blasteran Eropa. 

Wajahnya tidak kalah cantik dengan Annisa. Sama seperti Annisa, banyak anak cowok yang naksir padanya, tapi mereka berdua memilih untuk tidak berpacaran karena ingin fokus pada pelajaran. Maka dari itu Annisa berteman dengannya, ditambah orangnya sangat baik dan pintar. Kini, mereka berdua menjadi primadona di sekolah. Berkat kecantikannya, tidak ada satupun orang di sekolah yang tidak mengenal mereka. Setiap mereka lewat pasti ada saja mata lelaki yang melirik.

Sesampainya di kantin Annisa langsung pergi memesan makanan sedangkan Putri mencari meja kosong untuk mereka tempati.
Tiba-tiba terdengar ribut-ribut suara dari kejauhan, suara itu menjadi perhatian beberapa orang yang lewat. 

“woy, mana duit lu… Hari ini lu belom kasih setoran sama kita, mau main-main lu sama kita??!”. Ya, dia adalah Pandu dan gerombolannya, anak paling bandel di sekolah. Siapa yang tidak kenal dengan gengnya? Gengnya sangat terkenal di sekolah ini. Mereka suka berbuat onar dan memalak anak-anak sekolah yang cupu. Sebut saja Jono, anak yang baru saja dipalaknya. Setiap hari dia menjadi langganan Pandu dan kawanannya untuk dipalak uang jajan setiap jam istirahat. 


Sebenarnya Pandu dan kawan-kawannya tidak membutuhkan uang-uang itu, secara siswa yang bersekolah disana rata-rata berasal dari golongan menengah keatas. Mereka melakukannya untuk kesenangan saja, Pandu ingin menunjukan bahwa kawanannya adalah yang paling berkuasa di sekolah ini. Tidak ada siswa lain yang berani berurusan dengannya, bahkan guru-guru pun sudah angkat tangan dengan kenakalan mereka.

Banyak siswa yang mengeluhkan perbuatan mereka kepada guru-guru, tetapi pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak. Pandu, ketua geng berandalan itu adalah anak dari konglomerat pemilik sekolah itu. Para guru pun enggan untuk menegurnya apalagi memberinya hukuman karena takut posisinya sebagai guru terancam.

Annisa berjalan memecah kerumunan, mencari meja dimana Putri sudah menunggunya. Tangan kanannya membawa semangkok bakso yang telah ia pesan sedangkan tangan kirinya memegang es jeruk.

Saat ia melewati gerombolan Pandu yang sedang makan, tiba-tiba tangan Pandu menepuk pantat gadis itu. Sontak Annisa pun kaget, langkahnya terhenti. Disaat yang bersamaan terpecah gelak tawa dari Pandu dan teman-temannya.
“mantap juga pantat lo, hahaha…” ejek pandu diiringi tawa teman-temannya.

Annisa pun kesal, ia tidak pernah dilecehkan sedemikian rupa. Dengan emosi ia menyiram gelas berisi es jeruk yang ia pegang kepada Pandu. Kejadian itu sontak menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin.

Pandu kaget atas apa yang dialaminya, ia tidak menyangka gadis itu akan menyiramkan air padanya. Suasana yang tadinya dipenuhi gelak tawa mendadak menjadi hening mencekam. Pandu pun berdiri dari duduknya.
“heh, berani-berani nya lo nyiram gue! Lo gatau gue siapa? Hah!” tegasnya sambil mengacungkan jari ke wajah gadis itu.
“dasar cowok gatau diri, seenaknya aja lo pegang pantat gue! minum noh eh jeruk!” balas Annisa ketus. Ia tak terima dirinya dilecehkan begitu saja.

Pandu yang sudah disulut emosi pun maju mendekati gadis itu. Ia ingin memberi pelajaran kepadanya. Rekan-rekannya ikut berdiri mencoba menenangkan bos nya itu. Mereka menahan badan Pandu yang meronta ingin menggapai gadis itu.

Annisa pun berlalu meninggalkan Pandu mencari dimana Putri berada. ia tak ingin berurusan dengan kawanan berandal itu. Terdengar samar-samar Pandu memakinya dari jauh.
“awas lo ya, gua bikin lo nyesel berurusan sama gue…” teriak Pandu.
Annisa terus berjalan tanpa menghiraukannya.

“gila lo Sa! berani banget lo ngelawan Pandu” kata Putri tak percaya.
“lah orang dia yang gatau diri, masa pantat gue di pegang sama dia. Dia kira gue cewek apaan?!” gerutunya kesal.
“bahaya tau berurusan sama dia. Yaudah lah, lupain aja. yuk ah balik ke kelas udah mau masuk nih”. Balas Putri mengalihkan.

Saat itu di kelas Annisa adalah pelajaran olahraga, semua siswa berganti baju olahraga dan mulai pergi ke lapangan termasuk Annisa dan Putri. Pelajaran olahraga berlangsung dari siang hingga sore hari. Setelah selesai anak-anak kembali ke kelas untuk berganti pakaian. Beberapa dari mereka memilih untuk tetap menggunakan baju olahraga karena malas untuk berganti baju seragam.

“Put, baju gue mana yak? Perasaan tadi gua taroh disini deh” tanya Annisa bingung.
“alah, lo lupa kali narohnya, coba cari lagi”.
Saat sedang mencari didalam tasnya, Annisa menemukan sebuah surat. “Seragam lo ada di gue. kalo lo mau seragam lu balik dateng sendirian ke Lab Fisika pas jam sekolah selesai. -P”.
“Sial, ini pasti kerjaan Pandu” umpat Annisa dalam hati.
“gimana? Nemu gak baju lo sa? Tanya Putri.
“Oiya, gua baru inget kan tadi baju gua udah gua taroh mobil hehe...” balas Annisa bohong supaya Putri tidak curiga.

Tibalah jam pulang sekolah.
“Put, lu duluan aja deh, gua mau ngerjain sesuatu dulu...” kata Annisa.
“gapapa nih?” balas Putri.
“iya gapapa… lo ada les juga kan abis ini? duluan gih biar ga telat” balas Annisa meyakinkan.
“okelah kalo gitu by babe...” balas Putri sambil memerikan kiss bye kepada sahabatnya itu. Putri pun bergegas meninggalkan kelas.

Sekarang tinggal Annisa sendirian di kelas. Teman-temannya sudah pulang semua.
“oke, gua harus ambil baju gua dari Pandu sialan itu…” keluhnya dalam hati.

Sore itu sekolah sudah sepi, hampir semua anak-anak sudah pulang menuju Rumah mereka masing-masing. Tibalah Annisa di lantai 3 tempat Lab fisika berada, masuklah dia kedalam sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Pandu. Disana sudah munggu Pandu dan kedua teman gengnya, Gilang dan Angga.
“Pandu, mana seragam gue? Please Pandu balikin seragam gue” pinta Annisa.
“Lo mau ini?” kata Pandu sambil melambaikan seragamnya
Sini ambil kalo lo bisa hahaha…”

Annisa pun bergerak mendekat untuk mengambil seragamnya. Dengan sigap Pandu mengoper seragam Annisa kepada temannya yang lain, begitupun ketika Annisa menghampiri si pemegang baju, mereka pengopernya kepada yang lain. Mereka pun tertawa melihat usaha Annisa yang sia-sia, ia dipermainkan seolah-olah sedang bermain kucing-kucingan.

Tiba-tiba Pandu jongkok dan menarik celana training Annisa yang sedang berdiri di depannya. Annisa pun sontak kaget dan mundur membenarkan training nya yang telah melorot itu.
“mulus juga paha lo sa” ejek Pandu diiringi tawa teman-temannya.
“please gua mau pulang, balikin seragam gue… Please” mohon Annisa.

“gimana kalo kita tukeran? Gua serahin seragam lu, tapi lu serahin baju olahraga yang lu pake?” ujar Pandu
“apa-apaan? Kan itu juga baju gue. Sini cepet Pandu baliki baju gue... plisss” mohon Annisa tak terima.
“tenang aja, nanti baju olahraga lo gua balikin besoknya. Gimana? Kalo lo gak mau seragam ini bakal gue buang… hahahaha”

Annisa tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana pun ia harus mendapatkan seragamnya kembali. Ia pun menyerah. Seragam itu adalah seragam yang baru ia beli minggu lalu. Sebenarnya ia bisa saja membeli seragam baru, secara ia adalah orang yang kaya. Tatapi membeli seragam di sekolahnya membutuhkan waktu yang sangat lama, secara pihak sekolah hanya memproduksi seragam satu kali setiap bulannya dan itupun berdasarkan pesanan yang harus dipesan di bulan sebelumnya. Selain pihak sekolah cukup ketat untuk masalah kerapihan dalam berpakaian, “Mau pakai apa ia ke sekolah nanti?” batinnya. Ia pasti akan dihukum bila ke sekolah tidak mengenakan seragam yang seharusnya. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Pandu.

“ta… tapi gimana cara gue kasih baju olahraganya? Kan bajunya lagi gua pake” balas Annisa memelas.
“ya lo buka disini lah! hahaha… tenang aja gua gabakal macem-macem, lagian juga disini cuma ada kita ber-empat, gak bakal juga ada orang lain yang liat” balas Pandu.

Annisa pun pasrah, mau tak mau ia harus membuka bajunya dihadapan Pandu dan teman-temannya itu.
“ayo buka cepetan, jangan bengong doang...” seru Pandu memecah Pikiran Annisa yang membayangkan bahwa ia harus rela membuka bajunya dihadapan para lelaki brengsek itu. Tak seorang pun pernah melihatnya tanpa busana bahkan teman sesama wanitanya.

Annisa pun mulai membuka kaos olahraga nya perlahan. Tangannya terlihat gemetar. Ia tak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan. Terlihat perutnya yang rata dan putih mulus membuat Pandu dan kawannya tertegun dibuatnya.
Dengan mudahnya akhirnya Annisa melepas baju olahraganya, menyisakan bh berwarna putih yang menutupi payudara indahnya yang ranum, tidak begitu besar untuk ukuran anak seusianya, tapi terlihat padat dan berisi.

“suittt... suitt… mulus juga bodynya…” seru Angga. Annisa sangat malu mendengarnya, entah mengapa ia tak tau apakah ia sedang dipuji atau dilecehkan. Tangan kanannya memegang kaos olahraganya sementara tangan kirinya mencoba menutupi bagian dadanya yang indah itu.

“nih tuker baju seragam gue sama kaos olahraga ini” kata Annisa sambil menawarkan kaos olahraganya dengan gemetar ketakutan.
“eits, siapa bilang boleh tuker satu-satu. Langsung dua-duanya dong atasan sama bawahannya… hahahaha” balas Pandu.

Annisa dengan terpaksa mulai melepas celana training yang ia kenakan. Terlihat dengan jelas daerah kewanitaannya yang masih tertutup oleh celana dalam putihnya itu. Kakinya yang jenjang dan paha mulusnya yang mulus kini terlihat jelas. Sangat mudah baginya untuk menurunkan celana trainingnya itu. Kini hanya tinggal bh, celana dalam serta kaos kaki putih setinggi betis yang ia kenakan. Pemandangan indah itu membuat horny setiap pria yang melihatnya.

Dengan keadaan nyaris bugil Annisa pun berjalan perlahan kearah Pandu membawa baju dan celana olahraganya sambil menutupi tubuhnya yang indah itu.

Kini jarak mereka hanya tiga langkah. Pandu dan yang lainnya terdiam mematung, mereka dibuat terpesona oleh betapa indahnya penampakan gadis itu dari dekat. Payudaranya, perutnya, daerah kewanitaanya, ditambah parasnya yang cantik dan manis, “gadis itu sempurna.” Pikirnya

“sini mana seragam gue...” pinta Annisa dengan suara gemetar memecah keheningan, ia menunduk, ia tak berani menatap Pandu dan teman-temannya dengan keadaan setengah bugil tersebut.
Diulurkannya seragam Annisa oleh Pandu, begitu pula Annisa yang mengulurkan baju olahraganya dengan gemetar.

Tiba-tiba dengan sigap Gilang merebut baju olahraga Annisa dan Pandu menarik kembali seragamnya.
Annisa tidak menyangka apa yang baru saja terjadi, ia kaget dengan apa yang dilakukan oleh Gilang.
“please... please… balikin baju gue... kan lu udah janji… pliss… Pandu balikin... huhuhuu…” mohon Annisa yang mulai menangis.

“hahahaha…” mereka pun tertawa penuh kemenangan. Tangisan Annisa yang kian menjadi tidak mereka hiraukan.
“makanya jangan coba macem-macem sama gue…” ujar Pandu.
“Gilang, amanin nih baju ni cewek… Angga, Panggil yang lain masuk”
“siap bos”. Mereka bergegas melaksanakan perintah dari bosnya itu.

Angga langsung keluar ruangan untuk memanggil teman-temannya yang lain. Tidak lama kemudian ia kembali Bersama ke tujuh orang lainnya.

Para pria itu pun berkumpul mengelilingi Annisa. Pemandangan yang disajikan Annisa kepada mereka sungguh menggugah nafsu birahi.
“wah, ini kan Annisa anak kelas sebelah yang jadi primadona itu…” kata salah satu dari mereka.
“mantap, boleh juga tuh bodynya” sahut yang lain.

“huhuhu… Pandu maafin gue, please jangan apa-apain gue” mohon Annisa sambil menangis.
“gua gak mau ngapa-nagain lo kok, paling cuman gua perkosa lo… hahahaha” tawa Pandu penuh kemenangan
“please Pandu… please jangann… gue masih perawan… huhuhuu…” tangis Annisa semakin menjadi

“Justru itu karena lo masih perawan lo harus ngerasain yang namanya ngentot!”
“lagian juga mau lo masih perawan kek, lo udah jebol kek, gua gapeduli. Salah sendiri lo udah bikin kita horny, hahaha…” lanjutnya kegirangan
“please Pandu gua bakal kasih lo berapa aja… tapi jangan perkosa guee… huhu” iba Annisa kepada Pandu
“heh lonte, denger ya, diperkosa bukan berarti hidup lu menderita, malahan lo yang bakal keenakan nanti, gua pastiin lo ketagihan di entot sama kita semua disini” balas Pandu tidak peduli
“sekarang lo gapunya pilihan lain selain nurutin semua permintaan gue, kalo engga baju lo tadi bakal gua buang dan gua bikini idup lo lebih menderita lagi, Ngerti!” bentak Pandu.

Annisa pun hanya diam. Ia salah telah berurusan dengan Pandu. kini kakinya bergetar ketakutan, membayangkan kejadian apa yang akan menimpanya sesaat lagi.
“kalo gua nanya dijawab!” bentak Pandu
“i… iyaa” jawab Annisa
Mulai sekarang lo harus panggil kita semua tuan, ngerti!” perintah Pandu
“ba… baik tuan” balas Annisa

“oke, tugas pertama lo sekarang kabarin ortu lo kalo lo bakal pulang malem, bilang kalo hari ini lo ada rapat OSIS mendadak” perintah Pandu
“baik tuan” jawab Annisa. Segera ia mengambil HP-nya dan mengabari ibunya kalau hari ini ia ada rapat dan akan pulang malam.

“…iya, hati-hati ya nak kalau pulang malam. Takut nanti kamu kenapa-kenapa. Love you nak…” jawab ibunya seraya menutup telfon.
“seandainya aku bisa bilang yang sebenarnya” angannya dalam hati.

“bagus, ayo kita mulai…” senyum Pandu jahat.
“sekarang buka bh sama cd lo, kita semua mau liat lo telanjang” seru Pandu
“Please... jangan...” Annisa memohon.
“Buka sekarang atau kita sobek-sobek baju seragam lo trus besok lo kita telanjangin di sekolah biar orang-orang pada bisa nikmatin tubuh telanjang lo!” seru Pandu sambil menaikkan suaranya.
Annisa mengangguk pelan, ia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Pandu. Dengan perlahan dia mulai membuka bh-nya, dilepaskannya pengait bh itu dari belakang, seketika bh itu terjatuh ke lantai. kemudian diikuti oleh cdnya yang dengan mudah diturunkan nya sampai kaki.

Sekarang Annisa sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Payudaranya yang ranum dengan Puting berwarna merah muda yang menggantung terpampang jelas dihadapan ke sepuluh pria tersebut. Vaginanya yang masih rapat dihiasi bulu-bulu halus yang masih jarang-jarang sungguh menyajikan pemandangan yang menggairahkan. Baru pertama kali ini Annisa telanjang bulat didepan orang lain.

Kesepuluh orang yang ada didalam ruangan itu benar-benar terpesona melihat pemandangan indah di depan mata mereka. beberapa dari mereka mengeluarkan HP nya untuk mengabadikan momen langka tersebut. Annisa sang primadona sekolah itu sekarang telah telanjang bulat dihadapan mereka.

“sekarang lo harus bikin seneng kita semua. Elo sekarang harus masturbasi disini, cepat!” perintah Pandu.
Annisa tak pecaya dengan apa yang dikatakan Pandu, ia pernah beberapa kali bermasturbasi sebelumnya, tapi itu dulu karena rasa penasaran. Kali ini berbeda, ia harus masturbasi bukan karena keinginannya sendiri dan harus melakukannya dihadapan Pandu dan kawan-kawannya. Salah satu diantara mereka memegang handycam untuk merekam aksinya tersebut.

“heh lonte… jangan diem doang ayo buruan mulai…” bentak Pandu
Annisa begitu canggung, ia tidak menyangka akan direndahkan seperti ini.
Dengan ragu, perlahan-lahan tangan kanannya mulai meraba-raba vaginanya. Digesek-gesekan lah jari tengahnya pada klitorisnya. Sementara tangan kirinya mulai bermain dengan payudaranya sendiri, sambil memijat-mijat payudaranya sesekali ia memilin puting susunya.
Lama-kelamaan Annisa mulai terangsang, tubuhnya mulai menggeliat-geliat manja seirama dengan gesekan tangannya pada vaginanya. Tanpa sadar Annisa mulai mengeluarkan suara erangan halus yang tidak dapat ditahannya lagi. Matanya terpejam, mulutnya mulai menggigit lidah bagian bawahnya seakan-akan begitu menikmati masturbasinya itu.

10 menit telah berlalu, kini tubuhnya sudah mulai dikuasai oleh hawa nafsunya. Gesekan pada vaginanya pun makin cepat. Gerakan tubuhnya pun kian erotis. Beberapa saat kemudian Annisa mencapai orgasme pertamanya. 

“oooooowwhh… aaaaaaaaahh… hah hhh hahhh…” Tubuhnya mengejang, Annisa merintih menikmati setiap kedutan akibat gelombang orgasme pada vaginanya. Nafasnya memburu. Tangannya kini basah oleh cairan cintanya yang juga mengalir deras dan mulai menggenang di kakinya. Seketika ia jatuh tersungkur ke lantai.

Ketika ia mulai membuka matanya, ia pun kaget karena kesepuluh pria di ruangan itu sudah melepas semua pakaian mereka. Ia terlalu terhanyut dalam masturbasi nya tadi sehingga tidak sadar bahwa mereka semua telah membuka pakaiannya.

Belum sempat bernafas tiba-tiba dua orang datang menghampirinya, mengangkat tubuh Annisa yang sebelumnya jatuh ke lantai. Mereka menggendong Annisa dengan menahan pada kedua ketiak dan paha dengan tangannya, sehingga kini tubuhnya terangkat dengan selangkangannya yang terbuka lebar.

Terlihat jelas vaginanya yang sedikit merekah berwarna merah muda yang sudah mengkilap terkena cairan orgasmenya tadi. Tanpa basa-basi Pandu pun langsung berjongkok dan menjilati vagina Annisa dengan lidahnya. Aroma wangi vagina Annisa membuat Pandu semakin bernafsu menjilati vaginanya. Tubuh Annisa menggeliat kesana-kemari menahan geli bercampur nikmat pada vaginanya. Kedua orang yang memenggangi Annisa ikut memainkan kedua payudaranya sehingga menambah rangsangan yang ia dapatkan.


“sssshh… oooohh… Pandu… udah… stop…” Mulutnya pun tak kuasa menahan desahannya. Hanya berselang 5 menit saja Annisa pun mendapatkan orgasme keduanya, ia pun melenguh panjang
“ooooooooooogghh…” Cairan cintanya muncrat membasahi mulut Pandu. Seketika kembali tubuhnya ambruk jatuh ke lantai.

“tadi lo mohon-mohon gamau, sekarang keenakan kan lo. Dasar cewek munafik! Hahahaha” ejeknya kepada Annisa yang masih lemas oleh serangan orgasme keduanya.
“gimana rasanya? Enak ga?” tanya Pandu.
Annisa pun hanya mengangguk pelan.
“jawab!” bentaknya sambil mencubit puting kanannya.
“ee… enak tuan” jawab Annisa lirih.
“kalo gitu kita sekarang ngentot!” ujar Pandu

Tanpa buang-buang waktu ditariknya tubuh Annisa mendekat kearahnya, dibukanya lebar-lebar kedua kaki Annisa sehingga terlihat jelas vagina gadis itu. Seketika Pandu langsung menggosok-gosokan penisnya yang sudah menegang itu ke bibir vagina Annisa yang sudah basah.


“aaahh... jangan… please… jangan gua masih perawan” mohon Annisa.
Pandu tak menghiraukannya, ia malah semakin bersemangat untuk menggagahi gadis itu segera.
“aaagh, gila… seret banget memek perawan” rancaunya keenakan ketika kepala penis miliknya masuk kedalam vagina Annisa.
Perlahan tapi pasti penis Pandu masuk ke vagina Annisa yang membuatnya merasa sangat ngilu di vaginanya. Meski ngilu, Annisa mulai merasakan nikmat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, tapi rasa nikmat itu seakan hilang sewaktu penis Pandu menembus selaput dara Annisa.

“aaahh… rasain nih lonte, makan nih batang gua…” ujar Pandu saat seluruh batang penisnya masuk sempurna kedalam liang kewanitaan Annisa.

Annisa pun tak kuasa menahan sakit yang amat sangat pada vaginanya.
“aaaghh… sakiittt… ampuunn… sakiittt...” erangnya
“udahh… please… stop, sakiittt… sakiittt…” ibanya pada Pandu
Pandu pun tak menghiraukannya, perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Annisa. Annisa pun menahan mencoba untuk tidak bergerak karena setiap gerakan yang Annisa lakukan seakan memperparah sakit pada liang vaginanya.
“gilaaa… sempit banget memek lo sa” puji Pandu sambil terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

Makin lama pompaan Pandu pun makin cepat. Rasa sakit yang tadinya amat sangat pun kini mulai berubah menjadi rasa nikmat yang belum pernah dirasakannya Annisa sebelumnya. Tanpa sadar tubuh Annisa pun mulai mengimbangi gerakan Pandu. Pinggulnya bergerak seirama dengan dorongan penis Pandu dalam vaginanya.

Tak bisa dipungkiri Annisa pun mulai menikmati persetubuhan itu.
“aahhh… aahhh… aahhh…uooohh” erangnya seirama dengan gerakan persetubuhan mereka.

10 menit telah berlalu, lagi-lagi Annisa mendapatkan orgasmenya, kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Tubuhnya mengelijang hebat. Tangannya memeluk pundak Pandu dan kakinya melingkari pinggang Pandu.
“oooouuugghhhh…” Ia merasakan kenikmatan yang sangat hebat dibandingkan orgasme sebelumnya.

“bilang sakit tapi dapet juga… dasar lonte! hahaha” ejek Pandu pada Annisa. Mendengar itu Annisa pun merasa sangat terhina, saat ini perasaannya bercampur aduk antara malu dan nikmat.

Sekitar 15 menit kemudian akhirnya Pandu merasa akan segera mendapatkan ejakulasinya, ia pun segera mempercepat genjotannya dan menjadi semakin brutal.
“gua hamilin lu lontee… aaaahhh…” seru Pandu sesaat hampir mencapai puncaknya
“Stop... stop... jangan please... aaaaagh... di luar... aaaaagh... gua gak mau hamil...” mohon Annisa kepada Pandu yang dijawab dengan pompaan di vaginanya yang makin cepat.
Kini kedua tangan Pandu dengan brutal meremas-remas payudara Annisa. Tak disangka saat ini Annisa juga hampir mencapai orgasme.

“Jangaaaaan...” teriak Annisa penuh keputus-asaan.
“ooooooohh” lenguh Pandu sambil menyodokkan penisnya sedalam yang dia bisa di vagina Annisa dan menyemprotkan spermanya berulang-ulang langsung ke mulut rahim Annisa.
Disaat yang bersamaan Annisa juga mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. Tubuhnya menegang, seakan menerima setiap semprotan sperma yang disemprotkan Pandu pada rahimnya.

Annisa bisa merasakan dengan jelas hangatnya sperma Pandu yang menyembur di dalam vaginanya yang membuat harga dirinya makin hancur. Tidak hanya terpaksa harus memamerkan tubuh telanjangnya di hadapan banyak laki-laki. Annisa juga diperkosa secara brutal dan sekarang vaginanya disemprot sperma oleh Pandu yang sama sekali tidak peduli kalau Annisa bisa hamil dibuatnya. Semua yang seharusnya diberikan oleh Annisa ke suaminya kelak sudah habis tak bersisa dijarah oleh laki-laki bejat itu.

Terdengar nafas mereka saling bersahutan karena persetubuhan barusan. Pandu pun berdiri meninggalkan Annisa yang masih tergeletak tak berdaya menikmati sisa-sisa persetubuhannya. Sperma dan darah perawannya masih mengalir diantara liang kewanitaannya. Dadanya naik turun memburu nafasnya. Tubuhya penuh akan peluh dan keringat hasil persetubuhan itu.

“sekarang giliran kalian, terserah mau diapain tuh lonte…” ucap Pandu kepada kawan-kawannya disambut sorak gembira para kawannya.
Annisa tersadar bahwa masih ada Sembilan pria lagi yang menunggu untuk dipuaskan olehnya.

Kali ini giliran Gilang dan Angga yang menggarap Annisa. Diposisikannya Angga tiduran terlentang dengan Annisa diatasnya. Mereka melakukan gaya WOT. Angga menyuruh Annisa untuk menaik turunkan pantatnya. Sementara Gilang menyuruh Annisa untuk mengoral penisnya yang sudah tegang itu.

“isep sa, awas kalo kena gigi gua tabok lu!” seru Gilang.
Annisa pun meraih penis Gilang dengan tangannya dan perlahan memasukannya ke dalam mulutnya. Ia merasa jijik sekaligus mual ketika mencium aroma penis Gilang. Tapi Gilang dengan sigap menahan kepala Annisa agar tetap mengemut penisnya.
“hhmpph…. Hhmpph…” suara Annisa ketika nafasnya tertahan oleh penis Gilang. Penis itu berukuran 16 cm masuk seluruhnya kedalam mulut Annisa. Disaat yang bersamaan Angga yang tidak sabar dengan gerakan Annisa yang pelan mulai bergerak menaik turunkan pinggulnya dengan brutal sehingga tubuh Annisa pun terguncang-guncang dengan hebat.

10 menit berlalu Gilang pun mencapai ejakulasinya.
crooot… crooot… sprema gilang menyemprot beberapa kali didalam mulut Annisa.
“telen sa, awas lo muntahin gua potong pentil lo” ancamnya
Annisa pun menelan seluruh sperma Gilang hingga tak tersisa. Wajahnya pun merah padam akibat oral yang ia lakukan tadi, ditambah dengan Gilang menyuruhnya menelan semua spermanya.

Gilang pun pergi. Datanglah satu orang lagi yang berbadan gemuk, ia adalah Yanto.
“Pantat lu boleh juga Sa…” puji Yanto
“enak kayaknya kalo gua masukin hehe…” imbuhnya kegirangan.

“jangann… jangannn… please jangan disituu…” mohon Annisa pada Yanto. Tapi terlambat, secara kasar Yanto mendorong penisnya masuk kedalam lubang anus Annisa.
“SAKIIITTT... Agghhh…” teriak Annisa.

Kini dirinya dimasuki oleh dua penis. Satu milik Angga di vaginanya dan satu milik Yanto di anusnya. Sejak tadi Angga dengan konstannya tetap menggenjot vagina Annisa dengan brutal. Membuat Yanto yang tidak bergerak pun ikut terpuaskan oleh gerakan tubuh Annisa yang seirama dengan Angga.
Selang 10 menit kemudian Annisa merasakan bahwa dirinya ingin orgasme kembali. Menyadari hal itu Angga dan Yanto sama-sama mempercepat gerakan mereka. Tubuh Annisa kini terombang ambing kesana-kemari.

“aahhh… ooohh… ahhh… oooooooohh…” erang Annisa bersamaan dengan orgasmenya. Walaupun begitu Angga, seakan tidak peduli saat Annisa mengalami orgasme, penisnya masih tegang menggenjot Annisa.
Yang dipikirkannya adalah bagaimana ia bisa mencapai kenikmatan dari vagina Annisa yang sempit itu. Kelihaian Angga yang menggenjotnya tanpa henti membuat vagina Annisa yang habis mengalami orgasme kesekian kalinya semakin geli dan sensitif. Hal itu membuat Annisa merem-melek keenakan dibuatnya. Wajahnya merah padam, rambutnya kini acak-acakan bercampur dengan keringatnya. Matanya menjadi sayu dan tanpa disadari mulutnya menganga dan menjulurkan lidahnya seperti anjing kesetanan. ditambah lagi kedua tangan Yanto yang sejak tadi meremas-remas secara brutal payudaranya yang mungil itu dari belakang sambil sesekali memilin putingnya membuat nafsunya semakin tak terkendali.
Annisa tak kuasa membendung kenikmatan itu, wajahnya menyiratkan ekspresi kenikmatan. Hal tersebut menjadikan Angga yang berhadapan langsung dengannya kian bernafsu menggenjot gadis itu.

“aaahhhh… iyyaaaaaaaaahh…” Annisa pun mengalami orgasme untuk kesekian kalinya. Disusul dengan Angga dan Yanto yang orgasme secara bersamaan di liang vagina dan lubang anusnya. Tubuh Annisa mengejang hebat kali ini, membuat vagina serta anusnya berkedut seperti memeras habis penis Yanto dan Angga. Ketiganya pun terdiam selama beberapa detik, menikmati gelombang demi gelombang kenikmatan yang melanda. 


Beberapa detik kemudian Angga dan Yanto pun berdiri mencabut penisnya dari lubang Annisa, menyisakan lenguhan kecil saat kedua benda itu dicabut.
Dihempaskannya dengan kasar tubuh Annisa ke lantai.

“gila… enak banget memeknya, tau gitu dari dulu aja kita entot hahaha….” Ujar Angga. Mendengar hal itu Annisa pun merasa dipermalukan serendah-rendahnya, namun apa daya energinya sudah habis tak tersisa.
Tiba-tiba dunia pun seakan berputar dikepala Annisa, Annisa pun pingsan.

Tak terima kalau mangsanya pingsan, Pandu pun datang menyiramkan air minum kepada Annisa. Annisa pun sadar gelagapan dibuatnya.
“eh lonte, temen gua belom ngentotin lu semua… masa lu udah pingsan sih! Yang adil dong lu jadi lonte!” bentak Pandu.

Keenam orang sisanya yang belum menyetubuhi Annisa pun dibagi dalam dua kloter. Masing-masing kloter terdiri dari tiga orang yang masing-masing mendapatkan vagina, anus dan mulut Annisa untuk mereka pakai secara brutal. Tak berhenti sampai disitu, Pandu, Gilang, Angga, dan Yanto pun ikut bernafsu kembali melihat Annisa di gangbang. Mereka pun menggarap Annisa kembali setelah keenam orang itu selesai. Begitupun dengan keenam orang itu yang menggarap Annisa kembali saat keempat orang pertama selesai menggarap Annisa.

Begitupun seterusnya sampai masing-masing dari mereka menyetubuhi gadis itu sebanyak tiga kali dan telan mencicipi ketiga lubang kenikmatan Annisa.
Annisa tidak tau sudah berapa banyak sperma menyembur rahimnya hari ini, lebih tepatnya ia tidak (lagi) peduli.

Waktu menunjukan pukul 10.00 malam saat mereka selesai mengerjai Annisa. Tubuhnya tersungkur ke lantai dengan nafas yang masih memburu, bahkan sesekali ia mengejang karena kenikmatan yang didapatkannya.
Kini air matanya mulai mengalir menyadari bahwa saat ini dirinya hancur sehancur-hancurnya. Ia hampir sudah tak bisanya lagi merasakan vagina dan anusnya. Tubuhnya kini bermandikan keringat dan sperma yang hampir mengering. Sudah tak terhitung berapa kali ia mengalami orgasme. Rambutnya berantakan, matanya sayu, dan mulutnya terasa masam karena terlalu banyak menelan sperma.

Payudaranya memerah dan terlihat membengkak karena mendapat banyak remasan-remasan yang brutal. Vagina dan anusnya terlihat merekah, berbeda dengan beberapa jam yang lalu dimana vaginanya masih sangat rapat. Annisa kesal terhadap dirinya sendiri, ia kesal terhadap apa yang baru saja menimpanya (dan yang mungkin akan menimpanya).

Ia mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk mencoba duduk. 15 detik ia mencoba untuk duduk, lalu Pandu datang menghampirinya,
“nih, minum ini sekarang kalo lo ga pengen hamil” seru Pandu sambil memberikan pil KB pada Annisa. Tak lupa Pandu memberikan seragam dan baju olahraga Annisa yang sebelumnya ia ambil.
“nih baju lu gua balikin. Ini pelajaran karena lo berani macem-macem sama kita!” bentaknya.

“bh sama cd lo gua ambil buat kita jadiin kenang-kenangan hahaha… mulai sekarang lo jadi budak seks kita, lo harus nurutin setiap permintaan kita, lo harus mau ngentot sama kita dimana pun, kapan pun, lo harus siap! Dan yang terakhir lo gaboleh ngebantah, kalo lo ngebantah foto-foto bugil lo bakal gua pajang di madding biar seluruh siswa tau, sama video lo bakal gua sebarin di internet. NGERTI!” tegas Pandu

“i… iiyaa” jawab Annisa dengan sisa tenaga yang ada
“jawabnya pake tuan ******… kan tadi udah gua bilang!” bentak Pandu sambil melintir puting kirinya Annisa.
“ii... iyaaa tuan, saya mengerti” balas Annisa sambil kembali menitikkan air mata
“bagus, sekarang pake baju lo, pulang ke rumah udah malem. Ntar kalo lo dicariin gua juga yang repot. Inget, tugas lo berikutnya bakal gua kabarin lewat l*ne. mending malem ini lo istirahat karena besok tugas lo bakal lebih berat hahaha” tawa Pandu penuh kemenangan sambil meninggalkan Lab Fisika.

Kini tinggal Annisa sendirian di Lab Fisika, masih dengan keadaan bugil. Digunakannya kaos olahraganya untuk membersihkan lantai Lab Fisika yang terkena noda sperma dan cairan orgasmenya. Lalu dipakainya seragam sekolahnya untuk menutup dirinya ketika pulang. Dengan tertatih-tatih ia berjalan dari Lab Fisika di lantai 3 menuju mobilnya yang diparkir di halaman sekolah.

Sesampainya di rumah sudah pukul 11 malam. Kedua orangtua dan adik laki-lakinya telah terlelap. Ia pun menyempatkan diri untuk mandi membersihkan sisa-sisa bekas pemerkosaannya. Sperma-sperma itu sudah mulai mengering. Ia pun menempatkan dirinya berendam di bathub sembari meratapi nasibnya yang malang. Tangannya mencoba meraba vaginanya dan menemukan betapa perih mahkota kewanitaannya saat ini. Tapi hal itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan perihnya perasaannya yang hancur dipermalukan oleh Pandu dan kawan-kawannya.

Selesai mandi Annisa pun bergegas untuk tidur diiringi dengan notifikasi HP-nya dari Pandu
“besok lo gausah pake bh sama cd ke sekolah, awas kalo ngelanggar lo liat sendiri akibatnya” begitu isi pesannya.
Ya, besok akan menjadi hari yang berat untuk Annisa…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4