Langsung ke konten utama

Kisah Annisa 4


Kini sudah hampir 2 bulan Annisa menjalani rutinitasnya menjadi budak seks Pandu dan kawan-kawannya. Sudah tak terhitung beberapa kali ia disetubuhi oleh beberapa “tamu” yang entah dari mana Pandu membawa mereka, mulai dari penjaga kebersihan, preman pasar yang entah dari mana Pandu mengenal mereka, sampai geng berandalan dari sekolah lain juga turut menikmati tubuh Annisa. Tentu saja setiap kali mereka memperkosa gadis itu Pandu dan kawan-kawannya tidak lupa untuk merekam persetubuhan itu. rekaman itu mereka gunakan untuk konsumsi pribadi mereka dan sebagai ancaman kepada gadis itu untuk selalu menuruti hasrat seksnya. 

Saat ini setiap kali Annisa bertemu dengan orang-orang tersebut mereka selalu memandanginya dengan tatapan mesum, untung ada Pandu yang ‘menjaga’nya, mereka hanya akan “memakai” gadis itu hanya ketika Pandu menyuruhnya.

Hari ini adalah hari Senin. Hari baru untuk awal dari kisah yang baru. Seperti biasa pagi ini Annisa sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tidak seperti biasanya, tadi malam saat setelah ‘pertunjukan’ nya di grup, Pandu memperbolehkannya untuk memakai cd hari ini. Entah apa yang ia rencanakan tapi Annisa hanya bisa mengiyakan perintah tuannya itu. 

Setelah selesai bersiap-siap ia segera turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama ibunya.
“Aku ga bawa mobil hari ini mam...” jelas Annisa ke ibunya
“Terus kamu berangkatnya gimana?” Balas ibunya sambil mengunyah sarapannya itu
“di jemput sama Pandu...” balas Annisa singkat
“Hhhmmmmm...” ibunya hanya menaikan kedua alisnya, mengiyakan perkataan anak gadisnya itu.

Beberapa saat kemudian hp Annisa berdering. Sebuah pesan masuk dari Pandu, ia telah sampai di depan rumahnya.
“Aku berangkat ya mam, Pandu udah nyampe…” kata Annisa hendak beranjak dari meja makan. Ia segera menyambar tas sekolahnya dan berdiri merapikan kursi.
“Hati-hari ya nak... jangan pulang malem-malem, nanti mama khawatir” balas ibunya.
Annisa hanya terdiam, ia tersenyum, seolah tak tega untuk bilang bahwa mungkin ia akan pulang larut malam kali ini.
“Ga janji ya mam, gatau kan ntar kalo Annisa ada apa...” jawabnya sekenanya
“iya sayang, jaga diri ya... “ ucap ibunya sambil menyalami anaknya itu

Annisa segera keluar menemui Pandu yang sudah menunggunya di mobil.
Beberapa saat kemudian kemudian mobil Pandu sudah melesat pergi menuju ke sekolah.
Dengan bertemunya kedua manusia itu hari ini, resmi sudah kisah hari ini akan dimulai.

“gua punya sesuatu buat lo” ucap Pandu memecah keheningan dalam mobil.
Annisa hanya menoleh, tatapannya khawatir. “kali ini apa lagi yang akan dilakukan Pandu?” pikirnya.
Tiba-tiba Pandu mengambil sesuatu dari dalam laci mobilnya. Benda itu tak asing untuk Annisa, ya, itu adalah vibrator. Selama ini ia hanya pernah melihatnya di film porno yang pernah di tontonnya, itu pun hanya beberapa kali. Kali ini ia melihatnya secara langsung.
“lo tau ini apa?” tanya Pandu
“vii… vibrator…” jawab Annisa pelan
“Gasalah lo gua didik jadi lonte, tau juga lo alat-alat beginian… hahaha…” tawa Pandu melecehkan Annisa. gadis itu hanya tertunduk malu. Apakah ia harus mengenakannya di sekolah?, “gllaa, yang bener aja…” batinnya. Pikirannya membayangkan hal-hal terburuk yang mungkin bisa terjadi padanya nanti.

Vibrator itu berbentuk seperti telur kecil, dengan remot tanpa kabel yang dapat mengendalikannya dari jarak jauh.
“sekarang lo harus pake ini, cepet!” perintah Pandu kepada budak seksnya itu. Annisa tak percaya dengan apa yang harus dilakukannya, ia tidak mungkin menggunakan benda itu di sekolah. Bagaimana kalau teman-temannya sampai tahu? Ia bisa di cap sebagai maniak seks oleh teman-temannya. Ketika ia ketahuan tidak memakai bh ke sekolah saja dia sudah di olok-olok berhari-hari oleh teman-temannya. Bahkan, banyak teman-teman wanita nya yang menjauhinya. Mereka menganggap bahwa Annisa adalah maniak dan seorang exhibisionist. Sementara itu, kini teman-teman lelakinya banyak yang melihatnya dengan tatapan mesum setiap kali bertemu dengannya. Bagaimana kalau sampai masalah vibrator ini ketahuan? Pikirannya melayang jauh.

“enggaa… please Pandu gua gabisa pake itu ke sekolah, please…” ibanya
“lo mau ngelawan gue hah?!” bentak Pandu
“please Pandu jangannn… nanti kalo ada yang tau gimanaa...” mohon gadis itu sejadi-jadinya.

“tenang aja… gak akan ada yang tau” balas Pandu meyakinkan
“please Pandu… please… huhuhuu…” mohonnya sambil menangis kali ini. ia benar-benar tidak ingin mengenakan benda itu.

PLAKK… tiba-tiba Pandu menampar gadis itu. Annisa terkaget, ia tak menyangka Pandu akan menamparnya, tangisannya semakin menjadi. Menyaksikan itu, Pandu hanya terdiam
“awas aja lo ya… pokoknya lo harus pake ini…” imbuhnya singkat sambil terus mengemudikan mobilnya itu menuju sekolah.

15 menit kemudian sampailah mereka di parkiran sekolah. Semenjak kejadian tadi, tidak ada satu patah kata pun keluar dari mulut Pandu. “apakah Pandu marah?” pikir Annisa yang tangisnya sudah berhenti sedari tadi.

Sesaat setelah Pandu memakirkan mobilnya tiba-tiba tangannya meremas payudara Annisa dengan brutal, sekian detik kemudian bibirnya sudah bercumbu mesra dengan bibir gadis itu.
“hmpphhhhhhhh…” Annisa mencoba menolak, tapi apa daya tenaganya tidak bisa menandingi lawan mainnya itu.
Kini tangan kiri Pandu sudah merasuk ke dalam rok sekolahnya itu, dengan sigap dimasukannya vibrator yang ia bawa tadi.

Annisa pun kaget, ia tak mengira Pandu akan memasukan benda itu. kini ia tidak bisa menolak. Selain karena sekarang tubuhnya sudah mulai dikuasai oleh nafsunya, pun juga kini Pandu sedang tidak menyetir dan lebih bebas melakukan berbagai hal pada tubuhnya itu.
“oowhhhhhh… ahhhhhhhhh…” desahnya ketika Pandu mulai menyalakan vibrator yang sudah tertanam dalam vaginanya. Selama ini Annisa belum pernah menggunakan vibrator sebelumnya. Saat benda itu bergetar dalam liang kenikmatannya, ia merasakan sensasi nikmat yang sangat luar biasa. Tubuhya bergerak kesana-kemari tidak dapat menahan rasa geli dan kenikmatan yang dihasilkan dari vibrator tersebut. Ditambah lagi kini Pandu sudah melepas seluruh kancing kemejanya dan meremas-remas payudaranya dari dalam.

“aaahhhhhhh… oohhhhhhhhh…” desah Annisa tak tertahankan. Kini tubuhnya mulai pasrah, tak ada lagi perlawanan seperti sebelumnya. Kini kedua tangan Pandu fokus kepada payudara meremas kedua payudara Annisa yang sudah tidak dilindungi bh nya lagi. Ia membiarkan vibrator itu bekerja dengan sendirinya sembari ia menikmati bibir serta payudara gadis itu.

5 menit kemudian tubuh Annisa mulai mengejang, giginya menggigit bibir bagian bawahnya, sampailah ia pada orgasme pertamanya hari itu. tubuhnya terhentak seirama dengan gelombang orgasme yang datang. Melihat mangsanya sudah mendapatkan kenikmatannya, segera Pandu mematikan getaran vibrator melalui remot yang dipegangnya.
“gimana rasanya pake vibrator? Enak kan? Hahaha…” ejek Pandu penuh kemenangan setelah gadis itu mendapatkan orgasmenya.
“sekarang lo harus pake vibrator ke sekolah hari ini, awas aja kalo di lepas, gua hukum lo!” tambahnya. Annisa hanya terdiam, ia masih sibuk menikmati sisa-sisa orgasmenya itu. sungguh sensasi yang luar biasa, ia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menggunakan vibrator sebelumnya. Kini ketika ia mendapatkan orgasmenya melalui benda itu ia merasakan sesuatu yang berbeda. “apakah aku menyukainya? Tidak, mana mungkin aku menyukai benda semacam itu…” akal sehatnya bergejolak melawan sisa-sisa hawa nafsunya itu.

Ketika kesadarannya mulai pulih ia segera merapikan bajunya yang sudah acak-acakan karena permainan Pandu pada payudaranya tadi.
“eehhh… Pandu bh gua manaa?” tanya gadis itu menyadari bahwa bhnya yang tadi dilepaskan Pandu saat meremas-remas payudaranya tidak ada.
“hahaha… ini hukuman buat lo karena tadi lo udah nolak keinginan gua, bh lo gua ambil hahahaha…” balas Pandu
“Please Pandu balikin bh gua…” iba Annisa
“gak! Makanya nurut kalo gua bilang! Ini biar jadi pelajaran buat lo!” ancamnya. Annisa tidak bisa berkata apa-apa, ia mau tidak mau harus merelakan bhnya itu, kini ia pergi ke sekolah tanpa mengenakan bh dan hanya mengenakan seragam yang sudah sedikit acak-acakan dengan celana dalam yang sudah sedikit basah karena orgasmenya tadi. Ditambah lagi kini ia mengenakan vibrator pada vaginanya yang kapan pun bisa bergetar sesuai keinginan Pandu.

Kini Annisa sudah tiba di kelas, ia mencoba bersikap senormal mungkin. Terakhir kali ia tidak mengenakan bh ke sekolah adalah pengalaman buruk baginya, kini ia tidak mengenakan bh ke sekolah lagi ditambah dengan vibrator yang bersarang di dalam vaginanya, apakah ia akan selamat hari ini?

“lo kenapa sa? murung aja?” tanya Putri
“gapapa kok put gua lagi gak enak badan hari ini…” jawab Annisa yang tampak lesu. Ia begitu takut kejadian memalukan di kelas waktu itu terulang lagi. Kemarin ketika ia ketahuan tidak memakai bh ke sekolah butuh beberapa hari untuk teman-temannya berhenti mengolok-oloknya. Bahkan sesudah kejadian itu tak sedikit dari mereka yang menjauhi gadis itu, apa jadinya jika hari ini ia ketahuan lagi?

Saat jam pelajaran berlangsung keadaan terasa aman-aman saja untuk Annisa. secara, tidak ada Pandu di sana. Gadis itu hanya perlu mengatur supaya tidak ada yang tahu kalau ia tidak memakai bh hari itu, walaupun kadang ia merasa sedikit basah karena putingnya yang bergesekan langsung kemejanya dan vibrator yang mengganjal pada vaginanya.

Bell pun berbunyi, tibalah waktu istirahat. Karena Pandu tidak menyuruhnya ke gudang hari ini, maka Annisa kali ini pergi bersama dengan Putri menuju kantin.
“sekarang susah banget ya ngajak lo ke kantin sa… hahaha…” canda Putri pada temannya itu.
“engga juga kok, nih bisa kan gue sekarang hehe…” jawab Annisa menanggapi. Putri tidak tahu saja bahwa setiap kali sahabatnya itu tidak bisa ke kantin berarti ia sedang di jarah habis-habisan oleh Pandu.

Tak perlu waktu lama akhirnya sampailah mereka di kantin. Di kantin seperti biasa Annisa memesan mie ayam favoritnya. Setelah kejadian ia diperkosa oleh mang Cecep, sekarang mang Cecep lebih sering menggodanya saat Annisa memesan mie ayam itu, bahkan sesaat setelah kejadian buruk itu terjadi mang Cecep pernah sesekali meraba-raba pada Annisa saat ia memesan mie ayam. Annisa hanya bisa diam dan menepis tangan nakal itu. ia takut untuk berteriak, bisa jadi hal yang lebih buruk akan terjadi pikirnya.

Hari di mana Annisa bisa pergi ke kantin bersama Putri adalah hari yang langka. Setiap hari itu terjadi, ia tidak akan menyia-nyiakannya dan langsung memesan makanan kesukaannya itu walaupun si penjual sekarang sangat berbahaya untuknya. Hari ini ia tidak bisa terlalu menikmati makanannya itu, berada di tengah keramaian kantin saat tidak mengenakan bh dengan vibrator pada vaginanya membuatnya sedikit cemas. Kecemasan itu semakin bertambah saat ia menemukan Pandu dan kawanannya juga sedang berada di kantin dan hanya berjarak beberapa meja dengannya.

Tiba-tiba saat sedang asyik menikmati makanannya vibratornya bergetar.
“ssssshhhhhhh… hhhhmpphhhhh…” desah Annisa tak tertahankan sambil merapatkan kakinya menahan gejolak pada selangkangannya itu ketika Pandu mengaktifkan vibratornya.
“lu kenapa sa?” tanya Putri
“ehhh… gua kepedesan, sshhhhh…” jawabnya sambil menunjukan seolah ia seperti itu.
“mana, ga pedes ahh…” heran Putri ketika ia mencicipi makanannya
“enggaa… kokk… ini pee… desshhhhhh… ooohhhhhh…” jawabnya terputus saat Pandu menaikan level getaran pada vibratornya. Sekilas Annisa melirik kepada Pandu yang berada beberapa meja darinya. Pandu dan kawanannya hanya bisa tertawa mengetahui bahwa mangsanya sudah kelonjotan tak berkutik.

Tak disangka munculah pesan chat dari Pandu
“kalo lu mau ini berhenti lu gebrak meja yang keras 3x” isi pesan singkat pada hpnhya itu.
Annisa tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pandu. Apa hubungannya dengan ia menggebrak meja? Pikirnya. Tetapi, akan sangat aneh ketika tiba-tiba ia menggebrak meja di tengah keramaian kantin tanpa alasan yang jelas. Kepalanya dipenuhi beribu tanda tanya, ditambah lagi sekarang ia tak dapat berpikir secara jernih. Rangsangan demi rangsangan yang datang pada vaginanya membuatnya berada diambang batas antara nafsu dan akal sehatnya.
Oohhhh… ssshhhhhhhhh…” desahnya lagi. “oh tidak apa yang harus ku lakukan?” pikirnya saat rangsangan itu berubah menjadi semakin nikmat. Putri yang berada di depannya melihat sahabatnya itu seperti seekor cacing kepanasan.
“lo sakit perut ya?” tanya Putri bingung
“iya nih sampe… sakit pee… iyahhhhhhhhhhh…” ucapannya terpotong saat tiba-tiba Annisa mencapai orgasmenya. Desahannya itu cukup keras, beberapa orang yang berada di dekatnya sampai menoleh untuk melihat dari mana suara desahan manja itu berasal.
“Ehh, itu orang kenapa?”
“gatau kaya suara orang sange…”
“hahaha…”
Samar-samar terdengar ucapan itu dari orang sekitarnya.

Annisa begitu malu saat itu, mukanya merah padam. ia takut jika orang-orang tahu apa yang sedang terjadi kepadanya. Saat itu juga ia bisa dicap sebagai wanita murahan yang doyan seks pikirnya. Sementara ia masih merasakan sisa-sisa gelombang orgasmenya ia merasakan bahwa vibrator itu belum juga berhenti bergetar. Keadaannya yang baru saja dilanda orgasme, namun rangsangan yang diberikan oleh vibrator yang tak kunjung berhenti membuat daerah kewanitaannya itu semakin geli tak karuan. Tanpa pikir panjang lagi Annisa langsung menggebrak meja kantin sebanyak 3x.
Brakk… brakk… brakkk… pukulnya begitu keras. Suara itu merubah keramaian kantin menjadi sunyi seketika. Hampir semua orang yang berada di kantin begitu bingung di buatnya.
“saaa… lo kenapa hehh!?” bisik Putri yang juga ikut kebingungan dengan kelakuan sahabatnya itu.
“gapapa put…” balas Annisa pelan yang sudah kembali menguasai dirinya dari geli pada vaginanya tersebut. Ia merasakan kini getaran pada vaginanya telah berhenti. Pandu menepati janjinya.

“apaan sihhh?”
“kenapa sih tuh orang gak jelas deh…”
“dasar cantik-cantik gak jelas kelakuannya…”
Suara-suara tersebut yang langsung memecah keheningan seketika yang dihasilkannya barusan. Mendengarnya membuat Annisa sangat malu. Saat ia melihat kearah Pandu ia mendapati mereka sedang tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan. Annisa hanya bisa tertunduk sekarang. Berhentinya getaran pada vaginanya seketika disambut oleh suara bell kencang yang menandakan jam istirahat telah selesai.

“Put gua malu banget tadi…” kata Annisa di tengah perjalanannya menuju ke kelas.
“iyaa… mau gimana lagi. Gua juga bingung juga lu tadi kenapa…” jawab Putri
“perut lu udah gapapa? Mau gua anter ke UKS aja apa?” tambahnya
“gausah kita ke kelas aja, udah mendingan kok” balas Annisa
Di dalam kelas tiba-tiba seseorang menggebrak meja menirukan kejadian yang terjadi di kantin tadi. Seketika satu kelas pun tertawa. Tak sedikit dari mereka yang mampir untuk mengolok-olok gadis itu. Annisa hanya terdiam, tidak dapat berkata apa-apa. “yang penting mereka tidak tahu tentang vibrator ini…” pikirnya

Pelajaran pun berlangsung dengan tenang, Annisa bisa sedikit bernafas lega kali ini. tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.
“nanti abis kelas temuin kita di Gudang” begitu isi pesannya. Pesan itu sudah ia duga sejak awal, sejak tahu kalau hari ini ia akan dijemput Pandu, ia berfikir pasti mereka akan mengerjainya sepulang sekolah. Setidaknya itu nanti, bukan sekarang. Setidaknya sekarang ia bisa fokus sejenak kepada pelajaran di kelasnya, pikirnya.

Tibalah jam pulang sekolah. Seperti yang sudah ditentukan sebelumnya kini gadis itu menuju ke Gudang untuk menemui tuannya itu. sesampainya di Gudang ia disambut dengan ejekan-ejekan yang sangat merendahkannya
“gimana rasanya orgasme di kantin hahh?!... hahaha…”
“dasar freak, ngapain lu pukul-pukul meja? Hahaha…”
Dan beberapa ejekan lainnya. Annisa hanya terdiam seolah tak mempedulikan suara-suara itu.
“well, dateng juga bintang bokep kita…” sambut Pandu
“oke lo sekarang beruntung karena kita ada acara hari ini jadi lo bisa pulang cepet…” jelas Pandu
“… tapi bukan berarti lo ga ngapa-ngapain hari ini…” tambahnya.
Annisa tak tahu harus senang atau sedih. Ia bersyukur karena bisa pulang cepat hari ini, tapi di satu sisi ia tak tahu apa yang harus dilakukannya dalam waktu yang sebentar ini.

Tiba-tiba Gilang datang dengan kamera ditangannya
“kamera siap boss…” ucap gilang
“baguss… sekarang gua mau lo masturbasi disini, sebelumnya lo harus pelan-pelan buka baju lo satu-persatu sampe bugil trus lo masturbasi…” jelas Pandu layaknya seorang sutradara mengarahkan aktornya itu.
“oiyaa… gua mau lu pake ini…” tambahnya sambil menyerahkan eye mask kepada Annisa. Annisa hanya mengangguk pelan. Setelah cukup briefing, mulailah ia ‘beraksi’ di depan kamera.

Kini Annisa sudah memakai eye mask yang diberikan oleh Pandu. tubuhnya berjoget-joget sensual di depan kamera, sambil dengan perlahan tangannya mulai membuka kancing bajunya satu-persatu. Tak butuh waktu lama kini kemeja putih itu sudah ditanggalkannya, terlihat dengan jelas kini kedua payudaranya yang sedari tadi tidak mengenakan bh. Gerakannya pun terus berlanjut, kini ia perlahan mulai membuka rok sekolahnya dan mulai memposisikan diri duduk di kursi yang sebelumnya telah disediakan untuknya bermasturbasi.

Kini tubuhnya sudah bugil tanpa sehelai benang pun, mulailah tangannya menggesek-gesek vaginanya.
“lo harus keliatan hot...” kata-kata Pandu itulah yang tertanam di pikiran gadis itu saat ia di briefing tadi.
“aaahhhh… oohhhh… sssshhhhhhh…” perlahan desahannya mulai muncul saat vaginanya mulai semakin becek. Tangan kanannnya yang semula hanya mengesek-gesek vaginanya kini mulai memasukan jarinya ke dalam liang vaginanya, sedangkan tangan kirinya mulai meremas-remas lembut payudaranya. Seketika diambilah vibrator yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Pandu. Ditempelkannya vibrator itu pada klitorisnya.
“ooogghhhhhhhhh… sshhhh…” desah Annisa, sungguh sensasi yang luar biasa. bagi Annisa masturbasi menggunakan vibrator memberikannya kenikmatan yang lebih jika dibandingkan dengan menggunakan tangannya sendiri. “apakah aku menyukainya?” otaknya sudah tidak dapat berfikir dengan jernih. Yang ia butuhkan sekarang adalah untuk segera mencapai orgasmenya.

Hampir 10 menit sudah sejak rekaman itu dimulai, kini Annisa hampir mencapai orgasmenya. Badannya mulai menggeliat-geliat kesana-kemari. Tangan kirinya mulai meremas dengan kencang payudaranya sambil mencubit kecil putingnya itu untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih, sementara tangan kanannya sibuk memegangi vibratornya yang saat ini sudah di set dengan getaran tinggi. Tiba-tiba Gilang yang mukanya juga sudah ditutupi oleh eye mask datang menyambar vibrator itu dan merebutnya dari Annisa. terlihat muka gadis itu yang mengiba, seolah ingin segera ‘mainan’nya itu segera dikembalikan.
“kalo lo mau ini lo harus mohon dulu sama gue…” ucap Gilang sambil mengangkat tinggi vibrator yang sudah basah oleh cairan vagina Annisa. 

“oohhhhhh… mauu…” iba gadis itu ditengah birahinya
“mau apa sayang?” balas Gilang
“mau vibrator…”
“emang vibrator buat apaa?”
“buu… buat masturbasi… ooohhhh…” ucap gadis itu sambil mendesah menggesek-gesekan kembalik tangannya di vaginanya menggantikan vibratornya yang diambil.
“Oohhhhh… kenapa lo cewek baik-baik malah masturbasi?” jawab Gilang berusaha merendahkan gadis cantik itu.
“oohhhh… gua suka masturbasi… ahhhhh... balikin please… oohhhh…” mohon Annisa yang kini sudah tidak dapat berpikir lagi. 
Memang adegan itu ada pada skenario yang telah ditentukan Pandu sebelumnya. Tapi kali ini ia benar-benar serius ingin vibrator itu kembali. Segera ditempelkannya vibrator itu oleh Gilang ke vagina Annisa.

Gadis cantik itu hanya bisa menggeliat dan tangannya menahan tangan Gilang yang menempelkan vibratornya seolah tidak ingin benda itu diambil lagi olehnya.

Beberapa saat kemudian Annisa mendapatkan orgasmenya
“iyyyaahhhhhhhhhh… ooohhhhhhh…” desahnya saat ia mendapatkan orgasmenya kali ini. tubuhnya mengejang hebat hampir terjatuh dari kursi tempat ia duduk. Cairan vaginanya menyembur deras ke arah kamera, sedikit menciprati lensa kamera tersebut. Menandakan betapa hebat orgasme yang ia dapatkan. 

Ditengah usahanya mengatur nafasnya, sang pemegang kamera bertanya kepada Gadis itu sambil mendekatkan lensa di wajahnya yang tertutup eye mask itu.
“gimana rasanya masturbasi?” tanyanya
“eee... enakkk… ooohhhhh…” jawab Annisa sambil tetap menikmati gelombang-gelombang kenikmaatannya yang masih tersisa.


Jawaban itu disambut tepuk tangan serta tawa semua orang yang ada disitu.


Malam hari, Annisa sedang berada di dalam kamarnya menikmati ‘pulang cepat’ nya hari ini. Mendadak hpnya berbunyi beberapa kali, banyak notifikasi masuk di hpnya. Dilihatnya grup kelasnya sedang ramai saat itu. betapa kagetnya ia melihat videonya barusan saat masturbasi menggunakan vibrator tersebar di grup kelasnya, bahkan juga di grup angkatanya. Banyak teman-temannya terutama anak laki-laki turut meramaikan pesan itu.
“siapa tuh anaknya? Bodynya mantep…”
“wah gila anak sekolah kita tuh, liat seragamnya seragam sekolah kita…”
“wah gila anak kelas berapa tuh?”
Dan beberapa chat lain yang turut meramaikan grupnya. Video masturbasinya telah tersebar. Ia begitu panik, memang wajahnya tidak terlihat disitu karena menggunakan eye mask, tapi tetap saja dengan tersebarnya video itu membuat jantungnya serasa ingin copot. Bagaimana jika ada yang mengenalinya di video itu? pikirannya sudah melayang kemana-mana.
Ditengah kepanikannya masuklah sebuah pesan dari Pandu
“gimana? Gua bakal bikin lo terkenal haha…” isi pesan itu
Kini Annisa hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ia tidak percaya video itu akan menyebar. Kini Pandu bisa saja mengakhiri hidupnya dalam sekejap, tetapi ia memilih untuk menikmatinya secara ’perlahan’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4