Aku
merupakan seorang pemuda kampung yang berasal dari lereng pegunungan yang
sangat terpencil. Keluargaku memang serba kekurangan hingga tak mampu membiayai
sekolahku dan untung saja aku termasuk anak yang cukup cerdas hingga mendapat
beasiswa dari sekolahku. Namaku Asep Suryana dan kisah ini berawal sejak aku
mulai masuk kuliah disebuah perguruan tinggi di sebuah kota besar.
Setelah kenal selama hampir 6 bulan
usaha pendekatanku terhadap seorang gadis membuahkan hasilnya hingga aku
berhasil menjadi pacarnya. Saat itu aku dan Ratna pulang dari tempat kuliah
bareng seperti biasanya. Sebelum pulang Ratna meminta Aku untuk mencium
keningnya (Jelas Aku lakukan karena mencintainya). Tiba-tiba setelah Aku
melangkahkan kaki beberapa langkah, tiba-tiba Ratna memanggilku.
“sep..
kesini bentar deh. Ujarnya yang membuat langkahku langsung terhenti dan
membalikan badan untuk menghampirinya.
“Kedalam
aja dulu yuk.., di dalam nggak ada siapa-siapa. Ujarnya sambil berbisik.
Aku
berhenti sejenak lalu masuk kedalam dan ternyata dirumahnya hanya bertiga
(Kakaknya, Ratna, dan Adiknya). Kemudian Aku dipersilakan duduk kemudian Ratna
berkata,
“Sebentar
yah Aku ganti baju dikamar. Ucapnya
Tak
lama kemudian ia kemudian datang lagi dengan membawa air minum dan duduk di
sampingku. Kami mengobrol beberapa saat dan kemudian dengan sedikit keberanian Aku
mencium bibir Ratna dan dia hanya tertunduk malu.
“Ich..
Asep jangan gitu ach..” katanya dengan malu malu dan pipinya memerah menambah
kecantikannya.
“Ratna..
kamu tambah cantik deh kalau pipi kamu merah kayak gitu. Godaku padanya.
lalu
Ratna menyubit pas di dekat kemalua dan Aku sedikit teriak “Aduh.. sakit
sayang. Ucapku.
Kemudian
Ratna langsung memegang kemaluan Aku dan berkata,
“Coba
Aku lihat.. ucapnya sambil membuka resleting celanaku.
“Jangan
ach malu..” kataku.
Tanpa
memikirkan hal apapun Aku merelakan kemaluanku dilihat sama Ratna.
“Bagus yah.. gede dan rada bengkok. Katanya
sambil memandangi batangku yang mulai agak berdiri.
“Ratna..
kamu mau ? ucapku menggodanya.
tanpa
menjawab ia hanya merebahkan badannya di kursi panjang tempat Aku duduk dan tanpa
berpikir panjang Aku lalu menindihnya.
Aku
ciumi bibirnya lalu kubuka kancing bajunya dan berlanjut dengan melucuti
pakaian dalamnya. Susunya masih kecil seukuran dengan kepalan tangan. Aku
julurkan lidahku diputar ke kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah untuk
memainkan putingnya yang masih kecil. Payudaranya semakin lama semakin mengeras
dan kepala Aku semakin ditekan ke payudaranya, sambil memanggil-manggil nama ku
“Terus..
Sep.. terus ohhh.. nikmat.. sekali Sep.. dan terdengar desahan kecil dari mulutnya.
“aacchh..”
barengan itu pula Aku ingin ke belakang, rasanya kepingin pipis, sambil
mengangkat kepala dari payudaranya.
“Ech..
kamar kecilnya dimana. Tanyakku sambil berbisik.
“Masuk
ke situ.. lurus lalu belok kanan. Jawabnya sambil mengangkat tangannya
menunjukan arah.
tanpa
berpikir panjang Aku langsung lari ke kamar kecil dan keluarlah “cairan
perjaka” yang pertama. Tanpa sepengetahuan Aku Ratna ternyata mengikuti dari
belakang, lalu masuk ke kamar kecil itu dan bertanya sambil melihat kemaluanku.
“Sepp..
kamu kok tiba-tiba lari, kenapa? Aku hanya terdiam dan aku tak tahu apa yang
terjadi, badanku terasa lemas seperti yang sudah menempuh perjalanan jauh.
Kemudian Ratna membuka baju dan BH-nya yang sudah terlepas tadi.
“Mandi
ah..” Ratna bilang, tanpa rasa malu dia membuka seluruh pakaiannya di depanku
dan di gantungkannya di paku dinding kamar mandi.
“Apa yang sedang Aku lakukan? Piirku dalam
hati.
Ratna
dengan tiba-tiba sangat bernafsu menciumi bibir dan leherku, serta tangannya yang
terampil mengocok kemaluanku yang dari tadi nongol dari resleting yang belum sempat
kututup sampai terasa ngilu. Tangan Ratna yang sebelah kiri memegang pundakku
dan tangan yang sebelahnya lagi tangan kanan menuntun kemaluanku yang tadi
dikocok-kocok untuk dimasukan ke dalam vaginanya.
“Sep..
kok nggak masuk-masuk. Ucap Ratna sambil berbisik pelan.
“Nggak
tahu atuh, Aku nggak bisa memasukannya, kayaknya terlalu sempit nih.. ujarku
dengan polos.
“Kita
pindah aja yuk kekamar, biar nggak susah. Ucap Ratna
Sebelum
kaki melangkah kami dikejutkan oleh bunyi bel pintu depan “Ding-Dong” (Waduh
kagetnya minta ampun, jantung rasanya nggak karuan). Kami berdua saling
bertatapan sejenak, kemudian dengan spontan Ratna meraih baju, BH serta CD-nya
yang digantung di paku, Aku langsung lari ke depan untuk membuka pintu,
ternyata yang dateng orangtuanya dari Riau (kakaknya ternyata jemput
orangtuanya dari Airport).
Pas
buka pintu langsung kakaknya bertanya, “Dimana si Ratna, kok nge-bel dari tadi
nggak di buka-buka pintunya, lagi pada ngapain sih kalian?
“Dari
tadi Ratna ada dibelakang, Aku disini.. lalu Ratna teriak meminta agar Aku
membukakan pintunya, maafkan Aku kak.., karena Aku selaku tamu di sini tidak
ada hak untuk membuka pintu tanpa seizin tuan rumah. Dan Aku kira tadi bukan
kakak, jadi tidak Aku buka.” Jawabku
sekenanya.
Kemudian
sambil masuk ke dalam kakaknya bergumam “Ah.. dasar kamu pintar cari alasan.”
Setelah itu orangtuanya Ratna berbincang-bincang denganku berupaya
mengInterogasi diriku. Mereka bertanya tentang asal-usul, orangtua, pekerjaan
orangtua, rumah, pokoknya segalanya. dan Aku jelaskan semuanya dengan jujur. Aku
di kota ini sejak masuk kuliah (yah.. inilah nasib anak kampung). Kemudian terdengar
suara ibunya memarahi Ratna.
“Ngapain
kamu pacaran sama anak kampung gitu.., mau diberi makan apa kamu sama dia,
pokoknya Mama nggak setuju kamu berhubungan sama dia. ujar ibunya dengan nada
tinggi
Beberapa
menit kemudian Ratna datang dengan mata berkaca-kaca, merah tanda mau menangis
dan ia meminta Aku untuk meninggalkan rumah itu. Tidak banyak berkata Aku
langsung pulang tanpa pamit dan Aku mengerti, serta mendengar apa yang ibunya
bilang. Waktu itu menjelang pukul 7 malam dan aku pulang ke rumah dengan 1001
pikiran dan pertanyaan, mengapa hal ini terjadi pada Aku? Di tempat tidur
kira-kira sejam kemudian Aku melamun memikirkan apa yang sudah Aku alami tadi
sore.
Tiba-tiba
terdengar ketukan pintu sambil mengucapkan “salam”, dalam pikiranku “perasaan Aku
hafal suara itu” pas Aku buka ternyata Ratna datang dengan wajah dan rambut
lusuh dibasahi dengan keringat dan air mata, kemudian tanpa banyak bicara Aku
peluk, Aku cium keningnya dan Aku minta untuk menceritakan kenapa bisa begini.
Sambil tersedu-sedu Ratna menjelaskan semuanya, bahwa setelah Aku pulang Ratna
bertengkar hebat dengan orangtuanya, lantas ia minta izin untuk tidur di rumah
temannya .
Jika
ortunya telepon bilangin Ratna ada disini, tapi sudah tidur, padahal sebenarnya
Ratna ke rumah Aku “Dengan dalih nginap dirumah temannya.” Kemudian Aku siapkan
air hangat, Aku bikin nasi goreng dan Aku siapkan juga baju piyama (maklum saat
itu ortu masih di kampung dan rumah itu hanya cukup buat sendiri, jadi apa-apa
melakukan sendiri). Kemudian kami makan nasi goreng yang Aku buat, lalu Ratna
mengeluarkan air mata lagi. Aku bilang, “Sudah dong ah.., jangan nangis lagi..”
lalu Ratna berkata.
“Sep..,
Aku minta maaf atas omongan dan perlakuan orang tua Aku terhadap kamu tadi
siang. Aku bilang, “Walaupun Aku marah sama orang tua kamu, tapi kalau melihat
kamu senyum Aku nggak bisa marah lho..” sambil sedikit merayu. Sampailah pada
pukul 21:00, kita berdua pergi ke kamar rasanya lelah sekali, saat itu Dunia
Dalam Berita, Ratna meminta Aku untuk memeluknya dan berkata “Sep.. apa yang
bisa membuat kamu percaya bahwa Aku betul-betul Akung sepenuhnya sama kamu”,
lalu Aku berkata berikanlah “kesucian” kamu, setelah kau berikan baru Aku akan
percaya.
Tapi
setelah permintaan itu Ratna hanya berdiam saja, tanpa banyak komentar Aku
pegang payudaranya, kemudian Aku buka kancing baju piyamanya serta celana dan
CD-nya. Ratna seolah-olah pasrah dengan apa yang Aku lakukan, kemudian Aku
mengulangi yang siang tadi Aku lakukan.
Aku
hisap puting payudaranya, kemudian Aku mainkan dengan lidah, lalu menyusuri
leher, perut, tali pusar terus sampai bawah ke “hutan homogen” yang belum
begitu banyak tumbuh bulu. Dia tertawa manja sambil memanggil, “Sep.. jangan
geli Sep.., ih.. Asep.. kamu apa-apaan geli ah..” Aku berhenti sejenak dan Aku
tatap matanya yang penuh gairah, lalu Aku berkata “Tapi kamu suka kan..” ia
cuma mengangguk sambil tersenyum. Lantas Aku lebih gila, Aku jilati daging yang
ada di dalam bibir memek yang sempit itu, Ratna semakin ganas dan liar, dengan
keras ia mendorong-dorong kepala Aku ke lubang memek sambil menikmati jilatan
lidahku.
Lalu
Ratna memintaku untuk memasukan penisku ke dalam memeknya, kemudian aku membuka
celana dan CD, aku berikan penis yang lumayan gede dan agak bengkok ketangan Ratna
lalu di masukannya penisku ke vaginanya. Mulanya susah masuk, tapi atas
kegigihan dan bantuan tangan Ratna akhirnya bisa masuk “Blessh” terdengar
sedikit rintihan Ratna
“Sakit
Sepp.., sakit.” Aku berpikir “Baru saja 1/2 yang masuk sudah begini..,
bagaimana kalau semuanya masuk”, kemudian aku perlahan-lahan menaik-turunkan
pinggangku berkali-kali, sambil memasukan penis Aku lebih dalam lagi, tidak
terdengar rintihan hanya bisikan-bisikan mesra yang meminta agar Aku
memperdalam tusukan batangku, saking begitu nikmatnya Ratna memejamkan kedua
matanya dan meminta lebih dalam lagi “Sep.., terus Sep.., lebih dalam lagi..,
terus..” beberapa saat kemudian terasa badan Aku mengejang dan Aku memeluk
tubuh Ratna, tiba-tiba mata Ratna terbuka dan bertanya, “Ada apa Sep.., kok
kamu berhenti.. eh.. apa ini, kok terasa seperti ada yang menembak didalam
memek ku sep”, lalu dia berkata lagi
“Sep..,
tapi nikmat terusin dong.., ayo dong..” Kemudian Aku coba untuk mengangkat
penis Aku tapi terasa ngilu sekali sampai Aku nyengir. Ratna bertanya, “Sep..
kenapa, sakit?” Aku jawab,
“Tidak..”
Dan aku mulai menaik-turunkan pinggang untuk melanjutkan permainan walaupun ada
rasa ngilu. Beberapa menit Ratna meminta mempercepat tempo gerakan “Cepatin
dikit..” sambil memegang pantatku dan akhirnya ia mengejang kurang lebih 6
detik sambil memeluk erat badan Aku dan melepaskan nafas yang sepertinya
tertahan dari tadi, perasaan lemas dan ada sesuatu yang sepertinya membuat aku
menyesal, tapi apa yah (Aku berpikir) apakah karena
Akhirnya
kami tertidur lelap, pagi harinya setelah kami mandi kemudian sarapan dan
bersiap-siap berangkat ke kampus, Ratna memberitahukan bahwa dirinya telah
dijodohkan oleh ortunya di Riau dengan anak pengusaha. Katanya “Sep.., aku
betul-betul minta maaf ya, bukan maksud Ratna mau menyakiti kamu, karena
setelah kuliah kita nanti selesai, mungkin kita tidak akan bertemu lagi sebab,
aku harus kembali ke Riau dan menikah dengan lelaki pilihan ortu Ratna.
”
Waktu itu juga aku seperti tidak ada tenaga, lemas, menyesal campur marah. Aku
menangis dan berkata, “Mengapa.., Ratna.., mengapa kau lakukan ini semua, kalau
seandainya aku tahu kamu sudah dijodohkan dengan pilihan ortu kamu, aku tidak
akan menyentuh bahkan tidur dan melakukan di luar batas-batas kewajaran dengan
kamu? lantas apa yang harus aku lakukan.”
Dia
menjawab dengan berlinang air mata “Sep.., aku sayang sama kamu.., aku rela
Kegadisanku diberikan kepadamu dan aku bangga bisa memberikan sesuatu yang
berharga pada diri aku dan berarti untuk orang yang aku sayangi dan cintai, aku
mohon setelah kejadian ini kamu harus bisa melupakan aku, waktu semalam aku kan
bertanya, apa yang membuat kamu percaya bahwa aku sayang sama kamu, kamu kan
yang mengiginkan semua ini?” Aku bantah,
“Tapi
kenapa kamu tidak bilang bahwa kamu sudah dijodohkan dengan orang kaya pilihan
ortu kamu?” Ia jawab lagi, “Pokoknya kamu tenang saja Sep.., dan aku juga
sekarang akan berusaha untuk melupakan kamu kok..? izinkanlah aku untuk pergi.
Aku mau pulang sekarang”, aku tidak menjawab, ia mencium bibir Aku dan berkata
“Aku sayang kamu kok” aku bentak Ratna.
“Jika
kamu sayang.., tinggalah bersama aku.” Ratna tersenyum manja dan berkata,
“Jika
aku menikah dengan kamu.., kamu mau memberi makan apa..” Rupanya Ratna
memancing supaya aku benci dan kesal terhadap dia, tapi aku nggak bisa marah,
hanya menangis, lalu ia duduk dan berkata lagi.
“Maafkan
aku Sep.., bukan itu masalahnya.., bukan kamu nggak bisa memberi makan dan aku
yakin serta percaya kamu bisa membahagiakanku, tapi yang jadi tujuan utama
hidup aku, aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku, biarlah aku berkorban,
walaupun kita melanjutkan hubungan kita ini dan tanpa restu orang tua.., pasti
kita tidak akan bahagia. Sejak itu Aku sadar, hatinya memang suci, ingin
membahagiakan kedua orang tuanya dan menikah dengan “lelaki kaya” serta ia rela
berkorban walau harus kehilangan “mahkotanya” demi seseorang yang mencintainya.
Itulah kisah nyata yang menimpa Aku sebagai anak kampung.. Cerita ini dulu Aku
alami 4 tahun yang lalu.
Dan
bulan kemarin Aku dengar dari teman bahwa dia melahirkan seorang bayi perempuan
dan kenangan Aku sewaktu bersamanya terbayang kembali. Ingin Aku menengok Ratna,
tapi Aku takut merusak kebahagiaan rumah tangga mereka. Aku merasa bersalah,
merasa dibohongi, Aku merasa ditipu. Mungkin setelah Aku berbagi kisah nyata
ini, beban dan rasa bersalah Aku bisa sedikit berkurang.
Komentar
Posting Komentar