Langsung ke konten utama

Putri Majikanku Dan Teman temannya

Perkenalkan Namaku Dhani Anwar dan aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga yang tergolong kaya raya. Tugasku memang tergolong mudah yaitu hanya mengantar putri tunggal mereka yang bernama Clara ke sekolah. Clara ini memiliki wajah yang lumayan cantik dan agak nakal serta sedikit genit namun dibalik itu semua sikapnya terkesan galak terutama pada diriku.

Sepengetahuanku ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Sherly, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Jenny yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka semua cantik-cantik dan kulitnya pun putih dan mulus hingga sering membuat burungku berdiri jika sedang membayangkannya.

Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran dengan apa yang mereka lakukan di halaman belakang rumah. Rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan disana. Suatu ketika Sherly dan Jenny bermain lagi kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. 

Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang mengejutkan
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Clara, Sherly dan Jenny sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain didalam kolam renang kecil yang ada dibelakang rumah. Ketiganya memakian pakaian renang yang seksi hingga memperlihatkan lekuk lekut tubuh mereka yang menggiurkan.

Seketika itu juga pikiranku langsung melayang dengan nafsu yang bergejolak. Aku baru tahu rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku. namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran dan pikiran kotorku langsung bekerja.

Clara

“Ehmmmm-ehem.. dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga yang sedang asik bercanda dan bercumbu.
“Awwww !! ketiganya sangat terkejut dan menoleh kearahku.

“Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk kebelakang !! Clara tampak kesal dan cemberut.

“maaf non soalnya mang Dhani mau ngambil selang air untuk cuci mobil didepan. ujarku
“ya sudah cepat ambil selang airnya dan bawa keluar sana. ujarnya

“Gimana non enak yahhhh tadi ? Aku dengan santai menghampiri mereka.
Clara sepertinya akan membentakku lagi namun Jenny tiba-tiba menarik Clara dan berbisik sesuatu ditelinga Clara.

“ihhhhhh ngakkk ahhh…” Clara sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Namun Jenny berbisik sesuatu lagi ditelinga Clara danKemarahan gadis itu tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal.

“Iya juga…. Hmmmm” Clara seperti menimbang-nimbang sesuatu kemudian ia mengangguk pada Jenny yang tersenyum dengan ceria. Jenny menghampiriku dan kemudian ia berkata

“Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Jenny terkekeh-kekeh. “Dihukum ? Aku bertanya tidak mengerti.

“Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi mainan buat kami…jawab Clara.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Jenny menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…? Aku tersenyum ketika melihat wajah ketiga gadis belia dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti

“Wahh…..Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis bertubuh mulus dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku sebelumnya. Aku berasal dari daerah yang sangat terpencil dan Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 170 cm dengan badan sedikit gempal dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 20 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para cewek dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Clara mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Jenny mendorong Clara sambil berkata “Clara maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Clara bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Clara malah mandorong tubuh Jenny. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Sherly. “Kalo gitu si Sherly aja duluan… serbuuuuuuu” Clara memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Sherly yang tampak gugup dan terkejut.

“Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Clara… Jenny” Sherly Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Jenny.

“Ngapain sihhhh….” Jenny memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum.

“Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Clara kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Jenny ikut bersujud didekat Clara sedangkan Sherly dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya.

“Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Clara bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku.

“Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Clara mau nyoba ngocok-ngocok batang pasti ketagihan soalnya asik berat deh.

Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku.

“Eehhhh ngak… ngakkkk……” Clara malah mundur dan aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Sherly yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Sherly tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Sherly….”Jenny tampak kaget dengan keberanian Sherly sedangkan Clara malah bertanya penuh selidik

“Gimana ?? tampaknya Clara penasaran.

“Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Sherly menjelaskan.
Kini Jenny mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku 

Sherly

“Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Jenny mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Clara kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Clara menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata

“hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis belia yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Clara yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku.

“Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Jenny cekikikan mentertawakan Clara, Sherly tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis belia yang cantik dan mulus.

########################

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Clara dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba.

“Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Clara segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Clara tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Clara mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Clara tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Clara menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Clara kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Clara, entah kenapa Clara yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.

“Hhmmmm…” Clara hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Clara.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Clara agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Clara mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Clara dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Clara, aku tersenyum senang karena biasanya Clara tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. 

Clara mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Clara mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Clara mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah pasti lebih asoyy dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.

Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Clara sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Clara mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Clara dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Clara.

Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Clara mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak? aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Clara tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Jenny malah bertanya dengan polos

“Ngemut apaan Clara ? sedangkan Sherly memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Clara di lapangan parkir ngemutin burung Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Sherly dan Jenny.

“Gilaaaa… lo.. Ehhh rasanya gimana…..” Jenny bertanya pada temannya.

“Ehhhh… it-ituu….” Clara kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Clara siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Clara hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Jenny tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Clara doing yang diajarin?” Sherly yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Jenny dan Non Sherly juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Sherly bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Sherly dan mendudukkannya dipahaku.
Sherly berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Sherly merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Sherly. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.

“Hmm…mhhh” kukulum bibir Sherly sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Jenny memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Sherly mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Clara juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Clara? hehehe” aku berusaha menenangkan Sherly.
Sherly memandangi Clara seolah-olah menanti jawaban, namun Clara malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Sherly kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Dhani….aahhh!” Sherly agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.

Kedua tangan Sherly berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Sherly sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Sherly mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Sherly sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Sherly mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Sherly mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.

“Gimana Sherly enak?” Clara bertanya pada temannya, sedangkan Jenny yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Clara agar duduk diatas sofa disebelah Sherly dan berkata “lebih baik Non Clara merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Clara yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Clara.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Clara pada kejadian tadi dilapangan parkir.


Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Clara, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Clara kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.

Clara hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Clara sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Clara kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Clara menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.

“tolong…aww!” Clara memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Jenny berusaha menarik bahuku.
“Clara… aduhhhhh….. gimana ini?” Sherly kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Sherly dan Jenny berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Clara yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.

“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Clara kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Sherly kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Jenny, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Clara, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Clara.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Clara aku menjilati vaginanya kembali.
Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Clara, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Clara mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Clara yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Jenny, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.

“Ehhh… Oww!!” Jenny menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Jenny mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Clara dan Sherly yang memandangi Jenny tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Jenny sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Jenny mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.

Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Jenny sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Jenny. Dalam posisi dipiting tangannya Jenny tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Jenny kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.

Jenny mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Jenny kini kedua tangan Jenny bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Jenny kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Jenny terdengar memburu.

Cukup lama aku memperlakukan Jenny seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Jenny yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Jenny aku emut-emut.

“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Jenny tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Jenny menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Jenny.
“Ehhhhh…Mang!” Jenny yang masih menungging menengok kebelakang.

Jenny

Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Jenny dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Jenny yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Jenny. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Jenny merangkak menjauh

 kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Jenny merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Clara. Ketiga gadis bertubuh mulus itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Belia yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Jenny menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
“Gimana pelajaran dari mang Dhani ? Asik kan.? Ucapku sambil tersenyum.

“nanti kita belajar lagi ya. mang Dhani jamin bakal lebih asik dari sebelumnya ! aku memutuskan secara sepihak.
“Tapi jangan kayak tadi ahhhh… Kan takut. kata Sherly protes
“Iya tanganku juga sakitkan mang karena dipelintir kaya gitu ! Jenny ikut protes dan yang tidak protes cuma Clara.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda asal kalian nurut dan jangan lari apalagi melawan hehe.. kupandangi dengan penuh nafsu ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Clara menamparku dan aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek ! Jangan kurang ngajar maen paksa segala. Cepat keluar sana ! sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang namun masih dipenuhi nafsu yang menggelora.
“Clara udah dong ahh… koq kasar gitu sih ! terdengar suara Jenny dan Sherly yang mengasihani diriku.

Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Clara namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis belia tsb walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4