Sebuah mata kuliah
Ekonomi Akutansi yang belum kuambil pada semester kemarin harus Aku ambil hari
ini. Pada waktu itu Aku mendapat ruangan dengan anak Fakultas Ilmu Komunikasi.
Di sana memang
mahasiswanya mayoritas adalah laki-laki dan jumlah mahasiswinya hanya sedikit
yaitu 7 orang. Aku selalu menjadi pusat perhatian para mahasiswa di gedung itu,
bahkan sering kali mereka memperhatikan tubuhku yang bisa dibilang Good Looking
lah.
Ditambah lagi Aku
termasuk mahasiswi yang bisa dibilang cantik, sexy dan berkulit putih mulus.
Kebiasaan Aku yang sering memakai pakaian yang ketat sering membuat para kaum
lelaki enggan memejamkan matanya sekejap saja. Aku sih udah biasa dengan
pandangan buas seperti itu dari para lelaki sehingga Aku sih cuek aja.
Karena dosen mata
kuliah itu beberapa kali tidak masuk akibat sibuk dengan kuliah S3 nya, pada
hari itu mata kuliah yang bersangkutan harus aku ambil pada pukul 4 sore. Mata
kuliah tambahan biasanya lebih cepat tidak seperti mata kuliah umumnya,
biasanya 1 jam saja sudah selesai. Tak terasa jam mata kuliah itu telah
selesai, ketika itu langit terlihat sudah gelap dan suasana kelas sepi, hampir
tidak ada lagi mahasiswa yang berada di kampus.
Pada saat keluar
kelas tiba-tiba Aku merasa ingin buang air kecil lalu Akupun bergegas ke toilet
yang jaraknya 50 meter dari kelas Aku tadi untuk buang air kecil sejenak.
Terasa kuatir sekali ketika Aku berada sendirian di toilet kampus malam-malam
begini. Setelah selesai buang air kecil lalu Aku mencuci tangan dan bergegas
keluar toilet dan berjalan menuju lift. Saat sedang berjalan Aku terkejut
karena ada suara yang menyapa dari arah belakang ketika menunggu lift.
Setelah Aku
menengok kebelakang ternyata yang menyapaku adalah 3 mahasiswa yang tadi
sekelas denganku. Dari ke 3 orang itu Aku hanya mengenal 1 orang saja, yang Aku
kenal bernama Bastian, bastian ini mempunyai postur tubuh tinggi kurus,
berambut ikal, dan bisa dibilang tidak ganteng. Sedangkan yang 2 lagi Aku tidak
ingat namanya cuma tahu tampang saja.
Tapi setelah Aku
ingat-ingat akhirnya Aku tahu namanya juga yang berambut gondrong terkuncir itu
namanya Sakti dan satunya lagi yang mukanya seperti orang Arab itu bernama
Ridho. Ridho ini tubuhnya berisi dan kekar tidak seperti Bastian dan Sakti.
Kemudian mereka bertanya,
“ Kok lo baru turun
sekarang Shin kemana aja lo tadi? ” sapa Bastian berbasa-basi.
“ Iya nih, tadi gw
ke toilet dulu bas, lo orang juga pada ngapain aja kog baru turun juga? ”
jawabku.
“Biasalah
Shin, kita ngerokok dulu bentar tadi habis keluar dari kelas ” jawabnya.
Tak lama setelah
kami mengobrol pintu Lift pun terbuka dan kami masuk bersama, mereka berdiri
mengepungku hingga jantungku akupun merasa deg-degan, Aku merasakan mata mereka
pun memperhatikan tubuhku yang terbungkus rok mini dari bahan katun yang
menggantung di atas lutut serta baju ketat berwarna putih. sebenarnya Aku sih
nggk takut, terus terang saja gairah Sexku pun mulai merasuki fikiran Aku dan
aliran darahku pun mengalir kencang tak karuan,
“ Langsung pulang
Shin? ” tanya Sakti yang berdiri di sebelah kiriku.
“ Iya nih Ti ”
jawabku dengan singkat.
“ Jadi udah gak ada
kegiatan apa-apa lagi dong setelah ini? ” si Bastian menimpali.
“ Ya gitulah,
paling nonton TV di rumah ” jawabku lagi.
“ Jangan langsung
pulang dong, kasih waktu sebentar buat kita dong Shin! ” sahut Sakti.
“ Waktu bentar ???
Waktu buat apa sih ? ” tanya Aku lagi.
Blum sempat Aku
menjawab, tiba-tiba Aku dikagetkan oleh sepasang tangan yang memelukku dari
belakang dan seperti sudah diberi aba-aba, Ridho yang berdiri dekat tombol lift
menekan sebuah tombol sehingga lift yang sedang menuju tingkat dua itu
terhenti. Tas jinjingku sampai terlepas dari tanganku karena terkejut.
“ Ehhh.. Lo orang
pada mau ngapain gw ? ” ujarku panik dengan sedikit bernada tinggi,
“ Hehehe.. Ayolah
Shin, berbagi kesenangan dikit sama kita lah? Pasti lu stress kan , kuliah seharian gini! ” ucap Bastian
yang mendekapku dengan nafas menderu.
“ Iya nih Shin, di
fakultas kitakan limit cewek Shin, jarang ada cewek kaya lo gini, sekali-kali
hibur kita dong ” timpal Ridho.
Dengan cepatnya ada
tangan menggerayang masuk ke dalam rok miniku. Aku tersentak ketika tangan itu
menjamah pangkal paha Aku lalu mulai menggosok-gosoknya dari luar.
“ Apa-apaan nih, nggak
sopan banget sih Lo pada ! ” ujarku pada mereka,
Senbenarnya Aku
sendiri menginginkannya, namun Aku tetap berpura-pura jual mahal untuk
menaikkan derajatku di depan mereka. Tapi nampanya mereka melihat ekpresi
wajahku yang mulai terangsang. Rambutku yang terkuncir memudahkan Bastian
menciumi leher, telinga dan tengkukku dengan ganas sehingga nafsuku naik dengan
cepat.
Ridho yang tadinya
cuma meremasi payudara Aku dari luar kini mulai menyingkap bajuku lalu cup
bra-ku yang kanan dia turunkan, maka terlihatlah payudara kananku yang nampak
lebih mencuat karena masih disangga bra. Diletakkannya telapak tangannya di sana dan meremasnya
pelan, kemudian kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh
pentilku.
Sambil menyusu,
tangannya aktif mengelusi paha mulusku. Tanpa kusadari, CDku kini telah merosot
hingga ke lutut, bokong dan kemaluanku terbuka sudah. Jari-jari Sakti sudah
memasuki M3mek Aku dan menggelitik bagian dalamnya. Tubuhku menggelinjang dan
mendesah saat jarinya menemukan klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada
daging kecil itu.
Aku merasakan
sensasi geli yang luar biasa sehingga pah Aku merapat mengapit tangan Sakti.
Rasa geli itu juga kurasakan pada telinga Aku yang sedang dijilati Bastian,
hembusan nafasnya membuat bulu kudukku merinding. Tangannya menjalar ke
payudara Aku dan mengeluarkan payudara Aku yang satu lagi.
Diremaslah payudara
Aku dan pentilku mulai dimainkan, kadang dipencet atau digesek-gesekkan dengan
jarinya hingga menyebabkan benda itu semakin membengkak. Tubuhku serasa lemas
tak berdaya, pasrah membiarkan mereka menjarah tubuhku. Melihatku semakin
pasrah, mereka semakin menjadi-jadi.
Kini Ridho memagut
bibirku, bibir tebal itu menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya masuk ke
mulutku dan menjilati rongga di dalamnya, kubalas dengan menggerakkan lidahku
sehingga lidah kami saling jilat, saling hisap, sementara tangannya sudah
meremas gumpalan bokongku, kadang jari-jarinya menekan anusku. Tonjolan keras
di balik celana Bastian terasa menekan bokongku.Secara refleks Aku menggerakkan
tanganku ke belakang dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu.
Payudara kananku
yang sudah ditinggalkan Ridho jadi basah dan meninggalkan bekas gigitan kini
beralih ke tangan Bastian, dia kelihatan senang sekali memainkan pentilku yang
sensitif, setiap kali dia pencet benda itu dengan agak keras tubuhku
menggelinjang disertai desahan.
Si Sakti malah
sudah membuka celananya dan mengeluarkan P3nisnya yang sudah tegang. Masih
sambil berShinuman, kugerakkan mat Aku memperhatikan miliknya yang panjang dan
berwarna gelap tapi diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan badannya yang
kerempeng itu.
Diraihnya tanganku
yang sedang meraba selangkangan Bastian ke P3nisnya, kugenggam benda itu dan
kurasakan getarannya, satu genggamanku tidak cukup menyelubungi benda itu, jadi
ukurannya kira-kira dua genggaman tanganku.
“ Ini aja Shin,
burung gua kedinginan nih, tolong hangatin dong! ” pintanya.
“ Ahh.. Eemmhh! ”
desahku sambil mengambil udara begitu Ridho melepas cumbuannya.
“ Gua juga mau
dong, udah gak tahan nih! ” ujar Ridho sambil membuka celananya.
Astaga, sepertinya
dia memang ada darah Arab, soalnya ukuran P3nisnya bisa dibilang menakjubkan,
panjang sih tidak beda jauh dari Sakti tapi yang ini lebih berurat dan lebar,
dengan ujungnya yang disunat hingga menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah
berdegup membayangkan akan ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Bastian
juga pasti kalah darinya.
Bastian melepaskan
dekapannya pad Aku untuk membuka celana, saat itu Ridho menekan bahuku dan
memint Aku berlutut. Aku pun berlutut karena kakiku memang sudah lemas, kedua
P3nis tersebut bagaikan pistol yang ditodongkan pad Aku, tidak.. bukan dua,
sekarang malah tiga, karena Bastian juga sudah mengeluarkan miliknya.
Benar kan , milik Ridho memang
paling besar di antara ketiganya, disusul Bastian yang lebih berisi daripada
Sakti. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang mengarah ke
wajahku.
“ Ayo Shin, jilat,
siapa dulu yang mau lu servis ”
“ Yang gua aja dulu
Shin, dijamin gue banget! ”
“ Ini aja dulu
Shin, gua punya lebih gede, pasti puas deh! ”
Demikian mereka
saling menawarkan batang kemaluannya untuk mendapat servis dariku seperti
sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah, hidung, dan
bibirku sampai Aku kewalahan menentukan pilihan.
“ Aduh.. Iya-iya
sabar dong, semua pasti kebagian.. Kalo gini terus gua juga bingung dong! ” kat
Aku sewot sambil menepis senjata mereka dari muk Aku.
“ Wah.. Marah nih,
ya udah kita biarin Shinta yang milih aja, demokratis kan ? ” kata Sakti.
Setelah
kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih P3nis Sakti dan yang kanan meraih milik
Ridho lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulut.
“ Weh.. Sialan lu,
gua cuma kebagian tangannya aja! ” gerutu Sakti pada Ridho yang hanya
ditanggapinya dengan nyengir tanda kemenangan.
“ Wah gua kok gak
diservis Shin, gimana sih! ”
Bastian protes
karena merasa diabaikan olehku.Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi Aku harus
memakai tangan kananku untuk menuntun batang kemaluan Ridho ke mulutku, setelah
itu barulah kugerakkan tanganku meraih P3nis Bastian untuk menenangkannya. Kini
tiga P3nis kukocok sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulut.
P3nis Sakti telah
menyentuh M3mek Aku yang basah, dia tidak memasukkan semuanya, cuma sebagian
dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir M3mek Aku sehingga menimbulkan
sensasi geli saat kepalanya menyentuh klitorisku.
“ Uhh.. Nakal yah
lu! ” kata Aku sambil menengok ke belakang.
“ Aahh..! ” jeritku
kecil karena selesai berkata demikian Sakti mendorong pinggulnya ke depan
sampai P3nis itu amblas dalam liang kewanitaanku.
Dengan tangan
mencengkeram payudara Aku, dia mulai menggenjot tubuhku, P3nisnya bergesekan
dengan dinding M3mek Aku yang bergerinjal-gerinjal. Aku tidak bisa tidak
mengerang setiap kali dia menyodokku.
“ Hei Shin, yang
gua jangan ditinggalin nih ” sahut Bastian seraya menjejalkan P3nisnya ke
mulutku sekaligus meredam eranganku.
Aku semakin
bersemangat mengoral batang kemaluan Bastian sambil menikmati sodokan-sodokan
Sakti, batang itu kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati kepala kemaluannya.
Jurusku ini membuat Bastian belingsatan tak karuan sampai dia menekan-nekan
kepal Aku ke selangkangannya.Kocokanku terhadap Ridho juga semakin dahsyat
hingga desahan ketiga pria ini memenuhi ruangan lift. Teknik oralku dengan
cepat mengirim Bastian ke puncak, Batangnya seperti membengkak dan
berdenyut-denyut, dia mengerang dan meremas rambutku.
“ Oohh.. Anjing..
Ngecret nih gua!! ”
Muncratlah cairan
kental itu di mulutku yang langsung kujilati dengan r Akusnya. Keluarnya banyak
sekali sehingga Aku harus buru-buru menelannya agar tidak tumpah. Setelah lepas
dari mulutku pun Aku masih menjilati sisa pejuh pada batangnya. Ridho memint
Aku agar menurunkan frekuensi kocokanku.
“ Gak usah
buru-buru.. ” demikian katanya.
“ Cepetan Ful, kita
juga mau ngerasain memeknya, kebelet nih! ” kata Ridho pada Sakti.
“ Sabar jek..
Uuhh.. Nanggung dikit lagi.. Eemmhh! ”
jawab Sakti dengan
terengah-engah.Genjotan Sakti semakin kencang, nafasnya pun semakin memburu
menandakan bahwa dia akan orgasme. Kami mengatur tempo genjotan agar bisa
keluar bersama.
“ Uhh.. Uhh.. Udah
mau Shin, boleh di dalam gak? ” tanyanya.
“ Jangan.. gue lagi
subur.. Ah.. Aahh!! ” desahku bersamaan dengan klimaks yang menerpa.
“ Hei, jangan
sembarangan buang peju, ntar gua mana bisa jilatin memeknya! ” tegur Bastian.
Sakti menyusul tak
sampai semenit kemudian dengan meremas kencang payudar Aku hingga membuatku
mejerit, kemudian dia mencabut P3nisnya dan menumpahkan isinya ke punggungku.
“ Ok, next please ”
Sakti mempersilakan giliran berikut.
Bastian langsung
menyambut tubuhku dan memapahku berdiri. Disandarkannya punggungku pada dinding
lift lalu dia menShinum bibirku dengan lembut sambil tangannya menelusuri
lekuk-lekuk tubuhku, kami ber-french kiss dengan panasnya. Serangan Bastian
mulai turun ke payudar Aku, tapi cuma dia kulum sebentar, lalu dia turun lagi
hingga berjongkok di depan kemaluanku.
Gesper dan
resleting rokku dia lucuti hingga rok itu merosot jatuh. Dia menatap dan
mengendusi kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu, tangan kanannya mulai
mengelusi kemaluanku sambil mengangkat paha kiriku ke bahunya. Jari-jarinya
mengorek liang M3mek Aku hingga mengenai klitoris dan G-spotku.
“ Sshh.. Di..
Oohh.. Aahh!! ” desisku sambil meremas rambutnya ketika lidahnya mulai
menyentuh bibir kemaluanku.
Aku mengigit-gigit
bibir menikmati jilatan Bastian pada kemaluanku, lidahnya bergerak-gerak
seperti ular di dalam M3mek Aku, daging kecil sensitifku juga tidak luput dari
sapuan lidah itu, kadang diselingi dengan hisapan.
Hal ini membuat
tubuhku menggeliat-geliat, mat Aku terpejam menghayati permainan ini. Tiba-tiba
kurasakan sebuah gigitan pelan pada pentil kiriku, mat Aku membuka dan
menemukan kepala Sakti sudah menempel di sana
sedang mengenyot payudar Aku. Ridho berdiri di sebelah kananku sambil meremas
payudar Aku yang satunya.
“ Shin, payudara lu
gede banget sih, ukuran BH-nya berapa nih? ” tanyanya.
“ Eenngghh.. Gua
34B.. Mmhh! ” jawabku sambil mendesah.
“ Udah ada pacar lo
Shin? ” tanyanya lagi.
Aku hanya
menggeleng dengan badan makin menggeliat karena saat itu lidah Bastian dengan
liar menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini ditambah lagi dengan Ridho yang
menyapukan lidahnya yang tebal ke leher jenjangku dan mengelusi bokongku.
Sebelum sempat mencapai klimaks, Bastian berhenti menjilat M3mek Aku. Dia mulai
berdiri dan menyuruh kedua temannya menyingkir dulu.
“ Minggir dulu
jek.. Gua mo nyoblos nih! Walah.. Nih toked jadi bau jigong lu gini Ful! ”
omelnya
pada Sakti yang
hanya ditanggapi dengan seringainya yang mirip kuda nyengir.
Paha kiriku
diangkat hingga pinggang, lalu dia menempelkan kepala P3nisnya pada bibir M3mek
Aku dan mendorongnya masuk perlahan-lahan.
“ Ooh.. Di.. Aahh..
Ahh! ” desahku dengan memeluk erat tubuhnya saat dia mel Akukan penetrasi.
“ Aakkhh.. Yahud
banget memek lu Shin.. Seret-seret basah! ”
Kemudian Bastian
mulai memompa tubuhku, rasanya sungguh sulit dilukiskan. Batang kokoh itu
menyodok-nyodokku dengan brutal sampai tubuhku terlonjak-lonjak, keringat yang
bercucuran di tubuhku membasahi dinding lift di belakangku. Eranganku kadang
teredam oleh lumatan bibirnya terhadapku.
Senjatanya
keluar-masuk berkali-kali hingga membuat mat Aku merem-melek merasakan sodokan
yang nikmat itu.Aku pun ikut maju mundur merespons serangannya. Saat itu kedua
temannya hanya menonton sambil memegangi senjata masing-masing, mereka juga
menyoraki Bastian yang sedang menggenjotku seolah memberi semangat.
Sementara dia
berpacu di antara kedua pah Aku, Aku mulai merasakan klimaks yang akan kembali
menerpa. Tubuhku bergetar hebat, pelukanku terhadapnya juga semakin erat.
Akhirnya keluarlah desahan panjang dari mulutku bersamaan dengan melelehnya
cairan kewanitaanku lebih banyak daripada sebelumnya. Namun dia masih
bersemangat menggenjotku, bahkan bertambah kencang dan bertenaga, nafasnya yang
menderu-deru menerpa wajahku.
“ Uuhh.. Uuh..
Shin.. Yeeahh.. Hampir! ” geramnya di dekat wajahku.
Tubuhnya
berkelojotan diiringi desahan panjang, kemudian ditariknya P3nisnya lepas dari
M3mek Aku dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia pun lalu ambruk ke depanku
sambil memagut bibirku mesra. Karena Bastian melepaskan pegangannya terhadapku,
pelan-pelan tubuhku merosot hingga terduduk bagai tak bertulang, begitu pun
dengannya yang bersandar di lift dengan nafas ngos-ngosan.
Aku meminta Sakti
mengambilkan tissue dari tasku, Aku lalu menyeka keringat di keningku juga
ceceran pejuh pada perutku sambil menjilat jari-jariku untuk mendapatkan
ceceran pejuh itu.
Hingga kini pakaian
yang masih tersisa di tubuhku cuma sepatu dan baju yang telah tergulung ke
atas.
Tenggang waktu ke
babak berikutnya kurang dari lima
menit, Ridho setelah meminta ijin dahulu, memegangi kedua pergelangan kakiku
dan membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang merah merekah di tengah
bulu-bulu hitam itu, kedua temannya juga ikut memandangi daerah itu.
“ Ayo dong.. Pada
liatin apa sih, malu ah! ” kat Aku dengan memalingkan muka karena merasa risi
dipelototi bagian ituku, namun sesungguhnya Aku malah menikmati menjadi objek
seks mereka.
“ Hehehe.. Malu apa
mau nih! ” ujar Sakti yang berjongkok di sebelahku sambil mencubit pentilku.
“ Lu udah gak
virgin sejak kapan Shin? Kok memeknya masih OK? ” tanya Ridho sambil menatap
liang itu lebih dekat.
“ Enam belas, waktu
SMA dulu ” jawabku.
Kami
ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda gurau hingga akhirnya Aku meminta lagi
karena gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh tangan-tangan mereka yang
selalu merangsang titik-titik sensitifku. Ridho menarikku sedikit ke depan
mendekatkan batangnya pada kemalauanku lalu mengarahkan benda itu pada
sasarannya.Uuh.. M3mek Aku benar-benar terasa sesak dan penuh dijejali oleh
batangnya yang perkasa itu.Cairan kemaaluanku melicinkan jalan masuk baginya.
“ Aa.. aadduhh,
pelan-pelan dong! ” Aku mendesah lirih sewaktu Ridho mendorong agak kasar.
Sambil
menggeram-geram, dia memasukkan P3nisnya sedikit demi sedikit hingga terbenam
seluruhnya dalam M3mek Aku.
“ Eengghh.. Ketat
abis, memek Shinna emang sipp! ” ceracaunya.
Dia menggenjot
tubuhku dengan liar, semakin tinggi tempo permainannya, semakin Aku dibuatnya
kesetanan. Sementara Sakti sedang asyik bertukar ludah denganku, lidahku saling
jilat dengan lidahnya yang ditindik, tanganku menggenggam P3nisnya dan
mengocoknya. Sebuah tangan meraih payudar Aku dan meremasnya lembut, ternyata
si Bastian yang berlutut di sebelahku.
“ Bersihin dong
Shin, masih ada sisa tadi! ” pintanya dengan menyodorkan P3nisnya ke mulutku
saat mulut Sakti berpindah ke leherku.
Serta merta kuraih
P3nis itu, hhmm, masih lengket-lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai
lidahku menyapu batangnya, setelah beberapa jilatan baru kumasukkan ke mulut,
Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku.
Tak lama kemudian,
Sakti berkelojotan dan bergumam tak jelas, sepertinya dia akan klimaks. Melihat
reaksinya kupercepat kocokanku hingga akhirnya crot.. crot.. Pejuhnya
berhamburan mendarat di sekitar payudara dan perutku, tanganku juga jadi
belepotan cairan seperti susu kental itu. Saat itu Aku masih menikmati sodokan
Ridho sambil mengulum P3nis Bastian.
Kemudian Bastian
mengajak berganti posisi, Aku dimintanya berposisi doggy, Ridho dari belakang
kembali menusuk M3mek Aku dan dari depanku Bastian menjejalkan P3nisnya ke
mulutku.
Kulumanku membuat
Bastian berkelojotan sambil meremas-remas rambutku sampai ikat rambutku
terlepas dan terurailah rambutku yang sebahu itu.
P3nis itu bergerak
keluar-masuk semakin cepat karena M3mek Aku juga sudah basah sekali. Tidak
sampai sepuluh menit kemudian muncratlah pejuh Bastian memenuhi mulutku, karena
saat itu genjotan Ridho bertambah ganas, hisapanku sedikit buyar sehingga
cairan itu tumpah sebagian meleleh di pinggir bibirku. Setelah Bastian melepas
P3nisnya, Aku bisa lebih fokus melayani Ridho, Aku ikut menggoyang pinggulku
sehingga sodokannya lebih dalam.
Bunyi
‘plok-plok-plok’ terdengar dari hentakan selangkangan Ridho dengan bokongku.
Mulutku terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat, sampai beberapa menit
kemudian tubuhku mengejang hebat yang menandakan orgasmeku. Kepal Aku
menengadah dan mat Aku membeliak-beliak, sungguh fantastis kenikmatan yang
diberikan olehnya.
Kontraksi otot-otot
kemaluanku sewaktu orgasme membuatnya merasa nikmat juga karena otot-otot itu
semakin menghimpit P3nisnya, hal ini menyebabkan goyangannya semakin liar dan
mempercepat orgasmenya. Dia mendengus-dengus berkelojotan lalu tangannya
menarik rambutku sambil mencabut P3nisnya.
“ Aduh-duh, sakit..
Mau ngapain sih? ” jeritku.
Dia tarik rambutku
hingga Aku berlutut dan disuruhnya Aku membuka mulut. Di depan wajahku dia
kocok P3nisnya yang langsung menyemburkan lahar putih. Semburan itu membasahi
wajahku sekaligus memenuhi mulutku.
“ Gila, banyak amat
sih, sampai basah gini gua! ” kat Aku sambil menjilati P3nisnya mel Akukan
cleaning service.
Setelah menuntaskan
hasrat, Ridho melepaskanku dan mundur terhuyung-huyung sampai bersandar di
pintu lift dimana tubuhnya merosot turun hingga terduduk lemas. Dengan
sisa-sisa tenaga Aku menyeret tubuhku ke tembok lift agar bisa duduk
bersandar.Suasana di dalam lift jadi panas dan pengap setelah terjadi
pergulatan seru barusan.
Aku mengatur
kembali nafasku yang putus-putus sambil menjilati pejuh yang masih belepotan di
sekitar mulut, Aku bisa merasakan lendir hangat yang masih mengalir di
selangkanganku. Bastian sudah memakai kembali celananya tapi masih terduduk
lemas, dia mengeluarkan sebotol aqua dari tas lusuhnya, Sakti sedang berjongkok
sambil menghisap rokok, dia belum memakai celananya sehingga batang kemaluannya
yang mulai layu itu dapat terlihat olehku, Ridho masih ngos-ngosan dan meminta
Bastian membagi minumannya.
Setelah minum
beberapa teguk, Ridho menawarkan botol itu pad Aku yang juga langsung kuraih
dan kuminum. Kuteteskan beberapa tetes air pada tissue untuk melap wajahku yang
belepotan.
Kami
ngobrol-ngobrol ringan dan bertukar nomor HP sambil memulihkan tenaga. Aku
mulai memunguti pakaianku yang tercecer.
Setelah berpakaian
lengkap dan menguShinr kembali rambutku, kami bersiap-siap pulang. Bastian
menekan tombol lift dan lift kembali meluncur ke bawah. Lantai dasar sudah sepi
dan gelap, jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh.
Lega rasanya bisa
menghirup udara segar lagi setelah keluar gedung ini, kami pun berpisah di
depan gedung komunikasi, mereka keluar lewat gerbang samping dan Aku ke tempat
parkir. Dalam perjalanan pulang, Aku tersenyum-senyum sendiri sambil mendengar
alunan musik dari CD-player di mobilku, masih terngiang-ngiang di kepala Aku
kegilaan yang baru saja terjadi di lift kampus tadi, sungguh pengalaman
gangbang yang gila bagiku. Selesai.
Komentar
Posting Komentar