Langsung ke konten utama

Nafsu Buas Disekolah


Seperti biasa pada pagi yang cerah Lusi bersiap untuk berangkat sekolah. Lusi merupakan seorang gadis belia yang cantik dan putih mulus. Gadis muda ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu disekolahnya. Namun sifatnya yang agak tertutup membuat para teman prianya disekolah yang kesulitan untuk mendekatinya. Karena hal inilah mereka lebih memilih menjadi pengagum gelap disekolah sambil diam diam menikmati tubuh Lusi dengan memandangi wajahnya cantik serta badannya yang mulus.

Lusi memang murid baru disekolah itu sehingga belum memiliki banyak teman, keluarganya merupakan perantau dari kota lain yang membuka sebuah usaha peternakan burung wallet dikota kecil tsb. Wajahnya yang cantik oriental serta rambut panjangnya yang terawat memberikan daya tarik tersendiri bagi laki laki yang memandanganya sehingga tak jarang ada saja diantara mereka yang sering memikirkan hal hal kotor dan mesum tentang dirinya.
Lusi memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya hingga membuat iri para siswi disana. Bahkan diantara mereka ada yang sesekali membully dan memusuhinya karena iri dengan kecantikannya yang selalu menjaidi pusat perhatian para murid disekolah itu.

Ketika melihat Lusi yang sedang melintas, Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah tubuh mulusnya karena Lusi memang lebih sering menggunakan rok seragam yang lebih pendek dibanding teman temnanya yang lain. Hal ini mungkin disebabkan karena sebelumnya ia pernah tinggal disebuah kota besar hingga selalu mengikuti trend pakaian yang ada saat itu.

Meskipun tidak begitu besar namun susu Lusi nampak begitu menggoda karena terlihat kencang dan terawat. Itu karena Lusi rajin berolahraga seperti renang dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah kulitnya yang putih dan mulus sehingga terlihat sangat menggairahkan. Disamping itu Lusi selalu memakai rok seragamnya yang cukup ketat, pantatnya pun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montoknya pantatnya.

Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan belahan payudara Lusi yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Lusi kadang tidak menyadari kalau beberapa bagian tubuhnya sering diamati bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat pahanya yang putih mulus karena roknya tersingkap.

Siang itu setelah pelajaran selesai maka Lusi segara membereskan bukunya dan memasukannya kedalam tas namun pak Bambang yang kala itu baru selesai mengajar dikelas mencoba memanggilnya.

“Lusi kamu bisa bantu bapak sebentar kan. Pintanya
“oh bisa pak.. memang bapak minta saya untuk bantuin apa ? Lusi menjawab dengan suara yang lembut dan halus hingga menggetarkan hati gurunya.
“hmm bapak pengen kamu bantu periksa hasil tugas siswa yang tadi baru dikumpulkan. Soalnya bapak kesulitan kalau harus memeriksanya satu persatu. Kamu tahu sendiri kan, belakangan ini bapak ditugaskan mengajar beberap kelas sekaligus. Kata guru itu sambil merapikan berkas yang menumpuk diatas mejanya. 
“iya deh pak. Tapi nanti nilai untuk saya ditambahin ya hehe.. Canda Lusi sambil membantu membereskan meja gurunya. 
"ini yang bapak sukai dari kamu. Sudah cantik rajin pula, gak kayak murid yang lain bisanya cuma bikin gaduh aja dikelas. 
“kalau gitu sekarang kamu ikut keruangan bapak aja untuk memeriksa tugas tugas ini. Soalnya ruangan kelas ini mau dibersihkan sama bang urip nanti.
 
Setelah hampir satu jam memeriksa tugas para siswa maka pak Bambang mengatakan sesuatu pada Lusi.
“kayaknya kita gak bisa selesaikan hari ini semua Lus. lebih baik dilanjutkan besok saja deh. 
“ohh itu terserah bapak aja sih. 
"baiklah Lusi.. karena kamu sudah membantu bapak memeriksa tugas ini maka bapak akan antar kamu pulang kerumah.
“wah makasih pak.. tapi aku gak merepotkan bapak kan..
“ohh ngak koq. daripada kamu pulang naik angkot kan mending bapak yang anterin saja. 

Saat diperjalanan mereka pun berbincang bincang sebentar
“bapak boleh tanya sesuatu hal kan Lus ?
“iya boleh pak..
“sebenarnya kamu sudah punya pacar belum sih..
“hmm belum pak. soalnya orangtua saya melarang buat pacaran kalau masih sekolah.
“ohh begitu. bener juga sih kata orangtuamu. Lebih baik kamu focus saja dengan pendidikanmu dulu. Lagian gadis cantik seperti kamu pasti gak akan kesulitan mendapatkan seorang pacar hehe..
“ihh bapak bisa aja sih.. memangnya aku cantik ya pak..
“kalau menurut bapak sih kamu itu cantik banget, seandainya bapak masih muda pasti bapak juga pengen jadi pacar kamu hehe..

“bapak ada ada saja nih.. memangnya istri bapak kurang cantik apa
“ya kalau dibandingkan sama kamu jelas kalah jauh lah. Lagian istri saya kan gendut banget mana badannya bau lagi. gimana bapak mau betah tinggal dirumaha hehe..
“terus kenapa bapak mau menikah sama istri bapak dulu.
“soalnya bapak agak terpaksa Lus. waktu itu usia bapak sudah lebih dari 37 tahun dan belum menikah jadi bapak asal pilih aja deh daripada nanti dibilang bujang lapuk kan malu hehe.. 
“ohh begitu ya.. loh koq bapak lewat jalan ini sih. rumahku kan arahnya kesebelah sana.
“Dik Lusi nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.
“Iya deh pak.. tapi jangan lama lama ya soalnya aku takut dicariin sama orangtuaku nanti dirumah.

Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.

"Wah ternyata pemandangan didaerah sini bagus juga ya pak. Masih banyak area persawahan.
"Memang kamu belum pernah ke daerah sini ya Lus? 
"Belum pernah pak. Soalnya keluargaku merantau dari kota lain sih. Selama tinggal disini aku cuma bolak balik dari rumah kesekolah aja sih, jadi jarang pergi keluar. 
"Kalau gitu nanti saat liburan, boleh kan bapak ajak kamu berkeliling supaya kamu lebih mengenal kota kecil ini. 
"hmm.. Bole aja pak.. Tapi aku takut gak diijinin sama ortuku nanti. Soalnya kata mereka didaerah sini agak kurang aman gitu.. 
"tenang aja Lus. Selagi kamu ditemani sama bapak pasti akan baik baik saja deh.. Bapak kan orang asli daerah sini jadi gak ada yang berani macam macam sama bapak.

Tak lama kemudian tibalah mereka disebuah rumah yang cukup luas pekarangannya namun terlihat sangat sepi sekali. 
"Nah sekarang kita sudah sampai. Gimana kalau kamu ikut turun sebentar sekalian bapak kenalin sama teman bapak. 
"Ahh gak usah pak. Biar aku tunggu dimobil aja ya.. Tapi Jangan lama lama ya pak soalnya takut nanti dicariin sama ortu dirumah. 
"Ya sudah kamu jangan kemana mana ya. Sebentar juga bapak akan balik lagi. 

Lalu pak bambang turun dari mobil dan kembali kemobil bersama dua orang temannya yang sepertinya sudah tak asing lagi. 
Wah yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga.. Pak Dono terlihat senang. 
Ayo Lus.. Cepat turun, bapak akan kasih kejutan buat kamu. 
Loh memang ada acara apa nih pakk.. Koq aku jadi bingung ya.. 
wajah gurunya yang semula ramah kini terlihat beringas dan dipenuhi nafsu terpendam.
"Ayo cepat turun !! Pak bambang membuka pintu mobil dan mencengkeram tangan Lusi.
Ehhh apa apaan ini pak.. Koq kasar begini sih.. 
Udah diem. Asal tau aja !! bapak sudah lama pengen nyicip cewek putih dan sipit kayak kamu!! Jadi hari ini kamu harus puasin bapak ya  !!
Oknum guru itu membekap mulut Lusi dan menyeretnya masuk kedalam rumah kosong itu dan disitu sudah ada beberapa guru lainnya yaitu Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Lusi yang sudah lama mengamati Lusi dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
“Halo Lusi, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.
“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Lusi mulai kebingungan.
Lusi menjerit karena dia mulai digerayangi.
“jangan coba-coba sentuh saya.. !!
“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Lusi mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya.

“augh jangan pak jangan.. Lusi menjerit jerit ketakutan. Para laki laki itu sengaja mempermainkan Lusi sebelum mereka memperkosanya. Tubuh gadis cantik itu didorong dengan kasar kesana kemari hingga baju seragamnya terlihat acak acakan.

Pak joko mendekap tubuh Lusi yang terdorong kearahnya lalu dengan ganas ia melumat bibir murid cantik itu hingga Lusi gelagapan. Bau asap rokok dari mulut pak Joko terasa menyengat dan kumis tebalnya terasa begitu menggelitik diwajah Lusi yang sedang panik dan ketakutan.
Lusi meronta sebisanya dan berhasil terlepas dari dekapan gurunya. Ia mencoba berlari namun dirinya sudah terkepung sehingga mustahil baginya untuk bisa lolos dari cengkraman mereka.
“haha lari sana manis.. !! seru pak Joko

Para guru yang lain mencoba menangkapnya, pantat Lusi yang masih tertutup rok seragamnya menjadi sasaran empuk tangan tangan laknat para oknum guru bejad tsb. Dalam keadaan seragam sekolahnya yang terkoyak, Lusi kebingungan berlarian kesana kemari mencoba menghindari seragapan para laki laki bajingan itu.

Plak !! sudha diem kamu !! bosa mempermainkan Lusi, salah satu oknum guru itu tiba tiba menghardik keras Lusi. Tubuh gadis cantik itu nyaris terjerambab bagai daun gugur yang tertiup angin. Sebuah tamparan keras mendarat telak diwajah gadis malang itu. Seorang guru bertubuh gempal langsung mengunci tubuh Lusi yang nyaris mencium tanah dan membuat gadis itu tak berkutik lagi.

“Nah sekarang emut dan hisep batangsaya !! juga batangmereka semua !! yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?” Oknum guru itu dengan tergesa gesa melucuti celananya sendiri.
“ayo cepat buka mulutmu !! kemaluannya yang agak kehitaman mencuat tegang mengacung

Dengan kasar rambut Lusi yang panjang terurai segera dijambaknya. Pak Supri menyodorkan kemaluannya yang sudah menetes netes tepat di depan mulut gadis malang itu. Mata Lusi hanya bisa terpejam karena ia tak berani membuka matanya. Aroma khas bau kemaluan laki laki terasa kuat menusuk hidungnya. Dengan kasar benda berlendir yang menjijikan itu mendobrak bibirnya lalu melesak maju mundur dengan cepat.

Lusi merasa sangat mual karena seumur hidupnya baru sekali ini ia mengoral kemaluan laki laki. Namun dibawah ancaman, gadis cantik berwajah oriental itu tak mampu berbuat banyak selain tunduk sepenuhnya kepada mereka.

“sshh ouchhh.. enakk emmhmm.. sshh.. isepanmu enak sekali sayang. ayo lebih kuat lagi isepnya. Tanpa mempedulikan Lusi yang hampir kehabisan nafas. Oknum guru itu dengan kasar merengkuh kepala Lusi lalu membenamkan kepalanya itu dalam dalam tepat ke selangkangannya. Ketika Pak supri menarik keluar batangnya dari mulut Lusi, guru yang lain nampak sibuk meremasi buah dadanya yang masih tertutup oleh seragam sekolahnya.

Pak joko semakin penasaran lalu menarik paksa bagian depan baju seragam sekolah gadis itu hingga kacingnya berserakan dilantai. Matanya terbelalak ketika menyaksikan bagian depan dada Lusi yang begitu putih dan mulus.
Dengan cepat ia menyingkap bra yang menutupi kedua payudara Lusi lalu memilin putting susunya kuat kuat. Membuat ujung pentil susunya terasa sangat perih.
“ampun pak hentikan !!

Beberapa saat kemudian Pak Bambang merangsek maju dan menyodokan batangnya pada mulut gadis itu. Lusi gelagapan ketika batang berukuran besar itu mulai mengaduk aduk mulutnya dengan sangat brutal.
Karena ketakutan akhirnya Lusi mengulum kejantanan para gurunya secara bergantian bahkan ia juga dipaksa mengulum dua batang kemaluan sekaligus dalam mulutnya. Sontak saja mulutnya terlihat penuh sesak oleh kedua batang yang kekar dan berurat tsb hingga air liurnya mengalir keluar melalui samping bibirnya.

Lusi menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.
“Mmmphh, slerrpp, mmhh” Dengan terpaksa Lusi menghisap batang kejantanan mereka sampe mereka semua pada orgasme.
“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Lusi, lo pasti sudah sering nyepongin kont*l temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha”.
Guru Lusi satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Lusi, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Lusi hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Lusi mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Lusi ternyata mereka langsung menelanjangi Lusi. Pak Dono memegang kedua tangan Lusi, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Lusi.
“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Lusi, sambil mulai meremas-remas payudara Lusi.
Dalam sekejap Lusi sudah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Lusi sambil teriak.
“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Lusi.
Lusi sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.

Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, “karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Lusi menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Lusi, dirasakan olehnya pantat Lusi yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Lusi dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal

“Plak, Plak.”.
“Wah sekal sekali pantat kamu Lusi, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini nafsuin amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Lusi sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Lusi yang putih mulus itu.
Lusi mengaduh kesakitan.
“Bakal mabuk nih kita nikmatin cewek mulus kayak gini, rasanya pengen gua telan aja nih cewek.”
“Montok banget pantatnya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Lusi yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Lusi.
“Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Lusi membentak mereka.
“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Lusi.
“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.

Lusi hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Lusi mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Lusi dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Lusi teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Lusi agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Lusi.

“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, Lusi menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Lusi pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Lusi. Nafas Lusi terengah-engah sambil mengerang kesakitan.

Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Lusi, sementara itu badan Lusi menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Lusi sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Lusi, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Lusi sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Lusi. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Lusi, dan mulutnya mengulum payudara Lusi satunya lagi.
“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.
Pak Dono asyik menyantap payudara Lusi, yang ranum padat dan kenyal sekali.

“Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.
Lusi terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Lusipun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.

Melihat Lusi yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Lusi yang masih perawan. Walaupun vagina Lusi sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Lusi yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Lusi yang perawan masih sangat sempit. Lusi hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.
“Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara dari mulut Lusi yang terlihat kesakitan.
Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati batangPak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Lusi yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.

Lusi sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.
“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Lusi telah orgasme.
Sungguh mengasyikan melihat expresi Lusi yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Lusi. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Lusi, Lusipun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”.

Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Lusi menungging. Pantat Lusi sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Lusi hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Lusi hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.
“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.
Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Lusi, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Lusi dan sesekali meremas payudara Lusi dari belakang.

Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Lusi. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Lusi dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Lusi tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Lusi disetubuhi. Sedangkan wajah Lusi menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Lusi seperti itu, Pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Lusi.

“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo, Lusi ngentoott, gue entotin loo”.
Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambang pun berejakulasi di lobang kemaluan Lusi, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Lusi.
“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.
Lusi mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Lusi, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Lusi, puas dalam merobek keperawanan Lusi dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.

Lusi menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Lusi sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Lusi yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Lusi ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Lusi. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Lusi kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Lusi. Vagina Lusi masih sangat sempit. Kembali vagina Lusi diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Lusi lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
“akkhh, bajingan kalian !! sudahh, sudahh, hentikan !! Lusi berteriak sambil meronta namun hal ini malah membuat mereka semakin bernafsu untuk mengerjainya.

Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Lusi dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Lusi yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Lusi.
“Ooohh, makan nih pejuh gue”.
Lusi hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Lusi dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.

“Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, Lusi menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Lusi.
Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Lusi juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.

Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Lusi. Tubuh Lusi berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.
“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang”, bisiknya ketelinga Lusi.
“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Lusi dengan suara yang megap-megap.
Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Lusi.

“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Lusi merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Lusi dengan tangannya, berharap agar vagina Lusi mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Lusi semakin mengendur.

Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Lusi. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Lusi yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Lusi, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Lusi. Lusi gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Lusi dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Lusi yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Lusi berwarna kemerahan dan membuat Lusi merasa perih dan kesakitan.

Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Lusi untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Lusi dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Lusi yang sangat sempit.
“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Lusi. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.
“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.
Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Lusi mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Lusi ke arah penisnya. Kini Lusi dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Lusi.

Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Lusi dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Lusi.
“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”
Sesekali Pak Joko menampar pantat Lusi dengan keras, sehingga Lusi merasakan pantatnya panas.
“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget” Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Lusi dengan cara menjilatinya.
Lusi merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Lusi dengan posisi menghadap punggung Lusi.

Ketika lobang dubur Lusi agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Lusi. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Lusi selebar bahu, dan, “Aaakkhh.”, Lusi melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Joko menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lusi. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lusi, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Lusi kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Lusi serta meremas-remasnya.

Tidak lama kemudian Lusi kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Lusi perlahan-lahan, karena lubang anus Lusi masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Lusi ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Lusi mengempot.
“Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.
Lusi menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Lusi. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Lusi. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Lusi. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Lusi, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.

Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Lusi, waktu yang lama bagi Lusi yang semakin tersiksa itu.
“Eegghh, aakkhh, oohh”.
Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Lusi merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Lusi berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Lusi, sehingga kini Lusi hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Lusi terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.

Kedua payudara Lusi yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Lusi berteriak-teriak kesakitan.
“Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk”
Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Lusi menyemburkan spermanya di dalam anus Lusi, Lusi merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Lusi. Lusi terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Lusi hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam mulutnya. Lusi membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Lusi. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Lusi.

Kemudian Pak Dono memaksa Lusi untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Lusi dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Lusi, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Lusi dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Lusi yang lecet-lecet.

Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Lusi, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Lusi mendekati dan mengangkat tubuh Lusi lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Lusi, dan kemudian memaksa Lusi untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Lusi.
“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Lusi mengerang kesakitan.
Setelah itu, Lusi dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Lusi. Sesekali Pak Dion menyuruh Lusi untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Lusi berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Lusi yang sudah basah.

Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Lusi lalu mengangkat kaki kanan Lusi ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Lusi. Lusi menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Lusi yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Lusi diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Lusi. Lusi kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Lusi. Dia menarik Lusi dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Lusi disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Lusi turun, sehingga vagina Lusi langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.
“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Lusi.
Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Lusi, masuk semuanya ke dalam vagina Lusi, membuat Lusi kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Lusi merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Lusi untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Lusi dengan leluasa. Kedua Payudara Lusi besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.

Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Lusi dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Lusi berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Lusi yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Lusi beberapa kali.
“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Lusi kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.
Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Lusi.

Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Lusi tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Lusi terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Lusi dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Lusi menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Lusi, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Lusi itu.
“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Lusi yang empuk basah menduduki selangkanganya.

Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Lusi dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Lusi tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Lusi dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Lusi, Pak Gatot terus menggenjot vagina Lusi. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Lusi dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Lusi. Kemudian dia menarik tangan kanan Lusi dan memaksa Lusi untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.

Setelah itu Pak Heru, yang merupakan penjaga sekolahnya maju mengambil giliran memperkosa kemlaluan Lusi. Ia mengangkat kedua kaki Lusi dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Lusi. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Lusi. Lalu ia mulai menggenjotnya.

Ampun sakit pak… hentikan !! Lusi menjerit kesakitan. Penjaga sekolah itu dengan brutal memilin milin puting susunya kuat kuat. Membuat ujung pentil susunya terasa begitu perih. Tubuh Lusi yang ramping dan mulus nampak kontras ditindih tubuh penjaga sekolah yang kekar dan berotot. Penjaga sekolah itu segera menjebol liang kenikmatannya. Lusi menjerit jerit kesakitan selangakangannya terasa pana, sementara liang kewanitaannya yang masih kering terasa perih diterobos kelamin penjaga sekolah laknat yang cabul.
Tubuh gadis itu terguncang guncang hebat, butiran keringatnya mengalir deras. Lusi gadis cantik yang masih perawan, keadaan saat ini seseungguhnya sangat menyakitkan dan merendahkanya sampai ke titik nadir.

Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Lusi dengan kasar, membuat vagina Lusi semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Lusi dan memaksa Lusi untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Lusi untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Lusi menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Lusi terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.

Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Lusi terhadap tubuh Lusi. Kali ini Lusi tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan. Lusi merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.

Setelah para bajingan itu selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Lusi akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Lusi telah diperkosa secara habis-habisan selama beberapa jam oleh guru dan penjaga sekolahnya sendiri. Dan parahnya semua kejadian menyakitkan itu direkam oleh Pak Bambang sebagai senjata untuk mengancam gadis itu.

 Tubuh Lusi yang putih mulus serta wajahnya yang cantik oriental membuat para laki laki itu seperti tak pernah puas menikmati tubuhnya. Bahkan mereka pun sempat mengikat kedua tangan Lusi keatas dan memperkosanya sambil berdiri dari arah depan maupun belakang. Pak Andi menjilati dan menciumi ketik Lusi.
“Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”
Liur Pak Andi membasahi ketiak Lusi. Lusi kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Lusi kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh ampun.. Rintihnya
Lusi terus berontak seperti orang kerasukan namun hal itu malah membuat mereka semakin beringas saja. 

Karena dubur Lusi mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Lusi dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Lusi untuk ke 2 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Lusi, ia semakin bernafsu untuk menjejalkan batagnya diliang anus gadis malang itu.

Kemudian mereka kembali menelentangkan Lusi di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Lusi yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Lusi, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Lusi yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Lusi yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Lusi, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Lusi yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Lusi yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Lusi. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Lusi yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Lusi, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Lusi untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Lusi.

Akhirnya Lusi yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang terasa perih serta mengeluarkan sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil terlihat memar. Cairan sperma mereka berceceran dimana-mana. Karena merasa sudah puas maka para guru tersebut mulai membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Lusi yang bugil dan berlepotan sperma dalam keadaan pingsan.

Setelah peristiwa tersebut, Lusi terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Lusi mengalami shock berat, dan bersemangat lagi untuk pergi ke sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Lusi, bebas beraktivitas karena Lusi tidak berani memberi kesaksian. Lusi terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya.
 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4