Setelah mereka benar-benar puas, aku diangkat perlahan dari tempat itu, seperti seseorang yang mengevakuasi tubuh yang kelelahan. Mereka membawaku masuk ke dalam rumah, menidurkanku di sofa agar aku bisa beristirahat. Ya… inilah yang aku butuhkan. Aku sudah di ambang pingsan seperti kejadian kemarin. Seluruh tenagaku terkuras habis tapi anehnya, hatiku terasa penuh, puas, bahkan lega.
Dengan telaten, satu per satu mereka menyuapiku makanan hangat, memastikan aku menelan setiap suapan. Lalu, dengan tangan yang tadi begitu kasar, kini mereka berganti menjadi lembut—membasuh tubuhku dengan kain hangat, membersihkan sisa-sisa persetubuhan yang masih melekat di kulitku. Rasanya seperti diperlakukan layaknya seorang ratu yang sedang dimanjakan.
Kontras sekali dengan siang tadi, ketika aku diperlakukan layaknya budak seks tanpa ampun. Kini, tatapan mereka lunak, gerak mereka penuh kehati-hatian. Tak lama setelah tubuhku dibaringkan di tempat tidur, mataku terasa berat. Aku terlelap begitu saja, jatuh ke dalam tidur pulas, seolah seluruh kejadian barusan hanya mimpi yang membekas manis di tubuhku.
Tulilit……tulilit…… tulilit……tulilit……… terdengar suara HPku berdering. Terlihat di caller id suamiku yang menelepon.
“Halo pah….. gmn kabarnya?...” tanyaku
“Halo mamah sayang…. Papa baik-baik aja. Mama gimana? Udah enakan perutnya?” Tanya suamiku.
“Iya pah, agak mendingan… cepet pulang pah…. Mamah kangen nih….” Aku merengek manja ke suamiku. Aku sangat membutuhkan suamiku di sampingku, aku butuh perlindungan darinya. Baru 2 hari aku di tinggal namun terasa sudah lama sekali.
“Papah juga kangen mah…sabar dulu ya….”kata suamiku
“Pak Kardjono, Jupri, dan yang lainnya gimana? Mereka gak gangguin mama kan? Tanya suamiku.
“Emank kenapa pah..?” tanyaku
“ya khawatir aja mereka gangguin mamah pas sendiri d rumah. Soalnya mereka udah kita bikin penasaran ama tubuh mamah..” kata suamiku
“Siapa yang mulai hayo..”kataku
“Ya papah sih…. Tapi papah kan Cuma cari sensasi aja. Tapi kalau mereka sampai keterusan papah jadi khawatir mah” kata suamiku
“kalau mereka keterusan ya udah, pasrah aja. Xixixxi…… Dari pada ngelawan ntar malah ada apa-apa gimana? Ya mamah nikmatin aja….xixixixi….”kataku sambil menyelidik tanggapan suamiku.
“Ah mamah, Papah jadi khawatir sekaligus horny lo….” Kata suamiku
“Biarin…. Ntar mamah telanjang terus aja pah. Kalaupun mereka ngeliat mamah, ya udah, anggap aja rejeki mereka. kalau mereka pengen colek-colek mamah, ya mamah pasrah aja. Xixixi… “ godaku ke suami sambil melihat reaksinya
Ternyata suamiku memang khawatir kalau aku diapa-apain ama para kuli itu. Dia memamerkan aku karena merasa bangga telah memilikiku yang cantik dan seksi. Dia senang melihat kaumnya menjadi horny karena melihat istrinya yaitu aku. Tetapi untuk melangkah lebih jauh, suamiku sama sekali tidak menginginkannya.
Setelah ngobrol lama akhrnya kami mengakhirinya. Terdengar ada tukang sayur di luar. Aku butuh belanja sayur-sayuran dan ikan karena di lemari es sudah kosong. Tapi bagaimana aku harus belanja jika aku telanjang bulat begini…
Aku memanggil Kasiman di belakang rumah untuk meminta tolong di belanjakan. Dengan tersenyum mesum dia menjawab “Belanja aja mbak…gak pa pa kok…. Hehehehe…. Tukang sayurnya pasti senang. Bisa-bisa di kasih gratis lo….”
“Jangan gitu donk…. Aku malu nih…. Tolongin ya….” Rayuku
“aku panggilin ya mbak……” kata kasiman
“Jangan-jangan…..” cegahku. Kalau di panggilkan berarti penjual sayur itu akan datang dan aku tidak akan bisa menemuinya. Tetapi terlambat, Kasiman sudah memanggilkannya.
Aku berlari ke ruang tamu dan bersembunyi di balik pintu. Tukang sayur itu mendekat. Aku membuka sedikit pintu ruang tamu dan melongokkan kepalaku.
“beli apa mbak…?” Tanya tukang sayur itu.
“Ayam 1 Kg, Terong, sama cabe pak…” jawabku. Tukang sayur itu hanya bisa melihat kepalaku saja yang melongok ke luar. Dia tidak menyadari kalau dibalik pintu itu, tubuhku sedang telanjang bulat. Aku melihat Kasiman cs memperhatikanku sambil tersenyum-senyum.
“Sialan tuh orang…. Sengaja mau mempermalukan aku…” kataku dalam hati.
“Baik cik….. sayur-sayurnya gak di pilih-pilih cik…?” kata tukang sayur itu.
“oh, iya ya…..?? …eemmmm………..bentar deh pak…..” kataku
Aku menutup pintu dan berpikir sejenak, bagaimana aku harus keluar?? Kalau aku tidak belanja, trus makan apa aku?? Gak mungkin aku keluar dengan telanjang begini….
Aku ingat masih ada handuk yang bisa menutupi tubuhku meskipun tidak keseluruhan tetapi lumayan dari pada tidak ada sesuatupun yang menempel.
Aku bergegas mengambil handuk dan melilitkannya di tubuhku. Sebelum keluar, aku bercermin dulu untuk melihat penampilanku. Setelah melihat penampilanku di cermin, aku menghela nafas panjang. Ternyata penampilanku masih sangat menggoda, nyaris telanjang.
“Aduh…jadi deg-degan lagi nih…. Ntar kalau sampai lepas gimana??, berarti bertambah 1 orang lagi yang bisa melihatku telanjang… nih handuk kok kecil sih… simpulnya jadi gak kuat..” kataku dalam hati. Tetapi tidak ada pilihan lagi, aku harus belanja kalau tidak aku tidak bisa makan. Akhirnya aku nekat keluar rumah untuk belanja hanya dengan berlilitkan handuk kecil. Untungnya penjual sayur itu di depan rumah sehingga aku tidak perlu berjalan jauh.
Begitu aku keluar rumah, kuli-kuli itu dengan kompak bersuit-suit menggodaku. Aku yakin wajahku memerah karena malu. Mendapat godaan seperti itu aku tidak bisa marah namun justru menjadi tersipu. Tukang sayur itu terbengong melihatku nyaris telanjang. Hingga aku mendekat, dia masih terpaku di tempatnya. Tersanjung juga aku melihat reaksinya. Hehehe…
“Mana pak sayur-sayurannya…?” kataku yang membuat dia menjadi gelagapan.
“Eh…aaanu.. cikk… iiini… cikk… ssseeeggger banget..”jawab tukang sayur itu
Apanya yang seger?? Sayurnya atau aku? aku tertawa dalam hati. kemudian aku mulai memilih-milih bahan-bahan makanan yang akan aku beli.
“ Pak, ikan lelenya setengah Kg ya…. sekalian di bersihin donk…..” kataku
“Bbbaik cikk….”Jawabnya terbata-bata mungkin karena masih shock.
Dia mengambilkan ikan lele pesananku dan mulai membersihkannya di bawah. Waktu itu aku dalam posisi berdiri menghadap dagangannya sedangkan dia jongkok di belakangku. Aku melirik ke belakang, ku lihat dia dapat leluasa melihat tubuhku terutama bagian belakang bawah. Aku yakin belahan pantatku terlihat jelas olehnya. Aku pura-pura cuek aja. Aku biarkan tukang sayur itu menikmati belahan pantatku yang mulus ini.
“Ooyyy…. Kalau jualan, jualan aja…jgn ngintip2..hahahaha….” teriak Kasiman kepada tukang sayur itu.
Tukang sayur itu menjadi panic, takut aku marah. Tetapi aku tetap pura-pura diam sambil memilih-milih sayuran. Menyadari kalau aku tidak menanggapi teriakan-teriakan kuli itu, dia kelihatan lebih tenang. Aku lirik dia mengacungkan jari jempol kepada Kasiman dan teman-temannya sambil tersenyum.
Simpul handuk yang ada di dadaku terasa agak mengendur akibat gerakan-gerakan tubuhku. Tiba-tiba simpul itu terlepas dan handuk yang melilit tubuhku melorot. Aku kaget dan langsung menjatuhkan belanjaanku. Aku berusaha menutupi tubuh telanjangku dengan kedua tanganku yang tentu saja sia-sia.
“Aiihhh……………………………..” teriakku kaget. Tangan kananku menutupi buah dadaku dan tangan kiriku menutupi vaginaku. Jupri mendekat. Dia mengambil handukku yang melorot tadi dan mengalungkannya di lehernya.
“Mmmaaf ya pak…” kataku gugup kepada tukang sayur itu. Jantungku deg-degan, bulu kudukku merinding. Sekali lagi aku dibuat malu oleh ulah para kuli itu. Aku melihat mereka juga bengong melihatku yang sudah polos
“gak apa-apa cikk….” Jawab tukang sayur itu gugup pula sambil melotot ke tubuhku yang sudah tidak ada sehelai kainpun yang menempel.
“Malah dapat rejeki ya pak….” Kata Jupri sambil tersenyum.
“Eh Jup…. Kesiniin handukku…..” pintaku kepada Jupri.
“Iya cikk… tapi bapaknya nunggu pembayarannya lo… bayar dulu donk…..” kata Jupri
Aku mengambil dompet yang tadi aku jatuhkan bersama dengan belanjaanku. Otomatis buah dadaku menggantung indah karena tidak lagi aku tutupi. Setelah itu aku membayarnya dengan tidak lagi menutupi buah dada dan vaginaku. Tukang sayur, Jupri, dan yang lainnya terpana melihatku.
Jantungku terus-terusan berdegub kencang, vaginaku mengeluarkan cairan yang cukup banyak hingga aku merasa cairannya mengalir melalui pahaku. Di perhatikan seperti itu membuatku merasa seksi. Kepalang tanggung aku menutupi tubuhku, aku biarkan saja mereka menikmati pemandangan tubuhku yang mulus dan indah ini.
Setelah melakukan pembayaran, aku mengambili belanjaanku yang terjatuh satu persatu. Saat mengambil, sengaja aku menungging-nunggingkan pantatku kearah mereka. aku pamerkan vaginaku yang sudah basah. Aku sangat terangsang dan ingin segera dikerjain tapi aku gak mau memulai terlebih dahulu.
“Aacchhhh………………….”aku mendesah karena ada jari yang menusuk vaginaku dari belakang kemudian menariknya lagi. Vaginaku semakin membanjir. Aku masih tetap menungging mengambil belanjaanku.
Jupri mendekap tubuhku, menahan agar posisiku tetap menungging kemudian menggelitik vagina dan anusku di depan tukang sayur itu.
“Aacchhhh…. Jupp…. Nakal kamu….. auuhhhh….. geliiii……..”teriakku. aku menggelinjang kesana kemari tetapi Jupri menahannya dengan kuat. Gelitikan Jupri tidak bisa aku hindari.
“Jupp….. udah….. acchhhh…………………….hentikan………..” teriakku. Sesekali jari Jupri menelusup masuk ke vagina dan anusku.
“Udah….. ammmpuunnnn………………. Hentikan……” desahku. Dengan cepat aku berada diambang orgasme karena diperhatikan oleh 6 pria kasar yang mengagumi tubuhku sehingga perasaan erotis ini cepat membakar birahiku.
Saat aku akan orgasme, Jupri menghentikan gelitikannya. Aku tidak tahu harus bagaimana, sangat-sangat tanggung. Tidak mungkin aku memintanya untuk terus mengerjain aku. sedangkan tadi aku meminta untuk menghentikannya. Tubuhku menuntut untuk dipuaskan.
Aku menegakkan tubuhku dengan nafas yang terengah-engah. Jupri membawa sayur terong yang aku beli tadi. Terong itu cukup besar sebesar lengan bayi.
“huh…huh…mau ngapain kamu?...huh…..huh…..huh…..” tanyaku kepada jupri dengan masih terengah-engah.
“kira-kira cukup nggak ya cikk…..?” Tanya Jupri
“Wah… Asyik tuh…..” kata kasiman girang. Pak Kardjono, Kasiman, Nyoto, dan Santo datang mendekat.
Mereka mengelilingiku termasuk tukang sayur itu. Aku pasrah ketika Kasiman mengangkat kakiku sebelah kiri kemudian perlahan-lahan memasukkan terong itu ke dalam vaginaku.
“Oooohhhhhhh……………………………………” aku memejamkan mata dan mendongakkan kepalaku. Sangat terasa sekali gesekan terong itu dengan dinding vaginaku. Setelah masuk hingga mentok, rasanya penuh sekali. Tidak ada ruang sedikitpun dalam vaginaku. Bahkan ketika Kasiman menurunkan kaki kiriku, ganjalannya sangat terasa hingga aku tidak bisa meluruskan kakiku.
Sialnya, mereka pelan-pelan melepaskan aku hingga aku berdiri sendiri tanpa ada yang memegangi.
“Ayo cikk.. masuk ke rumah. Masak telanjang di tengah jalan begini. Kalau ada orang lewat gimana?” kata Pak Kardjono.
Aku hendak mengeluarkan terong itu dari vaginaku dan berjalan ke dalam rumah namun pak Kardjono melarangku. Aku di suruh berjalan dengan terong yang tetap menancap dalam vaginaku.
“Tolongin aku pak……. Aku gak bisa jalan….. rasanya mengganjal banget….” Kataku aak manja membuat ke 6 orang itu menjadi gemas kepadaku.
“Jalan sendiri cikk…..cepetan, keburu ada orang lewat…” kata Jupri sambil tersenyum mesum. Aku mencoba berjalan meski dengan kaki yang mengkangkang dan tubuh agak membungkuk.
“Jangan membungkuk cikk. jadi kayak monyet…. Hahahahha…..”kata Nyoto sambil tertawa yang diikuti oleh teman-temannya.
“Badan tegap, kaki diluruskan mbak……. Jalannya lenggak-lenggok biar kayak peragawati….hehehe…”perintah Jupri.
Bukannya marah, tapi aku malah menuruti permintaan mereka. kenapa aku jadi begini? Aku mencoba menegakkan tubuhku dan meluruskan kakiku. Rasanya sulit sekali. Ganjalannya terlalu besar. Tetapi tetap aku paksakan hingga rasanya vaginaku semakin mengapit erat terong dalam vaginaku.
Saat aku mencoba melangkah, gesekan terong dan vaginaku terasa semakin nikmat. Aku berjalan selangkah demi selangkah. Setiap langkahku membuat mulutku menganga karena kenikmatan yang luar biasa yang aku rasakan. Hampir saja aku orgasme dalam setiap langkahku
“Ahhh…………… ohhhhh……….. aaaku…. Mauuuu… kkkkkkeluar……. Ohhhhhh……………….. aaaccchhhhhhhhhhhhhhh………………………..” Hanya 5-6 langkah saja akhirnya aku mengalami orgasme yang luar biasa. Tubuhku bergetar hebat seperti orang sakau karena obat bius. Ke 6 pria yang mengiringiku takjub melihat efek orgasmeku itu.
Setelah mereda, aku mencoba berjalan lagi namun hanya 3-4 langkah, “ Aakkkuuu…. Kkkeelluarrrr…. Llllaaggiiii……. Aaaccchhhhhhhhhhh……………………..” aku kembali mengalami orgasme yang tidak kalah hebatnya dengan orgasme pertama tadi. Tubuhku bergetar-getar, mataku hanya terlihat putihnya saja.
Untuk bisa segera masuk ke dalam rumah rasanya sulit sekali. Rasanya seperti berjam-jam aku diluar rumah dalam keadaan telanjang dengan terong di dalam vaginaku dan aku terkejang-kejang setiap 4-5 langkah.
Mereka menyemangatiku supaya cepat masuk ke rumah karena keburu ada orang lewat. Aku sendiri karena khawatir ada orang lewat, membuat aku cepat orgasme. Hadehhhhh………….
Apa yang akan terjadi setelah ini..?? mereka belum menggangbang aku sama sekali. Belum ada satu orangpun yang menyetubuhiku tetapi aku sudah mulai kehabisan tenaga karena orgasme dengan terong.
Setelah bersusah payah akhirnya aku bisa masuk ke dalam rumah. Kakiku terasa gemetaran dan lemas sekali. Tubuhku langsung ambruk di atas karpet di ruang tamu rumah. Terong yang menancap di dalam vaginaku perlahan-lahan dicabut oleh Nyoto. Gesekannya menimbulkan rasa nikmat di dalam vaginaku hingga membuatku menggelinjang.
“Aaaahhhhh……………………..…” desahku.
“Heheheh…. Enak ya mbak….” Tanya Jupri dengan terkekeh-kekeh
Aku tidak menjawab pertanyaan jupri itu. Mataku hanya terpejam. Dengan keadaanku yang seperti ini, telanjang bulat dan mulut ternganga, aku yakin sebentar lagi aku akan dikerjain habis-habisan lagi oleh mereka. Mau tidak mau, aku harus siap menerimanya.
Aku tidak tahu siapa yang memulai lebih dulu, tubuhku di telentangkan, pahaku dibuka lebar-lebar, kedua tanganku diletakkan diatas kepalaku namun mataku masih tetap terpejam. Kedua putingku langsung menjadi santapan lezat bagi mereka. Tanpa foreplay lagi, salah satu penis mereka sudah masuk kedalam vaginaku.
Permainan sex kali ini berbeda dari biasanya. Selain kelima kuli bangunan yang biasa menggangbang aku, kali ini ditambah satu orang lagi yaitu tukang sayur keliling. Permainan sex tukang sayur itu tidak sehebat kelima kuli bangunan yang sanggup bertahan lama dan membuatku mengalami multi orgasme hingga squirting. Selain penis tukang sayur itu kecil, dia juga tidak sanggup bertahan lama sampai akhirnya dia mundur dengan sendirinya dari arena pertempuran birahi tersebut.
Permainan berlanjut, kedua puting payudaraku dihisap dan dijilat-jilat tiada henti oleh Santo dan Kasiman. Terkadang kepala mereka berdua menelusup di ketiakku, lidah mereka bermain-main di permukaan ketiakku hingga aku menggelinjang kegelian.
“Aacchhhhh….aduuuhhhh……gggelllli…………aaammmpuuunnnn …….”desahku.
“Ah…ah…ah…. Enak cikk….?” Tanya Jupri terengah-engah sambil tetap menggenjot tubuhku.
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Jupri sambil memejamkan mata dan mendesah-desah tak karuan.
“Jawab donk cikk…?”Tanya pak Kardjono
“IIiiiyyaa…..”jawabku.
“iya apa cikk…?”Tanya Nyoto.
“Iiyyyaaaaa……..en..en..eennnnaaakkkk……. ach….ach…ach….” aku berusaha menjawabnya meski terengah-engah.
Sementara penis Jupri sudah tenggelam dan keluar masuk dalam vaginaku. Dia mengocok penisnya yang besar itu dengan cepat namun berirama. Kenikmatan yang aku rasakan sungguh luar biasa. Rasa geli dan nikmat menghinggapi sekujur tubuhku. Aku tidak kuat lagi menahannya sehingga tidak lama kemudian,
“AAACCCCHHHHHHHHH…………….akuu kkkeluarrrr AAAAACCCCCCHHHHHHHHHHHHHHHH……….” Teriakku.
Satu persatu Jupri dkk menggilir tubuhku hingga aku benar-benar kehabisan tenaga. Permainan baru berakhir menjelang jam 12 siang. Sungguh aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi padaku. Berpikir untuk berhubungan intim dengan orang selain suamiku saja tidak pernah apalagi berhubungan intim dengan beberapa orang sekaligus.
Kejadian-kejadian erotis selama beberapa hari terakhir ini membuatku berubah. Aku menjadi sangat menyukai sensasi eksibisionis dan sensasi sex keroyokan. Aku tidak tahu bagaimana jika nanti suamiku pulang?? Apakah aku masih bisa puas dengan hanya berhubungan sex dengan suamiku saja?? dan apakah pelecehan-pelecehan seksual yang aku sukai ini juga akan berakhir??
Setelah kelima kuli bangunan itu puas, mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka sementara aku hanya bisa berbaring tak berdaya di ruang tamu. Kepulangan suamiku masih 10 hari lagi, selama itu pula aku yakin akan mengalami petualangan-petualangan liar bersama kuli-kuli bangunan tersebut. Aku tidak tahu, petualangan-petualangan apa yang akan aku alami.
Sore harinya setelah aku mandi, suamiku meneleponku. Aku menerima teleponnya sambil tiduran di ranjang dengan telanjang bulat.
“Halo mamah sayang……… gimana kabar kamu…?” Tanya suamiku di seberang sana.
“Halo papah…. Mamah baik-baik aja….” Jawabku
“Papah kangen ama mamah ya….. hayo….”timpalku kembali
“Ya pasti donk…. Siapa sih yang bisa gak kangen sama wanita cantik seperti mamah……….”goda suamiku.
“Ah papah…jadi malu….xixixi…”kataku genit.
“Mah, papah minta tolong di emailkan file yang ada di flashdisk papah. Flashdisknya tertinggal di laci meja kerja papah. Warnanya putih. Sekarang ya mah…. Atau nanti malam juga gak pa pa”kata suamiku.
“lo kok bisa tertinggal sih pah….” Kataku
“namanya juga lupa mah….”kata suamiku
“ Gimana caranya meng-email pah….? Kan laptopnya di bawa papah……”tanyaku
“di pos satpam perumahan kita ada computer lengkap dengan jaringan internetnya. Minta tolong aja ke pak Satpam untuk meng-emailnya” kata suami
“Apa gak bisa di tunda pah..?”tanyaku mulai cemas karena tidak mungkin aku kesana tanpa pakaian sedangkan seluruh pakaianku terkunci di dalam lemari pakaian dan kuncinya di sandera.
“Gak bisa mah, itu filenya penting banget.” Kata suamiku
“Aduh, gimana nih…?? Gawat..” kataku dalam hati.
“tolongin papah ya mah…… please…??!!” kata suamiku. Bagaimana aku menolaknya?? Jika aku tolak, bagaimana dengan pekerjaan suamiku??
“I..i…iya…pah….”kataku panic
“Makasih istriku sayang…….”kata suamiku kemudian menutup teleponnya
Aku harus meminta kepada pak Kardjono untuk membantuku. Paling tidak dia mau membukakan lemariku supaya aku bisa mengenakan pakaian. Tapi bagaimana aku harus menghubunginya atau teman-temannya?? Mereka sudah kembali ke basecamp mereka. Dan disana juga banyak kuli-kuli yang lain berarti tidak mungkin aku meminta bantuan pak Kardjono dan kawan-kawan.
Karena tidak ada jalan lain, aku putuskan untuk nekat datang ke pos satpam hanya dengan handuk yang dililitkan di tubuhku saja. Aku menunggu hingga gelap supaya kondisiku tidak begitu mencolok. Letak pos satpam dengan rumahku cukup jauh. Harus melewati beberapa blok. Blok-blok yang akan aku lewati itu ada satu atau dua rumah yang sudah ada penghuninya namun mereka jarang keluar. Aku harus berhati-hati dan tidak boleh terlihat oleh tetangga-tetanggaku itu dalam keadaan setengah telanjang karena akan membuat nama baikku dan suami tercemar.
Saat hari sudah mulai gelap, aku mulai keluar rumah dengan mengendap-endap. Aku melihat kekanan dan kekiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang tampak di luar rumah. Setelah aku merasa aman, buru-buru aku melilitkan handuk untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat ini. Tak lupa flashdisk yang dipesan suamiku aku bawa. Aku mulai berjalan menuju pos satpam di pintu gerbang perumahan.
Aku mengenakan sandal dengan hak yang agak tinggi sehingga tidak bisa berjalan dengan cepat. Apalagi kondisi jalan yang masih belum rata. Aku harus berjalan dengan sangat hati-hati sambil memilih jalan yang agak rata sehingga jalanku sangat lambat dan cara berjalanku bak peragawati yang berlenggak-lenggok. Sensasinya membuatku merasa sangat seksi.
Angin semilir-milir yang menerpa tubuhku membuat handuk yang aku kenakan bergerak-gerak menggelitik tubuhku seakan menegaskan bahwa saat itu hanya handuk tersebut yang menutupi tubuh telanjangku.
Setelah melewati beberapa rumah, aku mendengar ada deru sepeda motor yang akan melewatiku. Aku takut pengendara motor itu melihatku. Cepat-cepat aku keluar dari jalan dan berusaha untuk sembunyi di rumah kosong yang gelap. Oleh karena aku memakai sandal dengan hak yang agak tinggi, gerakanku tidak bisa cepat. Sebelum aku berhasil sembunyi, sepeda motor itu telah melewatiku. Jantungku berdegub kencang, aku yakin dia mengetahui keberadaanku yang hanya memakai handuk sebagai penutup tubuh. Untungnya pengendara motor itu terus memacu motornya. Aku bernafas lega, kali ini aku beruntung.
Setelah yakin situasi aman, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju pos satpam. Selama berjalan, mata dan telingaku aku pasang tajam-tajam supaya jika ada orang, aku bisa cepat bersembunyi. Jantungku deg-degan karena takut ketahuan.
Pada saat aku berbelok di tikungan blok, kurang lebih 20 meter aku melihat 3 orang laki-laki berjalan ke arahku sambil berbincang-bincang. Jarak yang tidak begitu jauh untuk bisa melihatku dalam keadaan setengah telanjang dengan sangat jelas. Untungnya mereka tidak melihat kearah depan. Aku berbalik dengan cepat dan berusaha mencari tempat untuk sembunyi namun sialnya rumah di sekitar aku berdiri sudah berpagar semua dan tidak ada yang kosong sehingga aku tidak dapat bersembunyi.
Aku berjalan dengan agak cepat menyusuri jalan yang tadi telah aku lalui sambil menoleh ke kanan dan kekiri mencari tempat sembunyi. Jantungku kembali berdebar-debar takut terlihat oleh ketiga orang tadi. Beberapa detik lagi mereka akan berbelok dan berjalan sama dengan arahku. Saat itu juga mereka akan melihatku sedangkan aku masih belum menemukan tempat sembunyi. “Aduuhhhh…..gawatttt……….” kataku dalam hati.
Malam itu benar-benar malam sial bagiku. Dari arah depan ada mobil yang sedang melaju pelan ke arahku. Lampu mobil tersebut sangat terang menyorot ke depan. Jantungku semakin berdebar, kakiku terasa berat untuk melangkah. Tempat persembunyianpun belum aku temukan. Terus berjalan ataupun tidak, aku tetap akan terlihat. Dari arah belakang ada 3 orang yang sedang berjalan kearahku, dari arah depan ada mobil yang juga melaju ke arahku.
Aku terus berjalan sambil menundukkan kepala. Suara mobil terdengar semakin mendekat, sorot lampupun mulai mengenai tubuhku. Sekarang aku berjalan dengan tersorot lampu mobil yang terang benderang. Aku semakin menunduk karena malu. Penumpang dalam mobil itu pasti bisa melihatku. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku merasa sangat seksi. Lelaki manapun pasti akan mupeng melihatku seperti ini.
Saat sudah ada di depanku, mobil itupun berhenti. Aku menjadi gemetaran karena malu, takut, seksi dan terangsang. Darahku terasa mengalir lebih cepat sehingga tangan, kaki dan wajahku berasa menebal.
“cikm…..cikk…. permisi… mau nanya…..”kata sopir mobil tersebut sambil membuka pintunya.
“Iya ada apa mas…?”tanyaku. aku memanggil mas karena orang itu terlihat masih muda.
“Mau Tanya, alamat ini dimana ya….?”Tanya sopir itu sambil menyodorkan kertas berisi alamat rumah dan memposisikan dirinya disampingku. Lengan kanannya menempel lengan kiriku. Dengan posisi seperti itu, dia dapat melihat dengan bebas belahan payudaraku dari atas.
Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, handuk yang aku kenakan berukuran sedang sehingga mampu melilit tubuhku namun sangat minim. Bagian atas hanya menutup sedikit di atas putingku sedangkan bagian bawah hanya sekitar 5 cm dari pangkal pahaku. Simpulnya pun sangat sedikit, dibagian bawah handuk ada belahan yang cukup terbuka.
“EEmmmm….. dimana ya……? Aku masih belum paham betul daerah sini mas…….. maaf yaaa….” Jawabku. Aku ingin cepat-cepat berlalu dari tempat ini.
Dari dalam mobil aku melihat ada empat orang lagi yang terus melihatku dengan mata yang seakan mau melahap tubuhku. Aku pasrah saja menerima tatapan-tatapan seperti itu dan berharap lilitan handukku tidak terlepas.
“Ooohhhh…. Jadi enci nggak tahu ya…? Enci juga masih baru ya?” Tanya orang itu seakan ingin mengulur-ngulur waktu supaya aku tetap berada di situ lebih lama.
“Iya mas, belum 1 minggu.” Jawabku.
“Ada apa mas…?” Tanya seseorang yang ada di belakangku. Jantung ini terasa mau copot karena ternyata 3 orang yang tadi akan aku hindari agar tidak melihatku, sekarang sudah ada di belakangku.
“Eh ini pak, saya mau Tanya alamat ini. Enci ini tidak tahu karena masih baru disini.”tanya sopir itu kembali.
“Trus,enci ini rumahnya dimana? Kok diluar rumah Cuma pake handuk?” Tanya salah satu orang yang berjalan tadi yang mengenakan Tshirt putih.
“Rumah saya di blok G sana pak. Ini saya mau ke pos satpam di gerbang sana mau minta tolong kirim email ke suami saya. Pakaian yang saya kenakan tadi sedang saya rendam untuk dicuci tapi waktu saya mau ambil pakaian ganti di lemari, kunci lemari saya gak ada. Saya lupa naruhnya sedangkan file yang harus di email ini sangat penting. Jadi terpaksa saya Cuma pake handuk aja.” Jelasku panjang lebar mencari alasan yang masuk akal.
“ Ooooo……kirain kenapa kenapa……”kata bapak yang satunya lagi yang mengenakan kemeja kotak-kotak.
“Bapak tahu alamat ini pak??”sopir itu menanyakan alamat kembali
“Kalau blok itu adadi sebelah sana pak. Tikungan itu belok kanan, trus lurus aja sampai mentok, kemudian belok kanan lagi”Kata Bapak yang mengenakan Tshirt putih memberikan penjelasan.
“Ok pak, terima kasih.enci perlu saya antar..?” kata sopir itu menawarkan bantuannya kepadaku.
“Terima kasih mas, saya kesana sendiri aja.” Tolakku halus
“Ya sudah kalau begitu…. Saya permisi dulu…. Terima kasih banyak….”kata sopir itu sambil tersenyum nakal kepadaku
“Iya silahkan……”jawab kami berempat
Setelah mobil itu berlalu, Bapak yang berbaju merah juga menawarkan bantuannya kepadaku.
“ayo saya antar cik…. Bahaya lo jalan sendirian dan setengah telanjang gitu….”kata Bapak berbaju merah
“Eh, terima kasih pak… gak usah repot-repot.. saya sendiri aja. Terima kasih….. saya permisi dulu…..” kataku. aku cepat-cepat pergi dari tempat itu. Pandangan mereka liar sekali menatap tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki membuatku jadi merinding dan salah tingkah.
“Bener lo cik…bahaya banget….” Timpal bapak yang berkemeja
“Gak pa pa kok pak, permisi……”kataku sambil ngeloyor pergi. Simpul handukku terasa agak mengendor. Untungnya saat mau terlepas, tanganku berhasil memegangi simpulnya terlebih dulu. Ketiga bapak-bapak itu hanya bisa bengong melihatku. Sambil berjalan menjauhi mereka, aku memegangi handukku yang akan melorot.
Setelah berbelok di tikungan dan tidak lagi terlihat oleh Bapak-bapak itu, aku berhenti dan mengambil nafas panjang. Lega sekali rasanya karena mereka tidak sampai memperkosaku. Aku betulkan simpul handuk yang terlepas. Jantungku masih deg-degan karena kejadian tadi. Ada 7 lelaki yang tidak aku kenal di sekitarku dalam keadaan aku setengah telanjang.
“Huuhh….asyik juga. Xixixi….” Kataku dalam hati. Ku raba vaginaku ternyata basah sekali. Tiba-tiba aku memiliki ide gila yang pasti akan menaikkan adrenalinku. Sebelum sampai di pos satpam, aku ingin melepas handuk yang menutupi tubuhku. aku ingin berjalan-jalan di alam terbuka dan jauh dari rumah tanpa penutup tubuh sedikitpun. Jika hal itu aku lakukan, pasti menegangkan sekali.
Aku melepaskan handukku, tegang sekali rasanya. Namun saat akan berjalan, aku menjadi ragu-ragu. Aku tidak berani karena terlalu mendebarkan. Akhirnya aku pakai kembali handuk yang sempat aku lepas. Aku meneruskan langkahku menuju pos satpam.
Jarak antara pos satpam dan rumahku yang tidak begitu jauh terasa jauh sekali karena suasana yang menegangkan. Tinggal beberapa meter lagi aku sudah sampai di pos. Aku melihat 2 orang satpam sedang mengobrol. Aku dekati mereka setelah sebelumnya aku memastikan simpul handukku sudah rapat.
“Malam Pak…..”sapaku kepada kedua satpam itu. Di seragamnya tertulis namanya Edi dan Bagus. Keduanya berbadan tegap, tinggi, dan gagah.
“Iya, malam cik…”sahut kedua satpam itu. Mereka tampak terkejut dan bengong melihatku. Mereka heran kenapa malam yang belum larut ini ada cewek cantik dengan penampilan yang hampir telanjang datang ke tempat mereka. Namun itu hanya sesaat saja, setelah itu mereka terlihat bersemangat menanggapi aku. Tatapan mereka membuatku merasa sudah telanjang. Rasanya handuk yang aku pakai sudah tidak ada gunanya lagi.
“Maaf pak aku gak pake baju, bajuku terkunci di dalam lemari.”kataku
“Oh iya cik. gak pa pa kok. Ada apa ya..? Tanya Edi
“Pak aku mo minta tolong pinjam komputernya. Aku mo kirim email bentar. Boleh ya pak….”kataku.
“Oh iya, silahkan cik…………”kata Bagus.
Aku berjalan memasuki pos. computer sudah menyala tinggal mencolokkan flashdisk yang aku bawa. CPU komputernya terletak di bawah sehingga aku harus menunduk atau berjongkok untuk mencolokkan flashdiskku. Kulihat dari sudut mataku, Edi dan Bagus berada tepat di belakangku. Seandainya aku menunduk, pantat dan vaginaku pasti terlihat dari belakang. Seandainya aku berjongkok, ujung-unjung handukku bagian bawah akan terbuka lebar sehingga vaginakupun juga akan terlihat jelas dari atas dan samping tubuhku.
Kembali aku diliputi rasa tegang, jantungku berdebar-debar. Apa yang harus aku lakukan?? Menunduk atau berjongkok. Akupun memilih menunduk untuk memasang flashdisk. Karena gugup, flashdisk yang akan aku pasang tidak bisa masuk-masuk ke colokkannya.
Dari belakang Edi dan Bagus melotot kearah pantatku. Aku mengetahui hal itu namun pura-pura tidak tahu supaya mereka tidak kaget. Aku merasakan sensasi yang luar biasa mendebarkan dan mengasyikkan. Vaginaku menjadi basah, aku terangsang.
Setelah flashdisk terpasang, aq duduk di kursi yg ada di depan monitor. Ada rasa lega dan kecewa setelah aku memasang flashdisk tersebut. Lega karena sensasi yang mendebarkan telah berakhir, kecewa karena bagian sensitifku tidak kelihatan lagi oleh Edi dan Bagus.
Saat aku mengirim email, mereka berdua mendekatiku dan memposisikan diri disamping kanan dan kiriku. Mereka ingin mencari kesempatan untuk dapat melihat dari atas belahan dadaku yang terbuka dan pahaku yang sangat mulus. Kulirik kearah bawahku ternyata vaginaku terlihat mengintip dari sela-sela belahan handuk yang aku pakai. Aku membiarkan saja dengan perasaan yang deg-degan.
Edi dan Bagus semakin merapatkan tubuhnya ke tempatku duduk. Mereka pura-pura bertanya kesana kemari untuk mengulur-ulur waktu supaya aku lebih lama di pos mereka. Dengan puru-pura tidak sengaja juga, bagus menempelkan punggung tangannya ke bahuku dan sedikit menggesek-gesekkannya. Sedangkan Edi meletakkan tangannya di sandaran kursi sehingga kadang-kadang menyentuh tengkukku. Aku menjadi sangat terangsang. Aku ingin mereka menciumi dan menjilati sekujur tubuhku hingga tidak ada yang terlewatkan se inchi-pun namun tidak mungkin aku yang meminta dan memulai duluan.
Setelah email terkirim, aku tidak langsung beranjak dari tempat itu. aku berpura-pura mencari file yang akan aku email lagi padahal file yang harus aku kirim hanya 1 saja dan sudah tidak ada lagi. Lalu muncul ide nakalku supaya mereka nekat memperkosaku. Berulang kali aku mengambil nafas dalam-dalam supaya simpul handukku mengendur. Setelah aku rasa sudah cukup kendur, aku mengambil flash disk yang ada di bawah sambil tetap duduk di kursi. Aku menundukkan tubuhku untuk meraih flashdisk tersebut. Bagian punggungku semakin terbuka dan memperlihatkan kehalusan kulitku karena handukku tertarik kebawah. Saat itulah sebenarnya simpul handuk sudah terlepas. Jantungku berdebar-debar.
Setelah itu aku berdiri dan handuk yang melilit tubuhku langsung melorot. “Aiiiihhhhh………………….” Aku menjerit pura-pura kaget. Bukan handuk yang langsung aku raih, tapi aku hanya berusaha menutupi payudara dan vaginaku dengan kedua tanganku. Tentu saja usahaku itu sia-sia. Dua buah payudara hanya ditutupi satu tangan saja sedangkan vaginaku ditutupi tangan kiri yang masih menggenggam flashdisk.
“Aduhhhh… pak Edi, pak Bagus…. Maaf ya, jadi makin gak sopan.. gak sengaja nih….maaf ya…”kataku.
“Gak pa pa kok cik….. malah kita senang kok ada pemandangan indah di depan mata kita…”kata Edi.
“Ah, bisa aja pak Edi…”kataku dengan tersipu malu dan bangga.
“Pak, Jangan diliatin terus donk….malu ini lho…. Tolong tutup mata donk pak, aku mau ambil handukku…” aku pura-pura merajuk.
“Eh, maaf cik. Habis mbak seksi banget sih….lebih baik gak usah pake handuk deh…. Lebih cantik begini kok” kata Bagus sambil mengambil handukku yang ada di bawah.
“Sini Gus handuknya biar aku simpan sebagai kenang-kenangan.”kata Edi menimpali
“Jangan pak…. Aduhhh…malu nih pak….sini donk handuknya”kataku merengek.
Edi melipat handukku dan disimpan d dalam tasnya. Otomatis tidak ada lagi sesuatu untuk menutupi tubuhku ini.
“Hehehehe….. ginikan lebih enak di pandang.”kata Edi setelah menyimpan handukku.
“betul ed… pemandangannya lebih indah. Heheheheh..”timpal bagus
Mendengar itu, aku merasa tersanjung. Mereka mendekatiku, aku semakin deg-degan.
“Eh..mau apa kalian..?” tanyaku.
Nampaknya mereka tidak memperdulikan pertanyanku. Bagus mengelus lengan dan bahuku dengan lembut sedangkan Edi mengelus tengkuk, punggung hingga pantatku. Bulu kudukku langsung berdiri merasakan elusan itu.
“Eeemmmmm………….” Desahku agak manja sambil memejamkan mata dan sedikit menggeliat karena geli.
“wuihhh….. halusnya…………”kata Bagus sambil terus mengusap-usap bahuku.
“Iya Gus, udah halus…, cantik…, seksi…, mulus lagi… wahhh…. Mimpi apa kita kemarin Gus….”kata Edi
Aku tersipu malu mendengar pujian mereka dan semakin merasa tersanjung.
“Jangan Pak, kembalikan handukku. Aku malu pak…”aku memang merasa malu tetapi ingin mereka terus melanjutkan perlakuan mereka kepadaku bahkan ingin mereka lebih nekat.
Bagus mulai mencium pundakku, beralih ke leherku, dan kemudian sedikit menjilat telingaku.
“Eeemmmmmmmm………paaaakkkk……”aku kembali mendesah merasakan ciuman itu
“Udah pak… ccuuukkkuuupppp….aahhhh…..” Aku berkata pelan sambil sedikit mendesah. Tentu saja hal itu membuat Bagus dan Edi semakin semangat. Mulutku menolak namun dengan nada menggoda dan tubuhkupun nampak menikmati. Mereka tidak percaya kalau aku menolak perlakuan mereka.
Dengan mata terpejam dan mulut sedikit terbuka, tanpa sadar tiba-tiba Edi sudah mendaratkan mulutnya mengulum bibirku. Aku sudah terbuai dan membalas ciuman Edi pada mulutku.
Bagus menurunkan tanganku yang menutupi payudara dan mengelus payudaraku lembut sekali. Kadang-kadang putingku di colek-colek hingga membuat aku tersentak-sentak seperti terkena sengatan listrik. Kadang-kadang dia juga memuntir-muntir putingku. Aku semakin terangsang dan nafasku terputus-putus mengikuti colekan-colekan jarinya pada putingku.
Sementara Edi masih tetap mencium bibirku. Dia benar-benar menikmatinya. Tak dibiarkannya mulutku terlepas dari pagutannya bahkan hampir seluruh lidahku sampai masuk ke mulutnya karena sedotannya yang kuat seakan-akan mau menelan lidahku itu. Mulutkupun menjadi menganga lebar dibuatnya. Ciumannya dahsyat sekali
“Ahhhh….. ahhhh…..ahhhh…..” desahku dengan mulut terbuka lebar karena kenikmatan yang aku rasakan.
Bagus berpindah tempat di belakangku, sementara tangannya masih tetap meraba-raba payudaraku. Setelah itu, rambutku yang belakang disibakkan lalu dia menciumi tengkukku. Aku merasa seperti melayang-layang. Bulu-bulu di sekujur tubuhku meremang.
Tangan Edi turun ke bawah merabai pantatku. Kadang dia meremas kuat pantatku dan kemudian mengelus-elus lagi. Elusannya bahkan sampai menelusup di belahan pantatku hingga mengenai anusku. Ciumannya tidak pernah lepas sedikitpun. Bagus menurunkan satu tangannya sampai pada vaginaku. Diusap-usapnya vaginaku dengan lembut.
Saat ciuman Edi terlepas, aku menggunakan kesempatan itu untuk mendesah sedikit keras. Rangsangan yang aku terima pada sekujur tubuhku membuatku tidak bisa menahan desahan. Nikmat sekali.
“Ooooohhhhhhhhhhhhhhhhh…………………………………….” Desahku
“Aaaahhhhhhhhh…………………………………..” Aku terlonjak kaget. Klitorisku yang sudah menegang sedari tadi tiba-tiba di jepit oleh jari telunjuk dan jempol oleh Bagus. Setelah menjepit, dia kemudian memuntir-muntir klitorisku seperti memuntir-muntir puting payudara. Vaginaku semakin basah. Rasa nikmat yang aku rasakan tidak bisa aku ucapkan dengan kata-kata. Klitorisku tidak pernah diperlakukan seperti itu. Terasa sangat dimanjakan.
“Aaaahhhhh……….aaahhhhhhh…….aaaahhhhhh……..”tid ak ada jalan lain untukku selain berteriak untuk meredam kenikmatannya. Aku menggeliat-geliatkan tubuhku, meliuk-liuk seperti penari ular. Dalam waktu singkat, aku sudah mendekati ambang orgasme. Sebentar lagi pertahananku akan jebol.
“Aaakkkuuu …mau kkkkeluuaaarrr…..oooohhhhhhh……tttteerrruuuuussss…… …”racauku
Edi menggigit ringan leherku yang mendongak. Rupanya dia gemas dengan mulusnya leherku. Dimainkannya lidahnya disitu, menggelitik leherku yang jenjang, putih dan mulus. Beberapa saat kemudian,
“Aaacccchhhhhhhhhh………………………iiiiihhhhhhhhhhhh…………aa aaccccchhhhhhhhh………..” tubuhku menegang sampai beberapa detik, tanganku meremas pundak edi sekuat-kuatnya lalu cairanku menyemprot dari dalam vagina setelah itu tubuhku mengejang-kejang. Aku mengalami orgasme pertama pada malam itu setelah menahan rangsangan birahi sejak keluar rumah tadi.
Setelah orgasmeku mereda, Bagus mengambil tempat duduk yang ada di depan computer dan langsung menarikku ke pangkuannya dengan posisi aku membelakanginya. Kemudian dia meletakkan penisnya tepat di depan mulut vaginaku dan memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku dengan sekali hentakan sehingga membuatku terlonjak.
“Ooohhhh……….. aduh……., sakit pak…….pelan-pelan donk………..”kataku dengan mendongakkan kepala. Vaginaku masih sensitive akibat orgasme tadi. Penis si bagus membuat vaginaku terasa ngilu. Setelah masuk seluruhnya, Bagus mendiamkan penisnya supaya vaginaku menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Selang beberapa detik, dia mulai mengocok penisnya dalam vaginaku.
Sementara Edi menyodorkan penisnya ke dalam mulutku. Akupun langsung membuka mulutku dan mulai mengulumnya. Kumainkan lidahku menggelitik kepala penisnya yang ada di dalam mulut. Edi tampak sangat menikmatinya. Dia mendesah-desah dan mengelus rambutku. Lalu tangan satunya meremas-remas payudaraku.
“Hosh….hosh…gimana cik ??...hosh…hosh….enak gak?? Hehehehe….”Tanya Bagus dengan nafas yang mendengus-dengus seperti orang sedang berlari. Pinggulnya masih tetap menggenjotku dengan kecepatan agak tinggi namun tetap berirama.
Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tidak lama kemudian nafasku sudah semakin berat. Orgasmeku sudah dekat.
“Ehmmmmm….ehmmmm…..ehmmmmm…..” begitulah suaraku karena mulutku masih terisi penis Edi.
Malam itu aku di kerjain habis-habisan oleh Bagus dan Edi. Mereka sangat bernafsu sekali melahap tubuhku. Tubuhku tidak pernah dibiarkan menganggur barang sedetikpun. Mereka mencumbuku secara bersamaan namun saat bersetubuh, mereka melakukannya secara bergiliran. Hal itulah yang membuatku tidak berhenti sama sekali. Saat bagus menyetubuhiku, Edi hanya mencumbuku sambil mengumpulkan energy untuk giliran berikutnya. Begitu juga sebaliknya.
Tidak terasa, sudah 2 jam aku dikerjai. Tak terhitung berapa kali aku mengalami orgasme. Sedangkan mereka berdua sudah mengeluarkan pejunya masing-masing 2 kali dalam vaginaku. Setelah itu kami bertiga merasa sangat lelah, terutama aku. Kami beristirahat sambil ngobrol-ngobrol. Mereka merasa senang bisa berkenalan denganku dan merasakan nikmatnya tubuhku. Mereka mengakui aku benar-benar sangat cantik dan seksi.
Setelah tenagaku mulai pulih, aku berpamitan mau pulang. Aku meminta handukku untuk di kembalikan.
“Pak Edi, Pak Bagus, saya pulang dulu ya.. uda jam setengah 10 malam. Aku mau tidur dulu, capek banget habis kalian kerjain tadi.” Kataku
“Oh iya, silahkan cik Elvina… ayo saya antar…” kata Edi.
“Terima kasih Pak Edi, saya bisa pulang sendiri kok. Tolong kembalikan handuk saya donk…..gak mungkin saya pulang telanjang bulat gini…”kataku memohon..
“Gak pa pa cik…. Udah malam, gak bakal ada orang kok.. nie handuknya mo saya simpen buat kenang-kenangan. Hehehehe….” Kata Edi
“tapi pak……..”kataku memelas. Bagaimana nih, aku sudah tidak memiliki penutup tubuh sama sekali. Di rumahpun juga tidak ada. Apakah aku harus telanjang terus selama 9 hari ke depan? Batinku. Bagaimana jika aku kehabisan sembako dan aku harus belanja ke supermarket.
“Ayo saya antar aja cik….”Kata Bagus menawarkan jasanya.
“Gak pak, gak usah. Aku pulang sendiri saja.. makasih… please, kembalikan handukku donk pak…”kataku
Walaupun aku merengek-rengek untuk meminta handukku supaya dikembalikan, kedua security tersebut tetap tidak mau memberikannya. Dengan rasa sebal, jengkel dan bingung, aku nekat pulang sendiri dalam keadaan telanjang bulat. Dalam hati aku berharap tidak ada orang yang mengetahui ketelanjanganku lagi. Apabila sampai kepergok ama orang lagi, aku yakin akan mengalami pelecehan kembali dan ujung-ujungnya adalah perkosaan yang sangat menguras tenaga.
Saat ini aku hanya ingin segera beristirahat karena kondisiku yang sudah sangat lemas. Kakiku melangkah dengan gontai tanpa tenaga namun aku masih berusaha untuk tetap waspada pada sekitarku supaya tidak kepergok.
Aku mengambil jalan yang berbeda dengan jalan saat aku berangkat tadi. Aku takut Bapak-bapak yang mengetahui aku berjalan setengah telanjang tadi berusaha menemui aku lagi dengan menunggu di jalan yang sama. Aku belum hafal betul dengan keadaan perumahan itu namun aku berharap jalan yang aku lalui ini lebih sepi dan lebih aman.
Lega sekali rasanya hati ini karena tinggal 2 blok lagi aku sudah sampai di rumah. Kupercepat langkah kakiku dengan tangan kanan menutupi payudara dan tangan kiri menutupi vaginaku. Sebenarnya percuma juga aku menutupinya namun lumayan bisa menahan goyangan payudaraku akibat langkah kaki yang agak cepat.
Saat akan tiba di belokan terakhir, aku langsung menghentikan langkahku begitu melihat bapak-bapak yang sedang berkumpul dan duduk-duduk di tikar di tengah jalan. Rupanya mereka sedang ronda malam. Memang di perumahanku yang sepi ini, setiap malam bapak-bapak melakukan ronda malam secara giliran untuk membantu security menjaga keamanan lingkungan perumahan.
“Aduh…, padahal kurang sedikit lagi aku sampai.”aku ngedumel sendiri
“Gimana nih? harus lewat mana aku? Apa harus putar blok? Aduhh….pasti jauh lagi jalurnya….”aku merasa cemas sekali. Selain tenaga yang sudah lemah, kakiku rasanya juga sangat pegal namun aku harus menghindari bapak-bapak itu.
Akhirnya aku balik arah mencari jalan lain memutari blok supaya tidak melewati Bapak-bapak itu. setelah berjalan cukup jauh, aku berhasil menemukan jalan ke rumah. Arahnya menjadi berlawanan dengan Bapak-bapak yang sedang ronda tersebut namun mereka masih bisa melihat rumahku dengan jelas. Artinya, seandainya aku masuk ke rumah, mereka masih bisa melihat tubuh telanjangku ini. Aku harus menunggu Bapak-bapak itu lengah, baru kemudian aku berlari masuk ke dalam rumah.
Saat sudah dekat dengan rumah, aku berhenti sejenak di kegelapan untuk bersembunyi. Kulihat mereka asyik bercanda dan bermain kartu sambil sesekali melihat lingkungan sekitar. Tidak ada kesempatan untuk aku bisa berlari ke dalam rumah. Aku terus menunggu. Selain cowok-cowok, nyamuk-nyamukpun ikut menikmati tubuhku.
Sayup-sayup aku mendengar, Bapak-bapak itu berbicara akan patrol keliling komplek. 1 orang menunggu di tempat, yang lain keliling. Saat 1 orang yang menunggu tersebut tidak melihat kearah rumahku, aku langsung berlari. Jantungku berdebar-debar takut ketahuan. Saat aku berhasil membuka pintu dan masuk ke dalam, Bapak itu berbalik arah menghadap ke rumah.
“Uuuhhhhh….. hampir saja ketahuan….”kataku dalam hati.
Nafasku ngos-ngosan karena ketegangan yang aku alami barusan. Kuambil air putih dan meminumnya sehingga agak tenang. Kemudian aku basuh tubuhku di kamar mandi, aku cuci vaginaku dari sisa sperma security. Dan setelah itu aku menuju ranjangku untuk beristirahat.
Keesokan harinya aku bangun kesiangan. Tubuhku terasa sakit semua. Kulihat pada layar HP ada 12 panggilan tak terjawab. Rupanya suamiku menelepon namun aku sama sekali tidak mendengar deringnya karena terlalu lelap tidur. Aku telepon balik suamiku.
“Halo papah…. Met pagi…..Tadi telp mamah ya…?” kataku
“Halo mah… iya…gmn kabarnya?”Tanya suamiku
“baik pah….maaf ya?? Tadi mama masih tidur” kataku
“Tumben.. jam segini masih tidur” kata suamiku
“Iya pah, badan mama capek banget” kataku
“Jaga kesehatan ya mah, jgn tarlalu capek” kata suamiku lembut
“Iya pah, makasih ya… papah kapan pulang? Mama kangen nih…”kataku manja
“Mungkin 1 minggu lagi mah, tapi gak tau juga, tergantung pekerjaan. Mah, kemarin filenya udah papah terima. Makasih ya sayang…” kata suami ku
“iya pah” kataku
“ya uda deh, mama lanjut istirahat aja. Muach…..”kata suami ku
“ iya pah, cepet pulang…. Muach….”kataku
Kemudian telepon di tutup.
“Maafin mama pah, Mama di lecehkan, di kerjain oleh orang-orang, tapi mama menikmatinya. Maafin mamah ya pah…” kataku dalam hati.
Setelah menerima telepon dari suamiku, Aku kembali merebahkan tubuhku di atas ranjang. Rasanya masih ingin tidur lagi. Seharian kemarin hingga lewat tengah malam aku di kerjain habis-habisan oleh para kuli bangunan dan security perumahan. Belum lagi aku harus telanjang bulat di luar rumah yang begitu menegangkan yang membuat adrenalinku meningkat. Aku ingin seharian ini bisa beristirahat.
Tukang-tukang yang mengerjakan bangunan sebelah terdengar sibuk dengan pekerjaannya. Sayup-sayup aku mendengar para kuli bangunan itu sesekali menyebut namaku. Mereka pasti bertanya-tanya dimanakah aku berada sekarang karena sampai siang bolong begini rumahku masih tertutup rapat.
Perutku terasa lapar tapi aku malas untuk makan. Badanku sakit semua, tidak ada tenaga. Pengen tidur terus. Tak terasa akhirnya aku terlelap lagi.
“Oooaaammmmpppphhhhhhhhhh…………………..” aku menguap sambil menggeliatkan tubuhku.
Segar sekali rasanya tubuhku ini setelah seharian tidur tanpa aktifitas sama sekali. Kamar dan seluruh penjuru rumahku gelap gulita. Nampaknya hari sudah malam. kunyalakan lampu kamar dan melihat jam dinding. ternyata sudah menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya aku sudah tidur selama kurang lebih 15 jam.
“Wahh… rekor nih. Blm pernah aku tidur segitu lamanya” kataku sambil tersenyum.
Perutku terasa keroncongan. Lapar banget. Memang seharian perutku tidak kemasukan makanan apapun. Segera aku beranjak menuju dapur untuk memasak makanan. Setelah masak, makan dan mandi, aku kembali merebahkan tubuhku di ranjangku sambil menonton tv. Tak terasa aku kembali tertidur.
Esok harinya sekitar pukul 05.00 pagi aku sudah terbangun. Segera aku menuju dapur untuk masak makanan buat aku sendiri untuk hari ini. Sengaja aku cepat-cepat masak sebelum para kuli bangunan itu datang untuk meneruskan pekerjaan mereka supaya aku tidak di kerjain lagi. Meskipun aku sudah beberapa kali di kerjain oleh mereka tetapi rasa malu masih lebih mendominasi.
Kurang lebih 1 jam aku sudah menyelesaikan acara memasak dan mandi. Segera aku tutup semua pintu dan jendela untuk menghindari pelecehan dan ulah cabul para kuli bangunan terhadap diriku.
Setelah semua tertutup rapat dan terkunci, akupun menonton tv di kamar sambil sarapan. Sayup-sayup ku dengar tukang-tukang itu sudah mulai datang. Aku teringat saat-saat mereka melecehkanku, mempermalukanku, menjahili aku hingga menyetubuhi aku secara keroyokan. tiba-tiba aku menjadi horny. Ingin di lecehkan lagi.
Ooohhhh…. Cepat-cepat aku mengalihkan pikiranku pada makanan dan acara televise yang ada di hadapanku. aku mencoba untuk focus pada acara tv namun sekilas muncul lagi ingatan itu membuat vaginaku menjadi becek dan berkedut.
“Pak Jono, ini lampu kamar mandi mbak Irma kok menyala padahal kemarin mati” aku mendengar suara Jupri berteriak kepada pak Kardjono. Pintu kamar mandiku ada di luar sehingga siapapun bisa masuk ke kamar mandi.
“Apa Pri…..??”Tanya Pak Kardjono sambil berjalan menuju Jupri
“Ini lo pak, lampunya ini kemarin mati, sekarang kok menyala?”Jupri mengulang perkataannya
“Oooo…, berarti mbak Irma ada di dalam rumah Pri…” kata Pak Kardjono.
“Yeeaaahhh…. Hore…..” Teriak mereka girang
Hatiku berdebar-debar mendengar obrolan mereka. Mereka begitu yakin aku ada di dalam rumah. Selintas aku berpikir untuk keluar saja dari persembunyianku, menemui mereka, dan menikmati perlakuan mereka terhadap diriku. Namun aku masih sangat risih dan malu. Kakiku terasa lemas.
“Mbak Irma…… ayo keluar… kita tau lo, mbak Irma ada di dalam….” Aku mendengar suara Jupri dari belakang rumah.
Ku raba vaginaku dan ternyata sudah basah. Aku merasa horny sekali. Tubuhku sudah segar setelah beristirahat seharian kemarin dan sekarang aku siap untuk dikuras kembali seluruh tenagaku. Aku putuskan untuk menemui mereka.
Dengan jantung yang berdebar-debar, aku melangkah ke pintu belakang rumah untuk menemui mereka.
“ Aduh…. Rasanya kok seperti baru awal berbugil ria sih…. !” gerutuku dalam hati sebelum membuka pintu. Setelah seharian kemarin tidak telanjang di depan orang-orang, sekarang akan telanjang lagi dihadapan orang yang bukan suami rasanya seperti mengawali lagi.
“Mbak Irma…..!” teriak Nyoto
Perlahan-lahan aku membuka pintu dan melongokkan kepalaku, “Hai, pa kabar pak…?” Salamku pada mereka. Tubuh telanjangku masih bersembunyi di balik pintu, hanya kepalaku saja yang muncul.
“Wah…. Mbak Irma kemana aja sih…..??? kami semua kangen banget loo…”Kata pak Kardjono
“Iya nih mbak Irma, kemana aja sih? Dari kemarin dicariin gak muncul-muncul” kata Jupri
“Eh iya, kemarin lagi gak enak badan jadi seharian istirahat di kamar”jawabku
“Trus sekarang gimana mbak? Masih gak enak badan? “ Tanya Pak Kardjono perhatian.
“sudah lumayan pak..”jawabku
“berarti sudah siap kita kerjain lagi donk….hehehehe….”kata jupri dengan senyum mesumnya
Deg….jantungku terasa mau copot mendengar kata-kata Jupri. Gairahku mendadak meningkat, vaginakupun berkedut-kedut. Aku menundukkan kepalaku karena malu.
“Tuh kan… mbak Irma pengen kita kerjain lagi to…”kata Jupri lagi.
“Hehehe….. bener Pri, tuh kan… dia nunduk, malu-malu kucing” kata Nyoto
“Jadi tambah gemes aku….hak…hak….hak….”kata Pak Kardjono sambil terkekeh-kekeh
Jantungku semakin berdebar-debar mendengar godaan mereka. “Eh, enggak kok. Jangan donk….”sahutku.
“Mbak, buka pintunya donk…aku pengen liat tubuh telanjang mbak Irma nih”kata Kasiman dan hal itu semakin membuatku malu dan bergairah. Kasiman mulai mendorong pintunya perlahan-lahan.
“eh… aduh… mau ngapain kalian…. Aduh…. “kata-kataku melarang mereka untuk membuka pintu tetapi anehnya aku sama sekali tidak menahannya sampai akhirnya pintu itu terbuka sepenuhnya.
Mereka mendekatiku dan memandangi tubuh telanjangku dengan pandangan seolah-olah ingin menelanku bulat-bulat. Aku berusaha menutupi tubuhku dengan kedua tanganku namun itu hanyalah sia-sia saja. Kedua tanganku tidak mampu menutupi tubuhku yang polos.
“Hehehe…. Mbak Irma harus kita hukum karena kemarin telah membuat kita kebingungan” kata pak Kardjono. Tangannya menggamit tanganku yang menutupi putting payudara, dan menyeretnya keluar rumah.
“Di hukum apaan pak? kan aku udah bilang kalau lg kecapekan” kataku mengelak. Mau tidak mau aq harus mengikuti Pak Kardjono yang menyeret tanganku supaya tidak terjatuh.
“Pak…. Pak….. mau ngapain???... pak…..”Aku memohon sambil mengikuti langkah pak Kardjono.
“Udah… diem…. Pokoknya mbak Irma harus dihukum….”Kata Pak Kardjono
“Hakk…hakk…..hak…… iya mbak, harus dihukum….”Kata Kasiman menimpali dan terkekeh-kekeh melihat aku yang kebingungan.
“Eeitss… sebentar pak, Mbak Irma belum memakai sandal tuh….. Sayang kalau kakinya lecet kena batu”Kata Jupri sok perhatian. Dia masuk kembali ke dalam rumah dan membawakan sandal high heel untuk ku.
Setelah memakai sandal itu, aku kembali diseret pak Kardjono. Dia membawaku ke bawah sebuah pohon yang ada di belakang rumah yang sedang mereka bangun. Ku lihat pak Kardjono berbisik dengan Santo. Aku gak tahu apa yang mereka bicarakan tapi aku yakin mereka sedang membicarakan hukumanku. Setelah itu dengan setengah berlari, Santo masuk ke dalam rumah setengah jadi itu dan kembali dengan membawa sebuah celana panjang.
Jantungku berdebar-debar menantikan sebuah hukuman untukku.
Buat apa celana itu?
Hukuman apa yang akan mereka berikan untukku?
Seru..tukang sayur loyo...nasib security guard nya jago...haha
BalasHapus