Langsung ke konten utama

Terjebak Ritual Seorang Dukun



Perkenalkan Namaku Faisal ( nama samaran ) Aku baru lulus kuliah dan kepengen sekali menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil ) karena masa depannya cerah gitu kata orang! menjadi PNS merupakan impian bagi sebagian besar orang termasuk diriku. Berbagai cara dilakukan orang agar bisa lolos tes CPNS. Mulai dari ikut bimbingan tes CPNS, memberi uang pelicin, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya Aku juga memakai jasa dukun atau orang pintar tapi bukan mak errot lho. Menurut info yang Aku peroleh dari sahabatku , ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.

Malam itu Aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya Aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya.

Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.

“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Sinta ? tanyaku
“Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk Pak ! Setelah dipersilakan duduk tanpa basa-basi Aku segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku kesana.
“Ooo, jadi Pak Faisal ini juga pengen jadi PNS tohhhh ?

“Iya Mbak ! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya. Lalu Aku pun menyodorkan satu botol madu murni kepada Mbak Sinta .

“Kalau begitu, silakan Pak Faisal ikut saya ke dalam ! Mbak Sinta beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang Aku berikan tadi.

Awalnya aku menduga mbak sinta adalah seorang perempuan tua karena selama ini aku tak pernah mendengar adanya seorang wanita muda dan cantik yang menjadi seorang dukun seperti dirinya.

Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang Aku membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Sinta menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.

“Maaf ya Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”

“lepas semuanya, Mbak ? tanyaku malu-malu.

Mbak Sinta tersenyum, “Pak Faisal gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Faisal !”

Mbak Sinta benar, pikirku. Lagi pula Aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi Aku tidak perlu malu lagi.

Sementara Mbak Sinta menyiapkan kelengkapan ritual, Aku segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Mbak Sinta datang dan duduk di sampingku. Sesaat Aku sempat melihat Mbak Sinta mengamati tubuh telanjangku.

Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap. Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Sinta mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Sinta mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku.

Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya. Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha Aku.

“Pak Faisal sudah punya pacar?” tanya Mbak Sinta memecah keheningan.

“Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!”

“ehmmm… jadi masih pengantin baru to!

Wah, lagi panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Sinta meledek.

“Ah, Mbak Sinta ini bisa saja!”

Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Mbak Sinta ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Mbak Sinta membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.

Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Mbak Sinta turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat.

“Wah… badan Pak Faisal kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak Faisal rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam.

Biasanya sih saya rutin fitnes.”

“wahhhh.. pantesan adik Pak Faisal gede!”

“Maksud Mbak Sinta , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh.

“Maksud saya adik yang ini…..” kata Mbak Sinta sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak Sinta .

Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “opsttt … Mbak! Enak…!” Aku melenguh nikmat. Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Mbak Sinta menanggapi positif tindakanku itu.

Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar Aku bisa mencapai pangkal pahanya. Wow! Sekali lagi Aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Sinta .

Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan Aku mulai menggosok bibir kemaluan Mbak Sinta yang sudah basah itu dengan jariku. Mbak Sinta bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras.

Tanpa rasa jijik, Mbak Sinta mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal paha Aku, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.

“Gimana Pak Pak ? Enak kan?” tanya Mbak Sinta di sela-sela aksinya.

“Ahh… nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Aku memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja.

Namun kali ini Mbak Sinta memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Mbak Sinta dengan lembut memasukkan ujung kontolku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku.

“ohhhhh..yeahhh nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. Aku merintih-rintih nikmat, namun Mbak Sinta masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas. Bahkan Mbak Sinta juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya Mbak Sinta masih memiliki tubuh yang bagus. Prediksi Togel Jitu

Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “wakzzz…. kontol Pak Faisal memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak Sinta kembali melumat kejantananku.

Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan kemaluannya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, Aku mendekatkan mulutku ke kemaluan Mbak Sinta yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya.

Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan kemaluannya dengan lembut. “ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!” Mbak Sinta bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.

Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing. Berapa saat kemudian Mbak Sinta melepaskan kulumannya.

“Gimana, Pak Faisal Suka kan?” tanya Mbak Sinta sambil tersenyum pada Aku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Sinta yang masih memijit-mijit batang kontolku.

“Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai kontol besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Pak Faisal pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Mbak Sinta menjelaskan.

“Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Faisal yang besar ini!” Mbak Sinta mengambil posisi duduk di atas paha Aku. Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah.

Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki memiawnya yang hangat. Entah karena memiaw Mbak Sinta yang sempit, ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat.

Mbak Sinta tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…. aduh Pak Faisal ! Gede banget kontolmu!” tubuh Mbak Sinta yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya.

Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga kemaluannya yang sempit. Beberapa saat kemudian Mbak Sinta mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun.

“uuhhhhh… ohhhhhhhh…!” Aku mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Mbak Sinta untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya.

Dengan liar Mbak Sinta menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan kemaluannya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu.

Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Mbak Sinta semakin liar tak terkendali. Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga kemaluannya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.

“Oh, Pak Faisal …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Mbak Sinta menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada Aku. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada Aku. “Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Aku juga mempercepat gerakanku.

Meskipun Mbak Sinta terlihat lelah, namun Aku masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, Aku merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut.

Aku segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Sinta . Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya….. “Saya… keluar Mbak! Oogghhh…!” Aku meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Sinta .

Seketika tubuhku lemas. Aku sudah tak mampu lagi menopang beban Mbak Sinta yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di kemaluannya yang hangat. Dalam hati Aku kagum dengan wanita ini.

Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Belum pernah Aku merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex. “Pak Faisal memang benar-benar hebat!” kata Mbak Sinta sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.

“Mbak juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Aku mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa lama Aku terpejam, ketika Aku merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut.

Perlahan Aku membuka mataku, ternyata Mbak Sinta tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Mbak Sinta masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.

Mbak Sinta tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Faisal guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!” “Ah, Mbak Sinta ini bisa aja!” Aku hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku.

Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Mbak Sinta bertambah antusias ketika batang kontolku mulai membesar dan mengeras.

Dan dengan rakus, Mbak Sinta mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” Aku hanya bisa mengerang keenakan. “Hhhhmmm…., Pak Faisal mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak Sinta menggoda. “Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?” “Coba Pak Faisal berdiri!” Aku menuruti perintah Mbak Sinta .

Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, Aku berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Mbak Sinta yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Mbak Sinta meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak.

Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan Tokednya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!” “Ini masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Faisal rasakan yang ini…” Mbak Sinta menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Faisal !” Aku menurut saja.

Perlahan-lahan Aku mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Mbak Sinta menekan-nekan Tokednya kencang sehingga batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Mbak Sinta memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Mbak!” Aku mendesah-desah nikmat.

Susu Mbak Sinta yang menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak Sinta meminta Aku untuk segera menuntaskan permainan itu. “Aahhh…, Pak Faisal ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek Mbak Sinta .

Mbak Sinta tampak menggigit bibir sendiri ketika Aku mulai menggesek-gesekkan ujung kontolku di bibir kemaluannya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak Sinta . Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah kemaluan Mbak Sinta yang memerah.

“Aahhhh…!” Aku melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Mbak Sinta masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat Aku membiarkan kontolku tertancap.

Kemudian, pelan tapi pasti Aku mulai mengayunkan pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Faisal , Ooohhh…!” Mbak Sinta mengoceh tak karuan.

Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Sinta terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”

Aku mencabut kontolku, sedangkan Mbak Sinta terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Payudaranya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, Akupun mulai melanjutkan aksiku.

Kubentangkan kaki Mbak Sinta ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Sinta dan kuarahkan batang kemaluanku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.

“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Sinta . Kembali Aku ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak Sinta yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika Aku membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam rahimnya.

Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali Aku meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh…. !” Mbak Sinta mengoceh tak karuan. Namun Aku tidak menghiraukannya. Aku terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu.

Semakin lama gerakanku semakin liar. “Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!” Aku merasakan dinding-dinding kemaluan Mbak Sinta mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam.

Semakin lama kedutan kemaluan Mbak Sinta semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang kemaluanku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Aku keluar lagi Pak !” Mbak Sinta menjerit puas.

Aku semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi kemaluan Mbak Sinta . Namun sebelum sperma keluar, Aku segera mencabut kontolku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, Aku menyodorkan batang kontolku ke bibir Mbak Sinta yang terbuka. Aku semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….

“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Mbak Sinta . Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang kemaluanku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan Aku pun terkapar di sisi Mbak Sinta .

“Oh, Pak Faisal benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !” Aku memeluk tubuh Mbak Sinta dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Sinta mau minta apa?” tanyaku kemudian.

Mbak Sinta bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Faisal tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Mbak Sinta meraih kontolku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.

“Maksud Mbak Sinta ?” tanyaku tidak mengerti.

“Kalau Pak Faisal berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak Faisal mengunjungi saya setiap seminggu sekali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Pak Faisal yang besar dan panjang ini.ucap Mabk sinta sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang kemaluanku.

“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani mbak!”

Mendengar jawabanku Mbak Sinta kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya Aku benar-benar lolos menjadi PNS.

Dan setelah dilaksanakan pelantikan, Aku memenuhi janjiku kepada Mbak Sinta . Setiap kali ada kesempatan, Aku selalu berkunjung ke tempat Mbak Sinta . Tentu saja untuk memberinya kepuasan.

Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4