Langsung ke konten utama

Kenikmatan Saat Merawat Teman Yang Sakit


Semenjak kuliah aku memang memiliki banyak teman wanita karena pada dasarnya aku memang cukup pandai bergaul. Suatu hari aku diajak pergi fitness oleh salah satu teman kosanku yang bernama Dinda. Menurutku ia merupakan wanita yang cukup bahenol karena rajin merawat tubuhnya dengan berolah raga.
Saat sedang fitnes ternyata ia terjatuh hingga kaki dan tangannya terkilir. 

"Aduhh kaki gua sakit banget nih.. Untung ada lo son.  Lo bisa anter gua pulang kan ? Ujarnya
"Ohh bisa koq. Justru inilah gunanya seorang teman. Sahutku. 

terpaksa aku pun segera mengantarnya pulang ke tempat kosnya yang letaknya bersebelahan dengan tempat kosku. Karena ia merantau dan hanya tinggal sendirian dikos seperti diriku maka aku pun berusaha untuk menemaninya untuk sementara waktu.

Yang aku rasakan ketika menemani temanku ini ada enaknya juga ada tidak enaknya. Aku ambil contoh saja yang enaknya dulu, saat ia mau pipis, aku pasti disuruh mengantar ke toilet.


Karena tangannya sakit, dia menyuruh aku untuk membukakan CD-nya dan aku bisa lihat dengan jelas kemaluannya yang tertutup bulunya yang agak lebat. Dan yang tidak enaknya sepertinya tidak perlu aku jelaskan.

Malam itu terpaksa aku sendirian menginap ditempat kosannya. Ia tidur diranjang sementara aku tidur dilantai beralaskan sebuah tikar.

Tiba-tiba saat hendak tidur, dinda memanggilku.

"Sony.. cepet kemari..! Tolong lagi ya.. katanya.

“Ada apa apa lagi din..? kata aku.
“Perutku sakit nich.., tolong gosokin perut gue pake minyak gosok, ya..?” katanya sambil membuka selimutnya.

Dan terlihatlah tubuh dinda yang molek itu, meskipun dia masih memakai BH dan CD. Tapi samar-samar puting buah dadanya dan bulu kemaluannya terlihat agak jelas. Melihat pemandangan itu, batang kemaluan aku menjadi naik. Agar tidak terlihat olehnya maka aku mencoba merapatkan tubuh bagian bawah aku ke tepi ranjang.

“Lho Son.., apa yang kamu tunggu..? Ayo cepet ambil obat gosok di meja itu. Lalu gosok perut gue tapi pelan pelan aja ya. katanya.

“Ya sayang.. kata aku sambil mengambil obat gosok di meja yang ditunjuknya.

Setelah aku mengambil obat gosok yang ada di meja, “Yang digosok bagian mana nih..?” tanyaku.


“Ya perut gue dong, masak pantat gue hehe.. khan nanti jadi sakit kepanasan. katanya tanpa merasa risih.

“Akh.. Lo bisa aja deh.. Tapi gua demen sama pantat lo din soalnya semok banget. kataku dengan santai

“Ayo dong cepet, gue udah nggak tahan sakitnya nich..! katanya sambil meringis.

Lalu aku gosok bagian perutnya yang putih mulus dan berbulu itu. Aku menggosok dengan lemah-lembut seperti ketika aku sedang menggosok tubuh cewekku.

“Ya gitu dong, huu.. enak juga gosokanmu Son. Belajar dimana kamu..?” katanya sambil mendesis.

“Nggak kok din biasa aja.” aku jawab dengan pura-pura.

“Udahlah jangan bohong.. Pasti lo sering gosokin tubuh cewek lo ya khan..?” tanyanya mendesak aku.
"gue belum pernah gosokin cewek gue say !” kata aku pura-pura lagi.
“Sekalian ya Son, pijitin kaki gue, bisa khan.? Biar cepat sembuh. katanya manja.

Aku hanya mengangguk dan mulai memijat kakinya yang membuat naik lagi batang kemaluanku. Sepasang Kakinya begitu dingin, mulus dan merangsangku.

"udah ya din.. Tangan gue pegel nih. Ucapku
“Lhoo.., yang di atas belum khan..?” katanya
“Ah.., lo becanda ah.., gue jadi malu..,” kataku.

“Ayo cepet dong, lo nggak bakalan capek lagi. Coba deh pijit disini, di paha gue ini. Ayo dong, lo nggak usah malu-malu, lo. Kan teman baik gue sejak masih sd dulu. ayo cepet gih..!” katanya manja sambil menarik tangan aku dengan tangan kanannya.

Sekarang aku dapat melihat gundukan bukit kemaluanya yang menerawang dari balik kain tipis CD-nya itu. Wajah aku langsung berubah merah menyala dengan pemandangan yang indah ini. Dinda seperti tidak mengerti apa yang aku rasakan, dia menyuruh mendekat masuk ke tengah-tengah selangkangannya dan mengambil kedua tangan aku, meletakkan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit kemaluannya.

“Iya di situ Son..,” katanya sambil mencoba melebarkan kakinya lebih lebar lagi.

Aku disuruh memijat lebih ke dalam lagi. Pikiran aku mulai terganggu, karena bagaimanapun meremas-remas ‘zone eksklusif’ yang sedang terbuka menganga ini mau tidak mau membuat batang kejantanan aku menjadi naik lagi.

"emangnya lo udah punya cewek..?katanya.
“Ya din.. kata aku berterus terang.
“Ngomong-ngomong lo udah pernah ngeseks sama cewek lo belum..?”

“Ngmm.. belum pernah sih. Gua belum berani minta ke dia takut nanti diputusin hehe.. jawabku

“Ah masak sih, coba gue lihat dan pegang punya lo itu..? katanya sambil menarik tubuh aku agar lebih dekat lagi. Dengan tangan kanannya dia meraba gundukan di celanaku sambil meremasnya.

“gue pengen tau kalo burung lo bangunnya cepet berarti betul belum pernah. katanya sambil meraba-raba batang kemaluanku lagi.

"hehhe enak din.. Remas lagi donk.. Ujarku

Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujuk aku. Mungkin karena aku masih berdarah muda, biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tetapi kalau dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batang kemaluan aku naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih mudah lagi buat dia.


“Wihh, besar sekali gundukanmu Son.. boleh lihat dalamnya punyamu..? Ayo bantu gue untuk membuka celanamu..!” katanya tanpa menunggu persetujuan dari aku.

dia sudah langsung bekerja membuka celana aku dan membebaskan burung kaku aku.

Memang, waktu batang kejantanan aku terbuka bebas, matanya setengah heran setengah kagum melihat ukurannya yang cukup besar.

“Bukan main batangmu Sony.. besar dan keras banget punya lo..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu nafsunya.

“Tapi masak sih Son, benda seindah begini belum pernah dipake ke kemaluannya cewek. Kalo gitu sini gue boleh nggak ngerasain sedikit lagi biar bisa gue tempelin di sini.” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentar aku, dia dengan sebelah tangan bekerja cepat melepaskan CD-nya.

Terlihatlah hutan kemaluannya yang menggoda itu, lalu dia menyuruh aku untuk naik ke ranjang dan menyuruh aku untuk menempelkan kepala kemalua aku di mulut lubang senggamanya.

Di situ Aku disuruh menggosok-gosokkan ujung kemaluan aku di celah liang senggamanya.

Lalu dengan menggosok-gosokkan sendiri ujung kepala batang kejantanan aku di mulut lubang senggamanya yang sudah terbuka lebar itu, menambah semakin tegang dalam nafsu diri aku.

“Ahh.. aduh.., Son.. nikmatnya..,” katanya menjerit geli.

“Udah Son, gue nggak tahan. Sekarang giliran gue bikin nikmat kamu.., ok sayang..?” katanya menyuruh aku berdiri.

Lalu dia dengan satu tangannya langsung memegang batang kemaluan aku dan mulai menjilati seputar batangnya, sambil sesekali mengulum kepalanya.

Beberapa saat kemudian, dia menarik aku lagi, tubuh aku berlutut di atas ranjangnya, dan kembali liang senggamanya memperlihatkan celah kenikmatan yang siap untuk aku masuki. Dalam keadaan seperti itu, aku betul-betul sudah lupa bahwa dia adalah teman akrabku sejak kecil. Lalu, ujung batang kejantananku mulai aku tusukkan di lubang kenikmatannya yang segera aku ikuti dengan gerakan maju-mundur, putar kanan-kiri untuk menusuk lebih dalam. Tante sendiri ikut membantu aku dengan jari-jari tangan kanannya. Dia memperlebar bibir kemaluannya agar semakin lebih terbuka untuk lebih mempermudah masuknya batang kemaluan aku.

Terus aku genjot batang kemaluan aku ke dalam liang kenikmatannya yang indah itu.

Dan akhirnya, “Hghh.., oo.. Sonn.. yeess.., oohh..!” dengan erangannya, dia membuka orgasmenya yang juga disusul oleh aku hanya berselang beberapa detik kemudian.

“Gimana Son rasanya barusan..?” katanya menguji aku sambil tangannya mengusap, menyeka-nyeka keringat di dada aku.

“Aduh dinda enak sekali, belum pernah gue ngerasain yang seperti ini. Tapi lo sendiri, gimana rasanya..?” kata aku balik bertanya.

“gue baru sekarang lho ngerasain digituin cowok dengan kelembutan, tapi juga tidak meninggalkan kejantanannya yang perkasa, seperti punyamu ini.

Begitu selesai, aku diajak olehnya ke kamar mandi. Dan waktu itu aku bantu dia membersihkan kemaluannya. Sambil menyiram kemaluannya, aku mendekap dia dari belakang, dan dinda yang sedang berdiri menjadi kegelian karena batang kejantanan aku menyentuh bukit pantatnya. Seketika batang kejantanan aku naik lagi karena yang aku lihat sekarang lebih terlihat montoknya. Dan seketika itu, tangan lembut tante memegang batang kemaluan aku. Aku gemetar karena pengalaman seperti ini luar biasa buat cowok perjaka seperti aku ini. Buah dadanya menjulang, menantang dan tegar, kelihatan pori-porinya meremang karena udara sangat dingin di kamar mandi, apalagi ini sudah tengah malam. Dan bukit kemaluannya agak merekah merah terbuka bekas perbuatan yang tadi.

Aku tidak tahu harus berbuat apa selain meraba buah dadanya lagi yang kali ini dari depan. Tante menarik aku dan mencium bibir aku, aku menurut saja. Tubuh kami saling merapat. Tangannya terus mengurut-urut batang kejantanan aku. Dan aku meraba pantatnya yang bulat dan sintal kencang. Buah kejantanan aku pun diremas-remasnya pelan-pelan. Kemudian, tante mulai menaikkan kakinya yang sebelah ke atas bak dan dimasukkannya lagi kemaluan aku ke liang senggamanya. Ngilu dan agak panas terasa di batang kejantanan aku.

Dinda mulai bergoyang maju mundur dan pantat aku juga ditekannya dengan tangan kanannya agar aku bisa mengikuti irama. Aku ikut saja menggoyangkan sambil memeluk, mengisap putingnya, mencium bibirnya. Beberapa saat kami bergoyang sama-sama, tapi paha tante mulai pegal rupanya, dan dicabutnya batang kemaluan aku. Kemudian dia berbalik dan menungging sambil berpegangan dengan tangan kanannya ke bibir bak mandi. Aku gosokkan batang kejantanan aku ke bibir kemaluannya. Benar-benar terasa panas bibir kemaluannya itu.

Kemudian aku mendesak maju dan, “Bless..” kepala penis milik aku masuk bergesek-gesek dengan dinding lubang senggamanya.

Dinda juga bereaksi dan pinggulnya berputar seperti penari ular. Aduh luar biasa sekali, aku merasa keenakan dan tidak bisa berpikir jernih lagi. Pantat aku maju mundur, rudal panjang aku menggaruk-garuk lubang kenikmatannya. Dari posisi ini, aku bisa melihat dengan jelas batang kejantanan aku basah kuyup dan bibir kemaluan tante tertarik keluar masuk. Tangan aku menjangkau ke depan, meremas buah dadanya yang menggantung besar dan bergoyang menggeletar, nafas tante mendengus desah.

“Ohh.. yess..!”

Akhirnya aku meledak-ledak lagi dan dinda rupanya sudah lebih dulu mengalami orgasme. Setelah itu aku bersihkan tubuhnya sambil mandi. Bersama. Mulai detik itu, aku punya tugas tambahan baru selama merawatnya yaitu menyetubuhi dindaku yang manis.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4