Langsung ke konten utama

Birahi Terpendam Seorang Pengantin Baru

Pernikahanku dengan suamiku memang baru berlangsung beberapa bulan namun kami sudah harus berpisah untuk sementara. Pasalnya saat ini suamiku sedang mengurus bisnis barunya diluar kota yang letaknya cukup jauh dan terpencil. Sebenarnya aku ingin ikut pergi bersamanya namun karena lokasi yang cukup jauh dan keadaan yang kurang aman maka terpaksa harus tinggal dirumahku sendirian.

Aku memang cukup beruntung karena memiliki seorang suami yang cukup mapan hingga aku tak perlu bekerja lagi dikantor seperti dulu. Aku menikah dalam usia yang relatif masih muda yaitu saat usiaku 24 tahun sedangkan suamiku usianya berbeda sepuluh tahun lebih tua dariku.

Sejak masih berpacaran suamiku sering kali memuji kecantikan wajahku dan mengagumi kulit tubuhku yang nampak begitu putih dan halus hingga membuatnya sedikit tak rela ketika ingin pergi meninggalkannku sendirian dirumah. Setelah menikah kami memang memutuskan untuk pindah kerumah baru kami yang berada disebuah perumahan mewah yang warganya memang belum terlalu banyak hingga suasana disana terasa sangat sepi. 

Baru beberapa bulan ditinggal pergi suamiku mengurus bisnisnya entah kenapa rasa kesepian mulai menghampiriku. Apalagi semenjak tinggal disana aku memang harus berada jauh dari keluargaku yang tinggal dikota lain. Selama ini aku hanya ditemani seorang pembantu yang mengurus semua keperluan rumah tangga hingga aku sama sekali tak ada kegiatan selama dirumah. Belakangan ini rasa kesepianku semakin mendalam hingga aku semakin sering menelepon suamiku untuk sekedar berbincang bincang dengannya. Namun karena urusannya yang cukup sibuk maka kami pun semakin jarang berkomunikasi hingga membuat hubungan kami terasa mulai merenggang.

Seperti halnya para pengantin baru lainnya maka dorongan birahiku pun terasa sangat besar namun aku terpaksa harus memendamnya untuk sementara waktu sampai bisa bertemu lagi dengan suamiku. Beberapa hari ini gairahku semakin tak terkendali dan aku mulai berpikiran yang aneh aneh bahkan aku semakin sering membaca berbagai situs dewasa untuk memuaskan rasa penasaranku. Namun semua itu malah membuatku semakin gelisah akibat dorongan birahi yang sering timbul secara tiba tiba. 

Suatu hari pembantu dirumahku meminta ijin untuk pulang kekampungnya sehingga terpaksa aku harus tinggal sendirian dirumahku yang cukup besar itu.

"Rencananya kamu mau pulang berapa hari sum?  Tanyaku

"Hmm. Kayaknya dua minggu bu. Soalnya saya mau dijodohkan sama keluarga saya dikampung. Ujarnya. 

"Wah lama juga ya.. Emang gak bisa lebih cepat baliknya. Soalnya aku repot kalau gak ada kamu disini. Ujarku. 

"Trus kamu ada niat mau kerja lagi gak disini. Tanyaku

"Belum tahu bu. Nanti saya mau bicarakan sama calon suami dulu. Kalau seandainya gak boleh nanti ibu silahkan cari pembantu baru saja. Jawabnya.

Setelah pembantuku pulang kekampungnya. Aku semakin gelisah karena tak ada teman ngobrol selama dirumah sehingga pikiran nakalku sering muncul dan mengganggu diriku. Belakangan ini gairahku makin tak terbendung sehingga aku sering tidur tanpa busana dikamarku sambil merangsang diriku sendiri guna mencari kepuasan sesaat. seandainya saja ada orang asing yang masuk kedalam rumahku dan melihatku dalam keadaan seperti itu mungkin saja tubuhku akan digarap habis habisan olehnya. 

Utuk mengisi kejenuhanku maka setiap hari aku mengisi waktu dengan belajar memasak dan membuat berbagai hidangan kue. Karena sangat berlebihan maka aku berusaha membagikannya pada para petugas keamanan yang berjaga dikomplek perumahan tsb yang memang sering melintas untuk berpatroli disana.

Pagi itu cuaca terasa begitu dingin karena hujan turun dengan derasnya sepanjang malam tadi. Sebenarnya aku ingin melanjutkan tidurku namun aku teringat kalau pembantuku memang sedang pulang kampung sehingga aku harus memasak dan membereskan rumahku sendiri. Setelah mencuci muka lalu aku bersantai sejenak diatas balkon depan rumahku yang ada dilantai dua sambil memandangi keadaan didepan rumah.

Waktu itu kulihat ada sebuah mobil truk pengangkut sampah yang melintas disana. Seorang petugas sampah yang memakai baju oranye turun mengambil kantong-kantong sampah dari rumah di sekitar situ. Tukang sampah itu berbadan tinggi dan agak gempal dan usianya pun sepertinya sudah agak berumur. Kulitnya agak hitam dan tangannya terlihat begitu kekar berotot sehingga terlihat begitu perkasa.

kuperhatikan dia selama beberapa saat sedang mengangkat kantong sampah berukuran besar lalu melemparkannya ke bak truk. Aku cukup takjub dengan tenaganya yang sepertinya kuat sekali, aku mulai berpikir pasti staminanya juga sangat luar biasa jika sedang bercinta diatas ranjang. 


Udara dingin pagi itu berhasil membangkitkan hasrat birahi terpendam dalam diriku. Perlahan aku pun mulai berpikir yang tidak benar sambil meramasi buah dadaku sendiri. Aku mulai membayangkan seandainya tangan tangan kekar itu meraba tubuhku dan menggerayangi paha mulusku tentu rasanya akan nikmat sekali.

Entah mengapa belakangan ini aku selalu bergairah setiap kali melihat para laki laki kasar seperti mereka dan ingin rasanya diriku menggoda mereka. Berharap mereka cukup nekat untuk melecehkanku, menyergap dan memperkosaku yang sedang sendirian dirumah ini. Birahiku semakin meninggi dan aku pun mulai berani untuk mewujudkan keinginan liarku yang sudah terpendam lama. Bersamaan dengan itu niat isengku pun sudah timbul.

“Pagi bu !” sapanya ketika melewati rumahku.
“Pagi Bang !” balasku “Eh…Bang tunggu bentar, di dapur masih ada lagi sampahnya nih, sebentar ya !”

Aku turun sambil membawa piring dan gelas bekas sarapan tadi, setelah menaruhnya di pencucian aku langsung ke depan membuka pintu. Kebetulan tong sampah di dapur memang sudah penuh sesak, soalnya sejak pembantuku pulang kampung belum ada yang membereskannya.

“Bang, tolongin saya bisa gak. kan pembantu saya lagi pulang kampung, jadi sudah dua hari tuh sampah numpuk di dapur, bantu saya beresin dong yah, ntar saya kasih duit rokok deh !” pintaku dengan nada manja

“Hhmmm, ok deh Non…mana sampahnya, biar Abang bantu beresin !” katanya

Aku membukakan pagar dan mempersilakannya masuk, dia memperhatikanku terus sambil berjalan ke dalam, sesekali matanya mencuri-curi pandang ke belahan dadaku yang menantang di balik belahan dasterku yang rendah, entah dia tau atau tidak bahwa dibaliknya aku tidak memakai apapun lagi.

“Sepi yah Non, sendirian di rumah nih ? lagi pada kemana ?” tanyanya

“Iya Bang, semua lagi keluar nih, sudah dari kemarin lusa sendirian” jawabku

“Tuh Bang udah penuh gitu, tolong yah !” aku menunjuk pada tong sampah biru besar di dapur.

Si abang tukang sampah mengangkat tong besar itu, sedangkan aku menumpuk beberapa dus bekas makanan dan menampungnya di tanganku.

“Bang-bang, bentar dong, ini masih ada yang mau dimasukin, upss !!” dengan sengaja aku melonggarkan tanganku sehingga dus-dus itu terjatuh semua 

“Duh, sori nih Bang, udah saya yang beresin aja !”

Aku pun berjongkok dan menunduk memunguti dus-dus itu, dengan begini susuku terlihat jelas sekali dibalik potongan dasterku yang rendah dan lebar itu. Dia terbelakak melihat buah dadaku yang menggelantung indah, putingnya pun sekilas tersingkap dari balik dasterku. Aku tahu daritadi matanya terus tertumbuk ke daerah dadaku, tapi aku pura-pura cuek dengan terus membereskan dus itu, bahkan sengaja kutundukkan lagi tubuhku, sehingga makin terlihatlah keindahan di baliknya.

Perlahan kulihat kakinya melangkah mendekatiku, lalu ikut jongkok, tapi bukannya membantu membereskan sampah malah menyusupkan tangan ke belahan dadaku mencaplok daging kenyal di baliknya.

“Kurang ajar !” bentakku sambil menepis tangannya

Tentu ini tidak membuatnya mundur, dengan sigap ditangkapnya kedua tanganku, tubuhku diangkatnya hingga berdiri lalu dihimpit ke tembok di sebelahku. Sesungguhnya berontak dan jeritanku hanyalah pura-pura belaka untuk memanas-manasi nafsunya.

Tangannya yang kokoh dengan mudah mengunci dua pergelanganku lalu diangkat ke atas. Tangannya yang lain meremas dadaku dengan kasar.
“Jangan Bang…hentikan…eeengghh !” erangku meringis karena kerasnya remasan itu, tubuhku masih meronta pelan.
“Diam Non, Non sendiri kan yang mancing-mancing saya begini” katanya berani

Wajahnya mendekatiku mencari-cari bibirku, aku menggeleng-geleng pura-pura menolak dicium olehnya, namun tetap saja akhirnya tidak bisa menghindar dari lumatan bibirnya. Aku bisa merasakan nafasnya yang menderu dan bau badannya yang tidak enak (maklum banyak bergaul dengan sampah), tapi birahi yang meninggi membuat semuanya terlupakan. Sebentar saja aku sudah memainkan lidahku membalas cipokannya. Tangannya mulai mengelus pahaku yang putih mulus sambil menyingkapi dasterku. Setelah meremas pantatku sejenak, tangannya lalu mengelus vaginaku yang berbulu lebat. Mataku membelakak ketika tangan itu meremas daerah segitigaku dengan jarinya sedikit masuk ke sana, desahan tertahan keluar dari mulutku yang sedang berciuman.

“Ga usah malu-malu Non, udah basah gini kok, ga pake apa-apa lagi, Non juga mau kan” seringainya mesum

Dia melepaskan pergelanganku setelah aku berhenti meronta dan yakin telah menguasaiku. Dipelorotinya dasterku dari bahu kiri sehingga payudaraku kiriku kini terbuka sudah, bulat kencang dengan puting kemerahannya yang menantang. Dengan penuh nafsu dilumatnya benda itu sambil tangannya menggerayangi pantatku. Aku cuma bisa mendesah-desah dalam posisi berdiri sandaran ke tembok, putingku makin mengeras karena permainan mulutnya yang nakal.

Jamahan tangannya yang kasar semakin membakar birahiku. Perlakuannya jelas berbeda sekali dengan suamiku yang selalu memperlakuan diriku dengan lembut.

"paha lu mulus amat moy.. Boleh gua jilatin kan.. Ujarnya sambil jongkok dihadapanku. 

Ia meraba raba sepasang kakiku dengan tangannya yang hitam legam hingga terlihat kontras dengan kulitku yang putih dan mulus.

Karena belum puas maka ia menyingkap bagian bawah dasterku lalu dengan rakusnya mulai melahap bagian luar kemaluanku. 

Aku merasa geli sekaligus nikmat ketika lidahnya menari nari menyapu liang kewanitaanku yang mulai basah. Perlakuan kasarnya malah membuatku semakin cepat terangsang lalu tanpa sadar kulebarkan kedua kakiku hingga ia semakin leluasa mencumbui bagian selangkanganku. 

Tiba-tiba seseeorang nongol di pintu dapur dan tercengang melihat adegan di depannya. Orang itu tak lain adalah temannya yang menyetir truk sampah, rupanya dia menunggu lama di truk sehingga turun untuk memanggil temannya agar segera kembali, eh…ternyata temannya itu sedang berasyik-ria denganku di dapur.

“Wei…sialan lo, ngentot ga ngajak-ngajak, gua dibiarin sendiri di mobil !” kata si sopir

“Ayo masih pagi kok, kita istirahat aja sebentar, kapan lagi ngerasain amoy cantik gini !” ajak tukang sampah yang menggerayangiku

Si sopir bergegas mendekati kami sambil melepaskan seragam dinas kebersihannya, tubuhnya lumayan berisi dengan kulit hitam terbakar matahari. Kini aku dihimpit dari depan-belakang oleh mereka, tubuhku bersandar pada si sopir yang mendekapku sambil meremasi payudara kiriku serta meraba-raba paha dan pantatku, sedangkan si temannya yang dipanggil Udin menurunkan bahu kananku, maka kedua payudaraku tersingkap.

Si Udin mengenyot payudara kananku dengan kencang sampai pipinya kembung kempot, tangannya mengelusi kemaluanku. Si sopir mulai menciumi belakang telingaku serta menggelikitik kupingku dengan lidahnya. Hal ini menyebabkan tubuhku menggeliat dan makin mendesah. Sambil menciumiku si sopir mengangkat dasterku yang telah berantakan, secara refleks aku mengangkat kedua tangan membiarkan satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhku lepas melalui kepalaku.

“Wah, bener-bener rejeki nomplok nih bisa dapet cewek putih mulus gini !” sahut si sopir mengagumi tubuhku

Selanjutnya aku disuruh berlutut, lalu mereka membuka celananya di depanku. Aku sempat terpana melihat penis mereka yang sudah berdiri tegak, keduanya keras, berurat, dan hitam. Milik si sopir sedikit lebih panjang daripada punya si Din. Kalau kuperhatikan ukuran batang mereka jauh lebih besar dari milik suamiku dan rasanya pasti akan nikmat sekali. 

“Ayo Non, pilih aja mana yang mau diservis duluan” kata si sopir cengengesan

Kugenggam kedua penis itu dan sengaja memainkannya dengan kocokan dan pijatan pada zakarnya agar nafsu kedua orang ini makin membara. Aku tersenyum nakal melihat reaksi keduanya.

“Uuuhh…ohh…asoy banget kocokannya Non !” desah si Din

Aku mulai membuka lebar mulutku dan memasukkan penis Udinke dalamnya. Dengan penuh perasaan aku mengulum penis itu sambil tanganku mengocoki penis si sopir. Sesaat kemudian aku mengeluarkan penis si Udindan beralih ke si sopir, sepertinya servis mulutku membuatnya ketagihan, ia menahan kepalaku dengan tangannya seolah tak rela melepasnya.

Aku gelagapan saat si sopir menyenggamai mulutku dengan beringas hingga akhirnya dia menyembur ke dalam mulutku, sebagian meleleh ke dagu, namun sebagian besar tertelan. Aku tidak sempat mempraktekkan teknik menyedotku yang lihai itu karena dia terus menyodok mulutku bahkan ketika keluar sampai tersedak aku dibuatnya, begitu kulepas emutanku aku langsung batuk-batuk dan meludahi sisa sperma itu dari mulutku.

Sesaat aku bersimpuh di lantai meminum air yang disodorkan Bang Udin dan mengatur kembali nafasku. Kemudian dia merebahkan tubuhku di lantai marmer yang dingin itu dan mencium dan menjamahnya dari wajah hingga berhenti di kemaluanku yang sudah basah, dia menjilat dan mengisapnya dengan lahap.

Mulutku mendesis nikmat dan kedua paha mulusku mengapit kepalanya. Kulihat si sopir menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya, dia juga melihat-lihat isi kulkasku, kemudian diambilnya sekotak susu kecil Indomik dan kembali menghampiri kami.

“Oii-ooi…kita sarapan sambil ngentot yuk !” sahutnya seraya menggigit ujung kotak susu itu dan menyobeknya.

Ditumpahkannya susu itu ke sekujur tubuhku sampai habis. Kurasakan dinginnya air susu dan lantai marmer pada tubuhku yang sudah memanas. Bagaikan menyantapku, keduanya menjilati dan mencium tubuhku yang sudah rasa susu itu.

“Mmuuahh…enak banget, jadi manis kaya orangnya !” komentar Udin sambil menjilati vaginaku yang bersusu
“Sluurrpp…slurrp !” demikian suara mereka menikmati susu pada tubuhku, suara itu dimeriahkan oleh desahan dari mulutku.
“Ini namanya susu campur, ada susu sapinya, ada susu ceweknya, hehehe….” kata si sopir setelah menghabiskan susu yang bercucuran di tubuh bagian atasku.
“Heh, tambah lagi dong susunya, udah mau habis nih !” pinta Udinpada temannya
“Beres Din, masih ada kok !” kembali si sopir membuka kulkas

Dia kembali lagi tapi kali ini bukan dengan susu kotak melainkan whipping cream strawberry. Sepertinya dia tidak tahu makanan apa itu sehingga diapun bertanya padaku
“Eh…non, kalo yang ini apaan sih ? susu bukan, es krim juga bukan”
“Dasar udik !” kataku dalam hati, “itu namanya whipping cream Bang, biasanya buat makan sama buah” jelasku padanya

Hei, mendadak aku terpikir sebuah cara baru untuk menikmati oral seks. Maka kuminta Udin untuk berdiri dan menyodorkan penisnya padaku. Lalu kebaluri penisnya yang hitam dengan whipping cream itu.
“Wah….wah burung saya mau diapain Non, asal jangan dimakan yah” katanya menanggapi tindakanku

Kujawab hanya dengan membuka mulut dan memasukkan penis itu ke mulutku. Hhmmm…nikmat, penis rasa strawberry kesukaanku, kukulum-kulum seperti permen.

Kuisap maju-mundur penis itu, pipiku sesekali menggembung tertekan kepala penisnya. Sementara aku menyepong, si sopir tak bosan-bosannya menggerayangiku dari belakang, payudaraku diremasi dan diputar-putar putingnya, vaginaku diusap-usap, dari permukaan jari-jari itu merambat masuk lebih dalam dan mengorek-ngoreknya.  

Yang membuatku tambah gila adalah ketika dia memain-mainkan biji klitorisku persis seperti yang dia lakukan terhadap putingku. Leher dan bahuku juga tidak luput dari cupangan-cupangan yang dilancarkannya hingga meninggalkan bekas cupangan dan ludah. Aku pun makin menggelinjang sambil terus mengeluarkan desahan-desahan tertahan.

Tiba-tiba si sopir mendekap pinggangku dan mengangkatnya ke atas, maka posisiku kini berdiri dengan badan atas menunduk 90 derajat. Tanpa melepas penis Bang Din, aku melingkarkan tangan pada tubuhnya sebagai penyangga. Dua jari si sopir telah membuka bibir vaginaku dan penisnya ditekan masuk ke dalamnya. Badanku mengejang beberapa detik ketika benda itu menerobos vaginaku. Selanjutnya si sopir memaju-mundurkan pinggulnya dengan ganas sambil melenguh keenakan merasakan jepitan otot-otot kemaluanku.

“Hhmmmhh…mem*knya enak banget Non, seret dan basah !” serunya sambil meninggikan frekuensi genjotannya

“Servis mulutnya juga yahud, puas banget gua main sama cewek kaya gini, hahaha…!” timpal si Udinsambil tertawa-tawa dan menggerayangi payudaraku yang menggantung.

Karena tidak ingin cepat-cepat orgasme si Udinmenyuruhku melepaskan penisnya, kemudian tubuhku ditegakkan kembali, kini si sopir yang menyanggaku dengan dekapannya. Disenggamainya aku dalam posisi berdiri. Si Udinmemungut kemasan whiping cream dari lantai, lalu melumurinya pada kedua payudaraku.

“Gua juga mau coba rasa cream strawberry ini, mmmhhh !” katanya lalu melumat payudaraku yang berlumuran whiping cream itu.

“Ssspp…ssrrpp…!” seluruh payudaraku dilumatnya, putingku dijilat dan dihisapnya, dinikmatinya kedua daging kenyal rasa strawberry itu seperti makan es krim.

Sensasi geli juga kurasakan pada lubang dan daun telingaku yang dijilati si sopir yang juga sedang menyetubuhiku dari belakang. Aku cuma bisa mendesah lirih dalam pelukan keduanya, membiarkan tubuhku diperlakukan sesuka mereka. Sekarang aku merasakan adanya desakan dari vaginaku yang ingin segera meledak sehingga aku merapatkan kedua paha meresapi kenikmatannya. Akhirnya aku klimaks diiringi erangan panjang, kakiku lemas sekali kalau saja tidak didekap si sopir pasti ambruk. Sebentar kemudian, dia menyusul menyiram rahimku dengan sperma hangat. Tak kubayangkan betapa banjirnya kemaluanku, cairan kewanitaanku plus spermanya meleleh keluar menyertai penis si sopir yang masih keluar-masuk dengan kecepatan menurun, daerah pangkal pahaku dan sekitarnya jadi basah oleh cairan itu.

Tubuhku melorot ke bawah mengikuti si sopir yang terduduk bersila di lantai. Kusandarkan kepalaku pada dadanya yang sedikit berbulu itu.

“Nah, sekarang giliran gua !” sahut Udin sambil meraih kakiku dan membentangkannya.

Dengan mulus penisnya meluncur masuk ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Suara kecipak cairan terdengar setiap kali dia hujamkan penisnya. Sodokannya makin lama makin bertenaga membuat tubuhku terguncang-guncang, akupun sudah kehilangan kendali diri, mataku membeliak-beliak, mulutku menceracau tak karuan mengerang dan mengeluarkan ucapan-ucapan erotis. Si sopir yang menopangku terus giat memijati payudaraku, putingku digesek-gesekkan dengan jarinya yang kasar, kadang dipilin dan kadang diemutnya. Penisnya yang mulai bangkit lagi terasa menyentuh punggungku.

Dia menundukkan kepala mendekati mulutku hingga bertemu mulutnya. Kami bercumbu panas sekali, lidah kami saling beradu bak sepasang ular kawin. Lima belas menit kemudian Bang Udinmembekap badanku ke arahnya dan dia sendiri membaringkan dirinya di lantai, maka posisiku kini telungkup diatasnya. Dengan begitu pantatku menungging ke arah si sopir yang kini membasahi anusku dengan ludahnya dan menekan-nekankan jarinya di sana.
“Aaakkhh…!!” aku merintih dan menghentikan goyanganku sejenak ketika si sopir memasukkan penisnya ke anusku., bahu Bang Udinkucengkram erat-erat menahan rasa sakitnya. 

Rasanya sangatlah menyesakkan ditusuk dua batang perkasa itu, terutama yang bagian anus. Kami bertiga mulai berpacu dalam birahi, rasa perih perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh. Sulit dilukiskan perasaanku waktu itu, pokoknya rasanya seperti melayang-layang dengan dilingkupi rasa nikmat yang luar biasa.

Hal ini berlangsung selama dua puluh menit lamanya sampai suatu saat dimana tubuhku bergetar melepas suatu bentuk energi berupa orgasme dahsyat yang menyebabkan tubuhku berkelejotan, tangan dan kakiku terasa kejang-kejang, serta mulutku mengeluarkan erangan panjang. Mukaku memerah, keringat pun bercucuran membasahi badan kami, akhirnya akupun tergolek lemas di atas tubuh Bang Udinsetelah gelombang orgasme surut. Sementara itu kedua tukang sampah itu masih terus menggenjot vagina dan anusku.

Akhirnya Bang Udinmenegakkan tubuhku dan menarik lepas penisnya, kemudian dikocoknya batangnya yang masih tegak itu dekat mukaku, akhirnya cret…cret muncratlah cairan kental itu membasahi wajahku, karena semprotannya kencang dan deras, bukan cuma mukaku saja yang basah, rambut, leher dan payudaraku pun terkena cipratannya. Tak lama kemudian, si sopir pun mencabut penisnya dari anusku, dibiarkannya aku ambruk telentang di lantai. Dia berdiri di sampingku mengocok penisnya hingga menumpahkan isinya di badanku. Puas dan lelah kurasakan sekaligus pada saat bersamaan.

Mereka tertawa-tawa melihatku yang terbaring di lantai sambil menggosok-gosokkan sperma ke tubuhku. Aku membalas senyuman nakal mereka sambil mengemut jariku yang belepotan sperma. Sementara aku memulihkan tenaga, mereka mulai berpakaian lagi dan membereskan dus-dus yang berserakan tadi lalu membawa sampah-sampah itu ke truk. 

Beberapa menit kemudian Bang Udinkembali dengan tong sampah yang sudah kosong, akupun bangkit dan memakai kembali dasterku untuk mengantarnya keluar rumahku. Setelah pamitan dan berterimakasih atas kesempatan emas dariku, truk itu mulai meluncur menjauhi rumahku. 

Sepeninggal mereka aku langsung mandi membersihkan badanku dari aroma persetubuhan barusan. Karena lelah maka aku pun berbaring didalam kamar untuk memulihkan tenagaku. Sesekali aku merasa menyesal karena telah menghianati suamiku sendiri namun kepuasan dan kenikmatan lebih berarti daripada sebuah kesetiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4