"Halo mama sayang…” suara suamiku terdengar lembut dari ambang pintu kamar, namun cukup untuk membuatku tersentak. Mataku langsung membesar, menatap ke arahnya dengan campuran kaget dan gugup. Di sana, ia berdiri sambil tersenyum tipis, namun sorot matanya jelas penuh rasa ingin tahu. Jantungku berdegup kencang, seperti hendak meloncat keluar dari dada. Bibirku terbuka sedikit, tapi tak ada kata yang keluar. Lidahku kelu, tenggorokanku kering, seolah seluruh kemampuan berbicara menguap begitu saja. Otot-ototku terasa lemas, bukan hanya karena terkejut, tapi juga karena aku benar-benar tak siap menghadapi situasi ini. Tubuhku yang telanjang hanya tertutupi satu bantal di bagian depan, membuat kulitku serasa terbakar oleh tatapannya. Suamiku terdiam sesaat di ambang pintu, matanya menelusuri tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ekspresinya berubah—dari senyum santai menjadi melongo tak percaya. Aku bisa melihat betapa ia benar-benar kaget, seakan mencoba memahami pemandan...