Sebelumnya
kuperkenalkan diri dulu, namaku Rudy dengan tinggi badan sekitar 170 cm dan
berat badan 50an kg. Badanku memang cukup kurus karena kata tetanggaku sejak
kecil aku kekurangan gizi ada juga yang bilang aku cacingan karena walaupun
makanku lumayan banyak tapi tidak ada yang menjadi daging.
Umurku
sekarang 19 tahun dan asalku dari Sragen. Walaupun aku kekuragann gizi
sejak kecil namun otakku terbilang cukup cerdas buktinya aku mendapat sebuah
beasiswa untuk kuliah. Sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri
di kota Solo.
Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 2 tahun lalu, tepatnya
waktu aku masih duduk di bangku SMU. Karena rumahku berasal dari desa maka aku
kost dirumah kakakku.
Jalanku
sedikit pincang karena waktu kecil pernah terjatuh dari atas pohon mangga
ketika disuruh oleh ibuku untuk memetik beberapa buah manggu untuk dibikin
rujak olehnya.Saat itu kakiku dinyatakan terkilir dan patah hingga akhirnya
dibawa berobat ke seorang dukun patah tulang yang konon sangat ahli dalam
mengobati patah tulang dikampungku.
Saat
itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun
yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun
di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak
Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 21 tahun dan adik dari suami kak
Fitri bernama Asih
Wina |
Kejadian tersebut
terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di
dinding kamar mandi. Biarpun salah satu diantara mereka suadah berumur kepala 3
tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan
belahan vaginanya woow…terlihat sangat oh…. Aku memang sangat berhati hati
ketika mengintip mereka mandi sehingga tak pernah sekalipun diketahui oleh
mereka. Bahkan pernah juga aku mengintip sambil melakukan onani disamping kamar
mandi itu hingga membuatku merasa puas sekali.
Saat malam hari saat aku
tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina,
awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama
Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga.
Malam-malam pertama saat
dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang
harum.
Malam berikutnya aku
sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai
meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang,
oh ternyata empuk bagai kue basah yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih
terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara
yang tak karuan.
“Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm”
desahan Mbak Wina mulai terdengar.
Tanganku terus
bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih
tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan
berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset. Ia malah berkata,
”Dik teruskan….. aku
sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”
Bagai mendapat angin
segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang
seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya
yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian.
“Mbak, maafkan aku tak
sanggup menahan nafsu birahiku!”
“Nggak apa-apa kok dik
aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan
yang seperti ini” jawab Mbak Wina.
Aku mengangkat kedua
tangan Kak wina ke atas dan memegangi kedua pergelangan tangannya, dengan
begitu dadanya kelihatan makin membusung.
“Toked yang montok, aku suka yang gini, udah padat empuk lagi !” sahutku sambil meremas payudaranya.
“Toked yang montok, aku suka yang gini, udah padat empuk lagi !” sahutku sambil meremas payudaranya.
Aku meraih payudara
sebelahnya dan menghisapinya dengan gemas sambil menyentil-nyentilkan lidahku
pada putingnya, sesekali kugigit dengan lembut.
Kak wina kini mulai
terangsang karena daerah-daerah sensitifnya tidak ada yang luput dari jamahan
tangaku. Bibirnya mulai terbuka dan membalas lumatan bibirku. Lidah kami saling
beradu dengan panas dengan terasa nikmat sekali.
Setelah puas
kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan
gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka celana dalam
nya, lalu kuciumi dengan lembut.
“Cup…cup…sret….
srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.
“Ought……ought….terus dik
enak…..!!!”
Karena takut ketahuan
penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu
kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah.
“Ehmm…oh…ehhhhh….
mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.
Setelah kira-kira
setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian
juga dengan dia.
“Crot..cret…crettttttt….
crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
“Oh……”
Rupanya ia masih perawan
itu kuketahui karena mencium bau darah segar.
“Terima kasih dik kamu
telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
“Ok deh mbak”, sahutku.
Setelah selesai memakai
pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian
malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada
tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi.
Masih ingat dalam
ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga
yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena
keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup
seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan
diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.
“Dik jangan
sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak
Wina.
Tapi aku yang sudah
bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi
bibirnya dengan ganas.
“Hm…eght…. hmmmmm…….
eght…!”
Karena masih dalam posisi
berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang
kamar. Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua
pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai
benang pun yang menempel.
Wow……tubuh kakakku ini
memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal,
payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang
bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar
ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.
Kami berdua tertawa
kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat
kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga
tidak bias melihat tubuh masing-masing.
Aku mulai menciumi muka
tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai
memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara
gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang
tak karuan.
Setelah puas bermain di
bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga
terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat.
Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji
klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.
“Ught..ugh…hah
oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.
Setelah kira-kira 15
menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya
manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih,
rupanya ia mulai orgasme. Ah enaknya..
Kali ini giliranku yang
minta dipuaskan. Aku berdiri diatas ranjang dan kak wina berlutut dihadapanku
“Ayo kak, servis mulutnya, yang enak yah !” perintahku
Kak Wina mulai menjilati penisku dengan sapuan lidahnya yang amatiran. Kemudian setelah melakukan cleaning service, digenggamnya batang kemaluanku dan diarahkan ke mulutnya. Aku mengerang nikmat merasakan hisapan-hisapan Kak wina pada penisku, wanita ini memang sungguh ahli menyenangkan pria, gelitikan lidahnya pada kepala penisku membuatku menceracau minta terus dan lebih. Sekitar tiga menitan saja Aku sudah mengeluarkan maninya di dalam mulut Kak Wina
“Sedot…iyah gitu…ohhh !”
lenguhku sambil meremas rambutnya.
Ka Wina mempertunjukkan keahliannya mengisap penis yang klimaks, nampak dia berkonsentrasi menelan setiap tetes sperma yang keluar agar tidak tersedak atau meluber keluar mulut. Aku memejamkan mata meresapi klimaksnya, hisapan Kak Wina serasa mengirimku ke puncak kenikmatan. Kak Wina pun akhirnya mengeluarkan batang itu dari mulutnya setelah tidak ada lagi cairan yang keluar. Dia sedikit terbatuk begitu melepas benda itu dari mulutnya.
Ka Wina mempertunjukkan keahliannya mengisap penis yang klimaks, nampak dia berkonsentrasi menelan setiap tetes sperma yang keluar agar tidak tersedak atau meluber keluar mulut. Aku memejamkan mata meresapi klimaksnya, hisapan Kak Wina serasa mengirimku ke puncak kenikmatan. Kak Wina pun akhirnya mengeluarkan batang itu dari mulutnya setelah tidak ada lagi cairan yang keluar. Dia sedikit terbatuk begitu melepas benda itu dari mulutnya.
Hari itu kami terus
bercinta sampai sore hingga dengkulku terasa lemas sekali ketika bangun tidur
keesokan harinya namun aku benar benar merasa puas sekali bisa menikmati tubuh
Kak Wina yang cantik itu.
Komentar
Posting Komentar