Langsung ke konten utama

Karena Hutang Aku Rela Ditiduri


Ellen adalah seorang wanita muda beranak satu berusia 25 tahun yang memiliki wajah manis, dengan bentuk tubuhnya yang begitu semok, pantatnya yang bohay membulat membuat siapapun lelaki yang melihatnya akan berdecak kagum.Ditambah lagi dengan buah dadanya yang membusung ukuran 34B dan sangat montok itu, semakin menambah keseksiannya benar benar menggiurkan, setiap mata lelaki.

Ellen bekerja pada satu perusahaan swasta didaerah pusat bisnis sebagai seorang marketing yang ramah sehingga ia pun sangatlah disukai oleh teman teman sekantornya.
Sehari hari Ellen berangkat bekerja dari rumahnya didaerah pinggiran kota dengan menggunakan kendaraan umum, dengan kebiasaannya yang selalu memakai pakaian ketat semakin membuat lekukkan tubuh seksinya tampak begitu jelas, dan mengundang banyak pandangan nakal dari para lelaki yang melihatnya.

Seperti pagi itu didalam bus yang cukup padat penumpang Ellen berdiri berdesakkan diantara para penumpang,
Ellen yang pagi itu memakai pakaian ketat dengan span yang diatas lutut begitu menggoda setiap lelaki yang berdiri didekatnya, untuk merapatkan tubuhnya ketubuh ellen yang sangat seksi dan montok itu.


Saat itu ada seorang laki laki yang berdiri tepat dibelakang Ellen, dengan perlahan mulai merapatkan tubuh depannya kebagian belakang tubuh Ellen, dengan memanfaatkan goncangan mobil angkutan yang sesekali terguncang itu, laki laki itu mulai menempelkan batang penisnya yang masih tertutup celana ke pantat Pricilla.

Laki laki yang disebelahnya pun tidak mau kalah dengan kelakuan temannya, ia pun mulai dengan menempelkan telapak tangannya dipermukaan pantat Pricilla yang yang begitu membulat seksi terbalut rok spannya yang begitu ketat menyiplak dipantatnya.

Ellen yang diperlakukan seperti itu tidak menyadarinya, ia masih asik bergantungan dengan tangan satunya sedang memainkan tombol tombol smartphonenya. Begitulah keseharian yang sering terjadi terhadap Ellen, ada saja lelaki yang mencuri curi kesempatan dalam kesempitan.

Tidak seperti biasanya hari itu Ellen begitu pusing dengan keadaan suaminya yang terlibat banyak hutang, akibat kebiasaan suaminya yang sering berhura hura dan berjudi bahkan hingga menggadaikan rumahnya sendiri.
Sementara uang simpanan Ellen sudah habis dipakai untuk bayar berbagai keperluan keluarga. Hampir setiap hari para debt kolektor datang menagih kerumahnya sehingga membuatnya ketakutan.

Ellen tak ada pilihan lain dan sesampainya dikantor ellen menghadap pimpinannya untuk meminjam uang, untuk melunasi hutang suaminya kepada seorang rentenir.

Ellen mengetuk pintu ruangan pimpinannya itu, dan terdengar suara dari seorang laki laki yang mempersilahkannya untuk masuk. Pak Broto adalah pimpinan dimana Ellen adalah salah seorang anak buah di unitnya, dan hari itu Ellen datang dan mengutarakan maksudnya untuk mendapat pinjaman uang.
Dengan mata nakalnya Pak Broto menyisir tubuh Ellen dari atas sampai kebawah, Ellen menjadi risih mendapati hal ini, lalu dengan perlahan iapun mulai mengutarakan maksudnya.

"maaf Pak maksud dan tujuan saya menghadap, adalah ingin meminta bantuan kepada Bapak untuk meminjamkan saya uang lima juta Pak…” kata Ellen dengan nada berat.
“boleh saja Bapak kasih, asal kamu mau menerima persyaratannya…!” kata Pak Broto mulai dengan akal bulusnya.
“…persyaratan apa Pak, saya tidak mengerti…?” sambung Ellen.
“…asal kamu mau pacaran sama Bapak sehari…saja…pasti Bapak kasih apa yang kamu mau…gimana…?” kata Pak Broto dengan berbisik didepan wajah wanita itu.

Elen begitu kaget dengan apa yang baru didengarnya, lalu iapun tertunduk tidak berani menatap mata atasannya itu, dan iapun teringat akan desakkan dan ancaman rentenir yang kemarin datang kerumahnya, lalu dengan pelan ia pun berkata lagi.
“…kalau memang Bapak mau begitu saya terima Pak, asalkan saya diberi pinjaman…” dengan berat hati wanita itu menyetujui keinginan atasannya.

Pak Broto begitu girang dan tidak menyangka Ellen akan semudah itu menerima persyaratan darinya. Lalu ia pun mengeluarkan sejumlah uang dari lacinya, dan memberikannya kepada Ellen.
“…ini uangnya sepuluh juta dan kamu harus menuruti apa saja yang saya mau…!” katanya seraya menyerahkan uang ketangan Ellen.

Ellen segera memasukan uang itu kedalam tasnya, sementara Pak Broto pergi mengunci pintu ruangannya, dan segera menghampiri Ellen. Wanita itu tidak kuasa menolak ketika tangan Pak Broto memeluk tubuhnya dari belakang, dan mulai menyapu tengkuk dan leher jenjangnya dengan mulut dan lidahnya.

Pak Broto yang sudah sekian lama begitu memendam hasrat terhadap Ellen kemudian tidak menyia nyiakan kesempatan langka tersebut, dengan penuh nafsu iapun mulai menggesek gesekkan batang penisnya dibelahan pantat Ellen yang terbalut rok ketatnya.
“…oohh Ellen kamu begitu menggairahkan, tubuhmu begitu seksi sssshhh…aaahh…” racau Pak Broto ditelinga wanita itu.

Lalu mulai tangan Pak Broto meremas remas buah dada montok Ellen , dan mulai membuka satu persatu kancing blousnya. Tubuh ellen sampai terguncang guncang menerima desakkan dan gesekkan liar penis Pak Broto dipantatnya, kini Pak broto membalikkan tubuh Ellen kehadapannya.

Dengan memegang kepala Ellen lalu Pak Broto melumat bibir tipisnya, kemudian tangannya mulai menurunkan tali kutang dipundak Ellen . Wanita itu sudah setengah telanjang dengan buah dadanya yang montok itu menggantunng membuat Pak Broto yang tidak sabar segera mencaplok dan mengenyoti puting susunya dengan penuh nafsu.
“…ssshhh…” ellen mulai mendesis menerima kenyotan mulut Pak Broto.

Kemudian pak Broto membuka resulting celananya dan menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Ellen. Matanya melotot melihat penisnya yang hitam berurat dengan ujungnya menyerupai jamur serta jauh lebih besar daripada milik suaminya.
“Gede kan sayang. pasti punya suami kamu ga segede gini kan !” katanya dengan bangga memamerkan senjatanya itu. “Nah, ayo sekarang servisnya mana !”

Dengan tangan gemetar, dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan.
“Servis mulutnya mana nih. masa cuma tangan doang sih !” suruhnya tak sabar
Pelan-pelan, memajukan wajahnya sambil memandangnya jijik, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu dengan ragu-ragu, sehingga pak Broto jadi gusar.

“Heh, apa-apaan sih, disuruh pake mulut malah cuma pake lidah disentil-sentil gitu !” bentaknya “gini nih yang namanya pake mulut !” seraya menjambak rambut Ellen dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.
“Mmmhhppphh…!!” hanya itu yang keluar dari mulut Ellen yang telah dijejali penis, air mata menetes dari sudut matanya.

Mulut Ellen yang mungil itu membuatnya tidak bisa menampung seluruh batang itu, ditambah lagi bau yang keluar dari benda itu menambah siksaannya.
“Ayo, yang bener nyepongnya, biasa kan hebat ke suaminya, kalau gak muasin nanti aku gak jadi kasih uangnya loh.

Pak Broto mendesah merasakan belaian lidah Ellen pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak dipenjara belasan tahun yang lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Ellen sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.

“Uuhhh…gitu sayamg enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Ellen dan memaju-mundurkan pinggulnya.

Ellen merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir pak Broto yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai laki laki itu menekan kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ooohh…keluar nih sayang, isep…jangan dimuntahin, sekalian bersihin kont*lnya !” perintahnya dengan nafas memburu.

Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak mau, Ellen harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Ellen langsung terbatuk-batuk begitu pak Broto mencabut penis itu dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah mencari udara segar, air mata telah mengalir membasahi wajah cantiknya. Setelah beristirahat beberapa saat lalu birahi pak broto bangkit lagi karena melihat tubuh mulus ellen.

Pak Broto kemudian menarik Ellen
dan membaringkannya diatas sofa, lalu mulai menjilati paha mulus ellen dan kemudian dengan tergesa segera menarik turun celana dalamnya. Ellen hanya pasrah ketika Pak Broto mulai membuka celananya, dan kemudian menuntun batang kemaluannya kearah liang kewanitaannya.

Kemaluan Ellen yang sudah basah itu dengan mudah dapat dimasuki batang Pak Broto, dan dengan tergesa kemudian Pak Broto mulai menggenjot vagina Ellen. “…aaahh…ooohhh…ssshhh…mem*kmu legit sayang…!” racaunya.

Ellen hanya bisa pasrah dan menitikkan air matanya, menerima hujaman dan genjotan batang kemaluan atasannya itu.
Sesaat kemudian, Pak Broto sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Ellen benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali batang penis pak broto menghujam sambil berharap tidak ada orang lewat yang mendengar suara persenggamaan mereka. Saat itu adalah jam istirahat siang sehingga banyak karyawan yang pergi keluar untuk mencari makan.

tapi tidak menutup kemungkinan kalau seseorang lewat situ dan mengetahui yang terjadi di ruang ini. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Ellen sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Pak Broto lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Ellen sambil terus menggenjot.

Menit demi menit berlalu, pak Broto masih bersemangat menggenjot Ellen. Sementara Ellen sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang terpaksa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah bajingan tua itu. Kemudian tanpa melepas penisnya, dia mengangkat paha Ellen yang satunya dan digendongnya menuju kursi dimana dia mendaratkan pantatnya. Anehnya, tanpa disuruh, Ellen memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan pak Broto karena kini bukan lagi pikiran dan perasaannya yang bekerja melainkan naluri seksnya.

Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah tua atasannya itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kemenangan karena telah berhasil menaklukkan dirinya. Dengan posisi demikian, pak Broto dapat mengenyot payudara Ellen sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian.

Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Ellen merintih kesakitan. Namun dia merasakan sesuatu yang lain dari persenggamaan ini, lain dari yang dia dapat dengan pria lain yang pernah bercinta dengannya yang umumnya bersikap gentle, gaya bercinta pak Broto yang barbar justru menciptakan sensasi yang khas baginya yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Di ambang klimaks, tanpa sadar Ellen memeluki pak Broto dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Ellen mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh atasannya. Sungguh dahsyat orgasme pertama yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari suaminya melainkan dari seorang pria tua mesum yang memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan pak Broto.


Penis pak broto yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Ellen yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan bertumpu pada kepala kursi.
“Oohh…udah dong Pak, saya sudah gak kuat, tolong !” Ellen memelas dengan lirih

Mendengar itu, pak broto cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Ellen dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Ellen dengan mencengkram sandaran kursi dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.

Tangannya memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Ellen menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Ellen membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Ellen dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.


Limabelas menit lamanya pak Broto menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Ellen tidak ada yang lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Imron yang barbar, namun Ellen tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan yang tidak dia dapatkan dari pacarnya. Akhirnya, pak Broto menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam vagina Ellen, serangannya juga makin gencar sehingga Ellen dibuatnya berkelejotan dan merintih. Kemudian dia melepaskan penisnya dan cret…cret…cret, spermanya muncrat membasahi pantat Ellen. 


Belum cukup sampai situ, disuruhnya Ellen menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Ellen bersimpuh di lantai dengan menyandarkan kepala dan lengannya pada kursi itu, wajahnya tampak lesu berkeringat dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang sensasional ini dan rasa bersalah pada suaminya.
hari itu runtuhlah sudah kesucian dirinya, dia harus menjadi tumbal akibat perbuatan suaminya.
Pak Broto sangat puas telah berhasil mencicipi tubuh seksi dan montok Ellen , yang sudah sekian lama diidamkannya itu.
Setelah selesai memuskan nafsu atasannya lalu Ellen merapikan kembali kemeja kerjanya yang berantakan dan kembali kerja seperti biasanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4