Namaku Aryo, aku sudah menikah dan
mempunyai 3 orang anak, umurku masih 33 tahun. Isteriku cantik putih dan baik
sekali bahkan sangking baiknya dia mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku
pas-pasan tapi dia tetap mencintaiku. Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan
tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 162 cm
dengan berat sekitar 54 kg.
Tapi walaupun demikian aku termasuk orang
yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang
cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak. Semua wanita yang menjadi pacar
gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena
aku bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali
orgasme ketika aku berpacaran dengan gadis bule.
Pertama kalinya aku pergi ke Yogya
sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota Yogya
tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku
sering datang ke kota
tersebut. Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering
pergi ke Yogya. Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi
menemaniku.
Susi |
Pada waktu aku di Yogya, Mbak Susi sering
meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2, pada mulanya
aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku tinggal di
sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro.
Karena aku sendirian di kota
itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan isteriku.
Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak
Susi meneleponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering
dengar erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan
dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku.
Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar
bahwa bosku menyuruh Mbak Susi untuk menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini
kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih
berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan
menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada
hari itu mungkin kamar akan penuh.
Dia sedikit kecewa lalu dia bilang,
“Terus gimana dong, aku gak mau tinggal di
hotel yang jauh dari kamu.. Ngomong-ngomong Aryo kamar kamu ada 2 bed apa
satu?”
“Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah
ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang Mbak mau sekamar
denganku?” Aku menggodanya.
“Boleh kalo nggak ada kamar lagi” Aku
setengah tidak percaya akan ucapannya.
Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa
mendekati dia dan menggodanya.
“Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling
cuma pake celana dalam doang dan selimut, apa Mbak gak apa-apa?” Aku sedikit
meyakinkan dia akan kebiasaanku.
“Nggak apa-apa siapa takut.. Masalahnya
aku juga kadang-kadang begitu juga”
Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku
menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia
setuju.
Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di
stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak
ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana caranya agar dia mau
sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh
semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Susi ke kamarku dan aku tidak menyangka
ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya
bercanda.
Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil
satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai fikiran yang jelek
tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak Susi akan marah dan
tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap
tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila
dianggap seperti itu.
Sebelum tidur kami mengobrol tentang
macam-macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Sangking seriusnya bicara
tentang seks, aku memberanikan diri memancing reaksinya.
“Mbak kalo ngomongin seks kayak gini,
cewekku dulu seringkali udah basah duluan”.
Lalu dia menjawab,
“Ah itu sih biasa, aku aja suka basah”.
Tak lama kemudian suasana berubah karena
dia merasa perutnya agak sakit karena kembung. Aku mulai kasihan lalu aku
menawarkan diri,
“Biar aku refleksi dan pijit deh”.
Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada
mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan
aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit
pahanya dan makin lama aku kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang
bahkan ketika aku elus-elus dia masih mengerang.
Dengan segenap keberanianku aku coba
mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu
saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya,
dia membuka pahanya lebar-lebar.
Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku
elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata
Mbak Susi diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan
jari-jemariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya
dengan jariku.
Ternyata vaginanya sudah basah sekali,
lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya hingga sampailah
pada gundukan vaginanya yang sangat merangsang.
Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum,
Mbak Susi semakin mengerang kenikmatan.
“Oh.. Oohh.. Mmhh.. Ohhmm.. Sayangg..
Ohmm” Jilatanku semakin liar dan semakin terasa kakinya mulai mengejang. Aku
semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia mengerang semakin keras.
“Oohh.. Ehheehmm.. Ohh.. Aauuaa.. Hhmm”
Ternyata dia telah mencapai orgasme yang pertama.
Kemudian aku lepaskan celana dalamku
karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku
hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi
di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku
memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah
tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan
keenakan Mbak Susi.
Kemaluan Mbak Susi serasa sempit karena
tulang panggulnya yang seakan-akan mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi
aku merasakan kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang
sempit itu.
Aku keluar masukkan penisku dan Mbak Susi
membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku
semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena
dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang
kemaluanku begitu terasa sekali.
Mbak Susi masih terus mengerang ketika aku
menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali
tapi berukuran normal akan tetapi sensasi yang aku berikan ketika aku mengocok
penisku di dalam vaginanya membuat Mbak Susi mengerang, menjerit keenakan
sambil matanya merem melek.
Setelah hampir satu jam sejak pemanasan
Mbak Susi kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya dan aku
mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya semakin sempit. Dengan gaya seperti itu aku masih
tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak Susi semakin mengerang keras.
Akhirnya dia bilang,
“Ohh sayang aku mau keluaarr.. Ohh enakk”
Akhirnya Mbak Susi tidak bisa menahan
gejolak yang ada dalam dirinya, maka jebollah pertahanannya dengan jeritan yang
membuatku semakin bergairah. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu
aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dasyat untuknya
sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku semakin mempercepat
kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak Susi semakin
kencang dan tak tertahankan.
Aku merasakan sensasi yang tiada taranya,
sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batang kemaluanku dan
akupun mempercepat irama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mbak Susi
semakin mengerang.
“Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau
lagi nggak? Aku dah nggak tahan nih”
“Ohh sayang aku juga mau keluar.. Ohh..
Oohh kita bareng sayaangg.. Oohh aku keluaarr”
“Aku juga Mbak.. Oohh Mbak eeaannakk?”
Dan bobollah pertahananku dan
pertahanannya.. Crot.. Crot.. Crot..
“Oohh.. Enaak..” Akhirnya kami orgasme
bersama-sama.
“Oh, kamu hebat sayang.. Sampai aku
orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh orgasme walaupun sama suamiku.
Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme”.
Dengan peluh yang mengucur banyak sekali
aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan
sensasi vagina Mbak Susi yang begitu nikmat. Akhirnya kamipun tertidur dengan
tubuh masih telanjang.
Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali.
Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu
pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali.
Setiap hari kami lakukan terus dan sampai
kembali ke Jakarta
kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan
jari-jariku di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. S
esampainya di Jakarta kami masih sering melakukannya
terkadang di rumahnya ketika boss dan orang-orang pergi atau di kantor saat
semua orang sedang keluar.
Mbak Susi termasuk wanita yang kuat sekali
seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu yang lama
dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai memberikan sensasi hebat,
sehingga suaminyapun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Susi
tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu
memberikannya kepuasan.
Akan tetapi sekarang kami tidak lagi,
karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi. Sekarang aku kesepian lagi
apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena terkadang aku
kasihan dia sering kecapaian.
Teman-temanku bilang bahwa aku memang
jantan karena bisa memuaskan perempuan. Bahkan mereka yang merasa jantan di
ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku hingga bisa memuaskan perempuan
berkali-kali.
Sampai wanita bulepun kewalahan karena
mereka jarang sekali mendapatkan kepuasan dengan laki-laki bule walaupun mereka
memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule
mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali.
Komentar
Posting Komentar