Langsung ke konten utama

Meluluhkan Majikan Cantik

Seorang gadis terbangun karena dering kencang dari telepon genggamnya. Sambil menahan kantuk yang masih menumpuk, tangannya menekan tombol answer di layar smartphone.
"Halo?"
"Halo? Mbak Erika?"
"Iya?"
"Mbak, saya Nur. Yang jaga kosan mbak.."
"Iya mbak Nur ada apa?"
"Mbak bisa ke kosan sekarang gak? Penting nih! Suami saya kabur!"
"Hah??" Erika tidak yakin dengan kalimat yang baru didengarnya barusan. Mungkin otaknya belum connect karena baru 10 detik sejak dia bangun tidur.
"Iya mbak. Si Nanang bawa kabur semua uang kosan!"
"HAH??" Kali ini Erika yakin betul kupingnya tidak salah dengar.

Dia bahkan langsung bangkit dari kasurnya, membuat novel Fifty Shades of Grey yang dibacanya semalam terlempar hingga jatuh ke atas lantai. Erika sudah berada di sebuah taksi yang mengantarnya menuju kosan miliknya. Sebagai putri seorang pengusaha, Erika selalu diajarkan untuk memiliki berbagai sumber penghasilan. Oleh karena itulah dia mencoba bisnis kos-kosan sebagai usaha sampingan dari profesi utamanya sebagai seorang model cantik. Orangtuanya dengan senang hati bersedia memberikan modal. Hanya saja dengan satu syarat: Erika harus mandiri dalam mengurusnya. Sukses atau gagal tidak masalah yang penting semua dilakukan tanpa bantuan orangtuanya. Butuh dua tahun lebih bagi Erika untuk mendesain, mencari lahan dan membangun kosan yang sesuai cita-citanya. Bisnis property seperti kos-kosan memang memiliki resiko yang besar. Tapi menurut Erika, setidaknya bisnis kosan tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengurusnya. Cocok dengan Erika yang memiliki banyak kesibukan. Sebab selain mengikuti berbagai pemotretan, Erika juga masih berstatus mahasiswi semester akhir yang cukup menyita waktu dan pikirannya. 

Tapi semua tidak menjadi masalah, toh dia punya karyawan yang mengurus operasional hariannya. Meski demikian, akhir-akhir ini Erika mulai menyesali keputusannya untuk menyerahkan semua urusan kosan ke dua karyawannya. Dalam beberapa bulan terakhir dia menerima berbagai keluhan dari penghuni kosannya, terutama soal keamanan. Meski cukup mudah mencari pelanggan baru untuk mengisi kamar yang ditinggalkan penghuni yang kecewa, Erika sadar bahwa harus ada yang dia rombak jika tidak ingin bisnis perdananya ini gagal. Beruntung jadwal kerjanya sedang cukup senggang. Urusan kuliah pun tinggal menunggu sidang saja dan Erika sangat percaya diri bisa meraih kelulusan dengan nilai terbaik. Seolah langit memang menuntun dirinya untuk fokus membenahi bisnis kos-kosannya. Taksi yang ditumpangi Erika kini berhenti di sebuah gerbang tinggi berwarna coklat. Setelah Erika menekan bel, gerbang itu terbuka dan wajah Mbak Nur si penjaga kosan muncul dari baliknya dengan mata yang bengkak karena kebanyakan nangis. Satu jam kemudian. "Aku telepon papaku dulu ya..." ujar Erika sambil meninggalkan Nur yang masih menangis di kamarnya. Kosan Erika cukup besar. Kamar penjaga kos berada di area depan agar bisa dengan mudah membukakan gerbang jika ada penghuni yang ingin keluar/masuk. Di samping kamar penjaga kosan, ada lahan parkir yang muat menampung selusin mobil dan beberapa motor. Setelah itu baru terdapat deretan kamar kosan yang tersusun 3 lantai. Terdapat jarak yang cukup jauh antara kamar penjaga kosan dengan kamar penghuni. Erika memang mendesainnya seperti itu untuk memberikan privasi bagi penghuni kosannya. Setelah keluar dari kamar penjaga kosan berukuran 3x3 meter itu, Erika menelepon papanya.
"Halo? Pa? Gimana Jepang?"
"Jepang bahaya nih, makanannya enak-enak semua hahaha.. Kamu kalo besok nyusul ke sini pasti ga mau pulang deh. Mama sama adik kamu aja makan mulu kerjanya"
"Hmm.. Pa kayaknya aku ga jadi ikut ke Jepang. Ada masalah nih sama kosan.
“Loh? Kenapa sayang?"
"Mas Nanang, yang jaga kosan kabur bawa uang kosan yang buat bayar listrik, internet dan lain-lain"
"Kok bisa? Kabur berdua sama Nur?"
"Enggak.. mbak Nur masih ada di sini. Justru dia yang ngasih tahu. Semalem mereka berantem gara-gara mas Nanang main judi. Eh, pagi-paginya dia udah ngilang sambil bawa kartu ATM yang buat bayar listrik kosan. Udah gitu nomor HP-nya gak aktif sampai sekarang lagi. Padahal baru kemarin Erika ngasih tau, uang buat bayar keperluan bulanan kosan udah Erika transfer" "Kamu lapor polisi gih sayang. Secepatnya ya!" "Masalahnya gini pa. Aku sebetulnya belum tahu juga sih... mas Nanang beneran pakai uangnya atau enggak. Karena dia ngilang sambil bawa kartu ATM-nya. Aku harus cek dulu saldonya dulu sebelum nuduh dia maling. Siapa tahu kartu ATM-nya ternyata gak kebawa tapi cuma nyelip di lemari mbak Nur"

"Terus gimana?"
"Aku tunggu 24 jam deh baru aku ambil keputusan mau lapor polisi atau enggak. Sambil nunggu... aku bantu mbak Nur ngurus kosan sampai dapet pengurus yang baru. Dia mau berhenti kerja dan pulang kampung aja katanya" "Hmmm.... Papa percaya sama keputusan kamu sayang. Dari awal kamu bilang mau ikut JKT48 sampai bisnis kos-kosan, kamu selalu nunjukin bahwa kamu bertanggungjawab sama keputusan yang kamu ambil." "Iya.. makanya aku mau minta maaf besok aku gak jadi nyusul ke Jepang" "Gapapa sayang. Semoga masalahnya cepet selesai ya" "Iya pa.. salam buat semuanya yaa... Love you.."

Di waktu yang sama, di lantai 3 kosan Erika. Nanang berbaring di salah satu kamar kosan sambil menikmati sejuknya semilir angin yang dihembuskan AC. Biasanya Nanang langsung terlelap begitu ketemu kombinasi kasur empuk dan AC. Tapi kali ini situasinya beda, dia terlalu bersemangat dengan rencana briliannya. Sambil senyum-senyum mesum, Nanang mengenang peristiwa tadi malam: "GUOBLOK!" bentak Nur sambil memukul suaminya dengan keras Nanang, sang suami, hanya bisa pasrah kepalanya dikeplaki dengan brutal oleh istrinya yang terkenal galak.
"Ampun Nur! Ampun!"
"Berani-beraninya ya lu nyolong duit gue buat judi. KALAH LAGI!"
"Ssssttt... Jangan teriak-teriak Nur! Lu tahu sendiri kan tembok kamar kita tipis. Nanti kedengeran sama tukang ojek di pangkalan belakang...", kata Nanang penuh alasan biar tidak jadi sasaran empuk tangan Nur. "BODO AMAT! Gue gak mau tau ya pokoknya lu harus balikin duit gue!" "Iya... tenang aja... nanti gue usahain cari gantinya.." "Gimana caranya? Asal lu tahu ya.. ni juragan kosan kita sekarang udah pasang kamera CCTV di mana-mana. Lu udah ga bisa lagi nyolong hape! Apalagi motor!"

"Ssssttt... jangan kenceng-kenceng ngomongnya nanti anak kosan pada tahu kalo gue yang malingin motor bulan kemarin!" "Elu sih guoblok! Udah guoblok, hobi judi. Kalah mulu lagi! KELAR!"
"Iyaaa.. maaf... makanya nanti gue..." Ucapan Nanang mendadak tersela oleh bunyi dering notifikasi di hapenya. "Siapa lagi tuh? Mau nagih utang judi ya?"
"Bukan.. etdah. Ini majikan kita nih yang punya kosan. Lu diem dulu!" sahut Nanang sambil langsung mengklik notifikasi di hapenya. Lumayan, dia bisa istirahat sebentar dari omelan singa ngamuk. Nur sang istri yang hatinya panas, makin kesal melihat ekspresi Nanang yang mendadak terlihat sumringah saat selesai membaca pesan yang masuk.
"Kenapa lu cengar-cengir?"
"Gue punya ide keren!"
"Orang guoblok kayak lu mana mungkin bisa mikir!"
"Etdah lu gitu amat sama laki sendiri! Ni rencana, kalo sukses bakal bikin kita bisa idup enak selamanya!" "Lu jangan gila ya!"
"Dengerin dulu!" "Apaan?" "Keluarga majikan kita mau pergi ke luar negeri 2 minggu, jadi......" Dengan semangat menggebu-gebu, Nanang menceritakan rencananya untuk mencari uang. Nur yang awalnya kesal, lama-lama mulai reda marahnya. Kembali ke saat ini. Di bawah, Nur sedang berakting untuk meyakinkan majikannya bahwa yang jahat di situasi ini hanyalah Nanang seorang. Padahal siap-siap saja, begitu momennya tepat, orang yang akan menikam Non Erika yang cantik itu tidak lain dan tidak bukan adalah si Nur! Saat ini tugas Nur cuma satu, yaitu membuat Erika lengah sehingga bisa memasukkan obat ke dalam minumannya. Hanya saja, Nur tidak tahu apa isi obatnya. Nanang bilang ke Nur bahwa obatnya adalah obat tidur. Saat non Erika yang cantik itu terlelap pulas, mereka akan menelanjanginya, memfoto dirinya sebagai bahan ancaman untuk menuruti apapun keinginan kedua suami istri itu. 

Tapi tentu saja Nanang tidak berniat membrikan obat tidur. Nanang justru berencana memberikan obat perangsang dosis tinggi. Tujuannya agar majikannya terangsang berat. Dengan begitu Nanang bisa mendapatkan 3 hal sekaligus 1 - Foto bugil majikannya untuk dijadikan bahan ancaman 2 - Nanang bisa menikmati mulusnya tubuh seorang artis cantik 3 - (Siapa tahu majikannya hamil) Nanang bisa jadi suami seorang gadis kaya raya Membayangkannya saja liur Nanang langsung menetes. Agar Majikannya hamil, Nanang akan menggunakan ancaman foto bugil agar Erika mau digauli sepuasnya setiap hari. Jika Erika sampai hamil, sudah pasti Nanang bakal dengan ikhlas 'rela' bertanggungjawab dengan menikahi Erika. Nur, istrinya yang sekarang ya dicerai aja. Ngapain punya istri banyak-banyak kayak Ujang si tukang ojek di pangkalan belakang. 

Memikirkan Ujang, si Nanang jadi ingat untuk meminta tolong tukang ojek tua itu untuk membelikan obat perangsang ke pedagang obat pinggir jalan langganannya. 'Mungkin sekalian titip beliin obat kuat ya?' pikir Nanang sambil cengar-cengir sendiri. Membayangkan di sisa hidupnya tinggal ongkang-ongkang kaki jadi juragan kosan. Nanang merasa idenya super brilian. Di malam harinya. Sambil mendengarkan curhatan Nur, seharian tadi Erika mengecek berbagai hal: listrik, internet, air. Erika bahkan rela menyapu dan mengepel tiga lantai kosan. Dalam hati Erika berharap semoga besok bisa langsung menemukan orang yang cocok untuk jadi pengurus kosan, karena Erika tidak sanggup untuk melakukan semua pekerjaan ini sendirian setiap hari. Saat semua lantai sudah bersih dan harum, saatnya melakukan tugas terakhir: mengantar baju kotor penghuni kosan sebelum laundry tutup. Berdua dengan Nur, Erika menenteng dua plastik besar yang padat dengan baju kotor. Untung saja jarak laundry-nya dekat, persis di belakang kosan. Saat melewati pangkalan ojek, semua supir ojek langsung pangling dengan kecantikan Erika.
"Siapa tuh Nur? Cantik amat!" Dalam hati Erika merasa senang mendengar pujian tersebut. Wajah lelah dan badan lengket penuh keringat memang tidak bisa menyembunyikan aura kecantikan Erika.

"Jangan macem-macem! Ini juragan kosan gue!" bentak Nur yang disambut tawa dan ledekan dari seluruh tukang ojek.
"Eh, Nur! Ada titipan buat Nanang nih!" sahut seorang tukang ojek yang tampaknya paling tua.
"Mana? Sini!" Nur langsung tahu bahwa titipan itu berisi obat pesanan Nanang.
"Laki lo mana sih? Biasanya jam segini udah nongkrong di sini sama kita-kita?"
"Tau! Minggat dia dari pagi!"
"Hah? Minggat? Terus ini bayarannya gimana?" tanya si tukang ojek tua. Merasa menyesal karena titipan Nanang sudah kepalang berpindah tangan ke genggaman Nur.
"Tunggu besok ya! Siapa tahu dia pulang malem ini!"
"Ah percuma Jang, paling juga udah kabur tuh. Semalem dia abis kalah taruhan sama loe, kan?" celetuk salah satu tukang ojek yang disambut dengan anggukan kepala tukang ojek lainnya.
"Udah ah, gua ke laundry dulu! Berat nih!" sahut Nur buru-buru melarikan diri.

"Mari mas.. pak..." Erika pamit sambil tersenyum, memberikan rasa berdesir di jantung semua tukang ojek yang meilhatnya. Di dalam kamar sederhana yang disediakan untuk pengurus kosan, Erika mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil menggigil kedinginan. Bukan karena meriang, tapi memang air di kosan ini cukup dingin. Meski menyediakan air panas, tapi fasilitas itu hanya bisa dinikmati terbatas untuk penghuni saja.

"Non Erika... ini diminum dulu, biar gak masuk angin" kata Nur sambil menyodorkan segelas teh hangat. "Makasih ya mbak Nur" jawab Erika kemudian meneguk setengah gelas. Kehangatan langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Membuat Erika langsung meneguk setengah gelas sisanya. "Langsung habis hehe.." "Daripada gak habis Non.. malah mubazir" jawab Nur. Melihat Erika menghabiskan segelas teh yang sudah dioplos obat, Nur langsung bersiap-siap memberitahu Nanang. Namun berhubung HP suaminya dimatikan, Nur terpaksa harus pergi ke lantai 3 untuk memberitahu situasinya secara langsung. "Saya cuci gelas dulu ya Mbak..." kata Nur pamit keluar kamar sambil membawa gelas dan sendok teh. "Mbak Erika kalau ngantuk langsung tidur aja. Nanti biar saya yang gembok pagar kosan." Setelah Nur keluar kamar dan menutup pintu, Erika mengatur posisi untuk tidur. Kamar itu kecil, kasurnya pun hanya berupa matras tipis tanpa ranjang. Tapi rasa lelah setelah bekerja keras seharian rasanya akan bisa membantu Erika untuk segera tidur. Agar semakin cepat terlelap, Erika mengeluarkan sebuah noErikal untuk mengantarnya menuju dunia mimpi. NoErikal yang sudah tamat dibacanya berkali-kali, namun tidak pernah membuat Erika bosan.

Di lantai 3. Nur membuka kunci kamar Nanang dan langsung masuk karena tidak sabar untuk memberitahu suaminya untuk bersiap-siap. Tapi alangkah kagetnya Nur ketika melihat suaminya tak bercelana dan mengocok burungnya yang sedang berdiri tegak. Nur bengong. Nanang bengong. Yang tidak bengong hanyalah televisi yang sedang menampilkan acara talkshow dengan Erika sebagai bintang tamunya. Tampaknya karena harus syuting acara ini, Erika tidak pergi liburan ke Jepang bareng keluarganya. Nanang buru-buru mencari remote untuk mematikan TV tapi terlambat. Nur keburu mengerti siapa yang dijadikan fantasi seksual oleh suaminya. Nur langsung menyerbu Nanang dengan gamparan tangannya bertubi-tubi. PLAK! PLAK! PLAK! PLAK! "Kayak gini mau ngejebak non Erika? Ngeliat fotonya aja kamu ngaceng apalagi nanti ngeliat langsung dia telanjang?"

"Apa sih Nur? Aw! Aw! Aduh! Aw"
"Aku gak percaya kamu! Pokoknya aku aja yang ngefoto non Erika!"
"Nur! Diem! Jangan berisik! Nanti ada yang denger!"
"Sini hapemu! Sini! Biar aku aja yang foto! Kamu nunggu di sini aja sambil coli!" Mendengar ucapan Nur, tentu saja Nanang tidak terima. Dia mau menikmati tubuh indah majikannya sekarang juga biar bisa menghamili dan menjadikan dirinya juragan kosan.
"Enggak Nur! Kamu percaya sama aku! Kamu tunggu di sini biar aku aja yang..." PLAKK! "Aduuhhh... sakit Nur!"
"APA? Berani kamu? HAH?"
"Kamu jangan macem-macem Nur! Aku cerai kamu baru tahu rasa!"
"Berani kamu cerai aku ?

PLAK! "Aduh..perih tahu Nur!" "Lebih perih hatiku mas! Beraninya kamu ngomong mau cerai aku? Siapa yang mau ngurus kamu?? Mau makan apa kamu? Kamu pikir selama ini kamu dapet duit darimana? Aku yang kerja ngurusin kosan! Bukan kamu!"
"Aku cerai kamu Nur! Pokoknya malam ini aku hamilin non Erika biar dia mau jadi istriku! Aku bakal jadi juragan kosan! Gak perlu kamu lagi!"
"WONG EDAN! ITU RENCANAMU?"
"Iya! Mau apa kamu?"
"Bangsat! Tahu gitu ndak aku campurin obatnya banyak-banyak tadi! Biar non Erika langsung bangun sebelum kamu sempet apa-apain! Biar dia jerit ngeliat muka jelekmu!"
"HAHAHAHAHA!!!"
"Kenapa kamu ketawa?"
"Hahaha... kamu pikir itu obat tidur? Hahahaha"
"Hah? Itu.. obat apa?"
"Itu obat perangsang Nur! Liat muka jelek kayak genderuwo pun dia gak bakal nolak digenjot Nur! Dia gak bakal bisa nahan nafsu! Dan dia gak akan sadar kenapa bisa mau nyerahin tubuhnya sama aku! Dia gak akan ngerasa diperkosa! Makanya dia bakalan nurut untuk jadi istriku! Aku gak butuh kamu lagi Nur!"

Mendengar rencana asli Nanang, wajah Nur langsung berubah merah dan bersiap menyerang Mukdi sekuat tenaga. Tapi Nanang mendadak merasa di atas angin. Nur yang terlalu dikuasai emosi jadi menyerang serampangan. Setelah bertahun-tahun hanya bisa pasrah menerima pedasnya gamparan tangan Nur, kini Nanang bisa mengelak bahkan membalas menyerang istrinya. PLAKK! Nur terjatuh ke atas kasur. Sebetulnya dia bisa menahan rasa sakit di pipinya, tapi hatinya terlalu shock sehingga membuat tubuhnya diam saja melihat Nanang mengambil kain lap dan membuka sebuah botol chloroform.

"Kalau obat tidur tuh yang kayak begini Nur..." sahut Nanang sambil membekap istrinya. Tanpa perlawanan Nur langsung jatuh pingsan dengan air mata membanjiri pipinya. Nanang meninggalkan Nur yang terbaring tak sadarkan diri di dalam kamar.

Sesaat Nanang bersyukur tembok kamar kosan ini dibangun kedap suara sehingga pertengkarannya dengan Nur barusan tidak akan terdengar keluar. Dan lagi, suara TV yang ditontonnya barusan cukup bisa menyamarkan suara mereka berdua. Bisa berabe jika ada orang lain yang sampai mengetahui rencananya. Nanang berjalan penuh percaya diri menuruni tangga kosan. Dia bahkan sempat membakar sebatang rokok kretek untuk merayakan keberhasilan rencanya. Kini dia tinggal hadir di kamar saat birahi Erika mulai merayap naik. Nanang tinggal berakting peduli dengan kondisi kesehatan Erika dan bersikap manis. Semua tinggal tunggu waktu hingga akhirnya Erika sendiri yang akan menanggalkan pakaian dan menawarkan tubuhnya kepada Nanang. Tak lupa Nanang membawa chloroform di saku celananya. Nanang merapihkan rambut keritingnya sebelum membuka pintu kamar pengurus kosan, namun........ ........pintu itu tak bisa dibuka. Nanang berusaha membuka pintunya sekali namun gagal, sepertinya terkunci dari dalam.

TOK TOK TOK "Mbak Erika... Saya Nanang. Boleh masuk?"

Nanang menunggu jawaban namun yang dia dengar hanya suara desahan aneh yang tertahan. Untuk memastikan, Nanang menempelkan kupingnya ke pintu. Nanang tersenyum, sepertinya Erika sudah terangsang berat sampai sulit membuka kunci kamar.

Nanang mengintip melalui lubang kunci dan melihat tubuh molek Erika di atas lantai kamar tempat dia biasa menggauli Nur. Tubuh istrinya tentu tidak sebanding dengan keindahan fisik Erika. Bidadari di balik pintu ini terlihat sedang menutup mulutnya dengan tangan kiri, untuk menahan suara desahan akibat tangan kanan yang bermain nakal di vaginanya. Ternyata efektivitas obat perangsang itu jauh melebihi bayangan Nanang. Hmmm... Jika Nanang bisa melihat melalui lubang kunci, berarti tak ada anak kunci yang tergantung di lubang pintu. Dengan begini Nanang tinggal pergi kembali ke lantai tiga dan mengambil kunci cadangan dari kantung celana Nur. Nanang senyum-senyum sendiri. Mangsanya sudah tersaji dan siap dinikmati sesaat lagi. CLAK! Mendadak terdengar bunyi seperti logam membentur lantai keramik dari dalam kamar. Nanang kembali mengintip lewat lubang kunci untuk memastikan bunyi apa barusan. Bukannya pemandangan indah yang dilihat Nanang, justru sepasang bongkahan pantat keriput yang dilihat Nanang. Rupanya tadi adalah bunyi kepala ikat pinggang terjatuh. Sialan! Ternyata daritadi ada orang lain selain Erika di dalam kamar. Nanang tidak melihatnya karena orang itu sedang melepas pakaiannya di balik pintu.

"Nanang... makasih loh bayarannya!" Nanang tahu siapa pemilik suara itu. Si tua bangka beristri banyak: Ujang! "Jangan macem-macem kamu Jang! Itu jatah gue!"
"Jatah lo itu si Nur! Yang ini jatah gue hehehe.. Kebetulan gue udah bosen sama 3 bini gue!"
"Anjing lo Jang! Denger ya! Kalo lo berani macem-macem, gue bakal teriak biar lo diarak orang sekampung!"
"Gampang. Gue tinggal bilang, ini semua rencana lo. Nur saksinya" Nanang tidak berkutik. Mendadak dia merasa menyesal telah mencampakkan Nur. Istrinya pasti akan dengan senang hati memberi kesaksian yang mendukung Ujang untuk menghancurkan Nanang.
"Makanya..." lanjut Ujang dari dalam pintu.
"Kalau punya rencana, disimpen baik-baik. Jangan diomongin kenceng-kenceng sampai kedengeran dari pangkalan ojek belakang hahahaha..." "Jang.. tolong bantu gue Jang. Lo boleh nikmatin majikan gue duluan deh, tapi abis itu biarin dia jadi milik gue. Biar gue bisa jadi juragan kosan Jang!" "Hahaha.. telat! Mending gue yang jadiin cewek cantik ini istri keempat gue. Anggap aja buat bayar utang taruhan lo yang kemarin" kata Ujang sambil tertawa. Nanang memelas dan iri dengan kondisi Ujang mengingat Erika sudah terangsang hebat di dalam sana. Buktinya, nona majikannya yang cantik itu nurut-nurut saja saat disodorkan penis oleh Ujang. Gadis cantik itu bahkan mengulum penis keriput di mulutnya dengan semangat. Dari sudut sempit Nanang melihat pandangan Erika seperti kosong, tidak memikirkan apa-apa lagi selain berusaha menghisap kuat-kuat isi dari penis yang berada di mulutnya. Nanang sadar situasinya saat ini. Dia sudah tidak punya tawaran berharga lagi untuk diberikan kepada Ujang. 

Bahkan Nanang harusnya merasa bersyukur karena diizinkan Ujang untuk melihat adegan persetubuhan panas majikannya yang sebentar lagi akan terjadi lewat lubang kunci. Nanang hanya bisa onani dari balik pintu melihat Erika yang sudah dikuasai nafsu. Bidadari cantik itu sekarang melepaskan kulumannya dan berbalik mengambil inisiatif dalam permainan panas yang dialaminya. Erika menyuruh Ujang berbaring di matras. Payudara Erika yang berukuran sedang terlihat semakin membusung kencang saat Erika menyisir rambutnya ke belakang sambil mengangkangi penis Ujang. Sungguh sebuah rejeki nomplok bagi Ujang. Dia pikir keberuntungannya sudah habis setelah menang besar saat ikut judi bola semalam. Tapi ternyata kemenangan yang lebih besar masih ada dan kini segera dia nikmati. Gadis paling cantik yang pernah dia lihat kini telanjang bulat bersama dirinya dan membimbing penis Ujang untuk ditancapkan ke vagina yang belahannya tampak masih rapat. 

Di lain pihak, sedikit logika Erika sempat kembali. Relakah dia menyerahkan keperawanannya untuk pria uzur dari planet antah berantah ini? Tapi semua keragu-raguan itu lenyap seketika saat ujung penis tua yang masih sanggup berdiri tegak itu menyentuh belahan vaginanya. Rasanya seperti ada kejutan listrik yang menyengat, namun tidak menyakitkan, justru malah bikin penasaran. Perlahan-lahan Erika memindahkan bobot tubuhnya ke bawah dan membiarkan vaginanya dibelah oleh tombak pusaka Ujang. Terus dan terus dan semakin dalam. Erika tidak menurunkan kecepatan meski inilah pertama kalinya dia merasakan vaginanya merekah mengikuti bentuk kejantanan yang sedang memasuki liang senggamanya. Bahkan ketika penis tua itu tertahan selaput daranya, Erika justru sedikit menggoyangkan pinggulnya untuk membantu burung si Ujang membongkar pertahanan terakhir.

"AAKHhh" Erika menjerit kecil sambil menggigit bibir bawahnya. Dari balik pintu, Nanang tahu nona majikannya baru saja kehilangan keperawanannya. Tangannya gemetar mencengkeram gagang pintu. Entah karena tidak tahan mendengar erangan seksi Erika barusan. Atau geram karena harusnya dia yang menjebol keperawanan majikannya. Sementara di dalam kamar, Ujang tidak menyangka gadis cantik yang menungganginya masih perawan. Apalagi Erika seolah tidak mau berlama-lama meratapi kegadisannya yang baru saja terenggut dan langsung menaik-turunkan tubuhnya hinga kedua payudara Erika bergoyang mengayun menggairahkan.

"OOhhhssshhh...hhhmmmmmmhhh...aahhh..." Erika bergerak semakin lama semakin brutal. Pinggulnya meliuk seolah-olah sudah sangat berpengalaman dalam hal bercinta. Mungkin naluri alami Erika sebagai betina yang membuatnya melakukan gerakan tersebut. "AAhhhh...ahhh..mhh...sshhh..aaahhh" Mendengar yang mendesah-desah keenakan, Ujang yang berada di bawahnya tampak kewalahan. Jika dibiarkan, bisa-bisa penisnya akan muncrat karena saking enaknya. Di sinilah pengalaman Ujang sebagai laki-laki dengan tiga istri mulai terlihat. Ujang langsung menangkap bukit kembar Erika dengan kedua tangannya, dan mengusap kedua puting kanan dan kiri yang berwarna merah muda kecoklatan itu untuk memberi rangsangan tambahan. "OOuussshshhhh......." Diperlakukan seperti itu, kedua bola mata Erika langsung berubah putih dan tubuhnya menggelinjang saat merasakan orgasmenya yang pertama sebagai wanita dewasa. Sempat istirahat sebentar, Ujang sedikit memancing kembali birahi Erika dengan menggoyangkan pantatnya naik-turun, yang langsung disambut dengan gerakan seirama oleh Erika. Seolah dia tidak peduli dengan orgasme yang baru saja dialaminya barusan serta darah perawannya yang masih bercucuran. Kedua insan dengan selisih usia 3 kali lipat itu saling berlomba-lomba menggoyangkan pinggul. Meski ini adalah tragedi, tapi Erika mungkin bisa bersyukur karena malam pertamanya dilalui dengan penuh kenikmatan. 

Ujang pun tidak pernah merasakan seks senikmat ini. Mungkin efek vagina Erika yang licin tapi kencang karena sebelumnya masih perawan. Mungkin karena lekukan tubuh langsing Erika yang berbalut kulit putih mulus. Mungkin karena liukan tubuh Erika yang lentur dan penuh energi. Mungkin karena kedua bukit kembar Erika yang bulat kencang dan ukurannya pas dengan proporsi tubuhnya. Mungkin karena wajah cantik Erika yang menahan nikmat hingga ekspresinya terlihat sangat menggairahkan. Atau mungkin karena kombinasi semuanya. 5 menit kemudian, "ooohhh...ooohhhmmmmmmhhhhh" Erika mendapatkan orgasmenya yang kedua, rasanya lebih nikmat dari yang sebelumnya. Mungkin karena kali ini Nanang tidak mengehentikan genjotannya tapi terus menyodok vagina Erika demi meraih puncak kenikmatan.

"Nenggg...abangg.. gag..tahannn..lagi.mau.ngecrotttt... aahhhhhh...." Ujang mengerang puas. Di luar kamar, Nanang pun sudah mencapai klimaksnya sampai-sampai spermanya muncrat membasahi pintu kamar. Lelehan sperma seolah tumpah dari vagina Erika ketika Ujang mencabut penisnya untuk mengubah posisi mereka. Kini Erika telentang di bawah, betis kirinya dipanggul ke atas bahu kanan Ujang. Tanpa buang waktu, kedua insan itu langsung melanjutkan permainan mereka. Sodokan mantap Ujang membuat kedua payudara Erika bergoyang membal cukup brutal. Menerima perlakuan seperti itu, Erika terpaksa berusaha menahan erangannya mati-matian. Kedua tangannya menutup rapat mulutnya agar tidak ada suara yang keluar melewati bibir manisnya.

Berkali-kali Erika orgasme di posisi itu namun Ujang tak menurunkan kecepatan sodokannya sedikit pun. Erika pun menyerah, dia melepaskan dekapan tangan di mulutnya dan beralih meremas bantal di atas kepalanya karena tak tahan menikmati sensasi surga duniawi ini. "Aaaaahhh...Aaaahhhh...Iyesssssssshhhh" Mendengar desahan erotis yang dikeluarkan Erika, Ujang jadi semakin semangat menggenjot penisnya. Puncaknya, Erika menekuk punggungnya hingga hampir kayang sambil menjerit liar "aahhh…Ssshhh...." Ujang merasakan sensasi luar biasa di orgasme Erika kali ini. Vagina Erika seperti menjepit erat penis Ujang hingga hampir keluar. Sambil mengambil napas, Ujang membiarkan Erika menikmati orgasme panjangnya hingga selesai. Kedua payudara Erika tampak sedikit merah akibat remasan gemas kedua tangan Ujang. Dua gundukan mulus itu naik-turun cukup cepat mengikuti desah napas Erika yang ngos-ngosan akibat bercinta gila-gilaan. Setelah desah napas Erika mulai kembali teratur, kedua bola matanya pun kembali terlihat. Ketika Erika sudah kembali dari nirwana, Ujang mengecup lembut kedua puting merah muda milik Erika dengan mesra. Membangkitkan kembali gairah Erika secara perlahan. Erika tidak pernah merasakan hal seindah ini. NoErikal Fifty Shades of Grey yang sering dibacanya ternyata berdampak pada orientasi Erika atas kata 'romantis'. Tidak sekasar aksi BDSM di novel itu memang, tapi Erika merasa dirinya memang ditakdirkan untuk jadi wanita yang cukup liar dalam bercinta.

"Angkat pantatnya dikit" perintah Ujang. Erika menurut meski bingung apa yang hendak dilakukan Ujang. "Kita lanjut yaaa.." Erika mengangguk perlahan dan merasakan vaginanya kembali digesek nikmat oleh penis. Kali ini Ujang menggenjot Erika dengan kalem. Ujang ingin menyimpan baik-baik momen indah ini dalam kenangannya. Detik-detik dimana seorang bidadari cantik bersedia mengangkang dan menyerahkan keperawanannya secara sukarela untuk seorang tukang ojek tua seperti Ujang. Kata orang, di surga disediakan bidadari perawan untuk dijadikan istri yang siap melayani dan bebas dinikmati setiap hari. Penghuni surga juga tidak perlu memikirkan harus makan apa, karena hidupnya sudah ditanggung selamanya. Mungkin inilah surga. Mungkin saat ini aku sudah mati, pikir Ujang. Dan dalam dekapanku inilah bidadariku. Kini yang perlu aku lakukan untuk hidup enak selamanya adalah memastikan bidadari ini menjadi istriku. "Dalemin lagi pak.." bisik Erika dengan manja. Ujang tersadar dari lamunannya. Gara-gara lamunan barusan, genjotannya jadi melemah. Ujang tersenyum dan memantapkan sodokannnya. "Oh yesss... terus pak... dikit lagi saya nyampe.." "Bareng ya, saya juga mau ngecrot sebentar lagi" ajak Ujang yang dijawab dengan anggukan manja oleh Erika. Ujang mempercepat sodDedinnya secara bertahap hingga Erika kembali mengerang lepas tak tertahan hingga mencapai puncak.

"Aaaahhh..." "AAahhh..'' "Iyyyashh...oooHhh..."

"Aaaahhhuuhhhhmmmnnggg....ssshhhh" desis Erika saat menikmati orgasmenya yang entah ke berapa. Meski tidak sedahsyat sebelumnya, namun orgasme kali ini berlangsung cukup lama. Bahkan hingga 90 detik setelah orgasme, sekujur tubuh Erika masih bergetar-getar seperti robot korslet. Ujang lagi-lagi tidak tahan lagi dengan jepitan nikmat dari vagina Erika. Pria tua itu menyodokkan penisnya dalam-dalam hingga mentok dan menyemburkan spermanya di rahim Erika. 5 menit setelah keduanya selesai orgasme, Erika bertanya "Bapak keluarin di dalem ya?"

"Iya, biar non hamil" jawab Ujang sambil nyengir. Erika menerawangkan matanya ke atas memandang langit-langit kamar. Sungguh dirinya tidak pernah menyangka: malam pertamanya ternyata terjadi di kamar kecil yang jauh dari kata indah. Bahkan momen yang seharusnya romantis itu dia alami bersama orang yang namanya saja tidak Erika kenal. "Non mau kan jadi istri saya? Biar tiap hari bisa main kuda-kudaan sama Joni hehehe.." kata Ujang sambil mencabut penisnya yang masih tegak dan mengacungkannya ke depan muka Erika. "Nih dia si Joni yang udah merawanin Non. Dia kepingin kenalan katanya.. Non namanya siapa?" Mata Erika mulai berkaca-kaca. Erika tidak menyangka, ternyata dirinya diperawani dan mungkin dihamili oleh orang yang tidak mengenal dirinya. Jangankan statusnya sebagai artis idola banyak pria, namanya saja bahkan tidak diketahui pria tua ini. "Non masih kuliah apa udah kerja? Pasti masih kuliah ya? Mukanya maish muda banget soalnya. Eh, bisa aja sih Non udah kerja. Jadi bintang iklan! Muka Non cantik banget soalnya, gak kalah sama-sama artis sinetron di TV!" Erika hanya membisu mendengar Ujang mengoceh sendiri.

"Kok diem aja, Non? Kalo diem berarti bener! Non bintang iklan, ya kan? Maaf ya Non... mulai sekarang Non harus mengundurkan diri jadi model, soalnya Non bakal saya jadiin istri saya yang keempat! Non bakal saya garap tiap hari! Hehehehe...." Kalimat Ujang sedikit menyadarkan Erika akan statusnya sebagai seorang model.
"Non capek yah? Tapi si Joni mau lagi nih" kata Ujang.
"Non sekarang nungging ya kayak anjing, saya mau nyodok dari belakang" Meski badannya lemas, Erika menurut saja ketika Ujang memposisikan Erika agar merangkak. Tapi karena kedua tangannya sudah tidak bertenaga, akhirnya hanya kedua kaki Erika saja yang menekuk menahan bobot tubuhnya. Punggungnya pun jadi melengkung sempurna karena pantatnya menungging. Pose Erika yang menungging manja membuat penis Ujang mengeras lagi. Pria tua ini berniat memberi Nanang sebuah pemandangan erotis berupa dua payudara tergantung yang berayun-ayun saat digenjot oleh Ujang dari belakang. "Nanang, bayangin aja kontol lo diemut sama non ini dari depan ya.. hehehe..." sahut Ujang ke arah pintu. Tapi Ujang tidak tahu, tak ada lagi orang yang berdiri di balik pintu. Nanang sudah pergi daritadi menerima kekalahannya. Malam masih panjang, Joni masih tegang, Nanang sudah menghilang. Yang tersisa hanya Erika dan pria tua bernama Ujang.

Persetubuhan Erika dengan Pak Ujang tentu saja tidak hanya terjadi satu kali. Meski tidak setiap hari, tapi Pak Ujang beberapa kali mengunjungi kosan Erika (mumpung belum memiliki pengurus baru). Tujuan pria tua itu berkunjung ya apalagi kalau bukan ingin meminta jatah? Meski tidak diancam, Erika tak kuasa menolak karena khawatir Pak Ujang akan berbuat nekat. Bisa bahaya kalau hubungan gelap mereka ketahuan penghuni kosan atau para tukang ojek di pangkalan belakang. Untungnya Pak Ujang 'cukup tahu diri' dengan mengajak Erika bercinta hanya pada saat kondisi kosan sudah sepi.

Siang hari mengurus kosan besar, malamnya digarap kakek mesum. Meski masih muda, tubuh Erika juga ada batasnya. Makanya setelah beberapa minggu melewati malam penuh gairah bersama Pak Ujang, Erika memutuskan untuk menjual kos-kosannya. Beruntung harga properti di lokasi tersebut sedang naik sehingga Erika tetap meraih untung yang lumayan meski statusnya 'jual cepat'. Tapi kejadian pada malam itu pastinya tidak akan terlupakan oleh Erika. Dia mungkin tidak ingat bagaimana awalnya; kenapa dia bisa rela menyerahkan kesuciannya untuk pria yang bahkan lebih tua dari papanya. Tapi tubuh sintalnya mengingat jelas semua sensasi indah yang diberikan Pak Ujang. Erika mau merasakannya lagi. Tapi.... tentu tidak mungkin Erika pergi menghampiri kontrakan Pak Ujang untuk minta digagahi, kan? Kini nyaris setiap malam Erika jadi horny sendiri. Jika sebelumnya dia hanya berani untuk menggesek-gesek area kewanitaannya dengan guling, kini jari lentiknya berani masuk untuk memberikan kepuasan yang lebih. Tapi selincah-lincahnya jari Erika menari, tentu tidak bisa menggantikan kenikmatan disodok dengan kejantanan pria. Tiap malam Erika meraih kenikmatan sendirian, namun hatinya tahu dia ingin merasakan nikmatnya bercinta lagi. Tapi sama siapa? Erika berbaring menyamping di ranjangnya dengan celana dalam yang masih basah sambil memikirkan sesuatu hal. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4