Banyak
orang yang bekerja keras setiap hari guna mengumpulkan harta kekayaan agar
dapat menikmati hidupnya. Kata pepatah hemat itu pangkal kaya tapi kenyataannya
sudah puluhan tahun Sapto berhemat namun keadaannya hanya begitu begitu saja
bahkan selalu merasa kekurangan. Orang orang bilang Sapto ini bukan hanya hemat
tapi juga tergolong agak pelit hingga hampir setiap hari hanya makan nasi
dengan lauk sebuah tempe goreng saja.
Sudah
puluhan tahun ia berjualan es doger dipinggir jalan sampai kulitnya gosong karena
terlalu sering kepanasan ketika sedang berjualan. Sampai akhirnya Ia berhenti
berdagang es doger karena suatu kejadian pahit yang dialaminya dijalan. Sore
itu ketika pembeli sedang ramai tiba tiba ada segerombolan petugas satpol pp
yang mengusir dan menangkapi para pedagang dan sialnya gerobak dagangannya tak
berhasil diselamatkan hingga dibawa oleh mereka.
Singkat
cerita Sapto kini bekerja disebuah keluarga yang kaya raya. Mereka adalah
pasangan muda yang belum lama menikah hingga terlihat begitu mesra sekali. Mereka
berdua sungguh sangat mujur, sebab kedua pasangan ini adalah anak dari
pengusaha kaya. Masalah ekonomi pastinya tidak adak problem tapi tidak tahu
bahagia atau tidaknya pasangan ini kelak. Pasangan ini baru saja menikah dan
rencana mereka akan membuat salah satu rumah, untuk desain mereka juga tidak
main-main’arsitek handal terkenal yang menjadi pelopornya”. ya maklum orang
kaya semua pasti bisa dibeli, rumah ini juga hadiah dari ortu pasangan mempelai
perempuan.
6
bulan kemudian akhirnya selesailah bangaunan ini dibuat sungguh megah dan luas,
area bermain, taman,tempat renang dan desain rumah yang menyolok adat Eropa
tampak menambah sis mewah dan berklas bagi sang pemilik. Karena besar dan
luasnya rumah ini maka mereka memakai beberapa orang pembantu dan tukang kebun.
Selain itu di pintu gerbangnya ada pos satpam yang akan mengawasi tamu masuk.
Karena mereka belum dikarunai anak maka Marina tinggal di rumah dan suaminya
Rudi yang ke kantor meneruskan usaha yang ditinggalkan ayahnya, bersama
kakak-kakaknya. Tapi di dalam rumah yang
besar dan banyak kamarnya itu, Marina merasa kesepian dan resah. Ia memang
berada dilingkungan yang serba megah namun kepuasan batin tidak ia dapatkan.
Padahal ia dan Rudi baru setahun menikah.
Di
dalam kehidupan sex ia tidak ada masalah dan halangan. Rudi saat ini berusia 29
tahun dan Marina 26 tahun. Sebagai layaknya pasangan muda, hampir setiap ada
kesempatan mereka selalu melakukan hubungan badan di kamarnya yang serba mewah
itu. Tidak jarang mereka bepergian ke villanya di daerah pegunungan untuk
melepaskan rasa suntuk dan melepaskan kepenatan setiap hari.
Suatu
malam, di rumah itu tanpa diketahui oleh Marina dan Rudi, di luar kamarnya ada
sepasang mata yang mengintip dari balik jendela. Sepasang mata itu milik
seorang lelaki yang biasanya bertugas sebagai satpam di rumahnya itu. Namanya Sapto.
Dari dulu semenjak mulai bertugas di rumah itu, Sapto telah menaruh perhatian
terhadap istri majikanya itu. Meskipun jika keluar rumah Marina selalu pakai
pakaian celana panjang, tetap saja kecantikan dan kesintalan nyonya majikannya
itu membuat Sapto sulit tidur. Sapto dari balik jendela yang ditutup gordyn itu
terus mengamati dan melihat tingkah laku suami istri itu.
Malam
itu Rudi dan Marina seperti bisa bermesraan dulu barulah mereka saling
melepaskan pakaian masing- masing untuk melakukan hubungan badan. Sapto di luar
dengan nafas memburu melihat ketelanjangan suami istri itu. Namun yang terus
diperhatikannya adalah sosok tubuh Marina, yang biasanya di luaran ia liat
berpakaian tertutup semua, namun di saat itu hampir seluruh bentuk tubuh Marina
ia liat tanpa ada yang menutupnya. Malam itu hampir dua jam Sapto menyaksikan
aksi pasangan muda itu bersebadan.
Sapto
sempat pusing melihatnya. Dikepalanya terbayang kehalusan dan kesintalan tubuh
majikannya itu. Bayangan itu terus bermain di pelupuk matanya. Pada suatu saat,
Rudi ada urusan sehingga harus berangkat ke luar negeri untuk beberapa saat.
Maka ia tinggalkan Marina di rumah itu. Ia tidak khawatir sebab di rumah itu
ada pembantu dan satpam yang siap mengamankan rumah dan isinya.
Siang
itu, iseng-iseng Marina berkeliling rumah dan melihat bunga2 di pekarangannya. Lalu ia singgah di pos jaga Sapto, saat itu Sapto
sedang akan duduk. Ia kaget karena tidak biasanya Marina singgah di posnya.
“Selamat
siang, Pak?” sapa Marina ramah.
“Siang
juga, Bu?” jawab Sapto.
“Bagaimana,
Pak? Apa ada hambatan?” tanya Marina.
“Ooo
tidak, Bu?” jawab Sapto lagi. Lalu ia masuk ke ruang Sapto itu dan duduk di
dalamya. Di dalam ruang itu lengkap ada kamar mandi dan ruang tidur satpam. Marina
duduk dan berbicara dengan Sapto panjang lebar tentang keamanan di rumah itu. Marina
sempat memperhatikan Sapto. Ia akui Sapto sebagai satpam amat berani dan
memiliki otot yang kuat seperti seorang pegulat. Tubuhnya hitam legam dan wajah
kerasnya terlihat karena dulunya selalu bekerja kasar.
Malam
harinya, untuk menghilangkan kejenuhannya di rumah itu, ia berjalan-jalan di
halaman itu dan membawa makanan kecil untuk Sapto. Ia ke ruang satpam dan duduk
didalamnya, Sapto menjadi salah tingkah.
“Bu,
saya tidak enak sama Ibu. Masak Ibu duduk di ruang ini?” kata Sapto.
“Ohhh…
ndak apa-apa la, Pak? Masak… duduk saja ndak boleh?
“Saya
takut nanti Pak Rudi marah. jawab Sapto.
“Oooo
itu to… Mas Rudi sekarang sedang di luar kota. Jadi ngak apa kok pak. terang Marina.
“Kalau
Pak Sapto keberatan saya disini, Bapak saja yang ke dalam, kan kita bisa
bicara-bicara, Pak?” kata Marina.
“Baiklah
Bu. kata Sapto.
Tapi
hari akan hujan tampaknya lalu Marina berjalan kedalam rumahnya dan diikuti Sapto
di belakang. Dari belakang ia perhatikan terus pinggul majikannya itu yang saat
itu memakai celana tidur dan blouse dari sutra. Di dalam salah satu ruangan di
rumah itu, Marina dan Sapto berbincang- bincang tentang berbagai hal, sampai
tentang masalah dalam kamar tidur Marina dan Rudi. Sedang hari saat itu di
luaran hujan deras.
Karena
suasana dan dinginya malam itu, ditambah lagi pembicaraan yang terlalu
menyentuh tentang urusan ranjang, membuat Sapto mengetahui rahasia kamar Marina
dan Rudi itu. Sapto merasa mendapatkan peluang untuk masuk ke dalam pribadi Marina.
Dengan berbagai cara dan rayuan, Sapto pun telah dapat mengenggam tangan Marina
dan memeluknya. Dengan cara yang lembut ia dapat mencium bibir Marina yang
mungil itu. Marina sedikit menyesal karena ia telah jatuh dalam kelembutan yang
diberikan Pak Sapto. Dengan kelihaian Sapto mempermainkan Marina, maka Marina
dapat ia giring kedalam salah satu kamar di rumah itu.
Di kamar yang
diperuntukan bagi tamu itu, Marina ia tuntun. Di dalam kamar itu ia baringkan Marina
dengan hati-hati dan ia raba buah dada Marina tanpa membuat Marina merasa
menyesal. Lalu ia buka blouse tidur dan BH yang menutupi dada Marina satu
persatu.
Di
belahan dada Marina ia singgah untuk memilin puting dan mengggigit dada Marina
hingga memerah. Marina saat itu tidak sadar bahwa ia telah punya suami dan
jatuh terlalu dalam. Dengan tangannya, Sapto membuka celana tidur Marina dan
lalu CDnya sehingga terlihat bulu-bulu halus yang tertata rapi menutupi rongga
vagina Marina. Dengan leluasa jari tangan Sapto masuk dan mempermainkan lobang
vagina Marina hingga Marina ingin cepat dituntaskan.
“Ahggggggggghhhhh,
Pakkk…. Cepat, Pak…” Dengus Marina saat itu. Lalu Sapto membuka seluruh
pakaiannya sehingga ia pun kini telah telanjang bulat. Sapto yang selama ini
hanya melihat Marina telanjang saat bersenggama denga suaminya, kini dapat
melihat sendiri dari dekat dan merasakan langsung kehangatan tubuh Marina yang
selama ini hanya bisa ia bayangkan. Sapto pun lalu membuka kedua kaki Marina
hingga kedua kaki yang jenjang itu tertaut di kedua bahunya yang bidang. Ia
arahkan penisnya yang tegak, siap untuk masuk ke dalam vagina Marina yang masih
kecil itu.
Dengan
sedikit dipaksa, amblaslah penis Pak Sapto kedalam lobang itu. Marina hanya
bisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan perih saat dimasuki
kemaluan Sapto. Beberapa saat lamanya Sapto terus menggenjot dan
memajumundurkan penisnya di dalam vagina Marina hingga Marina merasakan nikmat
dan orgasme. Lalu Sapto pun memuncratkan maninya di dalam vagina Marina. Ia
biarkan saja tumpah di dalam tubuh nyonya majikannya itu. Sambil penisnya tetap
tertanam di dalam kemaluan Marina, Sapto pun diam di atas tubuh Marina melepas
lelahnya hingga ia tertidur.
Marina
pun tergolek bersimbah keringat. Saat itu keringat Sapto telah bercampur dengan
keringat Marina. Tidak ada lagi yang membatasi kulit mereka. Tubuh Marina masih
terhimpit dibawah dalam keadaan lemas dan puas. Malam itu Pak Sapto
melakukannya sebanyak dua kali lagi dan Marina pun tidak sempat menolaknya.
Sejak saat itu, bila ada kesempatan, di salah satu kamar rumah itu Marina
maupun Sapto berpacu dalam birahi. Rudi tidak tahu dan hanya mereka berdualah
yang menyimpan rahasia itu hingga saat ini.
Komentar
Posting Komentar