Langsung ke konten utama

Birahi Seorang Gadis Muda 2

Belakangan ini kejadian panas tak terduga dirumahku bersama kedua tukang reparasi ac itu selalu terbayang bayang dalam pikiranku. Walaupun aku harus kehilangan kegadisanku ditangan mereka namun semua itu terbayarkan dengan kepuasan yang kudapat bahkan membuatku semakin ketagihan untuk melakukan hal seperti itu lagi.

Kejadian itu berangsur angsur mengubah diriku dari seorang gadis remaja yang polos menjadi seorang penganut seks bebas yang memiliki birahi tak tertahankan. Aku semakin sering membayangkan tubuh mulusku disetubuhi para laki laki kasar seperti mereka karena rasanya memang sungguh nikmat sekali. Bahkan ketika sedang belajar dikelas aku malah sempat membayangkan diriku sedang disetubuhi oleh para guru laki laki yang ada disana. 

Suatu ketika setelah pulang sekolah aku menyempatkan diri mampir kedalam toilet namun saat itu tiba tiba kurasakan gairahku mulai meninggi sehingga tanpa sadar maka aku pun mulai merangsang tubuhku sendiri dengan cara meremasi buah dadaku sambil membayangkan persetubuhan dirumahku dulu. 

Suasana sekolah sudah sepi karena siswa dan guru-guru sudah pada pulang, makanya aku berani melakukan ini. Lagi asik-asiknya bermasturbasi didalam toilet aku dikagetkan oleh dua orang yang membuka pintu kamar mandi. Ternyata mereka adalah penjaga sekolahku, Pak Nanang dan Pardi. Aku pun ketangkap basah dan tak bisa mengelak. Mereka menuduhku melakukan perbuatan mesum didalam lingkungan sekolah yang akan mencemari nama baik sekolah tentunya. Aku pun berpikir kalau berita ini sampai tersebar luas disekolah tentu aku akan merasa malu sekali karena selama ini aku selalu menjaga sikapku sehingga terlihat seperti gadis yang masih cukup polos seperti sebelumnya.

Tentu saja aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Bisa dibayangkan jika sampai kejadian ini diketahui kepala sekolah maka aku pasti dikeluarkan dari sekolah ini. Aku tidak mau sampai dikeluarkan sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Aku menawarkan sejumlah uang kepada kedua penjaga sekolah itu. Kemudian Pak Pardi membisikkan sesuatu pada Pak Nanang, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Pak Nanang lalu berkata

“hmm… Gini saja, bagaimana kalau kita pakai sebentar tubuh Non buat biaya tutup mulut ?
“Huh, dasar cowok dimana-mana sama aja, selangkangan melulu isi kepalanya! omelku dalam hati.

Sorot mata mereka membuatku gelisah dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya sementara kedua kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok. Setelah kupikir-pikir akhirnya aku mengiyakan juga daripada aku dikeluarkan dari sekolah ini mending kurelakan tubuhku untuk kedua penjaga sekolah ini. Lagian aku sudah tidak perawan lagi dan termasuk gadis yang doyan ngesex. Selain itu aku juga ingin sekali mengulang kenikmatan dirumahku dan semua ini adalah kesempatan bagus untukku.

Walaupun demikian aku tetap merasa gelisah karena akan melakukanya didalam lingkungan sekolah seperti ini. Bagaimana tidak, Pak Nanang berumur 50an tahun dengan tubuh tambun berambut cepak sudah agak beruban dan wajah mirip tukang pukul, sedangkan Pardi berumur sekitar 30 tahun, tubuhnya kurus dekil, dengan jenggot tipis yang jarang di dagunya.

Selain itu dari segi fisik, keduanya jauh dari ganteng dan kulit mereka hitam dekil berbanding terbalik denganku yang berkulit putih mulus. Jika dibandingkan kulit mereka dan kulitku memang nampak kontras sekali perbedaannya karena aku memang selalu merawat tubuhku secara teratur.

Tapi tak ada pilihan lain bagiku selain melayani nafsu mereka supaya mereka tutup mulut. Akhirnya aku menganggukkan kepala yang disambut dengan tawa dari mereka.

“beruntung banget kita Pak bisa mencicipi tubuh non Melina yang cantik ini ! kata Pardi 

“Iya pak pardi. Udah lama saya kepengen nyicip cewek cewek sipit yang ada disekolah ini hehe.. akhirnya bisa kesampaen juga nih. sambut Pak Nanang tertawa penuh kemenangan.

Kedua penjaga sekolah bertampang mesum itu lalu mendekatiku dengan tatapan yang buas dan membuatku jantungku mulai berdebar debar. Tanpa sadar aku mundur kebelakang karena naluriku sebagai wanita yang ingin mempertahankan kehormatanku sambil menggeleng gelengkan kepalaku secara perlahan.

“gak usah takut manis.. kita gak akan menyakiti kamu koq dan sebalikanya kami akan membuatmu puas nanti. Ujar pak Nanang.

Pak Nanang langsung melumat bibirku sebelum aku sempat protes dan berkelit, sedangkan si Pardi meraba-raba dadaku yang kiri dari luar. Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, Pak Nanang makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya ikut meremas-remas payudaraku yang kanan. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta. 

Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk membawa diri mengikuti arus permainan. Dengan kuluman lidah Pak Nanang yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangan mereka pada payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permainan seperti ini hingga dengan mudahnya Pak Nanang mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan diri menggerakkan tangan memeluk kepala Pak Nanang.

Sementara di bawah sana kurasakan sebuah tangan kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, di sana Pardi mulai menyingkap rok seragam sekolahku yang agak pendek dan ketat dan merabai pahaku yang putih mulus.

“Mulus banget pahanya Non bikin gemes aja..nihhe..he..sahut Pardi sambil tangannya makin merayap naik hingga selangkanganku. Pak Nanang lalu melepaskan ciumannya dan berkata.

“Gua juga jadi penasaran ini dengan teteknya. Semulus pahanya ga? HahahaPak Nanang lalu beralih ke dadaku.

Seragam sekolahku yang agak ketat disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH berwarna pink itupun juga langsung diturunkan hingga dadaku terekspos di hadapan mereka.

“Wow teteknya boleh juga nih bikin pengen aja. komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya. 

Pardi juga langsung kesengsem dengan payudaraku, Pardi menimpali komentar pak Nanang "Iya nih, putingnya juga bagus, mungil gini dah gitu warna pink. napsuin." Pardi dengan gemas melumat puting susuku yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Nanang sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pardi yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. 

Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas. Melihat aku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga dapat kurasakan angin membelai kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. 

Pardi menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan mulai mengobok-obok di dalam sana. Tangan Pak Nanang yang lainnya merayap turun mengelusi belakang pahaku hingga mencengkram pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Vaginaku terasa semakin becek karena gesekan-gesekan dari jari Pardi, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan daging kecil yang tak lain adalah klitorisku. "

Ohhhhh..Bang.auw!!desahku. Melihatku yang keenakan, Pardi mengejekku, "wahh..banjir banget ni memeknya non! udah sange berat ye non??" sambil Pardi menunjukkan jari-jarinya yang belepotan cairan cintaku. Aku tidak membalasnya dan hanya menutup mataku, malu karena memang memekku sudah sangat becek. Pak Nanang tertawa-tawa dan ikut berkomentar, "ya iya lah Kir udah sange si non ini. Ni puting udah mancung gini.", sambil memilin puting susuku. Tubuhku serasa lemas tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menikmati tubuhku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. 

Pardi meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan. Ukurannya lumayan juga, walaupun perawakannya kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar sehingga membuatku terhenyak. Wawkeras juga, gede lagikataku dalam hati saat menggenggam penisnya yang memang panjang itu. Aku mulai mengocoknya perlahan sesuai yang diperintahkannya, terasa benar benda itu makin membengkak saja dalam genggamanku. Tak lama kemudian, Pardi menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan kewanitaanku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. 

Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku. 

"Asyik nih, siang ini kita bisa ngentot cewek cantik, udah gitu badannya mulus lagi lagi. biasanya yang model begini cuma bisa nonton di bokep jepang aja. haha.celoteh Pardi sambil meremasi bongkahan pantatku yang membulat indah itu. 

"Iya dari dulu gua udah naksir berat sama cewek ini, soalnya udah cantik suka pake baju ketat pula. Ga nyangka akhirnya ada kesempatan bisa ngewek sama cewek sebening ini.hehe timpal pak Nanang. 

Dia langsung membuka baju dan celananya hingga telanjang. Masih sambil dengan berpegangan di tembok, kugerakkan mataku memperhatikan burungnya yang baru dikeluarkan dari sangkarnya. Wowaku membelalakkan mata tak berkedip, soalnya ukurannya bisa dibilang menakjubkan, panjang sih tidak beda jauh dari Pardi tapi yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai cendawan. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya.

Ukuran batangnya sepertinya lebih besar daripada milik tukang reparasi ac yang pernah menggejoku dulu hingga membuatku sedikit kuatir akan rasa sakit yang akan kualami nanti.

Aku berhenti menatap takjub saat Pardi mulai menurunkan celana dalamku. Disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan. Posisiku yang sedikit menungging mengakibatkan vaginaku terpampang di hadapan mereka.

Mata mereka seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rok abu-abuku yang terangkat hingga pinggang. Pardi mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berdiri. Dengan lembut dia membelai permukaan vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu meremas-remas dadaku.

"Wah jembutnya non Melina ini lumayan lebat. hehe. komentar Pardi yang melihat bulu2 di vaginaku. "Hahaha pantes aja nafsunya gede Par. timpal Nanang.

Sshh.. Bang… desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku.

“Tenang Non saya gak bakal kasar kok, dijamin enak ngentot sama si ganteng Pardi!kata Pardi memuji diri tanpa tahu kondisi mukanya, ia juga terus merayu sambil mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya. Aksi Pardi berhenti ketika Pak Nanang meletakkan sebuah kursi panjang di tengah toilet. Kursi panjang itu biasa digunakan untuk duduk jika sedang ngantri mau ke toliet. 

Pak Nanang lalu memberi isyarat agar temannya menelentangkan tubuhku di atas kursi itu. Sekarang aku terbaring telentang di atas kursi itu dengan Pardi berada di antara kedua pahaku. Dia membentangkan pahaku lebar-lebar membuatku malu dan menutupkan tanganku di vaginaku. Dengan gemas dia membentangkan tanganku lagi sehingga terlihatlah bibir kemaluanku olehnya.

"Wah warna pink mekinya. Emang barang mewah ini. haha" Sambil menatap takjub, Pardi mengomentari kemaluanku. Pak Nanang lalu mendekat dan berkata

“Non Melina, dari dulu saya pengen suatu saat nanti agar burung saya bisa ngerasain bibir Non. Eh, akhirnya kesampaian juga. He.he..katanya sambil tertawa, sekarang ayo buka mulutnya Non! perintah Pak Nanang setengah menghardik. Hal itu membuatku takut dan Akupun pelan-pelan meraih benda itu. ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh sangat besar ukurannya dan berwarna hitam pula.

“Ayo non. emutin burung Pak Nanang tuh, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non!kata Pardi menimpali. 

Aku tak punya pilhan lain lalu Kubimbing penis dalam genggamanku ke arah mulutku yang mungil. “uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya yang sangat besar. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepala penisnya namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.

“Uaahh.. uueennakk banget, Non Lina udah pengalaman yah? ceracau Pak Nanang menikmati seponganku sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku. kurasakan Pardi mulai menjilati pahaku yang putih mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir kemaluanku yang dijilatinya tapi lidahnya juga masuk ke liang kewanitaanku dan rasanya sungguh nikmat sekali.

Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku. Aku makin bersemangat mengoral penis Pak Nanang saking nikmatnya yg kurasakan.

“Wah, makin gatel nih Non Melina. Awas kontol saya jangan sampai digigit ya. Hehe.. kata Pak Nanang. Sambil mengoral penis Pak Nanang aku menjambak rambut si Pardi yang sedang menyeruput vaginaku. Aku benar-benar sudah terbuai dalam kenikmatan birahi. Sebentar lagi aku akan mencapai puncak kenikmatan. Tidak sampai lima menit, tubuhku mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Pardi melepaskan kepalanya dari situ nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku. Badanku lemas, dan kulepaskan mulutku dari penis Pak Nanang. Pak Nanang nampaknya mengerti dengan kondisiku sehingga dia tidak memaksaku mengoral penisnya lagi. Aku turun dari kursi panjang dan berbaring telungkup di lantai, beristirahat sejenak sebelum mereka mengerjaiku lagi.

“Emang enak ya cairan pejunya cewek amoy. sahut Pardi kepada temannya. 
“Tunggu sampai lu rasain sepongannya pokoknya maknyus deh! Non Melina emang jago nyepong ucap Pak Nanang.
“Benar tuh Pak anak-anak sekolah jaman sekarang kan pada doyan ngentot. Hehehehe..

Aku hanya mengatur nafasku sambil memejamkan mata mendengar olok-olok mereka. Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, aku mulai merasakan ada jari yang merenggangkan kemaluanku. kemudian disusul dengan sebuah benda keras yang menyeruak masuk. Benda itu adalah penis Pardi, ia sepertinya buru-buru sekali ingin menikmati kemaluanku. Aku membelalakkan mata menahan nyeri ketika penisnya menerobos vaginaku. Penis besar itu kesulitan menjebol vaginaku yang masih sempit itu. Kepala penisnya yang besar itu menggesek klitoris di liang senggamaku hingga aku merintih antara sakit dan nikmat. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah.

Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku. Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku. aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. 

"ahh.bang.stop.ahhhhhhh.sakittttttt pelan dikithh!!aku melolong panjang menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair.

Perasaan perih bercampur nikmat tersebut membuat badanku mengejang beberapa detik. 

"Oohh.. Non Melina sayang peret banget lubangmu.. enaknya ! ceracaunya di tengah aktivitasnya.

Pardi menyetubuhiku dalam posisi doggie di atas lantai toilet, alat kelamin kami yang bertumbukan menimbulkan bunyi plok-plok-plok. Aku sedikit menelungkup dan putingku bersentuhan dengan dinginnya keramik lantai menambah nikmat yang kurasakan.

"Ahhh..oohh..ahhh..ahhhh...", Aku sungguh larut dalam birahi dan tak bisa menahan desahanku. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Pardi yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. 

Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami. Lalu sambil tetap menggenjotku, Pardi memintaku kembali naik ke kursi panjang. Pak Nanang tidak menyia-nyiakan mulutku yang mengap-mengap dan terbuka lebar. Ia berlutut di hadapanku dan dijejalinya penisnya ke mulutku sehingga teriakanku tersumbat.

Pardi makin brutal menyodok-nyodok vaginaku. Sambil menyodok, kepalanya merayap ke payudaraku dan tangannya sesekali menampar bongkahan pantatku karena gemas. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan bernafsu, kocokan dan kulumanku pada penis Pak Nanang pun makin bersemangat. Rupanya teknik oral seksku telah membuat Pak Nanang ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh.

Kepalaku pun dipeganginya dengan erat seolah tidak rela melepaskannya. Bahkan sesekali dia menjambak rambutku ketika aku menggigit pelan batangnya. Penisnya yang besar itu menyesaki mulutku yang mungil itu pun ada sisanya karena tidak tertampung semua. Hal itu membuat aku susah bernafas. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Aku mencoba mengikuti ritme genjotan mereka hingga pelan-pelan akupun mulai terbiasa, serasa terbang melayang-layang aku dibuatnya hingga akhirnya tubuhku menggelinjang. Aku mau menjerit tapi mulutku tersumbat oleh penis Pak Nanang. Bersamaan dengan itu pula genjotan Pardi terasa makin cepat dan bertenaga hingga membuatku kewalahan.

“Non saya mau keluar nih ssshhh… Oohhh ! erangnya panjang sambil meringis.

Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat. Kami mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Aku melepaskan penis Pak Nanang dari mulutku dan mengambil udara segar. Tubuh telanjangku terbaring lemas di atas kursi. Lelah sekali persetubuhan liar barusan.

“Hehe liat nih Pak Nanang, akhirnya saya bisa juga numpahin peju kelubang bidadari sekolah kita kata Pardi membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya seolah ingin memamerkan cairan spermanya dengan bangga.

“Sialan juga kau Pardi, kenapa jadi kamu yang duluan ngentotin dia. Kan harusnya saya sebagai yang lebih tua darimu. kata Pak Nanang sewot.

“Aduh maaf Pak. Habis saya gak tahan tadi. Soalnya Non Melina ini udah dari dulu pengen saya entotin. “He..he Kalo saya lagi ngocok pasti selalu ngebayangin dia. Jadi mengertilah pak. He,,he.. kata Pardi sambil cengengesan.

Pak Nanang lalu mendekatiku. Non Melina, bisa ga Bapak tusuk sekarang ? udah ga tahan daritadi belum rasain kemaluan Non, boleh kan ? kata Pak Nanang sambil mengangkat tubuhku. Aku tahu itu hanya basa-basi, sebab jika aku menolak sekalipun dia pasti akan tetap melakukannya. Walau masih terasa lemas sekali tapi kuanggukan kepala mengiyakannya.

“Tapi pelan-pelan ya masih cape nih kataku sambil menatap ngeri ke penis supernya yang sudah menegang maksimal.

Dia nampaknya senang, karena sebentar lagi akan merasakan kenikmatan gadis muda. Diangkatnya tubuhku lalu digiring ke arah wastafel lalu aku disuruh berbalik dan tanganku bertumpu pada wastafel. Sekarang aku dapat melihat diriku melalui cermin di hadapanku dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. Bener-bener body yang top!pujinya sambil meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya.

Saat tangannya mengelus kemaluanku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah terlarang itu. Lewat cermin kulihat dia mulai mempersiapkan penisnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir vagina dan anusku. Kemudian dia menyelipkan penisnya di antara selangkanganku lewat belakang. Tanpa buang waktu lagi, Pak Nanang mendorong penisnya pada vaginaku. Walaupun sudah becek oleh lendirku, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Benar juga katamu Kirsempit bangetenakohh..memek amoy juara!sahut Pak Nanang.

Dia pasti tak habis pikir bisa menikmati gadis muda dan cantik sepertiku. Kedua bandot ini memang sangat beruntung bisa menikmati tubuhku dengan gratis. Tapi setelah kupikir-pikir toh aku juga menikmatinya. Permainan mereka telah berhasil menggali sisi terliar dalam diriku. Tak dapat kusangkal bahwa aku sangat menikmati persetubuhan ini. OHHpak terus.entot aku!!desahku tanpa malu-malu lagi. Cermin di depanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan rintihan terlebih ketika tangan kasar itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya puting susuku yang sudah mengeras.

“Suka ga Non Melina bapak ginikan ? tanyanya sambil terus menggenjot dan mempermainkan payudaraku.

Nampaknya dia memang senang melihatku tersiksa seperti ini hingga semakin menambah gairahnya.
“Aahh.. iya suka desahku tak tertahankan.

Pak Nanang menimpali jawabanku dengan berkata pada Pardi : Lu denger Par ? Katanya dia suka. Hahaha. Hajar aja terus Pak. Udah gatal dia itu.hahahahahah..kata Pardi. 

Pardi menontonku sedang bersetubuh dengan Pak Nanang sambil duduk merokok di bangku panjang. Pak Nanang makin bersemangat saja menyetubuhiku. Tusukan-tusukan penisnya seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari vaginaku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah mencapai orgasme.

Tadinya kukira dia juga akan segera memuntahkan spermanya, ternyata aku salah, penisnya masih begitu keras dan dia masih kuat menggenjotku tanpa mempedulikan kondisiku yang mulai kepayahan. Rambut panjangku dijambaknya sehingga kepalaku terangkat, kembali kulihat adeganku melalui cermin dimana tubuhku yang telah mandi keringat tergoncang-goncang, nampak pula payudaraku terayun kesana-kemari. Sudah seperempat jam berlalu, selama itulah aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan orgasme, justru nafsuku mulai bangkit lagi. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas penisnya, aku sudah siap menerima semprotan spermanya, namunooohh..tidak! penis itu masih mengacung dengan gagahnya. Dia lalu duduk di kursi panjang tadi, Sini Non, kita main pangku-pangkuan!suruhnya seraya menepuk paha.

Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, tanpa malu-malu lagi aku melingkarkan tangaku di pundaknya. Akupun dengan senang hati menuntun penisnya memasuki milikku, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih aktif bergoyang. Setelah menurunkan tubuhku hingga penisnya amblas ke dalam vaginaku, aku pun mulai bergoyang di pangkuannya. Pak Nanang pun membalas gerakkanku dengan menyentak-nyentak pinggulnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Kedua tangannya menggerayangi tubuhku terutama payudara dan punggung. Ohhh.oohhhhhohhhh..hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Nanang mengerang keenakan karena penisnya terasa diplintir. Wajahnya dibenamkan pada belahan dadaku, puting kiriku disedot dan dikulumnya dengan rakus. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan. Uuugghhoohh lubang amoy enak banget, nngghhh mantaphh..!!.

Pardi menonton adegan kami sambil mengelus-elus penisnya, dia ingin memancing adik kecilnya untuk `bangun`. Ayo goyang Non oohh! Pak Nanang sepertinya ketagihan dengan goyanganku. Tangannya tetap meremas-remas dadaku, bahkan sesekali mulutnya menggigit puting susuku. Kontan aku menjerit-jerit makin kuat. Jeritanku membuat Pak Nanang makin bernafsu begitu juga Pardi, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia mendekat dan berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku. Dia mengelus-eluskan benda itu pada pipiku yang halus. Emut nonayo buka mulutnya!sambil mengarahkan batangnya ke mulutku yang mendesah-desah.

Dengan setengah memaksa dia menjejalinya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, ntah kenapa aku tidak merasa jijik. Malah kupakai ujung lidahku untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Hal itu membuat Pardi blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Nanang. ah uh ah.hhhhh suara-suara itu membahana di kamar mandi itu.

Untung suasana sekolah sudah sepi kalau tidak bisa berabe. Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap penis Pardi makin keras hingga membuat batangnya menegang maksimal. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dia sangat pandai meremas-remas titik sensitifku, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah di ambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Pak Nanang menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Aaaahhhhh.hhhhhhhh!!!!desahan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langit-langit kamar mandi sehingga penis Pardi yang sudah menegang maksimal lepas dari bibirku. Aku dan Pak Nanang orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalam rahimku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak

tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku. Aku ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak Nanang. Dia peluk tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup keringat yang mengucur. Aku merasakan kehangatan dalam dekapan pria itu. Tanpa memperdulikan tubuhku yang lemas Pardi langsung mengangkat tubuhku dari Pak Nanang. Dia lalu membuatku menungging diatas lantai dengan tangan bertumpu pada kursi panjang itu.

“Mau ngapain lagi sih Bang? tanyaku. udah dulu dong, aku udah cape nih keluhku yang tidak dipedulikannya. Dia menepuk-nepuk pantatku yang montok. Dia kemudian meludahi bagian duburku beberapa kali. lalu digosok-gosokkan dengan jarinya ke daerah itu. Aku memejamkan mata dan berharap semoga dia tidak menyerang anusku, karena aku sudah membayangkan ngerinya kalau batangnya itu membobol pantatku yang masih perawan. Aku belum pernah anal seks sebelumnya dan tidak punya keinginan untuk melakukannya karena membayangkannya juga sudah sakit. Sunguh aku lemas jika membayangkan rasa sakit jika penisnya menusuk-nusuk anusku seperti menusuk-nusuk vaginaku. Belum habis aku berfikir aku dikejutkan oleh sebuah benda lonjong di bibir lubang anusku. Aku pun kontan menarik pantatku. Tapi Pardi malah menarikku. Aku terkejut dan mencoba berontak Jangan bangjangan di situ.aku belum pernah...Sakit!ibaku, berharap dia tidak menyodok anusku. "Tahan Non, masih baru emang sakit, tapi ntar pasti enak kok katanya dengan tenang

 

Aku masih meronta-ronta tapi Pak Nanang memegangi tubuhku hingga aku tak berkutik. Nampaknya dia ingin memberi kesempatan bagi temanya untuk menikmati laing anusku. Dia perlahan-lahan mendorong penisnya masuk ke dalam sehingga anusku pun langusng mengerut. Dia masih terus berusaha melicinkan jalan penisnya. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya ia berhasil menjebol anusku. Aku memeluk tubuh Pak Nanang karena saking perihnya walaupun bukan pertama kalinya ditusuk bagian sana. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya.

Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas. Auhhh.sakitAku menjerit keras saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Aku tidak bisa melukiskan rasa sakit yang aku rasakan. Tanpa menghiraukannku dia tetap menggenjot duburku. Untuk merangsangku, Pak Nanang meraih kedua payudaraku yang bergoyang dan diremas-remasnya dengan lembut. Tapi remasannya kalah dibandingkan rasa sakit yang kuterima. pak..u..da..ah.sa..sa..kitjeritku panjang. Keringat dan air mataku bercucuran. 

Jeritanku itu bukannya membuatnya kasihan malahan membuatnya makin bernafsu. Dengan keras dia sodok-sodokan penisnya dan pantatku yang mulus itu diremas-remas dengan brutal. Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan. Lambat laun mulai kurasakan nikmat sedikit. Tapi walaupun begitu air mataku tetap bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu.

Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir untuk meredam jeritanku. aduh, sempit banget nih pantat.desahnya sambil terus menggenjotku. Udah bangsat. Hentikan. Sak..it..kata-kata kasar keluar dari mulutku, tapi dia bahkan tidak peduli. Aku terus memaki dan memakinya agar berhenti. Untuk meredam suaraku Pak Nanang lalu memasukkan penisnya ke mulutku dan memaksaku mengemutnya. Dia bahkan mulai kasar dengan menjambak rambutku. Aku tak punya pilihan lain selain mengoralnya.

Hitung-hitung pengalih rasa sakit vaginaku. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat pemiliknya medesah-desah. Walau masih lengket-lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku. Tiba-tiba Pardi melingkarkan kedua lengannya ke ketiakku dan menarik bahuku. Kedua lenganku sekarang terkunci oleh lengan Pardi dan terentang ke samping, membuatku terpaksa melepaskan kulumannya pada penis Pak Nanang. Dalam posisi seperti itu Pardi kemudian menarik tubuhnya sehingga kami berdua terlentang di lantai kamar mandi itu dengan posisi tubuhku ada di atasnya.

Melihat hal itu, Pak Nanang ikut maju, dibentangkannya kedua belah pahaku dan ditekuknya ke arah samping sehingga mengangkang seperti kodok, membuat vaginaku terkuak lebar. Oohhh janganh.. ahhhhentikan. Aku berteriak takut saat menyadari apa yang akan dilakukan oleh Pak Nanang. Pelan-pelan Pak Nanang mula mendekatkan penisnya ke kemaluanku. Aku berontak menyadari bahwa akan ada 2 penis besar dironggaku. Pasti sangat sakit pikirku. Tapi aku tak bisa berbuat banyak karena Pardi memegangi tubuhku hingga aku tak bisa bergerak. 

Aahhhkkk ampunnnnnn..aku menjerit saat penis Pak Nanang menembus liang vaginaku. Sekarang dua batang penis besar memasuki tubuhku dari depan dan belakang. Ini memang bukan pertama kalinya aku merasakan disodok 2 penis sekaligus di kemaluan dan anusku. Sungguh ini adalah sebuah pemandangan yang sangat kontras, dimana aku seorang gadis berkulit putih mulus sedang disandwich oleh 2 pria kekar berkulit hitam legam. Aku meronta-ronta hebat saat secara bergantian Pardi dan Pak Nanang menggenjot tubuhnya. Tubuh ku mengeliat-liat di dalam himpitan kedua penjaga sekolah buruk rupa itu. Dan sambil menggenjot vaginaku, Pak Nanang juga sibuk menciumi dan melumat bibirku. Aku merasa tersiksa dihimpit kedua penjaga sekolah brutal ini, tapi sebenarnya Aku juga merasakan sebuah sensasi hebat yang bergolak dari dalam tubuhku, bagaikan api besar yang membara dan meledak-ledak, membuatku akhirnya tenggelam dalam permainan seks bertiga itu.

Apalagi ternyata Pardi dan Pak Nanang sangat lihai dalam urusan seks, membuat sensasi dalam tubuhku meledak.

“aahhh ahhhh aku mau nyampe.. oohhh udaaaahhh oohhh udaaahh Aku merintih-rintih merasakan orgasmenya setiap saat bisa meledak. Tapi kelihaian Pardi dan Pak Nanang dalam bersenggama membuat mereka bisa menahan orgasmeku. Mereka tidak ingin Aku selesai dengan mudah. Setiap kali Aku akan meledakkan orgasmenya, setiap kali pula mereka menghentikannya dengan bermacam cara, seperti dengan menghentikan genjotan penisnya, atau menjambak rambutku sampai kesakitan dan melupakan dorongan orgasmenya.

Aku benar-benar dibuat takluk oleh kedua penjaga sekolah itu. Kurasakan wajahku panas merasakan sensasi orgasme yang berulang kali berhasil digagalkan. Entah berapa lama tubuhku berada di dalam himpitan dan genjotan kedua penjaga sekolah itu. Aku sendiri sampai terlalu payah untuk merintih, tubuhku sekarang hanya tergetar dan menggeliat setiap kali hendak orgasme.

“Gimana rasanya dikeroyok kaya gini Non Melina? Ngomong dong..kata Pak Nanang sambil terus menggenjot vaginaku.

“Eeegghh ennaaakkk Oohhhh Nikmathh Ahhhhhh..jawabku sambil membiarkan kedua puting payudaraku dijilat dan digigit kecil oleh Pak Nanang.

“Apa Non mau lain kali ngentot bareng kita lagi?tanya Pardi dari belakang.

“Ehhkkhh. iyaahhh mauuhhh oohhh aku menjawab asal saja. Mendengar hal itu Pardi makin bersemangat menggenjotkan penisnya di anusku. Hal itu berlangsung sekitar 15 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Nanang erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya.

Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan mereka. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Nanang, dan Pardi menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam kemaluan dan anusku. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.

Semakin lama ukuran batang mereka makin mengecil dan terlepas keluar dari liang kemaluan dan anusku. Kami semua terduduk lemas lantai toilet dengan badan yang bercucuran keringat. Keduanya masih sibuk menggerayangi tubuhku sementara aku hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan mereka.

Setelah beristirahat maka kami pun meninggalkan tempat tsb dengan perasaan puas. Kedua laki laki itu berjanji akan menutup mulut mereka agar masalah ini tak menyebar luas hingga membuatku sedikit tenang. Kejadian tak terduga didalam toilet sekolah itu semakin menambah pegalaman seksku yang sepertinya akan terus berlanjut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4