By : Ardianxp
Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu, tepatnya saat aku ditugaskan di kota S. Perusahaan menyediakan rumah kontrakan untuk para pegawai, dan aku mendapatkan satu rumah khusus untuk diriku sendiri. Karena aku lebih banyak bekerja di lapangan daripada di kantor, aku kurang akrab dengan rekan-rekan kantor. Di kantor, hanya ada enam orang yang bekerja secara tetap, termasuk atasanku.
Dari enam orang tersebut, ada tiga perempuan dan tiga laki-laki, termasuk atasanku. Pegawai perempuan kebanyakan tinggal di area dekat kantor, sedangkan pegawai laki-laki berasal dari luar kota dan tinggal di mess yang disediakan perusahaan. Saat itu, ada berkas yang salah alamat dan nyasar ke kantor, padahal biasanya berkas-berkas selalu aku minta dikirimkan langsung ke rumah karena aku malas bolak-balik ke kantor yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Di kantor sebenarnya ada ruangan khusus untukku, tapi karena lebih sering berada di lapangan, ruangan itu jarang sekali kugunakan. Aku kemudian menelepon Rini, sekretaris di kantor, untuk menanyakan soal berkas tersebut.
Aku: "Rin, ada berkas atas namaku yang masuk ke kantor, ya?"
Rini: "Iya, Pak. Sudah saya taruh di ruangan Bapak."
Aku: "Oh, gitu. Bisa tolong diantar ke rumah, nggak?"
Rini: "Maaf, Pak. Saya lagi nggak di kantor. Kemarin saya sudah izin sama Pak Djarot, soalnya ibu saya tiba-tiba sakit."
Aku: "Oh, begitu. Kalau di kantor sekarang siapa yang ada, Rin?"
Aku: "Oh, begitu. Kalau di kantor sekarang siapa yang ada, Rin?"
Rini: "Tinggal Bu Silvia, Pak. Yang lain ikut Pak Djarot rapat ke kota J."
Aku: "Oke, Rin. Terima kasih, ya. Semoga ibumu lekas sembuh."
Rini: "Iya, Pak. Sama-sama. Terima kasih doanya."
Kututup telepon itu dengan napas panjang. Dalam cerita kali ini, aku akan membagikan kisah-kisah selama aku bekerja di kota S. Mungkin sesekali aku akan menyelipkan pengalaman di kota lain, tapi kali ini aku ingin fokus menceritakan pengalamanku bersama Bu Silvia.
Sebagai informasi, Bu Silvia adalah office manager di kantorku. Dia seorang wanita keturunan Tionghoa berusia 33 tahun. Dari perawakannya, tinggi badannya kira-kira 165 cm, tubuhnya langsing, dengan kulit putih bersih. Bu Silvia sudah menikah dan memiliki seorang anak yang baru berusia satu tahun. Di kantor, dia selalu berpakaian rapi dan sopan, dengan dominasi warna pastel cerah yang sepertinya menjadi favoritnya.
Bu Silvia adalah tipe orang yang pemalu. Dia jarang berinteraksi, baik denganku maupun dengan rekan-rekan kantor lainnya. Dia lebih banyak diam dan hanya berbicara jika ada hal yang berkaitan dengan urusan kantor. Namun, hari itu pandanganku terhadap Bu Silvia berubah total, 180 derajat.
Setibanya di kantor, aku mendapati pintu depan yang hanya terbuka setengah. Sesuai informasi dari Rini, hampir semua orang kantor ikut ke rapat bersama Pak Djarot, kecuali Bu Silvia. Aku masuk dengan niat hanya mengambil berkas, lalu segera pulang ke rumah. Aku ingin menghindari pertemuan dengan Bu Silvia karena suasananya pasti akan terasa canggung.
Tanpa banyak berpikir, aku langsung naik ke tangga tanpa memperhatikan ruangan pegawai yang ada tepat di sebelah kaki tangga. Kantor kami memang sebuah ruko empat lantai yang disewa perusahaan. Ruanganku sendiri berada di lantai dua.
Saat melangkah naik, aku melihat ada cahaya kecil yang keluar dari bawah tangga. Cahaya itu memantul dari celah pintu WC kantor, yang kebetulan letaknya persis di bawah tangga. Rasa penasaran membuatku berhenti sejenak. Aku mencoba mengintip lewat celah kecil di pintu, tapi pandanganku terlalu samar untuk memastikan apa yang kulihat.
Karena penasaran, aku mengambil ponsel dan menempelkannya ke celah pintu untuk mendapatkan pandangan lebih jelas. Namun, apa yang kulihat membuatku terkejut. Wanita yang selama ini selalu berpakaian sopan di kantor dan menjaga sikap, ternyata sedang melakukan sesuatu yang sama sekali tak kuduga.
Aku terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Bu Silvia yang cantik itu sedang berbugil ria di kamar mandi tanpa mengenakan apapun dibadannya.
Dalam posisi jongkok, dengan leluasanya dia memaju mundurkan sebatang terong besar berwarna ungu di dalam memek nya, sambil tangan yang satunya meremas remas teteknya yang sebelah kiri, dan yang lain tak bukan ini lah sisi lain dari bu Silvia.
Tanpa pikir panjang otak mesumku pun langsung bekerja, ku ganti mode kamera smartphoneku ke mode video, ada kurang lebih 2 menit aku memantau aktifitas Silvia , karna aku semakin konak dengan pandangan itu , ku putuskan untuk menyudahi aktifitas ku dan bergegas ke ruangan ku, di dalam ruangan ,aku masih tidak habis pikir dengan yang kulihat barusan, buk Silvia yang biasanya kalem saat bekerja bisa menjadi seperti itu, apa yang kurang dari hubungannya dengan suami nya, Tiba-tiba terbesit sebuah ide untuk memanfaatkan kejadian ini,dan ini lah awal mula mimpi buruk bu Silvia, yang perlahan akan menjadi perempuan di atas norma kewajaran.
Setelah sekitar lima menit di ruangan, kudengar suara pintu WC terbuka. Itu pertanda bahwa Bu Silvia telah selesai dengan aktivitasnya. Aku tetap diam di tempat, menunggu hingga suasana tenang. Setelah merasa cukup, aku pun mengambil langkah berikutnya dan mengirim pesan kepada Bu Silvia.
Aku: Maaf, Bu. Ibu sedang di kantor ya?"
Kututup telepon itu dengan napas panjang. Dalam cerita kali ini, aku akan membagikan kisah-kisah selama aku bekerja di kota S. Mungkin sesekali aku akan menyelipkan pengalaman di kota lain, tapi kali ini aku ingin fokus menceritakan pengalamanku bersama Bu Silvia.
Sebagai informasi, Bu Silvia adalah office manager di kantorku. Dia seorang wanita keturunan Tionghoa berusia 33 tahun. Dari perawakannya, tinggi badannya kira-kira 165 cm, tubuhnya langsing, dengan kulit putih bersih. Bu Silvia sudah menikah dan memiliki seorang anak yang baru berusia satu tahun. Di kantor, dia selalu berpakaian rapi dan sopan, dengan dominasi warna pastel cerah yang sepertinya menjadi favoritnya.
Bu Silvia adalah tipe orang yang pemalu. Dia jarang berinteraksi, baik denganku maupun dengan rekan-rekan kantor lainnya. Dia lebih banyak diam dan hanya berbicara jika ada hal yang berkaitan dengan urusan kantor. Namun, hari itu pandanganku terhadap Bu Silvia berubah total, 180 derajat.
Setibanya di kantor, aku mendapati pintu depan yang hanya terbuka setengah. Sesuai informasi dari Rini, hampir semua orang kantor ikut ke rapat bersama Pak Djarot, kecuali Bu Silvia. Aku masuk dengan niat hanya mengambil berkas, lalu segera pulang ke rumah. Aku ingin menghindari pertemuan dengan Bu Silvia karena suasananya pasti akan terasa canggung.
Tanpa banyak berpikir, aku langsung naik ke tangga tanpa memperhatikan ruangan pegawai yang ada tepat di sebelah kaki tangga. Kantor kami memang sebuah ruko empat lantai yang disewa perusahaan. Ruanganku sendiri berada di lantai dua.
Saat melangkah naik, aku melihat ada cahaya kecil yang keluar dari bawah tangga. Cahaya itu memantul dari celah pintu WC kantor, yang kebetulan letaknya persis di bawah tangga. Rasa penasaran membuatku berhenti sejenak. Aku mencoba mengintip lewat celah kecil di pintu, tapi pandanganku terlalu samar untuk memastikan apa yang kulihat.
Karena penasaran, aku mengambil ponsel dan menempelkannya ke celah pintu untuk mendapatkan pandangan lebih jelas. Namun, apa yang kulihat membuatku terkejut. Wanita yang selama ini selalu berpakaian sopan di kantor dan menjaga sikap, ternyata sedang melakukan sesuatu yang sama sekali tak kuduga.
Aku terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Bu Silvia yang cantik itu sedang berbugil ria di kamar mandi tanpa mengenakan apapun dibadannya.
Dalam posisi jongkok, dengan leluasanya dia memaju mundurkan sebatang terong besar berwarna ungu di dalam memek nya, sambil tangan yang satunya meremas remas teteknya yang sebelah kiri, dan yang lain tak bukan ini lah sisi lain dari bu Silvia.
Tanpa pikir panjang otak mesumku pun langsung bekerja, ku ganti mode kamera smartphoneku ke mode video, ada kurang lebih 2 menit aku memantau aktifitas Silvia , karna aku semakin konak dengan pandangan itu , ku putuskan untuk menyudahi aktifitas ku dan bergegas ke ruangan ku, di dalam ruangan ,aku masih tidak habis pikir dengan yang kulihat barusan, buk Silvia yang biasanya kalem saat bekerja bisa menjadi seperti itu, apa yang kurang dari hubungannya dengan suami nya, Tiba-tiba terbesit sebuah ide untuk memanfaatkan kejadian ini,dan ini lah awal mula mimpi buruk bu Silvia, yang perlahan akan menjadi perempuan di atas norma kewajaran.
Setelah sekitar lima menit di ruangan, kudengar suara pintu WC terbuka. Itu pertanda bahwa Bu Silvia telah selesai dengan aktivitasnya. Aku tetap diam di tempat, menunggu hingga suasana tenang. Setelah merasa cukup, aku pun mengambil langkah berikutnya dan mengirim pesan kepada Bu Silvia.
Aku: Maaf, Bu. Ibu sedang di kantor ya?"
Bu Silvia: Iya, Pak. Bapak mau ke kantor?"
Mungkin karena suara keran yang terlalu deras, Bu Silvia tidak menyadari bahwa aku sudah berada di kantor.
Mungkin karena suara keran yang terlalu deras, Bu Silvia tidak menyadari bahwa aku sudah berada di kantor.
Aku: "Saya sudah di kantor kok, Bu, sejak 10 menit yang lalu."
Bu Silvia: "Maaf, Pak. Tadi saya sakit perut. Mungkin waktu saya di WC, Bapak masuk ya?"
Aku hanya bisa tertawa dalam hati mendengar jawabannya. Sungguh, lucu sekali Bu Silvia ini. Sudah jelas tertangkap basah, masih saja mencoba mengelak.
Aku: "Sakit perut, atau sakit yang lain, Bu?"
Bu Silvia: "Maksud Bapak apa ya?"
Kali ini aku tidak berniat membalas dengan basa-basi. Langsung saja kukirimkan video yang sempat kurekam melalui celah pintu tadi. Suasana hening cukup lama setelah aku mengirimkan video itu. Tidak ada balasan. Sampai akhirnya, sebuah pesan dari Bu Silvia masuk.
Bu Silvia: Cepat hapus video itu !! Atau aku laporkan ke polisi. Ancamnya melalui sebuah pesan.
Aku hanya bisa tertawa dalam hati mendengar jawabannya. Sungguh, lucu sekali Bu Silvia ini. Sudah jelas tertangkap basah, masih saja mencoba mengelak.
Aku: "Sakit perut, atau sakit yang lain, Bu?"
Bu Silvia: "Maksud Bapak apa ya?"
Kali ini aku tidak berniat membalas dengan basa-basi. Langsung saja kukirimkan video yang sempat kurekam melalui celah pintu tadi. Suasana hening cukup lama setelah aku mengirimkan video itu. Tidak ada balasan. Sampai akhirnya, sebuah pesan dari Bu Silvia masuk.
Bu Silvia: Cepat hapus video itu !! Atau aku laporkan ke polisi. Ancamnya melalui sebuah pesan.
Aku tersenyum kecil membaca pesannya, menyadari bahwa situasi ini akan menjadi semakin rumit. Dengan senyum sinis, aku bergumam dalam hati, "Melawan juga, ya, Bu Silvia ini."
Aku: "Silakan saja, Bu, kalau Ibu mau melaporkan saya. Saya tidak masalah dipenjara. Tapi apakah Ibu siap dengan risikonya? Jika video ini tersebar, nama baik Ibu akan hancur. Suami Ibu mungkin akan menceraikan Ibu, dan anak kecil Ibu—apa Ibu tidak memikirkan itu? Semua ini tergantung keputusan Ibu sekarang."
Aku tidak habis pikir dengan pola pikir Bu Silvia. Dia seolah tidak menyadari posisinya yang saat ini sedang terjepit. Aku pun mengancamnya balik dengan ancaman yang lebih berat. Aku sendiri tidak takut pada konsekuensi apa pun. Kalau pun masuk penjara, aku yakin paling lama hanya satu tahun, atau bahkan mungkin tidak sampai dipenjara karena aku kenal baik dengan beberapa petinggi di daerah ini.
Tak lama kem pesan balasannya pun masuk dan langsung kubaca.
Aku: "Silakan saja, Bu, kalau Ibu mau melaporkan saya. Saya tidak masalah dipenjara. Tapi apakah Ibu siap dengan risikonya? Jika video ini tersebar, nama baik Ibu akan hancur. Suami Ibu mungkin akan menceraikan Ibu, dan anak kecil Ibu—apa Ibu tidak memikirkan itu? Semua ini tergantung keputusan Ibu sekarang."
Aku tidak habis pikir dengan pola pikir Bu Silvia. Dia seolah tidak menyadari posisinya yang saat ini sedang terjepit. Aku pun mengancamnya balik dengan ancaman yang lebih berat. Aku sendiri tidak takut pada konsekuensi apa pun. Kalau pun masuk penjara, aku yakin paling lama hanya satu tahun, atau bahkan mungkin tidak sampai dipenjara karena aku kenal baik dengan beberapa petinggi di daerah ini.
Tak lama kem pesan balasannya pun masuk dan langsung kubaca.
Bu Silvia: Apa maumu sekarang? Kalau uang yang kamu mau, akan saya transfer detik ini juga!"
Aku: "Tidak semua bisa ditukar dengan uang, Bu. Kalau soal uang, saya bisa mendapatkannya dengan mudah. Begini saja, saya malas berdebat lewat chat. Kalau Ibu mau menyelesaikan ini, datang saja ke ruangan saya. Kita bicarakan langsung di sini."
Setelah mengirim pesan itu, aku meletakkan ponsel di meja. Aku mengambil sebungkus rokok dari dalam tas, menyalakan sebatang, dan menghisapnya pelan sambil menunggu. Tidak lama, kudengar suara langkah perlahan di tangga. Aku tersenyum kecil. "Rencana tahap pertama berhasil," pikirku.
Tak lama kemudian, pintu ruanganku terbuka tanpa ketukan. Bu Silvia masuk dengan wajah tegang, tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Bu Silvia: "Apa maksudmu melakukan semua ini? Kamu benar-benar keterlaluan!"
Aku hanya menyandarkan tubuh ke kursi dan memperhatikannya tanpa tergesa-gesa menjawab.
Aku: "Duduk dulu, Bu. Kita bicarakan baik-baik. Kalau Ibu langsung emosi, kita tidak akan menemukan solusi."
Dengan ekspresi penuh amarah, dia akhirnya duduk di kursi di depanku.
Bu Silvia: "Saya sudah di sini. Sekarang katakan apa yang kamu mau. Jangan bertele-tele."
Aku mematikan rokok di asbak dan tersenyum tipis.
Aku: "Baiklah. Kalau begitu, kita langsung ke intinya. Saya punya tawaran untuk Ibu. Percayalah, ini akan menguntungkan kita berdua."
Dia terlihat semakin tegang, namun tetap diam, menungguku melanjutkan.Aku hanya tersenyum sinis, ku buka laci kerja ku, dan ku keluarkan secarik kertas yang telah kusiapkan dari tadi.
Setelah mengirim pesan itu, aku meletakkan ponsel di meja. Aku mengambil sebungkus rokok dari dalam tas, menyalakan sebatang, dan menghisapnya pelan sambil menunggu. Tidak lama, kudengar suara langkah perlahan di tangga. Aku tersenyum kecil. "Rencana tahap pertama berhasil," pikirku.
Tak lama kemudian, pintu ruanganku terbuka tanpa ketukan. Bu Silvia masuk dengan wajah tegang, tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Bu Silvia: "Apa maksudmu melakukan semua ini? Kamu benar-benar keterlaluan!"
Aku hanya menyandarkan tubuh ke kursi dan memperhatikannya tanpa tergesa-gesa menjawab.
Aku: "Duduk dulu, Bu. Kita bicarakan baik-baik. Kalau Ibu langsung emosi, kita tidak akan menemukan solusi."
Dengan ekspresi penuh amarah, dia akhirnya duduk di kursi di depanku.
Bu Silvia: "Saya sudah di sini. Sekarang katakan apa yang kamu mau. Jangan bertele-tele."
Aku mematikan rokok di asbak dan tersenyum tipis.
Aku: "Baiklah. Kalau begitu, kita langsung ke intinya. Saya punya tawaran untuk Ibu. Percayalah, ini akan menguntungkan kita berdua."
Dia terlihat semakin tegang, namun tetap diam, menungguku melanjutkan.Aku hanya tersenyum sinis, ku buka laci kerja ku, dan ku keluarkan secarik kertas yang telah kusiapkan dari tadi.
Aku : simple saja buk, dikertas ini ada permintaan saya semua, silahkan di TDD kalau ibu setuju, dengan begitu saya akan hapus video ibuk tadi.
Dengan kasar dia ambil kertas yang ada di atas meja ku, mata nya membesar setelah mengetahui isi kertas tersebut, memang kertas itu adalah rencana ku yang terakhir, kertas itu bersikan :
Dengan kepenuhan sadar dan tanpa paksaan siapun saya selaku pihak kedua bertanda tangan dibawah ini, dan menyetujui semua poin - poin yang telah dibuat oleh pihak pertama.
Nama : Silvia Wijaya ( disebut sebagai pihak ke 2)
Umur : 33 Thn
Alamat : xxxxx xxxxx xxxxx xxxxxxx
Xxxxxxxx xxxxxx xxxx
Pek : Office Manager
Dengan ini menyatakan akan patuh dan tunduk terhadap poin-poin yang telah di buat oleh pihak pertama.
Nama : Ardian irman ( disebut sebagai pihak ke 1)
Umur : 28 Thn
Alamat : xxxxx xxxxxxx xxxx xxxxxx
Xxxxxxxxx xxxxxx xxx
Pek : Site Supervisor
Dan dibawah ini adalah poin - poin yang harus dipatuhi oleh pihak ke 2, tanpa ada penolakan karna ini bersikap mutlak :
° patuh terhadap pihak pertama apapun perintahnya tanpa ada penolakan.
° menjadi budak pihak pertama selama pihak pertama belum melepaskan surat ini.
Dengan ini saya pihak kedua setuju dengan poin diatas, dan apa bila saya selaku pihak kedua melanggar isi perjanjian diatas, saya bersedia membayar Denda sebesar 1,5 M, dan perjanjian ini mutlak dan saya siap dilaporkan atas tuduhan penipuan dan diperkarakan.
Hormat saya
Silvia Wijaya Ardian Susanto
(Pihak ke 2 ) ( Pihak ke 1)
A : gimana buk? , apa setuju dengan perjanjian tersebut? , kalau setuju silahkan di tandatangani buk, dan coba ibuk pikirkan matang-matang apa yang akan terjadi apabila ibuk menolak ini.
Sedikit ku mainkan mentalnya ,karna dia hanya terpatung melihat ku dengan pandangan kosong, agak lama dia mematung,dan akhirnya dia buka suara juga.
S : apa tidak ada cara lain selain ini? , ( nada nya sudah melemah, tandanya dia sudah sepenuhnya menyerah)
A : Tidak ada buk, kalau ibuk mau,sesuai isi surat tadi, bayar denda nya 1,5 m tapi saat ini saya juga, karna waktu saya tidak banyak buk.
S : apa tidak bisa kurang? , nanti akan saya cicil, tpi saya butuh waktu.
A : hahahahha,, nego terusss?, kalau tidak mau ya sudah, ( sambil berpura-pura mengotak -atik HP ku, sambil melirik sedikit ke arah buk Silvia)
Kulihat dia tertenduk lesu, air matanya sudah keluar dari sudut matanya dan menetes ke pipi nya, dalam hatinya pasti menyesal atas perbuatannya tadi.
S : Baaaaaik lah paaaak, saya akan tanda tangan ini ( dengan suaranya yang perak dan terbata-bata , aku yang mendengar ucapan itu , berasa dapat angin segar ditengah terik matahari.)
A : hahaha,, kalau gini dari awal kan enak, ( kuberdiri dari kursi ku dan mengambil alat tripod dan menyusun nya di depan meja dan mengarah ke arah nya), nah saya gak mau ibuk terlhat terpaksa di video ini.
S : kenapa harus di drekam segala , kan saya tadi sudah setuju.
A : kalau tidak ada bukti rekaman nya mana akan kuat kuasa surat ini, waktu saya tidak lama berdebat Buk, kalau mau silahkan ke wc sana bersihkan muka ibuk, dan terlihat biasa2 saja nanti di rekaman ini.
Dengan langkah terpaksa buk Silvia melangkah ke arah wc yang berada disudut ruangan ini, aku sangat senang, karna semua rencana ku berhasil, dan buk Silvia sudah dalam genggaman ku, aku akan bebas memakai & memainkan nya sesesuka hati ku.
Setelah berapa menit akhirnya buk Silvia keluar dari kamar mandi, kulihat wajah nya sudah seperti semula , ku suruh duduk di meja yang telah ku persiapan tripod di belakng meja tersebut.
Dengan kasar dia ambil kertas yang ada di atas meja ku, mata nya membesar setelah mengetahui isi kertas tersebut, memang kertas itu adalah rencana ku yang terakhir, kertas itu bersikan :
Dengan kepenuhan sadar dan tanpa paksaan siapun saya selaku pihak kedua bertanda tangan dibawah ini, dan menyetujui semua poin - poin yang telah dibuat oleh pihak pertama.
Nama : Silvia Wijaya ( disebut sebagai pihak ke 2)
Umur : 33 Thn
Alamat : xxxxx xxxxx xxxxx xxxxxxx
Xxxxxxxx xxxxxx xxxx
Pek : Office Manager
Dengan ini menyatakan akan patuh dan tunduk terhadap poin-poin yang telah di buat oleh pihak pertama.
Nama : Ardian irman ( disebut sebagai pihak ke 1)
Umur : 28 Thn
Alamat : xxxxx xxxxxxx xxxx xxxxxx
Xxxxxxxxx xxxxxx xxx
Pek : Site Supervisor
Dan dibawah ini adalah poin - poin yang harus dipatuhi oleh pihak ke 2, tanpa ada penolakan karna ini bersikap mutlak :
° patuh terhadap pihak pertama apapun perintahnya tanpa ada penolakan.
° menjadi budak pihak pertama selama pihak pertama belum melepaskan surat ini.
Dengan ini saya pihak kedua setuju dengan poin diatas, dan apa bila saya selaku pihak kedua melanggar isi perjanjian diatas, saya bersedia membayar Denda sebesar 1,5 M, dan perjanjian ini mutlak dan saya siap dilaporkan atas tuduhan penipuan dan diperkarakan.
Hormat saya
Silvia Wijaya Ardian Susanto
(Pihak ke 2 ) ( Pihak ke 1)
A : gimana buk? , apa setuju dengan perjanjian tersebut? , kalau setuju silahkan di tandatangani buk, dan coba ibuk pikirkan matang-matang apa yang akan terjadi apabila ibuk menolak ini.
Sedikit ku mainkan mentalnya ,karna dia hanya terpatung melihat ku dengan pandangan kosong, agak lama dia mematung,dan akhirnya dia buka suara juga.
S : apa tidak ada cara lain selain ini? , ( nada nya sudah melemah, tandanya dia sudah sepenuhnya menyerah)
A : Tidak ada buk, kalau ibuk mau,sesuai isi surat tadi, bayar denda nya 1,5 m tapi saat ini saya juga, karna waktu saya tidak banyak buk.
S : apa tidak bisa kurang? , nanti akan saya cicil, tpi saya butuh waktu.
A : hahahahha,, nego terusss?, kalau tidak mau ya sudah, ( sambil berpura-pura mengotak -atik HP ku, sambil melirik sedikit ke arah buk Silvia)
Kulihat dia tertenduk lesu, air matanya sudah keluar dari sudut matanya dan menetes ke pipi nya, dalam hatinya pasti menyesal atas perbuatannya tadi.
S : Baaaaaik lah paaaak, saya akan tanda tangan ini ( dengan suaranya yang perak dan terbata-bata , aku yang mendengar ucapan itu , berasa dapat angin segar ditengah terik matahari.)
A : hahaha,, kalau gini dari awal kan enak, ( kuberdiri dari kursi ku dan mengambil alat tripod dan menyusun nya di depan meja dan mengarah ke arah nya), nah saya gak mau ibuk terlhat terpaksa di video ini.
S : kenapa harus di drekam segala , kan saya tadi sudah setuju.
A : kalau tidak ada bukti rekaman nya mana akan kuat kuasa surat ini, waktu saya tidak lama berdebat Buk, kalau mau silahkan ke wc sana bersihkan muka ibuk, dan terlihat biasa2 saja nanti di rekaman ini.
Dengan langkah terpaksa buk Silvia melangkah ke arah wc yang berada disudut ruangan ini, aku sangat senang, karna semua rencana ku berhasil, dan buk Silvia sudah dalam genggaman ku, aku akan bebas memakai & memainkan nya sesesuka hati ku.
Setelah berapa menit akhirnya buk Silvia keluar dari kamar mandi, kulihat wajah nya sudah seperti semula , ku suruh duduk di meja yang telah ku persiapan tripod di belakng meja tersebut.
Aku : oke buk siap, dengan hitungan ke 3,mulai lah tanda tangan kertas itu dengan muka biasa saja dan mengarah ke kamera, (ku briefing sedemikian rupa terlebih dahulu, agar tidak ada kesalahan dalam pengambilan ini, biar tidak mengulang dan menghabiskan waktu).
S : Baik Pak
A : oke standby, 1..2...3 , lakukan buk ( tidak ada raut muka terpaksa terpancar dari wajahnya, malah kelihatan natural, )
Cukup satu pengambilan saja, tidak ada kesalahan sedikitpun, aku pun puas, dan meriksa tanda tangannya, apa sudah pas mengenai materai nya, sempurna, buk Silvia telah resmi menjadi budak ku hari ini dan seterusnya.
Aku : baiklah buk karna ibuk telah menandatangani berkas ini, silahkan ibuk otak atik HP saya, video ibuk ada di galeri silahkan ibuk hapus sendiri ( kusodorkan HP ku yang merekam dia masturbasi tadi, sengaja kubiarkan seolah2 memang cuma ada di HP video itu, padahal sebenarnya video itu telah ku amankan terlebih dahulu di FD ku)
Silvia : Baik Pak, ( dia sibuk megotak atik HP ku, setelah merasa aman, dia mengembalikan lagi HP ku) , ini pak, saya rasa sudah cukup.
Aku : untuk perintah pertama jawab dengan jujur apa yang saya tanyakan, jangan pernah membohongi saya atau ibuk tahu akibatnya apa.
Silvia : baik Pak, ( dia telah tunduk sepenuhnya , nada bicara pun sudah melemah, dia tahu kondisi apa yg akan menerpa nya kalau berani memberontak)
Aku : Apa alasan kamu masturbasi tadi di kantor?
Silvia : jadi gini pak, Setelah melahirkan,saya jarang di sentuh suami saya pak, dan tadi saya sangat terangsang , karna kantor sepi saya nonton film porno di kantor dan terangsang hebat pak, dan karna saya tahu di ruangan ada CCTV makanya saya pilih ke WC pak, ( aku tidak percaya dia akan sejujur ini, karna ku tahu perempuan tidak akan pernah mau mengakui itu walau pun didesak)
A : ( aku tepuk tangan atas jawabannya) , bagus, ibuk telah mengerti apa yang saya perintahkan dan mengerti arti surat ini. Alasan suami ibuk tidak mau bersetubuh apa?
Silvia : Dia merasa berdosa pak , atas luka sesar di perut saya pak, makanya dia tidak mau bersetubuh setelah melihat luka jahit itu.
Aku : Sok suci suami kamu itu buk, mungkin ada wanita lain mungkin, coba ku lihat bekas luka jahit sesar kamu itu buk ( saya coba di tahap ini apa dia mau melakukannya atau tidak)
Aku : Gimana buk Silvia rasanya? , apa enak?,atau apa mau nambah lagi? .
A : ( aku tepuk tangan atas jawabannya) , bagus, ibuk telah mengerti apa yang saya perintahkan dan mengerti arti surat ini. Alasan suami ibuk tidak mau bersetubuh apa?
Silvia : Dia merasa berdosa pak , atas luka sesar di perut saya pak, makanya dia tidak mau bersetubuh setelah melihat luka jahit itu.
Aku : Sok suci suami kamu itu buk, mungkin ada wanita lain mungkin, coba ku lihat bekas luka jahit sesar kamu itu buk ( saya coba di tahap ini apa dia mau melakukannya atau tidak)
Silvia : haaah?, ( seolah tak percaya dengan ucapanku, dia coba meyakinkan kembali)
Aku : iya, saya mau lihat bekas luka jahit itu, apa kamu mau menolaknya buk?
S : Tidak pak, baik Pak ( dia berdiri dari duduk nya dan diangkat lah gamis nya keatas, walau agak ragu, tapi dia melakukannya , karna pergerakannya lambat, maka ku hardik lah)
A : CEPET ANGKAT, KAMU MAU MENOLAKNYA BUK, APA KAMU MASIH BELUM PAHAM ISI DALAM SURAT INI!!!!
dengan cepat baju setelan kerjanya itu telah tersingkap sempurna, walau masih sampai sebatas perut atas, aku sedikit terpana melihat gundukan dibalik celana shot hitamnya yang menjiplak, jelas garis memek terjiplak disana.
Aku lihat dia sedikit gusar, karna kaki nya yang tidak bisa berhenti bergerak, ku lihat emang ada luka jahitan di perutnya.,
A : ini tidak lah terlalu menganggu mata saat bersetubuh, alasan suami kamu saja itu buk, yang tidak mau ( sambil ku elus perut yang ada bekas jahitannya, dia agak kaget, ketika tangan ku menyentuh kulit perutnya secara tiba-tiba, tapi tidak ada perlawanan dari dia sedikitpun, mungkin dia telah sadar kalau dia berani menepis tanganku,entah apa nanti yang akan kulakukan ) , yasudah turunkan lagi gamis mu, dan pergi ke bawah dan kunci pintu nya, kamu mengerti buk?
S : (sambil menurunkan gamisnya), baik Pak,
Buk Silvia kembali lagi ke ruangan ku setelah ku perintahkan untuk mengunci pintu bawah ,
A : Tolong ambil kan gelas yang di sana buk, ( sambil ku tunjuk ke arah sudut ruangan lainya yang menyimpan perlengkapan makan).
S : Baik Pak, ( dia pergi ke sana dan mengambil gelas yang kusuruh tadi,) , ini Pak, ( sambil menyodorkan gelas nya ke aku).
Aku berdiri dan mengambil gelas yang dikasih buk Silvia tadi ke aku, tanpa permisi, ku tarik resleting kebawah dan ku keluarkan kontol ku dari celana, karna kebiasaan ku tidak pernah lagi memakai celana dalam dibalik celana jeans ku.
Buk Silvia pun agak mundur sedikit ke belakang karna kaget aku tiba- tiba mengeluarkan kontol ku tanpa aba-aba, tapi perlahan dia agak mematung melihat ukuran kontol ku yang sudah tegang maksimal dengan ukuran panjang 19 cm dan tebal, dihasi urat2 disamping kontol ku.
Kucoba memecah lamunan bu Silvia, karna dia tidak sadar aku liatin sedang menelan ludahnya.
Aku : Tenang buk, kontol ini jadi milik kamu kok, sabar ya buk heheheh, (Sambil ku mainkan kontol ku di depan nya)
S : Tidak pak, baik Pak ( dia berdiri dari duduk nya dan diangkat lah gamis nya keatas, walau agak ragu, tapi dia melakukannya , karna pergerakannya lambat, maka ku hardik lah)
A : CEPET ANGKAT, KAMU MAU MENOLAKNYA BUK, APA KAMU MASIH BELUM PAHAM ISI DALAM SURAT INI!!!!
dengan cepat baju setelan kerjanya itu telah tersingkap sempurna, walau masih sampai sebatas perut atas, aku sedikit terpana melihat gundukan dibalik celana shot hitamnya yang menjiplak, jelas garis memek terjiplak disana.
Aku lihat dia sedikit gusar, karna kaki nya yang tidak bisa berhenti bergerak, ku lihat emang ada luka jahitan di perutnya.,
A : ini tidak lah terlalu menganggu mata saat bersetubuh, alasan suami kamu saja itu buk, yang tidak mau ( sambil ku elus perut yang ada bekas jahitannya, dia agak kaget, ketika tangan ku menyentuh kulit perutnya secara tiba-tiba, tapi tidak ada perlawanan dari dia sedikitpun, mungkin dia telah sadar kalau dia berani menepis tanganku,entah apa nanti yang akan kulakukan ) , yasudah turunkan lagi gamis mu, dan pergi ke bawah dan kunci pintu nya, kamu mengerti buk?
S : (sambil menurunkan gamisnya), baik Pak,
Buk Silvia kembali lagi ke ruangan ku setelah ku perintahkan untuk mengunci pintu bawah ,
A : Tolong ambil kan gelas yang di sana buk, ( sambil ku tunjuk ke arah sudut ruangan lainya yang menyimpan perlengkapan makan).
S : Baik Pak, ( dia pergi ke sana dan mengambil gelas yang kusuruh tadi,) , ini Pak, ( sambil menyodorkan gelas nya ke aku).
Aku berdiri dan mengambil gelas yang dikasih buk Silvia tadi ke aku, tanpa permisi, ku tarik resleting kebawah dan ku keluarkan kontol ku dari celana, karna kebiasaan ku tidak pernah lagi memakai celana dalam dibalik celana jeans ku.
Buk Silvia pun agak mundur sedikit ke belakang karna kaget aku tiba- tiba mengeluarkan kontol ku tanpa aba-aba, tapi perlahan dia agak mematung melihat ukuran kontol ku yang sudah tegang maksimal dengan ukuran panjang 19 cm dan tebal, dihasi urat2 disamping kontol ku.
Kucoba memecah lamunan bu Silvia, karna dia tidak sadar aku liatin sedang menelan ludahnya.
Aku : Tenang buk, kontol ini jadi milik kamu kok, sabar ya buk heheheh, (Sambil ku mainkan kontol ku di depan nya)
Silvia: ehhh, hhmmm (dia tak bisa berkata - kata karna ke gep melihat kontolku, sungguh lucu expresinya ketika itu)
Ku letakkan gelas tadi dibawah kepala kontolku, dan ku kencingi gelas tersebut, kulihat warna air di gelas tersebut berwarna kuning, buk Silvia hanya mematung melihat tingkah ku.
Setelah kencing ku selesai, ku lihat gelas ternyata hampir penuh oleh kencing ku.
Ku letakan kembali gelas yang berisi kencing ku tadi keatas meja, tapi tetap dengan kontol ku diluar tidak ku masukan lagi, dan ku kembali duduk , kuliat buk Silvia masih terheran-heran dengan tingkah ku,
Ku letakkan gelas tadi dibawah kepala kontolku, dan ku kencingi gelas tersebut, kulihat warna air di gelas tersebut berwarna kuning, buk Silvia hanya mematung melihat tingkah ku.
Setelah kencing ku selesai, ku lihat gelas ternyata hampir penuh oleh kencing ku.
Ku letakan kembali gelas yang berisi kencing ku tadi keatas meja, tapi tetap dengan kontol ku diluar tidak ku masukan lagi, dan ku kembali duduk , kuliat buk Silvia masih terheran-heran dengan tingkah ku,
Aku : ini buk, kurasa kamu haus setelah kusuruh2 tadi (kusodorkan kedepan gelas yg berisi kencing ku tadi)
Dia masih diam mematung, tidak bergerak sediktpun, dia terus gantinan memandang gelas dan aku secara bergantian, ku angkat alis ku, seolah mengiyakan apa yang jadi pertanyaan di dalam hatinya.
Dia mulai maju perlahan mengambil gelas itu, dia tidak percaya akan dilecehkan sejauh ini, tapi ini baru permulaan, masih bnyak hal yang tak wajar yg akan ku lakukan terhadapnya. Setelah gelas digenggamannya, dia agak menahan muntahnya, terlihat dari experesi nya seperti orang yang jijik akan sesuatu.
Aku : apa lagi yang kamu tunggu buk, minumlah, kurang baik apa aku coba, apa kamu mau menolaknya? (Sambil kutunjuk kertas yang ada diatas meja), anggap saja itu air suci untuk merayakan kamu resmi jadi budak ku buk.
Aku : apa lagi yang kamu tunggu buk, minumlah, kurang baik apa aku coba, apa kamu mau menolaknya? (Sambil kutunjuk kertas yang ada diatas meja), anggap saja itu air suci untuk merayakan kamu resmi jadi budak ku buk.
Silvia : Baik Pak, akan saya lakukan, ( baru mau menyentuh mulutnya, dia agak termuntah sedikit), maaf Pak, akan saya coba lagi Pak, glek glek, uekk, ueek ( dengan perasaan mual terlihat jelas expresi nya)
Habis lah diminum air kencing ku oleh bu Silvia, aku tidak percaya orang se alim seperti buk Silvia mau melakukan ini, kontol dibawah telah ber eraksi kembali, karna pemandangan yang diluar nalar , dimana seorang amoy yang terhormat telah meminum kencingku.
Habis lah diminum air kencing ku oleh bu Silvia, aku tidak percaya orang se alim seperti buk Silvia mau melakukan ini, kontol dibawah telah ber eraksi kembali, karna pemandangan yang diluar nalar , dimana seorang amoy yang terhormat telah meminum kencingku.
Aku : Gimana buk Silvia rasanya? , apa enak?,atau apa mau nambah lagi? .
Silvia : enak Pak, tidak usah Pak, haus saya sudah hilang, terimakasih pak, ( sembari kembali meletak kan gelas di atas meja tadi)
Aku : hahahah, ini baru budak ku, mau berterimakasih kepada tuannya, jadi tidak perlu lagi mendidikmu lagi buk.
Kuambil sebatang rokok di atas meja kerja ku dan kusodorkan ke Silvia.
Aku : kalau jadi budak ku, kamu harus merokok Bu !! Kataku sambil menyodorkan rokok ke mulutnya.
Kuambil sebatang rokok di atas meja kerja ku dan kusodorkan ke Silvia.
Aku : kalau jadi budak ku, kamu harus merokok Bu !! Kataku sambil menyodorkan rokok ke mulutnya.
Silvia : baiklah Pak, saya akan mencobanya, soalnya saya belum pernah merokok sebelum nya Pak, ( sambil mengambil rokok di tangan ku dan menjepitkannya di sela bibirnya)
A : coba saja dan hisap lah, ( ku nyalakan korek dan membakar rokok yang telah berada di mulut buk Silvia) , hisap lah sekarang buk.
A : coba saja dan hisap lah, ( ku nyalakan korek dan membakar rokok yang telah berada di mulut buk Silvia) , hisap lah sekarang buk.
Silvia : hukkk hukkkk, maaf Pak, saya agak batuk Pak, ( tapi tetap mencoba menghisapnya) ,
Aku : caranya, hisap dan tarik nafas kamu kedalam agak lama baru lepaskan, maka kamu akan tahu nikmat nya rokok itu buk.
Silvia : baik Pak
Sungguh pemandangan yang membuat ku terangsang hebat, dengan pakaian kerjanya yang modis tadi, dia perlahan berubah menjadi pelacur murahan.
Setelah lama dia mencobanya , akhirnya dia mulai terbiasa, dia tidak terbatuk2 lagi.
A : hahaha, gimana rasanya buk? , enak gak, rokok itu?
S : iya Pak, enak Pak, ( sambil terus menghisap rokoknya, walau gerakan nya masih kaku tapi kalau dilihat sudah seperti pelacur diluar sana, yang berkedok gadis lugu.
Setelah menghabiskan sebatang rokok itu, buk Silvia kusuruh membuka baju kerjanya.
A : oke untuk selanjutnya , buka baju kamu buk, daleman nya sekalian.
Kali ini tidak ada penolakan sedikit pun dari buk Silvia, dia menurut seperti kerbau di cucuk hidungnya, kana dia tau konsekuensi kalau dia berani menolak. Satu persatu pakaian nya mulai meninggalkan pemilik nya.
Dia tidak menutupi daerah intimnya, dia hanya berdiri mematung sambil membiarkan mata ku menyapu bersih melihat tubuh telanjang nya , tetek nya yang ber ukuran 32 c dengan puting yang mengeras dengan warna coklat muda di areola nya dan bulu kemaluannya nya dicukur rapi. Sungguh menggiurkan tubuh buk Silvia ini pikirku.
A : Bodoh sekali suami kamu buk, tubuh sebagus ini tidak dipergunakan sebaik mungkin, apa anak mu masih kamu berikan asi buk?
S : anak saya masih saya kasih asi Pak,
A : Mendekat lah kesini buk, saya akan memastikan nya, apa benar perkataan mu itu
S : baik Pak, ( sembari berjalan kearah ku) , silahkan Pak.
A : hahahhaa, kamu memang budak ku yang sangat spesial buk ( sambil meremas pantat nya yang sintal) , puting mu juga sudah mengeras buk hahahah, ( sambil kumainkan putingnya, dengan telunjuk ku) , baik buk akan kumulai, (ku hisap putingnya seperti bayi yang menyusui, dia agak kegelian dengan aktifitas ku tersebut, tapi tidak ku hiraukan, benar saja, baru sebentar aku menyedot putingnya sebelah kiri, asi nya keluar, kunikmati asi yang mengalir ke mulutku, rasanya manis creamy, tangan ku tak ku biarkan diam, ku remas pelan teteknya sebelah kanan)
S : ahhhh, geli Pak ( sambil meremas pelan rambut ku)
A : (kulepas kuluman ku di tokednya ) , nikmati saja buk, rasanya gurih manis buk, bodonya suami mu buk ( dan kembali kunkenyot putingnya)
Buk Silvia tidak berhenti mengerang dan meremas rambut ku, hampir 5 menit aktifitas menyusui ini berlangsung, kuhentikan kenyotan ku, dan kulihat wajah buk Silvia sudah memerah dan dengan nafas yang berat, pertanda dia sudah terangsang hebat.
A : apa kamu suka dengan yang kulakukan tadi buk (sambil ku remas pelan kedua tokednya)
S : ahhh,... Ahhhh... Ahhhh, suka Pak, sangat suka Pak, (dengan expresi yang sangat menggairahkan)
A : kalau gitu, dimana terong tadi kamu letak kan buk?, ( sambil ku bimbing duduk dipangkuan ku)
S : Di tong sampah Pak, ( sambil memain kan kontol ku di bawah sana)
A : siapa yang menyuruh mu menyentuh kontol ku buk, ( sambil ku tepis dan ku cengkraman erat tangannya )
S : maaf Pak , sakittt Pak, tolong lepaskan Pak, ahhh aduhhhhh ( sambil mencoba melepaskan cengkraman ku di tangan kiri nya)
A : baru di puji sebentar sudah gede kepala kamu buk, ( sambil ku tarik dan memaksa berdiri dari pangkuan ku), kamu boleh memegang ini kalau saya izinkan saja, ngerti kamu gakk?, (sambil kulepaskan cengkraman ku ditangan kiri nya )
S : maaf Pak, ( sambil mengusap pergelangan tangan kiri nya yang memerah akibat cengkraman ku tadi)
A : sekarang kamu ambil terong yang di tong sampah tadi dan bawa kesini , ada hal yang harus kamu lakukan dengan terong itu.
S : baik Pak, ( di bergegas mengambil terong bekas masturbasinya tadi di tong sampah dengan tubuh masih telanjang)
A : ahahaha dasar ukhti lonte, baru di kenyot dikit udah terangsang hebat, ( sambil ku tanggalkan pakaian ku seutuh nya)
Kembali nya Silvia dari mengambil terong yang kusuruh tadi, segera ku hampiri dan kutarik paksa ke wc, karna kutarik tadi, Silvia hampir saja jatuh,tapi dengan cepat dia menyeimbangkan kembali tubuhnya. Alasan ku menarik Silvia ke wc karna aku sudah tidak tahan lagi ingin kencing, dan kali ini langsung ke mulut dan kepalanya.
Aku : Sekarang bersimpuh dilantai ini ( sambil ku hentak kan cengkraman ku kebawah,)
Sungguh pemandangan yang membuat ku terangsang hebat, dengan pakaian kerjanya yang modis tadi, dia perlahan berubah menjadi pelacur murahan.
Setelah lama dia mencobanya , akhirnya dia mulai terbiasa, dia tidak terbatuk2 lagi.
A : hahaha, gimana rasanya buk? , enak gak, rokok itu?
S : iya Pak, enak Pak, ( sambil terus menghisap rokoknya, walau gerakan nya masih kaku tapi kalau dilihat sudah seperti pelacur diluar sana, yang berkedok gadis lugu.
Setelah menghabiskan sebatang rokok itu, buk Silvia kusuruh membuka baju kerjanya.
A : oke untuk selanjutnya , buka baju kamu buk, daleman nya sekalian.
Kali ini tidak ada penolakan sedikit pun dari buk Silvia, dia menurut seperti kerbau di cucuk hidungnya, kana dia tau konsekuensi kalau dia berani menolak. Satu persatu pakaian nya mulai meninggalkan pemilik nya.
Dia tidak menutupi daerah intimnya, dia hanya berdiri mematung sambil membiarkan mata ku menyapu bersih melihat tubuh telanjang nya , tetek nya yang ber ukuran 32 c dengan puting yang mengeras dengan warna coklat muda di areola nya dan bulu kemaluannya nya dicukur rapi. Sungguh menggiurkan tubuh buk Silvia ini pikirku.
A : Bodoh sekali suami kamu buk, tubuh sebagus ini tidak dipergunakan sebaik mungkin, apa anak mu masih kamu berikan asi buk?
S : anak saya masih saya kasih asi Pak,
A : Mendekat lah kesini buk, saya akan memastikan nya, apa benar perkataan mu itu
S : baik Pak, ( sembari berjalan kearah ku) , silahkan Pak.
A : hahahhaa, kamu memang budak ku yang sangat spesial buk ( sambil meremas pantat nya yang sintal) , puting mu juga sudah mengeras buk hahahah, ( sambil kumainkan putingnya, dengan telunjuk ku) , baik buk akan kumulai, (ku hisap putingnya seperti bayi yang menyusui, dia agak kegelian dengan aktifitas ku tersebut, tapi tidak ku hiraukan, benar saja, baru sebentar aku menyedot putingnya sebelah kiri, asi nya keluar, kunikmati asi yang mengalir ke mulutku, rasanya manis creamy, tangan ku tak ku biarkan diam, ku remas pelan teteknya sebelah kanan)
S : ahhhh, geli Pak ( sambil meremas pelan rambut ku)
A : (kulepas kuluman ku di tokednya ) , nikmati saja buk, rasanya gurih manis buk, bodonya suami mu buk ( dan kembali kunkenyot putingnya)
Buk Silvia tidak berhenti mengerang dan meremas rambut ku, hampir 5 menit aktifitas menyusui ini berlangsung, kuhentikan kenyotan ku, dan kulihat wajah buk Silvia sudah memerah dan dengan nafas yang berat, pertanda dia sudah terangsang hebat.
A : apa kamu suka dengan yang kulakukan tadi buk (sambil ku remas pelan kedua tokednya)
S : ahhh,... Ahhhh... Ahhhh, suka Pak, sangat suka Pak, (dengan expresi yang sangat menggairahkan)
A : kalau gitu, dimana terong tadi kamu letak kan buk?, ( sambil ku bimbing duduk dipangkuan ku)
S : Di tong sampah Pak, ( sambil memain kan kontol ku di bawah sana)
A : siapa yang menyuruh mu menyentuh kontol ku buk, ( sambil ku tepis dan ku cengkraman erat tangannya )
S : maaf Pak , sakittt Pak, tolong lepaskan Pak, ahhh aduhhhhh ( sambil mencoba melepaskan cengkraman ku di tangan kiri nya)
A : baru di puji sebentar sudah gede kepala kamu buk, ( sambil ku tarik dan memaksa berdiri dari pangkuan ku), kamu boleh memegang ini kalau saya izinkan saja, ngerti kamu gakk?, (sambil kulepaskan cengkraman ku ditangan kiri nya )
S : maaf Pak, ( sambil mengusap pergelangan tangan kiri nya yang memerah akibat cengkraman ku tadi)
A : sekarang kamu ambil terong yang di tong sampah tadi dan bawa kesini , ada hal yang harus kamu lakukan dengan terong itu.
S : baik Pak, ( di bergegas mengambil terong bekas masturbasinya tadi di tong sampah dengan tubuh masih telanjang)
A : ahahaha dasar ukhti lonte, baru di kenyot dikit udah terangsang hebat, ( sambil ku tanggalkan pakaian ku seutuh nya)
Kembali nya Silvia dari mengambil terong yang kusuruh tadi, segera ku hampiri dan kutarik paksa ke wc, karna kutarik tadi, Silvia hampir saja jatuh,tapi dengan cepat dia menyeimbangkan kembali tubuhnya. Alasan ku menarik Silvia ke wc karna aku sudah tidak tahan lagi ingin kencing, dan kali ini langsung ke mulut dan kepalanya.
Aku : Sekarang bersimpuh dilantai ini ( sambil ku hentak kan cengkraman ku kebawah,)
Silvia : baik Pak ( sambil bersimpuh dilantai wc yang dingin)
Aku : sekarang menghadap ke saya dan buka mulut kamu, ( sambil ku arahkan kontol ku tepan di lubang mulut nya yang terbuka)
Silvia : baik Pak, ( sambil menghadap ke aku dan membuka mulutnya)
Silvia hanya bisa pasrah dengan perintah ku, karna dia tidak tahu apa yang akan bisa ku lakakukan kalau dia berani menolak perintah ku. Air kencing ku mengair bebas masuk ke mulutnya, dia tidak berusaha untuk mengatup kan bibir nya dan juga tidak melawan dengan hujanan air kencing ku, karna saking banyak nya air kencing ku mulut kecil Silvia sudah penuh dengan air kencing ku.
Karna masih terus mengucur, ku raih kontol ku dan ku arahkan ke sekeliling wajah nya dan juga kepalanya, air kencing yang dimulut nya tadi di telah habis ditelan Silvia tanpa rasa jijik sedikit pun , mau tidak mau Silvia hanya bisa pasrah.
Setelah kencing ku tidak lagi keluar baru lah ku angkat paksa Silvia dari lantai, kuperhatikan wajah siji telah basah oleh air kencing ku, dan tak luput juga jilbabnya, Silvia seperti orang habis kehujanan, ku tarik kembali Silvia dan membawa nya keluar dari wc tersebut.
Silvia hanya bisa pasrah dengan perintah ku, karna dia tidak tahu apa yang akan bisa ku lakakukan kalau dia berani menolak perintah ku. Air kencing ku mengair bebas masuk ke mulutnya, dia tidak berusaha untuk mengatup kan bibir nya dan juga tidak melawan dengan hujanan air kencing ku, karna saking banyak nya air kencing ku mulut kecil Silvia sudah penuh dengan air kencing ku.
Karna masih terus mengucur, ku raih kontol ku dan ku arahkan ke sekeliling wajah nya dan juga kepalanya, air kencing yang dimulut nya tadi di telah habis ditelan Silvia tanpa rasa jijik sedikit pun , mau tidak mau Silvia hanya bisa pasrah.
Setelah kencing ku tidak lagi keluar baru lah ku angkat paksa Silvia dari lantai, kuperhatikan wajah siji telah basah oleh air kencing ku, dan tak luput juga jilbabnya, Silvia seperti orang habis kehujanan, ku tarik kembali Silvia dan membawa nya keluar dari wc tersebut.
Aku : kamu sekarang sampai seterusnya adalah toilet hidup ku, jangan mencoba melawan atau pun menolak, (sambil ku lepaskan cengkraman ku)
Silvia : baik Pak, saya mengerti ( sambil mengenggam erat tangan nya)
Aku : ( kuambil terong yang tadi sempat terjatuh saat ku menarik Silvia tadi) , hahahaha sampai pucat gini terongnya, entah berapa lama kamu masukkan ini kedalam vaginana mu buk , ( sambil ku arahkan ke muka nya Silvia), sekarang buka mulut mu!!!
Silvia : baik Pak, (sambil membuka mulut nya)
Silvia : baik Pak, (sambil membuka mulut nya)
Aku ( ku jejalkan terong tadi kemulutnya dengan paksa), makan nih terong hasi masturbasi mu tadi lonte (sambil ku putar2 didalam mulut nya)
Silvia : huekkkk (dengan ekspresi muntahnya, tapi tertahan terong di dalam mulutnya)
Aku : hahahahha,, gimana rasanya? ( sambil ku keluarkan terong didalam mulat nya , terlihat lendir ludah nya keluar bersamaan dengan terong )
Aku : hahahahha,, gimana rasanya? ( sambil ku keluarkan terong didalam mulat nya , terlihat lendir ludah nya keluar bersamaan dengan terong )
Silvia : ahhh hah aaah ahahah, ennnaaaak Paakkk (sambil terbata-bata dia menjawabnya)
Aku : dasar wanita bodoh kamu buk, plakkk ( sebuah tamparan keras mendarat di teteknya, sengaja tetek nya yang ku tampar, kalau mukanya takut ketahuan akan suaminya)
Silvia : ahhhhh, sakit pakk, ampunnnn, ( sambil mengusap kencang tetek bekas tamparan ku tadi)
Aku : hahahahah,, cuihhhh (ku ludahi mukanya, tpat mengenai pelipis matanya) , lonte kayak kamu gini buk, harus dikasih pelajaran buk,
Silvia : maafkan saya Pak
Aku : sekarang duduk diatas meja itu dan mengangkang lah, aku perlu memeriksa memek kamu buk ( sambil menunjuk meja kerjaku)
Silvia : baik Pak ( sambil menaiki meja kerja ku,dan mengangkankan kaki nya selebAr yg dia bisa)
A : hahahhaa, udah kayak budak seutuh nya kamu buk ( sambil berjalan ke kursi ku) , fuhhhh (kuhembuskan asap rokok yang kubakar barusan ke lubang memeknya, Silvia agak mengelinjang merasakan sensasi asap menerpa bagian luar memeknya) , wah terawat juga nih memek satu ini, mana warna pink lagi, dasar laki tolol memek sebagus ini malah dianggurin ( sambil mengusap2 bagian luar memeknya, dan aku buka lubang memeknya dan ku masukan jari telunjuk ku kedalamnya)
S : ahhhh, ( sambil menggigit bibir bawahnya)
A : siapa suruh kamu bersuara ( ku hentikan aktifikas ku mengobel memek nya dan berdiri, sekarang muka ku dan mukanya saling berhadapan, dia hanya menggeleng ketakukan ) , sekarang buka mulut mu, ( Silvia pun menuruti permintaan ku tanpa penolakan) , cuihhhhh ( ku ludahi kembali mulut nya dan mendarat sempurna di dalam mulutnya) , jangan ulangi kelancangan mu seperti ini lagi buk, atau hukuman mu lebih berat dari ini (sambil kutarik rambutnya kebelakang sehingga dia mendongak ke atas akibat tarikan ku)
S : baik Pak, saya mengerti Pak, maaf Pak
kembali ku duduk di posisi ku semula dengan memek Silvia di hadapanku, ku ambil rokok yang tadi ku tinggali di asbak , dan memasuk kan nya di lubang memek Silvia , ku perhatikan Silvia mengatup erat bibirnya, dia takut akan erangannya terdengar oleh ku.
Ku biarkan rokok ku dihisap memek Silvia, karna pergerakan yang kembang kempis di memek nya membuat rokok itu menyala dengan sempurna , kuambil rokok itu dari memek nya dan ku sodorkan ke Silvia.
Dengan cepat Silvia mengambil nya dari tangan ku dan menghisap nya seperti biasa, ku biarkan Silvia menikmati rokok nya, sambil ku minum kopi botolan yang kubawa dari lapangan tadi.
Silvia telah lancar merokok, seperti orang yang terbiasa merokok , cara megang pun sudah seperti orang yang terbiasa merokok, dia bukan Silvia yang ku kenal lagi, dia telah menjadi enci enci binal.
Dengan posisi Silvia mengangkang, ku raih terong yang ku letak kan di sisi kanan Silvia tadi, ku perhatikan ukuran terong itu tidak lah besar, tpi kenapa dia bisa puas dengan ukuran seperti ini, tak habis pikir aku , mungkin saja lubang memek nya kembali sempit karna udah setahun tidak di jamah.
Ku masuk kan perlahan terong itu ke memek Silvia, Silvia dengan sekuat tenaga mengatup kan bibirnya dan mengepalkan tangan nya, agar tidak ada suara atau gestur tubuh yang tidak ku inginkan. Setelah setengah nya masuk, ku biar kan sejenak terong itu berada di memek Silvia.
Silvia : baik Pak ( sambil menaiki meja kerja ku,dan mengangkankan kaki nya selebAr yg dia bisa)
A : hahahhaa, udah kayak budak seutuh nya kamu buk ( sambil berjalan ke kursi ku) , fuhhhh (kuhembuskan asap rokok yang kubakar barusan ke lubang memeknya, Silvia agak mengelinjang merasakan sensasi asap menerpa bagian luar memeknya) , wah terawat juga nih memek satu ini, mana warna pink lagi, dasar laki tolol memek sebagus ini malah dianggurin ( sambil mengusap2 bagian luar memeknya, dan aku buka lubang memeknya dan ku masukan jari telunjuk ku kedalamnya)
S : ahhhh, ( sambil menggigit bibir bawahnya)
A : siapa suruh kamu bersuara ( ku hentikan aktifikas ku mengobel memek nya dan berdiri, sekarang muka ku dan mukanya saling berhadapan, dia hanya menggeleng ketakukan ) , sekarang buka mulut mu, ( Silvia pun menuruti permintaan ku tanpa penolakan) , cuihhhhh ( ku ludahi kembali mulut nya dan mendarat sempurna di dalam mulutnya) , jangan ulangi kelancangan mu seperti ini lagi buk, atau hukuman mu lebih berat dari ini (sambil kutarik rambutnya kebelakang sehingga dia mendongak ke atas akibat tarikan ku)
S : baik Pak, saya mengerti Pak, maaf Pak
kembali ku duduk di posisi ku semula dengan memek Silvia di hadapanku, ku ambil rokok yang tadi ku tinggali di asbak , dan memasuk kan nya di lubang memek Silvia , ku perhatikan Silvia mengatup erat bibirnya, dia takut akan erangannya terdengar oleh ku.
Ku biarkan rokok ku dihisap memek Silvia, karna pergerakan yang kembang kempis di memek nya membuat rokok itu menyala dengan sempurna , kuambil rokok itu dari memek nya dan ku sodorkan ke Silvia.
Dengan cepat Silvia mengambil nya dari tangan ku dan menghisap nya seperti biasa, ku biarkan Silvia menikmati rokok nya, sambil ku minum kopi botolan yang kubawa dari lapangan tadi.
Silvia telah lancar merokok, seperti orang yang terbiasa merokok , cara megang pun sudah seperti orang yang terbiasa merokok, dia bukan Silvia yang ku kenal lagi, dia telah menjadi enci enci binal.
Dengan posisi Silvia mengangkang, ku raih terong yang ku letak kan di sisi kanan Silvia tadi, ku perhatikan ukuran terong itu tidak lah besar, tpi kenapa dia bisa puas dengan ukuran seperti ini, tak habis pikir aku , mungkin saja lubang memek nya kembali sempit karna udah setahun tidak di jamah.
Ku masuk kan perlahan terong itu ke memek Silvia, Silvia dengan sekuat tenaga mengatup kan bibirnya dan mengepalkan tangan nya, agar tidak ada suara atau gestur tubuh yang tidak ku inginkan. Setelah setengah nya masuk, ku biar kan sejenak terong itu berada di memek Silvia.
Aku : apa kamu puas dengan ukuran itu buk? ( sambil memaju mundurkan terong di memek nya)
Silvia : puuuuaaass paaak Saaayaa dengaaan ukuuurannn itttu Pak ( setengah mati Silvia menahan rangsangan dan erangannya, agar dia tidak dihukum kembali)
Aku : apa kamu pernah anal ? ( sambil kumainkan puting nya yang sedari tadi telah mengeras?)
Silvia : bbbbeeeelummm pppakkk, maaf pakkk daaaaannn sssaaaya ttttdak tttahhu aaaapa iiiittu paak ( mata Silvia sangat sayu, dia sangat tersiksa dengan rangsangan ini, dan dia tidak boleh mengerang)
Aku : ( ku hentikan aktifitas ku, ku biarkan terong itu didalam memek Silvia) , turun lah dari meja, dan ambil lah posisi nungging, akan ku kasih tahu apa itu anal, dan kali ini ku izinkan ibuk untuk mengerang , ( sambil ku bimbing Silvia turun dari meja , dan ku posisikan dia seperti yang ku minta ) , sekarang kangkang kan kaki mu selebar yang kamu bisa buk , terus tarik pantat mu kesamping buk, biar aku bisa lihat terongnya apa benar masuk atau tidak (sambil ku kocok batang kontol ku di belakang posisi Silvia yang menungging tanpa sepengetahuan dia, ternyata dia memang polos terhadap sex, dia tidak sadar kalau aku akan mengobok obok lubang anusnya yg masih perawan).
Silvia: baik Pak, apa begini Pak ? , (sambil tangannya menarik kesamping pantatnya, terlihat lubang anus nya kembang kempis akibat perlakuan Silvia )
Aku : Bentar buk, tahan posisi itu buk ( aku maju sambil kuposisikan kepala kontol ku berada tepat di lubang anus nya) ,
Silvia : kok lubang pantat saya ada yang mengganjal ya pak? ( Silvia coba melihat kebelakang, betapa polosnya Silvia menanyakan itu)
Aku : makanya ibuk tahan posisi itu , jangan lihat kebelakang , yang mengganjal itu terong yang ada di memek ibuk, ( sambil tetap ku tempelkan kepalaku di lubang anusnya) , kayaknya udah pas ini buk masuk nya, siap ya buk....
Silvia : oh gitu Pak, akhhhhhhhhhh sakittttt ampunnnnnn pakkkkkk ( sambil memukul2 paha ku dari depan) , ampunnnnnn pakkkk perihhhh pakkkk, pannnnaaassss pakkk, ( sambil dia terus ter isak-isak)
Memang waktu ku bilang siap tadi, kutarik napas panjang , dan ku hentak kan se kencang mungkin kedalam anusnya Silvia, meja kerja ku saja sampai tergereser oleh nya, teriakan Silvia sangat keras sehingga terpaksa ku bekap dengan tangan ku dan memeluk nya erat biar dia tidak bisa lari.
Silvia tidak ada hentinya meraung tapi karna kondisi mulut nya ku bekap, hanya suara mengeram kecil yang terdengar, dan dia tetap mencoba melepaskan bekapan ku dari tubuhnya agar aku berhenti menyetubuhi anusnya, kulihat ada darah yang mengalir dari lubang anusnya.
Tetap ku pompa dengan tempo yang stabil , dan akhirnya Silvia menyerah , dia pingsan, karna rasa sakit yang tidak tertahan kan lagi, ku lepaskan kontol ku dari anusnya, dan ku lepas bekapan ku dari tubuh Silvia, dengan lunglai tubuh Silvia jatuh ke lantai, ku lihat kontol ku ada noda darah dan juga ada bercak kuning, mungkin karna sakitnya dia tidak sengaja Pup Wkwkwk,
Ku biarkan saja tubuh Silvia tergeletak di lantai , dan aku menuju kamar mandi untuk membersihkan kan kontol ku, setelah keluar dari kamar mandi, ku lihat tubuh Silvia masih belum bereaksi, dan kuihat terong yang tergeletak di samping tubuh Silvia, menandakan betapa sakitnya anal pertamanya tanpa pelumas,sehingga bisa lepas terong di dalam memeknya yang sempit.
Sembari menunggu Silvia bangun, kulihat kamera yang masih aktif dari tadi tanpa sepengetahuan Silvia, ku hentikan sejenak rekamanya, agar tidak banyak memakan memori, saat itu kulihat jam sudah menunjukkan jam 3 sore, sepertinya waktuku hanya tinggal 2 jam lagi untuk mengerjai Silvia sebelum suaminya datang menjemput.
Tak lama kemudian segera kuambil air segayung dan ku siramkan ke tubuh Silvia, wanita itu akhirnya terbangun dengan mangap2 seperti ikan tidak dapat air.
Memang waktu ku bilang siap tadi, kutarik napas panjang , dan ku hentak kan se kencang mungkin kedalam anusnya Silvia, meja kerja ku saja sampai tergereser oleh nya, teriakan Silvia sangat keras sehingga terpaksa ku bekap dengan tangan ku dan memeluk nya erat biar dia tidak bisa lari.
Silvia tidak ada hentinya meraung tapi karna kondisi mulut nya ku bekap, hanya suara mengeram kecil yang terdengar, dan dia tetap mencoba melepaskan bekapan ku dari tubuhnya agar aku berhenti menyetubuhi anusnya, kulihat ada darah yang mengalir dari lubang anusnya.
Tetap ku pompa dengan tempo yang stabil , dan akhirnya Silvia menyerah , dia pingsan, karna rasa sakit yang tidak tertahan kan lagi, ku lepaskan kontol ku dari anusnya, dan ku lepas bekapan ku dari tubuh Silvia, dengan lunglai tubuh Silvia jatuh ke lantai, ku lihat kontol ku ada noda darah dan juga ada bercak kuning, mungkin karna sakitnya dia tidak sengaja Pup Wkwkwk,
Ku biarkan saja tubuh Silvia tergeletak di lantai , dan aku menuju kamar mandi untuk membersihkan kan kontol ku, setelah keluar dari kamar mandi, ku lihat tubuh Silvia masih belum bereaksi, dan kuihat terong yang tergeletak di samping tubuh Silvia, menandakan betapa sakitnya anal pertamanya tanpa pelumas,sehingga bisa lepas terong di dalam memeknya yang sempit.
Sembari menunggu Silvia bangun, kulihat kamera yang masih aktif dari tadi tanpa sepengetahuan Silvia, ku hentikan sejenak rekamanya, agar tidak banyak memakan memori, saat itu kulihat jam sudah menunjukkan jam 3 sore, sepertinya waktuku hanya tinggal 2 jam lagi untuk mengerjai Silvia sebelum suaminya datang menjemput.
Tak lama kemudian segera kuambil air segayung dan ku siramkan ke tubuh Silvia, wanita itu akhirnya terbangun dengan mangap2 seperti ikan tidak dapat air.
Silvia : ahhhhh sakiiiit, ( masih terasa ngilu lubang anusnya ,karna Silvia tiba2 bergerak)
Aku : gimana enak kan anal buk? , ( sambil membimbing Silvia berdiri)
Silvia : sakit Pak ahhh, ini saja ngilu Pak ( sambil memegang pantanya )
Aku : tunggu disini , pegangan ke ujung meja ( ku berlari kebawah berharap ada es batu yang dibikin anak2 kantor , kudapati banyak es batu yang di bikin anak2 kantor, kuambil seperlunya dan ku bawa ke atas), nah ini buk, ( sambil ku tunjuk batu es yang ku bawa tadi) , sekarang posisi seperti tadi buk.
Silvia : jangannn pakkkk ampunnnn ( Silvia berbalik kearah ku dan memohon-mohon seperti orang kesetanan)
Aku : ohhhh udah melawan ya buk? , baru segini udah berani melawan? , ini baru hal kecil buk, cepet lakukan yg saya perintahkan.
Silvia : maaf Pak ( dengan terpaksa Silvia memposisikan diri nya seperti tadi dengan menarik pantnya ke samping, sekarang anus nya telah berbeda, disekitaran lubang anus nya sekarang berwana merah, dan ada bercak darah kering di bagian belakang selangkangannya)
Aku : nah kalau gini kan enak , mau di obati kok malah ngeyel , ( sambil kuambil es batu dari tatakan dan perlahan mengoleskannya di area lubang anus Silvia)
Silvia : awwww sakit Pak ( Silvia agak mengelinjang sedikit)
Aku : tahan dong, awalnya emang perih , tapi lama2 hilang juga perihnya, (dengan terus mengoleskan es batu disekitaran lubang anus nya) ,
Setelah lama aku mengoleskan es batu di area lubang anus Silvia, perlahan Silvia sudah tidak merasakan perih lagi, maksudku sebenarnya mengoleskan es batu itu adalah biar lubang anus nya kebas sesaat.
Karna waktu ku tidak banyak ku tarik ke belakang tubuh Silvia dan kusuruh bersimpuh dilantai,
A : Sekarang hisap ini kontol bu. (sambil meraih belakang kepalanya dan kutarik kedepan)
Belum sempat menjawab, mulut Silvia telah dipenuhi kontolku , ku maju mundurkan kepalanya, sehingga Silvia terengah-engah , kulepaskan kontolku dari mulutnya, Silvia mengambil nafas panjang, ku masukkan jari ku ke mulutnya dan ku suruh jilat, setelah jari & kontolku dilumuri pelumas dari liur nya Silvia.
Ku posisikan Silvia seprti posisi anal yang pertama, awalnya dia menggeleng, tapi setelah melihat mata sinisku, akhirnya dia tunduk dan siap akan merasakan perihnya anal kembali.
Setelah lama aku mengoleskan es batu di area lubang anus Silvia, perlahan Silvia sudah tidak merasakan perih lagi, maksudku sebenarnya mengoleskan es batu itu adalah biar lubang anus nya kebas sesaat.
Karna waktu ku tidak banyak ku tarik ke belakang tubuh Silvia dan kusuruh bersimpuh dilantai,
A : Sekarang hisap ini kontol bu. (sambil meraih belakang kepalanya dan kutarik kedepan)
Belum sempat menjawab, mulut Silvia telah dipenuhi kontolku , ku maju mundurkan kepalanya, sehingga Silvia terengah-engah , kulepaskan kontolku dari mulutnya, Silvia mengambil nafas panjang, ku masukkan jari ku ke mulutnya dan ku suruh jilat, setelah jari & kontolku dilumuri pelumas dari liur nya Silvia.
Ku posisikan Silvia seprti posisi anal yang pertama, awalnya dia menggeleng, tapi setelah melihat mata sinisku, akhirnya dia tunduk dan siap akan merasakan perihnya anal kembali.
Aku : siap ya buk, ( sambil ku lumuri sekitaran lubang anusnya dengan air liurnya tadi, ku coba memasukkan jari telunjuk ku di dalam lubang anusnya, awal nya Silvia agak meringis tapi hanya sebentar, ku keluarkan jari ku dalam lubang anusnya dan ku masukkan ke mulut Silvia)
Silvia : pelan- pelan ya pak, ( sambil terus mengenyot jari ku di mulutnya)
Aku : ahhhh, enaknya anusmu buk ahhhh ahhhh, ( ku merasakan sensasi yang luar biasa dari ygg sebelumnya, sekarang ku pompa dengan ritme pelan) , gimana buk? , enak gak buk ( sambil ku keluarkan jari ku dari mulut nya dan kedua tangan ku memegang erat pinggulnya)
Silvia: ahhhhh, enakkkk pakkk, kok gakk sakit lgi ya pak, iahhh ahhhh ahh ahhh ahhhh, terus pak, ( sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan)
A : hahahahha, tadi malah pingsan buk, mana enak kontol saya dari pada suami ibuk?
S ; enakan punya bapak ahhhh ahhhh hhhaaa iahhhh, terus pak
A : ku masukkan ini ya buk ( sambil menunjuk kan terong ke arah Silvia dan hanya dibalas anggukan)
S : ahhhhhhhh enakkkk nya pakkkkkkkk ahhhh akkkkkuuu iiiiingggiinnn keeeluarr paaak ( sambil mengejang hebat orgasme pertama akhirnya didapati Silvia juga)
Tanpa menghentikan genjotan ku, ku ambil terong dari dalam lubang memeknya yang telah ter lumuri cairan orgasmenya, ku masukan ke mulutnya, sisi liar Silvia akhirnya keluar, di maju mundurkan lah terong tadi didalam mulutnya.
Setelah kurasa aku akan meledak juga, segera kutarik Silvia bersimpuh dilantai, segera Silvia membuka mulutnya dan segera kumasukkan kontol ku sedalam-dalamnya dan ku semprotkan sperma ku didalam tenggorokan Silvia, Silvia memukul kecil paha ku karna kepalanya kutahan, setelah keluar semua baru kulepaskan kepala Silvia dari dekapan ku, Silvia agak terengah-engah mendapat perlakuan seperti itu.
A : ahhhhh enak nya anus kamu buk ( sembari duduk diatas meja) , sini merangkak sini buk sambil julurkan lidah mu seperti anjing buk, habis itu bersihkan ini buk, ( sambil kuntunjuk kontolku)
A : hahahahha, tadi malah pingsan buk, mana enak kontol saya dari pada suami ibuk?
S ; enakan punya bapak ahhhh ahhhh hhhaaa iahhhh, terus pak
A : ku masukkan ini ya buk ( sambil menunjuk kan terong ke arah Silvia dan hanya dibalas anggukan)
S : ahhhhhhhh enakkkk nya pakkkkkkkk ahhhh akkkkkuuu iiiiingggiinnn keeeluarr paaak ( sambil mengejang hebat orgasme pertama akhirnya didapati Silvia juga)
Tanpa menghentikan genjotan ku, ku ambil terong dari dalam lubang memeknya yang telah ter lumuri cairan orgasmenya, ku masukan ke mulutnya, sisi liar Silvia akhirnya keluar, di maju mundurkan lah terong tadi didalam mulutnya.
Setelah kurasa aku akan meledak juga, segera kutarik Silvia bersimpuh dilantai, segera Silvia membuka mulutnya dan segera kumasukkan kontol ku sedalam-dalamnya dan ku semprotkan sperma ku didalam tenggorokan Silvia, Silvia memukul kecil paha ku karna kepalanya kutahan, setelah keluar semua baru kulepaskan kepala Silvia dari dekapan ku, Silvia agak terengah-engah mendapat perlakuan seperti itu.
A : ahhhhh enak nya anus kamu buk ( sembari duduk diatas meja) , sini merangkak sini buk sambil julurkan lidah mu seperti anjing buk, habis itu bersihkan ini buk, ( sambil kuntunjuk kontolku)
Silvia : oke pakkk, ( Silvia merangkak sperti anjing dengan lidah yang keluar- keluar) , hmmmppp hammmmpp hmmmmppp ( Silvia menyepong kontol ku dengan lihai nya)
A : hahahaha,,, dari wanita terhormat kini menjadi perek murahan.
ukhti menjadi naughty wkwkwk, ( ku elus2 kepalanya seperti aku mengelus kucing)
S : hmmmmmppp,, hmmmmppp, hmmmpo, ( sambil melihat ku dengan tatapan manja nya)
Setelah kurasa cukup, ku angkat kepala Silvia dari kontol ku lalu kusodorkan bungkus rokok ke dia, dengan sigap di ambil lah sebatang , dan dia yang membakarnya sekarang.
Aku : hahahaha, good job, (sambil ku tarik tubuhnya untuk duduk diatas meja tepat disamping ku) , kemana sikap alim mu wahai ibu Silvia Wijaya ?? Wahahaha
S : gak tahu Pak. ( sambil asik menghisap rokoknya)
A : gimana rasanya anal buk?, enak kan?
S : enak Pak, tapi di awalnya sakit Pak, sampai pingsan aku Pak
A : hahahaha,, harus dibikin shock dulu dong masak mau enak nya doang ( sambil ku elus memeknya)
S : hehehhe maaf Pak
A : besok biar saya yang antar kamu kekantor, bilang ke suami itu buk,
Silvia : Baik Pak
A : berapa lama djarot dan teman yang lain selesai rapat?
Silvia : 5 hari lagi Pak
A : hahahahaha, 5 hari yang tidak akan mudah bagi mu buk, ( sambil ku remes kencang tokednya sebelah kanannya)
Silvia : ahhhhhhh sakittttt,,, iya Pak, saya akan berusaha Pak ( sambil mengelinjang kekiri dan kekanan agar remasan ku terlepas)
A : hahahahaha,, kulihat sudah hampir jam 5 , beres2 lah, biar suami mu tidak curiga, dan ini tidak boleh dipakai ( kuambil celana dalam dan shot nya)
Silvia : baik pak, ( sembari memungut gamisnya dan melangkah ke kamar mandi)
Aku sangat merasa puas, wanita chindo baik baik yang selalu berpakaian sopan dikantor bisa ku anal dan meminum air kencing ku dan akhirnya merasa kan rokok juga. Dengan cepet ku beresi pkaian ku dan memberishkan berkas2 ku, tidak lupa cd dan shot Silvia,
Setelah beres2 kuselesai ,ku ketok kamar mandi, dan dibukalah oleh Silvia, ku keluarkan kontol ku, dan Silvia telah bersimpuh dan membuka mulutnya, udah rusak ini si encik pikirku, ku keluarkan kencing ku dan sekarang tak ku arah kan kemulutnya melaikan ke wajah dan kepalanya.
Setelah kencing ku selesai ku pergi berlalu meninggal kan Silvia seorang diri dikantor ini,
Aku : buk nanti saya chat, untuk hari besok harus ngapain ( sambil terus melangkah pergi meninggalkan Silvia sendiri di kantor ini)
Silvia : Baik Pak ( sambil menyelesaikan mandinya) .
Setibanya dirumah , ku buka kamera yang stadby merekam aktivitas kami berdua tadi di kantor, dari Silvia yang meminum air kencing ku, yang kukasih rokok, yang ku anal paksa, membuat kontol ku eraksi kembali.
Saat itu, aku merasa kesal karena panggilan teleponku kepada Silvia ditolak. Aku tahu dia mungkin sedang bersama suaminya, tapi rasanya sulit untuk menahan diri. "Awas kau, Silvia," gumamku dalam hati. "Aku akan membuatmu benar-benar melupakan suamimu dan memilihku."
Pukul delapan malam, akhirnya Silvia menelepon. Saat itu, aku baru saja pulang dari membeli beberapa kebutuhan untuk keperluan budakku besok pagi. Begitu telepon berdering, langsung kuangkat tanpa ragu.
Silvia: "Selamat malam, Pak. Maaf tadi saya tidak sempat menjawab panggilan Bapak. Keluarga jauh suami saya datang mendadak, jadi saya terpaksa menolak telepon Bapak."
A : hahahaha,,, dari wanita terhormat kini menjadi perek murahan.
ukhti menjadi naughty wkwkwk, ( ku elus2 kepalanya seperti aku mengelus kucing)
S : hmmmmmppp,, hmmmmppp, hmmmpo, ( sambil melihat ku dengan tatapan manja nya)
Setelah kurasa cukup, ku angkat kepala Silvia dari kontol ku lalu kusodorkan bungkus rokok ke dia, dengan sigap di ambil lah sebatang , dan dia yang membakarnya sekarang.
Aku : hahahaha, good job, (sambil ku tarik tubuhnya untuk duduk diatas meja tepat disamping ku) , kemana sikap alim mu wahai ibu Silvia Wijaya ?? Wahahaha
S : gak tahu Pak. ( sambil asik menghisap rokoknya)
A : gimana rasanya anal buk?, enak kan?
S : enak Pak, tapi di awalnya sakit Pak, sampai pingsan aku Pak
A : hahahaha,, harus dibikin shock dulu dong masak mau enak nya doang ( sambil ku elus memeknya)
S : hehehhe maaf Pak
A : besok biar saya yang antar kamu kekantor, bilang ke suami itu buk,
Silvia : Baik Pak
A : berapa lama djarot dan teman yang lain selesai rapat?
Silvia : 5 hari lagi Pak
A : hahahahaha, 5 hari yang tidak akan mudah bagi mu buk, ( sambil ku remes kencang tokednya sebelah kanannya)
Silvia : ahhhhhhh sakittttt,,, iya Pak, saya akan berusaha Pak ( sambil mengelinjang kekiri dan kekanan agar remasan ku terlepas)
A : hahahahaha,, kulihat sudah hampir jam 5 , beres2 lah, biar suami mu tidak curiga, dan ini tidak boleh dipakai ( kuambil celana dalam dan shot nya)
Silvia : baik pak, ( sembari memungut gamisnya dan melangkah ke kamar mandi)
Aku sangat merasa puas, wanita chindo baik baik yang selalu berpakaian sopan dikantor bisa ku anal dan meminum air kencing ku dan akhirnya merasa kan rokok juga. Dengan cepet ku beresi pkaian ku dan memberishkan berkas2 ku, tidak lupa cd dan shot Silvia,
Setelah beres2 kuselesai ,ku ketok kamar mandi, dan dibukalah oleh Silvia, ku keluarkan kontol ku, dan Silvia telah bersimpuh dan membuka mulutnya, udah rusak ini si encik pikirku, ku keluarkan kencing ku dan sekarang tak ku arah kan kemulutnya melaikan ke wajah dan kepalanya.
Setelah kencing ku selesai ku pergi berlalu meninggal kan Silvia seorang diri dikantor ini,
Aku : buk nanti saya chat, untuk hari besok harus ngapain ( sambil terus melangkah pergi meninggalkan Silvia sendiri di kantor ini)
Silvia : Baik Pak ( sambil menyelesaikan mandinya) .
Setibanya dirumah , ku buka kamera yang stadby merekam aktivitas kami berdua tadi di kantor, dari Silvia yang meminum air kencing ku, yang kukasih rokok, yang ku anal paksa, membuat kontol ku eraksi kembali.
Saat itu, aku merasa kesal karena panggilan teleponku kepada Silvia ditolak. Aku tahu dia mungkin sedang bersama suaminya, tapi rasanya sulit untuk menahan diri. "Awas kau, Silvia," gumamku dalam hati. "Aku akan membuatmu benar-benar melupakan suamimu dan memilihku."
Pukul delapan malam, akhirnya Silvia menelepon. Saat itu, aku baru saja pulang dari membeli beberapa kebutuhan untuk keperluan budakku besok pagi. Begitu telepon berdering, langsung kuangkat tanpa ragu.
Silvia: "Selamat malam, Pak. Maaf tadi saya tidak sempat menjawab panggilan Bapak. Keluarga jauh suami saya datang mendadak, jadi saya terpaksa menolak telepon Bapak."
Aku: "Eh, Silvia, kan sudah aku bilang, apapun kondisinya, aku harus jadi prioritasmu. Kalau tidak, kau tahu kan apa akibatnya?"
Silvia: (terdengar gugup) "Iya, Pak. Saya minta maaf. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."
Aku: "Janji itu tidak cukup. Sekarang dengarkan aku baik-baik. Pergi ke kamar mandi, bawa gelas kosong. Nanti video call aku setelah kau di sana. Mengerti?"
Silvia: (suaranya gemetar) "I-iya, Pak. Saya segera ke kamar mandi."
Tanpa menunggu respon lebih lama, aku langsung memutuskan sambungan. Sesaat aku tersenyum puas, membayangkan Silvia yang tergesa-gesa mengikuti perintahku. Di dalam hati, aku tahu betul, ini hanya permulaan.
Tanpa menunggu respon lebih lama, aku langsung memutuskan sambungan. Sesaat aku tersenyum puas, membayangkan Silvia yang tergesa-gesa mengikuti perintahku. Di dalam hati, aku tahu betul, ini hanya permulaan.
bajingan penajhat kelamin bakal
BalasHapussedia aja SIlvia
jadi budak abis abisan hehe