Langsung ke konten utama

Kisah Annisa 3



Pagi hari pukul 06.10, notifikasi hp Annisa berbunyi. “gue udah sampe Rumah lo…” isi pesan itu. Ya, pesan itu berasal dari Pandu. Oh sial, Annisa terlambat bangun pagi ini. Ia segera bergegas ke kamar mandi. Tak lupa ia membalas singkat pesat Pandu.
“tunggu”
Waktu penunjukan pukul 06.45. Annisa keluar dari kamarnya di lantai 2 turun ke bawah.“Annisa, gimana si anak mama kok bisa kesiangan?” tukas ibunya Annisa sambil menyantap sarapannya di meja makan bersama Pandu.

Bersama Pandu? iya, benar. Karena menunggu Annisa cukup lama Pandu memutuskan untuk masuk ke dalam Rumah. Annisa pun kaget dengan apa yang dilihatnya. Dari tadi ternyata Pandu sedang asyik ngobrol dengan mamanya di meja makan.
“ma… maaf ma Annisa kesiangan” jawab Annisa terbata-bata. Ia masih tak menyangka ada Pandu di sana.
“gimana sih, katanya mau dijemput sama temen, ternyata yang jemput pacarnya…” ledek mamanya kepada Annisa sambil menyikut ringan anaknya itu. Pandu hanya diam tersenyum.
“hehehe…” tawa Annisa seadanya.

Sebenarnya apa yang dari tadi telah dibicaran Pandu dan mamanya? Apakah Pandu menceritakan apa yang selama ini terjadi?
Annisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin ia menceritakan hal itu. Kepalanya terus dipenuhi beribu tanda tanya.
“yuk berangkat sa…” ajak Pandu ramah kepada Annisa.
“i… iya ayoo” balas Annisa. Mereka pun bersiap-siap berangkat menuju mobil pandu yang sudah terparkir di depan Rumah Annisa sejak tadi pagi.

“beruntung ya kamu nak punya pacar kayak Pandu… baik banget orangnya. Mama seneng deh kamu bisa ketemu orang kayak dia” ucap mamanya seraya mengantarkan mereka ke depan Rumah. Annisa pun hanya terdiam
“titip Annisa ya Pandu” pesan ibunya kepada Pandu. Pandu pun hanya menerbangkan senyum kepada ibunya Annisa. Seolah menjawab “siap tante, akan saya lakukan”

Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil Pandu. dengan sigap Pandu langsung tancap gas pergi menuju sekolah.
“lu ngomongin apa aja sama nyokap gue?” tanya Annisa cemas
“gue bilang kalo gue ini pacar lo, hahaha… nyokap lu baik banget sama gue, kayaknya dia suka deh sama gue, hahahaha…” tawa Pandu membanggakan dirinya. Annisa tertegun, ia tidak percaya Pandu bilang seperti itu kepada ibunya. Ia takut ketika ibunya sudah percaya dengan Pandu maka akan semakin mudah akses Pandu terhadap dirinya. 


“tadi nyokap lo bilang, kalo udah 2 hari ini lo pulang malem terus, dan kayaknya nyokap lo gasuka kalo lo pulang malem terus… jadi kayaknya kita gabisa bebas perkosa lo abis sekolah lagi…” ucap Pandu menerangkan.
Annisa sedikit lega mengetahui nya. Ia tahu Pandu tidak akan bertindak gegabah dengan memperkosanya setiap hari sepulang sekolah, karena pasti ibunya akan curiga anaknya selalu pulang larut.

“terus…” tagih Annisa kepada pernyataan Pandu yang belum selesai tersebut.
“itu artinya lu harus kerja lebih keras, bakal ada “PR” buat lo mulai sekarang setiap harinya, hahahaha…” tawa Pandu sambil menyelesaikan pernyataannya itu.

Annisa tidak tahu harus senang atau sedih. Satu sisi ia lega karena ia tidak harus melayani Pandu dan teman-temannya sepulang sekolah setiap hari, tapi di sisi lain ia tidak tahu “PR” apa yang akan diberikan kepadanya.

“heh lonte…” ucap Pandu memecah keheningan
“masturbasi lo sekarang cepet!” perintah Pandu tiba-tiba
“sekarang?” tanya Annisa polos
“iyalah sekarang, pokoknya gue gamau tau kita sampe parkiran lo harus udah dapet!” perintahnya

Annisa pun kaget, tidak sampai 2 kilo lagi mereka sudah sampai sekolahnya. Tanpa pikir panjang ia pun mulai memasukan tangan kanannya ke dalam roknya dan meraba-raba vaginanya. Tangannya mulai bergerak cepat berharap secepat mungkin ia mencapai orgasmenya. Tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya sendiri. Sangat sulit untuk terangsang dalam keadaan buru-buru seperti ini pikirnya.

Pandu yang sedang menyetir pun sesekali melihat ke arah Annisa yang menggeliat-geliat keenakan sambil memastikan bahwa gadis cantik peliharaannya itu tidak memakai cd hari ini.

“ssssshhhh… oooohhh…” erangnya di sela-sela masturbasinya itu. Annisa pun tidak punya pilihan lain, ia mulai membayangkan pemerkosaan tempo hari sebagai fantasinya demi mendapatkan orgasmenya secepat mungkin.

“Oooooohhh….” Desirnya. Tangannya mulai mempercepat kocokan pada vaginanya. “Cekk…cekk… cekk…” terdengar suara vaginanya yang mulai becek. Ia pun merasa bahwa sedikit lagi ia akan keluar

“aaaaaahhhh… Panduuuu… a… ku keluarrrr…” tanpa sadar ia mengucapkan nama Pandu dalam orgasmenya. Pandu yang mendengar itu hanya tersenyum. Annisa malu sejadi-jadinya, ia tertunduk, ia tidak menyangka bakal menyebutkan nama itu.

Sesaat kemudian sampailah mereka di parkiran sekolah. Tiba-tiba Pandu memasukan tangan kanan ke dalam rok Annisa dan mulai menggesek-gesekan jarinya kepada bibir vagina Annisa. Tangan kirinya pun mulai menggerayangi payudara Annisa dari balik seragamnya.

“aaaaahhh… STOPP… na… nanti ada yang liat…” ucapnya sambil mendesah.
“tenang aja, gua cuman kangen aja sama memek lo hahaha… lagian juga kaca mobil gue gelap, gabakal ada yang tahu kita ngapain” balas Pandu yang kini semakin brutal mengobok-obok vagina Annisa. Kini dua jarinya keluar masuk dengan ganas vagina Annisa. Tangan kirinya pun sudah menyusup ke dalam seragam dan menyingkapkan bh yang dikenakan Annisa.


Hanya butuh 5 menit sampai akhirnya Annisa mencapai orgasmenya kembali
“aaaaaaaagghh… ooooowwhh” desisnya penuh nikmat. Cairan vaginanya muncrat cukup deras, untungnya tidak ikut membasahi rok sekolahnya itu.


Bel masuk pun berbunyi, bergegas lah mereka menuju Gedung sekolah. Pandu pun langsung berlari meninggalkan Annisa sambil berkata
“gua tunggu lo nanti jam istirahat, awas lo kalo gak dateng!”
Annisa pun hanya diam sambil berlari tertatih merapikan kemeja dan roknya yang masih acak-acakan.

Annisa pun berjalan cepat menuju kelasnya di lantai 2, ia tak ingin terlambat masuk kelas.
“hey, udah pake baju lo sekarang…” ucap salah seorang siswa yang dilewati Annisa
“buka aja baju lu, lu cakepan gapake baju… hahaha” sahut temannya yang lain

Annisa pun mencoba untuk tidak mempedulikannya. Ia tetap berjalan menuju kelas. Ia tidak menyangka ia dilecehkan seperti itu oleh orang yang bahkan tidak di kenalnya. Ia juga salah karena ceroboh memasuki Lab Fisika kemarin dalam keadaan setengah bugil. Kini sebagian kecil siswa di sekolahnya sudah tahu tentang apa yang ia lakukan kemarin. Kabar itu begitu cepat menyebar. Beruntungnya tidak ada yang mengabadikan tubuh topless-nya saat itu, kalau tidak mungkin fotonya sudah menyebar ke seluruh grup-grup di sekolahnya.


Sesampainya di kelas ia beruntung, belum ada guru yang masuk ke kelasnya. Ia pun segera duduk di samping Putri seperti biasa sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena buru-buru menuju kelas.
“abis ngapain lu? Ngos-ngosan gitu” Tanya Putri
“iya nih gua telat hehe…” balas Annisa sambil mencoba tersenyum. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ia habis di gerayangi di mobil oleh Pandu kepada Putri.

Tiba-tiba rekan sekelasnya menghampirinya
“hari ini pake bh gak lu sa? Hahahahaha” tanyanya sambil tertawa bebas, teman-temannya yang lain pun ikut tertawa. Sungguh sial, berita kalau ia tidak memakai bh kemarin sudah menyebar ke seluruh anak di kelas.
“wah pake hari ini bro…” kata temannya yang lain sambil mendekatkan matanya ke dada Annisa mencoba menerawang kemeja sekolahnya itu. Seketika keadaan kelas ramai mengolok-olok gadis itu.

Annisa hanya tertunduk malu. Tak dipikirkan sebelumnya berurusan dengan Pandu bakal membawa perubahan yang besar dalam kehidupan sekolahnya.
“yang sabar ya sa…” ucap Putri menenangkan sahabat nya itu. Annisa hanya mengangguk. Putri pun langsung mengalihkan suasanya dengan mengajaknya ngobrol soal pelajaran. Tersadar oleh Annisa betapa baik sahabatnya itu, betapa beruntungnya ia memiliki Putri sebagai sahabatnya. Setidaknya kebaikan Putri sudah cukup untuk mengobati penderitaannya saat ini.

Kejadian yang menimpanya kemarin dan reaksi teman-temannya akan hal itu sungguh membuatnya canggung di kelas. Walaupun kini Annisa bertindak seolah tidak ada apa-apa, tetapi tetap saja teman-temannya tidak bisa bersikap biasa kali ini.

“Mungkin perlu waktu, mungkin beberapa hari lagi keadaan sudah baikan...” pikirnya dalam hati.
Walaupun begitu setidaknya kini ia bisa lebih santai. Kini ia memakai bh ke sekolah, tidak ada yang lebih penting dari hal itu hari ini. Ia bisa bergerak lebih bebas seolah menunjukan “nih hari ini gua pake bh kok, kemarin itu hanya ‘kebetulan’ saja”. Walaupun begitu, hari ini ia tetap tidak mengenakan celana dalam, setidaknya tidak ada yang tahu, atau lebih tepatnya ‘belum’ ada yang tahu.

Harus diakui, meskipun baru kemarin ia tidak memakai bh dan cd ke sekolah, tapi Annisa sudah cukup terbiasa dengan tidak memakai celana dalam, bahkan mungkin sudah mulai ‘menikmatinya’.

Tak terasa waktu istirahat pun tiba, seperti kemarin ia harus pergi ke gudang dan menolak ajakan Putri ke kantin lagi.
“Kenapa lagi lu sekarang?” Tanya Putri
“Gua ada urusan dulu put, sorry ya... lu ke kantin aja dulu” jawab Annisa
“Hmmm... lu kayak ga biasanya sa kalo gua liat-liat” tanya Putri curiga
“Ehh... enggak kokk... serius deh, lu gak perlu khawatirin gue...” jawab Annisa hangat, berharap kecurigaan sahabatnya itu akan reda
“Okedeh sa kalo gitu, gua ke kantin yaa...” ucap Putri sambil berjalan meninggalkan Annisa

Annisa hanya tersenyum menyambut kepergian Putri. Ia menunggu sampai sahabatnya itu pergi, memastikan bahwa keadaan telah ‘aman’. Kini saatnya ia menuju ke gudang.

Tak perlu waktu lama tibalah Annisa di gudang, jantungnya berdegup kencang membayangkan masalah apa yang akan ia hadapi kali ini. Setelah mengumpulkan cukup keberanian, masuklah ia ke dalam gudang.

Tidak ada yang menyambutnya kali ini, kini pemandangannya sedikit berbeda dengan kemarin. Saat Annisa masuk, Pandu dan kawan-kawannya sedang sibuk memukuli seorang siswa. Anak itu tidak asing bagi Annisa, ia adalah Jono, anak yang waktu itu dipalak Pandu dan kawanannya saat di kantin.

Di tengah pergulatan itu, seseorang menyadari kedatangan Annisa
“Eh lonte kita udah dateng...” ucapnya sambil menoleh kepada gadis itu
Annisa hanya terdiam, tak tahu harus berkata apa, sementara yang lain masih asyik memukuli Jono.

5 menit bertahan dengan kuda-kudanya, Jono pun tersungkur ke lantai oleh satu pukulan keras.
“Berdiri lu!” Bentak Pandu
Dengan susah payah Jono pun mencoba untuk berdiri, perlu waktu lama baginya untuk berdiri dalam keadaanya yang seperti itu.
“udah dateng ya ternyata, Kesini lo, berdiri disini!” Seru Pandu sambil menunjuk Annisa. Perintah itu memecah perhatiannya kepada Jono yang sudah babak belur

Sekarang Annisa berada tepat di depan Pandu, di kanannya ada Jono yang terlihat begitu kepayahan akibat kekerasan yang dialaminya barusan.
“Apa yang telah dilakukannya hingga samai berurusan dengan Pandu?” Pikir Annisa yang melirik ke arah Jono.
“Pastilah sesuatu yang besar” lanjutnya

“Lo tau gak dia siapa?!” Tanya Pandu kepada Jono sambil menunjuk wajah Annisa
“Ta... tauu...” jawab Jono terbata
“Bagus... sekarang gua punya hukuman buat kalian berdua!” Ucap Pandu sambil menyeringai. Mendengar hal tersebut jantung Annisa semakin berdegup kencang, ia membayangkan hukuman macam apa yang akan diterimanya, belum lagi di sini juga ada Jono bersamanya.

“Sekarang kalian berdua buka semua baju kalian, Cepett!” Perintah Pandu
Jono dan Annisa tertegun sejenak, mereka tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Sesaat mereka pun saling pandang, membayangkan bahwa sesaat lagi mereka harus saling telanjang satu sama lain.
“Kalian denger gak? Bugil cepetan di sini atau seragam lo gua robek-robek!” Teriak Pandu lebih tinggi.
“Ta... tapii...”
“Gausah pake tapi-tapian, lo juga udah sering kan bugil di depan kita-kita, apa bedanya sekarang? Hah!” Bentak Pandu

Annisa pun perlahan mulai membuka seragamnya, ia sudah mulai ‘terbiasa’ dengan urusan yang satu ini dan memilih untuk segera menuruti perintah sebelum Masalahnya makin besar.
Melihat Annisa yang sudah mulai membuka bajunya, dengan perlahan Jono pun mulai ikut membuka seragamnya satu persatu.

Tidak perlu waktu lama kini Annisa sudah dalam keadaan telanjang bulat sambil tangannya menutupi vagina dan kedua buah payudaranya walaupun ia tahu hal itu tidak membantu banyak.
Sementara Jono masih bertahan dengan boxer yang dikenakannya. Saat tadi Annisa membuka seragamnya Jono kaget karena ia melihat bahwa ternyata Annisa tidak memakai celana dalam ke sekolah.

Sekarang, melihat Annisa yang sudah dalam keadaan bugil tersebut membuat penisnya menegang dan menonjol dibalik boxernya itu.
“Heh, ngapain lu masih pake boxer? Hah! Bukaa!” Perintah Pandu


Dengan ragu Jono mulai membuka boxernya. Tidak ada pilihan lain baginya sekarang. Ia mulai menurunkan pertahanan terakhirnya itu sambil tangan kirinya menutupi penisnya yang sudah mulai menegang. Ia merasa begitu malu dengan keadaannya saat ini, berada di samping primadona sekolahnya yang sudah bugil membuat dengkulnya lemas seketika. Siapapun pasti akan tergiur melihat tubuh Annisa yang sudah bugil itu.


“Siapa suruh ditutupin hah?! Singkirin tangan lo semua!” teriak Angga menyautinya dari belakang
Mereka pun segera menyingkirkan tangannya masing-masing. Terlihat jelas penis Jono yang sudah menegang, melihat tubuh Annisa yang begitu indah itu dalam keadaan bugil membuatnya tidak dapat menahan ‘adik kecil’ nya itu saat ini. Seluruh orang yang ada di ruangan itu pun tertawa menyorakinya

“Hahaha... udah nafsu ya lo?”
“Gimana rasanya bugil bareng Annisa?”
“Udah ga tahan ya bro? Hahaha...”
Kata-kata itulah yang terlontar diantara mereka

Keadaan itu sungguh canggung bagi mereka berdua. Jarak mereka hanya beberapa kaki dalam keadaan saling bugil. Mata mereka tidak berani menatap satu sama lain, walaupun mereka saling tahu kalau lawan mainnya itu sesekali melirik kevarahnya.

Bagi Annisa keadaan itu tidak terlalu membuatnya salah tingkah, ia sudah mulai terbiasa dengan keadaan bugilnya itu. Secara, Ia sudah pernah beberapa kali bugil divdepan Pandu dan kawanannya. Bahkan, tak bisa ia dipungkiri bahwa ada sedikit perasaan bangga ketika tubuhnya yang indah itu menjadikan penis Jono langsung berdiri dibuatnya. Sementara keadaan Jono justru sangat berkebalikan, mukanya merah padam menahan malu, malu karena telanjang di depan gadis cantik itu dan malu karena penisnya yang sudah menegang tak terelakan. Ia dulu sempat naksir kepada Annisa, tapi karena ia adalah orang yang pemalu maka ia tidak pernah mengungkapkannya kepada gadis itu, lagipula ia juga tahu kalau gadis idamannya itu tidak mau untuk pacaran dulu saat ini.

“Sekarang kalian harus hibur kita semua, kalian harus ngentot di sini, yang hot! Awas kalo engga, bakal gua kasih hukuman yang lebih parah!” Perintah Pandu

“Ayo buruan mulai! Pertama kenalin dulu diri lo masing-masing” perintah Pandu sambil mengarahkan handycam kepada mereka berdua.

“Ayo kenalin diri lo...” ucap Pandu sambil mengarahkan kameranya ke wajah Annisa
“na... nama gua Annisa, kelas satu, sekolah di xxx...” jawab gadis itu terbata-bata
“bagus... kalo lo siapa?” tanya Pandu yang kini mengarahkan kameranya kepada Jono
“Gua Jono, anak kelas dua, sekolah di xxx” jawab Jono sambil tertunduk, tak mau mukanya terekspos kamera walaupun ia tahu usahanya itu sia-sia.

“Ngapain kalian berdua bugil gitu?” Tanya Pandu dalam videonya
“Ki... kita mau... ngentot...” jawab Jono pelan
“Kalo gitu buruan mulai! Hahaha...” celetuk Angga yang sudah tidak sabar. Tanpa disadari Angga juga sudah memegang kamera di tangannya. Ternyata, ada 3 orang yang sudah memegang kamera di ruangan itu, Angga, Gilang, dan Pandu yang kini kameranya sudah diberikan kepada Aldo.

“Ayo kita bikin film bokep yang bagus! Kalo lo berdua kalo gak hot!” Seru Pandu
Kini sudah tak ada pilihan untuk mereka berdua. Annisa tidak menyangka bahwa ia harus melakukan persetubuhan itu dengan Jono, bagaimana kalau yang lain sampai tahu? Secara, Jono bukanlah anggota geng Pandu. Tapi, dalam keadaannya saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti ‘tuan’nya itu.

Sementara Jono, baginya ini adalah hukuman yang sedikit berbeda dari biasanya. Tidak pernah ia menerima perlakuan Pandu dan kawanannya selain dipalak dan dipukuli. Saat ini, ia tidak tahu harus senang atau sedih. Bagaimana tidak, kini Pandu menyuruhnya untuk bersetubuh dengan gadis idamannya itu, “mimpi apa aku semalam?” Pikirnya

Perlahan Jono mulai mendekati Annisa, dengan perlahan dilahaplah bibir tipis gadis itu sementara tangan kanannya mulai menggerayangi payudara indahnya. Annisa hanya terdiam, mencoba menikmati perlakuan Jono terhadapnya. Dengan perlahan dibalaslah permainan bibir Jono, tangannya kini melingkari leher Jono, seolah tidak ingin lepas darinya. Bagaimanapun juga ia harus bertingkah seolah menikmati adegan itu seperti perintah Pandu. Saat ini mereka terlihat seperti pasangan remaja yang sudah dilanda nafsu.

Kini tangan kanan Jono berpindah dari payudara menuju vagina Annisa. Mulai di gesek-gesekannya jari tengahnya kepada bibir vagina gadis idamannya itu, tidak perlu waktu lama untuknya untuk membuat liang kenikmatannya itu basah. Ya, Annisa kini sudah mulai terangsang dengan permainan Jono.

5 menit berlau kini Jono sudah tidak sabar, nafsunya sudah mulai memuncak, dilentangkanlah Tubuh Annisa ke lantai. Refleks Annisa segera menutup kedua pahanya tersebut, seolah tak ingin Jono menjamah liang vaginanya itu. Tapi dengan sigap kedua tangan Jono menahannya dan mulai merenggangkannya kembali sehingga selangakangannya terbuka lebar.

Sunggu pemandangan yang luar biasa pikirnya. Selama ini Jono tidak pernah melihat vagina secara langsung, ia hanya pernah melihatnya melalui film porno. Kini di depannya sudah ada vagina dari gadis pujaannya yang sebentar lagi akan ia nikmati. Tangannya mulai bergetar menahan kedua paha gadis itu, tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.

Dengan perlahan dimasukannya penis yang sudah menegang itu menuju liang vagina Annisa yang sudah basah sebelumnya.
“Ooouuughhh” rintih gadis itu ketika penis Jono masuk ke dalam vaginanya.
Penis itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuk membuatnya merasakan nikmat pada vaginanya.

Perlahan Jono mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, ia terlihat begitu canggung. Ini adalah seks pertamanya dan ia tidak tahu bagaimana harus melakukannya, ia hanya mengacu kepada insting lelakinya dan film porno yang pernah ia tonton.

setelah beberapa kali Jono memaju-mundurkan pinggulnya, kini ia mulai terbiasa dengan gerakannya itu. Annisa hanya mulai menggerakan pinggulnya mengikuti gerakan Jono, mencoba untuk menikmati sodokan demi sodokan yang pria cupu itu berikan pada vaginanya.

“Woy, ini bokep apa pantomim? mana suaranya!” Bentak Pandu yang sedari tadi menyaksikan persetubuhan itu.
“Jangan diem gitu dong beg*! Lu kira ini bokep apaan hah!” Teriaknya kepada Jono sambil menggeplak kepalanya.

“Ahhh... oohhhh... teruss... ja... ngann... berhentiii... ohhhh” rancau Annisa mencoba untuk mulai bersuara
“Oohhh... oohhh... memek lu enak banget saaa...” desah Jono
“Iyahhh... teruss... jon... ennakkk... oohhh...” balas gadis itu
“Ohhh... mulus banget payudara lu... ohhh” ucap Jono sambil meremas-remas dengan ganas kedua payudara Annisa sambil gerakan pinggulnya yang semakin cepat.

“Hahahaha... gini dong dari tadi...” sahut Pandu diiringi dengan tawa teman-temannya yang ada di sana. Kini kedua remaja berlainan jenis kelamin itu mulai terhanyut dalam permainan menggairahkan itu. Mereka berdua bergerak berirama seolah tidak peduli kepada orang lain yang menonton, bahkan merekamnya.

Tiba-tiba Pandu layaknya seorang sutradara memberikan isyarat kepada Jono untuk mengganti posisinya. Seketika Jono mencabut penisnya yang masih asyik menggenjot gadis itu dari vaginanya.

“Oooghhhh...” desah Annisa ketika Jono mencabut penisnya, terlihat jelas ekspresi kecewa padah wajah gadis itu ketika Jono mencabut penisnya seolah protes akan kenikmatannya yang terganggu.
Segera Jono membalikan tubuh Annisa. Kini gadis itu ada dalam posisi merangkak membelakangi Jono.

Selama sepersekian detik Jono menikmati pemandangan indah pantat Annisa yang mulus dari belakang. Segera ia meremas bongkahan daging kenyal tersebut dan menyelipkan kembali penisnya ke vagina gadis kesayangannya itu sambil kembali memompanya
“Ohhh... ahhhh.... ahhhh...” desah Annisa saat penis itu kembali memasuki vaginanya.

Selang 5 menit kemudian Annisa merasakan bahwa dirikan akan orgasme, tubuhnya mulai menegang dalam posisi doggy itu. Kini mukanya terangkat ke atas menengadah, menikmati setiap sodokan yang kian nikmat yang diberikan oleh Jono pada vaginanya.

Jono pun yang sudah akan mencapai orgasmenya juga mulai mempercepat sodokannya. Kini gerakannya semakin brutal. Payudara Annisa yang menggantung pada posisi itu ikut bergoyang-goyang ke sana kemari mengikuti irama gerakan brutal Jono.
“oogghh… Gua hamilin loo... ahhhh...” rancau Jono ketika spermanya menyembur ke dalam liang vagina Annisa. Terasa beberapa kali sperma itu menyembur ke dalam rahimnya.

“Ohhhhh.... iyaahhhhhhh...” desah gadis itu sambil mengejang, tak disangka mereka mencapai orgasme disaat yang bersamaan. Tubuh Annisa tersentak beberapa kali mengikuti gelombang orgasmenya itu. Perutnya terlihat bergerak berkontraksi menyalurkan gelombang kenikmatan demi kenikmatan yang dialaminya. Seketika tubuhnya ambruk ke lantai, nafasnya kini terengah-engah dan terlihat keringatnya mengalir dalam peluhnya, membuat tubuh bugilnya itu kian seksi. ia terjatuh dengan penis Jono yang masih mencap pada vaginanya.

Bagi Jono ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Seks pertamanya dilakukan dengan gadis cantik idamannya itu. Orgasme pertamanya hari itu adalah salah satu orgasme terbaik dalam hidupnya. Walaupun ini adalah sebuah hukuman, tapi ia sangat menikmati hukumannya yang satu ini. Melihat tubuh Annisa yang sudah ambruk tak berdaya ke lantai membuatnya berasa seperti seorang pemenang. Seketika dicabutlah penisnya yang sudah mulai menciut itu dari vagina Annisa.
“Ooghhh...” desah Annisa ketika Jono mencabut penis dalam vaginanya.

Kini Jono yang juga kelelahan berbaring tepat di samping gadis itu, ia terlelap.
Persetubuhan itu diakhiri oleh tepuk tangan Pandu dan kawanannya. Mereka bersorak seolah selesai menyaksikan pertandingan bola yang sengit.
“Hahaha... punya bakat juga lu jadi bintang bokep ternyata” ejek salah satu dari mereka kepada Annisa.


Selang beberapa saat, bel masuk pun berbunyi. Annisa yang mulai berusaha bangkit didorong kembali oleh Angga sehingga terjatuh kembali ke lantai.
“Kalian berdua tunggu di sini aja sampe pulang sekolah, barangkali kalian mau ngentot lagi... hahaha...” ejek Angga sambil mendorong gadis itu.
“Plisss... jangan... gua mau balik ke kelas” mohonnya
“Udah kalian berdua disini aja, nanti sore baju kalian kita balikin...” ucap Angga sambil berjalan meninggalkan gadia itu.

Kini Pandu dan kawanannya segera bergegas menuju kelas, tak lupa mereka membawa baju seragam Annisa dan Jono bersamanya agar kedua orang itu tidak pergi ke mana-mana.

Kini tinggalah mereka berdua dalam gudang itu dalam keadaan bugil. Annisa mulai menangis dengan apa yang baru saja ia alami, kini Pandu bisa saja memaksanya untuk bersetubuh dengan siapa saya yang dikehendakinya. Sementara Jono masuh terbaring di sebelahnya, ia terlelap setelah persetubuhan hebat itu.

Annisa tidak tahu apa yang harus ia lakukan, Jono masih tertidur disebelahnya. Wajar, itu adalah seks pertamanya, belum lagi ia habis di pukuli oleh pandu dan kawan-kawannya, pasti sangat melelahkan baginya.
Ia pun mulai berdiri, mencari-cari sesuatu di gudang untuk ia menutupi badannya yang bugil itu tapi tidak menemukan apapun.

Annisa menunggu di pojok ruangan sambil berjongkok menyembunyikan dirinya, takut kalau tiba-tiba ada seseorang yang masuk. Disana, waktu terasa berjalan begitu lama ketika tidak ada yang di kerjakan.

1 jam kemudian Jono pun bangun dari tidurnya. Ia mencoba untuk duduk, seluruh badannya sakit sekali rasanya. Ia melihat sekeliling, sepi sekali, tidak ada orang hanya Annisa yang menunggu di sudut ruangan dalam keadaan telanjang. Sepersekian detik ia pun tersadar bahwa dirinya juga telanajang tanpa busana. Ia mencoba berdiri mendekati gadis itu.

Annisa menyadari bahwa lawan mainnya tadi sudah sadar. Ia begitu ketakutan ketika Jono berjalan mendekatinya
“Ya... yang kain dimanaa?” Tanya Jono
“Mereka masuk kelas, kita berdua ditinggalin disini sampe mereka balik, baju kita doambil Jon” balas Annisa dengan suara gemetar
“ohhh… bagus…” balasnya sambil tersenyum. Segera Jono bergerak cepat memeluk gadis itu. Tangannya menggerayangi payudara Annisa dengan buas, mulutnya mencoba melumat bibir gadis itu.
“hhmmmphh… aaaaahhh… Jono lepasin… aaaahhh…” ronta Annisa mencoba melepaskan diri dari pelukan Jono.
“ssstttt… jangan berisik atau ada orang yang tau kita lagi ada disini…” ancam Jono kepada gadis itu.

Jono benar, jangan sampai ada yang tahu kalau mereka sedang berada di Gudang dalam keadaan bugil seperti ini, bisa-bisa orang lain malah ikut memperkosanya, batin Annisa. Gadis itu pun menyerah, rontaannya mulai melemah.
“bagus… sekarang gua mau cicipin memek lu…” seru Jono sambil menuntun gadis itu berbaring di lantai. Ia mulai melebarkan kedua paha Annisa dan mulai membenamkan kepalanya di selangkangan gadis itu.
“sluurrppp… slurppp… ahhh…” suara lidah Jono yang dengan ganasnya menjilat-jilat vagina Annisa sambil sesekali menyedotnya.

“aaahhh…. Sshhhh… ooogghhhh…” desah Annisa tak kuasa menahan kenikmatan pada vaginanya. Badannya mulai menggeliat kesana-kemari menikmati permainan Jono pada vaginanya.

5 menit kemudian, kini pria itu mulai mengangkat kepalanya dari vagina Annisa. Kini dimasukannya dua jari tangannya ke dalam vagina gadis itu. Dikocoklah dengan keras vagina Annisa dengan kedua jarinya itu. Seketika keluarlah cairan kewanitaan Annisa menyembur dari vaginanya.
“aaaaghhhhhhhh...” lenguh gadis itu. Ia telah mendapatkan orgasmenya. Nafasnya terengah-engah. Dijilatnya oleh Jono kedua jarinya yang basah oleh cairan orgasme gadis itu.

Seolah tak ingin membuang waktu, Jono langsung membalikan tubuh gadis itu.
“sekarang gua mau ngerasain pantat lo…” ujarnya
“jangann… please jangan disituu…” mohon Annisa
“jangann… ja… Aaaaggghhh…” suaranya terputus ketika Jono dengan cepat memasukan penisnya kedalam anusnya itu.

“oohhhh… enak banget pantat lo sa…” uajr Jono
“dari dulu gua suka sama lo, sekarang kesampean juga ngentotin elo sa… oohhh…” lenguh Jono sambil terus memompa anus Annisa.
“stoppp… oohhh… saaakiittttt…” iba gadis itu tapi Jono tidak mempedulikannya, ia tetap memopa dengan ganas anus Annisa. terlihat badan gadis itu tersentak-sentak oleh gerakan brutal Jono, payudaranya bergerak seirama dengan pompaannya.

10 menit kemudia Jono mencabut penisnya
“ogghhh…” desah Annisa saat penis dalam anusnya dicabut
Segera Jono memposisikan gadis itu bersimpuh dihadapannya dan mengarahkan penisnya kemulut gadis itu.
“hhhmmppphhh…” tolak Annisa Jono memaksa untuk membuka mulutnya. Ia merasa jijik untuk mengulum penis yang baru saja masuk ke dalam anusnya. Jono segera menyumbat hidung gadis itu sehinggal kini mulut Annisa menganga. Segera dimasukannya penisnya itu kedalam mulut Annisa.
“hhmmpphhhh… hhhmmmphhh…” suarah gadis itu saat penis Jono keluar masuk mulutnya. Jono menjambak rambut Annisa supaya gadis itu tidak memalingkan kepalanya.

5 menit kemudian Jono memcapai ejakulasinya
“oohhhhh, telen peju guee…” perintah Jono sambil tetap memegangi rambut Annisa. Tak ada pilihan lain gadis itu menelan semua sperma Jono yang tumpah di mulutnya.
“oogghhh… uhukk… uhukkk…” batuk Annisa karena sperma Jono yang ditelannya.
Waktu terasa begitu lama, kini penis Jono yang sudah menciut mulai menegang kembali. Lagi-lagi ia dengan kasarnya menggarap gadis itu. Jono yang dikenal sebagai anak cupu di sekolahnya kini menjadi ganas tak terkendali di depan mangsanya itu, ia tidak ingin membuang kesempatannya untuk terus menikmati setiap senti tumbuh gadis pujaanya itu. Kalau tidak sekarang kapan lagi? Pikirnya, ia tidak tahu apakah besok-besok ia masih punya kesempatan untuk mencicipi tubuh Annisa atau tidak, karena hal itu ia begitu memanfaatkan waktu yang ada saat ini.


2 jam pun berlalu, tibalah waktu pulang sekolah. Para siswa sudah mulai berhamburan keluar dari sekolah. Lain halnya dengan Jono dan Annisa, mereka masih terjebak di dalam Gudang menikmati persetubuhan yang entah sudah keberapa kalinya itu.

Brakk, pintu Gudang terbuka dengan kasar, Pandu dan kawanannya datang masuk ke dalam Gudang. Jono yang kini hampir mencapai ejakulasinya tidak mempedulikan hal itu.

“oohhhhhh…” erang Jono untuk kesekian kalinya spermanya menyembur kedalam vagina Annisa. jumlahnya kini tidak sebanyak sebelumnya karena sudah beberapa kali ia ejakulasi hari itu. Segera dilemparkan lah seragam Jono oleh Angga kepadanya.
“pergi lu dari sini… cepet!” bentak Angga kepada Jono yang mulai bergegas mengenakan seragamnya. Dengan cepat Angga menyeret Jono yang belum selesai memakai seragamnya itu keluar Gudang. Dengan gerakan cepat Jono segera mengenakan bajunya itu di luar Gudang, takut kalau sampai ada yang melihatnya.

Sementara itu Annisa yang masih tergeletak dalam keadaan kelelahan setelah digarap Jono nonstop masih terbaring di dalam Gudang.
“gimana rasanya di entot sama Jono? Hah?... hahahaha…” tanya Pandu sambil menjambak keatas rambut gadis itu seolah ingin melihat mukanya yang telah lesu itu.
“keliatannya lo suka ya main sama dia... hahaha...” tawa yang lain
“baju lu kita tinggal di kelas, gua taroh di dalem tas lu tadi…” ucap Aldo
“sekarang keluar lo… kita mau rapat…” seru Angga sambil menyeret tangan Annisa keluar Gudang
“please… jangann… diluar masih banyak orang… please…” mohon gadis itu percuma, ia segera di dorong keluar dari Gudang dan Angga segera menutup pintunya dari dalam


“please … Angga bukain… huhuhu…” tangis Annisa sambil memukul-mukul pintu Gudang dari luar. Berkali-kali ia menggedor-gedor pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Annisa pun menyerah. Untungnya Gudang ini berada agak jauh dari gedung sekolah sehingga keadaan disana sepi.

Hari pun sudah semakin sore, Annisa masih menunggu di sekitar gudang dalam keadaan telanjang bulat.
“bagaimana ini? Aku harus segera ke kelas untuk mengambil tas dan seragamku...” pikirnya. Segera ia mulai menyusuri jalan menuju Gedung sekolah, untungnya gedung sekolah sudah sangat sepi saat itu. Ia harus bergegas sebelum kelasnya dikunci oleh petugas kebersihan.

Dengan penuh perjuangan dan dalam keadaan tanpa sehelai benang pun sampailah Annisa di kelasnya. Ia mulai begegas masuk dengan hati-hati. segera ia menuju tempat duduknya. Betapa kagetnya ia menemukan tasnya sudah tidak ada di tempatnya itu.
“bagaimana ini? Dimana tasku? Apakah aku dibohongi lagi?” pikirnya. Annisa pun panik, ia segera menyisir seluruh bagian kelas untuk mecari tasnya tetapi tidak di temukannya juga.

Tiba-tiba sayup terdengar suara hp berbunyi. Itu adalah hpnya, ia tahu betul suara itu. Annisa teringat bahwa di kelas tadi ia menaruh hpnya di bawah loker mejanya, bukan di dalam tasnya. segera ia ambil hpnya yang masih berdering itu. Telfon itu dari Putri
“Hallo… saa… lu dimanaa? Kok dari tadi gua telponin ga diangkat? Lu juga tadi pas pelajaran kemana? Tumben-tumbenan lu cabut…” tanya Putri
“ehh... iyaa… put… maafin gua tadi ada urusan mendadak…” jawab Annisa sekenanya
“lu dimana sekarang? Ini tas lu ada di gua, gua tunggu di parkiran yaa…” balas Putri.

Annisa bingung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak mungkin bilang kalau ia akan menemui Putri di parkiran untuk mengambil tasnya dalam keadaan telanjang. Ia juga tidak mungkin menyuruh Putri untuk menghampirinya. Pokoknya sahabatnya itu tidak boleh tahu bahwa ia sedang dalam keadaan telanjang saat ini, sedangakan ia harus segera mengambil tasnya. belum lagi kunci mobilnya juga ada di dalam tasnya, ia tidak mungkin pergi ke mobil tanpa kuncinya itu, pikirnya.
“Halloo… Saaaa… kok lu diem aja?” tanya Putri
“ehhh… iyaaa… gua lagi di luar Put, iya… gua di luar…” jawab Annisa bingung
“trus ini tas lo gimana?’ tanya Putri lagi
“lu tinggal di deket mobil gua aja gimana? Gua masih lama soalnya Put…” balas Annisa mencoba untuk memisahkan tasnya dengan Putri
“ihhhh… trus nanti kalo ada yang ngambil gimana? Gamau ah gua, ntar tas lu ilang lagi…” jawab Putri
“ehhh… serius Put gapapa, gua juga bentar lagi balik kok…”
“yaudah kalo lu bentar lagi balik gua tungguin aja yaa… nanti lu kesini aja, oke?”
“eehhh… tapi Put ini juga gatau juga sih selesainya kapan hehe… takutnya lama, udah di tinggalin aja deket mobil gua…” jawab Annisa berusaha mati-matian meyakinkan sahabatnya itu
“yaudah, gini aja. Tas lo gua anterin ke Rumah ya? Gimana? Lo pergi sama siapa? Nanti minta anterin aja kerumah” jawab Putri.
“oo… oke deh Put kalo gitu… makasih yaa” jawab Annisa sambil menutup telfonya

Annisa tidak punya pilihan lain. Ingin rasanya ia katakana yang sebenarnya tapi ia tidak bisa. Sekarang tas bersama seragam dan kunci mobilnya telah dibawa oleh Putri ke rumahnya. Ia tidak punya pilihan lain selain itu, otaknya tidak bisa berfikir dengan jernih saat ini. Untungnya baterai hpnya masih banyak. Sekarang ia harus memikirnya bagaimana caranya agar ia sampai kerumah dengan selamat dalam keadaannya yang bugil tersebut. Tapi sebelumnya ia harus mengabari ibunya bahwa ia akan pulalng telat hari ini.

Seketika ia terfikir, “apakah ia harus meminta tolong bantuan Pandu?”

“… pulang malam lagi?” tanya ibunya
“iya mam, ada rapat OSIS lagi hari ini…” jawab Annisa
“okedeh sayang, hati-hati ya nak...” jawab ibunya
Annisa terduduk lesu di kursinya, air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Ia tak mengira semuanya akan berakhir seperti ini. Mungkin sudah puluhan kali ia berfikir untuk menghubungi Pandu dan meminta tolong bantuannya, tetapi hatinya terlalu bimbang membayangkan apa yang akan Pandu lakukan terhadapnya.

Sekarang waktu menunjukan pukul 4.30 sore, Annisa masih termenung sendirian di kelasnya mencoba memikirkan cara agar ia bisa pulang dengan selamat. petugas kebersihan sekolahnya mulai berkeliling untuk membersihkan kelas-kelas dan menguncinya satu persatu. Annisa menyadari hal itu, ia tidak bisa terus membuang waktunya sekarang atau petugas kebersihan bisa menemukannya dalam keadaan bugil, lebih tepatnya hanya mengenakan sepatu dan kaos kakinya saja.

Annisa tidak punya pilihan lain, segera ia memberanikan diri untuk menelfon Pandu. tangannya mulai bergetar ketika telfonnya mulai terhubung. Beberapa detik kemudian Pandu mengangkat telfonnya
“hallo...”
“halloo?...” ucap Pandu lagi, karena taka da balasan
“ha… halloo… Pandu… ini gua Annisa…” jawab Annisa terbata-bata
“ngapain lo nelfon-nelfon gua hahh…” tanya Pandu dengan nada keras

5 menit berlalu, Annisa telah menceritakan keadaannya kepada Pandu, selama itu juga ia terus memohon-mohon Pandu untuk membantunya. Ia tahu kalau Pandu akan memanfaatkan hal ini tapi ia tidak punya pilihan lain selain ‘tuan’nya itu.
“panduuu… please… please tolongin gua kali ini… huhuhu…” mohonnya yang kini mulai menangis.

Menyadari bahwa budaknya kini tidak punya pilihan lain akhirnya Pandu pun mengiyakan permohonan gadis itu. Di dalam kepalanya ia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk Annisa
“okee… okee... lo gua anterin pulang… tapi ada syaratnya…” jawab Pandu penuh kemenangan
“aa… apa syaratnya?...” tanya gadis itu
“udah pokoknya lu sekarang temuin kita di gudang, nanti gua kasih tau disini…”
Tutt-tutt-tuutt… balas pandu sambil menutup telfonya.

Annisa menghela nafas, mencoba merileks-kan badannya. Setidaknya ia punya harapan untuk bisa pulang walaupun ia tahu Pandu mungkin akan mengerjainya nanti, tapi itu lebih baik daripada harus bingung dengan keadaannya saat ini. segera dengan berhati-hati Annisa keluar dari kelasnya menuju Gudang.

Di tengah perjalanannya dari jauh terdengar suara petugas kebersihan mulai mengunci kelas-kelas di sebelahnya. Ia harus ekstra hati-hati agar mereka tidak menemukannya dalam keadaan bugil dan hanya mengenakan kaos kaki dan sepatunya itu.

Tidak perlu waktu lama, sampailah Annisa di depan Gudang. Pintu Gudang itu tertutup. Tidak terdengar suara apapun dari dalam. Setelah mengumpulkan cukup keberanian Annisa pun masuk ke dalam.

Pintu itu pun terbuka, semua orang yang ada di dalam Gudang menoleh melihat siapa yang datang.
“heyy… datang juga lo akhirnya…” sambut Angga
Betapa kagetnya Annisa, di dalam Gudang ternyata tidak hanya ada Pandu dan beberapa kawannya saja, di sana juga ada 5 orang lain yang mukanya cukup familiar bagi Annisa. ya, mereka adalah Aceng, Cecep, dan Muklis. Ketiga orang itu adalah bapak-bapak penjaga kantin. Annisa sangat mengenal mang Cecep, ia adalah penjual mie ayam favoritnya, sementara Aceng dan Muklis, Annisa tidak begitu hafal mereka berjualan apa, yang jelas ia sering melihat kedua orang itu di kantin sekolahnya. Sementara 2 orang lainnya adalah Joko dan Amir, mereka berdua adalah satpam sekolah Annisa.

Annisa masih terpaku diam di depan pintu, kakinya gemetar. Bagaimana bisa mereka semua bisa ada di sini? Pikirnya. Ia tidak menyangka, ‘rapat’ yang dimaksud oleh Angga tadi adalah dengan orang-orang ini? beribu tanya menyertai pikirannya.
Tidak hanya Annisa yang kaget akan pemandangan yang dilihatnya itu, kelima “tamu” baru itu pun juga kaget ketika melihat Annisa masuk dengan keadaan bugil tanpa sehelai benang pun. Mereka tak percaya primadona sekolah ini bugil de depan mata mereka. Yang jauh tidak di percaya lagi bahwa sebentar lagi mereka akan segera menikmati tubuh indah gadis itu.

“tuh bapak-bapak liat sendiri kan? Annisa, sang primadona sekolah ini emang suka bugil pak… gak Cuman itu, dia juga seneng ngentot katanya…” ucap Pandu memecah keheningan
“buktinya pas saya bilang bapak-bapak lagi ada disini, dia langsung nyamper kesini… udah bugil lagi… hahahaha…” tambah Pandu sambil tertawa

“wah, ini beneran neng Annisa yang kelas satu itu kan?” tanya Aceng tak percaya
“iya cuk, ini neng Annisa yang suka beli mie ayam gua… jadi neng ternyata gak cuman suka mie ayam doang toh, ternyata suka ngentot juga ya.. hahaha” jawab mang Cecep.

“oke bapak-bapak, sekarang bapak-bapak bisa entotin nih cewek, gratisss… saya mau keluar dulu yak pak, nanti jam 8an saya balik lagi” ucap Pandu
“siap mas Pandu, mas pergi aja dulu hehe…” balas Cecep
Pandu dan beberapa kawannya pun beranjak pergi, menyisakan ke lima ‘tamu” mereka untuk menikmati “hidangan”nya. Hanya ada 3 orang dari kawanan Pandu yang tetap berada di dalam Gudang. Ya, tugas mereka adalah untuk merekam setiap adegan yang akan terjadi.
“ini episode ke dua lo hari ini…” bisik Pandu kepada Annisa sambil berlalu meninggalkan gadis itu di Gudang.

Seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Cecep dan Aceng mulai mendekati Annisa yang sudah bugil itu. Cecep memutar ke belakang Annisa, dengan cekatan ia mengunci tangan gadis itu ke belakang atas. Kini terlihat jelas kedua payudara Annisa yang tertarik keatas karena kedua tangannya terangkat semakin menantang para lawan mainnya itu.
“please… mang… lepasiinnn… mangg…” mohon Annisa sambil meronta. Tangannya berusaha diturunkan tapi tak bisa, kakinya menendang-nendang kesana-kemari. Gerakan rontaannya itu seolah percuma melihat badan Cecep yang jauh lebih besar darinya. Sementara itu Aceng dengan liarnya meremas-remas kedua buah payudara Annisa yang kenyal itu, mulutnya dengan cepat menyambar mulut gadis itu dan langsung melahapnya dengan buas.
“mmphhhh… oohhhh… mangg… Stoopppp… mmpphhh…” ucapannya terpotong karena bibirnya disibukan dengan mulut Aceng.
Kini tangan kanan Aceng telah turun ke vaginanya dan mulai memainkan dengan kasar jarinya pada daerah sensitif gadis itu. badan Annisa mulai menggeliat-geliat menahan sensasi geli pada vaginanya yang dirangsang oleh tangan kasar Aceng. Pinggulnya mulai bergerak mundur menjauhi tangan Aceng, tapi badannya tertahan oleh Cecep yang ada di belakangnya.

Tak perlu waktu lama untuk mereka merangsang Annisa, beberapa menit kemudian gadis itu mulai mengejang, dadanya kian membusung, kedua pahanya mengapit tangan Aceng yang bersarang di vaginanya. Sungguh sensasi geli sekaligus nikmat yang luar biasa. Seketika cairan orgasmenya pun mengucur deras dari vaginanya
“iiyyaaaaahhhhhhhh…” desah Annisa, mukanya memerah. Badannya seketika melemas karena gelombang orgasmenya barusan. Badannya sudah sangat capek rasanya. Seharian tadi ia digarap habis-habisan oleh Jono, sekarang seolah ia tak punya tenaga lagi untuk melayani ke lima pria dewasa tersebut.

Kini Cecep tak lagi memegangi tangan Annisa, kedua tangannya kini mulai meremas-remas kedua payudara Annisa dari belakang, sementara sekarang Aceng dlam posisi berjongkok di selangkangan Annisa. kedua tangannya menggapai pantatnya yang menal itu dari depan, sementara mukanya ia benamkan sepenuhnya di selangkangan gadis itu.
Akibat orgasmenya barusan, kini bibir vaginanya menjadi sangat sensitif dan terasa begitu geli setiap kali lidah Aceng menyapu setiap senti Vaginanya, belum lagi ketika sesekali kumis pria itu mengenai bibir vaginanya, sungguh sensasi geli dan nikmat yang luar biasa.

“srruppppttt… ahhhh… gurih banget nih mem*k… emang mem*k abg emang beda, hahaha…” tukas Aceng mengomentari vagina Annisa.
Melihat rekannya begitu menikmati vagina Annisa, Cecep tidak mau kalah, ia pun mulai melumat bibir tipis Annisa dari samping. Remasan tangan pada payudara Annisa pun semakin brutal sambil sesekali mencubit manja puting gadis itu. 5 menit kemudian Annisa pun mencapai orgasme keduanya.

“aaaaahhhh… ooohhhhh… haahhhhh…” erang Annisa yang mulai kehilangan tenaga. Tubuhnya yang kemudian ambruk segera di topang oleh Aceng yang ada di bawahnya. Aceng langsung memposisikan dirinya terlentang di bawah gadis itu, sementara Cecep menidurkan tubuh Annisa di atas tubuh Aceng. Ya, mereka akan menyiksa kedua lubang kenikmatan Annisa. Aceng memasukan penisnya ke anus Annisa, sedangkan Cecep memasukan penisnya ke vaginanya.

“ooohhhhhh…” rintih Annisa ketika kedua penis itu masuk secara bersamaan ke dalam kedua lubangnya.
“aaahhh… gilaaa… pantatnya seret bangett…” rancau Aceng
Kini Cecep memompa penisnya secara perlahan, sedikit demi sedikit gerakannya menjadi semakin cepat. Tubuh Annisa yang kini sudah tidak bertenaga terombang-ambing maju mundur seiring irama sodokan Cecep.
Berbeda dengan Aceng, ia tidak perlu menggerakan lagi tubuhnya karena gadis itu sudah bergerak maju-mundur oleh gerakan Cecep
“aaahhh… ooohhhhh… oohhhh…udaahhhh… pleaseee… sakiitttttt… oohhhh” iba Annisa yang badannta terombang-ambing tak karuan. Mukanya merah padam, matanya sayu, rambutnya sudah acak-acakan sekarang, tapi menadangan itu malah membuat Cecep yang berada diatasnya semakin bernafsu menggenjot Annisa.

10 menit berlalu, mereka masih dalam posisi yang sama
“ceng, gentian dong… gua juga mau ngerasain bokong nih cewek...” seru Cecep.
Segera secara bersamaan mereka mencabut penisnya masing-masing.
“ooooghhhhh…” desah Annisa ketika kedua penis itu dicabut.
Kini dengan kedua tangannya dibalikanlah dengan perlahan tubuh Annisa, sekarang posisi gadis itu tengkurap diatas tubuh Aceng. Kini kedua payudara Annisa terhimpit oleh dada berbulu Aceng yang ada di bawahnya. Sungguh sensasi yang luar biasa bagi Aceng ketika dadanya bersentuhan dengan payudara Annisa yang empuk dan kenyal itu.

Dengan sekejap dimasukannya lagi kedua penis itu ke dalam lubang senggamanya itu. Kini pemandangan yang diliat Cecep berbeda, di depannya ada bongkahan bokong gadis cantik yang sangat mulus. Segera diremasnya kedua bongkahan kenyal tersebut dengan ganas sambil penisnya terus menyodok-nyodok pantat Annisa.
“oohhhh… pantat ABG emang beda…” seru Cecep sambil terus memompa penisnya

Melihat persetubuhan hebat itu Muklis sudah tidak tahan, ia segera menghampiri tubuh gadis itu dan mengarahkan penisnya yang sudah menegang dari tadi ke mulut Annisa yang menganga menahan kenikmatan demi kenikmatan yang diterimanya
“hhmmpppphh… mmmpphhh…” suara gadis itu saaat mulutnya disumpal oleh penis muklis yang cukup besar. Dengan kasar rambut Annisa dijambak lalu digerakan kepalanya maju mundur seiring dengan sodokan penisnya.

Tak terasa sudah hampir setengah jam mereka bertiga menggangbang remaja cantik itu.
“ooghhhhh… oohhhhh… ampunnn… ahhhh… Annisa… udahhh… ga kuattt… ooohhhh…” iba Annisa sejadi-jadinya, vaginanya sudah mulai ngilu dibuatnya
“neng Annisa… dari dulu mamang pengen ngentotin eneng… akhirnya kesampean jugaa… ooghhhhh…” rancau Cecep sambil terus memompa Annisa
Kini Annisa sudah orgasme lebih dari lima kali dibuatnya, sementara tak ada satupun dari mereka yang menujukan tanda-tanda akan ejakulasi.
“woyyy… buruan dongg… Gantian…” seru Joko yang dari tadi sudah tidak sabar menunggu bersama Amir. Tak ada dari mereka bertiga yang memperdulikannya, mereka terlalu asyik menikmati gadis itu.

Kini Sudah hampir 1 jam berlalu, ketiga orang penjaga kantin itu sudah beberapa kali bertukar posisi. Terhitung sudah masing-masing dari mereka menikmati ke tiga lubang Gadis itu.
“oohhhh… iyyaahhhh… pakkkk… aahhhh…” desah Annisa. tubuhnya sudah sangat capek, tapi nafsunya yang sudah menguasai tubuhnya itu membuatnya tetap bergoyang seiring dengan gerakan ketiga pria itu.

Lima menit kemudian Aceng merasakan akan segera mencapai ejakulasinya
“oohhh… sedotan lu enak banget…” rancau Aceng yang sedang dioral Annisa
“tunggu bro, bentar lagi gua keluar… bareng-bareng…” sahut Muklis yang saat ini memompa anus gadis itu.
Croottt… crottt… crootttt… Sperma mereka bertiga menyembur pada ketiga lubang kenikmatan Annisa hampir disaat yang bersamaan.
“oohhh… gua hamilin lu lonteee…” seru Cecep yang pada saat itu kebagian lubang vagina Annisa.

Annisa merasakan cairan hangat itu memenuhi Rahim, rongga tenggorokan, dan anusnya. Selama 10 detik mereka masih bertahan pada posisinya, menikmati sisa gelombang ejakulasi yang sangat hebat tersebut. Annisa mulai merasakan ketiga penis tersebut kini mulai menciut di dalam vagina dan anusnya yang langsung di cabut oleh mereka.
“oohhhhh…” desah Annisa ketika penis-penis itu di cabut secara bersamaan. Kini nafasnya ter engah-engah, ia kini bisa bernafas lebih lega karena mulutnya sudah tidak lagi tersumpal oleh penis Aceng. Walaupun ketika mereka bertiga ejakulasi Annisa belum mencapai orgasmenya lagi, tetap saja badannya masih terasa gelombang-gelombang kejangan karena tubuhnya sudah digenjot satu jam nonstop oleh mereka bertiga.

“eehhh… enak aja kita udah pada keluar lo belom…” sahut Aceng yang sekarang segera memasukan kedua jarinya ke dalam vagina Annisa yang sekarang dalam keadaan terlentang kelelahan itu. di kocoklah kedua jarinya dengan cepat sapai gadis cantik itu mencapai orgasmenya. Cairan cintanya mengucur sangat deras kali ini, karena selama persetubuhan tadi, cairan orgasmenya tidak keluar karena tersumbat penis mereka yang cukup besar. Walaupun badannya sudah sangat lemas, tapi karena saking dahsyatnya, punggungnya sampai melengking keatas.
“ooooggghhhhhhhhhh… hahhhh…. Hahhhhh…” desahnya tak tertahankan, sambil matanya terbelalak hanya menyisakan bagian putihnya saja. Sungguh orgasme yang dahsyat.

Kini tubuhnya benar-benar remuk rasanya, kepalanya terasa berkunang-kunang. Tapi seketika Joko segera mengguyur air minum ke muka Annisa untuk menyadarkannya.
“woyy… jangan pingsan dulu lu… kita berdua belom ngentotin lu masa lu udah pingsan…” sahut Joko
Tak disangka Joko dan Amir sudah bugil dari tadi. Melihat korbannya sudah kembali sadar segera mereka menggilir gadis itu.

Waktu sudah menunjukan pukul 8.30 malam, Joko dan Amir yang sudah selesai dari setengah jam lalu kini sudah digantikan lagi oleh ketiga penjaga kantin itu. Tiba-tiba Pandu pun datang bersama rekan-rekannya yang lain.
“wahhh… gua kira gua telat… belom selesai juga ngentotnya? Hahaha…” ledek Pandu
“iya mas Pandu, memeknya neng Annisa nagih banget sih soalnya hehe…” balas Aceng

15 menit kemudian persetubuhan itu pun akhirnya selesai. Hari ini Annisa sukses untuk memuaskan para ‘tamu’nya tersebut. Badannya terasa begitu lemas, rambutnya sudah terurai tak karuan, matanya sudah sayu dengan garis hitam pada kantung matanya menandakan betapa lelahnya ia. Kini ia hanya berharap untuk segera pulang.

“pulanggg… ayo pulanggg… huhuhu…” tangisnya
“cup cup cup… bentar ya manis, kita foto dulu buat kenang-kenangan…” ucap Angga. Kini Annisa di posisikan bersama kelima pria yang baru saja memperkosanya secara brutal itu. tubuhnya yang masih telanjang kontras dengan kelima pria itu yang sudah berpakaian rapi. Beberapa pose sudah dilakukan dengan selusin foto yang sudah potret Pandu. akhirnya mereka pun menyudahi permainannya hari itu.
Annisa diantar pulang oleh Pandu. ia berjalan dari Gudang menuju mobil Pandu dengan tertatih-tatih menahan sakit pada sekujur tubuhnya. Sesampainya di mobil ia langsung terlelap saking lelahnya.

Annisa tiba-tiba terbangun dari tidurnya, badannya terasa begitu kaku setelah persetubuhan panjang itu. ia kaget karena saat ini ia berada di sofa ruang tamunya, masih dalam keadaan bugil. Bagaimana Pandu menggotongnya masuk? Masa ia bisa tahu tempat biasa ia menaruh kuncinya? Batin Annisa. Ia melihat jam di dinding menunjukan pukul 2 pagi. “Syukurlah orang Rumah masih pada tidur saat ini…” pikirnya.


Segera dengan hati-hati Annisa menuju kamarnya di lantai 2, takut kalau anggota keluarganya menemukannya dalam keadaan bugil. Sesampainya di kamarnya ia segera mengunci pintu. Hatinya masih berdebar-debar, betapa lega hatinya, akhirnya setelah melewati hari yang sangat panjang ia bisa pulang dari sekolah menuju ke rumahnya dalam keadaan bugil dengan selamat tanpa ada orang lain yang tahu.
“huffff… akhirnyaaa…” ucapnya pelan, bersyukur atas keadaannya sekarang. Padahal beberapa jam yang lalu ia begitu panik bagaimana caranya pulang ke rumah dengan selamat, saat ini ia sudah berada di dalam kamarnya.

Segera ia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari sisa-sisa ‘pertempuran’nya kemarin. Sebelum mandi Annisa sempat melihat dirinya di cermin. Ia menyadari betapa cantiknya ia dalam keadaan bugil tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya. Pantas saja banyak orang bernafsu untuk menyetubuhinya. Sisa-sisa sperma yang sudah mengering pada payudara, selangkangan, dan sekujur tubuhnya membuatnya terlihat lebih seksi.
“tubuh cantik inilah yang sekarang menghancurkan hidup ku…” batinnya, sedikit menyesal dengan pemberian tuhan yang indah itu.
Tapi ia juga harus mengakui bahwa “tubuh cantik inilah yang membuatku merasakan semua ‘kenikmatan’ itu…”

Hampir satu menit gadis itu melamun memandangi tubuhnya di cermin. Annisa langsung membuang jauh semua pikirannya itu, ia segera menuju kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi ia kembali melanjutkan tidurnya,
“hari ini adalah hari libur, tidak ada sekolah untuk ku hari ini, tidak ada lagi pria-pria itu mengerjaiku hari ini… aku ingin tidur yang panjang…” pikirnya sambil memejamkan mata tanpa khawatir akan apa yang akan terjadi. Mimpinya, mungkin ia akan segera terbebas dari penderitaan ini, tapi dalam kisah ini, penderitaannya masih sangat panjang… 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4