Langsung ke konten utama

Nikmatnya Berburu Mahasiswi Dikampus


Cerita Pemerkosaan - Rizal adalah karyawan penjaga perpustakaan kampus sebuah perguruan tinggi swasta berusia 30an tahun. Sosoknya tidak terlalu tinggi dengan badan yang agak gempal, Dari segi wajahnya ia memang jauh dari tampan, kulitnya hitam dan rambutnya agak ikal. matanya besar dan mendelik seperti hendak keluar saja. Masa lalunya bisa dibilang cukup suram karena dulunya dia adalah seorang pemabuk dan penjudi bahkan pernah merasakan dinginnya jeruji penjara. Beruntung pamannya bekerja menjadi seorang dosen di perguruan tinggi itu hingga ia punya kesempatan untuk bekerja disana tanpa harus melalui proses seleksi yang ketat. Karena menjadi karyawan disana maka ia pun mendapatkan sebuah fasiltas tempat tinggal disalah satu gedung asrama kampus berlantai delapan yang juga dihuni olah para mahasiswa.

Tampangnya yang seperti orang mabuk dan tidak bersahabat itu, ditambah masa lalunya yang suram plus sifat penyendirinya membuatnya seringkali dipandang rendah oleh mahasiswa maupun sesama rekan karyawan di kampus itu.  Dia tetap menjalankan tugasnya dengan rapi tanpa mempedulikan omongan orang-orang di sekitarnya. Bekerja di lingkungan itu membuatnya sering menelan ludah melihat tingkah polah para mahasiswi cantik dan dosen-dosen muda yang berpakaian seksi memperlihatkan paha mulus, pusar, maupun belahan dada mereka dengan pakaian berleher rendah, juga sesekali dia memergoki beberapa diantaranya berhubungan badan di areal kampus seperti mobil, toilet, ruang kuliah, dan lain-lain.
Amel
Semua itu dia anggap sebagai hiburan semata sampai suatu ketika naluri jahat dalam dirinya kembali muncul ketika dia bertemu dengan mantan teman sekolahnya yang kini bekerja sebagai tukang service kamera CCTV. Pertemuan mereka memang tak disengaja karena waktu itu temannya yang bernama Jupri sedang mendapat panggilan untuk memperbaiki kamera pengawas dikampus itu yang sempat rusak.
“zal kelihatannya lo tambah seger aja sekarang ? ujar Jupri
“iya jup. Mungkin karena sekarang gua udah jarang mabok kayak dulu lagi. Jawab Rizal
“wah bagus deh kalau gitu. Daripada lo mabuk terus kayak dulu. terus koq lo bisa ada kampus ini sih? lo kagak lagi kuliah disini kan hehe.. ujar Jupri
“bisaan aja lo nyindirnya. Lo kan tau gua kagak lulus sekolah dulu. mana mungkin lah gua sampe bisa kuliah. Lagian daripada buat kuliah mending juga duitnya gua pakai buat kawin lagi hehe. Jawab Rizal dengan santainya.
“terus lo ngapain disini zal ? jadi tukang parkir kayak dulu ? ujar Jupri
“kagak lah. gua disini jadi petugas perpustakaan. Jawab Rizal
“wiuuh gila. Hebat juga ya lo bisa kerja disini. ohhh iya zal. Kalau gua perhatiin mahasiswi dikamus ini kayaknya cantik cantik juga ya, terus penampilannya juga modis lagi bikin mata jadi seger. Ujar Jupri
“iya si. Tapi percuma aja lah. banyak barang bagus tapi cuma bisa dipelototin doing. Dasar apes idup gue. Ujar Rizal
“hmm ngomong ngomong lo kan kerjanya jadi tukang pasang cctv jup. Kira kira lo bisa bantu gua kagak nih. Uja Rizal
“bantu apaan dulu nih. Ngomong yang jelas donk zal. Ujar jupri.

Rizal pun mengutarakan rencana busuknya dan ternyata hal itu disambut baik oleh temannya karena pada dasarnya kedua orang itu memang bermental bejad. Diam diam Rizal menyuruh temannya untuk memasang kamera pengintai diberbagai toilet yang ada dikampus hingga mereka dapat dengan leluasa mengamati tubuh mulus para mahasiswi disana. Sebagai tukang service kamera cctv tentu jupri memiliki banyak stok kamera pengintai dalam berbagai model bahkan ada beberapa yang bentuknya sangat kecil hingga sulit terlihat. Selain itu ia juga punya kamera pengintai yang berbentuk seperti gantungan baju ditoilet atau rak untuk menaruh perlengkapan disana hingga orang awam akan sulit untuk membedakannya.

Beberapa minggu telah berlalu dan kini mereka berdua pun mulai memeriksa hasil rekaman cctv tsb dan memilah milah gadis mana yang akan menjadi target mereka. Keduanya berada didalam kamar Rizal yang ada diasrama tsb sambil menonton hasil rekaman kamera pengintai milik mereka.
“gimana jup hasilnya ? bagus gak ? ujar Rizal
“beres bro. kan udah gua bilang kalau gantungan baju itu mirip dengan aslinya jadi ga bakal ada yang curiga. Ujar Jupri.
“ooh iya zal. Kelihatannya nih cewek boleh juga buat kita kerjain. Ujar Jupri sambil memutar ulang rekaman videonya.
“wah selera lo boleh juga jup. Lo tau aja cewek favorite dikampus ini.  itu cewek namanya Amel dan bodynya memang mantap hehe.. ujar Rizal

Keesokan harinya, setelah beberapa saat mencari orang yang ditunggu, Rizal akhirnya menemukan gadis itu sedang mengikuti kuliah di sebuah kelas. Tidak mau kehilangan buruannya, dia terus membuntuti diam-diam dan menunggu waktu untuk berbicara dengannya.
Amel nampak begitu cantik hari itu, dia memakai kaos ketat warna putih yang mencetak bentuk tubuhnya dipadu dengan rok pendek selutut, rambutnya yang hitam sepinggang itu dibiarkan terurai bebas. Sementara lehernya yang jenjang dan putih mulus nampak begitu menggoda. Tahun ini dia memasuki usianya yang ke-21. mahasiswi yang sering bekerja sambilan sebagai model ini selalu berdandan modis tapi tidak norak, sehingga termasuk salah satu bunga di kampus ini.

Saat itu adalah jam satu siang di basement parkir, Amel baru saja melemparkan tas dan diktat kuliahnya ke dalam mobil dan hendak masuk ke kemudi ketika terdengar Rizal, si penjaga kampus itu muncul dan menyapanya dari belakang.
“Siang Non !! Sudah mau pulang ya !” sapanya dengan suara pelan
“Haduh…ngagetin aja bapak ini, ada apa sih Pak !” jawabnya agak ketus sambil mengelus dada.
“Hehe…anu non, bapak cuma mau ngasih liat sesuatu buat non yang sepertinya penting. jawabnya dengan terkekeh.
“Apan sih Pak, cepetan deh saya mau pulang nih !”

Rizal pun mengeluarkan HP-nya dan memperlihatkan file-file rekaman video ketika Amel sedang berganti baju ditoilet kampus itu kepada Amel. Bahkan ia juga memiliki rekaman ketika Amel sedang masturbasi disana hingga terlihat begitu memalukan.
Betapa kagetnya gadis itu, ekspresi wajahnya seperti melihat setan, pucat dengan mulut ternganga begitu melihat video rekaman dirinya yang sedang asik merangsang tubuhnya sendiri didalam toilet.
 “A-a-apa-apaan ini Pak, apa…apa maksudnya semua ini !?” tanyanya terbata-bata dengan ekspresi kebingungan bercampur kaget.
“Hehehe…bagus yah non ? kalo saya cetak fotonya gimana non ?” wajah Rizal menyeringai mesum
“Kurang ajar, apa sebenernya mau Bapak ?” Amel menjadi geram sehingga hampir berteriak, keringat mulai menetes di dahinya.
“Ssttt…ssssttt…jangan keras-keras dong non, nanti yang lain denger gimana” Rizal mengacungkan telunjuk di depan hidungnya dengan tetap cengengesan, “nah, gimana kalau kita bicarakan di gudang sana aja deh, biar lebih enak !” katanya lagi dengan pandangan ke arah sebuah pintu di salah satu pojok basement itu. Amel tidak bisa berkata-kata lagi, jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya panas dingin, namun karena tidak ada jalan lain dia terpaksa mengikuti saja Rizal yang terlebih dahulu berjalan ke ruang itu.

Ruang itu tidak begitu besar, diterangi lampu yang temaram. sebuah tangga lipat tersandar di dinding diantara setumpuk barang bekas, juga terdapat sebuah rak yang berisi kaleng-kaleng cat, tiner, dan macam-macam peralatan. Setelah keduanya masuk, Rizal menyalakan lampu dan menggeser slot pintu membuatnya terkunci dari dalam. Amel begitu terkejut dan tersentak kaget begitu merasakan pantatnya diraba dari belakang, dia langsung berbalik dan menepis tangan Rizal.

“Ahhh…kurang ajar, jangan keterlaluan ya Pak !!” bentaknya marah
“Ahahaha…ayolah Non, kemarin juga Non nafsu banget kan ?” seringainya “lagian apa Non punya pilihan lain buat ngejaga rahasia ini” mimiknya mulai serius.
“Ok…ok Pak, gimana kalau Bapak bilang aja mau berapa, pasti saya kasih” Amel sudah demikian panik sampai-sampai suaranya gemetaran.
“Ooohh…uang. Pasti semua orang butuh uang tapi yang susah didapat itu ya kesempatan untuk mencicipi cewek seperti Non ini. sambil menatapnya dalam.

Amel benar-benar kehabisan akal, dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia merasa jijik untuk melayani lelaki yang seumuran ayahnya ini yang juga dari status dan ras yang berbeda, tapi nampaknya tidak ada pilihan lain untuk menutupi skandalnya ini, jangankan foto, beritanya yang tersebar saja sudah cukup membuatnya jadi bahan gunjingan sekampus, kedua tangannya terkepal keras menahan emosi.
“Sekarang ya terserah Non aja, bapak ga mau maksa kok, kalo non ga mau silakan pergi, kalau setuju silakan non duduk disini biar kita bisa berunding lagi”kata Rizal sambil mengambil kursi lipat yang lapisan kulitnya telah sobek, dibentangkannya kursi itu di dekat Amel yang masih tertegun.
Akhirnya dengan berat hati, Amel pun menghempaskan pantatnya ke kursi itu.
“Nah gitu dong baru anak manis, pokoknya asal Non nurut, saya jamin rahasia ini aman”

Kemudian Rizal membuka resulting celananya dan menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Amel. Matanya melotot melihat penisnya yang hitam berurat dengan ujungnya disunat menyerupai jamur serta jauh lebih besar daripada milik kekasihnya.
“Gede kan Non, pasti punya pacar Non ga segede gini kan !” katanya dengan bangga memamerkan senjatanya itu. “Nah, ayo Non sekarang servisnya mana !”
Dengan tangan gemetar, dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan.
“Servis mulutnya mana Non, masa cuma tangan doang sih !” suruhnya tak sabar
Pelan-pelan, Amel memajukan wajahnya sambil memandangnya jijik, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu dengan ragu-ragu, sehingga Rizal jadi gusar.
“Heh, apa-apaan sih, disuruh pake mulut malah cuma pake lidah disentil-sentil gitu !” bentaknya “gini nih yang namanya pake mulut !” seraya menjambak kuncir rambut Amel dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.

“Mmmhhppphh…!!” hanya itu yang keluar dari mulut Amel yang telah dijejali penis, air mata menetes dari sudut matanya.
Mulut Amel yang mungil itu membuatnya tidak bisa menampung seluruh batang itu, ditambah lagi bau yang keluar dari benda itu menambah siksaannya.
“Ayo, yang bener nyepongnya, kemaren kan hebat ke pacarnya, kalau gak muasin rahasianya ga Bapak jamin loh !”
Rizal mendesah merasakan belaian lidah Amel pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak dipenjara belasan tahun yang lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Amel sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.

“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Amel dan memaju-mundurkan pinggulnya.
Amel merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Rizal yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Rizal menekan kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ooohh…keluar nih Non, isep…awas kalo dimuntahin, sekalian bersihin kontolnya !” perintahnya dengan nafas memburu.
Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak mau, Amel harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Amel langsung terbatuk-batuk begitu Rizal mencabut penis itu dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah mencari udara segar, air mata telah mengalir membasahi wajah cantiknya.

“Sudah…cukup ya Pak, saya mohon lepaskan saya !” Amel memohon.
“Cukup apanya Non, baru juga pemanasannya, pokoknya dijamin puas deh Non !” ujar Rizal sambil berjongkok di depannya, tangannya meraih ujung baju Amel hendak menyingkapnya.
“Jangan…jangan Pak, saya mohon !” ucapnya mengiba sambil menahan tangan Rizal yang akan menaikkan bajunya.

Namun tenaganya tentu saja kalah dari pria setengah baya itu yang menepis tangannya dan langung menyingkap kaos sekaligus bra hitam di baliknya. Kini mulut Rizal dengan rakus menjilat dan menyedot puting Amel yang merah dadu itu, setelah beberapa saat tangannya yang menggerayangi payudara yang lain mulai turun ke bawah mengelus paha mulusnya lalu menyusup masuk ke roknya. Di dalam rok, tangan kasar itu menjejahi kemulusan paha dalam Amel sebelum akhirnya menjamah selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.

Amel hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu, dia mendesah dan sesekali terisak saat tangan itu mulai meraba-raba kemaluannya dari luar. Rasa geli membuatnya mengatupkan kedua belah pahanya sehingga tangan Rizal terjepit diantara kemulusan kulitnya. Hal ini membuatnya semakin bernafsu, dia mulai menyusupkan jari-jarinya melalui pinggiran celana dalam itu dan menyentuh bibir vaginanya yang telah becek.
“Hehehe…nangis-nangis tapi ikut konak juga !” ejeknya sambil nyengir lebar ketika merasakan daerah kewanitaan Amel yang basah itu.

Kemudian dengan mengaitkan dua jari, ditariknya lepas celana dalamnya yang juga warna hitam itu, lalu diangkatnya juga roknya sehingga kini angin menerpa tubuh bagian bawah yang telah terbuka itu.
“Buka kakinya Non !” perintahnya pada Amel yang merapatkan pahanya dengan rasa malu yang mendalam.
“Buka ga…atau fotonya saya sebarin !” katanya lagi dengan lebih keras.
Dengan amat terpaksa, Amel mulai membuka pahanya perlahan-lahan memperlihatkan kemaluannya yang berbulu cukup lebat kepada Rizal yang berjongkok di depannya. Dia menggigit bibir dan memejamkan mata, tak pernah terbayang olehnya akan melakukan hal ini di depan lelaki seperti itu.

“Wah…udah lama sekali Bapak gak ngerasain yang satu ini !” katanya sambil menatapi daerah pribadi itu dan mengelusnya.
Tak lama kemudian Rizal pun melumat vaginanya dengan ganas, diserangnya setiap sudut vagina itu mulai dari bibir hingga klitorisnya disertai gigitan-gigitan kecil, tangan kanannya meraih payudaranya dan meremasinya, sedangkan yang kiri menelusuri kemulusan pahanya.
“Uh…uhh…jangan…sudah, ahhh… !” desah Amel dengan tubuh menggeliat-geliat menahan rasa geli yang bercampur nikmat luar biasa itu, suatu perasaan yang tidak bisa ditahannya lagi.

Tubuh Amel telah basah oleh keringat, wajahnya memerah dan nafasnya makin memburu. Mendadak dia merasakan bulu kuduknya merinding semua, secara reflek dia merapatkan kedua pahanya mengapit kepala Rizal karena sebuah sensasi dahsyat, ternyata Rizal membenamkan lidahnya pada bagian yang lebih dalam dari vaginanya, dia merasakan dinding vaginanya menjepit lidah Rizal. Selain itu dia juga merasakan putingnya makin mengeras karena terus dipilin dan dipencet-pencet oleh Rizal.

Puas bermain-main dengan vagina itu, Rizal mengangkat tubuh Amel bangkit berdiri, kini posisi mereka berhadap-hadapan. Tanpa perlawanan berarti Rizal melucuti kaos dan bra-nya. Yang tersisa di tubuhnya tinggal rok yang telah tersingkap ke atas dan sepatu haknya, sementara Rizal masih memakai kaos dan seragam karyawannya yang kancingnya terbuka sebagian tetapi tanpa celana. Diangkatnya wajah Amel yang tertunduk, ditatapnya sejenak dan disekanya air mata yang mengalir sebelum dengan tiba-tiba melumat bibir mungil itu dengan ganas.

Mata gadis itu membelakak menerima serangan kilat itu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendorong dada Rizal, namun sia-sia karena Rizal memeluknya begitu kuat dengan tangan satunya memegangi kepalanya. Lidahnya mendorong-dorong dan menjilati bibirnya, ditambah lagi tangannya merabai kulit punggung dan pantatnya menyebabkan Amel makin terangsang sehingga bibirnya mulai membuka membiarkan lidah Rizal masuk menyerbu rongga mulutnya.
Beberapa saat kemudian Rizal merasakan badan Amel sudah lebih rileks dan tidak meronta lagi, maka diapun melepaskan pegangannya pada kepala Amel agar bisa menjamah daerah lainnya. Tanpa sadar. Amel pun merespon permainan lidah Rizal walaupun awalnya bau mulut Rizal terasa tak nyaman baginya, sekalipun nuraninya mengatakan tidak, dia tidak bisa menahan gelombang birahi yang menerpanya, terlebih saat itu tangan Rizal sedang menggerayangi segenap penjuru tubuhnya.

Kedua telapak tangan kasar itu berhenti di pantatnya dan masing-masing mencaplok satu sisi. Dirasakannya kedua bongkahan daging itu, bentuknya padat berisi dan bulat indah karena memang sebagai anak dari kalangan berada, Amel merawat benar tubuhnya dengan fitness dan diet. Ciuman Rizal makin merambat turun ke leher jenjangnya lalu dia membungkukkan badan agar bisa menciumi payudaranya.
Amel sudah tidak bisa menahan diri lagi, birahi telah membuyarkan akal sehatnya. Lagipula yang pernah menikmati tubuhnya bukan cuma bajingan tua ini dan Leo, kekasihnya, sebelumnya dirinya pernah terlibat one night stand dengan beberapa pria dan juga mantan pacarnya semasa sekolah, yang membedakannya dengan pria-pria lain cuma status sosial, ras, dan perbedaan usia yang mencolok. Jadi untuk apa lagi menahan diri dan jaga image, toh sudah telanjur basah, jadi sebaiknya tuntaskan saja agar masalah selesai, demikian yang terlintas di benaknya.

Dari leher mulut Rizal turun lagi ke dadanya, dia membungkuk agar bisa menyusu dari payudara berukuran 32B yang montok itu. Dijilatinya dengan liar hingga permukaan payudara itu basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri bagi Amel. Tangan satunya turun meraba-raba kemaluannya dan memainkan jarinya disitu menyebabkan daerah itu makin berlendir.

“Pak…Pak…ga mau…ahh-ah !” desahnya antara menolak dan menerima.
Sambil terus memainkan jarinya Rizal mendorong tubuh Amel hingga punggungnya bersandar di tembok. Sekali lagi dia menyergap bibir Amel, sambil berciuman tangannya menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina Amel. Gesekan kepala penis dengan bibir vagina itu membuat Amel merasa geli sehingga tubuhnya menggelinjang. Lalu pelan-pelan Rizal menekan penisnya ke liang senggama Amel.

“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Amel ketika penis Rizal yang besar itu menerobos vaginanya.
Amel meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan tapi kemaluannya masih sempit, lagipula penis para pria yang pernah kencan dengannya tidak ada yang sebesar ini. Sementara Rizal terus berusaha memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, walaupun nafsu sudah di ubun-ubun, Rizal masih berhati-hati agar korbannya tidak menjerit dan suaranya terdengar keluar, maka itu dia lebih memilih pelan-pelan daripada memakai sodokan mautnya untuk melakukan penetrasi. Saat itu airmata Amel meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya.
“Huhh…masuk juga akhirnya, memeknya seret banget Non, Bapak suka yang kaya gini” katanya dekat telinga Amel.

Sesaat kemudian, Rizal sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Amel benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Rizal penis Rizal menghujam sambil berharap tidak ada orang lewat yang mendengar suara persenggamaan mereka. Saat itu adalah hari Sabtu, jam-jam seperti ini memang kegiatan kuliah sedikit sehingga yang parkir di basement itu pun tak banyak, tapi tidak menutup kemungkinan kalau seseorang lewat situ dan mengetahui yang terjadi di ruang ini. 

Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Amel sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Rizal lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Amel sambil terus menggenjot.

Menit demi menit berlalu, Rizal masih bersemangat menggenjot Amel. Sementara Amel sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah bajingan tua itu. Kemudian tanpa melepas penisnya, dia mengangkat paha Amel yang satunya dan digendongnya menuju kursi dimana dia mendaratkan pantatnya. Anehnya, tanpa disuruh, Amel memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan Rizal karena kini bukan lagi pikiran dan perasaannya yang bekerja melainkan naluri seksnya.
Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah tua gelap pria itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kemenangan karena telah berhasil menaklukkan korbannya. Dengan posisi demikian, Rizal dapat mengenyot payudara Amel sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian.

Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Amel merintih kesakitan. Namun dia merasakan sesuatu yang lain dari persenggamaan ini, lain dari yang dia dapat dengan pria lain yang pernah bercinta dengannya yang umumnya bersikap gentle, gaya bercinta Rizal yang barbar justru menciptakan sensasi yang khas baginya yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Di ambang klimaks, tanpa sadar Amel memeluki Rizal dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Amel mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh Rizal. Sungguh dahsyat orgasme pertama yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari kekasihnya melainkan dari seorang pria mesum yang memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan Rizal.

Penis Rizal yang masih menancap di kemaluannya belumlah terpuaskan maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Amel yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan bertumpu pada kepala kursi. Birahi laki laki itu semakin memuncak ketika menyaksikan tubuh amel menungging dihadapannya. Nafasnya terasa semakin memburu dan dadanya terasa semakin sesak saja karen tubuh Amel terlalu menggirahkan baginya.
“Oohh…jangan Pak, saya sudah gak kuat, tolong ! Amel memelas dengan lirih dan wajahmya seperti ketakutan.

Mendengar itu, Rizal cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Amel dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluan gadis itu.
“Uugghh…oohh !” desah Amel dengan mencengkram sandaran kursi dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Tangannya memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Amel menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Amel membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Amel dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.

Limabelas menit lamanya Rizal menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Amel tidak ada yang lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Rizal yang barbar, namun Amel tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan yang tidak dia dapatkan dari pacarnya. Akhirnya, Rizal menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam vagina Amel, serangannya juga makin gencar sehingga Amel dibuatnya berkelejotan dan merintih.

Kemudian dia melepaskan penisnya dan cret…cret…cret, spermanya muncrat membasahi pantat Amel. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Amel menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Amel bersimpuh di lantai dengan menyandarkan kepala dan lengannya pada kursi itu, wajahnya tampak lesu berkeringat dan bekas air mata, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya.

Rizal mendekatinya dan berjongkok, lalu berkata
“Nah sekarang rahasia Non aman, tapi Non juga harus pastikan cuma kita berdua yang tau yang terjadi barusan kalau tidak, video Non ini akan saya kirim ke sembarang orang atau mungkin akan dikirim ke group medsos milik kampus hehe.. ngerti !”
Setelah Amel berpakaian kembali, dia menyuruhnya pergi setelah memastikan keadaan sekitar situ aman.

Rizal merasa puas sekali karena bisa mewujudkan rencana gilanya dan mulai hari ia pun berencana untuk menjadikan Amel sebagai budak seksnya. Karena merasa berhasil maka ia memberitahu jupri untuk ikut serta mencicipi tubuh amel bersamanya suatu hari nanti. Tentu saja jupri tak menolaknya dan sepertinya ia sudah tak sabar untuk bisa bergabung dengan temanya untuk mencicipi satu persatu para mahasiswi cantik dikampus tsb.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4