Langsung ke konten utama

Para Pemerkosa Yang Brutal


Cerita menyedihkan ini kualami beberapa tahun yang lalu. kejadian yang menimpaku dan kakak perempuanku yang berusia 21 tahun, ia memiliki wajah yang cantik dan oriental dengan rambut panjang sebahu, tubuhnya lumayan tinggi (165 cm) dan sangat proporsional dengan kulit putih mulus, yang mungkin disebabkan faktor keturunan karena kami memang keturunan Chinese.Sejak masuk kuliah kami berdua sudah merantau dan tinggal disebuah rumah kontrakan yang tak jauh dari tempat kuliah.
Mejalani kehidupan yang jauh dari orang tua membuat kami terlatih untuk hidup mandiri bahkan kami berdua pun bekerja sambil kuliah guna meringankan beban orang tua yang berada dikota lain.

pada suatu hari ketika sedang liburan akhir pekan aku mengantarnya berbelanja ke mall hingga malam, kemudian setelah makan malam, iseng-iseng kami menonton film di bioskop. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam lebih saat bioskop bubar.
Saat kami berjalan pulang ke rumah kontrakanku, kami melewati jalan pintas yang agak sepi, saat itu aku sudah memiliki rasa khawatir saat melihat di ujung gang tampak banyak sekelompok pemuda, ada yang bermain gitar, menyanyi, dan main kartu.

Setahuku selama ini mereka memang gemar membuat keonaran mulai dari tawuran hingga memalak para warga yang melintas yang hasilnya digunakan untuk bermabuk mabukan.
Sebenarnya aku sempat kuatir namun aku mencoba tenang sambil mengobrol santai dengan ciciku tentang berbagai hal.

Saat itu Aku dan ciciku berjalan cepat melewati mereka yang sedang duduk nongkrong disebuah bangku kayu panjang.
Tiba tiba salah seorang dari mereka mulai iseng bersiul guna menggoda ciciku yang kebetulan memakai rok pendek.

"Wuih mulus banget tuh paha.. Jadi sange nih gue... Goda salah satu dari mereka.
"woii kalian berdua punya duit gak.. Soalnya kita pengen beli minuman nih..?
tanya pemuda tanggung yang sedang memegang kartu.
"maaf bang. ngak ada soalnya kita abis pergi belanja tadi.
"ahh. Jangan bohong lu. Kalau gua periksa ada nanti gua ambil semua ya! Ancam pemuda berkaos lusuh.
"beneran bang. Nih cuma sisa segini ujarku sambil menunjukan dompetku yang berisi uang yang jumlahnya tak seberapa.
pemuda itu pun segera merampas semua uang yang ada didompetku hingga tak bersisa.   
Kami mencoba meninggalkan tempat tsb namun di depan kami telah menghadang seorang pemuda bertubuh besar dan tegap, berkulit gelap dan tampak sangar
"heh!! Lewat sini lo kagak permisi dulu sama gue!!
Aku lalu mencoba mengajak berbicara secara baik-baik sambil berharap ada orang yang lewat tetapi tanpa kusangka pemuda itu malah emosi dan meninju rahangk sehingga aku terjatuh. aku berusaha bangkit dan melawan untuk membela diri, namun di saat yang bersamaan beberapa orang temannya mengeroyokku dan memberikan tendangan beruntun hingga bersarang di kepala dan badanku. Saat itu kudengar jeritan ciciku yang ketakutan sebelum dunia serasa gelap gulita dan aku jatuh pingsan.

Tak lama kemudian Aku terbangun dengan kepala pening dan mengingat-ngingat apa yang terjadi, tanganku rasanya nyeri sekali, sesaat kemudian aku sadar ternyata tanganku terikat ke atas pada papan yang melintang dengan tali tambang yang kuat, aku tergantung di situ cukup tinggi, aku melihat ke bawah, dan melihat kakiku yang juga terikat tidak mencapai lantai, aku tersentak kaget menyadari tergantung dalam keadaan telanjang bulat, tanpa busana sama sekali.

Lalu kudengar erangan dan rintihan wanita yang rasa-rasanya aku mengenali suara itu. saat pandanganku mulai jernih, aku melihat ternyata aku tidak sendiri di ruangan itu.Di tengah ruangan ada sebuah meja kayu berukuran kecil dan di atas meja tersebut tampak sesosok tubuh gadis berkulit putih mulus dalam keadaan tubuh nyaris telanjang bulat, hanya tersisa BH yang menutup payudaranya yang membukit indah, tali kutangnya telah terlepas sehingga semrawut dan menampakkan sebagian besar kulit putih mulus yang menggunung itu. Kedua tangan gadis itu terikat di belakang punggungnya, meja kecil itu hanya dapat menampung punggung gadis itu, sehingga kepala gadis tsb jatuh menengadah. Rambutnya yang panjang terurai ikut menjuntai kelantai hingga terlihat tak berdaya.

Di depan gadis itu tampak seorang pemuda berbadan besar dalam keadaan bugil sedang memeluk kedua paha gadis itu yang tersandar di pundak kiri kanannya, sambil membuat gerakan maju mundur.
Suara rintihan yang kudengar berasal dari gadis itu, samar-samar masih dapat kudengar
"Ooohh... amppunnnn... akkhh... ooohhh... jangann... jangannn... sakit.."

Darahku tersirap menyadari bahwa suara itu sangat mirip ciciku atau memangkah gadis yang sedang diperkosa itu ciciku? Aku tidak pernah melihat ciciku telanjang tapi tubuh indah di atas meja itu memang seperti postur tubuh ciciku. Setelah beberapa saat pandanganku semakin jelas, tampaklah bahwa gadis itu memang ciciku! Sweater, kaos dalam, rok pendek dan celana dalam ciciku tampak berserakan di lantai. Aku melihat perkosaan itu dengan marah, namun aku tak berdaya menolong karena menolong diri sendiri saja aku tidak mampu, dan entah mengapa, setelah beberapa saat melihat ciciku yang tak berdaya dalam keadaan nyaris bugil, tak dapat ditahan batang kemaluan pelan-pelan menegang keras.

Pria yang sedang memperkosa ciciku terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam liang kemaluan ciciku. Tampak dia berusaha mengatupkan pahanya namun pria itu melebarkan kakinya sehingga berbentuk seperti huruf V dan terus memompa masuk dengan buas.

Kemudian tangannya yang kekar dan berotot menyentakkan BH ciciku dengan kasar dan tampaklah bukit kembar ciciku terpentang bebas membusung menantang dan sangat menggairahkan, bahkan dalam posisi dada yang agak tertarik karena kepala ciciku yang menengadah ke bawah. Payudara itu masih tampak montok dan padat, pemerkosa itu terus memompa sambil kedua tangannya meremas-remas payudara ciciku itu.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan muncul sekitar 3 pemuda yang berpakaian lusuh dengan mengenakan celana jeans, mereka tertawa-tawa melihat temannya sedang memperkosa ciciku diatas meja itu. salah satu dari mereka yang berambut gondrong melihat padaku dan berkata

"Eh, lihat.. pacarnya sudah bangun!" semua mata pemuda itu tertuju padaku.
"Eh... liat tuh! dia udah ngaceng juga... Pasti pengen ngentot pacarnya... tapi keduluan si Jaka yang sudah duluan jebolin keperawanan pacarnya, hahaha...!"

Pemuda bugil berbadan kekar yang sedang memperkosa ciciku, yang dipanggil Anto itu menyeringai sambil memaju mundurkan pinggulnya.
Lalu ketiga pemuda yang baru datang itu mendekatiku.
"Hei bangsat! Itu pacar lo kan!"
Aku diam saja lalu satu tinju mendarat di perutku hingga perutku perih rasanya, "kalau ditanya itu jawab goblok !! cewek itu pacar elo bukan?" Terpaksa aku menjawab lirih dan menjelaskan bahwa kami adalah saudara kandung.
"Oh.. kakak elo toh... Hm.. kepengen nggak kamu ngentot kakak sendiri? Tapi Di liat dari kontol elo sih.. Kayaknya elo pingin ya.. hahaha..."

Aku marah sekali, saat itu kemaluanku telah lemas kembali karena birahiku yang tak sengaja muncul tadi telah hilang begitu saja. Anto rupanya telah selesai memperkosa ciciku diatas meja tsb, pemuda itu lalu menjambak rambutnya dan menuntun ciciku yang tampak sudah lemah ke tempat kami.
"Ini nih... Sekarang gue mau liat kakak adik ngentotan!" katanya tertawa.
kemudian ciciku ditampar dengan kuat, hingga ciciku menangis.
"Elo harus kulum tuh pel*r adik elo, cepat! Kalo nggak gua potong pentil susu elo!"

Doel lalu melepaskan ikatan pada pergelangan tangan ciciku dan mendorong ciciku kearahku, dengan terpaksa dia berjalan mendekatiku yang masih dalam keadaan tergantung. kemudian dengan ragu-ragu mulutnya menyentuh ujung batang kemaluanku, walau hanya tersentuh sedikit, aku tak dapat menahannya dan batang kemaluanku perlahan-lahan mulai menegang.

"Ayo buruan isep tuh pel*r! cepat!" kata seorang pemuda berbadan kurus sambil  mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Sikap pemuda berandalan itu terlihat  mengancam. terpaksa ciciku mulai mengulum kemaluanku dan menggerakkannya maju mundur, sehingga batang kemaluanku berdiri tegak dan mengacung dengan keras sekali.
Memang baru kali ini aku merasakan yang namanya oral seks dan rasanya begitu nikmat luar biasa.   

"Ayo masukin kont*lnya ke dalam mulut sampai habis! jangan keluarin dari mulut lo sampai gua perintahin!"  kata pemuda itu sambil menjambak rambut ciciku dengan kasar dan mendorong kepalanya hingga terbenam diselangkanganku.
Dengan ketakutan ciciku mengulum batang kemaluanku dalam-dalam dan menggerakkannya maju mundur, sehingga mulutnya yang mungil tampak penuh sesak dan sesekali pipinya menggembung oleh kepala kemaluanku.

Aahh. Sshh..enghh... Aku merasakan kenikmatan luar biasa ketika kepala penisku bergesekan dengan lidah ciciku yang lembut dan basah. Sampai sampai aku mendengakkan kepala keatas sambil memejamkan kedua mataku.
"Sshhh.. Oucch.... Enggh... 

Dengan sangat terpaksa Ciciku terus memaju mundurkan kepalanya. Tak cukup dengan hal itu kemudian salah satu dari mereka menjambak rambutnya lagi lalu dengan kasar membantu memaju mundurkan kepalanya hingga bergerak lebih cepat.
Hpmm.. Hmm.. Ciciku menggumam karena gelagapan hingga matanya terlihat agak memerah.

Aku sedikit menunduk dan menatap kearah ciciku yang sedang mengoral Batangku. Kami saling berpandangan dan kulihat air matanya kembali menetes dipipinya. Wajahnya yang terlihat memelas membuatku merasa kasihan dengannya namun bersamaan dengan itu aku pun sangat menikmatinya.
Karena belum beepengalaman dalam bercinta sehingga membuatku tak mampu bertahan lama. Kurasakan kepala penisku seperti berkedut kedut dan rasanya aku tak tahan lagi lalu orgasme.

Crott cret.. Crot... ciciku tampak kaget merasakan cairan kental dan hangat berkali-kali menyemprot kerongkongannya, namun ia tidak berani melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku.

Karena merasa mual maka ia berusaha membuang cairan spermaku walau telah banyak tertelan olehnya, beberapa tetes spermaku keluar mengalir dari bibirnya. Ciciku terbatuk sesaat sambil menahan rasa mual yang ditimbulkan oleh aroma spermaku dalam mulutnya.


"Wah, adik elo payah banget! sudah kont*lnya kecil, cepat keluar lagi!" pemuda-pemuda itu tertawa sambil mengejekku lalu mereka mendekat dan menjambak rambut ciciku lagi hingga kepalanya sedikit mendengak.
"Elo harus liat gimana caranya ngewe yang bener" kata salah seorang pemuda sambil menyeringai padaku.

Mereka lalu membuka baju hingga bugil, keempat pemuda yang telah telanjang bulat itu lalu menelungkupkan ciciku di atas meja sehingga payudaranya menempel di atas meja dan ciciku dalam posisi menungging.
Melihat tubuh mulus ciciku dalam posisi seperti itu membuat gairahku bangkit lagi.

kemudian dengan buas mereka mulai memperkosa ciciku secara bergantian, sehingga ciciku menjerit-jerit dan melolong histeris, batang kemaluan mereka rata-rata besar dan panjang, sekitar 16 cm lebih dan secara bergantian kemaluan-kemaluan itu mengaduk-aduk liang kemaluan ciciku yang semakin lama semakin lemas.

Pemuda yang ada dibelakang menggenjot tubuh ciciku sambil berpegangan pada pinggangnya. Ciciku hanya bisa pasrah ketika pemuda yang berada didepan menyuruh mengulum batangnya.
Dalam posisi menelungkup diatas meja kini ciciku harus meladeni dua orang pemuda sekalgius hingga membuatnya kewalahan. 
Ciciku disenggamai bergantian oleh mereka berempat dengan posisi menelungkup dimeja tersebut, kemudian mereka juga menyetubuhi ciciku di atas kursi.

Sambil memperkosa ciciku, mereka sesekali mengejekku. "Hei.. elo tau nggak kakak elo ini sebenarnya keenakan dientot sama kita-kita, buktinya punya dia basah banget nih! " kata pemuda yang dipanggil dengan nama Anto, ia berkemaluan paling besar dan panjang di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai ciciku. Tangan ciciku kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara ciciku di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, buah dada ciciku tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi. Lelaki yang memperkosa ciciku itu meremas-remas kedua belah payudara ciciku dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara ciciku terbentuk indah di hadapannya. Pemuda itu terus memperkosa ciciku dengan brutal sehingga tubuh ciciku tergoyang-goyang. Ciciku hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak.

Sambil terus memompa ciciku, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak sabar menanti giliran, "Elo mau bukti kakak elo ini keenakan? perhatikan baik-baik nih!" ejeknya lagi padaku. Lalu tiba-tiba pemuda itu berhenti memompa ciciku, secara refleks ciciku melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pemuda itu.

"Hahaha... elo liat kan? Kakak elo ini yang minta dientot tuh!" Pemuda itu tertawa sambil memeluk tubuh ciciku, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus ciciku sementara buah dada ciciku yang kenyal terjepit di dadanya yang berbulu. Rupanya ciciku mendengar perkataan itu, wajah ciciku tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi, pemuda itu menjadi marah dan menarik kuat-kuat kedua buah dada ciciku. Satu ditarik ke atas dan satu ditarik ke bawah bergantian dengan keras sehingga ciciku menjerit-jerit kesakitan, "Dasar cewek munafik...! keenakan aja sok menderita! Gua bikin elo orgasme dan elo nggak bisa bohong bahwa elo keenakan minta diperkosa!" Dengan bernafsu kembali pemuda itu memperkosa ciciku, sesekali ia kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali ciciku ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga ciciku sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya. Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh ciciku hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan ciciku. Secara refleks diluar kemauan ciciku sendiri.

Tubuh ciciku kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali terbenam ke dalam liang senggamanya sambil kaki ciciku melipat erat seolah-olah takut lepas. Pemuda itu semakin lama tampak semakin ganas memperkosa ciciku, hingga selang beberapa saat tampak tubuh ciciku berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas ciciku tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang, "Ohhh... Akkkhhh... Ooohhh...!" pemuda itu semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat ciciku merintih panjang, "Ohhh... " seluruh tubuh ciciku menegang dan menggelinjang selama beberapa detik dan aku sadar bahwa ciciku sedang mengalami orgasme dahsyat dan kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh ciciku tumbang dengan lemas di pelukan pemerkosanya. Pemuda itu masih terus memompa ciciku yang telah lemas sambil nyengir senang dan berkata, "Hehe.. elo liat kakak elo ini... dia demen ngentotan juga kok... hahahaha...!"

Tiba-tiba pintu kembali terbuka, dan alangkah kagetnya aku melihat begitu banyak pemuda yang masuk, termasuk salah seorangnya adalah pria besar tegap yang menghajarku. Tanpa banyak bicara mereka ikut menikmati tubuh ciciku, masing-masing pemuda itu memperkosa ciciku dengan posisi yang bervariasi. Rasanya semua posisi yang pernah kulihat di film biru telah mereka praktekkan semua pada ciciku. Khusus giliran pemuda berbadan besar yang dipanggil John itu memperkosa, ciciku tampak sangat menderita karena batang kemaluan John benar-benar besar dan panjang, kutaksir lebih dari 20 cm. Dalam waktu singkat tubuh telanjang bulat ciciku telah mengkilap basah oleh keringat dan sperma.


Entah berapa lama ciciku diperkosa hingga pingsan berkali-kali, namun mereka selalu menyadarkan ciciku lagi dengan menampar dan menyiramnya dengan air, lalu kembali memperkosa dengan brutal. Aku menutup mata tak ingin melihat penderitaan ciciku,

Nampak payudara ciciku yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, pria di belakang ciciku tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik buah dada ciciku dengan brutal, bagaikan memerah susu sapi. Kulihat ciciku hanya dapat menjerit dan menangis menahan penderitaan itu.

lalu mereka kembali beramai-ramai memompa ciciku, total pria yang memperkosa ciciku itu paling sedikit ada 15 orang. Aku terkapar tak berdaya di lantai menahan rasa sakit pada anusku, sambil melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ciciku diperkosa habis-habisan.

Kini ciciku diletakkan di atas lantai beralas tikar, pemuda yang sedang menggilir ciciku melebarkan kaki ciciku sehingga membentuk seperti kaki kodok, dengan posisi itu ia menghujamkan batang kemaluannya yang panjang dan besar keluar masuk dengan cepat dan keras ke dalam liang kemaluan ciciku. Sementara salah satu pria memaksa ciciku mengulum batang kemaluannya, sehingga mulut ciciku yang mungil penuh dengan batang kemaluan besar itu, kemudian pemuda yang memperkosa ciciku berganti posisi, ia menduduki tubuh ciciku lalu meletakkan batang kemaluannya yang panjang di antara dua bukit kembar ciciku. Tangannya mendempetkan buah dada ciciku hingga menjepit batang kemaluannya yang kemudian dimaju-mundurkan. Selang beberapa saat dari batang kemaluannya menyembur sperma yang menyemprot wajah dan leher ciciku, kemudian sisa-sisa spermanya dioleskan pada kedua buah susu ciciku.

Aku menutup mataku agar tidak melihat penderitaan ciciku, tapi masih saja kudengar rintihan ciciku yang semakin lama semakin lemah, gerombolan pemuda itu tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata kotor dan merendahkan. 

"Ayo Bro... Kita entot cewek ini sampai mampus! hajar mem*knya sampai jebol... 
Kalau perlu potong aja pentilnya hehe.. !" Tiba-tiba aku merasa tubuhku ditendang dengan keras hingga terlentang, kulihat dua pemuda yang tadi menghajarku kini mengelilingiku.
"Hm... ayo kita kerjain adiknya, hahaha..." pemuda itu berkata sambil meludahi wajahku, lalu memukuliku dengan bengis. 
tiba-tiba pimpinan mereka yang bernama John mendekat.

"Sekarang giliran elo menikmati tubuh kakak elo yang mulus ini... elo kan sudah banyak belajar dari tadi! Hahaha..." lalu tubuh ciciku yang telah lemah lunglai dicampakkan ke atas tubuhku, aku memeluk tubuh ciciku yang telanjang bulat, sambil membelai rambutnya aku berbisik.
"Tabah ya.. Ci..." walaupun aku sendiri sangat ketakutan, ciciku hanya dapat mengangguk lemah sambil menangis sesunggukan.

"Hei! kalian tunggu apa? ayo ngentotan! kita pingin liat nih... yang cewek di atas!" seru John sambil mengacungkan parang yang membuat kami ketakutan, ciciku lalu menurut dan memasukkan liang kewanitaannya ke dalam batang kemaluanku yang memang telah menegang keras saat aku memeluk ciciku dan buah dada ciciku yang walaupun lengket oleh sperma, tapi terasa kenyal dan hangat menekan dadaku. Aku serasa berada di awang-awang saat batang kemaluanku menembus kemaluan ciciku yang beberapa jam lalu masih perawan, seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kemaluan yang sempit itu dan aku merasa batang kemaluanku dijepit dengan kenikmatan yang tiada taranya.
"Ayo kamu goyang adik elo selama dua menit! Setelah itu angkat mem*k kamu, adik elo harus masih ngaceng kontolnya, kalo cepat keluar, mending kita potong dan masak kontolnya buat makanan ayam!"

Ciciku lalu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku tak dapat menahan sensasi yang tak pernah kurasakan itu, dan baru beberapa detik ciciku memompa, aku telah mengalami ejakulasi dan spermaku menyemprot keluar, tidak terlalu banyak karena aku telah mengalami orgasme tadi. Ciciku juga merasakan aku ejakulasi, ia kini menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar tidak ketahuan aku telah orgasme. Ciciku menggunakan rambut kemaluannya yang lebat membantu untuk mengelap cairan spermaku yang meleleh keluar dari liang kewanitaannya. Sementara batang kemaluanku yang masih berada di dalam kemaluan ciciku perlahan mulai mengecil.

Selang beberapa menit, John berkata keras.
"Eh.. Non, angkat mem*k elo! Kita mau liat kont*l adik elo masih ngaceng nggak.. jangan-jangan elo pura-pura doang, ngaduk-ngaduk kont*l yang sudah loyo!".
Ciciku menggeleng sambil menangis, "Nggakk... dia masih tegang, benar... sumpah..." ciciku berusaha melindungiku.
"Angkat mem*k elo gua bilang!" bentak John menggelegar.

Ciciku tetap membuat gerakan maju-mundur sambil berkata, "Jangan... saya tidak bohong... ini masih tegang..." Si John dengan kasar lalu mendorong tubuh ciciku hingga jatuh, ia tertawa melihat batang kemaluanku telah jatuh lemas, "Hahaha.. dasar banci! Kamu masih suka berlindung di bawah ketiak kakak cewek elo ya? Tapi elo masih harus muasin kakak elo... ayo kocok dan cuci mem*k dia sama tangan elo!"

Aku dipaksa merangkak mendekati ciciku, ciciku diperintahkan terlentang dan mengangkangkan kedua pahanya, lalu aku dipaksa memasukkan jariku ke dalam lubang kemaluan ciciku dan mengocoknya.

"Hei.. goblok.. kalo cuma satu jari mana puas kakak elo!" Aku lalu memasukkan dua jariku ke dalam liang kemaluan ciciku, lalu atas perintah mereka kukocok-kocok liang kemaluan ciciku itu dengan kuat dan cepat, sehingga ciciku merintih-rintih dan kedua pahanya tampak bergetar menahan sensasi yang kutimbulkan. Memandang ciciku yang tidak berdaya itu. Perlahan kembali batang kemaluanku mengacung.

"Nah.. elo ngaceng lagi akhirnya... ayo sekarang dua-duanya ngentotan yang panas!" Aku lalu memeluk ciciku sambil sesekali meremas perlahan buah dadanya, lalu aku kembali berbisik, "Maaf ya Ci..." ciciku hanya menatap kosong sambil mengangguk pelan.

"Heh! Ini bukan acara ngentot gaya kura-kura! elo berdua... ayo bercinta yang panas, kalo tidak gua bikin bakpao pantat-pantat elo!" Dengan ketakutan akhirnya aku dan ciciku menurut, kami lalu bergumul dengan panas di atas lantai papan itu dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, saling merangkul dan berciuman, tanganku sesekali meremas buah dada ciciku. Sementara tangan ciciku melingkari batang kemaluanku dan mengocoknya, tak pernah kubayangkan aku akan melakukan hal ini pada kakak kandungku sendiri.

Kawanan itu tertawa senang melihat kami kakak beradik bergulat dalam keadaan telanjang bulat di atas lantai, "Hei..! ini bukan film bisu! Kalian ucapin kata-kata merangsang! Cepat..!" Terpaksa kami menurutinya, "Ohh.. saya jilat susu kakak ya? Hmmpphh... saya remas-remas ya?" kataku sambil mengulum puting susu ciciku dan meremas-remasnya.

"Goblok! elo maen sinetron ya? ngentotan aja kata-katanya sok sopan! Dasar tolol... dan yang cewek, kalo elo diam aja nanti toket elo gua cabut dari tempatnya dan pentil susu elo gue goreng!"

Dengan ketakutan kami menurutinya, sambil terus bergumul dan saling memompa, kami terus mengucapkan serentetan kata-kata tanpa berpikir lagi, karena ngeri melihat parang John yang mengacung ke arah kami jika kami tidak bersuara.

"Oh... gue entot elo, susu elo enak.. mantap... gue entot seharian ya, Ci?" Tanpa berpikir kukeluarkan kata-kata itu, sementara ciciku juga menimpali tanpa berpikir, "Ahh... anu elo... panjang... masukkin yang dalam... lebih cepat... ohh..." Mereka semua tertawa-tawa, John rupanya telah sangat terangsang melihat ciciku, ia mendekat dan menjambak rambut ciciku dan menarik ciciku ke dalam pelukannya.
"Elo liat baik-baik goblok, gimana caranya ngentot cewek!" katanya padaku.

Tubuh ciciku lalu diangkatnya dengan mudah, dengan posisi berdiri ia menggendong ciciku dengan mengangkat pantat ciciku, terpaksa ciciku memeluk leher John yang tinggi kekar agar ia tidak terjatuh ke belakang, lalu dengan buas John memompa batang kemaluannya yang luar biasa panjang dan besar masuk ke dalam liang kemaluan ciciku. John yang besar setinggi 180 cm lebih itu memompa ciciku dengan posisi itu dengan mudah. Batang kemaluannya dengan deras amblas keluar masuk ke dalam kemaluan ciciku sehingga tubuh ciciku terguncang hebat, buah dadanya terhentak-hentak naik turun. Tak berapa lama tubuh ciciku kembali menggelinjang dan ototnya menegang, diringi dengan rintihan panjang ciciku kembali mengalami orgasme hebat. John tidak berhenti dan belum mengalami ejakulasi, pompaannya semakin bertambah kuat. Ciciku semakin lama tampak semakin lelah dan lemah, sementara batang kemaluan John semakin hebat saja mengaduk liang kemaluannya dalam posisi berdiri. Akhirnya tanpa dapat dicegah tubuh ciciku jatuh lunglai ke belakang, pelukannya pada leher John lepas, John membiarkan tubuh ciciku jatuh tetapi ia tetap memegang kokoh pinggul ciciku yang sedang digoyang habis-habisan, sehingga ciciku terjuntai tak berdaya. Tangan dan rambutnya menyentuh lantai sementara tubuhnya masih tetap digendong dan liang kemaluannya disodok-sodok dengan kejam dan buas.

John melakukannya sambil berjalan dan tertawa-tawa, sehingga ciciku ikut terseret kemana ia melangkah. Setelah puas mengocok ciciku dengan posisi itu, John lalu mengangkat pinggul ciciku naik hingga ke dada. Tubuh ciciku kembali terangkat dengan kepala di bawah, sehingga batang kemaluan John membentur-bentur punggung mulus ciciku. John yang mempunyai tenaga besar itu kembali menaikkan pinggul ciciku hingga kemaluan ciciku terhidang di depan mulutnya, dengan rakus ia melumat habis kemaluan ciciku dengan mulutnya. Kemudian ia memutar tubuh ciciku sehingga kini wajah ciciku ditampar-tampar oleh batang kemaluannya yang besar dan sangat keras. John kembali melumat kemaluan ciciku dengan penuh nafsu, jari-jari tangannya juga menyodok-nyodok anus ciciku yang masih terjuntai pingsan, dengan posisi ini akhirnya John berejakulasi, spermanya dengan deras membanjiri wajah ciciku hingga ke rambut, dan menetes-netes ke lantai papan.

Setelah itu kembali ciciku digilir oleh teman-teman John yang lain, tidak perduli ciciku telah pingsan dan tidak dapat bangun lagi walaupun ditampar dengan kuat dan disiram dengan air. Setelah puas, mereka lalu mencampakkan kami ke lantai, menunggu ciciku sadar kembali, lalu mereka beramai-ramai mengelilingi kami dan mengencingi tubuh kami, bahkan aku dipaksa minum air kencing mereka, sementara John memaksa ciciku mengulum batang kemaluannya, lalu ia mengencingi ciciku dengan cara seperti itu dan memerintahkan ciciku menelan semua air kencingnya.

Akhirnya setelah puas lalu mereka menyekap kami, memberi sedikit makan dan minum dan baru melepas kami pada saat tengah malam tanpa memberi kami pakaian, terpaksa kami berjalan kaki tertatih-tatih pulang ke rumah kontrakanku yang berjarak sekitar beberapa ratus meter dari situ dengan keadaan telanjang bulat. Kami mengendap-ngendap hingga akhirnya sampai, kami merasa lega, rahasia ini tetap kami pendam, selain mereka mengancam jika melapor polisi maka kami akan dibunuh, kami juga malu menceritakan pengalaman pahit ini. Yang penting kami telah lepas dari mimpi buruk itu, sehari setelah kejadian itu aku langsung pindah rumah kontrakan ke tempat yang lebih jauh dan kami merasa bebas dari bajingan-bajingan itu. Namun ternyata kami salah mengira, kejadian malam itu barulah awalnya, karena kejadian yang akan menimpa ciciku kemudian jauh lebih brutal lagi.

Komentar

  1. Suka banget dngan crita ini, bikin ane konak. Crita dewasa yang bagus itu yang bs bikin konak kayak gini wkwk..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4